ANALISIS RANTAI NILAI TAHAPAN PRA PRODUKSI PEMBUATAN FILM ANIMASI 3D PADA INDUSTRI INTI KLASTER INDUSTRI
ANIMASI DI KOTA CIMAHI
Oleh : Kristiana
Perekayasa Muda BPPT tee_ana@yahoo.com
Abstrak
Animasi adalah salah satu sektor industri kreatif yang memiliki potensi ekonomi yang sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan terus meningkatnya pertumbuhan dari sektor ini, yaitu sekitar 10% - 15% per tahun dengan market size sekitar Rp. 5 triliun. Untuk dapat terus meningkatkan pertumbuhan pada sektor animasi dibutuhkan dukungan. Meski termasuk besar namun angka ini masih jauh tertinggal dari industri animasi di India dengan market size sebesar Rp 14 triliun dan pertumbuhan sebesar 30% tiap tahun. Pertumbuhan yang cukup signifikan ini harus didukung dengan peningkatan daya saing produk animasi yang dihasilkan. Sebuah produk dapat berdaya saing jika memiliki dukungan yang kuat dari berbagai pihak. Dukungan tersebut dapat berupa dukungan dari beberapa elemen terkait industri animasi diantaranya adalah : industri inti, industri terkait, industri pendukung, lembaga pendukung dan pembeli. Daya saing suatu kegiatan usaha dapat dianalisis dengan cara melihat rantai nilai yang mencakup perancangan produk, pengadaan input atau sarana produksi, logistik, logistik eksternal, pemasaran, penjualan, purna jual dan layanan pendukung. Tahapan yang ada pada proses pembuatan film animasi 3D terbagi menjadi tiga tahapan yaitu pra-produksi, produksi dan paska produksi. Meskipun saat ini industri animasi di Indonesia belum secara detail memisahkan setiap tahapan tersebut, namun tetap menjadi penting untuk mengetahui detail aktivitas dari tahapan tersebut, dengan tujuan untuk melihat kekuatan dan kelemahan dari setiap proses yang ada pada tahapan tersebut. Oleh sebab itu analisis rantai nilai pada setiap tahapan tersebut sangat penting untuk dilakukan dengan harapan dapat memberikan rekomendasi untuk melakukan agenda perkuatan terhadap industri inti animasi khususnya di Kota Cimahi. Sehingga produktivitas dari klaster industri animasi di Kota Cimahi dapat ditingkatkan.
Abstract
Animation is one of the creative industries sector has good potential for growth. This is evidenced by the increasing growth of this sector, which is about 10 % -15 % per annum with a market size of approximately Rp. 5 trillion, to be able to continue to enhance the growth of the animation sector needs support. Although this figure includes large but still far behind from the animation industry in India with a market size of Rp 14 trillion and growing by 30 % each year. This significant growth must be supported by an increase in the competitiveness of the resulting animation. A product can be competitive if it has strong support from various parties. Such support may be related to the support of some elements of the animation industry are : core industry, related industries, supporting industries, supporting agencies and buyers. The competitiveness of a business activity can be analyzed by looking at the value chain that includes product design, procurement of inputs, or the means of production, logistics, external logistics, marketing, sales, after-sales and support services. There are stages in the process of making a 3D animated film is divided into three stages : pra-produksi, production and post-production. Although the current animation industry in Indonesia is not yet in detail separates each of these stages, but still be important to know the details of the activities of these stages, in order to see the strengths and weaknesses of each process that is on the stage. Therefore the analysis at each stage of the value chain is very important to be done with the hope of recommendation to the core agenda of strengthening the animation industry, especially in Cimahi. So that the productivity of the animation industry cluster in Cimahi can be improved.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Animasi adalah salah satu sektor industri kreatif yang memiliki potensi ekonomi yang sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan terus meningkatnya pertumbuhan dari sektor ini, yaitu sekitar 10% - 15% per tahun dengan market size sekitar Rp. 5 triliun. Untuk dapat terus meningkatkan pertumbuhan pada sektor animasi dibutuhkan dukungan. Meski termasuk besar namun angka ini masih jauh tertinggal dari industri animasi di India dengan market size sebesar Rp 14 triliun dan pertumbuhan sebesar 30% tiap tahun.
Jika mengacu pada keberhasilan negara-negara berkembang lainnya terhadap perkembangan industri animasi, salah satu faktor penting yang dapat menjadikan industri animasi lokal dapat bersaing adalah dukungan dari pemerintah dalam hal regulasi atau kebijakan terkait animasi dari berbagai elemen. Dengan adanya dukungan tersebut diharapkan dapat menghasilkan sebuah produk yang berdaya saing.
Sebuah produk dapat memiliki daya saing jika memiliki dukungan yang kuat dari berbagai pihak. Dukungan tersebut dapat berupa dukungan dari beberapa elemen terkait industri animasi diantaranya adalah : industri pemasok, industri terkait, industri pendukung, lembaga pendukung dan pembeli. Elemen-elemen ini dapat dipetakan dan dianalisa dengan menggunakan teori klaster industri. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah klaster industri animasi yang dapat digunakan sebagai
klaster percontohan untuk menganalisa keterkaitan antar elemen klaster. Klaster industri yang menjadi percontohan dalam hal ini adalah Klaster Industri Animasi di Kota Cimahi.
Daya saing suatu kegiatan usaha dapat dianalisis dengan cara melihat rantai nilai yang mencakup perancangan produk, pengadaan input atau sarana produksi, logistik, logistik eksternal, pemasaran, penjualan, purna jual dan layanan pendukung. Suatu perusahaan dikatakan dapat mencapai keunggulan kompetitif apabila dalam kegiatan usahanya dapat memberi konsumen suatu produk atau layanan yang nilainya setara dengan produk atau layanan yang dihasilkan oleh pesaing, namun biaya yang dihasilkan lebih rendah atau
perusahaan mampu menyediakan
produk atau layanan yang meskipun harganya lebih mahal namun masih diminati konsumen.
Secara garis besar tahapan proses produksi film animasi 3D terbagi menjadi tiga tahapan, diantaranya adalah tahapan pra-produksi, produksi dan paska produksi. Namun kondisi indstri animasi di Indonesia saat ini belum melakukan spesialisasi secara khusus terhadap tahapan tersebut. Umumnya industri animasi melakukan tahapan tersebut secara keseluruhan.
tahapan pra produksi pembuatan film animasi 3D untuk industri inti pada klaster industri animasi di Kota Cimahi.
Metode analisis yang digunakan pada kajian ini menggunakan teori rantai nilai yang dikembangkan oleh Porter. Teori rantai nilai ini digunakan untuk melihat kelemahan dan kekuatan pada aktivitas pendukung dan primer
yang ada pada seluruh tahapan
pembuatan produksi film animasi 3D.
Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan secara keseluruhan bagaimana kondisi yang terjadi pada seluruh tahapan dan diberikan solusi atau rekomendasi kebijakan dari setiap permasalah yang muncul.
1.2 Tujuan dan Sasaran
Adapun tujuan dari kajian ini adalah :
1. Mengidentifikasi pelaku-pelaku
yang terlibat pada tahapan
pra-produksi
2. Mengidentifikasi alur produk rantai
nilai pada tahapan pra-produksi.
