• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kompensasi dan Dampaknya Terhadap Peningkatan Motivasi dan Kinerja Karyawan di PT Petrokimia Gresik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kompensasi dan Dampaknya Terhadap Peningkatan Motivasi dan Kinerja Karyawan di PT Petrokimia Gresik."

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

KARYAWAN DI PT PETROKIMIA GRESIK

T E S I S

Untuk Memenuhi Sebagian

Persyaratan Guna mencapai Gelar Magister

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

Oleh :

ILHAM NUR

NPM : 066102001

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

PENINGKATAN MOTIVASI DAN KINERJA KARYAWAN

DI PT PETROKIMIA GRESIK

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

ILHAM NUR

NPM : 066102001

Telah dipertahankan didepan Dosen Penguji

pada tanggal 13 Juni 2007

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Pembimbing Utama,

Anggota Dewan Penguji,

Prof. Dr. Soeparlan Pranoto, SE, MM, Ak.

Dr. Ir. Zainal Abidin, M.S.

Pembimbing Pendamping,

Anggota Dewan Penguji,

Drs. Ec. Prasetyo Hadi, M.M.

Drs.Ec. Supardi, M.M.

Surabaya, 13 Juni 2007

UPN “Veteran” Jawa Timur

Program Pascasarjana

Direktur,

(3)

rahmatNya peneliti dapat menyelesaikan tesis penelitian dengan judul

“Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kompensasi dan Dampaknya

Terhadap Peningkatan Movasi dan Kinerja Karyawan di PT Petrokimia

Gresik” untuk memenuhi sebagian persyaratan tugas akhir guna mencapai

derajat Sarjana S-2 pada Program Pascasarjana Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya.

Sehubungan dengan hal tersebut peneliti mengucapkan terima

kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Soeparlan Pranoto, M.M., Ak. selaku pembimbing

utama dan Bapak Drs.Ec. Prasetyo Hadi, M.M., selaku pembimbing

pendamping yang telah memberikan petunjuk yang sangat bermanfaat

dalam penyelesaian tesis ini.

2. Bapak Dr. Ir. Zainal Abidin, M.S. selaku Direktur Pascasarjana

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

3. Bapak Drs.Ec. Prasetyo Hadi, M.M., selaku Ketua Program

(4)

mendo’akan untuk keberhasilan studi peneliti.

6. Secara khusus kepada isteri peneliti Wita Rosmalia dan anak-anakku

tersayang Novita Amalia dan Kurnia Azhar Nur, yang telah rela

mengijinkan peneliti untuk melanjutkan studi ke jenjang S-2.

7. Kepada teman-teman sejawat yang tidak dapat peneliti sebutkan

namanya satu persatu, yang telah membantu peneliti baik secara

langsung maupun tidak langsung dalam studi maupun dalam penelitian

tesis ini.

Tesis penelitian ini masih jauh dari sempurna karena terbatasnya

kemampuan dan pengalaman peneliti, namun demikian peneliti berharap

semoga memberikan manfaat bagi pembacanya.

(5)

KATA PENGANTAR

………...

iv

DAFTAR ISI

………...

vi

DAFTAR TABEL

………..

ix

DAFTAR GAMBAR

………..

xi

DAFTAR LAMPIRAN

………...

xii

RINGKASAN

………...

xiii

BAB I

PENDAHULUAN

………...

1

1.1.

Latar Belakang Masalah ………..

1

1.2.

Rumusan Masalah ………

10

1.3.

Tujuan Penelitian ………...

11

1.4.

Manfaat Penelitian ……….

12

BAB II

TINJAUAN TEORI

………

13

2.1.

Penelitian Terdahulu ……….

13

2.2.

Landasan Teori………...

18

2.2.1.

Pengertian kompensasi ………

18

2.2.2.

Tujuan pemberian kompensasi ……...

23

2.2.3.

Komponen-komponen atau jenis-jenis

Kempensasi ………

26

2.2.4.

Faktor-faktor dalam menentukan -

Kompensasi ………...

32

2.2.5.

Variabel-variabel yang membentuk

Kompensasi ………

43

(6)

Motivasi Kerja ……….

54

2.2.10. Pengaruh Kompensasi Terhadap

Motivasi Kerja ……….

56

2.2.11. Pengertian Kinerja Karyawan………...

57

2.2.12. Indikator-indikator yang membentuk

Kinerja...

60

2.2.13. Pengaruh Kompensasi Terhadap

Kinerja Karyawan ………..

62

2.3.

Kerangka Konseptual ………

64

2.4.

Hipotesis ……….

65

BAB III

METODE PENELITIAN

………..

66

3.1.

Tempat dan Waktu Penelitian ………

66

3.2.

Populasi dan Sampel ………

66

3.3.

Sumber dan Metode Pengumpulan Data …...

68

3.4.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

70

3.5.

Analisis Data ………..

77

BAB IV

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

………...

92

4.1.

Lokasi dan Letak Geografis Perusahaan………

92

4.2.

Visi dan Misi PT Petrokimia Gresik ………

92

4.3.

Sejarah Singkat PT Petrokimia Gresik ………..

93

4.4.

Struktur Organisasi PT Petrokimia Gresik……..

94

4.5.

Kegiatan Produksi………..

95

(7)

5.3.

Deskripsi Variabel Penelitian ………...

102

5.4.

Evaluasi Atas Asumsi-asumsi SEM ...

115

5.5.

Structural Equation Modelling...

134

5.6.

Hasil Uji Hipotesis Penelitian...

139

5.7.

Pembahasan Hasil Penelitian...

141

5.8.

Keterbatasan Penelitian...

153

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

……….

154

6.1.

Kesimpulan………...

154

6.2.

Saran ………...

157

DAFTAR PUSTAKA

………...

162

(8)

1. Jumlah Karyawan Berdasarkan Eselonisasi PT Petrokimia

Gresik s.d Mei 2007 dan Pengambilan Jumlah Sample .….

68

2. Model Structural Teoritis ...

79

3. Model “Good Fit” ………

84

4. Eselonisasi Karyawan PT Petrokimia Gresik s.d. Mei 2007.

95

5. Pabrik Pupuk dan Non Pupuk dan Kapasitas Produksi

PT Petrokimia Gresik ...

95

6. Profil Responden PT Petrokimia Gresik………..

101

7. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Keadilan.. 103

8. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kibijakan.

104

9. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Hukum .... 106

10. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Serikat

Pekerja …...

108

11. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai

Kompensasi ...

110

12. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Motivasi ..

112

13. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kinerja

Karyawan ...

114

14. Uji Normalitas (Assessment of normality) ………..

116

15. Tampilan Descriptive Statistics ...

118

16. Tampilan Hasil Z-Score ...

118

17. Residual Statistics ………...

119

18. Uji Validitas Standardize Factor Loading dan Construct -

dengan Confirmatory Factor Analysis ...

121

19. Uji Reliabilitas - Pengujian Reliability Consistency Internal..

122

(9)

24. Uji Unidimensionalitas Serikat Pekerja ………...

129

25. Uji Unidimensionalitas Kompensasi ………

130

26. Uji Unidimensionalitas Motivasi ………

132

27. Uji Unidimensionalitas Kinerja Karyawan ………...

133

28. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One-Step

Approach – Base Model ………...

135

29. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One-Step

Approach – Modification Indices ………..

137

30. Data Modifikasi (Covariabces) ……….

138

(10)

Nomor

Halaman

1. Komponen-komponen Program Kompensasi………

31

2. Hirarki Kebutuhan dari Maslow ………...

53

3. Kerangka Konseptual ………

64

4. Contoh Model Pengukuran Keadilan ………...

81

5. Confirmatory Factor Analysis Keadilan ………..

125

6. Confirmatory Factor Analysis Kebijakan ………

126

7. Confirmatory Factor Analysis Faktor Hukum ………

128

8. Confirmatory Factor Analysis Serikat Pekerja ………...

129

9. Confirmatory Factor Analysis Kompensasi ………...

130

10. Confirmatory Factor Analysis Motivasi ………..

131

11. Confirmatory Factor Analysis Kinerja Karyawan ………..

133

12. Model Pengukuran dan Struktural Keadilan, Kebijakan,

Faktor Hukum, Serikat Pekerja, Kompensasi, Motivasi dan

Kinerja Karyawan Model Specification : One Step Approach

– Base Model …...

