• Tidak ada hasil yang ditemukan

What Does Cost Really Mean?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "What Does Cost Really Mean?"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Pertanyaan yang menjadi judul tulisan ini sebenarnya akan lebih lengkap kalau diungkapkan sebagai berikut:

"What does cost really mean within the framework of accounting as an information provider?" Pertanyaan

tersebut berkaitan dengan pertanyaan "What does it

cost?" yang menjadi judul artikel Bourke [1978] yang

membahas betapa membingungkannya istilah cost yang digunakan dalam akuntansi. Kerancuan peng-gunaan istilah cost dikemukakan pula oleh Hasemen [1978] yang mengusulkan suatu rerangka untuk menginterpretasi arti cost tersebut sesuai dengan konteksnya. Istilah cost memang mempunyai banyak arti. Akan tetapi, dalam konteks akuntansi sebagai penyedia informasi finansial kuantitatif, istilah tersebut mempunyai arti khusus. Dalam dunia praktik (profesi) dan akademik sekarang ini, istilah biaya, harga pokok,

harga perolehan dan kadang-kadang beban digunakan

sebagai padan kata atau terjemahan istilah cost tersebut. Menurut pengamatan penulis, istilah-istilah tersebut menimbulkan kerancuan dalam penggunaan dan dalam pemahaman akuntansi sebagai penyedia informasi. Kerancuan dalam pemahaman dapat ditunjukkan dengan contoh tanya-jawab dalam suatu ujian komprehensif berikut ini.

Penguji: "Coba jelaskan menurut pemahaman anda pengertian biaya dalam akuntansi?"

Mahasiswa: "Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomik yang diperlukan untuk memperoleh barang dan jasa."

(Bagus sekali anda memang hafal dengan pengertian tersebut) Penguji: "Berilah contoh pengorbanan sumber

ekonomik yang dilakukan perusahaan!"

Mahasiswa: "Misalnya perusahaan mengeluarkan kas atau aktiva lainnya."

(Bagus! Berarti anda memahami konsep kesatuan usaha) Penguji: "Sekarang berilah contoh barang dan jasa

yang diperoleh perusahaan!" Mahasiswa: "Mesin, Pak."

Penguji: "Kalau begitu, jumlah rupiah pengeluaran untuk memperoleh mesin tersebut dapat disebut biaya mesin?"

Mahasiswa: "Bukan, Pak! Itu harga pokok!"

Percakapan di atas menunjukkan bahwa suatu pengertian dalam definisi sudah benar tetapi simbolnya tidak tepat sehingga suatu istilah tidak dapat diterapkan

atau berlaku umum sesuai dengan pendefinisiannya. Dalam artikel ini, penulis membahas dan mengajukan argumentasi bahwa istilah biaya, harga pokok dan harga perolehan tidak tepat sebagai pada istilah cost.1 Demikian juga istilah beban sangat tidak tepat untuk digunakan sebagai padan kata expense. Kemudian, penulis akan mengajukan istilah alternatif untuk menghindari kerancuan tersebut. Artikel ini juga merupakan tanggapan penulis terhadap exposure draft Standar Khusus Akuntansi Industri Minyak dan Gas Bumi (IAI, Prinsip Akuntansi Indonesia Pernyataan No. 5).2 Tanggapan tersebut penulis sampaikan dalam

public hearing terhadap exposure draft tersebut. Draft

standar tersebut merupakan bukti nyata adanya kerancuan pemahaman dan pengaplikasian cost sebagai data dasar akuntansi karena misnomer dalam pemilihan padan kata.

Pengertian Cost dan Istilah yang Berkaitan Lepas dari padan kata yang tepat untuk istilah cost, sebagai dasar pembahasan akan diuraikan dahulu makna cost yang sebenarnya dalam konteks akuntansi sebagai penyedia informasi. Sumber acuan yang akan digunakan dalam pembahasan ini diambil dari literatur akuntansi yang dianggap cukup autoritatif. Berikut ini adalah kutipan beberapa pengertian cost dalam literatur akuntansi tersebut yang dianggap cukup untuk menjadi basis pembahasan.

Kohler [1975: 139] mendefinisi cost sebagai berikut:

An expenditure or outlay of cash, other property, capital stock, or services, or the incurring of a liability therefor, identified with goods or services acquired or with any loss incurred, and measured by the amount of cash paid or payable or the market value of other property, capital stock, or services given in exchange or, in other situation, any commonly accepted basis of valuation.

What Does Cost Really Mean?

Suwardjono

Artikel ini pernah dimuat di majalah Akuntansi edisi Mei 1991. Artikel ini juga diterbitkan dalam buku Gagasan Pengembangan Profesi dan Pendidikan Akuntansi di Indonesia: Kumpulan Artikel (BPFE, 1992) dan

dilampirkan dalam buku Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan (BPFE, 2005) oleh penulis.

1Standar Akuntansi Keuangan 2001 menggunakan istilah beban pokok penjualan untuk padan kata cost of goods sold.

2Pernyataan ini telah dituangkan kembali dalam Standar Akun-tansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia sebagai Pernyataan Stan-dar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 29, Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.

(2)

Sprouse dan Moonits [1962: 8-9] mendefinisi cost dan

expense sebagai berikut:

Cost is a foregoing, a sacrifice made to secure benefit, and is measured by an exchange price. Expense is the decrease in net assets as a result of the use of economic services in the creation of revenues or the imposition of taxes by governmental unit.

Grady [1965: 228] mengemukakan definisi cost sebagai berikut:

Cost is the amount, measured in money, or cash expended or other property transferred, capital stock issued, services performed, or a liability incurred, in consideration of goods or services received or to be received. Costs can be classified as unexpired and expired. Unexpired costs (assets) are those which are applicable to the production of future revenues. ...Expired costs are those which are not applicable to the production of future revenues, and for that reason are treated as deductions from current revenues or charged against retained earnings. ... Unexpired cost may be transferred from one classification to another before becoming expired cost as above defined, ... .

Anthony dan Reece [1989: 63] memberi pengertian

cost dan beberapa istilah yang sangat erat kaitannya

dengan terjadinya cost sebagai berikut:

Cost is a monetary measurement of the amount of resources used for some purpose. An expenditure is a decrease in an asset (usually cash) or an increase in a liability (often accounts payable) associated with the incurrence of a cost. The expenditures in an accounting period equal the cost of all the goods and services acquired in that period. An expense is an item of cost applicable to the current accounting period. An expense represents resouces consumed by the entity's earning activities during the current period. When an expenditure is made, the ralated cost is either an asset or an expense. If the cost benefits future periods, it is an assets. If not, it is an expense—a reduction in retained earnings—of the current period. A disbursement is the payment of cash. A cash expenditure is a disbursement; but so is any cash payment, such as paying an account payable, repaying a loan, or paying a cash dividend to shareholders.

Dengan mengutip dari The Nature of Business Cost—

General Concepts, Bourke [1978: 193] mendefinisi cost sebagai berikut:

Cost is a general term for measured amount of value purposefully released or to be released in the acquisition or creation of economic resources, either tangible or intangible.

Hilton (2002: 36) menjelaskan makna cost, expense, dan cost of goods sold sebagai berikut:

Cost is the sacrifice made, usually measured by the resources given up, to achieve a particular purpose. An expense is the consumption of assets for the purpose of generating revenue. Cost of goods sold is the expense measured by the cost of the finished goods sold during a period of time.

Bila dicari dari sumber-sumber yang lain, makna yang dilekatkan pada istilah cost dan expense akan sama dengan pengertian yang diberikan oleh sumber-sumber di atas.

Karakteristik Cost

Dengan mempelajari definisi-definisi di atas secara saksama, mudah-mudahan telah diperoleh pemahaman arti atau makna cost yang sebenarnya. Berdasarkan pemahaman penulis, berikut ini adalah atribut atau karakteristik yang melekat pada istilah cost.

1. Cost merupakan pengukur (a measurement) dalam unit moneter suatu sumber ekonomik yang digunakan atau dikorbankan untuk tujuan tertentu. Dalam konteks akuntansi yang mendasarkan diri pada konsep kesatuan usaha, pengorbanan berarti keluarnya sumber ekonomik (aktiva) dari kesatuan usaha. Ada berbagai pengertian pengorbanan ditinjau dari berbagai konteks. Hasemen [1978: 77] membahas berbagai jenis pengorbanan (sacrifice) ditinjau dari berbagai aspek.

Hal yang perlu dicatat adalah bahwa walaupun cost itu sendiri sering disebut sebagai pengorbanan, yang dikorbankan sebenarnya adalah sumber ekonomik (baik fisik maupun nonfisik) dan cost hanyalah sebagai pengukur secara kuantitatif pengorbanan tersebut dalam unit moneter. Secara umum dapat dikatakan bahwa cost mengukur penggunaan (termasuk perubah-an) atau pengorbanan suatu sumber ekonomik. Dalam akuntansi, pada umumnya sumber ekonomik yang dikorbankan pun sebelumnya sudah diukur dengan

cost.