3. Memetakan permasalahan yang
muncul pada setiap aktivitas.
4. Memetakan solusi terhadap
permasalah yang muncul pada
setiap aktivitas.
5. Mengukur margin dari tahapan
pra-produksi.
Sasaran yang diharapkan tercapai
pada kajian ini adalah :
1. Teridentifikasinya pelaku-pelaku
yang terlibat pada tahapan
pra-produksi.
2. Teridentifikasinya alur produk
rantai nilai pada tahapan
pra-produksi.
3. Terpetakannya permasalahan yang
muncul pada setiap aktivitas.
4. Terpetakannya solusi terhadap
permasalahan yang muncul pada
setiap aktivitas.
5. Terukurnya margin dari tahapan
pra-produksi.
2. LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Rantai Nilai Porter
Kerangka rantai nilai Porter merupakan konsep rantai nilai yang pertama kali diperkenalkan. Konsep ini mulai diperkenalkan pada tahun 1985 dan dipopulerkan oleh Michael E. Porter dalam buku “Competitive Advantage, Creating and Sustaining Superior Performance”. Porter memberikan pemahaman rantai nilai sebagai sebuah kombinasi dari sembilan aktivitas operasi penambahan nilai umum dalam suatu perusahaan. Porter menggunakan kerangka rantai nilai untuk mengkaji bagaimana suatu perusahaan seharusnya memposisikan
dirinya di pasar dan dalam
hubungannya dengan pemasok,
pembeli dan pesaing.
Konsep rantai nilai tidak
produk, pengadaan input atau sarana produksi, logistik, logistik eksternal, pemasaran, penjualan, purna jual dan layanan pendukung. Suatu perusahaan dikatakan dapat mencapai keunggulan kompetitif apabila dalam kegiatan usahanya dapat memberi konsumen suatu produk atau layanan yang nilainya setara dengan produk atau layanan yang dihasilkan oleh pesaing, namun biaya yang dihasilkan lebih
rendah atau perusahaan mampu
menyediakan produk atau layanan yang meskipun harganya lebih mahal namun masih diminati konsumen.
Dalam kerangka Porter, rantai nilai memberikan alat yang dapat
digunakan perusahaan untuk
menentukan sumber keunggulan
kompetitif baik sumber yang ada saat ini maupun yang masih berupa potensi.
Porter berargumentasi dengan
menyatakan bahwa sumber-sumber keunggulan kompetitif tidak dapat terdeteksi hanya dengan melihat perusahaan secara keseluruhan. Perusahaan harus melihat perannya
dalam sub-sub kegiatan dalam
rangkaian kegiatan. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, perusahaan akan menemukan keunggulan bersaing disepanjang kegiatan tersebut.
Model Porter bermanfaat untuk mengidentifikasi beberapa kegiatan utama dan pendukung yang umum dijumpai pada beberapa kegiatan bisnis. Dengan kata lain model rantai nilai Porter lebih menekankan pada konsep bisnis. Kegiatan utama merupakan kegiatan yang secara langsung berkontribusi menambahkan
nilai pada produk dan layanan yang dihasilkan. Sedangkan kegiatan pendukung merupakan kegiatan yang
membawa efek tidak langsung
terhadap nilai. Model rantai nilai Porter dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Model Rantai Nilai Porter
Kegiatan utama dalam rantai nilai meliputi aktivitas logistik kedalam, operasional, logistik keluar, pemasaran
dan penjualan, dan layanan.
Sedangkan kegiatan pendukung
meliputi infrastruktur perusahaan,
manajemen SDM, pengembangan
teknologi dan pengadaan (Porter, 1985).
Dalam kegiatan utama, logistik kedalam merupakan semua kegiatan yang diperlukan untuk menerima, menyimpan dan mendistribusikan masukan-masukan, dan hubungan dengan para pemasok (suppliers). Operasi adalah semua kegiatan yang diperlukan untuk mengumpulkan, menyimpan dan mendistribusikan keluaran (produk dan/atau jasa). Pemasaran dan penjualan meliputi
semua kegiatan mulai dari
menginformasikan para calon pembeli mengenai produk dan atau jasa,
mempengaruhi mereka agar
pembelian mereka. Pelayanan adalah semua kegiatan yang diperlukan agar produk dan/atau jasa yang telah dibeli oleh konsumen tetap berfungsi dengan baik setelah produk dan/atau jasa tersebut terjual dan sampai di tangan konsumen.
Pengadaaan merupakan
pengadaan berbagai masukan atau
sumber daya suatu
perusahaan/organisasi. Manajemen SDM meliputi seluruh kegiatan yang menyangkut perekrutan, pemecatan, pemberhentian, penentuan upah dan kompensasi, pengelolaan, pelatihan
dan pengembangan SDM.
Pengembangan teknologi menyangkut masalah peralatan, perangkat keras
(hardware), perangkat lunak
(software), prosedur dan pengetahuan teknis yang digunakan dalam proses transformasi dari masukan menjadi
keluaran dalam suatu
perusahaan/organisasi. Infrastruktur
diperlukan untuk mendukung
keperluan-keperluan suatu perusahaan dan menyelaraskan kepentingan dari berbagai bagian, yang terdiri dari bagian-bagian atau Departemen-Departemen seperti bagian akuntansi, hukum, keuangan, perencanaan, bagian
umum, quality assurance, dan
manajemen umum.
Tujuan dari analisis rantai nilai ini adalah sebagai kerangka kerja untuk memilah/memecah organisasi/industri ke dalam aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk mengidentifikasi : (1). Besar/kecilnya pengaruh biaya suatu aktivitas terhadap biaya total; (2). Penentu-penentu biaya dalam setiap
aktivitas dan mengapa
organisasi/industri dapat efisien dan efektif dalam aktivitasnya; (3). Bagaimana biaya-biaya dalam suatu aktivitas mempengaruhi biaya pada aktivitas lainnya; (4). Aktivitas mana saja yang diperlu dilakukan sendiri oleh organisasi/industri dan mana yang
perlu dilakukan oleh pihak
luar/outsourcing.
Salah satu produk yang menjadi unggulan di Kota Cimahi adalah di bidang telematika, khususnya animasi. Selanjutnya pada bab ini akan dibahas mengenai rantai nilai dari produk unggulan tersebut.
2.2 Teori Klaster Industri
Pengembangan/penguatan klaster industri merupakan alternatif pendekatan yang dinilai efektif untuk membangun keunggulan daya saing
industri khususnya dan bagi
pembangunan daerah pada umumnya. Bagi pelaku ekonomi, khususnya
Usaha Kecil dan Menengah,
pendekatan klaster industri membantu upaya yang lebih fokus bagi terjalinnya kemitraan yang saling menguntungkan dan pengembangan jaringan bisnis yang luas. Sementara itu, bagi pembuat
kebijakan dan/atau pihak
berkepentingan lainnya, pendekatan ini memungkinkan potensi skala pengaruh dari kebijakan dan program, dan cakupan dampak yang signifikan.
