ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TURNOVER INTENTION
PADA AGEN
CALL CENTER
PT. ABC MENGGUNAKAN METODE
STRUCTURAL EQUATION MODELLING
Juli Ismanto
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Pamulang, Tangerang Selatan
Email: july.ismanto@gmail.com
ABSTRACT
PT. ABC is one Group company PT X. As a form of synergy, PT ABC continue to improve services to its customers by utilizing the services of Call Center. Call Center To obtain an effective process, required a reliable and loyal agent. However, this time discovered a number of agents who do resign every month. Therefore, please note any factors that influence it, such as work stress, the pattern of transformational leadership, job characteristics, job satisfaction, and organizational commitment. To test this association, used the method of Structural Equation Modeling (SEM). The results showed that the factor of transformational leadership and job characteristics and significant positive effect on job satisfaction. Factors transformational leadership and job satisfaction positive and significant effect on organizational commitment. Work stress factors a significant negative effect on organizational commitment. Work stress factors and significant positive effect on turnover intention. Factors organizational commitment and significant negative effect on turnover intention. Besides acquired a direct relationship, also obtained an indirect relationship between factors. That relationship is the influence of job characteristics on organizational commitment and transformational leadership, job characteristics, and job satisfaction on turnover intention. However, to work stress factors known to not have any relationship to job satisfaction.
Key Words: Structural Equation Modeling, Turnover Intention, Job Satisfaction, Organization Commitment
ABSTRAK
organisasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap turnover intention. Selain diperoleh hubungan langsung, diperoleh pula hubungan tidak langsung antar faktor. Hubungan tersebut yaitu pengaruh karakteristik pekerjaan terhadap komitmen organisasi serta kepemimpinan transformasional, karakteristik pekerjaan, dan kepuasan kerja terhadap turnover intention. Namun, untuk faktor stres kerja diketahui tidak memiliki hubungan apapun terhadap kepuasan kerja.
Kata Kunci: Structural Equation Modeling, Turn Over Intention, Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi
1. PENDAHULUAN
Perusahaan sekarang dan masa yang akan datang mulai menghadapi lingkungan yang dinamis, yang mengalami perubahan yang pesat. Adanya hal tersebut diperlukan pertimbangan terbaik didalam membawa perusahaan atau organisasi menuju masa depan yang lebih baik. Keberhasilan perusahaan, bukan hanya semata-mata dilihat dari perencanaan bisnis yang dibuat.Keberhasilan pengelolaan sumber daya manusialah yang akan menjadi point utama.
Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya tidak hanya bergantung kepada sarana dan prasarana yang ada tetapi juga bergantung pada kinerja karyawannya. Setiap perusahaan akan selalu berusaha meningkatkan kinerja karyawannya dengan memenuhi kebutuhan karyawan, memberikan perhatian terhadap bawahan dan menempatkan karyawan sebagai bagian dari asset perusahaan, tidak semata-mata menganggap karyawan sebagai pekerja saja. Kondisi yang demikian itu dapat terwujud melalui pendekatan kepuasan kerja.
Kinerja suatu perusahaan sangat ditentukan oleh kondisi dan perilaku karyawan yang dimiliki perusahaan tersebut. Fenomena yang seringkali terjadi adalah kinerja suatu perusahaan yang telah demikian bagus dapat dirusak, baik secara langsung maupun tidak, oleh berbagai perilaku karyawan yang sulit dicegah terjadinya. Salah satu bentuk perilaku karyawan tersebut adalah
keinginan berpindah (turnover
intentions) yang berujung pada
keputusan karyawan untuk meninggalkan pekerjaannya.
Menurut Shaw (2010), beberapa strategi yang dapat dicoba oleh departemen SDM untuk meminimalisir
turnover intention:
a. Motivasi, Bonus, cuti, kendaraan dinas atau fasilitas lainnya adalah berbagai alat perusahaan sebagai bentuk reward bagi karyawan apabila mereka telah bekerja dengan baik. b. Menjaga kepuasan karyawan
Berkaitan dengan hal ini, seorang pemimpin mempunyai tugas yang cukup sulit yakni mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai karyawannya. Penting bagi seorang pemimpin untuk sering melakukan komunikasi dengan karyawan untuk mendengar apa yang mereka butuhkan. Berbagai macam survei untuk mengetahui opini karyawan juga sudah mulai banyak berkembang akhir-akhir ini. Memahami keinginan karyawan akan membantu pemimpin perusahaan menetapkan benefit yang tepat sasaran, demi terciptanya
turnoverintention yang rendah.
c. Rekrutmen
Program penurunan tingkat turnover
intention dapat dilakukan dari mulai
yang memakan budget tinggi. Misalnya, menawarkan peta jenjang karir yang jelas, menawarkan tunjangan yang menarik, kesempatan pergi ke luar negeri, dan cara-cara kreatif lainnya.
Saat ini tingginya tingkat turnover
intentions telah menjadi masalah serius
bagi banyak perusahaan. Menurut Mobley et al (1978) menyebutkan beberapa faktor yang menjadi penyebab keinginan pindah kerja (turnover
intention) adalah sebagai berikut:
a. Karakteristik Individu
Organisasi adalah wadah yang memiliki tujuan yang ditentukan secara bersama oleh orang- orang yang terlibat didalamnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan adanya interaksi yang berkesinambungan dari unsur-unsur organisasi. Karakter individu yang mempengaruhi keinginan pindah kerja antara lain seperti umur, pendidikan, status perkawinan.
b. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja dapat meliputi lingkungan fisik maupun sosial. Lingkungan fisik meliputi keadaan suhu, cuaca, kontruksi, bangunan, dan lokasi pekerjaan. Sedangkan lingkungan sosial meliputi sosial budaya di lingkungan kerjanya, dan kualitas kehidupan kerjanya.
c. Kepuasan Kerja
Pada tingkat individual, kepuasan merupakan variabel psikologi yang paling sering diteliti dalam suatu model intention to leave. Aspek kepuasan yang ditemukan berhubungan dengan keinginan individu untuk meninggalkan organisasi meliputi kepuasan akan gaji dan promosi, kepuasan atas supervisor yang diterima, kepuasan dengan rekan kerja dan kepuasan akan pekerjaan dan isi kerja.
d. Komitmen organisasi
Perkembangan selanjutnya dalam studi intention to leave memasukkan
konstruk komitmen organisasional sebagai konsep yang turut menjelaskan proses tersebut sebagai bentuk perilaku, komitmen organisasional dapat dibedakan dari kepuasan kerja. Komitmen mengacu pada respon emosional (affective)
individu kepada keseluruhan organisasi, sedangkan kepuasan mengarah pada respon emosional atas aspek khusus dari pekerjaan.