2. Cost dinyatakan dalam unit moneter khususnya dalam rerangka akuntansi sebagai penyedia informasi kuantitatif. Cost mengukur seberapa banyak atau besar penggunaan sumber ekonomik dalam unit moneter untuk tujuan tertentu. Pengukuran ini penting karena hasil pengukuran kuantitatif akan menjadi data dasar dalam penyediaan informasi untuk menentukan total penggunaan berbagai jenis dan jumlah sumber ekonomik dalam satuan yang homogen. Dengan satuan yang homogen, dapat diperoleh pengetahuan mengenai besarnya (size) dan hubungan (relationship) ko-mponen-komponen sumber ekonomik yang secara keseluruhan membentuk kesatuan sumber ekonomik tertentu, Pengetahuan seperti itulah yang disebut informasi kuantitatif. Kalau kuantifikasi dinyatakan dalam unit moneter, informasi yang diperoleh adalah

(3)

informasi finansial. Memang tidak semua cost dapat diukur dalam unit moneter. Akan tetapi, karena dalam akuntansi semua faktor harus dikuantifikasi, pengertian

cost dapat dikatakan sebagai pengukur dalam unit

moneter.

3. Pengukuran cost selalu dihubungkan dengan suatu fokus atau objek atau dengan tujuan (purpose) atau pusat perhatian. Fokus atau objek ini dikenal secara teknis sebagai cost object atau cost objective. Cost

object dapat berupa produk, departemen, projek,

kegiatan atau sesuatu yang komponen pembentuknya perlu diukur secara moneter agar pihak yang berkepentingan dapat memperoleh informasi mengenai

size dan relationship yang bermakna. Tujuan perlu

diidentifikasi karena tujuan yang berbeda memerlukan pengukuran cost yang berbeda pula untuk menghasil-kan informasi. Tujuan memperoleh informasi cost adalah untuk perencanaan (planning), pengendalian

(control) dan pertanggungjawaban keluar (periodic external reporting).

Perusahaan dapat dipandang sebagai susunan atau kumpulan berbagai sumber ekonomik. Tentu saja, besarnya dan hubungan antara komponen yang membentuk perusahaan dapat dilihat dari beberapa aspek. Seorang kepala bagian personalia akan melihat perusahaan sebagai kumpulan orang dengan hubungan seperti yang digambarkan dalam struktur organisasi perusahaan. Seorang insinyur akan melihat perusahaan sebagai kegiatan atau proses sebagaimana digambar-kan dalam bagan proses produksi. Bagi seorang analis finansial (atau dari sudut akuntansi keuangan), perusahaan akan dipandang sebagai simbol-simbol (elemen-elemen) finansial sebagaimana ditunjukkan oleh laporan keuangan. Elemen laporan keuangan termasuk dalam pengertian objek atau fokus yang harus diukur (cost merupakan salah satu dasar pengukuran-nya). Manajemen melihat perusahaan sebagai satuan-satuan kegiatan (terdiri atas mesin, bahan dan manusia) yang mengolah input menjadi output. Satuan-satuan kegiatan berkaitan satu sama lainnya secara terpadu. Untuk tujuan pengendalian melalui informasi finansial, satuan kegiatan fisik direpresentasi dalam bentuk pusat pertanggungjawaban sedangkan masukan dan keluaran direpresentasi dan diukur dalam bentuk cost. Dengan demikian, berbagai satuan kegiatan, termasuk masukan dan keluaran, dapat menjadi objek cost.

Dari segi akuntansi, sebenarnya bukan cost itu sendiri yang mempunyai arti penting akan tetapi justru jasa yang ada di balik angka cost yang termuat dalam rekeninglah yang mempunyai arti penting. Jadi arti pentingnya objek atau jasa diwakili oleh cost yang tercatat dalam tiap rekening. Di balik deretan angka-angka akuntansi terkandung jasa-jasa yang berwujud fisik maupun nonfisik. Jasa-jasa tersebut adalah daya, kemampuan atau kapasitas yang kalau ditukarkan atau digabungkan satu sama lainnya dapat menimbulkan daya, kemampuan atau kapasitas lain yang

kekuatan-nya (besarkekuatan-nya) paling tidak sama dengan yang sebelumnya dimiliki perusahaan. Misalnya, kas ditukarkan dengan mesin, ini berarti bahwa daya beli ditukarkan dengan daya produksi. Oleh karena itu, akuntansi berusaha untuk menentukan simbol-simbol yang dapat merepresentasi daya tersebut sehingga tanpa melihat perusahaan secara fisik orang dapat membayangkan kegiatan operasi perusahaan hanya dengan membaca laporan keuangan. FASB [1985] dalam SFAC No. 6 mengidentifikasi dan mendefinisi sepuluh elemen laporan keuangan yang dapat menjadi simbol sumber daya dan kegiatan yaitu: asset, liability,

equity, revenue, expense, gain, loss, investment by owners, distribution to owners, dan comprehensive income.

4. Secara fisik, kesatuan usaha menguasai dan mengelola sumber ekonomik yang disebut aktiva. Secara akuntansi, sumber ekonomik dan perubahannya direpresentasi dalam bentuk unit moneter. Unit moneter di sini adalah hasil pengukuran yang ditentukan pada saat transaksi pemerolehan sumber ekonomik tersebut dan didasarkan pada harga pertukaran. Kesepakatan harga pertukaran akan menciptakan data yang akan dicatat dalam sistem pembukuan kesatuan usaha. Data hasil pengukuran yang telah dicatat tersebut disebut dengan cost dan merupakan pengukur sumber ekonomik pada saat terjadinya atau diperolehnya. Karena sudah terjadi dan tercatat, cost ini sering disebut dengan historical cost. Walaupun demikian, pengertian cost tidak terbatas pada cost yang sudah terjadi. Memang pengertian cost yang dominan adalah sebagai historical cost. Namun demikian, cost dapat juga mengukur objek yang akan terjadi (future cost).

Lebih dari itu, untuk mengukur cost, dasar yang digunakan tidak hanya pengeluaran sumber ekonomik yang telah terjadi. Pengeluaran tersebut mungkin saja baru akan terjadi di masa yang akan datang. Kalau cost sudah terjadi tetapi pengeluarannya belum terjadi maka utang akan timbul. Itulah sebabnya utang didefinisi FASB [1985: par. 35] sebagai "pengorbanan sumber ekonomik di masa mendatang yang cukup pasti akibat transaksi yang telah terjadi sebelumnya." Pengeluaran juga tidak harus berupa kas tetapi dapat pula berupa sumber ekonomik lain seperti jasa perusahaan, surat berharga dan saham atau obligasi perusahaan.

Telah disebut sebelumnya bahwa elemen laporan keuangan merupakan simbol untuk merepresentasi kondisi fisik dan kemampuan ekonomik suatu perusahaan. Elemen tersebut saling berkaitan yang disebut dengan artikulasi, Kalau elemen-elemen tersebut diukur dalam unit moneter yang berarti bahwa suatu unit moneter dilekatkan pada elemen-elemen tersebut maka simbol dan unit moneter sebagai pengukurnya akan membentuk informasi berupa laporan keuangan. Akuntansi menganut cost principle

(4)

dinilai/diukur atau dilekati dengan cost yang telah terjadi agar menjadi informasi. Oleh karena itu, laporan keuangan yang dihasilkan dengan penilaian seperti itu sering disebut dengan historical cost financial

statements.

5. Sebagai dasar pengukuran, cost tidak mempunyai konotasi sebagai sesuatu hal yang negatif (mengurangi) atau merugikan atau sesuatu yang jelek. Kesan seperti ini akan menghalangi atau mengacaukan pemahaman makna cost. Mengenai hal ini, Haseman [1978: 70] menyatakan: "The tendency to think erroneously of all

costs as expenses, or of cost connoting something bad or undesireble prevents a clear understanding of the meaning of cost."

Kerancuan dan kesalahan dalam menangkap makna

cost disebabkan orang tidak memandang cost sebagai

suatu pengertian yang netral atau generik seperti disarankan Hasemen. Kerancuan pemahaman dan aplikasi terjadi karena orang memandang cost sebagai objek, wadah atau elemen (misalnya expense, loss,

asset) dan bukan sebagai pengukur (monetary measurement) elemen itu sendiri. Cost sendiri

bukanlah informasi tetapi sekadar data dasar. Objek yang telah dilekati dengan cost itulah yang secara bersama-sama (objek dan pengukurnya) merupakan informasi, Oleh karena itu, cost harus dihubungkan dengan sesuatu yang menjadi pusat perhatian. Suatu (objek) yang menjadi pusat perhatian harus diidenti-fikasi sehingga cost akan mempunyai nilai informasi. Telah disebutkan sebelumnya objek ini dapat berupa produk, fasilitas, jasa, kegiatan atau projek.

Selanjutnya Haseman mengemukakan bahwa berbagai objek yang akan dilekati cost akan menjadi basis klasifikasi cost dan cost accounting merupakan suatu proses, prosedur, metode dan teknik pengolahan data cost untuk dilekatkan pada objek yang menjadi pusat perhatian manajemen sehingga informasi finansial untuk kepentingan pengambilan keputusan dapat diperoleh. Bergantung pada kepentingan mana-jemen dan keperluan informasi yang diinginkan, objek yang menjadi basis klasifikasi antara lain:

Fungsi operasi: production, marketing, dan administrative Komponen produk: raw material, direct labor dan

overhead

Variabilitas: fixed dan variable

Keleluasaan untuk menentukan besarnya: discretionary dan engineered

Waktu terjadinya: historical, current dan future Penandingan dengan pendapatan: product dan period Lokasi terjadinya: direct dan allocated

Elemen laporan keuangan: asset, liability, equity, revenue, expense, gain, loss, investment by owners, distribution to owners, dan comprehensive income.