Pendekatan klaster industri
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) serta peningkatan daya saing. Peningkatan daya saing daerah saat ini membutuhkan usaha yang sangat
memakan waktu sehingga akan
menghambat pembangunan ekonomi. Dalam rangka memperbaiki kelemahan
tersebut, mengoptimalkan
pendayagunaan potensi setempat, dan mewujudkan industri berkeunggulan kompetitif di daerah, basis produksi dan distribusi perlu ditata kembali dan dikembangkan secara sinergis dengan semakin bertumpu pada potensi terbaik dan karakteristik lokal/setempat masing-masing daerah.
Pengembangan klaster industri
dapat digunakan untuk
mengembangkan industri yang bersifat luas (broad base) dan terfokus pada jenis-jenis produk yang berpeluang memiliki daya saing internasional yang tinggi di pasar domestik dan global. Lingkup geografis klaster industri dapat sangat bervariasi, terentang dari satu desa saja atau salah satu jalan di daerah perkotaan sampai mencakup sebuah kecamatan atau provinsi. Sebuah klaster industri dapat juga melampaui batas negara menjangkau beberapa negara tetangga (misal Batam, Singapura, Malaysia). Klaster industri pada dasarnya bukan konsep yang sama sekali baru. Namun sejalan dengan perkembangan jaman, telaah konsep/teori dan pengalaman empiris berbagai pihak berkembang dari waktu ke waktu.
Secara umum klaster industri dapat didefinisikan sebagai kelompok usaha spesifik yang dihubungkan oleh
jaringan mata rantai proses
penciptaan/peningkatan nilai tambah, baik melalui hubungan bisnis maupun non bisnis.
Secara skema, pendekatan klaster industry dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2. Model Generik Klaster Industri
Beberapa pengertian elemen-elemen dalam klaster industri antara lain adalah sebagai berikut :
A. Industri Inti
Industri yang merupakan
fokus perhatian atau
tematik dan biasanya
dijadikan titik masuk kajian
Dapat merupakan sentra industri.
Industri yang maju
(dicirikan dengan adanya inovasi)
B. Industri Pemasok
Industri yang memasok
Pemasok yang khusus (spesialis) merupakan
pendukung kemajuan
klaster industri.
Yang dipasok antara lain adalah : bahan baku utama,
bahan tambahan dan
aksesoris.
C. Pembeli
Dapat berupa distributor atau pemakai langsung.
Pembeli yang sangat
“penuntut‟ merupakan
pemacu kemajuan klaster industri.
Pembeli antara lain terdiri dari : distributor, pengecer, dan pemakai langsung.
D. Industri Pendukung
Meliputi industri jasa dan barang, termasuk layanan pembiayaan (Bank, Modal Ventura).
Pembiayaan (Bank, Modal Ventura).
Jasa (Angkutan, Bisnis Distribusi, Konsultan Bisnis).
Infrastruktur (Jalan Raya, Telekomunikasi, Listrik).
Peralatan (Permesinan, Alat Bantu).
Pengemasan.
Penyedia Jasa
Pengembangan Bisnis
(Business Development Services Provider/BDSP).
E. Industri Terkait
Industri yang menggunakan infrastruktur yang sama.
Industri yang menggunakan sumber daya dari sumber yang sama (misal kelompok tenaga ahli).
Industri terkait dapat terdiri
dari kompetitor,
komplementer, dan
substitusi.
F. Lembaga Pendukung
Lembaga pemerintah, yang berupa penentu kebijakan atau melaksanakan peran publik;
Asosiasi profesi yang
bekerja untuk kepentingan anggota;
Lembaga Pengembang
Swadaya Masyarakat yang bekerja pada bidang khusus yang mendukung.
2.3 Tahapan Pra-Produksi Film Animasi 3D
Produk animasi yang dihasilkan dapat berupa animasi 2D dan animasi 3D. Perbedaan yang siginifikan dalam proses pembuatan animasi 2D dan 3D adalah pada tahapan produksi, dimana proses 2D tidak membutuhkan proses
modelling, texturing dan lighting.
Secara garis besar proses
adalah : pra-produksi, produksi dan paska-produksi.
Tahapan pra-produksi adalah tahapan awal dalam proses pembuatan film animasi 3D. Tahapan ini sering juga disebut sebagai tahapan persiapan, karena pada tahapan ini persiapan administratif yang terkait SDM, jadwal dan anggaran dilakukan.
Pada tahapan juga ditentukan sukses atau tidak sebuah produk film animasi 3D, karena penentuan ide cerita dan konsep cerita dibuat pada tahapan, sehingga perlu dipersiapkan secara matang dan serius.
Gambar tahapan pra-produksi proses pembuatan film animasi 3D dapat dilihat pada gambar 3.
Penjelasan dari setiap proses tersebut adalah sebagai berikut :
Penulisan skenario : proses ini adalah proses pembuatan naskah atau alur cerita animasi. Skenario yang menarik akan menentukan keberhasilan dari film animasi yang dibuat. Skenario biasanya berbentuk teks tulisan/ketikan
Proses manajerial: pada proses ini semua yang berkaitan dengan masalah administrasi seperti ketersediaan SDM yang sesuai dengan kompetensi, penyusunan kru, penyusunan jadwal, dan penyusunan anggaran disusun dan dipersiapkan pada proses ini.
Concept Art : berisi konsep untuk tiap-tiap elemen yang ada pada cerita, seperti bentuk karakter, bentuk tas, pakaian karakter dan sebagainya. Hal ini perlu digambarkan dengan detail oleh ilustrator agar dapat dengan mudah dipahami oleh tim yang
bertugas mempersiapkan
elemen-elemen tersebut (jika dalam animasi 3D, tim yang dimaksud adalah modeler).
Storyboard : storyboard adalah bentuk visual/gambar dari skenario yang telah dibuat, berupa kotak-kotak gambar
(seperti komik) yang
menggambarkan jalan cerita dan adegan-adegan yang hendak dibuat dalam film. Storyboard
berfungsi sebagai panduan Rigging
Modelling & Texturing
Karakter & Properti 3D
Background/ Setting 3 D
Tahapan Pra – Produksi
Penulisan Skenario
Penyusunan Kru
Penyusunan Jadwal
Penyusunan Anggaran
Concept Art
Pembuatan Storyboard
Voice Casting
Olah Suara Perekaman
Dialog
Pembuatan Musik Efek Suara Pembuatan
In Beetween
Animatic
utama dari proses produksi animasi. Oleh karena itu, segala
macam informasi yang
dibutuhkan harus dibuat dan tercantum dalam storyboard, seperti angle kamera, tata letak/layout/staging, durasi,
timing, dialog, ekspresi dan informasi lainnya. Dengan adanyastoryboard, maka proses
pembuatan animasi akan
menjadi lebih mudah, jelas, fokus, dan terarah.
Voice Casting : pada proses ini dilakukan pemilhan suara yang dianggap cocok untuk bisa mengisi suara dari karakter yang ada pada film tersebut. Setelah ditemukan jenis suara yang dianggap sesuai maka dilakukan
proses perekaman dialog,
pembuatan musik, dan
pembuatan efek suara. Hasil dari
voice casting akan digunakan pada tahapan paska produksi.
Pembuatan In Between :
Melakukan kalkulasi terhadap pemberian efek animasi pada frame awal dan akhir dari suatu pergerakan animasi. Informasi
yang dihasilkan berupa
keyframe.
