• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERORIENTASI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN BANGUN DATAR DI KELAS V SDN 9 LIMBOTO BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERORIENTASI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN BANGUN DATAR DI KELAS V SDN 9 LIMBOTO BARAT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERORIENTASI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN BANGUN DATAR DI KELAS V SDN 9

LIMBOTO BARAT

Alvian K. Baderan, Prof. Dr. H. Sarson W. Dj. Pomalato,M.Pd, Nancy Katili, M.Pd Jurusan Pend. Matematika, Proram Studi S1

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo

Email : vbaderan@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar matematika pada materi bangun datar yang berorientasi model pembelajaran langsung untuk siswa SD kelas V.

Jenis penelitian yang digunakan dalam pengembangan bahan ajar ini adalah jenis penelitian pengembangan (research and development). Beberapa tahap yang dilakukan dalam penelitian pengembangan ini adalah (1) Mengidentifikasi tujuan pembelajaran, (2) menganalisis pengajaran, (3) Menganalisis tingkah laku awal/karakteristik siswa, (4) Merumuskan tujuan pembelajaran, (5) Pengembangan tes acuan patokan (6) pengembangan bahan ajar, (7) pengembangan strategi pengajaran, (8) perancangan dan pelaksanaan evaluasi formatif, (9) Penulisan bahan ajar, (10) Revisi bahan ajar. Validasi bahan ajar dilakukan oleh para ahli/validator. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: lembar validasi para ahli, lembar pengamatan aktivitas guru, lembar pengamatan aktivitas siswa, tes hasil belajar dan angket respon siswa.

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan disimpulkan bahwa kualitas bahan ajar berorientasi model pemebelajaran langsung yang dikembangkan adalah baik dan telah memnuhi kelayakan sebagai bahan ajar pada mata pelajaran matematika kelas V SD Pokok Bahasan Bangun Datar. Implementasi bahan ajar beorientasi model pembelajaran langsung yang dikembangkan dapat dikatakan efektif menunjang kegiatan belajar mengajar. Hal ini terlihat dari peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, peningkatan hasil belajar siswa, dan respon siswa yang baik terhadap pembelajaran.

Kata kunci: Model Pembelajaran Langsung I. PENDAHULUAN

Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan formal yang berfungsi memberikan kepada siswa bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan dasar, yang dewasa ini perlu diperhatikan keberadaannya akan menentukan keberhasilan pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan berikutnya.

Lembaga pendidikan formal yakni SD memberikan sejumlah mata pelajaran yang menjadi konsumsi siswa. Dimana salah satu mata pelajaran yang besar andilnya dalam mempersiapkan siswa untuk penalarannya adalah pelajaran matematika. Yang kita ketahui bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh para siswa dari SD sampai Perguruan Tinggi di Indonesia. Melalui pengajaran matematika diharapkan dapat ditumbuhkan kemampuan mengembangkan keterampilan dan aplikasinya,

(2)

memanipulasi secara akurat dan efisien termasuk keterampilan melihat kegunaan serta peranan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Matematika merupakan suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir anak didik dalam kehidupan sehari-hari sehingga perlu diberikan bekal kepada anak didik sejak dini. Karena itu, setiap manusia perlu menguasai matematika sebagai bekal hidupnya dalam memasuki era globalisasi ini.

Tujuan penting dari pengajaran matematika di sekolah adalah penguasaan konsep dan aplikasinya. Siswa seharusnya memahami matematika itu sendiri, karena pada dasarnya pembelajaran matematika diberikan kepada siswa untuk mempertajam penalarannya, serta mengembangkan pengembangan yang bersifat logis dan sistematis. Russefendi (dalam Yunus, 2011) mengemukakan bahwa “matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran.

Uno (dalam Yunus, 2011), siswa dapat mengembangkan pemikiran dan kebiasaan berfikir secara konkrit menuju pada pemikiran abstrak dengan menggunakan pembuktian-pembuktian deduktif dengan belajar matematika. Kebiasaan berfikir seperti ini akan memungkinkan siswa memahami materi secara konseptual. Sehingga untuk mencapai tujuan tersebut, maka pengajaran matematika yang disajikan kepada siswa disesuaikan dengan jenjang pendidikan dan tahap perkembangan intelektual siswa.