Aktivitas: setup, inspection, dan material handling

Masalah

Dengan mendasarkan pada pembahasan dan pengertian

cost di atas, dapat disimpulkan bahwa cost merupakan

hasil pengukuran dalam unit moneter suatu objek dan

cost tercipta karena adanya kejadian ekonomik dalam

suatu unit organisasi. Cost tersebut dicatat dalam sistem akuntansi dan menjadi data dasar atau bahan olah untuk menghasilkan informasi. Agar menjadi informasi maka data cost harus diklasifikasi dengan wadah tertentu yang menjadi pusat perhatian (fokus) atau dihubungkan dengan objek tertentu.

Istilah cost memang mempunyai banyak arti dan dalam komunikasi bisnis sering terjadi salah interpre-tasi karena pengertian yang berbeda mengenai apa yang disebut dengan cost. Masalah timbul kalau seseorang harus menjawab pertanyaan "What does it cost?" seperti yang diajukan oleh Bourke [1978], Kalau objek atau pusat perhatian dapat diidentifikasi untuk mengganti it dalam pertanyaan Bourke tersebut, maka pertanyaan-pertanyaan dalam Daftar 1 berikut merupa-kan hal yang amerupa-kan sering terjadi dalam komunikasi bisnis atau akuntansi.

Daftar 1

*Istilah ini digunakan dalam pembahasan akuntansi untuk perubahan harga (accounting for price changes) khususnya dalam current cost accounting.

Pertanyaan di atas diajukan untuk mengetahui besarnya (size) suatu objek dari sudut moneter. Pertanyaan di atas sebenarnya masih belum dapat dijawab dengan tuntas karena harus ada kesepakatan mengenai apa saja komponen yang membentuk cost tersebut. Pada umumnya untuk mengukur cost suatu objek, akuntansi menggunakan dasar yang disebut full

cost yaitu semua sumber yang digunakan untuk

membentuk suatu objek cost. Namun demikian, komponen yang dapat masuk ke dalam suatu objek bergantung pada tujuan dan jenis keputusan yang akan diambil oleh pemakai informasi. Dengan kata lain, komponen cost harus relevan dengan tujuan penyedi-aan informasi. Artikel ini tidak menekankan pada apa komponen-komponen cost yang relevan tetapi lebih memfokuskan pada pencarian istilah yang tepat.

Sebagai data dasar dan bahan olah akuntansi untuk menghasilkan informasi, istilah cost dalam pertanyaan

What is the cost of labor? What is the cost of machinary? What is the cost of production? What is the cost of product A? What is the cost of goods sold? What is the cost of bonds payable? What is the cost of inventory?

What is the cost of administrative function? What is the current cost* of stockholders' equity? What is the current cost of selling expenses? What is the current cost of sales?

(5)

di atas mempunyai arti atau makna yang sama. Hal yang perlu dipegang adalah bahwa apapun objek, komponen atau wadah yang akan dilekati dengan cost, jumlah unit moneter atau jumlah rupiah cost harus tetap merupakan cost. Daftar 2 merupakan pertanyaan yang akan terjadi kalau pertanyaan dalam Daftar 1 diindonesiakan kecuali kata cost.

Daftar 2

Telah disebutkan sebelumnya bahwa kerancuan sering timbul karena orang tidak dapat membedakan antara pengukur dan objek/elemen yang diukur khususnya dalam penggunaan istilah cost. Kalau cost mempunyai pengertian dan makna sebagai pengukur dalam unit moneter, apakah padan kata bahasa Indonesia untuk istilah cost untuk seluruh pertanyaan dalam Daftar 2 yang tidak menimbulkan kerancuan? Apakah istilah biaya, harga pokok, atau harga perolehan tepat sebagai padan istilah? Apa akibatnya bagi dunia praktik (profesi) maupun pendidikan (akademik) bila kerancuan ini dibiarkan berlangsung?

Kerancuan Karena Misnomer

Dalam buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK) 2001, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) memadankata-kan istilah biaya dengan cost, beban dengan expense, dan beban pokok penjualan dengan cost of goods sold. Hal ini ditunjukkan dalam beberapa pasal dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan berikut (istilah dalam tanda kurung adalah istilah aslinya):

Keseimbangan antara biaya dan manfaat (cost and benefit) lebih merupakan kendala yang pervasif daripada karakteristik kualitatif (par. 44).

Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban ... (par. 70)

Beban (expenses) diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya (cost) yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Proses ...; misalnya, berbagai komponen

beban yang membentuk beban pokok penjualan (cost of goods sold) diakui pada saat yang sama sebagai penghasilan yang diperoleh dari penjualan barang (par. 95).

IAI sendiri tidak tegas membedakan biaya dan beban tetapi berbagai uraian dalam SAK mengesan-kan bahwa istilah biaya dimaksudmengesan-kan sebagai padan kata cost. IAI tampaknya mulai menjauhkan peng-gunaan harga pokok sebagai padan kata cost tetapi lebih banyak menggunakan harga perolehan atau bi-aya perolehan.1 Untuk cost dalam cost of goods sold, IAI menggunakan istilah beban pokok dan goods sold diterjemahkan menjadi penjualan. Walaupun demiki-an, banyak buku-buku akuntansi menggunakan isti-lah harga pokok untuk cost dan harga pokok penjualan untuk cost of goods sold.

Dengan pengertian yang ada dalam buku SAK tersebut berarti bahwa biaya dipandang sebagai bahan olah akuntansi atau pengukur dalam unit moneter suatu objek berupa barang dan jasa (termasuk elemen laporan keuangan cost historis). Kalau demikian, secara konsekuen dan konsisten mestinya beberapa pertan-yaan dalam Daftar 2 akan diungkapkan seperti pada Daftar 3, Istilah biaya akan mengganti semua istilah

cost karena istilah cost dalam Daftar 2 mempunyai

pengertian dan makna yang sama yaitu sebagai pengukur dalam unit moneter.

Daftar 3

Kalau istilah biaya memang cukup luas dan tepat maka ungkapan seperti dalam Daftar 3 itulah yang seharusnya terjadi. Kenyataannya, justru ungkapan-ungkapan seperti dalam Daftar 4 di halaman berikutlah yang terjadi.

Kalau ungkapan/pertanyaan dalam Daftar 3 diinggriskan kembali dengan makna biaya sebagai bahan olah atau pengukur dalam unit moneter, maka istilah biaya di atas jelas akan menjadi cost semua. Dengan istilah tersebut tidak akan terjadi kerancuan sebagaimana contoh aplikasi berikut: secara fisik, bahan baku, tenaga kerja dan overhead kalau

Berapakah cost tenaga kerja? Berapakah cost mesin? Berapakah cost produksi? Berapakah cost produk A? Berapakah cost barang terjual? Berapakah cost utang obligasi? Berapakah cost sediaan barang? Berapakah cost administrasi?

Berapakah current cost modal pemegang saham? Berapakah current cost biaya penjualan? Berapakah current cost penjualan? Berapakah current cost laba?

1Kata memperoleh mempunyai kata pangkal “peroleh” sehingga proses memperoleh mestinya disebut pemerole-han bukan perolepemerole-han karena tidak ada kata dioleh atau mengoleh.

Berapakah biaya tenaga kerja? Berapakah biaya mesin? Berapakah biaya produksi? Berapakah biaya produk A?

Berapakah biaya barang terjual? Berapakah biaya utang obligasi?

Berapakah biaya sediaan barang? Berapakah biaya administrasi?

Berapakah biaya sekarang modal pemegang saham? Berapakah biaya sekarang biaya penjualan? Berapakah biaya sekarang penjualan? Berapakah biaya sekarang laba?

(6)

digabungkan akan menjadi produk; secara simbol kuantitatif dengan cost sebagai pengukur, cost bahan baku, cost tenaga kerja, dan cost overhead kalau digabungkan dengan sendirinya akan membentuk cost produk. Hal yang tidak logis terjadi kalau aplikasi tersebut diindonesiakan: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead kalau digabung menjadi harga pokok produk.

Daftar 4

Kenyataan seperti di atas sebenarnya mengisyarat-kan bahwa istilah biaya untuk padan kata cost adalah suatu misnomer, demikian juga istilah harga pokok, Kalau bukan salah istilah, berarti istilah harga pokok dapat mengganti semua istilah cost untuk tiap pertanyaan dalam Daftar 2, tetapi nyatanya juga tidak demikian yang terjadi. Harga pokok juga kurang tepat karena mempunyai konotasi bahwa ada elemen lain yang tidak pokok padahal cost mempunyai kedudukan yang sama. Yang jelas harga pokok tidak mempunyai makna sebagai pengukur (a measurement) dan oleh karena itu tidak tepatlah untuk mengatakan bahwa akuntansi mengolah harga pokok.

