• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menerapkan Pembelajaran CBSA melalui Supervisi Akademik dengan Pendekatan Kolaboratif di SDN Klampis Barat Tahun Pelajaran 2016/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menerapkan Pembelajaran CBSA melalui Supervisi Akademik dengan Pendekatan Kolaboratif di SDN Klampis Barat Tahun Pelajaran 2016/2017"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menerapkan Pembelajaran CBSA melalui Supervisi Akademik dengan Pendekatan Kolaboratif di SDN

Klampis Barat Tahun Pelajaran 2016/2017

Tutik Suhermiasih

suhermiasih123@gmail.com/SDN Klampis Barat

Abstrak: Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah Supervisi akademik dengan pendekatan Kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran CBSA di SDN Klampis Barat Kecamatan Klampis Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2016/2017?. Subyek penelitian dalam hal ini adalah guru dalam menerapkan CBSA di SDN Klampis Barat Kecamatan Klampis Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2016/2017. Guru yang diteliti sejumlah 6 orang guru. Dari kesepuluh subyek penelitian tersebut semuanya adalah guru kelas dan telah mempunyai masa kerja yang cukup. Hasil penelitian per siklus diketahui bahwa dengan menggunakan supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif siklus pertama tingkat keberhasilan dalam menyusun RPP mencapai 17%,sedangkan siklus kedua mencapai 50% dan pada siklus ketiga mencapai 100 %. Dalam melaksanakan proses pembelajaran pada siklus pertama tingkat keberhasilan 17% sedangkan pada siklus kedua 67% dan pada siklus ketiga 83 %. Kesimpulan yang diambil adalah bahwa supervisi akademik dengan pendekatan Kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan guru di SDN Klampis Barat Kecamatan Klampis Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2016/2017 dalam menerapkan pembelajaran CBSA.

Kata Kunci : Pembelajaran CBSA ,Supervisi Akademik, Pendekatan Kolaboratif.

Abstract: The problem raised in this research is whether academic supervision with Collaborative approach can improve the ability of teachers in applying CBSA learning in SDN Klampis Barat Kecamatan Klampis Kabupaten Bangkalan Lesson 2016/2017 year. The subject of the research in this case is the teacher in implementing CBSA in SDN Klampis Barat Kecamatan Klampis Kabupaten Bangkalan Lesson Year 2016/2017. Teachers studied a number of 6 teachers. Of the ten subjects of the study are all classroom teachers and have had a reasonable period of work. The result of research per cycle is known that by using academic supervision with collaborative approach first cycle success rate in preparing RPP reach 17%, while second cycle reach 50% and at third cycle reach 100%. In implementing the learning process in the first cycle of success rate of 17% while in the second cycle 67% and in the third cycle 83%. The conclusion drawn is that academic supervision with Collaborative approach can improve teacher ability in SDN Klampis Barat Kecamatan Klampis Kabupaten Bangkalan Lesson Year 2016/2017 in applying CBSA learning.

Keywords: CBSA Learning, Academic Supervision, Collaborative Approach.

Pendahuluan

Berdasarkan pengamatan selama melaksanakan supervisi di lapangan banyak ditemukan hal-hal sebagai

(2)

257 sedangkan siswa lebih banyak sebagai

pendengar, pencatat dan penghafal fakta-fakta. b. Guru kurang memberi-kan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan yang dipelajarinya, sehingga siswa hanya menerima pengetahuan dari gurunya. c. Dalam pembelajaran berlangsung satu arah tidak ada kesempataan untuk berdiskusi sesama teman, karena siswa hanya penerima informasi dari gurunya. Demikian sebagian dari temuan yang didapat yang pada prinsipnya pembelajaran kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk berinovasi, kurang kreatif dan kurang menantang bagi siswa untuk

belajar.

Undang-Undang sistem Pendidi-kan Nasional pada ketentuan Umum pasal satu menjelaskan bahwa:

” Pendidikan adalah usaha sadar

dan terancana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembe-lajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk untuk memiliki kekuatan siritual keagamaan, pengendalian diri, kepriba-dian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara.”

