• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUPAN ENERGI, ASAM LEMAK TAK JENUH GANDA, KOLESTEROL DAN IMT DENGAN KADAR KOLESTEROL DARAH PADA PASIEN JANTUNG KORONER RAWAT JALAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASUPAN ENERGI, ASAM LEMAK TAK JENUH GANDA, KOLESTEROL DAN IMT DENGAN KADAR KOLESTEROL DARAH PADA PASIEN JANTUNG KORONER RAWAT JALAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

113

1)Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang e-mail: ubertalina@yahoo.com

Abstract : Energy, poly unsaturated fatty acid, and cholesterol intake and also body mass index (BMI) with blood cholesterol in outpatients with coronary heart desease. Coronary heart disease occurs as the peak in adverse health lifestyle including unhealthy eating patterns. Consumption of foods that high in calories and high in fat can cause negative health effects, such as obesity and high blood cholesterol levels. This study is an analytic study with cross sectional approach, to identify the correlation between energy intake, polyunsaturated fatty acids, cholesterol and BMI in outpatients with coronary heart desease in RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek, Lampung province. Variables examined included energy intake, polyunsaturated fatty acids, cholesterol, BMI and blood cholesterol levels in outpatients with coronary heart disease who were in a Poly Heart RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek, Lampung Province. The sample of this study 46 patients with accidental sampling technique. Based on statistical test showed that the distribution of the age is of 55-64 years old at most (37%), male sex (54.3%), civil servants (47.8%), the most latest education is an undergraduate (60.9%), energy intake is less well respondents (93.5%), intake of polyunsaturated fatty acids is less well (82.6%), unfavorable cholesterol intake (73.9%), most of respondent is not obese (87%), and having normal total blood cholesterol levels by 58.7%. From the bivariate results showed no significant correlation between cholesterol intake and blood cholesterol levels (p value = 0.035) and no significant relationship between energy intake, polyunsaturated fatty acids, and BMI with high blood cholesterol levels. It is recommended to increase the role cooperation between doctors, nurses and nutritionists to provide knowledge about coronary heart disease, especially about nutrition intake. Keywords : Energy intake, polyunsaturated fatty acids, cholesterol, BMI, Cholesterol Levels

Abstrak : Asupan energy, asupan lemak tak jenuh ganda, kolesterol dan IMT dengan kadar kolesterol darah pada pasien Jantung kolesterol darah pada pasien Jantung Koroner Rawat jalan. Penyakit jantung koroner timbul sebagai puncak gaya hidup yang merugikan kesehatan termasuk pola makan yang tidak sehat. Konsumsi makanan tinggi kalori dan lemak yang dapat menimbulkan efek negatif kesehatan, seperti obesitas dan tingginya kadar kolesterol darah. Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu melihat hubungan antara asupan energi, asam lemak tak jenuh ganda, kolesterol dan IMT dengan kadar kolesterol darah pasien Penyakit Jantung Koroner rawat jalan. Variabel yang diteliti meliputi asupan energi, asam lemak tak jenuh ganda, kolesterol, IMT dan kadar kolesterol darah pada pasien Penyakit Jantung Koroner rawat jalan yang berada di ruang Poli Jantung RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Sampel penelitian 46 orang pasien dengan teknik accidental sampling. Berdasarkan uji statistik menunjukkan, distribusi usia paling banyak berusia 55-64 tahun (37%), sebagian besar laki-laki (54,3%), bekerja PNS (47,8%), pendidikan terakhir paling banyak sarjana (60,9%), asupan energi responden kurang baik (93,5%), asupan asam lemak tak jenuh ganda kurang baik (82,6%), asupan kolesterol kurang baik (73,9%), sebagian besar berIMT tidak obesitas (87%), dan kadar kolesterol darah total normal sebesar 58,7%. Terdapat hubungan bermakna antara asupan kolesterol dengan kadar kolesterol darah (p value=0,035) dan tidak ada hubungan bermakna antara asupan energi, asam lemak tak jenuh ganda, dan IMT dengan kadar kolesterol darah tinggi.Sebaiknya perlu adanya peningkatan peran dan kerjasama antara dokter, perawat dan ahli gizi untuk memberikan pengetahuan mengenai penyakit jantung koroner terutama mengenai asupan gizi.