Animatic : proses
penyederhanaan storyboard.
Animatik adalah serangkaian diam yang secara bersama diedit
dan ditampilkan secara
berurutan.
Modeling : proses ini adalah proses pembuatan model objek
dalam bentuk 3D dikomputer. Model bisa berupa karakter
(mahkluk hidup), seperti
manusia, hewan, atau tumbuh-tumbuhan; atau berupa benda mati seperti rumah, mobil, peralatan, dan lain - lain. Model harus dibuat dengan mendetail dan sesuai dengan ukuran dan skala pada sketsa desain/model
yang telah ditentukan
sebelumnya sehingga objek model akan tampak ideal dan profesional untuk dilihat
Texturing : proses ini adalah
proses pembuatan dan
pemberian warna dan material
(texture) pada objek yang
dimodelkan sebelumnya
sehingga akan tampak kesan yang nyata. Pemberian material atau texture pada objek 3D akan mendefinisikan rupa dan jenis bahan dari objek 3D. Material atau texture dapat berupa foto atau gambar yang dibuat dengan aplikasi software 3D, seperti 3DMax, Maya, dan lain - lain atau dengan bantuan software
digital imaging, seperti
Photoshop, PhotoPaint, atau Gimp.
Rigging : proses ini adalah pemberian struktur tulang pada
objek 3 dimensi, agar ke
2.4 Kerangka Kebijakan Inovasi
Dalam membangun sebuah sistem inovasi terdapat enam kelompok isu umum yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian dan penanganan prioritas terkait dengan pengembangan sistem inovasi daerah.
Keenam isu itu disebut sebagai kerangka kebijakan inovasi yang dijadikan sebagai konsep dasar dalam
merumuskan program perkuatan
terhadap permasalah yang muncul dari hasil analisis rantai nilai yang dilakukan.
Komponen pokok dalam KKI tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Kerangka Umum. Hal ini berkaitan dengan :
Isu umum mendasar yang terkait dengan sistem inovasi, seperti :
a. Regulasi yang terhambat;
b. Kelemahan lingkungan
legal dan regulasi (yang diperlukan);
c. Kelemahan
infra/suprastruktur
pendukung pengembangan inovasi;
d. Administratif yang
birokratif
Keterbatasan pembiayaan/ pendanaan inovasi;
Isu perpajakan yang tidak kompetitif bagi aktivitas inovasi;
Kelemahan keperdulian dan implementasi perlindungan HKI.
2) Kelembagaan dan daya dukung iptek/litbang serta rendahnya kemampuan absorpsi UKM. Berbagai fungsi yang belum berkembang, lembaga yang ada yang belum berfungsi sebagaimana yang diperlukan, dan kelemahan daya dukung iptek/ litbang yangrelevan bagi pengembangan potensi terbaik daerah merupakan faktor belum berkembangnya
sistem inovasi daerah dan
rendahnya daya saing daerah. Di sisi lain, pelaku mayoritas usaha, yaitu UKM, umumnya memiliki keterbatasan antara lain dalam mengakses, memanfaatkan dan
mengembangkan pengetahuan
/teknologi untuk meningkatkan daya saing bisnisnya.
3) Kelemahan keterkaitan, interaksi dan kerjasama difusi inovasi (termasuk praktikbaik/terbaik dan/atau hasil litbang).
Kesenjangan relevansi dan fungsi
komplementatif antara
perkembangan knowledge pool
4) Persoalan budaya inovasi.
Beragam isu yang diungkapkan tersebut pada dasarnya juga
menunjukkan belum
berkembangnya kultur dalam masyarakat (pelaku bisnis, pembuat kebijakan, aktor-aktor litbang,
lingkungan akademis dan
masyarakat secara umum) yang mendukung bagi kemajuan inovasi dan kewirausahaan secara umum. Hal ini antara lain berkaitan dengan :
Mash rendahnya apresiasi masyrakat terhadap pentingnya semangat kreativitas/inovasi dan profesi kewirausahaan.
Belum berkembangnya
pengetahuan dan ketrampilan kewirausahaan dan sistem
pendidikan yang belum
mendukung perkembangan
terhadap hal ini.
Keterbatasan SDM bertalenta
di daerah, dan masih
rendahnya mobilitas dan interaksi dari dan antar aktor penting bagi perkembangan
kewirausahaan dalam
masyarakat.
Kelemahan di lingkungan
pemerintahan (public
authorities), yang umumnya
juga belum menghargai
pentingnya kewirausahaan dan inovasi, baik di lingkungannya sendirimaupun
perkembangannya dalam
masyarakat.
5) Fokus, rantai nilai, kompetensi dan sumber pembaruan ekonomi dan sosial. Kelemahan dalam bisnis maupun non bisnis yang saling terkait, yang sangat penting bagidinamika ekonomi dan sebagai
landasan bagi pembentukan
keunggulan daya saing yang khas :
Keragaman aktivitas bisnis yang belum mengarah pada, dan belum berkembangnya
kompetensi daerah yang
penting bagi, pembentukan potensi keunggulan yang lebih terfokus;
Struktur dan keterkaitan dalam bisnis beserta aktivitas non-bisnis pendukungnya yang lemah;
Masih rendahnya
kepemimpinan dan
kepeloporan dalm pemajuan inovasi dan difusinya;
Relatif rendahnya
perkembagan/regenerasi
perusahaan-perusahaan baru (pemula) yang inovatif;
Ketertinggalan mayoritas pelaku bisnis (UKM) untuk
dapat memanfaatkan dan
mengembangkan peluang dari kemajuan/perkembangan yang terjadi.
6) Tantangan global. Seperti telah didiskusikan, berbagai kelemahan
yang dimiliki pada
akhirnyamempengaruhi tingkat kesiapan Indonesia (pada tataran
berperandi arena global beserta beragam kecenderungan perubahan
yang berkembang untuk
dapatmeminimalisasi dampak negatifnya dan memaksimumkan kemanfaatan bagi masyarakat.
3. ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.1 Rantai Nilai Proses Pra Produksi
Film Animasi 3D
Tahapan pra-produksi adalah tahapan awal dalam pembuatan produk animasi. Pada tahapan ini ide/konsep menjadi salah satu sumber utama untuk berlanjut ke proses berikutnya. Aktivitas yang terjadi dalam tahapan ini adalah penentuan ide, penulisan skenario, pembuatan sketsa atau
character modelling, dan pembuatan
storyboard. Jika dianalogikan dengan
pengembangan perangkat lunak,
tahapan pra-produksi memiliki fungsi yang sama dengan tahapan penentuan kebutuhan desain sistem, dimana pada tahap ini segala konsep yang akan dibuat dalam sebuah produk animasi harus benar-benar ditentukan secara
matang, sehingga tidak banyak
perbaikan setelah masuk ke dalam tahapandevelopment.
