Persepsi Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Palu Dalam Pesan
Rekruitmen Pemilihan Randaa Ante Kabilasa Kota Palu
Tahun 2016
Indira Fatika Suhri
Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Tadulako Jln. Soekarno Hatta Km. 9 Kota Palu Sulawesi Tengah.
Email : indirafatika@gmail.com
Abstrak
Tipe penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan dasar penelitian studi kasus (case study). Informan dalam penelitian ini merupakan siswa dan siswi kelas XI yang pernah
menyaksikan atau mendengarkan informasi tentang Randaa Ante Kabilasa Kota Palu tahun
2016. Teknik sampling penelitian ini adalah purposive sampling. Sebagai alat pengumpul
data menggunakan observasi dan wawancara mendalam dengan pengolahan data menggunakan analisis data kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa siswa kelas XI SMA N 5 Palu melaui tiga proses yaitu stimulus, registrasi dan interpretasi maka timbullah persepsi sebagai hasil penelitian
yaitu (a) seorang duta identik dengan penggunaan selempang dan make-up, akan tetapi semua
itu dilakukan bukan hanya untuk mencari eksistensi melainkan mengikuti aturan yang ada.
Selain itu untuk menjadi duta wisata Randaa ante Kabilasa seseorang juga harus memiliki
sikap yang baik dan berbudaya. (b) Pesan rekruitmen adalah cerminan dari Randaa ante
Kabilasa karena dianggap semua yang tertulis didalamnya ada pada diri Randaa ante Kabilasa. Selain itu salah satu poin di dalam pesan rekrutmen yaitu standar tinggi badan dianggap mendiskriminasi orang-orang yang bertubuh kurang tinggi (pendek), akan tetapi pada realitanya ditemukan finalis bahkan pemenang yang tidak mencapai standar tinggi dan hanya mengandalkan sendal tinggi.
Kata Kunci : Persepsi, Pesan Rekruitmen, Randaa ante Kabilasa Palu
Submisi : 20 Maret 2018
Pendahuluan
Ajang pemilihan Randaa ante
Kabilasa Kota Palu merupakan bagian dari kegiatan Dinas Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Kota Palu dalam memperingati Festival Teluk Palu yang sekarang berubah
menjadi Festival Palu Nomoni,
berlangsung setiap tahun pada tanggal 27 –
29 September. Randaa yang artinya gadis
dan Kabilasa berarti perjaka dalam bahasa
Kaili. Jadi Randaa ante Kabilasa adalah gadis dan perjaka, yang sering dikenal sebagai pemuda dan pemudi atau putra dan putri Kaili Kota Palu.
Berdasarkan kegiatan yang
dilakukan oleh duta wisata Randaa ante
Kabilasa yaitu bertugas untuk menginformasikan dan mempromosikan kebudayaan dan pariwisata Kota Palu, seperti melakukan berbagai kegiatan sosial yang sangat bermanfaat untuk orang banyak, meliputi Gerakan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona, ikut serta dalam workshop yang diadakan oleh Dinas Pariwisata Provinsi maupun Kota, turun langsung melakukan aksi bersih di sekitar pesisir pantai bersama dengan beberapa
Dinas, penjemputan pejabat-pejabat
penting negara, dan beberapa program kebudayaan duta wisata dalam bidang
kesenian, yang dalam hal ini Randaa ante
pelaku kegiatan seni (tari maupun suara), serta kegiatan sosial lainnya.
Ada hal yang sebenarnya kurang
baik dalam ajang pemilihan Randaa ante
Kabilasa Kota Palu dari tahun ke tahun, yaitu adanya pendaftar yang bukan suku Kaili asli juga diikutkan menjadi finalis dan bahkan menjadi pemenang. Selain itu, ditetapkan standar tinggi badan untuk dapat ikut serta dalam ajang ini, karena penampilan dan postur tubuh menjadi
penilaian utama. Menurut panitia
pengetahuan dapat diisi sedangkan tinggi badan tidak dapat ditambah. Padahal tidak
semua yang good looking memiliki
kualitas yang baik untuk menjadi seorang
duta, kualitas juga harus menjadi
pertimbangan karena pemenang akan mewakili Kota Palu bahkan Propinsi Sulawesi Tengah dalam ajang nasional.