Kata kunci: Asupan energi, asam lemak tak jenuh ganda, kolesterol, IMT, Kadar Kolesterol

Data WHO (World Health Organization) menunjukkan dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta

(2)

tidak menular diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar akan terjadi di negara-negara menengah dan miskin. Tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun karena penyakit tidak menular, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada saat ini (WHO, 2010).

Penyakit jantung koroner timbul sebagai puncak dari gaya hidup yang merugikan kesehatan. Pola makan yang tidak sehat juga disinyalir sebagai faktor resiko penyakit jantung koroner. Makanan cepat saji atau fast food

merupakan faktor resiko penyakit jantung koroner bila sering dikonsumsi.

Penelitian Indrawan (2012) presentase asupan energi kurang pada pasien penyakit jantung koroner rawat jalan di Rumah Sakit Abdul Moeloek 96,8% dan presentase asupan lemak kurang 62,5%.

Obesitas menjadi salah satu penyebab penyakit jantung koroner. Obesitas berkaitan langsung dengan kadar kolesterol dan lipid yang berdampak pada tekanan darah. Kejadian obesitas diukur dengan IMT atau Indeks Massa Tubuh, dikatakan obesitas apabila IMT lebih dari sama dengan 27 kg/m2. Berdasarkan data Riskesdas 2010 prevalensi obesitas nasional berdasarkan IMT-U 11,7 % cenderung lebih dominan pada perempuan dengan prevalensi 15,5%. Prevalensi Provinsi Lampung dibawah angka nasional yaitu 8,8% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2011).

Kadar kolesterol darah adalah kandungan kolesterol yang terdapat dalam darah merupakan susunan dari banyak zat diantaranya trigliserida, LDL kolesterol dan HDL kolesterol, normal 150 – 200 mg/dl dan tinggi >200mg/dl. Kadar kolesterol darah merupakan indikator yang paling baik untuk menentukan seseorang menderita penyakit jantung.

Prevalensi penyakit jantung koroner lebih tinggi pada masyarakat tidak bersekolah dan tidak bekerja. Berdasarkan penyakit jantung koroner terdiagnosis dokter prevalensi lebih tinggi di perkotaan, namun berdasarkan terdiagnosis dokter dan gejala lebih tinggi di perdesaan dan pada kuintil indeks kepemilikan terbawah. Prevalensi penyakit jantung koroner berdasarkan pernah didiagnosis dokter di Provinsi Lampung sebesar 0,2% dan

ber-dasarkan diagnosis dokter atau gejala 0,4% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).

Menurut data dari RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek tahun 2012, jumlah pasien menderita penyakit jantung koroner dan menjalani rawat jalan di poli jantung sebesar 1609 pasien dan pada tahun 2013, jumlah pasien jantung koroner rawat jalan berjumlah 4065 pasien.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin melihat hubungan antara asupan energi, asam lemak tak jenuh ganda, kolesterol dan IMT dengan kadar kolesterol darah pasien penyakit jantung koroner rawat jalan di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian analitik karena menjelaskan tentang hubungan antara variabel asupan energi, asam lemak tak jenuk ganda, kolesterol, IMT dengan kadar kolesterol darah pasien penyakit jantung koroner dengan pendekatan cross sectional .

Populasi dalam penelitian ini, jumlah rata-rata pasien penyakit jantung koroner rawat jalan di poli jantung RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tiap bulannya. Data yang diperoleh tahun 2013 jumlah pasien penyakit jantung koronerdari bulan Januari sampai Desember adalah 4065pasien.Dari data tersebut didapat jumlah rata-rata pasien penyakit jantung koroner tiap bulannya adalah 338 pasien, yang menjadi populasi dalam penelitian ini.Sampel dari populasi ini adalah pasien rawat jalan yang menderita penyakit jantung koroner di RSUD.Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Analisis Univariat

a. Gambaran Umum Pasien 1) Umur

(3)

Tabel 1. Umur Pasien Penyakit

Jantung Koroner Rawat Jalan

No Umur Jumlah n % 1. 35-44 tahun 1 2,2 2. 45-54 tahun 13 28,2 3. 55-64 tahun 17 37 4. 65-74 tahun 14 30,4 5. > 75 tahun 1 2,2

Jumlah 46 100

Berdasarkan tabel 1, diketahui umur pasien Penyakit Jantung Koroner paling banyak 55-64 tahun yaitu 17 orang (37%) dan paling sedikit umur 35-44 tahun dan lebih dari 75 tahun yaitu 1 orang (2,2%).