Kerancuan istilah akan menyebabkan kerancuan berpikir yang menghambat pemahaman. Kalau toh terjadi pemahaman maka pemahaman tersebut juga merupakan pemahaman yang rancu. Tanya-jawab dalam ujian komprehensif pada awal artikel ini adalah contoh kerancuan berpikir yang disebabkan oleh misnomer dalam penggunaan istilah biaya untuk menyimbolkan pendefinisian makna cost. Percakapan tersebut menunjukkan bahwa makna atau pengertian sudah didefinisi secara benar tetapi simbolnya tidak tepat sehingga simbol (istilah) tidak berlaku umum. Hal ini analogi dengan menggunakan istilah ayam untuk menyimbolkan pengertian unggas.

Istilah biaya tidak tepat karena pengertian biaya secara semantik dalam bahasa Indonesia adalah sesuatu

yang berkonotasi sebagai pengurang atau sesuatu yang negatif atau sesuatu yang harus dikorbankan untuk memperoleh tujuan akhir. Dalam suatu perusahaan, tujuan akhir (berupa pendapatan yaitu aliran masuk barang dan jasa) harus diperoleh dengan biaya (berupa aliran keluar/penyerahan barang atau jasa). Dari segi informasi, biaya ini lebih merupakan objek atau pusat perhatian yang diukur dengan cost dan bukan sebagai pengukur itu sendiri. Dengan demikian, sebagai pengukur dalam unit moneter, istilah biaya tidak bersifat generik dan terlalu sempit untuk merepresen-tasi makna cost yang sesungguhnya.

Akibat tidak sesuainya makna dengan simbol akhirnya istilah biaya (kalau dianggap sebagai bahan olah) tidak dapat berlaku umum dan akhirnya harus ada "kualifikasi" penggunaan istilah tersebut. Penggunaan istilah harga pokok merupakan kualifikasi ketidaktepa-tan rasa dan makna bahasa istilah biaya tersebut untuk mengganti istilah cost secara penuh. Jadi, karena tidak pas atau cocok secara rasa bahasa dan keterbatasan arti semantik biaya, untuk objek atau elemen tertentu terpaksa digunakan istilah harga pokok atau harga perolehan untuk cost. Hal ini kurang menguntungkan dalam memahami arti akuntansi sebagai penyedia informasi karena tidak adanya kesatuan pengertian mengenai bahan olahnya. Harga perolehan (istilah yang tepat menurut kaidah bahasa seharusnya adalah

kos pemerolehan) juga tidak tepat karena cost adalah

netral dan tidak harus disangkutkan dengan saat terjadinya. Kecuali itu, kerancuan sering timbul karena orang mengartikan cost sama dengan acquisition cost. Heitger dan Matulich [1986: 52] menjelaskan bahwa

cost merupakan valuation concept dan bukan

merupakan timing concept yang digunakan dalam pendefinisian expense.

Acapkali orang juga berpolemik mengenai mana yang benar: harga pokok produksi atau biaya produksi sebagai padan istilah cost of production; harga pokok produk atau biaya produk sebagai padan istilah product cost. Kalau cost yang dimaksud dalam pengertian tersebut adalah bahan olah atau pengukur dalam bentuk moneter, kedua istilah tersebut sama-sama tidak tepat. Dengan demikian polemik tersebut tidak akan pernah berakhir karena memang tidak dapat ditentukan mana yang paling tepat. Atau, kalau ditemukan padan istilah lain yang tepat, polemik tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi.

Istilah yang Tepat

Untuk mendapatkan padan kata yang tepat harus selalu diingat fungsi akuntansi sebagai pengada/pencipta

(generator) data kuantitatif dasar (basic quantitative data) dan penyedia informasi keuangan kuantitatif.

Pertimbangan lain adalah kemudahan belajar di masa mendatang dan kelancaran berkomunikasi dalam profesi dan pendidikan akuntansi.

Berapakah biaya tenaga kerja?

Berapakah harga pokok (harga perolehan) mesin? Berapakah biaya produksi?

Berapakah harga pokok produk A? Berapakah harga pokok* penjualan? Berapakah nilai buku utang obligasi? Berapakah harga pokok sediaan barang? Berapakah biaya administrasi?

Berapakah harga pokok sekarang modal pemegang saham?

Berapakah harga pokok sekarang biaya penjualan? Berapakah harga pokok sekarang penjualan? Berapakah harga pokok sekarang** laba?

*Dalam Standar Akuntansi Keuangan IAI, istilah beban pokok penjualan bahkan digunakan.

**Ada beberapa buku yang menggunakan istilah biaya berlaku untuk padan kata current cost sehingga pertanyaan itu menjadi "Berapakah biaya berlaku laba?" atau "Berapa laba biaya berlaku?"

(7)

Berdasarkan rasa dan makna bahasa serta dengan mempertimbangkan kesatuan pengertian dan kemu-dahan belajar dan berkomunikasi dalam akuntansi di masa mendatang, menurut pendapat penulis, istilah biaya lebih tepat kalau digunakan sebagai padanan

expense bukannya cost. Memang biaya merupakan

pengorbanan, tetapi biaya mempunyai makna sebagai pengorbanan untuk mendapatkan sesuatu yang meru-pakan tujuan akhir. Dalam perusahaan, tujuan akhir adalah berupa penyerahan produk atau jasa untuk memperoleh pendapatan. Mengorbankan sumber ekonomik untuk memperoleh potensi jasa berupa mesin, bahan baku dan jasa lainnya untuk memproduk-si barang bukan merupakan tujuan akhir suatu unit usaha tetapi lebih merupakan tujuan khusus (to achieve

a specific objective atau for some purpose).

Jadi, tujuan akhir perusahaan adalah untuk menciptakan pendapatan yang akhirnya mendatangkan laba dan untuk menimbulkan pendapatan perusahaan perlu mengeluarkan atau menyerahkan produk atau jasa sebagai biaya. Sebelum ada penyerahan produk atau jasa maka belum terjadi biaya (expenses atau

expired cost). Penggunaan atau pengorbanan (a forgoing or a sacrifice) sumber ekonomik untuk

memperoleh barang dan jasa sebenarnya tidak atau belum melibatkan biaya sama sekali, yang terjadi sebenarnya adalah perubahan sumber ekonomik yang satu (misalnya kas) menjadi sumber ekonomik yang lain (misalnya sediaan barang atau mesin atau tenaga kerja). Pengorbanan di sini adalah pengorbanan kesempatan untuk menggunakan manfaat suatu sumber ekonomik tertentu karena manfaat sumber ekonomik yang lain perlu diperoleh atau dikuasai (a sacrifice

made to secure benefit) untuk mencapai tujuan akhir.

Secara rasa bahasa, sumber ekonomik baru dapat dikatakan menjadi biaya setelah manfaat sumber ekonomik (yang direpresentasi dalam bentuk cost) dikorbankan (keluar dari kesatuan usaha) untuk mencapai tujuan akhir yaitu penyerahan produk untuk memperoleh pendapatan.

Istilah cost dengan makna sebagaimana dijelaskan di atas memang tidak mempunyai padanan yang pas dalam bahasa Indonesia, lebih-lebih kalau istilah cost kemudian digunakan untuk menunjuk bahan olah akuntansi. Harga pokok, harga perolehan dan biaya terbukti tidak dapat mewakili makna yang terkandung dalam pengertian cost di atas. Oleh karena itu, cara terbaik untuk mencari istilah Indonesianya adalah menyerap istilah tersebut menjadi kos. Istilah ini sebenarnya sudah dikenalkan IAI [1986: 128] yaitu dalam Daftar Istilah buku Norma Pemeriksaan

Akuntan.

Dengan istilah ini akan mudahlah untuk menunjuk-kan hubungan antara objek/elemen/fokus pelaporan keuangan dan pengukurnya dan akuntansi akan nampak mengolah bahan yang sama dan generik yaitu kos. Kos akan menjadi data dasar dalam menyediakan informasi keuangan yang dapat diwujudkan dalam

bentuk laporan keuangan atau laporan manajerial. Dengan istilah kos, akan mudahlah untuk memperoleh pengetahuan tentang size dan relationship secara jelas dan konsisten antara objek-objek yang menjadi pusat perhatian pihak luar maupun manajemen.

Kos Sebagai Bahan Olah Akuntansi

Atas dasar pengertian yang dikutip dari berbagai sumber sebelunya mengenai cost, expenditure,

ex-pense, dan disbursement dan dihubungkan dengan

konsep kesatuan usaha, konsep perioda waktu, dan elemen laporan keuangan, pengertian kos sebagai bahan olah akan menjadi lebih jelas dengan rerangka seperti pada Gambar 1.

Dengan rerangka yang dilukiskan dalam Gambar 1 tersebut akan mudahlah untuk memahami berbagai pengertian dan definisi istilah yang dijumpai dalam akuntansi. Dengan rerangka tersebut, akan mudahlah untuk membedakan antara pengukur dan wadah atau elemen. Bahwa kos mempunyai kedudukan sebagai pengukur atau bahan olah akuntansi dan bukan sebagai objek atau wadah menjadi jelas dalam rerangka tersebut. Pengorbanan (pengeluaran sumber ekonomik) untuk memperoleh barang dan jasa harus dibedakan dengan pengorbanan (pengeluaran sumber ekonomik) untuk memperoleh pendapatan, Kalau terjadi transaksi pemerolehan barang atau jasa, maka perusahaan akan melakukan pengeluaran

(expendi-tures). Pengeluaran ini akan merupakan pengukur kos

barang dan jasa yang diperoleh. Kos ini harus dicatat karena kos tersebut akan menjadi data dasar untuk menghasilkan informasi mengenai kegiatan operasi perusahaan selama perioda tertentu.