Namun tidak semua finalis diikutkan dalam ajang nasional, sebagian finalis akan membantu pemerintah Kota Palu dalam mempromosikan parwisata, dalam hal ini tinggi badan dan postur tubuh tidak
diutamakan justru kualitas dan
pengetahuan akan budaya yang
dibutuhkan. Masalah seperti ini tentunya juga akan membuat orang lain yang
menyaksikan ajang pemilihan Randaa ante
Kabilasa tersebut dapat berpersepsi lain. SMA Negeri 5 Palu merupakan sekolah yang berada di Kota Palu. Banyak alumni SMA Negeri 5 Palu yang telah terlibat dalam duta wisata Kota Palu
Randaa ante Kabilasa. Bahkan dari tahun 2013 hingga 2015 beberapa alumni memenangkan ajang pemilihan tersebut dan beberapa kategori lainnya, diantaranya
Randaa Kota Palu 2013, Randaa Kota
Palu 2014, Kabilasa Palu Utara 2014,
Randaa Duta Persahabatan Dan
Perdamaian Kota Palu 2015, dan Randaa
Duta Fashion Kota Palu 2015. Hal inilah yang telah membentuk persepsi para siswa terhadap duta wisata Kota Palu serta membentuk minat mereka untuk ikut serta ajang tersebut.
Menarik sekali melihat bagaimana persepsi para siswa kelas XI SMA Negeri
5 Palu dalam menanggapi ajang pemilihan
Randaa ante Kabilasa Kota Palu yang dilihat dari sudut pesan rekruitmennya baik itu melalui media sosial, menyaksikan
langsung, program kerja Randaa ante
Kabilasa Kota Palu, ataupun pembagian brosur yang berisikan kriteria peserta.
Persepsi Dalam Komunikasi
Dalam proses persepsi, banyak rangsangan sampai kepada kita melalui penginderaan kita, namun kitatidak dapat mempersepsi semua itu secara acak. Hal ini terjadi karena persepsi kita adalah suatu proses aktif yang menuntut suatu tatanan dan makna atas berbagai rangsangan yang kita terima. Kita dapat mengilustrasikan
bagaimana persepsi bekerja dengan
menjelaskan tiga langkah yang terlibat dalam proses persepsi sebagai berikut.
Sumber : Devito, 1997 (Sobur, 2003:449)
Gambar 2.1. Proses Persepsi
1. Terjadinya stimulasi alat indra
(sensory stimulation)
Pada tahap pertama, alat-alat indra distimuli (dirangsang).
2. Stimuli terhadap alat indra diatur
Pada tahap kedua, rangsangan
terhadap alat indra diatur menurut berbagai prinsip. Salah satu prinsip yang sering digunakan adalah prinsip
proksimitas (proximity), atau
kemiripan. Prinsip yang lain adalah
kenegkapan (closure).
3. Stimuli alat indra
ditafsirkan-dievaluasi
Langkah ketiga dalam proses
persepsi adalah penafsiran-evaluasi.
Langkah ketiga ini merupakan
proses subjektif yang melibatkan
evaluasi di pihak penerima.
Penafsiran-evaluasi kita tidak
semata-mata didasarkan pada
sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan tentang yang seharusnya, keadaan fisik dan emosi pada saat itu, dan sebagainya yang ada pada kita.
Berdasarkan definisinya bahwa
Persepsi merupakan proses dimana
individu memilih, mengorganisasi, dan
menginterpretasikan apa yang
dibayangkan tentang dunia di
sekelilingnya. Jadi dengan mempersepsi setiap individu memndang dunia berkaitan dengan apa yang dia butuhkan, apa yang dia nilai, apakah sesuai dengan keyakinan dan budayanya. Semua kebutuhan yang ingin dipenuhi ini membuat persepsi individu menjalani suatu proses personal yang rumit, karena apa yang dia persepsikan itu sangat tergantung dari sejauh mana pengaruh beragam faktor pembentuk persepsi (Liliweri, 2011:153).