2) Jenis Kelamin

Tabel 2.Pasien Penyakit Jantung Koroner Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah n % 1. Laki-laki 25 54,3 2. Perempuan 21 45,7 Jumlah 46 100

Berdasarkan tabel 2, jenis kelamin pasien Penyakit Jantung Koroner, laki-laki 25 orang (54,3%) dan perempuan 21 orang (45,7%).

3) Pekerjaan

Tabel 3. Pasien Penyakit Jantung Koroner Rawat Jalan Berdasarkan

Pekerjaan.

No Pekerjaan Jumlah n % 1. Ibu Rumah Tangga 7 15,2 2. Pensiunan PNS 12 26,2 3. Buruh 2 4,3 4. Wiraswasta 1 2,2 5. Pegawai Swasta 2 4,3 6. PNS 22 47,8

Jumlah 46 100

Berdasarkan tabel 3, pasien Penyakit Jantung Koroner paling banyak bekerja sebagai PNS = 22 orang (47,8%) dan yang paling sedikit wiraswasta berjumlah 1 orang (2,2%).

4) Pendidikan

Tabel 4. Pasien Jantung Koroner Rawat Jalan Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah n % 1. SMP 5 10,8 2. SMA 4 8,7 3. D III 9 19,6 4. S1 28 60,9 Jumlah 46 100 Berdasarkan tabel 4, diketahui pendi-dikan terakhir pasien Penyakit Jantung Koroner paling banyak adalah S1 = 28 orang (60,9%), paling sedikit SMA = 4 orang (8,7%).

b. Gambaran Asupan Energi Pasien

Asupan energi merupakan total konsumsi energi dari makanan dan minuman yang dikonsumsi selama dua puluh empat jam.

Tabel 5. Asupan Energi Pasien Penyakit Jantung Koroner Rawat Jalan

No Asupan Energi Jumlah n % 1. Kurang baik 43 93,5 2. Baik 3 6,5

Jumlah 46 100

Berdasarkan tabel 5, diketahui asupan energi pasien Penyakit Jantung Koroner, asupan energi kurang baik = 43 orang (93,5%) dan asupan energi baik = 3 orang (6,5%).

c. Gambaran Asupan Asam Lemak Tak Jenuh Ganda Pasien

Asupan asam lemak tak jenuh ganda merupakan jumlah asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi pasien dalam berat bersih yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda selama dua puluh empat jam.

Tabel 6. Asupan Asam Lemak Tak Jenuh GandaPasien Penyakit Jantung Koroner Rawat Jalan

No Asupan Asam Lemak Tak Jenuh Ganda

(4)

Berdasarkan tabel 6, diketahui asupan asam lemak tak jenuh ganda pasien Penyakit Jantung Koroner,asupan kurang baik berjumlah 38 orang (82,6%) dan paling sedikit asupan baik berjumlah 8 orang (17,4%).

d. Gambaran Asupan Kolesterol Pasien

Asupan kolesterol merupakan jumlah asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi pasien dalam berat bersih yang mengandung Distribusi pasien berdasarkan jumlah asupan energi, dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini:

Tabel 7. Distribusi Asupan Kolesterol Pasien Penyakit Jantung Koroner Rawat Jalan

No Asupan Kolesterol Jumlah n % 1. Kurang Baik 34 73,9 2. Baik 12 26,1 Jumlah 46 100

Berdasarkan tabel 7, diketahui asupan kolesterol pasien Penyakit Jantung Koroner yang kurang baik = 34 orang (73,9%) dan asupan baik = 12 orang (26,1%).

e. Gambaran IMT Pasien

IMT (Indeks Massa Tubuh) merupakan keadaan gizi seseorang yang dihitung dari perbandingan antara berat badan dalam kilogram dan tinggi badan dalam meter dikuadratkan.