Salah satu elemen penting dalam suatu organisasi adalah adanya sumber daya manusia yang mampu menggerakkan seluruh aktivitas guna pencapaian tujuan pada organisasi tersebut. Hal ini menandakan bahwa diperlukan adanya proses pengelolaan sumber daya manusia yang efektif di dalam suatu organisasi. Namun, masalah yang sering kali dihadapi adalah adanya faktor sikap dan perilaku karyawan yang tidak dapat dikendalikan dalam proses pengelolaan sumber daya manusia. Hal ini dapat dikarenakan organisasi yang menaunginya kurang mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku individu tersebut. Pada dasarnya terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam suatu organisasi yaitu karakteristik individu, motivasi individu, imbalan, dan stres kerja.
Selain itu, karakteristik pekerjaan itu sendiri juga mampu memicu pembentukan perilaku dari seorang individu. Hal ini menandakan bahwa komitmen organisasi perlu dibangun guna meningkatkan faktor keterikatan antara individu dan organisasi. Faktor lain yang cukup kuat mempengaruhi perilaku individu adalah peran dari seorang pemimpin dan pola kepemimpinannya. Seorang pemimpin yang baik akan memfokuskan dirinya pada beberapa aspek, seperti
Tidak berhasilnya suatu organisasi dalam melakukan proses pengelolaan perilaku individu akan berujung pada adanya intensi turnover dari karyawannya. Turnover intention
merupakan keinginan dari seorang karyawan untuk berpindah dari organisasi satu ke organisasi lainnya. Jika dikaitkan antara faktor pemicu timbulnya perilaku individu dengan bentuk dari perilaku individu yang ditunjukkan pada organisasi, maka intensi turnover seorang individu berada pada ujung keterkaitan ini. Turnover
intention dari seorang individu
merupakan dampak terburuk dari ketidakmampuan suatu organisasi dalam
mengelola perilaku individu. PT “ABC” merupakan salah satu Group PT “X”
Indonesia, Tbk yang bergerak pada bidang penyedia jasa layanan informasi dan komunikasi. Layanan call center
yang merupakan salah satu pilar bisnis
awal dari PT “ABC”. Sebagai salah satu bentuk sinergi antara PT “X” dengan
seluruh anggota dari X Group, maka PT
“ABC” untuk terus meningkatkan
pelayanan pada pelanggan dengan memanfaatkan layanan call center
(inbound dan outbound call) yang
merupakan proses bisnis . PT “ABC”
juga bertanggungjawab dalam penyediaan tenaga kerja inbound dan
outbound call yang sering disebut agent.
Seorang agent, berkomitmen sepenuhnya
pada PT “ABC” dan bersedia untuk
memenuhi target kerja yang telah ditetapkan. Berdasarkan karakteristik pekerjaan yang menjadi tanggung jawab seorang agent tersebut, departemen
human resource PT “ABC” menemukan
adanya beberapa agent yang memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya (resign) pada periode tahun 2016. Berdasarkan informasi tersebut, didapatkan bahwa setiap bulan selalu terdapat agent yang keluar (resign) dari pekerjaannya. Hal ini sebenarnya tidak diharapkan oleh pihak manajemen,
dikarenakan mampu membuat proses
inbound dan outbound call terhambat.
Kepuasan kerja menurut Roelen (2008) diukur dengan menggunakan lima indikator, antara lain:
a. Kepuasan dengan pekerjaan itu sendiri, yaitu sejauh mana pekerjaan menyediakan kesempatan seseorang untuk belajar memperoleh tanggung jawab dalam suatu tugas tertentu dan tantangan untuk pekerjaan yang menarik.
b. Kepuasan dengan gaji, yaitu upah yang diperoleh seseorang sebanding dengan usaha yang dilakukan dan sama dengan upah yang diterima oleh orang lain dalam posisi kerja yang sama.
c. Kepuasan dengan sikap atasan, yaitu kemampuan atasan untuk memberikan bantuan teknis dan dukungan terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab para bawahan.
d. Kepuasan dengan rekan kerja, yaitu sejauh mana rekan kerja secara teknis cakap dan secara sosial mendukung tugas rekan kerja lainnya.
e. Kepuasan dengan promosi atau perspektif karir, yaitu kesempatan seseorang untuk meraih atau dipromosikan ke jenjang yang lebih tinggi dalam organisasi.
Tingginya tingkat keinginan berpindah karyawan dapat disebabkan beberapa variabel antara lain kepuasan kerja (Zhang dan Feng, 2011) Cut Zurnali (2010) mendefinisikan masing-masing dimensi komitmen organisasional tersebut sebagai berikut:
a. Komitmen afektif (affective
commitment) adalah perasaan cinta
pada suatu organisasi yang memunculkan kemauan untuk tetap tinggal dan membina hubungan sosial serta menghargai nilai hubungan dengan organisasi dikarenakan telah menjadi anggota organisasi.
b. Komitmen kontinyu (continuance
untuk meninggalkan organisasi dikarenakan kebutuhan untuk bertahan dengan pertimbangan biaya apabila meninggalkan organisasi dan penghargaan yang berkenaan dengan partisipasi di dalam organisasi. c. Komitmen normatif (normative
commitment) adalah perasaan yang
mengharuskan untuk bertahan dalam organisasi dikarenakan kewajiban dan tanggung jawab terhadap organisasi yang didasari atas pertimbangan norma, nilai dan keyakinan karyawan.
Terdapat banyak alasan yang dikemukakan agent dimana sebagian besar alasan tersebut merupakan faktor diluar organisasi. Namun lebih dari itu, fenomena turnover intention yang dilakukan oleh para agent ini dapat pula disebabkan oleh kurang efektifnya pengelolaan perilaku individu di dalam organisasinya. Pemicu timbulnya perilaku individu seperti karakteristik pekerjaan, stres kerja, dan pola kepemimpinan transformasional dari seorang pemimpin yang akan memicu timbulnya kepuasan kerja serta komitmen organisasi sehingga mampu
berujung pada fenomena turnover
intention, harus diidentifikasi sedemikian
rupa sehingga organisasi tersebut mampu meminimalisasi dampak-dampak buruk akibat turnover intention dari sejumlah
agent. Berdasarkan uraian di atas,
peneliti bermaksud untuk melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi turnover intention pada
agent call center PT ABC menggunakan
metode Structural Equation Modelling. Adapun faktor-faktor tersebut yaitu stres kerja, karakteristik pekerjaan, kepemimpinan transformasional, kepuasan kerja, dan komitmen organisasi. Pengambilan data dilakukan pada agent inbound dan outbound call di
layanan dedicated line PT “ABC”.
