BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jaringan Peridontal
Periodonsium secara harfiah artinya adalah di sekeliling gigi. Periodonsium terdiri dari jaringan-jaringan yang mengelilingi gigi yaitu:14
1.Gingiva
Gingiva adalah bagian dari mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar dan akar gigi sampai pada batas cementoenamel junction. Secara anatomis gingiva dibagi menjadi marginal gingiva, gingival sulcus, attached gingiva dan interdental gingiva. Walaupun setiap jenis gingiva memiliki variasi dalam hal gambaran histologis dan ketebalan yang tergantung kepada fungsinya, semua jenis gingiva secara spesifik berfungsi untuk melindungi dari kerusakan mekanis dan mikrobial.14
Gambaran klinis gingiva normal atau sehat dapat dilihat dari warna, kontur, konsistensi, tekstur dan posisi gingiva. Attached gingiva dan marginal gingiva pada umumnya berwarna coral pink yang dipengaruhi oleh suplai darah, ketebalan dan tingkat keratinisasi epithelium serta adanya kandungan sel pigmen.14
Kontur gingiva sangat bervariasi tergantung pada bentuk gigi dan kesejajarannya dalam lengkung gigi, lokasi dan ukuran daerah kontak proksimal, serta luas
embrasure gingiva sebelah fasial dan lingual. Marginal gingiva mengelilingi gigi menyerupai bentuk kerah baju.14
Konsistensi gingiva padat, kenyal dan melekat erat pada tulang alveolar. Kepadatan
attached gingiva ditentukan oleh susunan lamina propria secara alami dan
hubungannya dengan mukoperiosteum tulang alveolar, sedangkan kepadatan
Gingiva memiliki tekstur permukaan menyerupai kulit jeruk yang lembut dan tampak tidak beraturan yang disebut stippling. Posisi gingiva menunjukkan tingkatan dimana
marginal gingiva menyentuh gigi. Ketika masa erupsi gigi, marginal dan sulkus gingiva berada di puncak mahkota. Selama proses erupsi berlangsung, marginal dan sulkus gingiva terlihat lebih dekat ke arah apikal.14
2.Ligamen Periodontal
Akar dari gigi dihubungkan dengan soket tulang alveolar oleh jaringan ikat padat yang disebut ligamen. Secara normal ligamen periodontal tidak hanya menghubungkan gigi dengan tulang alveolar, tetapi juga mendukung gigi di dalam soket dan menyerap tekanan penyunyahan oleh gigi yang akan melindungi gigi terutama bagian akar gigi.14,15,16
3.Tulang Alveolar
Dinding-dinding tulang yang mengelilingi gigi disebut tulang alveolar atau cribiform plate karena terdiri banyak lubang untuk vaskularisasi membran periodontal. Tulang alveolar berfungsi mengelilingi dan mendukung akar gigi.14,15
4.Sementum
Sementum merupakan bagian jaringan periodontal yang mengelilingi akar melekat pada tulang alveolar dengan berikatan pada ligamen periodontal. Sementum berwarna kuning gelap, lebih terang daripada dentin dan lebih gelap daripada enamel. Sementum berfungsi sebagai pengikat ujung ligamen periodontal dengan gigi sehingga gigi tetap pada soketnya dan sebagai pelindung dentin akar.15,17
2.2 Penyakit Periodontal
Penyakit periodontal merupakan sebutan umum untuk infeksi bakterial pada periodonsium. Walaupun umum disebut dengan penyakit periodontal, terdapat berbagai jenis penyakit periodontal yang terjadi pada gingiva, jaringan ikat periodontal, dan tulang alveolar.4,15
Terdapat dua diagnosis dasar penyakit periodontal yaitu gingivitis dan periodontitis.4,15
1.Gingivitis
Gingivitis ialah infeksi bakteri pada gingiva yang menyebabkan kerusakan pada jaringan gingiva dan bersifat reversibel.
2.Periodontitis
Periodontitis adalah infeksi bakteri pada seluruh bagian periodonsium termasuk gingiva, ligamen periodontal, tulang alveolar, dan sementum. Periodontitis menyebabkan kerusakan yang ireversibel pada jaringan periodonsium.