Tabel 8. Distribusi IMT Pasien Penyakit Jantung Koroner Rawat Jalan

No IMT Jumlah n % 1. Obesitas 6 13 2. Tidak Obesitas 40 87

Jumlah 46 100

Berdasar tabel 8, diketahui IMT pasien Penyakit Jantung Koroner, IMT obesitas = 6 orang (13%) dan tidak obesitas 40 orang (87%).

f. Gambaran Kadar Kolesterol Darah Responden

Kadar kolesterol darah merupakan kadar kolesterol darah responden yang diukur saat kunjungan.

Tabel 9. Distribusi Kadar Kolesterol Darah Pasien Jantung Koroner Rawat Jalan

No

Kadar Kolesterol

Darah

Jumlah n %

1. Tinggi 16 34,8

2. Normal 30 65,2

Jumlah 46 100 Berdasarkan tabel 9, diketahui kadar kolesterol darah pasien Penyakit Jantung Koroner yaitu tinggi = 16 orang (34,8%) dan normal berjumlah 30 orang (65,2%).

Analisis Bivariat

a. Hubungan Asupan Energi dengan Kadar Kolesterol Darah

Tabel 10. Asupan Energi dengan Kadar Kolesterol Darah

Asupan Energi

Kadar Kolesterol

Darah Total p-value Tinggi Normal

Kurang baik

15(34,9%) 28(65,1%) 43(100%) 1,00

Baik 11(33,3%) 2(66,7%) 3(100%)

Jumlah 116(34,8%) 30(65,2%) 46(100%)

Berdasarkan tabel 10, diketahui pasien dengan asupan energi kurang baik mengalami kadar kolesterol darah tinggi = 34,9% dan pasien dengan asupan energi baik mengalami kadar kolesterol darah tinggi = 33,3%.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p=1,00 dengan demikian Ho gagal ditolak, disimpulkan tidak ada hubungan bermakna antara asupan energi dengan kadar kolesterol darah pasein Jantung Koroner rawat jalan di poli penyakit jantung RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Th 2014

(5)

Tabel 11. Asupan asam lemak tak jenuh ganda dengan kadar kolesterol darah

Berdasarkan tabel 11, diketahui pasien dengan asupan asam lemak tak jenuh ganda kurang baik mengalami kadar kolesterol darah tinggi sebanyak 34,5% dan pasien dengan asupan asam lemak tak jenuh ganda baik mengalami kadar kolesterol darah tinggi sebanyak 37,5%.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p=1,00 berarti Ho gagal ditolak, disimpulkan tidak ada hubungan barmakna antara asupan asam lemak tak jenuh ganda dengan kadar kolesterol darah pasein Penyakit Jantung Koroner rawat jalan di poli penyakit jantung RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Tahun 2014.

c. Hubungan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Darah

Tabel 12. Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Darah

Berdasarkan tabel 12, diketahui pasien dengan asupan kolesterol kurang baik mengalami kadar kolesterol darah tinggi sebanyak 44,1% dan pasien dengan asupan asam lemak tak jenuh ganda baik mengalami kadar kolesterol darah tinggi sebanyak 8,3%.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,04 berarti Ho ditolak, disimpulkan ada hubungan barmakna antara asupan kolesterol dengan kadar kolesterol darah pasein Penyakit Jantung

Koroner rawat jalan di poli penyakit jantung RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Tahun 2014.

c. Hubungan IMT dengan Kadar Kolesterol Darah

Tabel 13. Hubungan IMT dengan Kadar Kolesterol Darah

Berdasarkan tabel 13, diketahui pasien yang IMT obesitas mengalami kadar kolesterol darah tinggi sebanyak 33,3% dan pasien yang IMT tidak obesitas mengalami kadar kolesterol darah tinggi sebanyak 35%.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 1,00 berarti Ho gagal ditolak, disimpulkan tidak ada hubungan signifikan antara IMT dengan kadar kolesterol darah pasein Penyakit Jantung Koroner rawat jalan di poli penyakit jantung RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Tahun 2014.