Secara teknis pembukuan, kos (jumlah rupiah pengeluaran) tersebut dapat dicatat ke dalam wadah yang namanya aset atau biaya bergantung pada karakteristik hubungan pengeluaran dengan pendapa-tan sebagai tujuan akhir. Kalau kos tersebut di catat ke dalam wadah aktiva, maka pengeluaran tersebut disebut dengan pengeluaran untuk aset atau pengeluaran untuk barang modal (capital expendi-tures) sedangkan kalau kos tersebut dicatat ke dalam

wadah biaya (yang berarti langsung dikaitkan dengan pendapatan), maka pengeluaran tersebut disebut pengeluaran untuk pendapatan (revenue expendi-tures). Hal yang penting adalah bahwa ke manapun

jumlah rupiah pengeluaran tersebut dicatat, jumlah tersebut tetap merupakan kos.

Dengan cara berpikir yang sama, kalau perusahaan melakukan pengeluaran untuk memperoleh mesin atau sediaan barang maka pengeluaran tersebut akan menjadi kos mesin atau kos sediaan barang. Dengan demikian orang akan dapat bertanya: "Berapakah kos mesin?" atau "Berapakah kos sediaan barang?" Ada masalah untuk menjawab pertanyaan ini karena ada bermacam-macam pengeluaran untuk memperoleh

(8)

mesin atau sediaan barang. Masalahnya adalah pengeluaran yang mana saja yang membentuk kos mesin atau sediaan tersebut. Agar terjadi kesamaan interpretasi dan komunikasi yang efektif, perlu ada kesepakatan mengenai hal ini dalam bentuk prinsip atau bila perlu standar akuntansi. Prinsip akuntansi yang sekarang dianut mengenai apa yang masuk dalam kos mesin misalnya adalah bahwa kos mesin meliputi seluruh pengeluaran dalam rangka memperoleh mesin (aset tetap) sampai mesin (aset tetap) tersebut siap digunakan sesuai dengan tujuannya. Demikian juga, kos sediaan barang adalah semua jumlah rupiah pengeluaran yang diperlukan sampai sediaan barang siap dipakai atau siap dijual. Dengan cara seperti ini tidak perlu lagi ada inkonsistensi penggunaan istilah biaya, harga pokok dan harga perolehan. Bila istilah kos digunakan sebagai istilah generik untuk menunjuk jumlah rupiah yang melekat pada suatu objek (barang atau jasa atau kegiatan) maka tidak perlu terjadi kerancuan dan inkonsistensi seperti dijumpai dalam

exposure draft Pernyataan No. 5 (Standar Khusus

Akuntansi Industri Minyak dan Gas Bumi atau sekarang PSAK No. 29).

Dengan rerangka seperti Gambar 1 dan konsep kos sebagai bahan olah akan mudah pula untuk menjelaskan pengertian expese dan revenue serta konsep penandingan atau pengasosiasian (matching).

Yang jelas keduanya (expese dan revenue) merupakan wadah atau objek dan bukan bahan olah. Kalau keduanya dilekati (diukur) dengan kos maka size dan

relationship keduanya dapat diketahui sehingga

dihasilkan suatu informasi.

Beban

Misnomer yang sangat fatal adalah penggunaan istilah beban sebagai padan kata expense. Wibisana (1992) menyatakan istilah beban sering menjerumuksan.1 Kesalahan bukan saja terletak pada makna bahasa tetapi yang lebih penting juga pada makna definisional. Secara defisional, expense adalah jasa atau manfaat suatu sumber ekonomik yang telah digunakan dalam rangka menciptakan pendapatan yang merupakan tujuan setiap unit usaha. Berdasarkan makna dalam definisi tersebut, istilah biaya sebenarnya lebih mendekati pengertian dan makna expense tersebut sehingga tepatlah kalau dikatakan bahwa biaya adalah sumber ekonomik (yang direpresentasi dalam bentuk kos) yang telah keluar dari kesatuan usaha (menjadi 1Lihat Jusuf Wibisana, “Kerangka Konseptual dan Penyusunan Standar Akuntansi” dalam Prosiding Konvensi Nasional Akuntansi Ke-2, Yogyakarta 3-5 Desember 1992, hlm. 101.

kas aset lainnya

Pengorbanan sumber ekonomik untuk memperoleh barang dan jasa

Pengorbanan sumber ekonomik untuk memperoleh pendapatan barang atau jasa produk dan/atau jasa kas/ jasa/ barang cost (kos) kos kos baru

disbursement (pengeluaran kas)

expenditure

(pengeluaran)

sebagai pengukur pemerolehan barang dan jasa

expense (biaya) biaya sebagai wadah/objek

pengakuan nilai tam-bah oleh pihak inde-penden melalui transaksi penjualan/ pertukaran

pendapatan sebagai wadah/objek

revenue (pendapatan) matching

Kesatuan Usaha

kos

Gambar 1

(9)

expired cost) akibat penyerahan barang atau jasa

kepada pelangganan dalam upaya menghasilkan pendapatan. Untuk tujuan pelaporan yang informatif, kos yang telah keluar ini secara konvensi ditampung ke dalam tiga wadah yaitu produk terjual, perioda berjalan dan rugi yang secara keseluruhan merupakan biaya (lihat Gambar 2).

Bahwa suatu saat kos berubah menjadi biaya bukan berarti bahwa kos sama dengan biaya. Yang sesungguhnya terjadi adalah data kos yang semula ditampung dalam wadah aset atau lainnya sekarang dialihkan atau dinyatakan masuk ke wadah biaya untuk merepresentasi kegiatan perusahaan yang senyatanya. Demikian juga, kalau bahan baku, tenaga kerja, dan overhead digabungkan menjadi produk maka kos yang melekat pada komponen produk tersebut sekarang melekat pada produk tersebut dan oleh karena itu semua kos komponen akan membentuk kos produk bukan biaya produk atau harga pokok atau lainnya.

Pemahaman makna kos dan biaya seperti di atas akan memudahkan untuk menjawab atau menjelaskan mengapa buku-buku teks akuntansi dan badan penyusun standar (termasuk FASB dan IAI) mendefi-nisi biaya sebagai aliran keluar aset atau penurunan aset bersih. FASB [1985: par. 80], misalnya, mendefinisi expense sebagai berikut:

Expenses are outflows or other using up of assets or incurrences of liabilities (or a combination of both) during a period from delivering or producing goods, rendering services, or carrying out other activities that constitute the entity's ongoing major or central operation.

Istilah beban sebagai padan kata expense secara rasa bahasa juga sangat tidak tepat karena istilah beban samasekali tidak mengandung makna ekonomi. Artinya istilah tersebut (khususnya kalau berdiri sendiri) tidak memberi kesan sebagai jumlah rupiah atau nilai ekonomik sebagaimana istilah biaya, kos, rugi, pendapatan dan laba. Kecuali itu, istilah beban tidak mengisyaratkan makna sebagai suatu aliran keluar sumber ekonomik dari kesatuan usaha.

Istilah beban (diterjemahkan dari kata charge) mempunyai arti tidak lebih dari sekadar pengurang atau debit (charges to revenue) dan berkaitan dengan teknik pembukuan semata-mata. Secara teknis, biaya memang sering disebut beban karena dalam akun Laba-Rugi (Income Summary) semua biaya dibebankan atau didebit (charged) ke akun tersebut. Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa biaya dapat disebut sebagai beban atau debit.

Lebih jauh, beban mempunyai makna sebagai sesuatu yang harus ditanggung padahal secara konseptual expenses (biaya) merupakan sesuatu yang harus dikorbankan dahulu untuk menciptakan pendap-atan. Menyebut expenses sebagai beban sama saja dengan mengatakan bahwa pendapatan harus

menang-gung biaya dan ini bertentangan dengan konsep bahwa kos yang telah dikorbankan (keluar dari kesatuan usaha) merupakan upaya (effort) untuk menimbulkan pendapatan (accomplishment). Namun demikian, secara teknis pendapatan diukur lebih dahulu baru kemudian biaya yang menghasilkan pendapatan tersebut ditentukan untuk dikurangkan atau dibeban-kan ke pendapatan sehingga angka laba diperoleh.

Akibat misnomer kata beban dan tidak digunakan-nya konsep seperti diuraikan dalam Gambar L1−1, banyak timbul ungkapan yang janggal dalam Standar

Akuntansi Keuangan seperti (PSAK No. 29, par. 5): a. Semua beban pemasaran produk di dalam negeri

diper-lakukan sebagai beban operasi pemasaran, sedang beban pabrikasi dan pengemasan termasuk dalam harga pokok produk.

b. Semua beban pemasaran gas di dalam negeri diperlaku-kan sebagai beban operasi pemasaran.

Dapat dibayangkan bahwa nanti akan muncul ungkapan “biaya pemasaran dibebankan sebagai beban” untuk menyatakan marketing costs are charged

as an expense. Mahasiswa yang sedang belajar bahasa

Inggris akan mengalami kesulitan menerjemahkan definisi Hilton (2002) berikut: Cost of goods sold is the

expense measured by the cost of the finished goods sold during a period of time (hlm. 36).