Penting untuk mengetahui perbedaan antara kondisi periodontal sehat, gingivits, dan periodontitis. Jaringan periodontal yang sehat ditandai dengan tidak adanya inflamasi, gingivitis ditandai dengan inflamasi gingiva tanpa kehilangan perlekatan, dan periodontitis ditandai dengan kehilangan perlekatan jaringan periodontal.15
2.3 Etiologi dan Faktor Resiko Penyakit Periodontal
Etiologi penyakit periodontal yang utama adalah plak dental.18 Plak dental merupakan ekosistem yang unik. Di dalam rongga mulut manusia terdapat banyak bakteri. Bakteri-bakteri tersebutlah yang berkumpul membentuk plak dental. Plak dental merupakan biofilm mikrobial yang merupakan sekumpulan beragam bakteri yang ditemukan pada permukaan gigi melekat dalam matriks polimer yang berasal dari bakteri dan saliva. Bakteri dalam biofilm berkomunikasi satu sama lain dengan mengirimkan sinyal kimia. Sinyal-sinyal ini akan memicu bakteri untuk memproduksi protein dan enzim yang potensial menyebabkan penyakit periodontal.4,19
peningkatan kemungkinan terjadinya penyakit, dan jika faktor resiko tidak ada atau dimodifikasi maka seharusnya terjadi penerunan kemungkinan terjadinya penyakit. Secara umum faktor resiko dibagi atas yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi.19
2.3.1 Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dimodifikasi 2.3.1.1.Genetik Dan Herediter
Penyakit peridontal dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Beberapa kelainan genetik, seperti sindroma down, berkaitan dengan komndisi periodontal yang buruk.19 Selain itu penelitian membuktikan bahwa perbedaan genetik antar individu dapat menjelaskan mengapa seseorang dapat menderita penyakit periodontal dan orang lain tidak.20
2.3.1.2.Jenis Kelamin
Data dari stdi epidemiologi menyebutkan bahwa laki-laki beresiko lebih tinggi mengalami penyakit periodontal. Diseebutkan juga bahwa laki-laki lebih banyak mengalami kehilangan perlekatan dibandingkan dengan wanita. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan meningkatnya kebiasaan merokok pada laki-laki dan laki-laki lebih cenderung tidak memperhatikan oral higiene.19,20
2.3.1.3.Usia
Prevalensi dan keparahan penyakit periodontal meningkat seiring bertambahnya usia. Proses penuaanlah yang menjadi faktor resiko, perubahan degeneratif yang terkait penuaan yang akan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit periodontal.19,20
2.3.2 Faktor Resiko Yang Dapat Dimodifikasi
2.3.2.1.Kebiasaan Memelihara Kebersihan Rongga Mulut
dilakukan oleh dokter gigi secara subgingiva untuk menyingkirkan plak yang tidak dapat disingkirkan oleh perawatan harian.
2.3.2.2.Kebiasaan Merokok
Rokok merupakan hal yang membahayakan hampir seluruh organ tubuh, dan berhubungan dengan banyak penyakit yang dapat mengurangi harapan dan kualitas hidup seseorang. Rokok mengandung ribuan bahan kimia yang berbahya, dan terbagi dalam fase gas dan fase solid. Nikotin ditemukan dalam daun tembakau dan akan berevaporasi ke udara ketika rokok dibakar. Nikotin sangat cepat diserap oleh paru-paru dan sampai ke otak hanya dalam 10-19 detik. Nikotin sangat adiktif dan dapat menyebakan meningkatnya tekanan darah, meningkatnya detak jantung dan pernafasan, dan menyebabkan vasokonstriksi.21 Studi menyebutkan bahwa respon terapi periodontal pada perokok lebih rendah daripada yang tidak merokok.20 Dengan meningkatnya penggunaan rokok maka akan ditemukan saku periodontal yang lebih dalam, kehilangan perlekatan yang lebih banyak, kehilangan tulang alveolar yang lebih banyak, resesi gingiva yang lebih banyak, dan resiko kehilangan gigi tinggi.
2.3.2.3.Stres
Stres mempengaruhi kondisi periodontal secara langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung respon fisiologis tubuh terhadap stres mempengaruhi sistem imun dan secara tidak langsung stres mempengaruhi kebiasaan oral hygiene yang kedua hal tersebut dapat menyebabkan perubahan kondisi periodontal.13,20,22
2.3.2.4.Nutrisi
Ditemukan bahwa beberapa nutrisi mempunyai efek negatif terhadap kesehatan periodontal jika kebutuhannya tidak terpenuhi.nutrisi tersebut adalah vitamin, zat besi, antioksidan, dan protein.