Menurut Desiderato dalam Rahkmat, (2011:50) persepsi ialah memberikan
makna pada stimulus inderawi (sensory
stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian
dari persepsi. Walaupun begitu,
menafsirkan makna informasi inderawi tidak tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori.
Miftah Toha (2003: 145) tentang proses terbentuknya persepsi didasari pada beberapa tahap, yaitu:
a. Stimulus/Rangsangan
Terjadinya persepsi diawali ketika
seseorang dihadapkan pada suatu
stimulus/rangsangan yang hadir dari
lingkungannya.
b. Registrasi
Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan syarat seseorang berpengaruh melalui alat indera yang
dimilikinya. Seseorang dapat
mendengarkan atau melihat informasi yang terkirim kepadanya, kemudian mendaftar semua informasi yang terkirim kepadanya tersebut.
c. Interpretasi
Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus diterimanya. Proses interpretasi tersebut bergantung pada cara pendalaman, motivasi dan kepribadian seseorang.
Teori S-O-R
Pengertian S-O-R adalah sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Respon, ini semua berasal dari psikologi. Objek material dari psikologi komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi
komponen-komponen sikap, opini,
perilaku, kognisi, afeksi, konasi. Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang
berkomunikasi dengan Organism
(Effendy,2003:254).
Menurut teori stimulus organism respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah “pesan yang
disampaikan oleh komunikator ke
komunikan akan menimbulkan suatu efek
yang kehadirannya terkadang tanpa
disadari oleh komunikan”
(Effendy,2003:254).
1. Pesan (Stimulus, S)
2. Komunikan (Organism, O)
3. Efek (Respone, R)
Elemen-elemen dari model ini
adalah pesan (stimulus), komunikan
(Organism), efek (respon). Modek S-O-R dapat di gambarkan sebagai berikut :
Hasil Penelitian Stimulus
Stimulus dalam penelitian ini yaitu terkait dengan pesan yang diterima oleh siswa kelas XI SMA Negeri 5 Palu melalui sosialisasi sekaligus audisi secara langsung
yang diadakan oleh Randaa ante
Kabilasadi SMA Negeri 5 Palu. Berdasarkan hasil wawancara, stimulus yang didapatkan berbentuk verbal dan non verbal, diantaranya terkait dengan apa yang disampaikan secara lisan dan tulisan serta gestur tubuh, cara berpakaian, dan penggunaan atribut.
Untuk bisa melihat stimulus yang ada, pesan yang berbentuk verbal yaitu brosur yang dibagikan pada saat sosialisasi berlangsung. Dalam brosur yang dibagikan berisi informasi secara lengkap tentang
Randaa ante Kabilasa. Selain itu dalam brosur juga berisi pesan rekruitmen
pemlihan Randaa ante Kabilasa Kota Palu
tahun 2016. Pada sosialiasi tersebut mereka juga menjelaskan tentang apa saja yang tertulis dalam brosur yang berupa
pesan rekrutmen pemilihan Randaa ante
Kabilasa. Sosialisasi juga dirangkaikan dengan audisi secara langsung siswa-siswa yang ada di SMA Negeri 5 Palu.
Kunjungan tersebut juga merupakan
program yang telah disusun dengan baik dengan harapan terjalinnya silaturahmi
antara Randaa ante Kabilasa dan seluruh
lapisan masyarakat di manapun berada. Selanjutnya pada stimulus yang secara tidak langsung disampaikan oleh
Randaa ante Kabilasa datang mengunjungi sekolah berkaitan dengan pesan non verbal yakni cara berpakaian
dan pemakaian selempang. Randaa ante
Kabilasa berpakaian batik sehingga terlihat rapi dan menjunjung budaya bangsa Indonesia. Selanjutnya, selempang digunakan agar setiap orang yang melihat mengetahui bahwa yang menggunakannya adalah duta wisata yang mendapatkan gelar dalam ajang tersebut.