(Depdiknas:2006:3)

Berdasarkan ketentuan dalam

undang-undang tersebut proses pembelajaran yang didominasi oleh guru bukan merupakan sebuah proses pembelajaran yang produktif. Proses pembelajaran yang demikian hanyalah akan mengebiri hak siswa untuk berinovatif dan berkreasi dalam mengaktualisasikan dan mengem-bangkan potensinya. Dengan kondisi yang demikian muncullah kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang seharusnya terjadi, pembelajaran tidak sesuai dengan tuntutan jaman dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkreasi dan berinovasi.

Cara Belajar Siswa Aktif atau yang sering disingkat CBSA ini dapat diterapkan dikelas dengan melalui pembimbingan ataupun supervisi yang dilaksanakan oleh Kepala Sekolah.

(3)

manajerial dan kompetensi supervisi.

Artinya bahwa seorang kepala sekolah disamping tugasnya sebagai guru yakni mengajar, mempunyai tugas tambahan sebagai manajer, supervisor, kewirau-sahaan, sosial dan sebagainya. Untuk itu seorang kepala sekolah wajib melakukan supervisi kepada guru-guru dalam sekolahnya utamanya dalam meningkatkan profesionalisme para guru di bawah binaannya.

Adapun rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah “Apakah Supervisi akademik dengan pendekatan Kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran CBSA di

SDN Klampis Barat Kecamatan Klampis Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2016/2017?.

Pendekatan dalam Supervisi Pendekatan Direktif ( Langsung)

Yang dimaksud dengan pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor membe-rikan arahan langsung. Sudah tentu pengaruh pilaku supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan pemahaman terhadap psikologi behaviorisme. Prinsip

behaviorisme ialah bahwa segala

perbuatan berasal dari refleks, yaitu respons terhadap rangsangan stimulus. Oleh karena guru mengalami kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment).

Pendekatan Non Direktif ( Tidak Langsung)

Yang dimaksud dengan pendekatan Non Direktif (tidak langsung) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor

tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dahulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru. Ia meberi kesempatan sebanyak mungkin kepada

(4)

menge-259 mukakan masalahnya. Supervisor

mencoba mendengarkan, memahami apa yang dialami guru-guru.

Pendekatan Kolaboratif

Yang dimaksud dengan pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non direktif menjadi cara pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa

belajar adalah hasil paduan antara kegiatan individu dengan lingkungan pada gilirannya nanti berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan demikian pendekatan dalam

supervisi berhubungan pada dua arah. Jenis Supervisi

Pada garis besarnya supervisi bisa digolongkan menjadi dua kelompok kegiatan besar yakni Supervisi Akademik dan Supervisi Manajerial.

Supervisi akademik adalah supervisi yang dilakukan dalam rangka untuk melakukan pembinaan kegiatan

akademis yang mencakup masalah

pembelajaran, penilaian, metodologi dan sebagainya. Supervisi ini subyek yang dibina adalah para guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.

Supervisi manajerial adalah kegiatan supervisi yang mencakup binaan masalah manajerial seperti pengelolaan perpustakaan, administrasi kesiswaan, administrasi sarana prasarana, dan sejenisnya.

Supervisi akademis dengan pendekatan Kolaborasi untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan CBSA.

Supervisi akademis merupakan supervisi yang dilakukan dalam rangka membina guru dalam menerapkan pembelajaran. Dalam penelitian ini adalah meneliti guru dalam menerapkan pembelajaran CBSA. Dengan Supervisi akademis ini guru akan selalu dipantau dan dibimbing supervisor sehingga dalam kegiatan pembelajaran akan selalu terkontrol dan terkendali. Dengan demikian kegiatan pembelajaran sesuai dengan CBSA akan dapat diterapkan dengan baik sesuai dengan indikator CBSA yang ditetapkan.

Dengan demikian secara teoritis supervisi akademik akan membantu

(5)

pembelajaran sesuai dengan CBSA,

setelah dibantu tentunya guru akan semakin mantap dalam menerapkan pembelajaran CBSA dimaksud. Sesuai dengan prinsip CBSA bahwa guru bukanlah satu-satunya orang yang harus selalu dominan dan selalu memberikan ilmu/pengetahuan kepada siswa. Guru hanyalah sebagai fasilitator,sehingga siswa akan aktif, menemukan, merangkum dan menyimpulkan temuannya.