3. METODE PENELITIAN
Penelitian diawali dengan mengembangkan model teoritis berdasarkan hasil studi literatur. Berikut ini merupakan model teoritis dari penelitian.
Sedangkan hipotesis awal berdasarkan model teoritis yang dibangun adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1. Hipotesis Penelitian
Hipotesis Keterangan
Hipotesis 1 Stres kerja berpengaruh negatif dan signifikan pada kepuasan kerja Hipotesis 2 Stres kerja berpengaruh negatif dan signifikan pada komitmen organisasi Hipotesis 3 Stres kerja berpengaruh positif dan signifikan pada turnover intention
Hipotesis 4 Karakteristik pekerjaan berpengaruh positif dan signifikan pada kepuasan kerja
Hipotesis 5 Karakteristik pekerjaan berpengaruh positif dan signifikan pada komitmen organisasi
Hipotesis 6 Karakteristik pekerjaan berpengaruh negatif dan signifikan pada turnover
intention
Hipotesis 7 Kepemimpinan transformational berpengaruh positif dan signifikan kepada kepuasan kerja
Hipotesis 8 Kepemimpinan transformational berpengaruh positif dan signifikan pada komitmen organisasi
Hipotesis 9 Kepemimpinan transformational berpengaruh negatif dan signifikan pada
turnover intention
Hipotesis 10 Kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan pada komitmen organisasi Hipotesis 11 Kepuasan kerja berpengaruh negatif dan signifikan pada turnover intention
Hipotesis 12 Komitmen organisasi berpengaruh negatif dan signifikan pada turnover
3.1. Metode Pengumpulan Data 3.1.1.Sumber dan Jenis Data
Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data skunder. Data Primer diperoleh melalui observasi dan kuisioner sedang data skunder melalui literatur. Jenis data dalam penelitian ini adalah karyawan pada PT ABC sebagai populasi. Pengumpulan data diawali dengan menentukan jumlah sampel penelitian. Heir etal, dalam Waluyo (2011) menyatakan bahwa penentuan jumlah sampel adalah sebesar 5 kali dari banyaknya variabel indikator. Berdasarkan perhitungan tersebut maka jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu jumlah sampel = 5 x jumlah variabel indikator
= 5 x 22 = 110 sampel
Berdasarkan perhitungan diatas diketahui bahwa sampel yang harus diambil adalah sebanyak 110 sampel.
3.1.2. Perancangan Kuisioner
Tabel 3.2. Item Pertanyaan Kuisioner
No Item Stres Kerja Indikator
1 Ukuran Workstation (tempat kerja) membuat saya kurang leluasa dalam bekerja 2 Suhu yang terlalu panas dan kebisingan yang berlebihan pada ruang kerja membuat saya tidak 3 Pengaturan Workstation (tempat kerja) yang tidak tertata dengan baik cukup menggangu saya dalam bekerja 4 Privasi saya cukup terganggu akibat terlalu dekatnya workstation (tempat kerja) saya dengan rekan kerja 5 Jika melihat keberhasilan orang lain, saya menemukan banyak kekurangan pada diri saya 6 Saya sering melakukan kesalahan yang membuat pekerjaan saya tidak selesai pada waktunya
7 Terkadang saya merasa tidak senang untuk mengikuti kegiatan-kegiatan dikantor dikarenakan adanya masalah keluarga atau pribadi saya 8 Tugas yang harus saya kerjakan setiap harinya sangat banyak sehingga seringkali membuat saya kelelahan
9 Saya merasa resah karena terdapat persaingan yang tidak sehat diantara rekan kerja 10 Saya merasa tersinggung bila terdapat rekan kerja yang menegur kesalahan saya 11 Terdapat hubungan yang tidak baik antara saya dan atasan saya
12 Di perusahaan ini pekerjaan karyawan tidak di koordinasikan dengan baik sehingga menghambat pencapaian target 13 Target perusahaan dan tuntutan tugas terlalu tinggi sehingga memberatkan saya
14 Dalam menjalankan tugas saya ditekan dengan banyak aturan
15 Kerja keras saya tidak sebanding dengan hasil atau keuntungan yang saya terima 16 Jabatan saya menjadi seorang agent sering kali membuat kecil hati
Stressor Lingkungan Fisik
Stressor Individu
Stressor Kelompok
Stressor Organisasi
No Item Kepemimpinan Transformational
1 Atasan membuat saya bangga menjadi rekan kerjanya 2 Atasan membuat saya nyaman bekerja sama dengannya 3 Saya sangat percaya pada apapun yang disarankan atasan saya
4 Atasan selalu mengembangkan cara-cara khusus untuk menginspirasi saya dalam bekerja 5 Atasan selalu mendorong saya untuk sukses
6 Atasan selalu memotivasi saya dan mengingatkan akan apa yang seharusnya saya lakukan dalam bekerja 7 Atasan selalu memicu saya untuk berfikir mengenai hal yang sebelumnya tidak pernah saya pikirkan 8 Atasan menghendaki saya menggunakan penalaran dan kepercayaan diri dalam memecahkan masalah 9 Atasan memotivasi saya untuk selalu berfikir kreatif
10 Atasan memberikan perhatian khusus kepada saya jika sedang mengalami kesulitan 11 Atasan memberikan penghargaan jika saya mampu bekerja dengan sangat baik 12 Atasan selalu membantu saya dalam mengembangkan kemampuan yang saya miliki
Motivasi Inspiratif Pengaruh Ideal
Stimulus Intelektual
No
Item Karakteristik Pekerjaan
1 Saya menggunakan keahlian yang tinggi pada pekerjaan ini
2 Pekerjaan ini sangat mudah dan dilakukan berulang-ulang
3 Saya mampu menyelesaikan beberapa tugas yang berbeda dalam pekerjaan ini dengan mudah
4 Pekerjaan saya telah diatur sedemikian rupa
5 Tugas dalam pekerjaan saya sangat jelas
6 Apa yang saya lakukan berdampak besar pada perusahaan
7 Pekerjaan saya berpengaruh cukup penting untuk keberlangsungan perusahaan kedepannya
8 Pekerjaan saya berpengaruh pada pihak lain
Keragaman Skill
Identitas Tugas