Langkah awal yang dilakukan dalam melakukan analisis rantai nilai sebuah komoditas adalah dengan melakukan pemetaan dari proses inti yang akan dilakukan. Setelah itu dilakukan identifikasi terhadap pelaku yang terlibat pada proses tersebut. Dalam tahapan pra-produksi pelaku yang terlibat tidak hanya dalam bidang animasi saja, tetapi juga dari berbagai
disiplin ilmu, seperti seni rupa, sejarah, sastra, hukum, administrasi, SDM dan manajemen . Hal ini disebabkan karena pada tahapan ini semua perencanaan terkait project dirancang, seperti penyiaran/hak siar, Hak Cipta, penganggaran, manajemen SDM, dan teknis produksi. Dari hasil survey yang telah dilakukan terhadap pelaku animasi di Kota Cimahi, didapatkan data mengenai identifikasi pelaku yang terlibat dalam proses pra-produksi, seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Identifikasi Pelaku yang terlibat dalam tahapan Pra-Produksi
No Proses Nama Pelaku
1 Penulisan
Skenario
Script writer, Penulis, editor
2 Penyusunan
Kru
HRD
3 Penyusunan
Jadwal
Project Manager
4 Penyusunan
Anggaran
Finance Manager
5 Concept Art Desainer, teknis
desainer, produser, sutradara, seni direktur, fotografer
6 Pembuatan
Storyboard
Desain grafis, desainer, sutradara, audio produser, kameramen, animator
7 Voice
Casting
Audio produser, suara desainer
8 Pembuatan
In Between
Animator, programmer animasi
Texturing programmer animasi
10 Animatic Animator,
programmer animasi
11 Riging Animator,
programmer animasi
Selanjutnya berdasarkan hasil survey terhadap setiap proses yang terjadi pada tahapan pra-produksi dihasilkan identifikasi proses dari aktivitas utama pada rantai nilai proses pra-produksi. Secara detail penjelasan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Aktivitas Utama dari Tahapan Pra-Produksi Pembuatan Film
Animasi 3D
Berdasarkan hasil analisa
identifikasi pelaku, maka didapatkan kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan
pada setiap proses dalam tahapan pra-produksi adalah seperti tabel 2.
Tabel 2. Latar belakang pendidikan yang dibutuhkan untuk tahapan
pra-produksi
No Tahapan
Proses
Latar Belakang Pendidikan
1 Penulisan
Skenario
Perfilman dan sastra
2 Penyusunan
Kru
Manajemen SDM
3 Penyusunan
Jadwal
Manajemen SDM
4 Penyusunan
Anggaran
Keuangan/ Akuntansi
5 Concept Art Perfilman, Sastra dan
Animasi
6. Pembuatan
Storyboard
Perfilman, Sastra dan Animasi
7 Voice
Casting
Seni Musik, Perfilman
8 PembuatanIn
Between
Animasi dan Informatika
9 Modelling &
Texturing
Perfilman dan seni
10 Animatic Animasi dan
Informatika
11 Riging Animasi dan
Informatika
Setelah melakukan identifikasi pelaku yang terlibat, untuk dapat melihat sumber masukan dan keluaran yang dihasilkan pada setiap rantai proses adalah dengan melakukan pemetaan alur produk. Kegiatan ini mencakup identifikasi produk di setiap tahapan proses ketika produk tersebut
Inbound Logistic
Operation Outbond Logistic
Support &Service
Sales & Marketing
Mengumpul kan literatur untuk menentuka n ide cerita.
Ide cerita ditentukan oleh investor/ konsumen
Menyusun jadwal, kru, anggaran.
Penulisan skenario
Membuat konsep art
Membuat
storyboard
Melakukan
voice casting
dan olah suara
Membuat modelling dan texturing
Membuat
animaticdan
rigging
Melakukan pengiriman naskah/
storyboard
melalui jalur internet atau bisa juga mengirimkan dalam bentuk
softcopy
yang direkam di CD
Untuk tahapan pra-produksi belum ada aktivitas
support and service
sudah jadi maka diharapkan itu sudah final dan tidak ada revisi lagi
Jika
storyboard
yang dibuat bukan berdasarkan order dari investor maka biasanya studio animasi akan melakukan pemasaran hasil
stroryboard
Tabel 3. Alur Produk dari Rantai Nilai Tahapan Pra Produksi Pembuatan Film Animasi 3D Nama
Proses
Development Penulisan skenario
Diskusi dengan investor/ konsumen, atau melakukan riset tentang tren dimasyarakat.
Ide cerita, sinopsis
Jumlah tim yang ada. Anggota tim terdiri dari : designer, produser, teknis desainer, seni direktur, audio produser, penulis dan editor, grafis seniman, programmer, komponis/ suara desainer/ musisi, konten spesialis, teknis asisten, produksi asisten, hak dan peneliti, pengacara
Menyusun penjadwalan mengenai hak akuisisi, peijinan, konten produksi, konten akuisisi, pengujian
Membuat rincian
anggaran untuk biaya produksi, biaya
konsultasi dengan konten ahli dan konsultan lainnya, biaya akuisisi dan peijinan serta biaya pengujian
Skenario dan naskah cerita, foto, gambar
Konsep art, skenario, naskah, foto, komputer, software
Ide cerita, naskah, efek suara
Storyboa rd, model karakter
Sarana Produksi
pustaka, novel, internet foto, pen stylus
komputer, foto, pen stylus
komputer, foto, pen stylus
Ide Cerita Outline atau garis baris per poin dari setiap aksi
Daftar anggota tim (sesuai dengan spesialisasi pekerjaannya) yang terlibat
Jadwal produk dan karakter
Model karakter
Visualisasi dari ide cerita, naskah dan karakter
Dubber yang dianggap memiliki suara yang pas dengan
Nama Proses
Development Penulisan skenario
Penyusunan Kru
Penyusunan Jadwal
Penyusunan Anggaran
Concept Art
Pemodelan/ Sketsa
Pembuatan Storyboard
Voice Casting
Olah Suara
Rigging
(adegan).
Scenario lengkap dengan dialog dan screen direction.
model karakter yang ditampilka n
dialog, musik backgroun d dan efek suara
Untuk dapat merumuskan kelemahan dan kekuatan yang terjadi disetiap mata rantai dalam sebuah proses produksi, maka berdasarkan pendekatan rantai nilai proses, dikenal dua level aktivitas yaitu aktivitas primer dan aktivitas pendukung. Dalam aktivitas pendukung, terdapat sub aktivitas yaitu proses penyiapan input, proses operasi, penanganan output,
penjualan dan pemasaran dan
pelayanan. Sementara aktivitas
pendukung mencakup proses
penanganan sumberdaya manusia, administrasi umum serta aktivitas riset dan pengembangan.
Sementara untuk proses operasi
peralatan yang digunakan berupa stylus
atau pen digital, komputer dan ATK.
Peralatan tersebut digunakan untuk
menggambar karakter dan pembuatan
storyboard. Penentuan desain pada aktivitas operasi dibuat berdasarkan
keinginan dari konsumen/investor
produk animasi tersebut. Sementara
untuk standar proses, saat ini belum ada
standar proses yang baku. Metode atau
standar prosedur yang banyak
digunakan oleh para animator pada
setiap tahapan produksi animasi, yaitu
metode pipeline atau grup-grup proses. Komunikasi terhadap segala bentuk
perubahan dari naskah, pembuatan
karakter sampai dengan storyboard
yang disampaikan oleh konseptor
kepada investor juga terjadi di proses
operasi. Total biaya yang dibutuhkan
pada tahapan ini adalah sekitar 30%
dari total project.