Metode Penelitian

Dalam penelitian tindakan Sekolah (PTS) ini peneliti menggunakan penelitian tindakan sekolah di sekolah peneliti bertugas. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan Sekolah, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke

siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action

(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

Subyek penelitian dalam hal ini

adalah semua guru SDN Klampis Barat Kecamatan Klampis Kabupaten Bangkalan. Jumlah guru yang diamati atau menjadi subyek penelitian adalah sebanyak 6 orang yang ada di SDN Klampis Barat Kecamatan Klampis Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2016/2017 dan semuanya adalah guru kelas dan telah mempunyai masa kerja yang cukup.

Obyek Penelitiannya adalah kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan CBSA. Dengan demikian yang menjadi pengamatan peneliti adalah bagaimana guru menerapkan pebelajaran dengan

pendekaan CBSA di kelasnya.

Untuk melaksanakan penga-matan tersebut peneliti menggunakan instrumen pengamatan yang disebut Instrumen Pengamatan Kegiatan Guru

atau IPKG. Intstrumen tersebut mencakup bagaimana guru melaksa-nakan persiapan pembelajaran, melaksanakan baik pendahuluan kegiatan inti maupun kegiatan akhir, dan juga bagaimana guru melaksa-nakan peniliaan hasil belajar.

(6)

261 Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran

2016/2017. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) Bulan yakni pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2017.

Untuk mengupulkan data penulis menggunakan metode observasi dan dokumentasi. Observasi dilakukan ketika guru melaksanakan pembelajaran. Dokumentasi digunakan untuk menilai rencana pembelajaran yang digunakan guru.

Kriteria Keberhasilan Penelitian

Kriteria keberhasilan ditetapkan bahwa : Masing-masing guru maupun secara keseluruhan dinyatakan tuntas atau berhasil jika mencapai nilai

sebagai berikut :

1. Kriteria keberhasilan/ketuntasan dalam menyusun RPP.

a. Guru dinyatakan telah berhasil dalam menyusun rencana

pembelajaran jika nilai rencana pembelajaran minimal 28 artinya setiap aspek minimal mendapat nilai 4 dari tujuh aspek penilaian rencana pembelajaran.

b. Penelitian ini dianggap selesai atau berhasil jika 80 % dari guru-guru yang menjadi subyek

penelitian telah mendapat nilai

minimal 28.

2. Kriteria keberhasilan/ ketuntasan penelitian dalam pelaksanaan pembelajaran.

Dalam menetapkan apakah penelitian pelaksanaan pembelajaran berhasil atau tidak, maka ditetapkan kriteria keberhasilan atau kriteria ketuntasan dalam penelitian tindakan sebagai berikut :

a. Penelitian dalam pelaksanaan pembelajaran dinyatakan tuntas/ berhasil secara individu jika tiap guru mencapai skor minimal 80, artinya tiap aspek

minimal mendapat nilai 4 dari 20 aspek pengamatan kegiatan pembelajaran.

Penelitian ini dianggap selesai atau berhasil jika 80 % dari guru-guru yang

(7)

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Siklus I

Tahap pelaksanaan dan pengamatan siklus I dilaksanakan pada tanggal 25 sampai dengan 27 Januari 2017. Pada tahap ini Guru melakukan kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran CBSA dan peneliti melakukan observasi terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Berikut merupakan hasil pengamatan pada siklus I:

Tabel 4.1

Rekapitulasi hasil pengamatan siklus pertama.