135

(11)

Kinerja Karyawan di PT Petrokimia Gresik, Pembimbing Utama :

Prof. Dr. Soeparlan Pranoto, M.M., Ak., dan Pembimbing Pendamping

: Drs.Ec. Prasetyo Hadi, M.M.

Variabel-variabel Keadilan, Kebijakan, Faktor Hukum, Serikat

Pekerja merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi Kompensasi. Para

peneliti, menyatakan bahwa terdapat hubungan yang erat antara

kompensasi, motivasi dan kinerja karyawan.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis : (1) Pengaruh Keadilan

terhadap Kompensasi, (2) Pengaruh Kebijakan terhadap Kompensasi, (3)

Pengaruh Faktor Hukum terhadap Kompensasi, (4) Pengaruh Serikat

Pekerja terhadap Kompensasi, (5) Pengaruh Kompensasi terhadap

Motivasi, (6) Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Karyawan, (7) Pengaruh

Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan.

Analisis penelitian menggunakan Structural Equation Modeling

(SEM) dengan bantuan AMOS 4.01 yang terdiri dari tujuh variabel

konstruk yaitu Keadilan, Kebijakan, Faktor Hukum, Serikat Pekerja,

Kompensasi, Motivasi dan Kinerja Karyawan. Populasi penelitian

berjumlah 1.604 orang karyawan yang merupakan pejabat eselon V

keatas kecuali Direksi. Jumlah sampel penelitian sebanyak 200 orang

responden.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Keadilan berpengaruh

signifikan dan positif terhadap Kompensasi (probabilitas kausalnya 0,078

≤ 0,10), Kebijakan berpengaruh signifikan dan positif terhadap

Kompensasi (probabilitas kausalnya 0,027

≤ 0,10),

Faktor Hukum tidak

berpengaruh signifikan dan positif terhadap Kompensasi (probabilitas

kausalnya 0,258

≥ 0,10),

Serikat Pekerja berpengaruh signifikan dan

positif terhadap Kompensasi (probabilitas kausalnya 0,082

≤ 0,10),

Kompensasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap Motivasi

(probabilitas sebesar 0,000

0,10), Motivasi berpengaruh signifikan dan

positif terhadap Kinerja Karyawan (probabilitas kausalnya 0,029

≤ 0,10),

Kompensasi tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap Kinerja

Karyawan (probabilitas kausalnya 0,619

≥ 0,10).

Saran dari penelitian ini adalah perusahaan seyogyanya tetap

memperbaikinya dan menyempurnakan sistem kompensasi yang dapat

meningkatkan motivasi dan kinerja karyawan.

Kata kunci

: Keadilan, Kebijakan, Faktor Hukum, Serikat Pekerja,

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sumber Daya Manusia (SDM) dapat menjadi modal utama dalam

menunjang keberhasilan organisasi apabila dikelola dengan baik dan

pengelolaan tersebut sudah dimulai semenjak mereka akan dibutuhkan,

dipekerjakan, sampai dengan diberhentikan. Sebagaimana diketahui

bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan suatu proses

perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan

pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa,

pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam

rangka mencapai tujuan organisasi (Mangkunegara, 2005:2).

Penelitian Manajemen Sumber Daya Manusia dan Organisasi

membuktikan bahwa ada berbagai faktor yang mempengaruhi efektivitas

dalam mengelola SDM, untuk mengetahui bagaimana mengelola SDM

dengan baik harus dilakukan penelitian faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi keberhasilan pengelolaan SDM tersebut.

Setiap perusahaan ingin memiliki sumber daya manusia yang

profesional, loyal, berdedikasi tinggi dan terjamin kesejahteraannya,

menyadari bahwa sumber daya manusia adalah asset yang sangat

penting, yang menggerakkan seluruh roda organisasi, maka

(13)

Salah satu ukuran keberhasilan departemen personalia dalam

mengelola Sumber Daya Manusia (SDM) adalah pemberian kompensasi

kepada karyawan. Masalah pemberian kompensasi atau penggajian

memang selalu menarik untuk didiskusikan, karena bagi banyak orang

gaji menjadi salah satu faktor penting dalam bekerja, masalahnyaada dua

pihak yang terlibat. Di satu sisi, karyawan berharap mendapat gaji

sebanyak mungkin, sementara disisi lain perusahaan diharapkan

mengeluarkan biaya operasional sekecil mungkin, bagaimana perusahaan

menyiasati agar gaji yang diberikan dapat efisien dan efektif memotivasi

karyawan dalam bekerja dan berprestasi.

Setiap pengusaha wajib memberikan gaji kepada karyawannya

sebesar upah minimum yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu

Departemen Tenaga Kerja, jadi penerapan sistem penggajian adalah

upah normatif yang telah perusahaan berikan kepada karyawan, dimana

yang ideal adalah berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 94 yang berbunyi :

“Dalam hal komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap

maka besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75% (tujuh puluh lima

perseratus) dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap.

Banyak macam sistem penggajian yang diterapkan oleh sejumlah

perusahaan baik dari sektor publik maupun swasta dan berupaya untuk

menemukan cara-cara baru guna mengaitkan secara langsung antara

(14)

yang diharapkan oleh perusahaan dan karyawan adalah sistem

penggajian yang bisa memotivasi karyawan untuk bisa meningkatkan

kinerjanya dan dipandang adil oleh karyawan yang satu dengan karyawan

yang lainnya.

PT Petrokimia Gresik merupakan perusahaan industri kimia yang

menghasilkan pupuk terlengkap di Indonesia, saat ini sedang membenahi

dan memperbaiki sistem penggajiannya yang dikaitkan dengan kinerja

individu dan kinerja unit kerja, sehingga sistem penggajiannya dapat

meningkatkan motivasi kerja dan kinerja kerja karyawan dan

mencerminkan keadilan.

Sistem kompensasi yang diterapkan di PT Petrokimia Gresik pada

tahun 1980 menganut sistem long life employment yang diadopsi dari

Jepang. Sistem long life employment ini memberdayakan karyawan

sebagai salah satu asset atau capital dan bukan sebagai salah satu faktor

produksi, dimana setelah karyawan memasuki masa purna tugas

(pensiun), karyawan tersebut bisa menikmati hidup dengan layak tanpa

menggantungkan kehidupannya kepada orang atau kepada

keturunannya. Dengan penerapan sistem long life employment ini

motivasi dan loyalitas karyawan tetap terjaga dengan baik, meskipun

besarannya belum sesuai dengan teori kebutuhan Maslow. Namun seiring

dengan proses berjalannya waktu sistem long life employment ini ternyata

dirasa semakin memberatkan untuk diterapkan oleh manajemen

(15)

kompetitif dan terjadinya krisis moneter pada tahun 1997. Dengan kondisi

tersebut maka, manajemen PT Petrokimia Gresik pada awal tahun 2007

menggulirkan sistem remunerasi baru, yang berangkat dari adanya

masalah bahwa kompensasi yang diterima karyawan saat ini masih

bersifat sama rata terhadap eselonisasi atau jenjang jabatan yang sama

dan belum dikaitkan dengan kinerja (performance) unit kerja atau individu

sehingga tidak ada perbedaan antara karyawan yang mempunyai kinerja

baik dengan yang tidak baik dan belum mencerminkan keadilan. Hal ini

didukung dengan adanya beberapa karyawan berstatus staf dalam

struktur organisasi PT Petrokimia Gresik mendapat kompensasi kurang

lebih sama dengan karyawan yang mempunyai jabatan struktural,

sehingga hal ini mencerminkan ketidak adilan diantara sesama karyawan

yang setingkat. Karyawan yang berstarus staf pada umumnya. terdiri dari

karyawan menjelang pensiun, karyawan yang melanggar disiplin,

karyawan yang tidak mempunyai tempat dalam organisasi, karyawan

yang sakit, karyawan yang di kembalikan ke Biro Personalia karena

kinerjanya buruk. Dengan adanya karyawan yang berstatus staf ini

dikhawatirkan bisa memicu demotivasi bagi karyawan PT Petrokimia

Gresik yang lainnya, yang mempunyai kinerja baik, karena dipicu oleh

pemberian dalam hal kompensasi.