Signifikansi Tugas
No Item Kepuasan Kerja
1 Pekerjaan saya memberikan semangat untuk berprestasi 2 Pekerjaan saya sangat menarik
3 Pekerjaan saya sangat menyenangkan
4 Saya benar-benar melakukan sesuatu yang berharga dalam pekerjaan saya 5 Manajemen perusahaan saya telah terstruktur secara baik
6 Top Level Management benar-benar mengerti pekerjaan mereka 7 Karyawan mendapatkan dukungan yang baik dari perusahaan 8 Perusahaan memiliki kebijakan promosi yang adil 9 Peluang untuk di promosikan sangat tinggi
10 Terdapat banyak peluang bagus pada perusahaan ini untuk karyawan yang ingin maju 11 Saya berpeluang besar untuk di promosikan
12 Atasan saya melibatkan ide-ide karyawan dalam pemecahan masalah tertentu 13 Atasan saya selalu adil pada saya
14 Atasan saya memeberikan penghargaan (hadiah) ketika saya bekerja dengan sangat baik 15 Atasan saya selalu menepati janjinya
16 Jika dibandingkan dengan pekerjaan yang sama di perusahaan lain, gaji saya cendrung tinggi 17 Saya digaji dengan sesuai di perusahaan ini
18 Penghasilan saya cukup untuk keperlluan saya
Gaji Prestasi Kerja
Kebijakan Perusahaan
Promosi
3.2. Metode Analisis Data
Selanjutnya, penelitian dilanjutkan dengan pengumpulan data menggunakan penyebaran kuisioner pada sampel penelitian. Hasil pengumpulan data tersebut diolah menggunakan statistik deskriptif untuk mengetahui pemetaan jawaban serta profil responden. Selain itu dilakukan pula pembuatan indentifikasi model dengan menggunakan model persamaan struktural. Setelah data telah memenuhi seluruh pengujian model yang telah disyaratkan, maka langkah selanjutnya dilakukan pengujian CFA
(Confirmatory Factor Analysis) dan
kemudian dilakukan pengujian SEM serta penggujian hipotesis, Sarjono (2015).
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Penelitian pada perusahaan ABC menggunakan 110 sampel dengan 5 variabel dengan 22 indikator terhadap
turnover intention.
4.1.1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sun rage, kurtosis
dan masing-masing variabel penelitian
(Ghozali, 2011).
No Item Komitmen Organisasi
1 Saya sering membanggakan pada orang lain bahwa perusahaan ini merupakan tempat kerja yang bagus 2 Saya memiliki kesetiaan yang tinggi pada organisasi ini
3 Saya bangga menceritakan kepada orang lain bahwa saya adalah bagian dari perusahaan 4 Memilih untuk bekerja di perusahaan ini bukan merupakan suatu kesalahan 5 Saya bersedia untuk bekerja lebih keras guna mensukseskan perusahaan ini 6 Saya menerima hampir seluruh pekerjaan agar dapat tetap bekerja di perusahaan ini 7 Saya dapat bekerja di perusahaan lain selama jenis pekerjaanya sama
8 Saya tidak akan meninggalkan pekerjaan ini walaupun terjadi perubahan dalam perusahaan 9 Saya sangat senang memilih perusahaan ini sebagai tempat bekerja
10 Saya sangat peduli dengan nasib perusahaan ini
11 Menurut saya, terdapat kesamaan antara prinsip diri saya dengan perusahaan 12 Organisasi ini sangat menginspirasi saya untuk terus berprestasi 13 Cukup banyak yang dapat saya peroleh dengan bergabung pada perusahaan ini 14 Saya selalu merasa setuju dengan kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan karyawan 15 Menurut saya perusahaan ini adalah perusahaan yang terbaik untuk bekerja
Affective Commitement
Normative Commitement
Continuance Commitement
No Item Turn Over Intention
1 Saya sering berfikir untuk meninggalkan pekerjaan ini Saya Berfikir meninggalkan Organisasi
2 Saya akan mencari pekerjaan baru Saya sedang mencari organisasi lain sebagai alternatif
Tabel 4.1. Statistik Diskriptif - Stres Kerja
Tabel 4.2. Statistik Deskriptif - Kepemimpinan Transformasional
Tabel 4.3. Statistik Deskriptif - Karakteristik Pekerjaan
Indikator Pertanyaan Mean
1 Stressor Organisasi (SK4)
Rata-rata Stressor Kelompok (SK3)
Deskriptif Stress Kerja
Stressor Lingkungan Fisik (SK1)
Stressor Individu (SK2)
Indikator Pertanyaan Mean 1 Signifikansi Tugas (KP3)
Rata-rata
Indentitas Tugas (KP2) 2,28
1,91 Deskriptif Karakteristik Pekerjaan
Keragaman Skill (KP1) 2,61
Indikator Pertanyaan Mean
1
Deskriptif Kepemimpinan Transformasional
Pengaruh Ideal (KT1) 2,43
2,29
2,25
2,64 Motivasi Inspiratif (KT2)
Stimulus Intelektual (KT3)
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif - Kepuasan Kerja
Tabel 4.5. Statistik Deskriptif - Komitmen Organisasi
Tabel 4.6. Statistik Deskriptif - Turn Over Intention
4.1.2.Identifikasi Model dan Model CFA
Identifikasi model merupakan kunci dalam menggunakan model persamaan struktural. Didalam CB-SEM penting bagi seorang peneliti untuk mengetahui apakah model yang
dibangun dengan data empiris yang dikumpulkan itu memiliki nilai yang unik ataukah tidak sehingga model tersebut dapat diestimasi.
Indikator Pe rtanyaan Me an
1 Kebijakan Perusahaan (KK2)
Promosi (KK3)
Supervisor (KK4)
Gaji (KK5)
Rata-rata
Deskriptif Kepuasan Kerja
Pekerjaan (KK1) 2,42
2,81
2,76
2,78
3,44
Indikator Pe rtanyaan Me an
1
Affective Commitement (KO1)
Normative Commitment (KO2)
Continuance Commitment (KO3)
Rata-rata
2,48
2,59 2,32
Indikator Pertanyaan Mean
Saya Berfikir meninggalkan
Organisasi (TI1) 1 3,04 Saya sedang mencari organisasi
lain sebagai alternatif (TI2) 2 3,00 Saya akan segera meninggalkan
organisasi ini (TI3) 3 3,29 3,11 Rata-rata
4.1.2.1.Faktor Stress Kerja Berikut ini merupakan gambar dari model confirmatory factor analysis
untuk faktor stres kerja.