Pembahasan

1. Gambaran Umum Responden

a. Umur

Sebagian besar pasien penyakit jantung koroner yang menjadi sampel penelitian berusia lebih 40 tahun. Presentase tertinggi pasien penyakit jantung koroner berdasarkan umur pada kelomok umur 55- 64 tahun 37%).

(6)

b. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pasien penyakit jantung koroner, jenis kelamin laki-laki merupakan responden yang paling banyak yaitu presentase 54,3%.

Laki-laki memiliki risiko lebih besar terkena penyakit jantung koroner dan kejadiannya lebih awal dari pada perempuan. Hal ini disebabkan oleh perlindungan dari hormon estrogen terhadap timbulnya penyakit koroner yang tidak dimiliki laki-laki (Anwar, 2004). Oleh karena itu, risiko penyakit jantung koroner pada perempuan lebih rendah daripada laki-laki, tetapi yang telah menopouse memiliki risiko yang sama besarnya dengan laki-laki. Namun, pada perempuan risiko penyakit jantung koroner akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

Hal ini sesuai dengan penelitian Yanti (2009) bahwa penderita penyakit jantung koroner laki-laki 55,9% dan penelitian Nelwan (2011) bahwa penderita penyakit jantung koroner berjenis kelamin laki-laki 73%.

c. Pekerjaan

Sebagian besar pasien penyakit jantung koroner yang menjadi responden penelitian bekerja sebagai PNS (47,8%).

Hal ini dikarenakan di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek menggunakan sistem BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) sebagai sumber biaya sehingga penderita yang bekerja sebagai PNS banyak yang datang berobat, meskipun sistem berubah namun bagi PNS, pendaftaran BPJS mudah karena sebelumnya sudah terdaftar sebagai peserta Askes.

PNS identik dengan pekerjaan kantoran yang kebanyakan jarang melakukan kegiatan olahraga, sehingga terjadi penumpukan lemak di dalam darah.

Hal ini sesuai penelitian Yanti (2009) bahwa penderita penyakit jantung koroner terbesar pada jenis pekerjaan PNS (29,6%) dan penelitian Pohan (2007) terbesar 30,6%.

d. Pendidikan

Sebagian besar pendidikan responden adalah S1(60,9%). Hal ini menunjukkan bahwa dengan pendidikan tinggi pun, masih banyak ditemui penderita penyakit jantung koroner

yang dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit jantung koroner (Sari, 2009).

Tingkat pendidikan bukan satu-satunya faktor yang menentukan kemampuan seseorang dalam menyusun dan menyiapkan hidangan namun faktor pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan menyerap pengetahuan gizi yang diperoleh. Hal ini sesuai dengan penelitian Yanti (2009) bahwa sebanyak 22,6% pasien penyakit jantung koroner menamatkan pendidikan perguruan tinggi.

2. Hubungan Asupan Energi dengan Kadar Kolesterol Darah Pasien Jantung Koroner

Asupan makanan yang berlebih terutama kalori tinggi akan mengakibatkan peningkatan kolesterol dalam darah. Keadaan ini akan mempercepat terjadinya aterosklerosis.

Asupan energi yang tidak mencukupi dapat menghambat proses metabolisme. Kelebihan asupan energi berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah mempercepat terjadinya aterosklerosis sehingga kadar kolesterol darah meningkat. Oleh karena itu, asupan energi hendaknya sesuai dengan kebutuhan sehingga metabolisme tubuh tidak terganggu.

Dari hasil uji statistik, dinyatakan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan kadar kolesterol darah pasien penyakit jantung koroner. Hal ini mungkin dikarenakan pasien telah mengurangi jumlah makan sementara tidak mengetahui mengenai pengaturan makan yang sesuai dengan penyakit jantung koroner. Sehingga perlu penambahan informasi berupa poster dan leaflet di ruang tunggu untuk menambah informasi mengenai penyakit jantung terutama pengaturan makan sehingga asupan zat gizi terpenuhi. Selain itu juga, pasien perlu dirujuk ke poli konsultasi gizi agar lebih memahami mengenai pengaturan makan dan kebutuhan zat gizi selama sehari.