Sekolah merupakan tempat untuk belajar bukan sekedar transmisi ilmu pengetahuan sebagai fakta tetapi lebih dari itu yakni mengolah daya nalar atau pemahaman siswa dengan berbagai cara penyajian yang konkrit, sehingga dengan demikian proses pemahaman siswa dapat terjadi. Sehingga hasil belajar siswa akan meningkat.

Permasalahan yang umum terjadi dalam pelaksanaan pendidikan adalah rendahnya mutu pendidikan. Pembelajaran yang diharapkan adalah mengacu pada kompetensi dan mengoptimalkan peran siswa dan tidak lagi terpusat pada guru. Guru hanya sebagai fasilitator dalam membimbing dan mengarahkan siswa.

Hal ini ditunjukkan dalam pembelajaran matematika di kelas V SDN 9 Limboto Barat memiliki permasalahan yakni dalam masalah penyampaian materi yang diajarkan. Hal menyebabkan proses pembelajaran belum efektif, yang ditunjukkan oleh siswa yang belum mampu memberikan jawaban tepat terhadap pertanyaan yang diberikan guru. Metode atau model yang diberikan oleh guru tidak sesuai atau monoton dengan ceramah serta guru belum memiliki keterampilan menggunakan metode, model dan media pembelajaran yang efektif. Untuk itu guru harus kreatif dalam menyelesaikan masalah pembelajaran melalui

(3)

pemberdayaan pengetahuan dan keterampilan dalam memiliki model yang sesuai dengan kondisi belajar siswa.

Menurut Irianto (dalam Aisyah, 2012), model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Hal ini juga senada dengan pendapat Arends (dalam Katili, 2009) yang mengatakan “The

direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashion.” Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah

pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu (Katili, 2009). Proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran langsung ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang pengetahuan deklaratif dan prosedural sehingga dapat meningkatkan keterampilan dasar dan keterampilan akademik siswa SD.

Keterampilan dasar itu khususnya adalah pengetahuan prosedural sedangkan perolehan informasi itu khususnya adalah pengetahuan deklaratif. Menurut Arends (dalam Katili, 2009) model pembelajaran langsung merupakan “A teaching model that is aimed at

helping students learn basic skill and knowledge that can be taught in a step-by-step fashion,” yaitu suatu model mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan

dasar dan pengetahuan yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Model pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan procedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selankah demi selangkah Kardi dan Nur (dalm Setiawan dkk, 2010). Maka bahan ajar matematika SD yang diterapkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung diharapkan dapat melatihkan keterampilan proses dan pendekatan konsep yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih secara mandiri dengan adanya bimbingan dari guru.

Model pembelajaran langsung ini dalam proses belajar mengajar dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktikum dan kerja kelompok. Dalam menggunakan pembelajaran langsung, seorang guru juga dapat mengaitkan dengan diskusi kelas dan belajar kooperatif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arends seperti dikutip Kardi (dalam Katili, 2009) berikut ini.

(4)

Seorang guru dapat menggunakan pembelajaran langsung untuk mengajarkan materi atau keterampilan baru, kemudian diikuti oleh diskusi kelas untuk melatihkan siswa berfikir tentang topik tersebut, lalu membagi siswa menjadi kelompok-kelompok belajar kooperatif untuk menerapkan keterampilan yang baru diperolehnya dan membangun pemahamannya sendiri tentang materi pembelajaran.

Terciptanya proses belajar mengajar yang efektif akan membuat pembelajaran itu semakin menarik. Model pembelajaran langsung yang berpusat pada guru ini diharapkan dapat menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan inovatif. Hal ini dapat dilakukan melalui demonstrasi menggambar suatu bangun datar, latihan mandiri yang dibimbing oleh guru serta tanya jawab antara siswa dan guru. Berdasarkan uraian di atas peneliti memilih salah satu pokok bahasan matematika SD yang tercantum dalam standar isi yaitu Bangun Datar, sub pokok bahasan Mengidentifikasi Sifat-sifat Bangun Datar ini sangat cocok diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung terutama dengan menggunakan strategi-strategi belajar untuk melatihkan keterampilan proses pada siswa. Pokok bahasan ini terdapat banyak informasi tentang fakta-fakta dan konsep-konsep yang cocok diajarkan dengan menggunakan pengetahuan deklaratif dan membutuhkan pembuktian melalui demonstrasi yang merupakan pengetahuan prosedural.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 9 Limboto Barat kelas V. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yakni satu bulan untuk penyusunan bahan ajar, satu bulan untuk pengumpulan data dan satu bulan untuk pengolahan data sekaligus penyusunan laporan hasil penelitian.