Gambar 4.1. Model CFA Stres Kerja
Dari hasil model output diatas dapat dilihat bahwa model belum cukup fit dengan nilai chi-squares 10,136 dan probability 0,006 < 0,05 serta degrees of
freedom > 1 yaitu 2. Diketahui bahwa
terdapat ukuran goodness of fit yang bernilai marginal hal ini menandakan bahwa perlunya modifikasi dengan mengkorelasikan residualnya.
Gambar 4.2. Model CFA Stres Kerja (Modifikasi)
Setelah dilakukan model modifikasi, diketahui bahwa model fit terpenuhi dilihat dari Chi-Square 0,472 dan probability 0,492 > 0,05. Hal ini menandakan bahwa terdapat kesesuaian antara input observasi atau sesungguhnya dengan prediksi dari model yang diajukan. Selain itu, hasil CFA ini
4.1.2.2.Faktor Kepemimpinan Transformasional
Berikut ini merupakan gambar dari model confirmatory factor analysis
untuk kepemimpinan transformasional.
Gambar 4.3. Model CFA Kepemimpinan Transformasional
Dari hasil model output diatas dapat dilihat bahwa model belum cukup fit dengan nilai chi-squares 10,348 dan
probability 0,006 < 0,05 serta degrees of
freedom > 1 yaitu 2. Diketahui bahwa
terdapat ukuran goodness of fit yang bernilai marginal hal ini menandakan bahwa perlunya modifikasi dengan mengkorelasikan residualnya.
Gambar 4.4. CFA Model Kepemimpinan Transformasional (Modifikasi)
Setelah dilakukan model modifikasi, diketahui bahwa model fit terpenuhi dilihat dari Chi-Square 0,899
dan probability 0,343 > 0,05. Hal ini
menandakan bahwa terdapat kesesuaian antara input observasi atau sesungguhnya dengan prediksi dari model yang
4.1.2.3.Faktor Karakteristik Pekerjaan
Berikut ini merupakan gambar dari model confirmatory factor analysis
untuk karakteristik pekerjaan.
Gambar 4.5. Model CFA Karakteristik Pekerjaan
Berdasarkan Model CFA pada faktor karakteristik pekerjaan yang telah dilakukan di ketahui bahwa nilai degree
of freedom (df) bernilai 0 sehingga dapat
dipastikan model CFA pada faktor komitmen organisasi telah sesuai dimana variabel indikator pembentuk
karakteristik pekerjaan mampu menerangkan faktor dengan baik
4.1.2.4.Faktor Kepuasan Kerja
Berikut ini merupakan gambar dari model confirmatory factor analysis
untuk kepuasan kerja.
Gambar 4.6. Model CFA Kepuasan Kerja
Dari hasil output diatas dapat dilihat bahwa model belum fit dengan nilai chi-squares 11,088 dan probability
0,05 = 0,05 serta degrees of freedom > 1 yaitu 5. Diketahui bahwa terdapat ukuran
goodness of fit yang bernilai marginal hal
Gambar 4.7. Model CFA Kepuasan Kerja (Modifikasi)
Setelah dilakukan modifikasi hasil output diatas dapat dilihat bahwa model cukup fit dengan nilai chi-squares 3,849
dan probability 0,146 > 0,05 serta
degrees of freedom > 1 yaitu 2. Hal ini
menandakan bahwa terdapat kesesuaian antara input observasi atau sesungguhnya dengan prediksi dari model yang diajukan. Selain itu, hasil CFA ini
memperlihatkan bahwa seluruh variabel indikator dapat menerangkan faktor kepuasan kerja dengan baik dan signifikan.
4.1.2.5.Faktor Komitmen Organisasi
Berikut ini merupakan gambar dari model confirmatory factor analysis
untuk komitmen organisasi.
Gambar 4.8. Model CFA Komitmen Organisasi
Berdasarkan model CFA pada faktor komitmen organisasi yang telah dilakukan di ketahui bahwa nilai degree
of freedom (df) bernilai 0 sehingga dapat
dipastikan model CFA pada faktor komitmen organisasi telah sesuai dimana variabel indikator pembentuk komitmen
organisasi mampu menerangkan faktor dengan baik.
4.1.2.6.Faktor Turnover Intention Berikut ini merupakan gambar dari model confirmatory factor analysis
Gambar 4.9. Model CFA Turnover Intention
Berdasarkan model CFA pada faktor turnover intention yang telah dilakukan diketahui bahwa nilai degree
of freedom (df) bernilai 0 sehingga dapat
dipastikan model CFA pada faktor
turnover intention telah sesuai dimana
variabel indikator pembentuk turnover
intention mampu menerangkan faktor
dengan baik.
4.1.3.Confirmatory Factor Analysis
(CFA)
Dalam SEM analisis faktor konfirmatori atau sering disebut CFA di gunakan untuk mengevaluasi model pengukuran yaitu untuk menguji
validitas dan relibilitas konstruk laten. Dalam CFA, peneliti harus menentukan jumlah faktor dan hubungan antar faktor dengan konstruk laten berdasarkan basis teori (Brown 2006, p.1; Schumacher dan Lomax 2010, p.164).
4.1.3.1.Konstruk Type 1
Memberikan gambaran mengenai analisis faktor konfirmatori second –
order konstruk type 1 dengan
menggunakan program AMOS yang terdiri dari empat konstruk dimensi yaitu stres kerja, kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan turnover intention.
Berdasarkan CFA pada faktor konstruk dimensi stres kerja, kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan turnover
intention diketahui bahwa nilai degree of
freedom (df) bernilai 80, Chi-Square
96,447 dan probability 0,102 > 0,05 sehingga dapat dipastikan model CFA konstruk type 1 valid dan relibilitas dimana jumlah faktor dan hubungan antar faktor dengan konstruk laten berdasarkan basis teori mampu
menerangkan faktor dengan baik hasil analisis pada tabel > 0,7.
4.1.3.2.Konstruk Type 2
Memberikan gambaran mengenai analisis faktor konfirmatori second -
order konstruk type 2 dengan
menggunakan program AMOS yang terdiri dari empat konstruk dimensi yaitu kepemimpinan transformational, kepuasan kerja, komitmen organisasi,
dan turnover intention.