Makna Pendapatan

Kalau perusahaan memperoleh pendapatan berarti bahwa ada aliran sumber ekonomik yang masuk ke kesatuan usaha. Aliran masuk sumber ekonomik ini juga diukur berdasarkan pengakuan atau penghargaan pihak luar perusahaan terhadap barang atau jasa yang diserahkan perusahaan. Aliran masuk sumber ekonomik ini umumnya berupa kas atau piutang. Kas atau piutang tersebut sebenarnya merupakan kos juga karena kalau kas dan piutang tersebut dikeluarkan (dikorbankan) untuk memperoleh barang dan jasa akhirnya akan menjadi kos juga. Jadi, dari segi informasi akuntansi, sebenarnya dapat dikatakan bahwa pendapatan merupakan wadah pengukuran dan bukan bahan olah atau pengukur itu sendiri. Pengukurnya adalah kos yang masuk ke perusahaan. Oleh karena itu, dimungkinkan pula untuk bertanya "Berapa kos penjualan?" dalam konteks akuntansi kos historis. Akan tetapi karena aliran yang berbeda, untuk membedakannya dengan aliran keluar, aliran masuk pendapatan tetap disebut sebagai pendapatan.

Dengan rerangka pikir tersebut, dapat dijelaskan mengapa buku-buku teks akuntansi dan badan penyusun autoritatif mendefinisi pendapatan sebagai kenaikan aset atau sebagai aliran masuk aset. IAI [2001, Kerangka Dasar, prg. 70], misalnya mendefinisi pendapatan (revenue) yang dicakupi dalam pengertian penghasilan (income) sebagai berikut:

(10)

... kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibat-kan kenaimengakibat-kan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam mdal..

Karena menjadi tujuan, pendapatan pada umumnya ditentukan lebih dahulu jumlah rupiahnnya ("kos"nya) baru kemudian biaya yang diperkirakan telah menghasilkan pendapatan tersebut diidentifikasi dan diukur. Persoalan akuntansi yang timbul adalah kos mana saja yang dianggap telah keluar (expired) menjadi biaya dalam rangka menghasilkan pendapatan. Untuk itu diperlukanlah dasar penandingan (pengasos-iasian) yang tepat agar angka laba yang dihasilkan mempunyai makna ekonomik yang berarti. Dengan rerangka pada Gambar 1, penandingan berarti mencari hubungan yang tepat antara aliran masuk kos (sebagai pendapatan) dan aliran keluar kos (sebagai biaya). Gambar 2 melukiskan konsep pengasosiasian kos yang telah dianggap keluar dalam rangka memperoleh pendapatan.

Dasar pengasosiasian kos untuk menentukan kos mana saja yang melekat pada barang atau jasa dianggap telah keluar dari kesatuan usaha dan dipindahkan ke wadah (objek) biaya adalah pengasosiasian produk

(product matching), alokasi sistematik (systematic or period allocation), dan pengasosiasian arbitrer (arbi-trary matching). Kos yang melekat pada produk

diasosiasi dengan pendapatan atas dasar produk yang

menimbulkan penjualan (pendapatan) dan menjadi kos barang terjual. Kos administrasi dan penjualan diasosiasi dengan pendapatan atas dasar perioda terjadinya pendapatan menjadi biaya administrasi dan penjualan. Kos riset diasosiasi dengan pendapatan atas dasar perioda atau arbitrer menjadi biaya perioda (sering disebut immediate recognition). Objek (barang dan jasa) tertentu karena sesuatu hal kosnya terpaksa dianggap keluar menjadi biaya sebagai rugi.

Beban Pokok Penjualan

Dengan rerangka seperti Gambar 1, cost of goods sold berarti cost yang melekat pada barang yang terjual dan menjadi bagian dari total biaya. Oleh karena itu, padan kata yang logis dan jelas maknanya adalah kos barang terjual atau dapat juga kos produk terjual. Dalam perusahaan jasa objek ini dapat disebut kos jasa terjual atau cost of services sold.

Istilah yang umum digunakan sekarang dan yang menyimpang dari makna aslinya adalah harga pokok penjualan.

Tidak jelas kata penjualan dalam harga pokok

penjualan mengacu pada barang yang dijual atau

mengacu pada jumlah penjualan yang setara dengan pendapatan dalam perusahaan jasa. Istilah harga pokok penjualan barangkali akan tepat kalau yang dimaksud adalah harga pokok pendapatan yang berarti semua biaya dalam rangka menghasilkan penjualan (pendap-atan) sehingga di samping kos yang melekat pada

Bahan baku TK langsung Overhead Produk Pemasaran Administrasi/Umum Lain-lain kos kos kos kos kos kos kos kos kos Produk/barang terjual Pemasaran Administrasi/Umum Rugi kos kos kos kos kos kos biaya biaya biaya biaya product matching period matching period matching arbitrary matching pendapatan kos baru

Aliran masuk barang/jasa/kas sebagai pendapatan dengan “kos” baru sebagai pengukur. Aliran keluar barang/jasa/kas sebagai biaya dengan kos sebagai pengukur.

Kesatuan usaha

Gambar 2

(11)

produk termasuk juga di dalamnya biaya penjualan dan administrasi dan biaya lainnya, padahal yang dimaksud dengan cost of goods sold adalah cost barang dan jasa yang secara teknis dapat diidentifikasi terhadap produk fisik yang terjual sehingga kos tersebut dianggap melekat pada produk, Sebagai objek yang akan diukur, makna "produk fisik yang terjual" (goods sold) jelas tidak sama dengan makna "penjualan" (sales), oleh karena itu menyebut cost of goods sold dengan harga pokok penjualan jelas merupakan suatu total misnomer. Argumentasi seperti ini juga menjelaskan

mengapa buku-buku teks sekarang jarang yang menggunakan istilah cost of sales untuk menunjuk kos yang melekat pada produk yang telah terjual.

Dalam perusahaan jasa, cost of services sold akan setara dengan kos barang terjual. Akan tetapi, karena jasa tidak mempunyai unit fisik sebagai wadah pengukuran, istilah cost of services sold praktis tidak akan pernah digunakan. Kalau toh hal tersebut digunakan, objek tersebut tidak mempunyai kandungan informasi yang berarti. Dalam perusahaan jasa semua aliran keluar aset dalam upaya memperoleh pendapatan akan disebut biaya.

Sangat menyimpang jauh, IAI menginterpretasi makna cost of goods sold sebagai pos pengurang penjualan yang pokok dibandingkan pos-pos pemasa-ran dan administratif. Cost of goods sold dibelokkan maknanya menjadi beban pokok penjualan yang secara implisit menempatkan kos pemasaran dan administratif sebagai

beban yang tidak pokok.

Menempatkan kos barang terjual sebagai beban pokok sangat bertentangan dengan manajemen modern yang berorentasi pada konsumer sehingga pemasaran merupakan kegiatan yang sangat penting dalam operasi perusahaan. Pemasaran modern lebih memfokuskan pada kepuasan konsumer (consumers satisfaction) daripada produk (product oriented).

Pemaknaan IAI terhadap cost of goods sold juga sangat bertentangan dengan konsep bahwa semua kegiatan (diukur dengan kos) mempunyai arti penting atau kedudukan yang sama dalam rangka menciptakan pendapatan. Hal ini dinyatakan oleh Paton dan Littleton (1970: 67) sebagai berikut:

In their relation to revenues, ..., all costs are homo-geneous and rank abreast; ... Costs, in other words, are not recovered through revenues in preferential order. ... if two or more factors are essential to a given goal or objective no ranking is permissible which results in excluding or minimizing the effect of any particular factor.

The persistent overstressing of the distinction between merchandise cost of sales and other operat-ing charges in the tradoperat-ing field illustrates the ten-dency to indulge in questionable ranking. All costs necessary to the product of the business, in trading as well as in other lines, are on a common level of general significance (hlm. 67).

Kalau semua argumentasi dan pembahasan di atas dapat mendukung pengertian kos sebagai bahan olah akuntansi yang generik, maka pertanyaan-pertanyaan dalam Daftar 5 akan merupakan cara yang mudah untuk menyatakan pertanyaan dalam Daftar 2 tanpa menimbulkan kerancuan.

Daftar 5

Arti Penting Istilah yang Tepat

Penggunaan istilah yang menggambarkan makna tidak hanya bermanfaat dalam menghindari kerancuan tetapi juga akan memudahkan memahami akuntansi sebagai penyedia informasi keuangan kuantitatif dan mendo-rong pemahaman akuntansi dengan perspektif yang lebih luas. Istilah membawa perilaku dan oleh karenanya istilah yang salah akan menyebabkan perilaku yang salah pula, Lebih dari itu, dengan istilah yang tepat dan tunggal, mereka yang akan mempelajari buku teks akuntansi berbahasa Inggris juga akan terbantu karena adanya pengertian istilah yang konsisten.

Dalam menemukan istilah yang tepat kita harus beranggapan bahwa pemakai laporan adalah orang yang mempunyai tingkat pengetahuan tertentu atau paling tidak knowledgeable people yang cukup terpelajar dan bukan orang awam (layman atau man on

the street). Oleh karena itu, jangan sampai kita

tergelincir untuk menolak suatu istilah semata-mata hanya atas dasar kekhawatiran bahwa orang akan bingung tetapi orang yang diacu adalah orang awam atau orang yang tidak akan berkepentingan dengan akuntansi.