Menurut Gary Dessler (2005) faktor-faktor dasar dalam

(16)

1. Keadilan.

Kebutuhan akan keadilan adalah faktor penting dalam menentukan

kompensasi, diantaranya dengan menyelenggarakan survey untuk

mempelajari persepsi dan perasaan karyawan tentang sistem

kompensasi saat ini. Apabila karyawan menerima kompensasi dari

perusahaan, persepsi keadilan dipengaruhi oleh dua faktor : (a). Ratio

kompensasi dengan masukan-masukan (input) berupa tenaga,

pendidikan, pengalaman, latihan, daya tahan, dan sebagainya, (b).

Perbandingan ratio tersebut dengan ratio-ratio yang diterima

orang-orang lain dengan siapa kontak langsung selalu terjadi. Keadilan

biasanya ada bila seorang karyawan memandang ratio

penghasilannya terhadap masukan-masukan adalah seimbang

(ekuilibrium), baik secara internal maupun dalam hubungannya dengan

karyawan-karyawan lain.

2. Kebijakan.

Kebijakan kompensasi seorang majikan juga memengaruhi upah dan

tunjangan yang dibayarnya, karena kebijakan-kebijakan memberikan

garis pedoman kompensasi. Ahli ekonomi telah mengusulkan apa

yang mereka sebut teori pasar tenaga kerja tersegmen untuk

menekankan bahwa ada majikan yang memberikan upah tinggi atau

rendah. Kebijakan kompensasi juga ditemukan memiliki efek yang

dapat diukur pada sikap-sikap dan perilaku ditempat kerja, tidak

(17)

kemungkinan kecil untuk keluar, lebih puas dengan upah mereka, dan

mereka bekerja lebih keras dari sewajarnya. Kebijakan kompensasi

memberikan garis pedoman kompensasi penting mencakup

peningkatan gaji, kebijakan promosi dan demosi, kebijakan

pembayaran lembur dan kebijakan menyangkut pembayaran masa

percobaan.

3. Pertimbangan Legal/Hukum

Pemerintah berkepentingan dalam bidang ketenaga kerjaan dan oleh

karenanya telah diatur dalam berbagai peraturan

perundang-undangan, misalnya tingkat upah minimum, upah lembur,

mempekerjakan wanita, mempekerjakan anak dibawah umur,

keselamatan kerja, hak cuti, jumlah jam kerja dalam seminggu, hak

berserikat, kesejahteraan pensiun dan lain sebagainya. Tidak ada

satupun organisasi yang bebas dari kewajiban untuk taat kepada

semua ketentuan hukum yang bersifat normatif. Selanjutnya

dinyatakan bahwa para pengusaha dianggap melanggar hukum jika

melakukan praktek diskriminasi kepada seseorang dalam hal

pekerjaan, kompensasi, syarat-syarat, kondisi-kondisi atau hak-hak

pekerja yang disebabkan oleh ras, warna kulit, agama, jenis kelamin,

atau asal kebangsaan, dan undang-undang juga memberikan sesuatu

(18)

4. Serikat Pekerja.

Secara historis, tarif upah telah menjadi isu utama dalam tawar

menawar kolektif, akan tetapi, isu lain mencakup waktu cuti yang

dibayar, keamanan pendapatan, penyesuaian gaya hidup, dan

berbagai tunjangan seperti pemeliharaan kesehatan. Eksistensi serikat

pekerja diakui, sangat mungkin berperan dalam mengajukan tuntutan

tingkat upah dan gaji yang lebih tinggi dari tingkat yang berlaku.

Tuntutan serikat pekerja itu dapat disebabkan beberapa faktor,

misalnya dalam usaha serikat pekerja untuk meningkatkan taraf hidup

dan kesejahteraan para anggotanya, atau karena situasi yang menurut

penilaian serikat pekerja itu memang memungkinkan perubahan dalam

kompensasi atau berbagai faktor lainnya. Menurut Sondang P.

Siagian, (2003:122), peranan dan tuntutan serikat pekerja perlu

diperhitungkan sebab apabila tidak bukanlah mustahil bahwa para

pekerja akan melancarkan berbagai kegiatan yang pada akhirnya akan

merugikan manajemen dan serikat pekerja sendiri, seperti dalam hal

terjadinya usaha memperlambat proses produksi, tingkat kemangkiran

yang tinggi dan dalam bentuknya yang paling gawat melancarkan

pemogokan, dampak negatif tersebut begitu kuatnya sampai

(19)

5. Kompensasi, Motivasi dan Kinerja.

Para peneliti, menyatakan bahwa terdapat hubungan yang erat antara

kompensasi, motivasi dan kinerja karyawan, pendapat para peneliti

tersebut diuraikan dibawah ini :

a. Ninuk Muljani (2002), dalam Jurnal Manajemen dan

Kewirausahaan, volume 4, No. 2, September 2002, halaman 108 –

122, menyimpulkan dalam penelitian bahwa ada beberapa hal yang

perlu diingat oleh perusahaan dalam pemberian kompensasi yaitu :

(1). kompensasi yang diberikan harus dapat dirasakan adil oleh

karyawan, (2). Besarnya kompensasi tidak jauh berbeda dengan

yang diharapkan oleh karyawan, dan (3). Hubungan kompensasi

dengan peningkatan kinerja karyawan apabila penghargaan

(pemberian bonus, peningkatan gaji) yang diberikan oleh

perusahaan sesuai dengan pengharapan dan dapat memuaskan

maka karyawan akan termotivasi untuk lebih meningkatkan

kinerjanya.

b. Braid (1999:66) dalam A, Dale Timple (1999), menyatakan bahwa

tidak ada satu organisasipun yang dapat memberi kekuatan baru

kepada tenaga kerja mereka atau meningkatkan produktivitas jika

ia tidak memiliki sistem kompensasi yang realistis dan penggajian

jika dikelola dengan benar, akan memotivasi pegawai.

c. Bushardt dan Fowler (1999:71) dalam A, Dale Timple (1999),

(20)

penghargaan (reward), pada motivasi pegawai. Pengertian itu akan

membantu perencanaan kembali paket upah dan tunjangan

organisasi agar dapat memotivasi peningkatan dalam performa

(performance), sementara juga mendorong pegawai untuk tidak

mengundurkan diri.

d. Francella (1999:90) dalam A, Dale Timple (1999), menyatakan

bahwa penghargaan berupa uang, atau berupa penambahan gaji

atau penghargaan karena performa (kinerja) masih menjadi alat

paling populer untuk mengoptimalkan kepuasan pegawai dan

memotivasi mereka melaksanakan pekerjaan lebih baik lagi.

Alasannya sederhana saja, lebih banyak uang yang ditawarkan,

lebih giat ia akan bekerja. Dan banyak pemberi kerja serta manajer

percaya uang sudah cukup dapat memberikan kebahagiaan

kepada pegawai sehingga performa (kinerja) tinggi dapat

diharapkan dari mereka.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, diharapkan

karyawan senantiasa dapat meningkatkan keahliannya dan dapat

meningkatkan kinerjanya, dalam upaya mendapatkan reward yang sesuai

dengan kemampuan yang dimiliki karyawan, dengan demikian keinginan

agar terbentuknya sistem kompensasi yang baru yang dapat memenuhi

aspirasi karyawan dan keinginan perusahaan sedapat mungkin dapat

(21)

Namun menurut Lin Grensing (1999:79) dalam A, Dale Timple

(1999), menyatakan beberapa penelitian memperlihatkan bahwa uang

bukan segala-galanya. Kadangkala insentif bukan uang dapat memotivasi

pegawai sama baiknya, bahkan ternyata beberapa peneliti menyarankan

bahwa uang itu sebenarnya dismotivator dalam pengertian bahwa

kehadirannya tidak menjamin adanya kepuasan bekerja. Perbedaan

individual sangat penting dalam penentuan apa yang dapat memotivasi

pegawai. Ada beberapa pegawai merasa bahwa lebih banyak uang akan

membuat pekerjaan menyenangkan, sebaliknya pegawai lain mungkin

memilih lebih banyak hari libur atau kesempatan memberi masukan bagi

keputusan manajerial.