Registrasi
Registrasi merupakan proses
pemilihan stimulus sesuai dengan
kebutuhan masing-masing informan.
Setelah stimulus dipilih kemudian
didaftarkan dalam diri informan tersebut. Stimulus yang dipilih berpengaruh pada penginderaan. Pada penelitian ini yang dimaksud dengan registrasi yaitu berkaitan dengan apa yang menarik perhatian para siswa kelas XI SMA Negeri 5 Palu melalui
indera sesuai dengan kebutuhannya.
Dalam hal ini para informan (siswa) mengambil brosur yang dibagikan untuk bisa memenuhi kebutuhannya karena menurutnya informasi yang dicarinya ada pada brosur yang dibagikan tersebut.
Kebutuhan informasi itu juga bisa
berkaitan dengan memperhatikan perilaku
dan gerak gerik para Randaa ante
Kabilasa, mulai dari menjaga penampilan agar tetap terlihat rapi, cara duduk dan berdiri yang begitu teratur, hingga kata-kata yang dikeluarkan pada saat berbicara. Kebutuhan Winda adalah bagaimana cara bersikap dan menjaga penampilan seorang
duta, dengan memperhatikan para Randaa
ante Kabilasa Winda mendapatkan pengetahuan tentang apa yang ia butuhkan tersebut.
Kebutuhan informasi juga berkaitan dengan rasa ingin tahu terkait dengan penggunaan selempang bertujuan untuk menjelaskan kepada orang-orang yang melihat mereka tentang gelar yang mereka dapatkan pada saat mengikuti ajang
pemilihan Randaa ante Kabilasa Kota
Palu. Selain itu tentang standar tinggi yang telah ditetapkan di pesan rekrutmen, akan
tetapi mereka mengakalinya dengan
penggunaan sepatu yang ber hak tinggi agar bisa mencapai standar tinggi yang ditetapkan.
Interpretasi
Interpretasi merupakan
terkait dengan stimulus yang telah dipilih oleh informan dan telah memenuhi kebutuhannya. Proses ini bergantung pada
cara pendalaman, motivasi dan
kepribadian masing-masing informan.
Interpretasi itu berkaitan dengan
pemahaman yang muncul bahwa semua
anggota Randaa ante Kabilasa tanpa
terkecuali dituntut untuk berpakaian rapi
dan menjaga sikap. Pada setiap
kesempatan, Randaa ante Kabilasa
memang harus menjaga penampilan dan
sikap mereka karena Randaa ante
Kabilasa merupakan teladan bagi remaja-remaja yang ada disekitar mereka. Selain itu penggunaan selempang juga bisa dimaknai bahwa untuk menjelaskan gelar apa yang mereka capai dalam ajang
pemilihan duta wisata Randaa ante
Kabilasa Kota Palu. Berbagai macam hal
tersebut tentunya akan membeirkan
interpretasi kepada siswa kelas XI SMA Negeri 5 Palu yang kemudian bisa menghasilkan sebuah persepsi.
Persepsi siswa kelas XI SMA Negeri 5 Palu pada ajang pemilihan Randaa ante Kabilasa Kota Palu terkait dengan pesan rekruitmen tentang tinggi badan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa persepsi siswa kelas XI SMA Negeri 5 Palu pada Randaa ante Kabilasa Kota Palu adalah seorang duta identik dengan
penggunaan selempang dan make-up, hal
tersebut dilakukan bukan hanya untuk mencari eksistensi melainkan mengikuti aturan yang ada. Selain itu untuk menjadi
duta wisata Randaa ante Kabilasa,
seseorang juga harus memiliki sikap yang baik dan berbudaya. Dalam penelitian ini, untuk membentuk persepsi yang terjadi pada siswa kelas XI SMA N 5 Palu, terbagi dalam tiga proses yaitu stimulus, registrasi dan interpretasi.