Jenis penelitian ini yaitu penelitian pengembangan. Menurut Sugiyono (2010) metode penelititan dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Dalam penelitian ini yang dikembangkan yaitu bahan ajar materi mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar berorientasi model pembelajaran langsung untuk kelas V SD.

Prosedur penelitian ini adalah memodifikasi desain model pengembangan perangkat pembelajaran matematika yang mengacu pada model rancangan pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick and Carey. Urutan perencanaan dan pengembangan perangkat pembelajaran menurut Dick and Carey (dalam Katili, 2009) ditunjukkan dengan gambar 3.1 dan hasil modifikasinya ditunjukkan pada gambar 3.2.

(5)

Pengembangan Strategi Pembelajaran

Pengembangan dan memilih perangkat pembelajaran

Merancang dan Melaksanakan Tes Formatif

melaksanakan tes formatif Identifikasi Tujuan Pembelajaran

Melakukan analisis pengajaran Identifikasi tingkah laku awal siswa

Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Pengembangan Tes Acuan Kriteria Revisi Pengajaran

Merancang dan melaksanakan tes sumatif

melaksanakan tes sumatif Gambar 3.1 Model Perancangan dan Pengembangan Pengajaran Dick dan Carey

(6)

Gambar 3.2Modifikasi Model Perancangan dan Pengembangan Pengajaran Dick dan Carey III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan, yaitu pengembangan bahan ajar berorientasi model pembelajaran langsung pada materi mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar, yang dilakukan di SD Negeri 9 Limboto Barat. Deskripsi pengembangan bahan ajar berorientasi model pembelajaran langsung dan hasil pengembangan bahan ajar berorientasi model pembelajaran langsung akan disajikan pada sub-sub bab berikut ini.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan bahan ajar matematika yang baik/valid dengan model pembelajaran langsung untuk materi mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar di kelas V SD Negeri 9 Limboto Barat. Untuk memenuhi tujuan tersebut,

Identifikasi Tujuan Pembelajaran

Melakukan Analisis Pengajaran Identifikasi Tingkah Awal Siswa

Pengembangan Bahan Ajar Berorientasi Model Pembelajaran langsung

Merancang dan melaksanakan tes formatif

Pengembangan strategi pengajaran

Penulisan bahan ajar berorientasi model pembeljaran langsung

Mengembangkan Tes Acuan Patokan Merumuskan tujuan

pembelajaran

(7)

dilakukan penelitian pengembangan menggunakan model pengembangan rancangan sistem pembelajaran Dick and Carey (1990) seperti yang telah diuraikan pada bab III.

Tahap awal dari pengembangan bahan ajar ini adalah menentukan apa yang diinginkan agar siswa dapat melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan program pengajaran. Mengacu standar isi kurikulum tingkat satuan pendidikan mata pelajaran matematika kelas V SD. Standar kompetensinya sebagai berikut, memahami sifat-sifat bangun datar dan hubungan antar bangun sedangkan kompetensi dasarnya adalah mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar serta menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar. Berdasarkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) tersebut, untuk itu materi pokok yang relevan adalah bangun datar.

Setelah mengidentifikasi tujuan pembelajaran, maka akan ditentukan apa tipe belajar yang dibutuhkan siswa. Tujuan yang dianalisis untuk mengidentifikasi ketrampilan yang lebih khusus lagi yang harus dipelajari. Analisis pengajaran ini meliputi: analisis struktur isi yaitu menentukan isi pelajaran yang terdapat dalam KTSP pada materi mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar, analisis konsep yaitu mengidentifikasi konsep-konsep utama yang akan diajarkan dan menyusunnya secara sistematis, serta mengaitkan satu konsep dengan konsep yang lain yang relevan, sehingga membentuk suatu peta konsep dan yang terakhir analisis prosedural yaitu analisis tugas yang dilakukan dengan mengidentifikasi tahap-tahap penyelesaian tugas yang berupa suatu masalah yang tidak terpecahkandengan prosedur standar.