N O

RENTANG NILAI

JUM

GURU KET

I

1

2

II

1

2

Rencana

Pembelajaran

Kurang dari

28

Sama atau

lebih dari 28

Pelaksanaan

Pembelajaran

Kurang dari

80

Sama atau

kebih dari 80

5

1

5

1

Belum berhasil

Berhasil

Belum berhasil

Berhasil

Siklus II

Tahap pelaksanaan ini dilaksanakan pada tanggal 8 sampai dengan 10 Februari 2017 di lokasi penelitian. Guru melaksanakan

kegiatan pembelajaran dengan

mengacu pada persiapan yang telah disempurnakan dari siklus pertama. Guru menyampaikan informasi tujuan pembelajaran yang akan disampaikan. Dalam pertemuan ini tampak berbeda dengan siklus 1, siswa mulai banyak yang aktif bertanya maupun mengelurkan pendapat yaitu ada 5 orang bahkan yang menjawab pertanyaan lebih banyak lagi. Di samping itu aktifitas guru sudah mulai terkendali artinya guru tidak terlalu mendominasi kegiatan lagi, guru mulai berperan sebagai motivator dan fasilitatormeskipun masih sering muncul dominasi sekali-kali. Meskipun

demikian masih terdapat beberapa kekuragan jika dibandingkan dengan rencana pembelajaran yang telah disusun.

Pada kegiatan pelaksanaan ini

(8)

263 Tabel 4.2

Rekapitulasi hasil pengamatan siklus kedua.

Tahap pelaksanaan ini dilaksanakan pada tanggal 22 sampai dengan 24 Februari 2017 di lokasi penelitian. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan yang telah disempurnakan dari siklus kedua. Guru menyampaikan informasi tujuan pembelajaran yang akan disampaikan.

Dalam pertemuan ini tampak berbeda dengan siklus kedua, siswa mulai banyak yang aktif bertanya maupun mengeluarkan pendapat bahkan yang menjawab pertanyaan lebih banyak lagi. Di samping itu aktifitas guru sudah mulai terkendali artinya guru tidak terlalu mendominasi kegiatan

lagi, guru mulai berperan sebagai

motivator dan fasilitator meskipun masih sering muncul dominasi sekali-kali. Meskipun demikian masih terdapat beberapa kekurangan jika dibandingkan dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Penilaian dalam proses dilaksanakan oleh guru, penggunaan mediapun telah dilakukan dengan baik.

Tabel 4.3

Rekapitulasi hasil pengamatan siklus ketiga.

(9)

kiteria keberhasilan atau kriteria

ketuntasan dalam penelitian. Hasil pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran pada siklus ketiga didapatkan bahwa untuk penilaian rencana pembelajaran tidak ada seorang gurupun yang mendapat nilai di bawah 28 dari 7 aspek yang diamati, artinya nilai minimal tiap aspek 4.

Tabel 4.4

Perbandingan Hasil Pengamatan Tentang Rencana Pembelajaran

Masing masing siklus

N O

RENT ANG NILAI

JUMLAH GURU SIK

LUS I

SIK LUS

II SIK LUS

III 1

2 Kurang

dari 28 Sama

atau Lebih

dari 28 5

1 2

4 0

6

Belum berhasil

Tuntas

Jika perbandingan hasil pengamatan tentang rencana pembelajaran masing-masing siklus tersebut dituangkan dalam bentuk grafik maka akan menjadi sebagai berikut :

Berdasar perbandingan nilai pada tabel dan grafik tersebut diatas dapatlah disimpulkan bahwa: Pada siklus pertama hanya ada 1 orang atau hanya sebesar 17% guru yang tuntas dalam menyusun pembelajaran. Pada siklus ke 2 ketuntasan yang telah dicapai guru dalam penyusunan Rencana pembelajaran sebesar 50% atau ada 3 orang guru dari 6 orang guru yang nilai penyusunan RPPnya sesuai dengan kriteria ketuntasan. Pada siklus ketiga tidak ada satu gurupun yang

hasil/ nilai penyusunan rencana pembelajarannya kurang dari 28. Semua guru hasil/nilai penyusunan rencana pembelajarannya adalah lebih dari 28 atau dapat dikatakan persentase

ketuntasan pada siklus III mencapai 100%.