Setelah proses operasi selesai,
langkah selanjutnya adalah proses
logistik keluar atau outbond logistic.
Output yang dihasilkan pada proses
sebelumnya kemudian dikirimkan
kepada konsumen untuk dilakukan
persetujuan terhadap storyboard yang dibuat. Bagian persetujuan konsumen
ini sangat penting, karena akan
berdampak terhadap proses selanjutnya.
Setelah storyboad disetujui kemudian dilanjutkan untuk dikirimkan ke
tahapan production, yang dapat berfungsi sebagai inbound logistic pada tahapan produksi. Barang atau produk yang dikirimkan adalah berupa naskah,
karakter danstoryboard.
Strategi pemasaran dan
penjualan yang dilakukan pada tahapan
pra-produksi saat ini menggunakan
fasilitas online media yaitu media internet dan offline media seperti mengikuti festival, seminar, workshop,
dan business meeting yang terkait dengan bidang animasi. Media internet
yang biasa digunakan adalah social media seperti youtube, dimana hasil produk animasi diupload kemudian
untuk melakukan like jika memang produk animasi yang dihasilkan
menarik bagi penonton. Karena strategi
promosi yang dilakukan melalui media
internet, maka dapat menguntungkan
dari sisi jangkauan wilayah pemasaran,
dimana wilayah pemasaran tidak
terbatas pada lokasi. Saat ini jangkauan
lokasi pemasaran mencakup wilayah
Jakarta, Batam, Bandung dan Malaysia.
Jumlah total penjualan untuk sebuah
storyboard dan karakter sekitar 10 -15 juta untuk satu episode project film
animasi.
Layanan purna jual atau
dukungan kepada konsumen terhadap
produk animasi yang dihasilkan saat ini
belum ada, artinya jika storyboard, naskah dan karakter modelling telah
disetujui dan disepakati bersama maka
tidak ada lagi istilah service after sales. Aktivitas layanan purna jual pada
tahapan pra-produksi dilakukan pada
proses operasi.
Aktivitas manajemen SDM
dalam tahapan pra-produksi masih
belum mendapat perhatian, hal ini
disebabkan karena biasanya pekerjaan
yang diterima oleh studio animasi hanya
berupa kegiatan teknis, sedangkan
pekerjaan konseptual dikerjakan oleh
investor/konsumen yang akan membuat
produk animasi. Namun bukan berarti
dalam sebuah studio animasi tidak
terdapat SDM dibidang pra-produksi.
Jumlah SDM pada tahapan ini berkisar
antara 5 – 8 orang. Kisaran upah
pegawai pada tahapan ini adalah 1,5
juta/bulan untuk tingkat pemula dan 4
juta/bulan untuk tingkat mahir.
Rekruitmen pegawai biasanya
dilakukan melalui jalur pertemanan,
media social, media massa dan pada saat mengikuti festival. Peningkatan
kompetensi SDM pada tahap ini hanya
dilakukan oleh internal perusahaan, dan
pada umumnya perusahaan/studio
animasi tidak memiliki anggaran khusus
untuk melakukan pelatihan secara rutin.
Pembiayaan terhadap
infrastruktur perusahaan seperti
pengadaan software dan hardware
umumnya didanai dari investor yang
memberikan proyek animasi. Pada
tahapan pra-produksi sebenarnya sudah
ada share soal pendanaan dengan investor asing, tapi jumlahnya masih
sedikit. Hal ini disebabkan karena
biasanya untuk tahapan ini ditangani
langsung oleh investor, sementara
studio animasi lokal hanya mengerjakan
bagian teknis saja, seperti pembuatan
modelling dan pemberian gerak
Untuk aktivitas penelitian,
teknologi dan sistem pengembangan
(Research, Technology and System Development) yang terkait dengan
tahapan pra-produksi, belum
dikembangkan upaya khusus. Riset
yang dilakukan hanya bersumber dari
studi literatur seperti melihat
perkembangan trend film, rating,
karakter novel yang sedang trend, buku,
majalah dan film animasi yang berasal
dari luar negeri. Kemudian untuk
melakukan pengujian terhadap hasil
riset biasanya dilakukan melalui situs
media sosial untuk melihat respon dari
pengunjung. Anggaran yang
dialokasikan oleh perusahaan untuk
melakukan riset juga masih sangat
terbatas, bahkan banyak perusahaan
animasi pemula yang tidak
mengalokasikan anggaran untuk riset.
Kendala-kendala yang dihadapi
dalam tahapan pra-produksi pada
aktivitas utama adalah sebagai berikut :
a. AktivitasInbound Logistic
Kurang tersedianya data yang
dapat digunakan sebagai
sumber masukan dalam tahapan
pra-produksi.
Perolehan ide cerita biasanya berasal dari investor, sehingga
menghambat kreatifitas dari
para script writer dan pembuat karakter.
b. Aktivitas Operasi
Belum tersinkronisasikannya persepsi antara penulis ide
dengan proses implementasi ke
bentuk fisik.
Adanya campur tangan investor dalam membuat ide cerita
bahkan sampai kepada
pembuatan naskah,
pembentukan karakter modeling
sampaistoryboard.
Belum adanya pemahaman dari para investor bahwa
tahapan pra-produksi
adalah tahapan yang
krusial, sehingga
memerlukan konsentrasi
dan waktu yang cukup
banyak dalam
menyelesaikannya. Karena
saat ini pada umumnya
investor hanya
memberikan waktu yang
singkat untuk mengerjakan
tahapan ini, dan terkadang
banyak terjadi perubahan
yang bersifat dadakan.
Oleh sebab itu diperlukan
agar masalah-masalah ini
dapat dihindari.
c. AktivitasOutbond Logistic
Daya beli pasar terhadap hasil produk pada tahapan
pra-produksi masih rendah
Belum adanya kejelasan terhadap pangsa pasar
yang akan membeli
produk yang dihasilkan
pada tahapan pra-produksi
yang berupa naskah dan
storyboard.
Produk yang dihasilkan masih belum dapat memenuhi selera
pasar, sehingga masih kalah
bersaing dengan produk asing.
Produk yang dihasilkan belum memiliki ciri khas yang dapat
menjadi daya tarik. Karena saat
ini pola pikir masyarakat
terhadap animasi masih
berkiblat pada hasil-hasil
animasi dari negara asing,
seperti Jepang, Eropa dan
Korea.
d. Aktivitas Pemasaran dan Penjualan
Harga yang ditentukan oleh investor terhadap produk yang
dihasilkan pada tahapan ini
masih sangat rendah jika
dibandingkan dengan biaya
operasional yang dibutuhkan.
e. Aktivitas Layanan Purna Jual
Belum ada layanan purna jual
terhadap produk yang
dihasilkan, karena biasanya
keluhan tersebut diselesaikan
pada proses operasi, sehingga
produk yang sudah dikirimkan
ke investor adalah produk yang
sesuai dengan keinginan
investor.
Kepuasan investor terhadap produk yang dihasilkan dapat
terlihat jika investor tersebut
melakukan repeat order
kepada studio animasi tersebut.