Dari data pengamaan aktivitas guru (lihat lampiran 9) dapat dilihat bahwa dari 11 aspek yang diamati, 7 aspek diantaranya mendapatkan nilai 4 (sangat baik) dari pengamat, sedangkan 4 aspek lainnya mendapatkan nilai 3 (baik).

Menurut pengamat, cara guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa sudah sangat baik. Cara guru menyampaikan isi dan maksud dari bahan ajar berorientasi model pembelajaran langsung juga sudah sangat baik. Guru sedikit kesulitan dalam mengarahkan dan membimbing siswa untuk menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah, tapi guru dibantu dan dipermudah dengan bentuk soal yang ada didalam bahan ajar yang sudah baik. Pengelolaan waktu, guru juga sudah sangat baik dan sesuai dengan yang ditetapkan sekolah. Antusiasme siswa cukup baik karena didorong oleh antusiasme guru yang sangat tinggi, sehingga KBM berjalan sesuai skenario.

Dari 10 aspek yang diamati dalam data aktivitas siswa selama proses pembelajaran menggunakan bahan ajar berorientasi model pembelajaran langsung (lihat lampiran 8), 6

(8)

aspek diantaranya mendapatkan nilai 4 (sangat baik) dari pengamat, dan sisanya yaitu 4 aspek memperoleh nilai 3 (baik) dari pengamat.

Menurut pengamat, siswa sudah memperhatikan penjelasan guru dengan baik sambil mencemati bahan ajar yang diberikan. Tapi hanya sebagian siswa yang menanggapi pertanyaan guru atau teman sekelasnya. Siswa membaca/mencermati dengan baik soal yang diberikan, sehingga bisa memahami masalah dan menyusun rencana memecahkan masalah dengan sangat baik. Siswa hanya mendapat sedikit kendala dalam melaksanakan rencana, tapi sudah teratasi dengan bantuan guru. Hanya sebagian siswa yang menguji kembali hasil dari pekerjaannya, apakah sudah benar atau belum. Sebagian siswa masih kesulitan dalam menyampaikan pendapat/ide yang dimilikinya. Tapi, semua siswa sudah bisa memahami dan mampu menyampaikan hasil yang mereka peroleh dari pembelajaran yang diikutinya saat itu. Tes hasil belajar seperti yang dituangkan pada Lampiran 13, digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diukur dari ketuntasan belajar siswa untuk THB. Siswa dikatakan telah menguasai materi ini dengan baik atau belum dengan melihat hasil tes formatif.

Dari data hasil tes formatif terlihat bahwa dari 26 siswa, sebagian besar siswa dapat menjawab soal yang diberikan. Tidak ada satupun siswa yang tidak tuntas dengan belajar menggunakan bahan ajar berorientasi model pembelajaran langsung. Hal ini terlihat dari batas persentase ketuntasan individu P ≥ 68%, rata-rata siswa mendapatkan skor diatas 68%. Ini berarti ketuntasan individu tercapai.

Selanjutnya untuk ketuntasan kelas dari batas ketuntasan P ≥ 85%, dari data yang diperoleh ketuntasan kelas mencapai 86,15%. Hal ini berarti ketuntasan kelas tercapai. Untuk lebih jelasnya bisa di lihat pada tabel Data hasil tes di bawah ini.