Hasil dari penelitian dengan stimulus
para siswa akan membentuk persepsi berdasarkan rangsangan berupa pesan yang diterimanya. Pesan tersebut didapatkan
oleh para siswa dari kegiatan sosialisasi yang dirangkaikan dengan audisi secara langsung di sekolah-sekolah yang ada di Kota Palu dan salah satunya adalah SMA Negeri 5 Palu. Pada stimulus, siswa memperhatikan beberapa hal yang paling dominan atau apa yang dilihat dan didengar oleh alat indera dan siswa akan memperhatikan sesuatu yang menrik perhatiannya seperti atribut selempang
yang digunakan oleh Randaa ante
Kabilasa ketika melakukan sosialisasi. Selain itu penampilan yang ditunjang oleh
make-up serta cara bersikap dan mengucapkan salam budaya juga menjadi peratian para siswa. Menurut siswa hal tersebut sangat baik sehingga menarik
minat mereka untuk mendengarkan
penjelasan selama sosialisasi. Hal tersebut sesuai dengan teori S-O-R dimana seorang
siswa sebagai organism mempunyai
perhatian pada stimulus yang diterimanya.
Pada tahap registrasi para informan
memilah-milah stimulus yang diterimanya sesuai dengan kebutuhan yang mereka miliki kemudian mendaftarkannya dalam arti menerima stimulus yang diterimanya
tadi, apakah dapat memenuhi
kebutuhannya ataukah tidak. Adapun kebutuhan informan yang berpersepsi tentang Randaa ante Kabilasa adalah cara bersikap yang baik seorang duta, apakah mereka hanya ingin sekedar mencari eksistensi akan tetapi tidak menjalankan tugasnya dengan baik, bagaimana mereka melestarikan budaya, dan bagaimana cara mereka menunjang penampilannya agar
menarik. Para informan kemudian
memperhatikan stimulus yang diterimanya tersebut menurut kebutuhannya
masing-masing dan kemudian mereka
menerimanya karena dianggap mampu menjawab kebutuhan tiap informan. Hal ini kemudian sesuai dengan teori S-O-R yang dimana organism mengerti dengan
stimulus yang diterimanya karena
dianggap memenuhi kebutuhannya.
Tahapan terakhir yaitu interpretasi,
pada konteks ini informan telah
ditangkapnya. Pemahaman yang dimaksud adalah seperti untuk menjadi Randaa ante
Kabilasa harus benar-benar
memperhatikan penampilan, hal ini
disampaikan oleh informan atas nama Winda yang didasari dari kepribadiannya karena menurut peneliti Winda adalah seseorang yang beratitud baik karena pada saat melakukan wawancara prilaku Winda sangat sopan kepada setiap orang yang ditemuinya. Selain itu menurut informan atas nama Galang penggunaan selempang yang bertuliskan gelar yang didapatkan oleh masing-masing pemakainya agar
setiap orang yang melihat mereka
mengetahui prestasi yang telah dicapai dalam ajang tersebut.
Disetiap awal pertemuan, Randaa
ante Kabilasa mengucapkan salam budaya karena didalam salam tersebut juga berisi doa untuk setiap orang yang dijumpainya, begitulah pemahaman yang sampaikan oleh Dita karena ia merupakan seseorang yang mendalami budaya Kaili. Selain itu menurut Anca para Randaa ante Kabilasa
harus menggunakan make-up disetiap
bertugas untuk menunjang penampilan mereka, selain itu Anca juga termotivasi untuk mengikuti ajang pemilihan Randaa ante Kabilasa walaupun pada saat itu belum berhasil lolos menjadi finalis. Hal ini kemudian sesuai dengan teori S-O-R dimana timbulnya respon yaitu Anca kemudian mengambil keputusan untuk lebih mempersiapkan diri supaya pada pemilihan ditahun berikutnnya ia dapat
lolos menjadi finalis Randaa ante
Kabilasa Kota Palu.