Gambar 4.11. Konstruk Type 2 Dari hasil output konstruk type 2
kepemimpinan transformational diatas dapat dilihat bahwa model belum fit dengan nilai chi-squares 112,256 dan
probability 0,010 < 0,05 serta degrees of
freedom > 1 yaitu 80. Diketahui bahwa
Gambar 4.12. Konstruk Type 2 (Modifikasi)
Berdasarkan modifikasi konstruk CFA type 2 pada faktor dimensi kepemimpinan transformational, kepuasan kerja, komitmen organisasi,
dan turnover intention diketahui bahwa
nilai degree of freedom (df) bernilai 65,
Chi-Square 70,501 dan probability 0,299
> 0,05 sehingga dapat dipastikan model CFA konstruk type 2 valid dan relibilitas dimana jumlah faktor dan hubungan antar faktor dengan konstruk laten berdasarkan basis teori mampu
menerangkan faktor dengan baik hasil analisis pada tabel > 0,7
4.1.3.3.Konstruk Type 3
Memberikan gambaran mengenai analisis faktor konfirmatori second - order konstruk type 3 dengan menggunakan program AMOS yang terdiri dari empat konstruk dimensi yaitu karakteristik pekerjaan, kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan turnover intention.
Gambar 4.13. Konstruk Type 3
Dari hasil output konstruk CFA karakteristik pekerjaan diatas dapat dilihat bahwa model belum fit dengan
nilai chi-squares 104,550 dan probability
ukuran goodness of fit yang bernilai marginal hal ini menandakan bahwa
perlunya modifikasi dengan mengkorelasikan residualnya.
Gambar 4.14. Konstruk Type 3 (Modifikasi)
Berdasarkan modifikasi konstruk
type 3 pada faktor dimensi karakteristik pekerjaan, kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan turnover intention di ketahui bahwa nilai degree of freedom
(df) bernilai 49, Chi-Square 62,540 dan
probability 0,093 > 0,05 sehingga dapat
dipastikan model CFA konstruk type 3 valid dan relibilitas dimana jumlah faktor dan hubungan antar faktor dengan konstruk laten berdasarkan basis teori mampu menerangkan faktor dengan baik hasil analisis pada tabel > 0,7.
Untuk menguji apakah data terdistribusi normal ataukah tidak pada program Amos untuk semua konstruk yang diamati dapat dilakukan dengan melihat output assessment of normality.
Nilai cut - off yang umumnya dipakai untuk menilai assessment of normality
adalah nilai skew dan kurtosis berkisar 1,0 -1,5 (Schumacker dan Lomax 2010, p. 69) atau nilai critical ratio harus < 2,58. jika dilihat pada assessment of normality secara univariate dan multivariate nilai c.r < 2,58 sehingga konstruk pengamatan ini dapat di simpulkan bahwa data yang diestimasi terdistribusi normal.
4.1.4.Structural Equation Modelling
(SEM)
Tahap selanjutnya adalah melakukan pengujian full model
structural, Mulyanto (2010) seperti pada
Gambar 4.15. Hasil Pengujian Full Model Structural
Tabel 4.7. Regression Weight Measurement Model pada Full Model Struktural
Berdasarkan tabel 4.7. dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan kausal yang tidak terbukti berhubungan langsung secara signifikan. Hal ini dibuktikan dengan adanya p-value yang bernilai diatas 10 %. Hubungan tersebut antara lain yaitu pengaruh stres kerja terhadap kepuasan kerja, karakteristik pekerjaan terhadap kepuasan kerja, kepemimpinan transformational
terhadap kepuasan kerja, stres kerja
terhadap komitmen organisasi, karakteristik pekerjaan terhadap komitmen organisasi, kepemimpinan transformasional terhadap komitmen organisasi, karakteristik pekerjaan terhadap turnover intention, kepemimpinan transformational terhadap
turnover intention, kepuasan kerja
terhadap turnover intention.
Dikarenakan model teoritis awal kurang fit, maka langkah selanjutnya adalah
Estimate S.E. C.R. P Keterangan
melakukan modifikasi model hingga menghasilkan model yang fit. Berikut ini merupakan pengujiannya.
Gambar 4.16. Hasil Modifikasi Full Model Structural
Berdasarkan pengujian tersebut didapatkan hasil kesesuaian dengan kriteria goodfitnes of fit index yang
menunjukkan bahwa model dapat dikatakan telah sesuai.
4.2. Pembahasan 4.2.1.Statistik Deskriptif
Berdasarkan tabel 3.2. didapatkan bahwa stressor kelompok memiliki nilai rata-rata paling besar yaitu 3,54. selain itu jika didetailkan pada jenis pertanyaan yang menggambarkan stressor kelompok didapatkan bahwa stress individu (SK2) yang memiliki nilai rata-rata terbesar. Pertanyaan stressor individu (SK2) tersebut menjelaskan keresahaan dikarenakan persaingan yang tidak sehat diantara rekan kerja dan terdapat hubungan yang tidak baik dengan atasan kerja. Hal tersebut mengindikasikan bahwa stressor kelompok dirasa memicu timbulnya stres kerja terutama pada persaingan yang tidak sehat diantara rekan kerja dan terdapat hubungan yang tidak baik dengan atasan kerja. Secara keseluruhan rata-rata untuk faktor stres kerja adalah 3,02. nilai ini menandakan
bahwa tingkat stres kerja yang terjadi tergolong cukup tinggi.
kepemimpinan transformasional yang terjadi tergolong cukup tinggi.
Berdasarkan tabel 3.4. didapatkan bahwa gaji memiliki nilai rata-rata paling besar yaitu 3,44. selain itu jika didetailkan pada jenis pertanyaan yang menggambarkan pertimbangan gaji didapatkan bahwa kebijakan perusahaan (KK2) yang memiliki nilai rata-rata terbesar. Pertanyaan gaji tersebut menjelaskan bahwasannya manajemen terstruktur dengan baik dan top level manajemen benar-benar mengerti pekerjaan mereka. Hal tersebut mengindikasikan bahwa gaji dirasa memicu timbulnya kebijakan perusahaan. Secara keseluruhan rata-rata untuk faktor kepuasan kerja adalah 2,84. Nilai ini menandakan bahwa tingkat kepuasan kerja yang terjadi tergolong cukup tinggi.