Atas dasar latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk

meneliti kompensasi, motivasi dan kinerja, dengan judul “Faktor-faktor

Yang Mempengaruhi Kompensasi dan Dampaknya Terhadap

Peningkatan Motivasi dan Kinerja Karyawan di PT Petrokimia Gresik”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan

diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Apakah Keadilan mempunyai pengaruh terhadap Kompensasi ?.

2. Apakah Kebijakan mempunyai pengaruh terhadap Kompensasi ?.

3. Apakah Faktor Hukum mempunyai pengaruh terhadap Kompensasi ?.

(22)

5. Apakah Kompensasi mempunyai pengaruh terhadap Motivasi ?.

6. Apakah Motivasi mempunyai pengaruh terhadap Kinerja Karyawan?.

7. Apakah Kompensasi mempunyai pengaruh terhadap Kinerja

Karya-wan ?.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh Keadilan terhadap Kompensasi di

PT Petrokimia Gresik.

2. Untuk menganalisis pengaruh Kebijakan terhadap Kompensasi di

PT Petrokimia Gresik di PT Petrokimia Gresik.

3. Untuk menganalisis pengaruh Faktor Hukum terhadap Kompensasi di

PT Petrokimia Gresik.

4. Untuk menganalisis pengaruh Serikat Pekerja terhadap Kompensasi di

PT Petrokimia Gresik.

5. Untuk menganalisis pengaruh Kompensasi terhadap Motivasi di

PT Petrokimia Gresik.

6. Untuk menganalisis pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Karyawan di

PT Petrokimia Gresik.

7. Untuk menganalisis pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan

(23)

1.4. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat diperoleh manfaat sebagai

berikut :

1. Bagi PT Petrokimia Gresik dapat dipakai sebagai masukan dan dapat

dipertimbangkan dalam menyempurnakan sistem kompensasi.

2. Diharapkan penelitian ini akan mendorong pihak lain untuk melakukan

penelitian lebih lanjut bagi pengembangan ilmu manajemen sumber

daya manusia, khususnya dalam bidang kompensasi.

3. Bagi peneliti sebagai sarana menerapkan ilmu yang telah diperoleh

selama perkuliahan terutama dari teori dan konsep manajemen

Sumber Daya Manusia dan analisis data dengan Structural Equation

(24)

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Penelitian Terdahulu

Dalam mendukung penelitian ini, sebelumnya harus ditelusuri

berbagai bahan referensi guna mendukung dan menjawab masalah dan

dapat membantu didalam menyelesaikan penelitian ini.

1. Stephen C. Bushardt, Roberto Toso, dan M.E. Schnake (1999),. Dalam

tulisannya Dapatkah uang memotivasi ?, menyatakan bahwa,

pandangan-pandangan baru mengenai penggunaan uang sebagai .

motivator tersedia dalam “Teori pengharapan dari motivasi”. Teori ini

menyatakan bahwa seseorang dapat bermotivasi tinggi, bila ia memiliki

semangat berusaha dan berkinerja tinggi, bersamaan harus dengan

keinginan besar untuk mencapai penghargaan akhir. Bila salah satu

faktor positif itu rendah, maka tingkat motivasipun cenderung rendah.

2. Robert W. Braid (1999), dalam tulisannya Pengaruh Penggajian,

menyatakan bahwa tidak ada satu organisasipun yang dapat memberi

kekuatan baru kepada tenaga kerja mereka atau meningkatkan

produktivitas jika ia tidak memiliki sistem kompensasi yang realistis

dan penggajian jika dikelola dengan benar, akan memotivasi pegawai.

3. Stephen C. Bushardt dan Aubrey R. Fowler (1999) dalam tulisannya,

Kompensasi dan Tunjangan : dilema masa kini dalam motivasi,

(25)

penghargaan (reward), pada motivasi pegawai. Pengertian itu akan

membantu perencanaan kembali paket upah dan tunjangan organisasi

agar dapat memotivasi peningkatan dalam performa (performance),

sementara juga mendorong pegawai untuk tidak mengundurkan diri.

4. Kevin Francella (1999) dalam tulisannya Berilah penghargaan

(reward), jika pegawai berprestasi, menyatakan bahwa penghargaan

berupa uang, atau berupa penambahan gaji atau penghargaan karena

performa (kinerja) masih menjadi alat paling populer untuk

mengoptimalkan kepuasan pegawai dan memotivasi mereka

melaksanakan pekerjaan lebih baik lagi. Alasannya sederhana saja,

lebih banyak uang yang ditawarkan, lebih giat ia akan bekerja. Dan

banyak pemberi kerja serta manajer percaya uang sudah cukup dapat

memberikan kebahagiaan kepada pegawai sehingga performa

(kinerja) tinggi dapat diharapkan dari mereka.

5. Lin Grensing (1999) dalam tulisannya Memotivasi tanpa uang lebih

mudah dari yang diduga, menyatakan beberapa penelitian

memperlihatkan bahwa uang bukan segala-galanya. Kadangkala

insentif bukan uang dapat memotivasi pegawai sama baiknya, bahkan

ternyata beberapa peneliti menyarankan bahwa uang itu sebenarnya

dismotivator dalam pengertian bahwa kehadirannya tidak menjamin

adanya kepuasan bekerja. Perbedaan individual sangat penting dalam

penentuan apa yang dapat memotivasi pegawai. Ada beberapa

(26)

menyenangkan, sebaliknya pegawai lain mungkin memilih lebih

banyak hari libur atau kesempatan memberi masukan bagi keputusan

manajerial.

6. Ninuk Muljani (2002), dalam Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan,

volume 4, No. 2, September 2002, halaman 108 – 122, dengan judul

penelitian tentang “Kompensasi Sebagai Motivator Untuk

Meningkatkan Kinerja Karyawan”. Hasil Penelitian ini menyimpulkan

bahwa ada beberapa hal yang perlu diingat oleh perusahaan dalam

pemberian kompensasi adalah sebagai berikut :

a. Kompensasi yang diberikan harus dapat dirasakan adil oleh

karyawan.

b. Besarnya kompensasi tidak jauh berbeda dengan yang diharapkan

oleh karyawan.

c. Hubungan kompensasi dengan peningkatan kinerja karyawan

apabila penghargaan (pemberian bonus, peningkatan gaji) yang

diberikan oleh perusahaan sesuai dengan pengharapan dan dapat

memuaskan maka karyawan akan termotivasi untuk lebih

meningkatkan kinerjanya.

7. Eko Esthy Wati (2003)

Pengembangan Model Remunerasi Berbasis Kompetensi Di

PT PAL Indonesia.

(27)

a. Pengembangan model remunerasi dapat dilaksanakan di PT PAL

Indonesia dengan penerapan sistem kompetensi yang tidak hanya

murni remunerasi berbasis kompetensi lagi, tetapi dengan

penambahan beberapa unsur aspirasi karyawan yang telah

dibahas melalui FGD (Focus Group Discussion) dimana kemudian

dicantumkan sebagai gaji tambahan pada struktur klasifikasi

penggajian baru yang dihasilkan.

b. Dipandang dari tingkat kompetensi karyawan dan tingkat

pemenuhan aspirasi karyawan di PT PAL Indonesia, dianggap

perusahaan telah cukup siap menerima penerapan sistem baru

tersebut sehingga model pelaksanaannya bisa mengacu pada tipe

PI.

c. Dalam implementasinya diharapkan sosialisasi yang bagus

terutama dari pihak manajerial agar proses pelaksanaannya bisa

terwujud dengan baik dan memperoleh hasil seperti yang

diharapkan, sehingga dapat memberikan kepuasan baik bagi para

karyawan maupun pihak manajemen perusahaan.