Tabel 4.3 Data Hasil Tes

No Nama Siswa

Jumlah Butir Soal Skor

Ket yang Dijawab Dalam

Benar %

1 Indra Kasim 10 100 T

2 Regita Ismail 9 90 T

3 Zelin Fitiyani Nento 9 90 T

4 Marten Tome 9 90 T

(9)

6 Rizal Masuara 7 70 T

7 Gentha 7 70 T

8 Fadillah Ira Listi Ishak 7 70 T

9 Deviyati Abdullah 9 90 T

10 Nurshinta S. Ismail 9 90 T

11 Moh. Indra Saleh 9 90 T

12 Ahmad Karim 8 80 T

13 Sri Maryanti Towulu 9 90 T

14 elisdayanti Karim 8 80 T 15 Wilda Nalole 9 90 T 16 Fitriyani Umar 8 80 T 17 Annisa R. Ridwan 9 90 T 18 Julkifli Makota 8 80 T 19 Wulandari Baharudin 8 80 T 20 Rolan Husain 8 80 T 21 Ismail Marzuki H. 9 90 T

22 Eka Mentari Arini Isima 9 90 T

23 Nining Djafar 9 90 T

24 SahrulDjuma 9 90 T

25 Sri Dela Wanti Maku 9 90 T

26 Vera Damiti 10 100 T

Jumlah 224 2240

Ketuntasan Kelas 86.15 T

Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berorientsi model pembelajaran langsung khususnya pada materi mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar cukup efektif.

Data angket respon siswa di analisis dalam bentuk presentase. Respon siswa dikategorikan positif jika presentase respon positif untuk setiap aspek yang direspon persentase minimal 80%. Jumlah siswa di kelas V SDN 9 Limboto Barat yaitu 26 siswa, dengan 11 orang laki-laki dan 15 orang perempuan. Hasil data angket respon siswa disajikan dalam tabel (lihat lampiran 6).

(10)

Dari tabel hasil data respon siswa terhadap bahan ajar berorientasi model pembelajaran langsung dapat dilihat bahwa dari 26 siswa atau 100% dari total jumlah siswa semuanya mengatakan bahwa setelah menggunakan bahan ajar ini mererka menjadi lebih terrtarik belajar matematika. 24 siswa atau 92,31% dari jumlah siswa mengaku lebih senang belajar matematika dengan menggunakan bahan ajar seperti ini daripada belajar dengan buku teks biasa. Sementara itu 22 siswa aau 84,61% dari total 26 siswa di SDN 9 Limboto Barat mengatakan bahwa bentuk soal dari bahan ajar yang diberikan kepada mereka membuat mereka lebih cepat mengidentifikasi sifat-sifat dari setiap bangun datar. Kemudian 21 siswa atau 80,77% dari keseluruhan jumlah siswa mengaku lebih mudah mempelajari materi mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dengan menggunakan bahan ajar berorientasi model pembelajaran langsung. Selain itu juga, 21 siswa atau 80,77% dari total jumlah siswa merasa bahwa soal-soal dalam bahan ajar ini membuat mereka merasa tertantang untuk menyelesaikannnya. Selanjutnya 23 siswa lainnya atau 88,46% dari total 26 siswa mengaku ingin mempelajari materi matematika lainnya dengan menggunakan bahan ajar berorientasi model pembelajaran langsung seperti ini.

Dari tabel hasil data respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berorientasi model pembelajaran langsung pada materi mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar (lampiran 6) dapat dilihat bahwa dari 26 siswa atau 100% dari jumlah total yang mengikuti pembelajaran ini semuanya merasa senang dengan pembelajaran menggunakan bahan ajar berorientasi model pembelajaran langsung khususnya pada materi mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar. Dari 26 siswa (100%) semuanya mengatakan bahwa komponen isi dari bahan ajar sudah baik, 24 siswa (92,31%) mengaku masalah yang tercantum didalam bahan ajar sudah baik, 24 siswa (92,31%) juga mengaku bahwa contoh soal dan soal latihan sudah baik, 23 siswa (88,46%) mengatakan bahwa suasana pembelajaran didalam kelas sudah baik dan 25 siswa (96,15%) mengaku bahwa cara guru mengajar sudah baik. 25 siswa atau 96,15% dari jumlah keseluruhan siswa mengaku berminat mengikuti pembelajaran matematika yang menggunakan bahan ajar ini. 25 siswa tau 96,15% dari jumlah keseluruhan siswa juga mengatakan bahwa tulisan, ilustrasi/gambar dan letak gambar dalam bahan ajar ini sudah jelas. Bagian terakhir yaitu semua siswa atau 100% dari jumlah keseluruhan siswa mengaku dapat memahami dengan baik bahasa yang digunakan dalam bahan ajar ini.