Berdasarkan tabel 3.5. didapatkan bahwa continuance commitment
memiliki nilai rata-rata paling besar yaitu 2,59. Selain itu jika didetailkan pada jenis pertanyaan yang menggambarkan pertimbangan continuance commitment
didapatkan bahwa normatif commitment
(KO2) yang memiliki nilai rata-rata terbesar. Pertanyaan continuance
commitment menjelaskan inspirasi
organisasi untuk berprestasi dan perusahaan terbaik untuk bekerja. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
normatif commitment dirasa memicu
timbulnya continuance commitment
terutama pada inspirasi organisasi untuk berprestasi dan perusahaan terbaik untuk bekerja. Secara keseluruhan rata-rata untuk faktor komitmen organisasi adalah 2,46. Nilai ini menandakan bahwa tingkat komitmen organisasi yang terjadi tergolong cukup tinggi.
Berdasarkan tabel 3.6. didapatkan bahwa meninggalkan organisasi memiliki nilai rata-rata paling besar yaitu 3,29. Selain itu jika didetailkan pada jenis pertanyaan yang menggambarkan pertimbangan meninggalkan organisasi didapatkan bahwa pola pikir (TI1) yang
memiliki nilai rata-rata terbesar. Pertanyaan meninggalkan organisasi (TI1) menjelaskan pola pikir karyawan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
pola pikir karyawan dirasa memicu
timbulnya karyawan meninggalkan organisasi. Secara keseluruhan rata-rata untuk faktor turnover intention adalah 3,11. Nilai ini menandakan bahwa tingkat turnover intention yang terjadi tergolong cukup tinggi.
4.2.2. Analisis CFA (Confirmatory Factor Analysis)
Berdasarkan pengujian CFA konstruk type 1 yang telah dilakukan dan tampak pada gambar 3.10. didapatkan model berada dalam keadaan identified. Hal ini di karenakan nilai degree of
fredom yang dihasilkan adalah lebih dari
1 yaitu sebesar 80 dan, hasil goodness of fit memenuhi cut off value nya. Hal ini menandakan bahwa terdapat kesesuaian antara input observasi dengan prediksi dari model yang diajukan. Selain melihat kecocokan model, diuji pula tingkat signifikansi masing-masing variabel indikator dalam menjelaskan faktornya dan hasilnya yaitu didapatkan bahwa bahwa stressor individu dan stressor
kelompok merupakan pembentuk konstruk stres kerja terbukti loading
faktor yang dihasilkan diatas 0,7 yang berarti memenuhi syarat validitas konvergen. Selain itu, dengan melihat nilai construct reliability untuk faktor stres kerja nya yaitu sebesar 0,861 > 0,05 dapat disimpulkan bahwa stressor
individu, dan stressor kelompok relible
terhadap faktor stres kerja dikarenakan nilai construct reliability yang dihasilkan sesuai dengan cut off value yang diisyaratkan. Berdasarkan nilai loading
factor diketahui stressor kelompok
memiliki konstribusi terbesar dengan nilai 0,864 dalam mengukur faktor stres kerja. Hal ini dikarenakan interaksi antara agent dengan rekan kerja maupun atasan dalam lingkungan kerja suatu
kerja yang cukup tinggi. Selain itu dengan berada dalam ruangan yang sama membuat frekuensi terjadi konflik antar rekan kerja semakin tinggi baik itu konflik yang timbul akibat interaksi ataupun pemantauan kerja yang dilakukan atasan (supervisor) terhadap
agent.
Berdasarkan pengujian CFA konstruk type 2 yang telah dilakukan dan tampak pada gambar 3.11. didapatkan model berada dalam keadaan over
identified. Hal ini di karenakan nilai
degree of fredom yang dihasilkan adalah
lebih dari 1 yaitu sebesar 80, maka pengujian perlu dilanjutkan pada hasil
goodness of fit yang belum memenuhi cut
off value nya. Hal ini menandakan bahwa
belum terdapat kesesuaian antara input obeservasi dengan prediksi dari model yang diajukan. Selain melihat kecocokan model, diuji pula tingkat signifikansi masing-masing variabel indikator dalam menjelaskan faktornya dan hasilnya yaitu didapatkan bahwa bahwa motivasi inspiratif dan pengaruh ideal merupakan pembentuk konstruk dimensi kepemimpinan transformational terbukti
loading faktor yang dihasilkan diatas 0,7
yang berarti memenuhi syarat validitas konvergen. Selain itu, dengan melihat nilai construct reliability untuk faktor kepemimpinan transformational yaitu sebesar 0,508 > 0,05 dapat disimpulkan bahwa motivasi inspiratif dan pengaruh ideal terhadap faktor kepemimpinan
transformational dikarenakan nilai
construct reliability yang dihasilkan
sesuai sesuai dengan cut off value yang di isyaratkan. Berdasarkan nilai loading
factor diketahui motivasi inspiratif dan
pengaruh ideal memiliki konstribusi dalam mengukur faktor kepemimpinan
transformational. Hal ini dikarenakan
atasan memberikan motivasi dan inovasi cara kerja dalam pengembangan inspirasi lingkungan kerja agar tidak memicu timbulnya ketidaknyamanan dalam bekerja.
Berdasarkan pengujian CFA konstruk type 3 yang telah dilakukan dan tampak pada gambar 3.13. didapatkan model berada dalam keadaan over
identified. Hal ini di karenakan nilai
degree of fredom yang dihasilkan adalah
lebih dari 1 yaitu sebesar 68, maka pengujian perlu dilanjutkan pada hasil
goodness of fit yang belum memenuhi cut
off value nya. Hal ini menandakan bahwa
belum terdapat kesesuaian antara input observasi dengan prediksi dari model yang diajukan. Selain melihat kecocokan model, diuji pula tingkat signifikansi masing-masing variabel indikator dalam menjelaskan faktornya dan hasilnya yaitu didapatkan bahwa bahwa signifikansi tugas merupakan pembentuk konstruk dimensi karakteristik pekerjaan yang terbukti loading faktor yang dihasilkan diatas 0,7 yang berarti memenuhi syarat validitas konvergen. Selain itu, dengan melihat nilai construct reliability untuk faktor karakteristik pekerjaan yaitu sebesar 0,282 > 0,05 dapat disimpulkan bahwa signifikansi tugas terhadap faktor karakteristik pekerjaan dikarenakan nilai
construct reliability yang dihasilkan
sesuai sesuai dengan cut off value yang diisyaratkan . Berdasarkan nilai loading
factor diketahui signifikansi tugas
memiliki konstribusi dalam mengukur karakteristik pekerjaan. Hal ini dikarenakan pekerjaan yang dilakukan seorang agent call center berpengaruh pada pihak lain, dan berpengaruh cukup penting dampaknya untuk perusahaan.