Persepsi Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Palu Pada Pesan Rekruitmen Pemilihan
Randaa ante Kabilasa Kota Palu
Persepsi siwa kelas XI SMA Negeri 5 Palu pada pesan rekruitmen pemilihan Randaa ante Kabilasa Kota Palu yaitu pesan rekruitmen adalah cerminan dari Randaa ante Kabilasa karena dianggap semua yang tertulis didalamnya ada pada diri Randaa ante Kabilasa.selain itu salah
satu poin di dalam pesan rekrutmen yaitu
standar tinggi badan dianggap
mendiskriminasi orang-orang yang
bertubuh kurang tinggi (pendek), akan tetapi pada realitanya ditemukan finalis bahkan pemenang yang tidak mencapai standar tinggi dan hanya mengandalkan
sendal tinggi. Persepsi pada pesan
rekruitmen pemilihan Randaa ante
Kabilasa Kota Palu juga terbentuk dari 3 proses yaitu stimulus, registrasi dan interpretasi.
Stimulus yang menarik perhatian para siswa kelas XI SMA Negeri 5 Palu diantaranya adalah perilaku para duta wisata Randaa ante Kabilasa sama seperti persyaratan yang telah ditentukan di dalam
pesan rekruitmen pemilihan Randaa ante
Kabilasa seperti tinggi badan para duta yang sesuai dengan standar tinggi yang telah ditentukan, berpenampilan menarik dalam hal berpakaian batik khas Sulawesi
Tengah yakni batik bomba dan
komunikatif seperti pada saat Randaa ante Kabilasa bersosialisasi di SMA Negeri 5 Palu. Bila dilihat hal ini sesuai dengan
teori S-O-R, organism yang pada
penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 5 Palu menaruh perhatiannya pada stimulus atau rangsangan yang diberikan
Randaa ante Kabilasa pada saat melakukan sosialisasi.
Hasil penelitian dengan registrasi
adalah pemilihan pesan sesuai dengan kebutuhan informan yaitu, kebutuhan ingin mengetahui persyaratan dalam pesan
rekruitmen yang informasinya dapat
ditemukan pada brosur yang dibagikan pada saat sosialisasi di SMA Negeri 5 Palu, selanjutnya untuk memahami isi dari
penyampaian pada sosiaslisasi yang
Tahap interpretasi merupakan tahapan terakhir dalam terbentuknya
sebuah persepsi. Pemahaman para
informan terkait dengan stimulus yang telah dipilihnya terkait dengan pesan rekrutmen pemilihan Randaa ante Kabilasa Kota Palu adalah untuk mendapatkan
informasi terkait dengan persyaratan
pemilihan Randaa ante Kabilasa informan atas nama Nabila sadar harus membaca brosur yang berisi pesan rekrutmen yang telah dibagikan pada saat sosialisasi, hal
ini bergantung pada cara Nabila
mendalami sesuatu. Pernyataan yang disampaikan oleh Ria terkait dengan sesorang apabila tidak mencapai standar tinggi badan dan sudah menjadi finalis pada ajang Randaa ante Kabilasa harus
mendongkraknya dengan penggunaan high
heels, selain itu juga dibutuhkan keahlian dalam menggunakannya karena apabila tidak hati-hati akan menimbulkan kejadian yang memalukan pada saat bertugas
menggunakan high heels. Selanjutnya
Fatur menjelaskan bahwa batik dengan kemajuan dalam segala bidang pada zaman
sekarang mebuat remaja yang
menggunakannya tidak terlihat seperti orang tua, hal ini ia sampaikan karena
Fatur mendalami kemajuan zaman
terutama pada bidang fashion.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan
penelitian yang telah dianalisis secara sistematis dan didukung dengan temuan
data di lapangan mengenai “Persepsi siswa
kelas XI SMA Negeri 5 Palu dalam pesan
rekruitmen pemilihan Randaa ante
Kabilasa Kota Palu tahun 2016.” Maka
kesimpulannya adalah sebagai berikut: Melaui ketiga proses terbentuknya persepsi stimulus yang berbentuk verbal dan non verbal yang disampaikan pada saat sosialisasi secara langsung yang datang ke SMA Negeri 5 Palu, registrasi yang merupakan pemilihan stimulus sesuai dengan kebutuhan para informan dan interpretasi yakni pemahaman tentang