Berkaitan dengan hal ini, FASB [1980: par. 40] menyatakan: "information provided by financial

reporting should be comprehensible to those who have a reasonable understanding of business and economic activities and are willing to study the information with reasonable diligence." Tentunya akademisi dan

praktisi yang memahami masalah kebahasaan merupa-kan pihak yang paling mudah menerima gagasan baru sepanjang gagasan tersebut masuk akal dan akan membawa ke keadaan yang lebih baik.

Berapakah kos tenaga kerja? Berapakah kos mesin? Berapakah kos produksi? Berapakah kos produk A? Berapakah kos barang terjual? Berapakah kos utang obligasi? Berapakah kos sediaan barang? Berapakah kos administrasi?

Berapakah kos sekarang modal pemegang saham? Berapakah kos sekarang biaya penjualan? Berapakah kos sekarang penjualan?

Berapakah kos sekarang laba? atau Berapa laba kos sekarang?

(12)

Namun demikian, dalam praktiknya memang acapkali akademisi atau badan yang berwenang mempertahankan istilah yang salah tetapi kaprah hanya dengan alasan istilah tersebut telanjur enak didengar atau mungkin dengan alasan takut untuk dituduh tidak konsisten dan tidak tegas. Lebih parah lagi kalau kemudian mereka berstrategem dengan mengatakan: “Yang penting tahu maksudnya.”

Memang istilah harus sedap didengar. Akan tetapi, dalam pengembangan pengetahuan dan praktik akuntansi, istilah baru hendaknya tidak dinilai atas dasar telinga tetapi atas dasar apa yang ada di balik telinga.

Akuntansi Keuangan dan Penciptaan Data Kos

Pihak eksternal berkepentingan dengan posisi keuan-gan, kemampunan menghasilkan laba, aliran kas dan informasi lain yang berkaitan dengan perusahaan secara keseluruhan. Mereka berkepentingan dengan pengukuran dan penyajian sepuluh elemen laporan keuangan, Sebaliknya, pihak internal (manajemen) berkepentingan untuk mengelola dana dalam bentuk kegiatan ekonomik yang menghasilkan laba. Oleh karena itu, manajemen sangat berkepentingan untuk mengendalikan kegiatan operasi perusahaan. Manaje-men memerlukan informasi untuk perencanaan, pengendalian, pelaksanaan operasi, pengkoordinasian, dan sekaligus pertanggungjawaban ke luar. Dalam menjalankan perusahaan, manajemen akan banyak membuat keputusan dan memerlukan informasi untuk menunjang keputusannya.

Untuk melayani kebutuhan informasi, tentunya suatu unit organisasi atau perusahaan mempunyai sistem akuntansi yang dapat menyediakan data dasar untuk menghasilkan informasi. Sistem akuntansi harus dapat melayani kebutuhan informasi baik untuk keperluan eksternal maupun internal. Jadi, sistem akuntansi harus dapat menghasilkan data dasar untuk kepentingan akuntansi keuangan dan akuntansi manajerial. Data dasar hendaknya merupakan angka hasil pengukuran yang objektif dan timbul karena kegiatan yang secara ekonomik benar-benar terjadi. Ini berarti bahwa tiap kejadian ekonomik harus diukur atas dasar harga kesepakatan atau kebijaksanaan yang objektif yang terlibat dalam tiap transaksi dan bila perlu harus didukung dengan bukti transaksi yang sah.

Dalam akuntansi keuangan, data dasar yang dihasilkan adalah kos. Data kos yang dihasilkan dalam rerangka akuntansi keuangan merupakan data dasar yang pokok yang minimal harus tersedia dalam perusahaan. Data kos diklasifikasi atas dasar elemen laporan keuangan, Tentu saja untuk keperluan yang lebih rinci, tiap elemen dapat dipecah lagi menjadi elemen yang lebih kecil yang disebut dengan pos, Frekuensi kebutuhan informasi keuangan untuk

kepentingan eksternal bersifat periodik dan bahkan hanya sekali dalam satu perioda akuntansi. Lebih dari itu, struktur akuntansi keuangan lebih bersifat formal sehingga sistem akuntansi untuk penyediaan/pen-ciptaan data dasarnya akan sangat terstruktur.

Informasi yang harus tersedia secara kontinus (bahkan setiap saat) justru lebih dibutuhkan untuk kepentingan manajerial (internal), Oleh karena itu, diperlukan sistem yang dapat melayani kebutuhan internal ini. Sistem ini dikenal dengan cost accounting

system yaitu sistem yang dapat menyediakan data kos

untuk kepentingan manajerial. Sistem ini tentu saja bukan merupakan sistem yang terpisah dengan sistem yang menghasilkan data dasar untuk pelaporan keuangan eksternal, tetapi merupakan bagian atau subsistem yang dapat melayani kebutuhan internal maupun eksternal. Oleh karena itu, perancangan sistem ini dilakukan bersama-sama dengan perancangan sistem akuntansi keuangan. Ditinjau dari objek atau elemen yang menjadi basis klasifikasi kos, Gambar 3 menunjukkan hubungan antara sistem akuntansi untuk menghasilkan dan mengklasifikasi data dasar untuk keperluan eksternal dan sistem akuntansi untuk keperluan manajemen.

Karena kepentingan manajerial berbeda dengan kepentingan pihak luar maka objek atau elemen yang menjadi pusat perhatian manajemen juga berbeda dengan objek atau elemen yang menjadi pusat perhatian pihak eksternal. Walaupun kepentingan manajerial lebih berorientasi ke masa sekarang dan masa mendatang, data dasar yang dihasilkan oleh rerangka akuntansi keuangan pada umumnya di-gunakan juga sebagai data dasar dalam rerangka akuntansi manajemen. Dengan kata lain, data kos (historis) yang dihasilkan dalam rerangka akuntansi keuangan dapat digunakan juga sebagai pengukur berbagai objek yang menjadi pusat perhatian manaje-men untuk manaje-mengetahui size dan relationship berbagai objek tersebut untuk tujuan tertentu. Tentu saja, manajemen mempunyai keleluasaan untuk meng-gunakan berbagai konsep kos sebagai pengukur berbagai objek sesuai dengan tujuannya (konsep

different costs for different purposes). Oleh karena itu, cost accounting system harus dirancang dengan

memperhatikan berbagai cost object atau cost objective yang kiranya akan dibutuhkan untuk membantu manajemen dalam pengambilan keputusan tertentu,

Cost accounting dapat diartikan sebagai sistem untuk

merinci dan mereklasifikasi data kos untuk kepentin-gan manajerial (internal), Dipandang secara demikian dan dengan mendasarkan diri pada konsep kos sebagai bahan olah, cost accounting tidak dapat lagi diartikan sebagai akuntansi biaya karena cost accounting mempunyai pengertian yang lebih luas dari sekadar menghitung biaya; cost accounting berkepentingan untuk menghasilkan informasi. Mengartikan cost

accounting dengan akuntansi biaya akan menjadikan

(13)

accounting. Akibat digunakannya istilah akuntansi

biaya, terjadilah fiksasi fungsional bahwa cost

accounting berkepentingan dengan menghitung biaya

dan kos produk dan bukan berkepentingan dengan perancangan sistem untuk menyediakan informasi. Dengan demikian, istilah akuntansi biaya yang sekarang dikenal seharusnya disebut akuntansi kos yaitu akuntansi yang membahas pemanfaatan data kos untuk kepentingan pengambilan keputusan manaje-men.

Bukan berarti istilah biaya tidak dapat digunakan; istilah biaya masih tetap digunakan kalau yang dimaksud adalah objek untuk menunjukkan sumber ekonomik yang telah atau akan dikorbankan dalam rangka memperoleh pendapatan dan karenanya merupakan pengurang pendapatan sebagaimana di-lukiskan dalam Gambar 1. Kos merupakan pengukur biaya tersebut. Biaya merupakan objek (cost objective) dan kos merupakan pengukur (a measurement). Bergantung pada tujuan manajemen, kos yang digunakan sebagai pengukur dapat berupa kos historis, kos sekarang (pengganti) atau kos masa datang.

Simpulan dan Harapan

Cost merupakan pengukur dan sekaligus bahan olah

akuntansi. Istilah biaya dan harga pokok tidak pas benar sebagai padan kata istilah cost, Biaya dan harga pokok lebih merupakan wadah (objek) daripada pengukur atau bahan olah akuntansi dalam menghasilkan informasi kuantitatif. Cost juga tidak tepat kalau disebut sebagai harga perolehan (mestinya kos pemerolehan) karena harga pemerolehan hanya berlaku untuk menunjuk cost pada saat terjadinya.

Biaya lebih tepat kalau digunakan sebagai padan kata expense. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomik untuk memperoleh pendapatan yang merupakan tujuan akhir setiap perusahaan. Pengorba-nan sumber ekonomik untuk memperoleh barang dan jasa tidak dapat dikatakan sebagai biaya karena pengorbanan tersebut sebenarnya hanyalah perubahan dari sumber ekonomik yang satu menjadi sumber ekonomik yang lain.