Terkadang investor melakukan perubahan terhadap storyboard
dan naskah yang sudah jadi,
bahkan bisa sampai terjadi
penambahan karakter baru,
sehingga mengakibatkan
munculnya biaya tambahan
untuk memenuhi kondisi
tersebut.
Selanjutnya
permasalahan-permasalahan yang muncul dalam
aktivitas pendukung pada tahapan
pra-produksi adalah sebagai berikut :
Sulitnya mencari SDM yang memiliki kompetensi inti
khusus di bidang pra-produksi.
Masih kurangnya pemahaman dari para investor atau
konsumen animasi terhadap
mahalnya biaya yang perlu
dikeluarkan pada tahapan
pra-produksi, sehingga berdampak
terhadap kurangnya apresiasi
dalam bentuk materi yang
diberikan kepada para SDM di
tahapan pra-produksi.
Permasalahan juga terjadi pada saat rekruiment SDM untuk
tahapan pra-produksi, hal ini
disebabkan karena sedikitnya
jumlah SDM yang memiliki
kompetensi dan kualifikasi
yang sesuai dengan kebutuhan.
Masih terbatasnya lembaga
pendidikan formal dan
informal yang mengajarkan
atau memasukkan kurikulum
yang berkaitan dengan tahapan
pra-produksi, seperti script writer, story telling, sejarah. b. Infrastruktur Perusahaan
Kendala yang dihadapi pada aktivitas ini adalah terkait
dengan pembiayaan
infrastruktur yang dibutuhkan
untuk melaksanakan tahapan
pra-produksi.
c. Riset dan Pengembangan
Teknologi
Pola pikir dari para investor
yang menganggap bahwa
kegiatan R&D pada tahapan
pra-produksi tidak penting,
sehingga banyak yang
mengabaikan dan berdampak
terhadap anggaran untuk
kegiatan R&D tidak
dialokasikan.
Terkait masalah budget yang sangat kecil sehingga membuat
mindset dari director untuk memotong proses produksi
pada tahapan pra-produksi,
tetapi tidak mengurangi
kualitas dari produk animasi
yang dihasilkan. Hal ini sudah
disepakati bersama diawal oleh
investor dan studio animasi.
d. Pembelian
Terkait pembelian material yang digunakan untuk tahapan
pra-produksi kendala yang
dihadapi adalah masalah
profesionalitas dari supplier.
Mahalnya alat-alat dan
Budaya kerja yang kurang mendukung dari para supplier,
seperti telat pada saat
pengiriman barang, sehingga
menghambat proses produksi.
Berdasarkan hasil analisis identifikasi dan permasalahan yang telah dilakukan pada tahapan
pra-produksi baik dari aktivitas utama maupun aktivitas pendukung, maka didapatkan diagram rantai nilai proses pada tahapan pra-produksi seperti pada gambar 5.
Gambar 5. Diagram Rantai Nilai Tahapan Pra Produksi
Inbound logistic pada proses pra-produksi berasal dari studi pustaka, media massa, internet, televisi, cerita novel dan budaya lokal. Cara perolehan ide biasanya berdasarkan permintaan dari investor/konsumen yang ingin membuat film animasi. Jadi dapat dikatakan saat ini produksi film animasi
umumnya dilakukan berdasarkan
permintaan dari konsumen, tidak dibuat berdasarkan riset pasar. Waktu yang dibutuhkan pada tahapan ini sebesar 30% dari keseluruhan total proyek, jika dikonversikan dalam waktu satu tahun, waktu yang dibutuhkan pada tahapan pra-produksi adalah sekitar tiga bulan.
Nilai margin yang dihasilkan pada tahapan pra-prodkusi sulit untuk diukur, hal ini disebabkan karena sebagian studio animasi melakukan proses pembuatan produk animasi secara keseluruhan atau tidak dipisahkan berdasarkan tiga tahapan proses. Namun jika dirata-rata. Selain itu umumnya produk yang dihasilkan pada tahapan pre-production tidak langsung dijual kepada konsumen atau investor, tetapi digunakan sebagai inputan pada tahapan berikutnya yaitu tahapan production. Jika diambil rata-rata dari project animasi yang pernah dilakukan oleh responden, jumlah total penjualan untuk sebuah storyboard dan karakter sekitar 10 -15 juta untuk satu project film animasi, atau jika dikonversi dalam bentuk porsentase, total biaya yang dibutuhkan sekitar 30% dari total nilai project animasi yang dikerjakan
SDM :
Kurangnya SDM yang memiliki kompetensi dan keahlian pada tahapan pra-produksi, sepertiscript writer, story telling,dan sejarah.
Lembaga pendidikan formal dan informal belum banyak yang mengajarkan dan memasukkan kurikulum yang berkaitan dengan tahapan pra-produksi
Infrastruktur :
Pembiayaan infrastruktur untuk produksi dan operasional masih berasal dari investor.
R&D :
Keterbatasan pola pikir yang menganggap bahwa kegiatan R&D tidak penting, sehingga tidak adanya alokasi anggaran.
Pembelian Peralatan dan Material :
Pengiriman barang sering terlambat.
Mahalnya harga alat dan material
Inbound Logistic
Kurang tersedianya data yang dapat digunakan untuk sumber input
Ide cerita berasal dari investor bukan berdasarka n hasil riset
Operasi
Waktu yang diberikan sangat singkat
Adanya intervensi dari investor terhadap ide cerita daya beli
Belum
Belum ada ciri khas yang bisa dijadikan sebagai daya tarik pasar
Sales& Marketing
Harga yang diberikan oleh investor lebih rendah dibandingkan dengan biaya operasional Support &
Service
Belum ada layanan purna jual
Banyak kan waktu dan biaya tambahan
Kepuasan investor dilihat dari
3.2 Program Perkuatan Rantai Nilai Pra-Produksi Film Animasi 3D
Berdasarkan analisis terhadap setiap aktivitas (utama dan pendukung) pada tahapan pra-produksi, maka secara ringkas aktivitas yang terjadi dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6.Ringkasan Proses Tahapan Pra-Produksi
Dari hasil survey dan analisis yang telah dilakukan pada tahapan pra-produksi pembuatan film animasi 3D didapat data mengenai jumlah tenaga kerja, struktur biaya (biaya produksi), dan pendapatan (total penjualan). Data tersebut digunakan untuk mengetahui bagaimana nilai mengalami perubahan di sepanjang proses. Nilai biaya produksi dan penjualan yang ditulis dalam analisis ini diasumsikan bahwa rata-rata total produksi yang dapat dihasilkan oleh sebuah studio animasi
adalah 13 episode dalam satu tahun dengan durasi waktu 11 menit/episode. Hasil pemetaan tersebut secara lengkap dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7.Pemetaan Jumlah Pelaku, Pendapatan dan Struktur Biaya
Dalam Tahapan Pra-Produksi Pembuatan Film Animasi 3D
Selanjutnya berdasarkan hasil pemetaan permasalahan yang muncul pada aktivitas utama dan aktivitas
pendukung diharapkan dapat
diminimalkan dengan melakukan
penyusunan program perkuatan.
Program-program perkuatan ini
dilakukan untuk meningkatkan interaksi antara pelaku yang terlibat di dalam klaster industri animasi di Kota Cimahi khususnya untuk tahapan pra-produksi pembuatan film animasi 3D.