8. Diniah Damayanthi dan Wahyuddin (2005)

Pengatuh Kompensasi, Pendidikan, dan Senioritas Terhadap

Produktivitas Kerja di Lingkungan Dinas Kebersihan dan

Pertamanan Kota Surakarta.

(28)

a. Variabel kompensasi, pendidikan, dan senioritas secara individual

berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja pegawai

di lingkungan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta.

b. Variabel bebas kompensasi, pendidikan, dan senioritas secara

bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap

produktivitas kerja pegawai di lingkungan Dinas Kebersihan dan

Pertamanan Kota Surakarta

c. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,804 artinya sebesar

80,4% variabel kompensasi, pendidikan, dan senioritas mampu

mempengaruhi variabel produktivitas kerja secara signifikan.

d. Dilihat dari tanda pada koefisien regresi, semua variabel bebas

bertanda positif artinya semua variabel bebas mempunyai

pengaruh positif terhadap produktivitas kerja pegawai di lingkungan

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta.

e. Kompensasi mempunyai pengaruh yang dominan dibanding

variabel lainnya, disusul variabel pendidikan dan senioritas.

Penelitian ini meneliti tentang “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Kompensasi dan Dampaknya Terhadap Peningkatan Motivasi dan Kinerja

Karyawan di PT Petrokimia Gresik”, dan penelitian ini bukan merupakan

replikasi dari penelitian sebelumnya, karena dalam pelaksanaannya yang

menjadi daerah penelitian dan waktu yang digunakan berbeda dengan

penelitian sebelumnya, namun penelitian sebelumnya dapat mendukung

(29)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Kompensasi

Menurut Sikula (1981:283) dalam Mangkunegara (2001:83)

dikemukakan bahwa, proses administrasi upah atau gaji (kadang-kadang

disebut kompensasi) melibatkan pertimbangan atau keseimbangan

perhitungan. Kompensasi merupakan sesuatu yang dipertimbangkan

sebagai suatu yang sebanding dalam kepegawaian, hadiah yang bersifat

uang merupakan kompensasi yang diberikan kepada pegawai sebagai

penghargaan dari pelayanan mereka.

Bentuk-bentuk pemberian upah, bentuk upah, dan gaji digunakan

untuk mengatur pemberian keuangan antara majikan dan pegawainya.

Pemberian upah merupakan imbalan, pembayaran untuk pelayanan yang

telah diberikan oleh pegawai, sangat banyak bentuk-bentuk pembayaran

upah, baik yang berupa uang maupun yang bukan berupa uang

(nonfinancial). Pembayaran upah biasanya dalam bentuk konsep

pembayaran yang berarti luas daripada menerima ide-ide gaji dan upah

yang secara normal berupa keuangan tetapi tidak suatu dimensi yang

nonfinancial.

Menurut Handoko (1987:155), menyatakan bahwa salah satu cara

untuk meningkatkan prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja karyawan

adalah melalui pemberian kompensasi. Kompensasi adalah segala

sesuatu yang diterima para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja

(30)

personalia yang paling sulit dan membingungkan, tidak hanya karena

pemberian kompensasi merupakan salah satu tugas yang paling

kompleks, tetapi juga salah satu aspek yang paling berarti baik bagi

karyawan maupun organisasi, meskipun kompensasi harus mempunyai

dasar yang logik, rasional dan dapat dipertahankan, hal ini menyangkut

banyak faktor emosional dari sudut pandangan para karyawan.

Dessler, (2005:75), menyatakan bahwa kompensasi karyawan

merujuk pada semua bentuk upah atau imbalan yang berlaku bagi dan

muncul dari pekerjaan mereka dan mempunyai dua komponen, yaitu

pembayaran keuangan langsung dalam bentuk upah, gaji, insentip,

komisi, dan bonus, dan ada pembayaran yang tidak langsung dalam

bentuk tunjangan seperti asuransi dan uang liburan yang dibayar majikan.

Uang masih merupakan motivator yang paling penting.

Simamora, (1999:540), menyatakan bahwa kompensasi

merupakan istilah luas yang berkaitan dengan imbalan-imbalan finansial

yang diterima oleh orang-orang melalui hubungan kepegawaian mereka

dengan sebuah organisasi dan meliputi pengembalian financial dan

jasa-jasa dan tunjangan-tunjangan yang diterima oleh karyawan sebagai

bagian dari hubungan kepegawaian mereka dengan organisasi.

Kompensasi ini dapat dapat dibagi dalam bentuk kompensasi

financial langsung, sepeti gaji/upah, bonus, komisi, dan kompensasi

finansial tidak langsung, yang juga disebut tunjangan, meliputi semua

(31)

kompensasi merupakan apa yang diterima oleh karyawan sebagai ganti

kontribusi mereka kepada organisasi.

Kompensasi non-finansial, terdiri dari kepuasan yang diperoleh

seseorang dari pekerjaan itu sendiri, atau lingkungan psikologis dan/atau

fisik dimana orang tersebut bekerja. Kompensasi karyawan

mempengaruhi produktivitas dan tendensi mereka untuk tetap bersama

organisasi atau mencari pekerjaan lain.

Pengertian kompensasi menurut Nitisemito (1982:149) adalah

merupakan balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada para

karyawannya yang dapat dinilai dengan uang dan mempunyai

kecenderungan diberikan secara tetap. Kompensasi adalah masalah yang

sangat penting, karena justru adanya kompensasi itulah seseorang mau

menjadi karyawan dari sesuatu perusahaan tertentu.

Kompensasi tidak sama dengan upah meskipun upah adalah

merupakan bagian dari kompensasi dan upah tersebut merupakan bagian

dari kompensasi yang paling besar. Kompensasi selain terdiri daripada

upah, dapat juga berupa tunjangan innatura, fasilitas perumahan, fasilitas

kendaraan dan masih banyak yang lain yang dapat dinilai dengan uang

serta cenderung diterimakan secara tetap, dengan demikian bilamana

perusahaan tersebut menyelenggarakan darmawisata bersama-sama

untuk para karyawan, maka uang untuk biaya darmawisata bukan

(32)

Masalah kompensasi bukan hanya penting karena merupakan

dorongan utama seseorang menjadi karyawan, tetapi masalah

kompensasi ini penting juga karena kompensasi yang diberikan ini besar

pengaruhnya terhadap semangat dan kegairahan kerja para

karyawannya, dengan demikian maka setiap perusahaan harus dapat

menetapkan kompensasi yang paling tepat, sehingga dapat menopang

tercapainya tujuan perusahaan secara lebih efektif dan lebih efisien.

Birowo dkk, (1992:217-223) menyatakan bahwa khusus untuk

industri pergulaan memberi pengertian bahwa gaji/upah adalah imbalan

jasa dalam bentuk uang yang diberikan secara tetap dan teratur setiap

bulannya. Unsur-unsur dari gaji/upah “netto all in” termasuk

tunjangan-tunjangan, seperti tunjangan isteri, tunjangan anak, tunjangan variabel.

Winarni dan Sugiyarso, (2006:16), menyatakan bahwa istilah gaji

(salary) dan upah (wage) berbeda/dibedakan. Istilah gaji biasa digunakan

pada instansi pemerintahan dan istilah upah biasa digunakan pada

perusahaan-perusahaan swasta, walaupun demikian di perusahaan

swasta pun biasa dipergunakan istilah gaji, berkaitan dengan itu berikut

akan diberikan pengertian gaji dan pengertian upah.

Gaji merupakan balas jasa yang dibayarkan kepada

pemimpin-pemimpin, pengawas-pengawas, pegawai tata usaha, dan

pegawai-pegawai kantor serta para manajer lainnya. Jumlah pembayaran gaji

(33)

dianggap lebih tinggi daripada pembayaran-pembayaran kepada

pekerja-pekerja upahan, walaupun kenyataannya sering tidak demikian.

Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pemberi kerja

kepada penerima kerja termasuk tuna, baik untuk pekerja sendiri maupun

keluarganya. Upah biasanya diberikan kepada pekerja yang melakukan

pekerjaan kasar dan lebih banyak mengandalkan kekuatan fisik.

Jumlah pembayaran upah biasanya ditetapkan secara harian atau

berdasar unit pekerjaan yang diselesaikan, didalam ketentuan umum

undang-undang ketenagakerjaan, upah dirumuskan sebagai hak pekerja

yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari

pengusaha kepada pekerja atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah

atau akan dilakukan, ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian

kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-undangan, termasuk

tunjangan bagi pekerja dan keluarganya.

Berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian

kompensasi adalah merupakan gaji, upah atau imbalan-imbalan atau

pembayaran yang diterima atau diberikan kepada para karyawan/pegawai

sebagai balas jasa atas kerja mereka berupa uang atau dapat dinilai

dengan uang (finansial) maupun yang bukan berupa uang (non

finansial) yang diberikan oleh perusahaan, melalui hubungan

kepegawaian dengan sebuah organisasi dan mempunyai dua komponen,

yaitu dalam bentuk kompensasi finansial langsung (pembayaran

(34)

komisi, dan bonus, dan kompensasi finansial tidak langsung (pembayaran

yang tidak langsung) dalam bentuk tunjangan seperti asuransi dan uang

liburan, tunjangan isteri, tunjangan anak, tunjangan variabel. Kompensasi

ini biasanya mempunyai kecenderungan diberikan secara tetap dan

teratur setiap bulannya. Pengertian kompensasi juga meliputi imbalan

berupa material (berwujud) seperti uang, beras, pakaian, tunjuangan

kesejahteraan dan immaterial/intangible (tidak berwujud) seperti rasa

aman, lingkungan kerja yang aman, pengakuan, penghargaan dan

sebagainya.

2.2.2. Tujuan Pemberian Kompensasi

Handoko (1987:156) mengemukakan tujuan pemberian

kompensasi adalah sebagai berikut :

1. Memperoleh personalia yang qualified.

Kompensasi perlu ditetapkan cukup tinggi untuk menarik para

pelamar, karena perusahaan-perusahaan bersaing dalam pasar

tenaga kerja, tingkat pengupahan harus sesuai dengan kondisi suplai

dan permintaan tenaga kerja, kadang-kadang tingkat gaji yang relatif

tinggi diperlukan untuk menarik para pelamar cakap yang sudah

bekerja diberbagai perusahaan lain.

2. Mempertahankan para karyawan yang ada sekarang.

Pada tingkat kompensasi tidak kompetitif, niscaya banyak karyawan

(35)

pengupahan harus dijaga agar tetap kompetitif dengan

perusahaan-perusahaan lain.

3. Menjamin keadilan.

Administrasi pengupahan dan penggajian berusaha untuk memenuhi

prinsip keadilan. Keadilan atau konsistensi internal dan eksternal

sangat penting diperhatikan dalam penentuan tingkat kompensasi.

4. Menghargai perilaku yang diinginkan.

Kompensasi hendaknya mendorong perilaku-perilaku yang diinginkan,

prestasi kerja yang baik, pengalaman, kesetiaan, tanggung-jawab baru

dan perilaku-perilaku lain dapat dihargai melalui rencana kompensasi

yang efektif.

5. Mengendalikan biaya-biaya

Suatu program kompensasi yang rasional membantu organisasi untuk

mendapatkan dan mempertahankan sumberdaya manusianya pada

tingkat biaya yang layak, tanpa struktur pengupahan dan penggajian

sistematik, organisasi dapat membayar kurang (underpay) atau lebih

(overpay) kepada para karyawannya.

6. Memenuhi peraturan-peraturan legal.

Seperti aspek-aspek manajemen personalia lainnya, administrasi

kompensasi menghadapi batasan-batasan legal. Program kompensasi

yang baik memperhatikan kendala-kendala tersebut dan memenuhi

(36)

Winarni dan Sugiyarso (2006:23) menyatakan bahwa tujuan

pengupahan/kompensasi adalah :

1. Mampu menarik tenaga kerja yang berkualitas baik dan

mempertahankan mereka.

Perusahaan bukan hanya perlu memenuhi kewajiban normatifnya,

tetapi sekaligus ingin agar tenaga profesional yang baik yang mereka

butuhkan untuk menjalankan perusahaan tertarik untuk melamar dan

setelah masuk tidak akan tertarik untuk pergi ke perusahaan lain.

2. Memotivasi tenaga kerja yang baik untuk berprestasi tinggi.

Tenaga kerja yang telah masuk harus memberikan kontribusi yang

diharapkan perusahaan setinggi-tingginya sesuai kemampuan mereka,

untuk itu kebijakan dan sistem imbalan harus dirancang sedemikian

rupa sehingga mampu merangsang gairah kerja.

3. Mendorong peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

Salah satu misi yang harus dilakukan perusahaan adalah secara

bertahap melakukan kegiatan pergantian teknologi dengan yang lebih

canggih dan memodernkan proses dan sistem operasinya, dan karena

itu kualitas sumber daya manusianya harus ditingkatkan kepada

standar tertentu. Misi tersebut mengisyaratkan bahwa perusahaan

akan menerapkan konsep organisasi belajar yang akan lebih cepat

dicapai bila kebijakan dan sistem penggajian yang digunakan juga

dirancang sedemikian rupa sehingga mampu merangsang orang untuk

(37)

4. Membantu mengendalikan biaya imbalan tenaga kerja.

Sistem yang baik bagi pimpinan perusahaan akan mampu memantau

perkembangan peningkatan biaya tenaga kerja, menilai efektivitasnya

berdasarkan tujuan-tujuan yang telah disebut terdahulu dan

mengevaluasi apakah perkembangan biaya tersebut seimbang dengan

peningkatan produktivitas yang diharapkan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan

pemberian kompensasi pada dasarnya bertujuan untuk :

1. Memperoleh personalia yang qualified dan mempertahankan para

karyawan yang ada sekarang, terutama pada saat pengadaaan

karyawan;

2. Menjamin keadilan (dapat memotivasi karyawan, kepuasan kerja dan

menghargai prestasi kerja)

3. Menghargai perilaku yang diinginkan (disiplin);

4. Mengendalikan biaya-biaya

5. Memenuhi peraturan-peraturan legal

2.2.3. Komponen-komponen atau jenis-jenis Kompensasi

Irianto, (2001:69), membagi komponen sistem kompensasi dalam

tiga komponen utama, yaitu :

1. Gaji pokok (base pay), yang merupakan basis komponen gaji yang

diperoleh bagi kebanyakan pekerja dan umumnya diberikan dengan

(38)

2. Performance pay, merupakan komponen sistem kompensasi yang

berkaitan dengan penghargaan berupa uang dengan menggunakan

pengukuran standar kinerja individual, kelompok dan organisasi.

3. Indirect pay, atau acap kali disebut pula sebagai benefits merupakan

komponen yang didalamnya berbentuk non uang atau layanan

(services) yang secara langsung dapat memuaskan beragam

kebutuhan-kebutuhan individual seperti kelangsungan dan keamanan

pendapatan (pemberian skema pensiun), perlindungan kesehatan dan

sebagainya.

Winarni dan Sugiyarso (2006:50) menyatakan bahwa jumlah

komponen gaji dan upah (kompensasi) yang harus dibayarkan

perusahaan atau jumlah yang akan diterimakan kepada pegawai atau

karyawan akan terdiri dari gaji atau upah pokok ditambah dengan

tunjangan-tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang dan uang lembur,

apabila diambilkan contoh menurut struktur penggajian PNS maka gaji

pokok, tunjangan-tunjangan, dan iuran wajib dapat dirinci sebagai berikut :

1. Gaji pokok

Gaji pokok merupakan jumlah imbalan yang dianggap layak bagi

seorang pegawai untuk memenuhi penghidupan selama satu bulan.