stimulus yang diterimanya maka timbullah persepsi sebagai hasil penelitian yaitu :
a. Persepsi Siswa Kelas XI SMA
Negeri 5 Palu Pada Randaa ante
Kabilasa Kota Palu
Seorang duta identik dengan
penggunaan selempang dan make-up, akan tetapi semua itu dilakukan bukan hanya
untuk mencari eksistensi melainkan
mengikuti aturan yang ada. Selain itu untuk menjadi duta wisata Randaa ante Kabilasa seseorang juga harus memiliki sikap yang baik dan berbudaya
b. Persepsi Siswa Kelas XI SMA
Negeri 5 Palu Pada Pesan
Rekruitmen Pemilihan Randaa ante
Kabilasa Kota Palu
Pesan rekruitmen adalah cerminan dari Randaa ante Kabilasa karena dianggap semua yang tertulis didalamnya ada pada diri Randaa ante Kabilasa.selain itu salah satu poin di dalam pesan rekrutmen yaitu
standar tinggi badan dianggap
mendiskriminasi orang-orang yang
bertubuh kurang tinggi (pendek), akan tetapi pada realitanya ditemukan finalis bahkan pemenang yang tidak mencapai standar tinggi dan hanya mengandalkan sendal tinggi.
Saran
Adapun saran yang peneliti berikan yaitu dari segi panitia penyelenggara
pemilihan duta wisata yaitu Randaa ante
Kabilasa Kota Palu agar lebih memperhatikan dengan baik penggunaan
pesan yang disampaikan kepada
masyarakat baik melalui media brosur dan media cetak lainnya serta memberikan
penjelasan agar komunikan dapat
menangkap pesan yang diberikan sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga tidak menimbulkan persepsi negatif seperti para finalis harus menguasi bahasa kaerah
dipublikasian di awal dengan hasil akhir dari kegiatan yang dilaksanakan agar pandangan masyarakat baik terhadap lembaga tersebut.
Referensi
________.(2013). Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : ALFABETA.
Arni, Muhammad. (2009). Komunikasi
Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
AW Suranto. (2011). Komunikasi
Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Azwar. (1995). Sikap Manusia Teori dan
Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset
Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu,
teori dan filsafat komunikasi. Bandung : Citra Aditya Bakti.
Elfanany, Burhan. (2013). Penelitian
Tindakan Kelas. Yogyakarta: Araska.
Kriyantono, Rachmat. (2006). Teknik
Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana.
Leavitt, J.H. (1997). Psikologi
Manajemen (terjemahan M. Zarkasi). Jakarta : Erlangga.
Liliweri, Alo. (2011). Komunikasi Serba
Ada Serba Makna. Jakarta: kencana prenada media group.
Masmuh, Abdullah. (2008). Komunikasi
Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktek. Malang : UMM Press.
Mifta, Toha. (2003). Perilaku Organisasi
Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. (2008). Ilmu
Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nasution. (1992). Metode
Research.Bandung : Jemmars.
Pawito, dan C Sardjono. (1994).
Teori-Teori Komunikasi. Buku Pegangan Kuliah Fisipol Komunikasi Massa S1 Semester IV. Surakarta: Universitas Sebelas Maret .
Rakhmat, Jalaluddin. (2011). Psikologi
Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ruslan, Rosady. (2008). Manajemen
Public Relations & Media Komunikasi. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Sendjaja, Sasa Djuarsa. (2002).
Pengantar Komunikasi, Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka,
Jakarta.
Sobur, Alex. (2003). Psikologi umum.
Pustaka Setia, Bandung.
Soehartono, Irawan. (2002). Metode
Penelitian Sosial. Jakarta : PT Remaja Rosdakarya.
Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi
Pendidikan, Yogyakarta : UNY Press.
Sugiyono. (2011). Metode penelitian
kuntitatif kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Sunarwinadi, Ilya. (1993). Komunikasi
Antar Budaya. UI Pers, Jakarta.
Widjaja T, Amin. (2008). Dasar –Dasar