(10)

265 Tabel 4.5

Perbandingan Hasil Pengamatan Tentang Pelaksanaan Pembelajaran

Masing masing siklus

N O

RENT ANG NILAI

JUMLAH GURU SIK

LUS I

SIK LUS

II SIK LUS

III 1

2 Kurang

dari 28

Sama atau

Lebih

dari 28 5

1 2

4 1

5

Belum berhasil

Tuntas

Jika Perbandingan Hasil Pengamatan Tentang Rencana Pembelajaran Masing-masing siklus

tersebut dituangkan dalam bentuk grafik maka akan menjadi sebagai berikut :

Berdasarkan rekapitulasi dan perbandingan hasil pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran CBSA dapatlah disimpulkan bahwa :

1. Pada siklus pertama masih terdapat 5 guru yang mendapatkan hasil kurang dari 80 sedang yang tuntas sebanyak 1 orang guru artinya

tingkat keberhasilannya hanya mencapai 17%.

2. Pada siklus kedua terdapat 2 orang

guru yang mendapat nilai dibawah kriteria keberhasilan atau 4 guru yang tuntas,artinya tingkat ketuntasannya mencapai 67%.

Pada siklus ketiga didapatkan 1 orang guru yang mendapatkan hasil dibawah 80 dalam pengamatan yang dilakukan peneliti. Artinya prosentase keberhasilan pada siklus ketiga mencapai 83%, dengan demikian guru telah mencapai kriteria keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran CBSA.

Penutup

Berdasarkan hasil penelitian

dan pembahasan dapatlah disimpulkan bahwa: Supervisi akademik dengan pendekatan Kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran CBSA pada

SDN Klampis Barat Kecamatan Klampis Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2016/2017.

(11)

bagi guru untuk mengungkapkan

permasalahan yang dihadapinya. Guru tidak lagi takut untuk berkomunikasi dengan kepala sekolah sehingga pengawas benar-benar menjadi mitra kerja para guru. (2).Pendekatan kolaboratif hendaknya dapat diterapkan untuk semua kelas dan semua mata pelajaran, karena supervisi dengan pendekatan ini lebih demokratis dan terbuka kepada guru. (3). Peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran CBSA dapat ditingkatkan bukan hanya melalui supervisi tetapi juga melalui kegiatan rutin seperti mgmp, pelatihan maupun kegiatan lain yang dilakukan kepala sekolah

terhadap gurunya. (4). Semua pihak yang bertanggung jawab terhadap pendidikan seyogyanya membantu peningkatan mutu guu dalam rangka pencapaian mutu pendidikan dengan

berbagai cara seperti peningkatan anggaran, memberikan bantuan baik materiil maupun spirituil demi kemajuan sekolah. (5). Pemerintah daerah diharapkan selalu meningkatkan

anggaran pendidikan terutama untuk

peningkatan mutu.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta. Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon. Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu.

Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi UGM. Melvin, L. Siberman. 2004. Active

Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia dan Nuansa.

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nurhadi, dkk. Pembelajaran CBSA (Contextual Teaching and

Learning/CTL) dan

Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press).

Riduwan. 2004. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004.

Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel 4.2 lagi, guru mulai berperan sebagai
grafik maka akan menjadi sebagai

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sekolah Dasar diharapkan berlangsung secara aktif dalam melibatkan semua ranah pendidikan baik afektif (sikap), psikomotorik (keterampilan fisik), maupun kognitif

memiliki perbedaan kepentingan sehingga harus saling memenangkan dengan suatu kekuatan. Tetapi justru sebaliknya, mereka saling membutuhkan dan bekerja sama untuk dapat

[r]

Peran orang tua sangatlah penting dalam proses perawatan anak tunagrahita, karena antara orang tua dan anak mempunyai ikatan emosional yang lebih besar

The era of biologic therapy began with an anti-TNF DJHQW LQÀL[LPDE IRU SDWLHQWV ZLWK &'71)Į KDV been thought to play an important role in patogenesis RI ,%'71)Į LV

study. 3) Ada kontribusi pembelajaran matematika kontekstual yang dikembangkan terhadap hasil belajar matematika SD Selo Boyolali. 4) Ada kontribusi faktor-faktor

(3) Tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara pembelajaran yang menggunakan metode Peta Konsep menggunakan media atlas non elektronik