3. Hubungan Asam Lemak Tak Jenuh Ganda dengan Kadar Kolesterol Darah Pasien Jantung Koroner

(7)

kadar kolesterol darah tinggi sebanyak 37,5%. Rata-rata asupan asam lemak tak jenuh ganda sebesar 10,42 mg. Asupan asam lemak tak jenuh ganda responden tidak mencukupi kebutuhan. Bahan makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda paling banyak dikonsumsi adalah kacang tanah dan tahu.

Asupan yang kurang terus menerus akan menjadi masalah, terkait dengan manfaat asam lemak tak jenuh ganda yang mampu menurunkan kadar kolesterol darah. Menurut

Namun, saat penelitian dijumpai 37,5% pasien dengan asupan asam lemak tak jenuh ganda baik mengalami kadar kolesterol darah tinggi. Hal ini dikarenakan asupan kolesterol

pasien dalam sehari ≥ 200 mg, sehingga

menyebabkan kadar kolesterol darah meningkat.

Dari hasil uji statistik, dinyatakan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara asupan asam lemak tak jenuh ganda dengan kadar kolesterol darah pasien penyakit jantung koroner. Dikarenakan data asupan recall 24 jam hanya dilakukan satu hari juga dapat mempengaruhi hasil uji dan kurang mewakili asupan asam lemak tak jenuh ganda responden. Kurangnya asupan asam lemak tak jenuh ganda kemungkian dikarenakan kurang pengetahuan pasien mengenai bahan makanan yang sebaiknya dikonsumsi. Sehingga pasien perlu dirujuk ke poli konsultasi gizi untuk mendapatkan pemahaman mengenai pengaturan makan sehingga asupan asam lemak tak jenuh ganda sesuai kebutuhan, dengan asupan yang sesuai dapat menurunkan kadar kolesterol.

4. Hubungan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Darah Pasien Penyakit Jantung Koroner

Rata-rata asupan kolesterol responden yaitu 290,48 mg. Berdasarkan hasil recall pasien, diketahui bahwa bahan makanan yang mengandung kolesterol paling banyak dikonsumsi adalah daging ayam, telur, ikan dan tepung susu. Asupan kolesterol rata-rata responden tidak memenuhi anjuran WHO untuk konsumsi koesterol pada penderita penyakit jantung yaitu kurang dari 200 mg/hari.

Dari hasil uji statistik, dinyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara asupan

kolesterol dengan kadar kolesterol darah pasien penyakit jantung koroner. Semakin banyak mengonsumsi kolesterol maka kadar kolesterol darah akan semakin meningkat. Semakin banyak konsumsi makanan berlemak maka akan semakin besar peluangnya untuk menaikkan kadar kolesterol.

Tingginya kolesterol dalam makanan mungkin karena kurang pengetahuan pasien mengenai diet yang sesuai dengan penyakit jantung koroner yaitu mengurangi asupan kolesterol dan karena banyaknya pasien yang tidak melakukan konsultasi gizi sehingga perlu dirujuk ke poli gizi untuk memberikan pemahaman mengenai pengaturan makan sehingga asupan kolesterol pasien dapat ter-kontrol dan kadar kolesterol menjadi normal.

5. Hubungan IMT dengan Kadar Kolesterol Darah Pasien Penyakit Jantung Koroner

Diketahui bahwa 28,2% responden

mempunyai IMT obesitas (≥ 27 kg/m2

) dan terjadi kadar kolesterol darah tinggi sebesar 33,3%. Rata-rata IMT responden 23,86 kg/m2.

Risiko terjadinya penyakit jantung koroner pada kelompok overweight lebih besar dibandingkan kelompok ideal.