Selain itu dengan disusunnya program perkuatan ini diharapkan daya saing dari produk animasi lokal yang dihasilkan pada tahapan pra-produksi dapat meningkat.
Berdasarkan hasil pemetaan terhadap permasalahan-permasalahan yang muncul dalam setiap aktivitas, didapatkan solusi permasalahan yang direkomendasikan. Diantaranya adalah : Pra – Produksi
1. Kegiatan : penentuan ide; skenario; sketsa/modelling charachter; pembuatan storyboard
2. Pelaku : penulis skenario, kartunis, karikatur, pembuat sketsa gambar 3. Input : berasal dari investor, sejarah,
dogeng, novel, pustaka.
4. Operasi : Biaya produksi 30% dari nilai total project per episode. Desain ditentukan investor 5. Peralatan : ATK, komputer, pen
stylus.
6. Distribusi : langsung diberikan ke investor atau diteruskan ke tahapan produksi
7. Pemasaran : konsumen sudah jelas karenaorder by request. Strategi lain melalui internet dan media offline.
Pra – Produksi
Biaya produksi : 30% dari total nilai project
Jumlah pegawai : 5-8 orang
1. Meningkatkan kreatifitas dan kompetensi dari para penulis cerita melalui pelatihan/benchmark ke beberapa perusahaan animasi besar di dalam/luar negeri.
2. Melakukan sosialisasi dan
pemahaman terhadap masyarakat khususnya konsumen animasi mengenai proses produksi animasi.
3. Menggali budaya lokal untuk dapat dikembangkan menjadi sebuah film animasi yang memiliki ciri khas.
4. Melakukan studi banding terhadap beberapa negara untuk menambah wawasan dalam pengembangan ide cerita.
5. Bekerjasama dengan lembaga pengembangan seni dan budaya untuk mendirikan pusat literasi seni dan budaya.
6. Menyusun SOP dari setiap proses produksi film animasi 3D.
7. Pemerintah memberikan stimulus (dana bergulir) bagi studio kreatif yang memenuhi kategori tertentu.
8. Menyusun standarisasi peralatan yang digunakan dalam bidang animasi dan film.
9. Menyediakan line internet
broadband ke daerah perumahan dan institusi yang terjangkau.
10. Melakukan kerjasama dengan provider internet.
11. Mewajibkan seluruh Pemda Cimahi
untuk membuat dan
mengembangkan produk animasi sebagai sarana promosi.
12. Perlu adanya roadmap atau posisitioning dari industri animasi di Indonesia.
13. Pemerintah pusat membuat
kerjasama dengan negara lain untuk membuka pasar industri animasi.
14. Mengadakan pameran produk-produk animasi.
15. Membuat standarisasi (SOP) yang digunakan dalam proses produksi film dan animasi.
16. Mendirikan Sekolah animasi dengan kurikulum terkini (latest tech) dengan mengandeng industri animasi.
17. Membuat kurikulum tentang animasi untuk perguruan tinggi dan sekolah menengah yang memiliki standar internasional.
18. Kemenakertrans bekerjasama dengan lembaga pendidikan/
pelatihan untuk membuka
pendidikan profesi yang
mengeluarkan sertifikasi profesi di bidang animasi.
19. Menyusun regulasi yang mengatur Hak Cipta dan HKI di bidang animasi (Kemenperin bekerjasama dengan Kemenkumham).
20. Melakukan kerjasama dengan luar negeri terkait pengadaan peralatan
4. KESIMPULAN
Animasi adalah salah satu sektor industri kreatif yang memiliki potensi yang sangat baik, hal ini seharusnya menjadi perhatian bagi pemerintah Indonesia untuk dapat mendukung industri animasi agar dapat berkembang dengan pesat. Salah satu dukungan yang dapat diberikan diantaranya adalah dengan mengeluarkan regulasi yang berpihak terhadap perkembangan industri animasi di Indonesia.
Dalam proses pembuatan film animasi 3D tahapan pra-produksi adalah tahapan yang dianggap paling penting. Karena pada tahapan ini semua konsep yang akan dibuat ke dalam film animasi
3D dilakukan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tahapan ini adalah tahapan yang menentukan keberhasilan/ kesuksesan sebuah film animasi 3D.
Dengan melakukan analisis rantai nilai industri inti animasi khusus untuk tahapan pra-produksi diharapkan dapat diketahui permasalahan yang dihadapi pada setiap rantai proses, sehingga dapat dipetakan solusi permasalahan yang diharapkan dapat dilakukan atau ditindaklanjuti oleh Pemerintah dalam
upaya mendukung perkembangan
industri animasi di Indonesia, sehingga diharapkan industri animasi dan produk animasi lokal dapat memiliki kualitas dan daya saing yang tinggi.
Berdasarkan hasil analisis rantai nilai tahapan pra-produksi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kelemahan yang banyak terjadi pada
tahapan ini adalah terkait
pengembangan ide cerita dan
pemahaman investor tentang proses produksi film animasi 3D. Selain itu jumlah SDM yang memiliki kompetensi di bidang ini juga masih terbatas.
Berdasarkan hasil analisis permasalahan tersebut kemudian dilakukan pemetaan solusi yang dibutuhkan oleh pelaku industri animasi khususnya pada tahapan pra-produksi. Pemetaan solusi tersebut dibuat dalam
bentuk program perkuatan yang
diharapkan dapat direalisasikan oleh lembaga/instansi pemerintah/swasta yang terkait.
Dengan adanya program perkuatan tersebut dapat mendukung peningkatan daya saing dari industri animasi lokal khususnya industri animasi yang bergerak pada tahapan pra-produksi. Selain itu dengan meningkatnya daya saing produk diharapkan juga dapat memperluas jaringan kerjasama baik nasional maupun internasional, sehingga Kota Cimahi dapat dikenal sebagai Kota Animasi dan klaster industri Animasi di Kota Cimahi dapat dijadikan sebagai klaster industri percontohan yang memiliki kisah sukses dalam bidang animasi.
5. DAFTAR PUSTAKA
Hendro Saputra Suratinoyo, Hans Wowor, Jimmy Robot, Stanley Karouw. Cerita Rakyat Daerah
Minahasa : IMPLEMENTASI
SHORT FILM ANIMASI 3D.
Jurnal Fakultas Teknik,
Universitas Sam Ratulangi
Muhamad Siddik (2010).
Pengembangan Rantai Nilai
Alternatif Pengentasan Kemiskinan Di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Agroteksos Vol. 20 No.2-3, Desember 2010. Budi N, Arvianto A,dkk (2012).
Strategi Pengembangan Usaha
Kerajinan Enceng Gondok
sebagai Produk Unggulan
Kabupaten Semarang
Menggunakan Analisis Rantai Nilai. Jurnal TI Undio, Vol.VII No.2, Mei 2012.
Porter, M. (1990). The Competitive Advantage of Nations. Boston: Harvard Business School Press. Porter, M.E (1992). Strategi Bersaing :
Teknik Menganalisa Industri dan
Pesaing. Cetakan Kelima.
Penerbit Airlangga.
Porter, M.E (1993). Keunggulan
Bersaing Menciptakan dan
Mempertahankan Kinerja Unggul.
Cetakan Ketiga. Penerbit