Jumlah ini merupakan dasar yang dipergunakan untuk menetapkan

besarnya tunjangan keluarga dan pokok pensiun. Besarnya gaji pokok

akan meningkat sesuai dengan tingkat pangkat dan masa kerja

(39)

a. Calon Pegawai, gaji pokoknya = 80% dari gaji pokok sesuai

dengan masa kerja, golongan dan ruang dalam Daftar Skala Gaji

Pokok PNS.

b. Pegawai, gaji pokoknya = 100% dari gaji pokok sesuai dengan

masa kerja, golongan dan ruang dalam Daftar Skala Gaji Pokok

PNS.

2. Tunjangan Keluarga

Tunjangan ini diberikan kepada setiap pegawai yang menikah, yaitu :

a. Tunjangan istri/suami = 10% dari gaji pokok.

b. Tunjangan anak=2% dari gaji pokok (untuk 1 anak, maks. 2 anak).

3. Tunjangan Pangan (Beras)

Bagi setiap pegawai dan keluarganya diberikan tunjangan pangan

beras setara dengan :

a. 10 kg untuk pegawai yang bersangkutan.

b. 10 kg untuk isteri/suami.

c. 10 kg untuk setiap anak, maksimal 2 anak.

Nominal tunjangan ini besarnya sesuai dengan saat penetapannya.

4. Tunjangan Struktural

Tunjangan ini diberikan kepada pegawai yang menduduki jabatan

struktural tertentu. Nilai nominal tunjangan ini penetapannya

didasarkan atas faktor kepantasan dan tersedianya anggaran.

(40)

struktur organisasi maupun eselon yang diemban oleh seorang

pegawai (eselon I-A, I-B, II-A, II-B, III-A, III-B, IV-A, IV-B, V-A, V-B).

5. Tunjangan Fungsional

Tunjangan ini ini juga bervariasi tergantung dari fungsi pekerjaan

pegawai yang bersangkutan dalam memperlancar pelaksanaan tugas

organisasi, misalnya : hakim dan panitera, jaksa, BPK, dosen, guru,

peneliti, widyaiswara, tenaga kesehatan, tenaga atom, penyuluh

pertanian, penyuluh KB, dan lain-lain.

6. Tunjangan lain-lain

Tunjangan ini antara lain tunjangan pengabdian daerah terpencil dan

tunjangan khusus, tunjangan pengabdian diberikan kepada pegawai

yang bertugas dan bertempat tinggal di daerah terpencil, tunjangan

khusus diberikan kepada pegawai-pegawai yang bekerja di

propinsi-propinsi tertentu. Penetapan ketentuan ini dengan keputusan presiden.

7. Tunjangan Selisih Penghasilan

Tunjangan ini diberikan kepada pegawai-pegawai yang dialihkan

statusnya dari pegawai BUMN ke status pegawai negeri biasa.

8. Tunjangan Perbaikan Penghasilan (TPP)

Tunjangan ini diberikan kepada pegawai sebagai akibat dari adanya

keputusan pemerintah yang menaikkan gaji pokok tanpa mengubah

nilai nominal gaji pokok yang tercantum dalam daftar skala gaji pokok.

Pengubahan gaji pokok yang terdapat dalam daftar skala gaji pokok

(41)

bahan-bahan administrasinya. Dalam TPP ini tidak dipotong dengan iuran

wajib pegawai (IWP).

9. Iuran Wajib Pegawai (IWP)

Pegawai dan keluarganya memperoleh hak-hak pelayanan sosial di

hari tua dan pemeliharaan kesehatan, oleh karena itu kepada pegawai

diwajibkan untuk membayar iuran wajib pegawai (IWP) sebesar 10%

dari gaji pokok dan 10% dari gaji pokok dan 10% dari tunjangan

keluarga, dengan rincian sebagai berikut :

a. 4 ¾% untuk iuran pensiun.

b. 2% untuk iuran pemeliharaan.

c. 3 ¼% untuk iuran tabungan (sosial dan hari tua).

di samping IWP diatas ada juga iuran Amal Bhakti Muslim Pancasila

dan iuran bantuan perumahan.

10. Pembulatan (dibulatkan ke atas menjadi ratusan rupiah)

a. Tunjangan isteri/suami dan anak.

b. Tunjangan khusus pajak (PNS).

c. Potongan-potongan.

d. Jumlah penghasilan bersih yang dibayarkan.

Skala gaji pokok PNS menurut PP No. 66 Tahun 2005 disebutkan

bahwa untuk golongan dan ruang terendah adalah Rp 661.300,00 dan

untuk golongan dan ruang tertinggi adalah Rp 2.070.000,00.

Simamora, (1999:542), melukiskan komponen-komponen program

(42)
[image:42.612.131.514.105.551.2]

Sumber : Simamora, 1999 : 542

Gambar 1. Komponen-komponen Program Kompensasi

Kompensasi

Langsung Tidak Langsung

Pekerjaan : - Tugas2 yang menarik. - Tantangan. - Tanggung jawab - Pengakuan - Rasa pencapaian.

Lingkungan Pekerjaan : - Kebijakan yang

sehat. - Supervisi yang kompeten - Kerabat kerja yg

menyenangkan. - Lingkungan kerja

yang nyaman.

Bayaran di luar Jam kerja - Liburan - Hari besar - Cuti tahunan - Cuti hamil

Fasilitas-fasilitas : - Kendaraan - Ruang kantor - Tempat parkir Program-program

Proyeksi : - Asuransi Kesehatan - Asuransi jiwa - Pensiun

- Asuransi Tenaga kerja

Bayaran Pokok (Base pay) Bayaran Prestasi (Merit pay) Gaji (Salary) Upah (Wage) Bayaran insentif (Insentive pay) - Bonus - Komisi - Pembagian laba - Oper saham

Bayaran tertangguh (Deferred pay) - Program tabungan - Accitas pembelian saham

(43)

2.2.4. Faktor-faktor Dalam Menentukan Kompensasi

Leon C. Megginson (1981:401) dalam Mangkunegara (2005:84),

mengemukakan bahwa ada enam faktor yang mempengaruhi kebijakan

kompensasi, yaitu faktor pemerintah, penawaran bersama, standar dan

biaya kehidupan, upah perbandingan, permintaan dan persediaan, dan

kemampuan membayar (“The major factors that affect an organization’s

compensation policies and practices are : 1) Government factors, 2)

Collective bargaining, 3) Standard and cost of living, 4) Comparable

wages, 5) Supply and demand, and 60 Ability to pay”).

Menurut Gary Dessler (2005:72) faktor-faktor dasar dalam

menentukan kompensasi yaitu :

1. Pertimbangan Legal / Hukum dalam Kompensasi

Berbagai undang-undang menetapkan berbagai hal seperti upah

minimum, tarif kerja lembur, dan tunjangan, dalam undang-undang

biasanya berisikan upah minimum, jam kerja maksimum, ketetapan

kesehatan dan keamanan dan mensyaratkan pembayaran satu

setengah kali waktu untuk pekerjaan yang melebihi 40 jam per minggu,

selanjutnya dinyatakan bahwa para pengusaha dianggap melanggar

hukum jika melakukan praktek diskriminasi kepada seseorang dalam

hal mempekerjakan, kompensasi, syarat-syarat, kondisi-kondisi atau

hak-hak istimewa pekerjaan yang disebabkan oleh ras, warna kulit,

(44)

Sejumlah undang-undang menetapkan upah minimum tarif lembur dan

tunjangan. Undang-undang ini mencakup undang-undang

ketenaga-kerjaan, undang-undang pembayaran yang sama, undang-undang hak

sipil, dan lain-lainnya. Ada berbagai undang-undang lain yang

mempengaruhi keputusan kompensasi antara lain undang-undang

diskriminasi usia (1967). Pada mulanya melarang diskriminasi dalam

mempekerjakan individu berusia antara 40 dan 65 tahun. ADEA (Age

Discrimination in Employment Act) melindungi para karyawan

sehubungan dengan kompensasi. ADEA efektif diamandemenkan

pada 1 Januari 1987 untuk melarang majikan menuntut pensiun pada

usia semaunya. Tujuan dari undang-undang ini antara lain untuk

memberikan sesuatu pendapatan yang tepat, pasti dan wajar kepada

korban dari kecelakaan yang berhubungan dengan kerja.