Dari hasil uji statistik, diketahui bahwa tidak ada hubungan antara IMT dengan kadar kolesterol darah. Hal ini sesuai dengan penelitian Harahap (2011) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara IMT dengan kadar kolesterol darah. Pasien mungkin mengurangi jumlah makan namun tidak mengetahui pengaturan makanan yang sesuai dengan penyakit jantung selain itu juga kemungkinan karena nafsu makan pasien yang kurang karena faktor usia dan menurunnya indra pengecap sehingga berat badan pasien turun. Sebaiknya IMT yang dihitung saat pasien belum terkena penyakit jantung koroner, hal ini dapat menggambarkan IMT deengan kejadian penyakit jantung koroner dan kadar kolesterol darah yang tinggi.

SIMPULAN

(8)

laki-laki (54,3%); bekerja sebagai PNS (47,8%) dan pendidikan S1 (60,9%). 2. Pasien penyakit jantung koroner yang

asupan baik yaitu energi (6,5%); asam lemak tak jenuh ganda (17,4%) dan kolesterol (26,1%).

3. IMT pasien penyakit jantung koroner tidak obesitas 87% dan rata-rata IMT responden 23,86 kg/m2.

4. Responden memiliki kadar kolesterol darah tinggi 34,8% lebih sedikit dari

responden yang memiliki kadar kolesterol darah normal (65,2%).

5. Variabel penelitian, yang memiliki hubungan signifikan dengan kadar koles-terol darah adalah asupan koleskoles-terol pasien 6. Variabel asupan energi, asam lemak tak

jenuh ganda dan IMT dinyatakan tidak memiliki hubungan signifikan dengan kadar kolesterol darah pasien penyakit jantung koroner rawat jalan.

DAFTAR PUSTAKA

Almaitser, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anwar, Bahari. 2004. Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. Medan: Universitas Sumatraa Utara.

---2011. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

---2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Harahap, Taya Rizki Arini. 2011. Hubungan antara Kadar Kolesterol Total dan Kadar Trigliserida dengan Indeks Massa Tubuh pada Pasien di Instalasi Patologik Klinik RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011. Medan [Karya Tulis Ilmiah] Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Indrawan, Doni. 2012. Gambaran Pola Makan Pasien Penyakit Jantung Koroner Rawat Jalan di Poli Penyakit Jantung Rumah Sakit Umum Dr. Hi. Abdul Moeloek

Provinsi Lampung Tahun 2012

.Lampung [Karya Tulis Ilmiah] Jurusan Gizi Poltekkes TanjungKarang

Sari, Yunni. 2009. Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binaji Tahun 2004-2008. Medan: [Skrpsi] Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

WHO. 2010. The World Health Report 2009.Reducing risk, promoting healthy life.http://.who.int/whr/2013.diakses 19 Desember 2013

Gambar

Tabel 3.  Pasien Penyakit Jantung Koroner
Tabel 13. Hubungan IMT dengan Kadar Kolesterol Darah

Referensi

Dokumen terkait

Upaya pembinaan akhlak mulia terhadap siswa dilakukan guru melalui. disiplin waktu dengan mencontohkan datang ke sekolah tepat waktu

Buku teks pelajaran (textbook ) adalah buku acuan wajib untuk digunakan di satuan pendidikan dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang memuat materi

Luas cakupan area terbang yang dipotret saat penerbangan adalah 16 hektar.Jumlah foto yang dihasilkan dalam 3 kali penerbangan lebih dari 768 foto dan yang

In this prospective longitudinal study, we have utilized quantitative in vivo proton MRS to test the hypothesis that similar to the preclinical findings in the rodent brain and in

Lattice Topology Information is the result of grouping Persistent Scatterers to lattices. The two spanning vectors of the lattice have to correspond to the vertical and

Tahap pelaksanaan eksperimen adalah bagian terpenting dalam penelitian ini. Di sini peneliti harus memberikan perlakuan kepada sampel penelitian, yaitu kelas eksperimen 1 dan

Kedua, baitulmal menjadi ahli waris jika terorganisasi. Dengan demikian, jika seorang muslim meninggal dunia tidak memiliki ahli waris sama sekali, harta peninggalan

Studi ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS – Higher Order Thinking Skills) siswa SMAN kelas X