4.2.3. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan aplikasi AMOS (Hengky Latan (2010) Santoso (2014) dalam metode structural equation modelling
5. Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan
a. Pengaruh variabel-variabel indikator pada masing-masing faktornya akan diuraikan sebagai berikut.
1) Faktor stres kerja
Variabel indikator stressor
individu dan stressor kelompok, terbukti signifikan dalam mengukur faktor stres kerja. Sedangkan variabel indikator stressor lingkungan fisik dan
stressor organisasi tidak terbukti
signifikan dalam mengukur faktor stres kerja.
2) Faktor kepemimpinan
transformasional
Variabel indikator motivasi inspiratif, dan pengaruh ideal dan pertimbangan individual terbukti signifikan dalam mengukur faktor kepemimpinan transformasional. Sedangkan stimulus intelektual tidak terbukti signifikan dalam mengukur kepemimpinan
transformational.
3) Faktor karakteristik pekerjaan Variabel indikator signifikansi tugas, dan keragaman skill terbukti signifikan dalam mengukur faktor
karakteristik pekerjaan. Sedangkan variabel indikator
identitas tugas tidak terbukti signifikan dalam mengukur faktor karakteristik pekerjaan.
4) Faktor kepuasan kerja
Variabel indikator prestasi kerja, kebijakan perusahaan, dan promosi terbukti signifikan dalam mengukur faktor kepuasan kerja. Sedangkan variabel indikator
supervisor dan gaji tidak terbukti signifikan dalam mengukur faktor kepuasan kerja.
5) Faktor komitmen organisasi Variabel indikator affective
commitment, continuance
commitment dan normative
commitment terbukti signifikan
dalam mengukur faktor komitmen organisasi.
6) Faktor Turnover Intention
Variabel indikator berfikir meninggalkan organisasi, dan mencari pekerjaan baru terbukti signifikan dalam mengukur faktor
turnover intention.
b. Pengaruh antar faktor dalam
structural equation modelling akan
diuraikan sebagai berikut.
1) Faktor Komitmen Organisasi berpengaruh negatif dan signifikan pada turnover intention.
2) Faktor kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan turnover intention
berpengaruh tidak langsung terhadap stres kerja, kepemimpinan transformational
dan karakteristik pekerjaan.
5.2. Saran
Rekomendasi yang dapat
diusulkan pada PT “ABC” untuk
komitmen organisasi pada para agent
adalah meningkatkan normative
commitment pada agent dengan
menanamkan persepsi bahwa berkomitmen merupakan suatu keharusan yang harus dimiliki sejak awal bergabung dengan perusahaan. Hal ini dapat diwujudkan dengan membangun kepercayaan antara agent dan pihak manajemen, melibatkan ide agent dalam penanganan masalah tertentu, pemberian penghargaan bagi agent yang bekerja sesuai target, menciptakan lingkungan kerja dengan kompetisi yang sehat guna meningkatkan kinerja agent, menghargai perbedaan kesuksesan antar agent, memberikan saran dan bantuan kepada
agent dalam menyelesaikan
pekerjaannya, serta memandang agent
sebagai partner kerja yang strategis. Tindakan-tindakan tersebut diharapkan mampu meningkatkan komitmen agent
DAFTAR PUSTAKA
Andina Gustria Caesary. (2012).
“Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Turnover Intention
Pada Agent Outbound Call PT
Infomedia Nusantara Menggunakan Metode Structural
Equation Modeling”, Diakses dari
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-
Undergraduate-18384-Abstract_id.pdf.
Ana Sri Wahyuni. (2014). “Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi TurnOver
Intention (Keinginan Berpindah)
Karyawan Pada Perusahaan Jasa Konstruksi, Jurnal Rekayasa Sipil
Vol. 8 No 2 - 2014 ISSN 1978 –
5658. Jurusan Tekhnik Sipil. Fakultas Tekhnik Universitas Brawijaya, Malang.
Cut Zurnali. (2010). "Learning Organization, Competency, Organizational Commitment, dan Customer Orientation: Knowledge Worker - Kerangka Riset Manajemen Sumberdaya Manusia
di Masa Depan". Penerbit Unpad
Press, Bandung.
Ghazali, Imam 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Prgoram
IBM SPSS 19.Cetakan V.
Semarang: Badan Peneribit Universitas Diponogoro.
Ghozali, Imam. (2009). Aplikasi Analisis
Multivariat Program SPSS.
Cetakan IV. Badan Penerbit Universitas Diponogoro; Semarang.
Hengky Latan. (2013). Model Persamaan Struktural Teori dan
Implementasi Amos 21.0. Edisi
Pertama, Bandung; ALFABETA cv. Edi Riadi. (2013). Aplikasi
Lisrel untuk Penelitian Analisa Jalur. Edisi Pertama. Yogyakarta; Andi Yogyakarta.
Haryadi Sarjono dan Winda Julianita. (2015). Structural Equation Modeling (SEM) Sebuah Pengantar Aplikasi Untuk
Penelitian Bisnis. Edisi Pertama.
Jakarta; Salemba Empat.
Heru Mulyanto dan Anna Wulandari. (2010). Penelitian Metode &
Analisis. Edisi Pertama.
Semarang; Agung cv.
Mobley, Horner, & Hollingsworth. (1978). The relationship between human resource practices and Employee retention in public organisations: an exploratory Study conducted in the united arab
emirates. Arab:International
Journal of Business and Social Science.
Roelen, C.A.M., (2008). Which work factors determine job Satisfaction.
International Journal of Industrial Ergonomics.
Robbins, S.P, dan Judge. (2007).
Perilaku Organisasi, Jakarta:
Salemba Empat
Singgih Santosa. (2014). Konsep Dasar dan Aplikasi SEM dengan AMOS 22, Edisi Pertama, Jakarta; PT Elex Media Komputindo.
Singgih Santoso. (2012). Aplikasi SPSS
pada Statistik Paramaterik. Edisi
Pertama. Jakarta;PT Elex Media Komputindo.
Shaw, C. (2010). How to Improve
Employee Retention. Parature,
Zhang Y and Feng X. 2011. The relationship between job satisfaction, burnout, and turnover intention among physicians from
urban state-owned medical
in-stitutions in Hubei, China: a
cross-sectional study. BMC Health