Istilah beban jelas tidak dapat merepresentasi makna expense. Beban tidak mempunyai makna Gambar 3

Aktiva Utang Modal Pendapatan Biaya

Untung Rugi Setoran modal Distribusi modal Laba komprehensif

Produk/job/

projek Departemen Pusat pertang-gung jawaban Variabel Tetap Aktivitas

elemen/objek laporan keuangan umum (eksternal)

kos diolah kembali untuk mengukur objek kos lain untuk pelaporan manajerial/internal pengeluaran

Kesatuan usaha (business entity)

transaksi/kejadian ekonomik (pembelian, produksi, penjualan, dsb.)

pengukuran dalam unit moneter

kos

(14)

ekonomik sebagai aliran keluar sumber ekonomik, bertentangan dengan konsep upaya dan hasil, dan istilah beban mempunyai arti tidak lebih dari sekadar pengurang atau debit (berasal dari charge) yang bersifat teknis pembukuan. Secara konseptual, tidak semua pengurang pendapatan dapat disebut biaya

(expense).

Kos merupakan alternatif istilah untuk menghidari penggunaan istilah biaya, harga pokok dan harga perolehan yang rancu. Dengan istilah kos, akuntansi akan nampak mengolah bahan olah yang sama dan penggunaan istilah tersebut mendorong pemahaman akuntansi dalam perspektif yang luas. Kos bersifat generik dan tidak mempunyai konotasi sebagai pengurang (bersifat negatif).

Penggunaan istilah kos juga akan memudahkan mereka yang akan belajar akuntansi dengan meng-gunakan buku teks berbahasa Inggris. Mereka akan dengan mudah dan cepat menafsirkan ungkapan-ungkapan berikut: So training costs are charged as an

expense of the current period rather than being treated as an asset, What portion of the labor cost is included in the cost of product A? What is the current cost of selling expenses? What is the current cost of rent revenues? Should administrative costs be included in cost of product and thereby become part of cost of goods sold?

Akuntansi biaya terlalu sempit untuk menunjuk bidang akuntansi yang membahas pemanfaatan, penganalisisan dan pengkomunikasian data kos untuk kepentingan pengambilan keputusan manajerial.

Harga pokok penjualan dan bahkan beban pokok penjualan merupakan kesalahan pemaknaan yang fatal. Menempatkan kos produksi (kos barang terjual) lebih utama daripada kos pemasaran dan kos administratif bertentangan dengan praktik manajemen modern dan menyimpang dari konsep bahwa semua komponen biaya (diukur dengan kos) mempunyai kedudukan yang sama dalam menciptakan pendapatan.

Kalau ada istilah yang salah tetapi kaprah, tugas dunia pendidikan (khususnya perguruan tinggi) dan tugas profesilah untuk memberi alternatif yang lebih baik sehingga lambat laun kesalahkaprahan atau kerancuan dapat dihilangkan. Gagasan-gagasan dan alternatif-alternatif baru (termasuk istilah) harus ditawarkan kepada mahasiswa (paling tidak dibahas di kelas) dan bukan malahan diisolasi atau disembunyi-kan. gagasan tersebut. Dalam menanggapi alternatif tersebut, acapkali sikap yang diambil dalam pengajaran di perguruan tinggi justru malah memantapkan kesalahkaprahan dengan dalih agar mahasiswa tidak bingung dalam praktik. Berkaitan dengan sikap ini, Hall dan Cannon [1975: 25] mengajukan pertanyaan yang sangat mendasar sebagai berikut: “Should a

university course be devised to help a student fit into society or to encourage a student to change society?”

Penulis berpendapat bahwa pengajaran di perguruan tinggi harus dapat mengubah praktik yang terjadi dalam

masyarakat menjadi lebih baik. Justru dalam hal inilah lembaga pendidikan tinggi (universitas dan sekolah tinggi) harus berbeda dengan lembaga kursus. Peran badan autoritatif, dalam hal ini IAI, sangat besar dalam pengembangan istilah yang tepat. Barangkali badan autoritatif perlu dilengkapi dengan suatu komite istilah yang melibatkan beberapa pakar bahasa. Dunia profesi dan pendidikan tidak perlu merasa malu untuk merevisi kesalahan yang mempunyai akibat fatal, Sikap profesional dan intelektual mestinya lebih banyak dituntun oleh rasa bersalah (guilty feeling) daripada oleh rasa malu (ashamed feeling) atau oleh tujuan untuk menutupi rasa malu.

Akhirnya, apa yang penulis kemukakan hanyalah suatu gagasan dan alternatif yang mungkin dapat digunakan untuk mengembangkan istilah akuntansi dan menghindari kerancuan istilah kalau kerancuan tersebut dianggap ada. Siapa peduli? Lebih menggigit lagi, Siapa berani?!

Referensi

Anthony, Robert N. dan James S. Reece. Accounting: Text & Cases. Homewood, Ill.: Richard D. Irwin, Inc., 1989. Bourke, P. F, "What does it cost?" dalam DeCoster, Don T.

et al. (editors), Accounting for Managerial Decision Making. New York: John Wiley & Sons, 1978. Financial Accounting Standard Board (FASB). "Elements of

Financial Statements of Business Enterprises," SFAC No. 6, Stamford, Conn.: FASB, 1985.

__________. "Qualitative Characteristics of Accounting Information," Statement of Financial Accounting Concepts No. 2. Stamford, Conn.: FASB, 1980. Grady, Paul. Inventory of Generally Accepted Accounting

Principles for Business Enterprises. New York: AICPA, ARS No. 7, 1965.

Hall, William C. dan Robert Cannon. University Teaching. Adelaide: ACUE, 1975.

Haseman, Wilber C, "An Interpretive Framework for Cost" dalam DeCoster, Don T, et al. (editors), Accounting for Managerial Decision Making. New York: John Wiley & Sons, 1978.

Heitger, Lester E. dan Matulich, Serge. Managerial Accounting. New York: McGraw-Hill Book Co.,1986. Hilton, Ronald W. Managerial Accounting: Creating Value

in a Dynamic Environment. Boston: McGraw-Hill Irwin, 2002.

Horngren, Charles T. dan George Foster. Cost Accounting: A Managerial Emphasis, 6th. ed. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice- Hall International Editions, 1987.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Norma Pemeriksaan Akuntan. Jakarta: PT Temprint, 1986.

__________. Prinsip Akuntansi Indonesia 1984. Jakarta: Percetakan Negara RI, 1985.

__________, Exposure Draft Prinsip Akuntansi Indonesia Pernyataan No. 5, Standar Khusus Akuntansi Industry Minyak dan Gas Bumi, 1991.

Kieso, Donald E. dan Jerry J. Weygandt. Intermediate Accounting. New York: John Wiley & Sons, 1986.

(15)

Kohler, Eric L, A Dictionary of Accountants. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall, Inc., 1975.

Paton, W. A. dan A. C. Littleton. An Introduction to Corporate Accounting Standards. Ann Arbor: American Accounting Association, 1970.

Polimeni, Ralph S. et al, Cost Accounting: Concepts and Applications for Managerial Decision Making. New York: McGraw- Hill Book Co., 1986.

Sprouse, Robert T. dan Maurice Moonits. "A Tentative Set of Broad Accounting Principles for Business Enterpris-es," ARS No. 3. New York: AICPA, 1962.

Suwardjono. Seri Teori Akuntansi: Perekayasaan Akuntansi Keuangan. Yogyakarta: BPFE, 1989 (Revisian 2005). Wibisana, Jusuf. “Kerangka Konseptual dan Penyusunan Standar

Akuntansi” dalam Prosidings Konvensi Nasional Akuntansi Ke-2, Yogyakarta 3-5 Desember 1992,

(16)

---*---What Does Cost Really Mean?

Suwardjono

suwardjono@ugm.ac.id

Fakultas Ekonomika dan Busines

Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta

Mei 2009

Gambar

Gambar 2 melukiskan konsep pengasosiasian kos yang telah dianggap keluar dalam rangka memperoleh pendapatan.

Referensi

Dokumen terkait

Sistem konversi gelombang laut tipe owe, seperti yang telah diuraikan sebelumnya adalah sistem yang terdiri dari dua bagian utama yaitu ruang udara berupa kolom

Melalui “Kampanye Anti Rokok Untuk Wanita” ini diharapkan kesadaran kaum wanita mengenai dampak buruk rokok akan meningkat, melalui pendekatan bahwa rokok tidak

20 Dengan meningkatnya penggunaan rokok maka akan ditemukan saku periodontal yang lebih dalam, kehilangan perlekatan yang lebih banyak, kehilangan tulang alveolar yang lebih

Di saat mencapai batas tidak aman, mikrokontroller memberikan perintah ke rangkaian self holding untuk memutuskan sistem kelistrikan pada kendaraan tersebut

Setelah diberikan pelatihan goal setting, motivasi belajar bahasa Arab siswa meningkat hal ini ditunjukkan dari perilaku siswa antara lain intensitas membolos berkurang

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk

Karena kami memiliki kambing sendiri sehingga harga daging kambing sangat terjangkau.. Dengan memiliki kambing sendiri, ini berarti bahwa stok daging bisa kami pastikan selalu

Pembahasan kali ini mengacu pada rumusan masalah pada bab I yang terdiri dari, (1) pengalaman masa lalu peneliti sebagai siswa yang mempengaruhi cara mengajar Matematika,