2.4 Perawatan Penyakit Periodontal
oral lainnya yang mengganggu kesehatan umum pasien. Dalam perawatannya dibutuhkan prosedur periodontal an terapi dental lainnya. Tujuan jangka panjang adalah rekonstruksi kesehatan gigi yang memenuhi baik fungsi an estetik, hal tersebut termasuk pertimbangan nprostetik ataupun ortodontik.23 Scalling dan root planing
merupakan terapi primer untuk menghadapi infeksi jaringan periodontal.19 2.4.1 Indeks Pengukuran
CPITN (Community Index of Periodontal Treatments Needs) merupakan indeks yang dikembangkan oleh Ainamo. Indeks ini merupakan indikator penyakit periodontal dimana sering digunakan untuk mengetahui gambaran tentang tingkat kondisi periodontal dan kebutuhan perawatan pada individu pada suatu daerah tertentu. Dalam pemeriksaannya digunakan suatu probe dengan desain khusus dengan ujung bulat berdiameter 0,5 mm dengan area berwarna hitam sebagai skala berada pada daerah 3,5-5,5 mm yang sering dikenal dengan nama probe WHO. 14,24
Untuk mengukur tingkat keparahan suatu penyakit periodontal diperiksa 10 gigi indeks yang tercakup dalam 6 sektan pada lengkung rahang. Sektan 1 meliputi gigi 14,15,16,dan 17 (Posterior kanan atas). Sektan 2 meliputi gigi 11,12,13,21,22, dan 23 (Anterior rahang atas). Sektan 3 meliputi gigi 24,25,26, dan 27 (Posterior Kiri Atas). Sektan 4 meliputi gigi 34,35,36, dan 37 (Posterior kiri bawah). Sektan 5 meliputi gigi 31,32,33,41,42, dan 43 (Anterior rahang bawah). Sektan 6 meliputi gigi 44,45,46, dan 47 (Posterior kanan bawah). Berdasarkan pembagian sektan diatas maka diambil 10 gigi sebagai gigi index yang dapat mewakili tingkat keparahan tiap sektan yang meliputi gigi 17,16,11,26,27,36,37,31,46, dan 47. Skor tertinggi tiap sektan setelah pemeriksaan dari empat sisi (labial, lingual/palatal, mesial dan distal) dipakai mewakili nilai tiap sektan. 14,25
47. Kesepuluh gigi index ini diperiksa dengan alasan bahwa gigi-gigi tersebut merupakan estimator terbaik dalam menentukan kondisi terburuk jaringan periodontal. Gigi molar diperiksa secara berpasangan, tetapi hanya satu skor tertinggi yang dicatat. Untuk anak muda usia dibawah 20 tahun tidak menggunakan gigi molar kedua sebagai gigi index karena berpotensi tinggi menyebabkan false pocket. Selain itu, untuk anak-anak dibawah usia 15 tahun pencatatan hanya dilakukan atas adanya perdarahan dan karang gigi saja.14,25
Cara mengukur gigi index adalah sebagai berikut: gigi index diperiksa dengan menggunakan probe untuk menentukan adanya perdarahan, karang gigi, dan poket periodontal. Tekanan yang diberikan tidak boleh melebihi 25 gram. Untuk mengetahui besarnya tekanan digunakan ujung probe yang berbentuk bola dan ditekankan pada daerah kulit dibawah kuku tanpa menyebabkan rasa sakit. Kemudian ujung probe dimasukkan ke daerah distal saku gusi dan dengan mengukuti konfigurasi anatomi dari permukaan akar gigi, probe digeser dari distal ke arah mesial baik pada permukaan labial atau lingual. Kemudian dicatat skor pada bagan sesuai dengan hasil temuan yang diperoleh. Hanya keadaan terparah yang dicatat pada tiap sektan.skor tertinggi dari kesemua sektan digunakan untuk menentukan skor kebutuhan perawatan.14,24
Tabel 1. Penilaian kebutuhan perawatan periodontal dengan indeks CPITN14,16,24,25
Skor Status Periodontal Skor Kebutuhan Perawatan 0 Sehat, tidak ada perdarahan, karang gigi
atau poket 0
Tidak membutuhkan perawatan
1
Perdarahan , perdarahan tampak secara langsung atau dengan kaca mulut setelah selesai perabaan dengan sonde
1
Membutukan peningkatan kebersihan mulut (melalui demonstrasi)
2
Ada karang gigi (Supra atau subgingiva) perabaan dengan sonde terasa kasar,dan terlihat kalkulus supra gingiva atau sub
gingiva 2
Memerlukan sekling dan peningkatan kebersihan mulut
3
Poket dangkal (4-5 mm) sebagian warna hitam pada sonde masih terlihat dari tepi gusi pada daerah hitam
4 Poket dalam ( ≥ 6 mm) seluruh warna hitam pada sonde tidak terlihat, masuk ke 3
2.5Kerangka Tetori
Memengaruhi OHIS Stres Kerja
Kontrol plak tidak baik Perubahan sistem imun
secara fisiologis &
Perubahan kebiasaan oral higiene
Oral Hygiene (OHIS)
↓
& Host rentan terhadap infeksi
Kebutuhan Perawatan
Periodontal
↑
PerawatKebiasaan Memelihara Rongga Mulut
Gaya Hidup
Kebiasaan Menyikat Gigi (Frekuensi, Waktu, Jenis
Sikat, Durasi, Penggantian Sikat)
Konsumsi Buah-Buahan
Kebiasaan Merokok
Mengunyah Sebelah Sisi
2.6Kerangka Konsep
Kebutuhan Perawatan
Periodontal Gaya hidup
(Konsumsi buah-buahan, kebiasaan merokok, Mengunyah sebelah sisis,
Kebiasaan mengudap)
Stres kerja
Variabel tidak terkendali :
- ras,
- daerah tempat tinggal, - tingkat pendidikan - tingkat ekonomi, - defisiensi nutrisi, - kelainan genetik, - komposisi dan laju alir
saliva Variabel terkendali :
- usia,
- lama masa kerja, - penyakit
imunokompromis,
- pemakai pesawat
orthodonti,
- gigi crowded pada gigi indeks,
- karies pada gigi indeks - kehamilan,