Tabel data respon siswa terhadap bahan ajar berorientasi model pembelajaran langsung dab tabel hasil data respon siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan bahan ajar tersebut menggambarkan bahwa, persentase rata-rata respon siswa untuk masing-masing

(11)

aspek adalah lebih dari 80%, berarti respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan bahan ajar berorientasi model pembelajaran langsung adalah positif. Ini berarti pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar yang seperti ini sangat efektif ditinjau dari respon siswa. IV. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan dari beberapa temuan dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa Implementasi bahan ajar berorientasi model pembelajaran langsung yang dikembangkan dapat dikatakan efektif menunjang kegiatan belajar mengajar. Hal ini terlihat dari peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, peningkatan hasil belajar siswa, dan respon siswa yang baik terhadap pembelajaran.

Berdasarkan simpulan di atas, maka diberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Pemodelan sangat penting dalam penerapan model pembelajaran langsung, sehingga posisi mengajar guru perlu diperhatikan agar semua siswa dapat mengamati dan menirukan pengajar.

2. Peneliti dan pengamat harus memiliki persepsi yang sama terhadap hal-hal yang akan diamati dan mendiskusikan hasil pengamatan untuk perbaikan pada pertemuan atau pembelajaran selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah dkk, 2012. Model Pembelajaran Langsung. (http://aisyahyazid.blogspot.com). Diunduh tanggal 6 Februari 2013

Aswandi dkk, 2011. Materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya ; Volume 1

Katili, Nancy, 2009. Penembangan Perangkat Berorientasi Model Pembelajaran Langsung

Pada Pokok Bahasan Sistem Pernafasan Manusia di Kelas V SDN Ketintang 1 Gayungan Surabaya.

Nanih dkk, 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Berorientasi Konstruktivistik Untuk

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Akuntasi di SMA. Jurnal Penelitian

Vol. 10 No. 2

Setiawan dkk, 2010. Penerapan Model Pengajaran Langsung Direct Intruction Untuk

Meningkatkan Pemahaman Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Rekayasa Perangakat Lunak (RPL). Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan

Komunikasi (PTIK)

Safnowandi, 2012. Model Pengajaran Langsung. (http://safnowandi.wordpress.com). Diunduh Tanggal 6 Februari 2013

(12)

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta Uno, Hamzah. 2012. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Yunus, Silvani. 2011. Analisis Kemampuan Siswa dalam Memahami Bangun Segitiga

ditinjau dari Teori Van Hiele.

http://www.referensimakalah.com/2012/09/model-pembelajaran-langsung-direct-instruction.html

Gambar

Gambar 3.2Modifikasi Model Perancangan dan Pengembangan Pengajaran Dick dan Carey  III
Tabel 4.3  Data Hasil Tes

Referensi

Dokumen terkait

Dim AddStatus As Boolean Dim StrFilePath As String Dim SQLTemp As String Dim NewForm As Form. Private Sub cmdHapus_Click() On Error

Dapat kita lihat bahwa berdasarkan klausa di atas, bahwa Pencipta adalah orang yang membuat suatu ciptaan yang merupakan pemegang hak cipta dari ciptaan tersebut, namun orang

Hasil ini diperkuat oleh Sitanggang (2011) dalam analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi karet di PTPN III Kebun Sarang Ginting, Kabupaten Serdang

Dalam penulisan ini telah didapatkan data dari hasil ATP di Sekolah Dasar wilayah Kebumen yang mengacu pada aspek-aspek salah satunya adalah kematangan berfikir

Berdasarkan pertimbangan volume material penutup yang digali per bulan dapat diaplikasikan pada bulan pertama sampai keenam memakai metode back filling. Material hasil penggalian

Nilai Inflasi Rata-Rata Tahun.... **) Diisi sesuai dengan ketersediaan data. Analisis terhadap indikator kinerja lainnya pada fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi

Apabila status kartu pasien sudah berubah dari 2 ke 3 (hal ini terjadi setelah pasien mendapatkan penanganan dokter dan dokter merujuk pasien ke laboran sehingga dokter

Peranan guru dalam pembelajaran kian berubah dengan pertambahan dalam penggunaan teknologi di dalam bilik darjah. Walaupun tempat guru tidak dapat diambil alih oleh