Pemerintah berkepentingan dalam bidang ketenaga kerjaan dan oleh

karenanya berbagai segi kehidupan diatur dalam berbagai peraturan

perundang-undangan, misalnya tingkat upah minimum, upah lembur,

mempekerjakan wanita, mempekerjakan anak dibawah umur,

keselamatan kerja, hak cuti, jumlah jam kerja dalam seminggu, hak

berserikat dan lain sebagainya. Tidak ada satupun organisasi yang

bebas dari kewajiban untuk taat kepada semua ketentuan hukum yang

bersifat normatif tersebut.

Jelaslah bahwa suatu sistem imbalan yang baik tidak bisa dilihat hanya

(45)

pemakai tenaga kerja saja atau kepentingan para karyawan saja, akan

tetapi kepentingan dari berbagai pihak yang turut terlibat, baik

langsung maupun tidak (Sondang P. Siagian, 2003:122).

2. Pengaruh Serikat Pekerja pada Keputusan Kompensasi

Serikat Pekerja dan undang-undang ketenagakerjaan juga

mempengaruhi bagaimana perencanaan kompensasi dirancang.

Undang-undang Ketenagakerjaan dan perundang-undangan terkait

serta keputusan-keputusan pengadilan melegitimasikan gerakan

tenaga kerja. Undang-undang harus memberi perlindungan hukum dan

memberi karyawan hak untuk berorganisasi, tawar menawar secara

kolektif dan bergabung dalam kegiatan-kegiatan gabungan untuk

tujuan tawar menawar kolektif, saling membantu dan saling

melindungi.

Secara historis, tarif upah telah menjadi isu utama dalam tawar

menawar kolektif, akan tetapi, isu lain mencakup waktu cuti yang

dibayar, keamanan pendapatan (untuk mereka dalam industri dengan

pemberhentian berkala), penyesuaian gaya hidup, dan berbagai

tunjangan seperti pemeliharaan kesehatan.

Badan Hubungan Tenaga Kerja Nasional (NRLB : National Labor

Relations Board) adalah kelompok yang diciptakan undang-undang

hubungan tenaga kerja nasional untuk mengawasi praktek majikan dan

untuk memastikan bahwa karyawan memang mendapatkan hak

(46)

yang menggaris bawahi kebutuhan untuk melibatkan pengurus serikat

pekerja dalam mengembangkan paket kompensasi

Sikap serikat pekerja terhadap rencana-rencana kompensasi dan

ketakutan-ketakutan yang lazim dihadapi pada serikat pekerja, banyak

serikat pekerja takut bahwa sistem apa saja (seperti telaah waktu dan

gerakan) yang digunakan untuk mengevaluasi nilai sebuah pekerjaan

dapat menjadi alat untuk malpraktek manajemen.

Mereka cenderung merasa bahwa tidak ada yang dapat

mempertimbangkan nilai dari pekerjaan yang lebih baik dari pada para

pekerja sendiri dan mereka yakin bahwa metode yang lazim dari

manajemen yang menggunakan beberapa faktor yang dapat di

kompensasikan (seperti derajat tanggungjawab) untuk mengevaluasi

dan meningkatkan nilai pekerjaan dapat menjadi sebuah alat

manipulatif untuk membatasi atau menurunkan upah pekerja. Cara

terbaik untuk memperoleh kerjasama dari anggota serikat pekerja

dalam mengevaluasi nilai kerja adalah membuat mereka terlibat aktif,

dalam proses ini dan dalam menetapkan tarif pembayaran yang adil

terhadap karyawan, selain itu manajemen harus menjamin hak-hak

prerogatif, seperti hak untuk menggunakan teknik evaluasi pekerjaan

yang tepat, hak untuk menaksir nilai relatif dari pekerjaan.

Menurut Melayu Hasibuan (2002:122), menyatakan program

kompensasi yang baik, dapat menghindari pengaruh serikat pekerja,

(47)

Dimasyarakat dimana eksistensi serikat pekerja diakui, sangat

mungkin terdapat keadaan bahwa serikat pekerja berperan dalam

mengajukan tuntutan tingkat upah dan gaji yang merupakan salah satu

bentuk kompensasi mengacu yang lebih tinggi dari tingkat yang

berlaku.

Tuntutan serikat pekerja itu dapat disebabkan beberapa faktor,

misalnya dalam usaha serikat pekerja untuk meningkatkan taraf hidup

dan kesejahteraan para anggotanya, atau karena situasi yang menurut

penilaian serikat pekerja itu memang memungkinkan perubahan dalam

kompensasi atau berbagai faktor lainnya.

Peranan dan tuntutan serikat pekerja ini pun perlu diperhitungkan

sebab bila tidak bukanlah mustahil bahwa para pekerja akan

melancarkan berbagai kegiatan yang pada akhirnya akan merugikan

manajemen dan serikat pekerja sendiri, seperti dalam hal terjadinya

usaha memperlambat proses produksi, tingkat kemangkiran yang

tinggi dan dalam bentuknya yang paling gawat melancarkan

pemogokan, dampak negatif tersebut begitu kuatnya sampai

kehidupan perekonomian negara tersebut turut goyah (Sondang P.

Siagian, 2003:122).

3. Kebijakan Kompensasi dan Strategi Persaingan

Kebijakan kompensasi seorang majikan juga memengaruhi upah dan

tunjangan yang dibayarnya, karena kebijakan-kebijakan memberikan

(48)

Ahli ekonomi telah mengusulkan apa yang mereka sebut teori pasar

tenaga kerja tersegmen untuk menekankan bahwa ada majikan

memberikan upah tinggi dan majikan memberikan upah rendah. Ada

majikan memilih menjadi pengelola kompensasi dan ada yang

menyerahkannya kepada manajernya. Kebijakan kompensasi juga

ditemukan memiliki efek yang dapat diukur pada sikap-sikap dan

perilaku ditempat kerja, tidak mengherankan, para pekerja menerima

upah tinggi berkemungkinan kecil untuk keluar, lebih puas dengan

upah mereka, dan melaporkan bahwa mereka bekerja lebih keras dari

pada seharusnya.

Kebijakan kompensasi mempengaruhi upah dan tunjangan yang

dibayarnya karena kebijakan ini memberikan garis pedoman

kompensasi yang penting. Kebijakan penting lain mencakup dasar

untuk menaikan gaji, kebijakan promosi dan demosi, kebijakan

pembayaran lembur dan kebijakan upah masa percobaan.

Kebijakan kompensasi biasanya dikelola oleh manajer Sumber Daya

Manusia bersama dengan manajemen puncak. Kebijakan kompensasi

juga ditentukan memilik efek yang dapat diukur pada sikap-sikap dan

perilaku ditempat kerja seperti para pekerja menerima upah tinggi,

kemungkinan kecil keluar, lebih puas dengan upah mereka.

Kebijakan organisasi mengenai upah dan gaji, pada analisis terakhir,

kebijakan suatu organisasi mengenai upah dan gaji bagi para

(49)

para karyawan tersebut, berarti bukan gaji pokok saja yang penting,

akan tetapi berbagai komponen lain dari kebijakan kompensasi yang

lain tersebut, seperti tunjangan jabatan, tunjangan istri, tunjangan

anak, tunjangan transportasi, bantuan pengobatan, banus, tunjangan

kemahalan dan sebagainya, bahkan juga kebijakan tentang kenaikan

gaji berkala perlu mendapat perhatian (Sondang P. Siagian,

2003:122).

Tekanan-tekanan eksternal dari pemerintah dengan segala

peraturannya mempengaruhi penetapan kompensasi perusahaan

seperti upah minimum, upah kerja lembur, dan pembatasan umur

untuk tenaga kerja anak-anak merupakan beberapa contoh kendala

kebijakan kompensasi yang berasal dari pemerintah yang akan dapat

mempengaruhi terhadap kebijakan organisasi dalam pengambilan

keuputusan yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam upaya

meningkatkan kinerja dari karyawannya (Hani Handoko, 1987:159).

Hampir semua organisasi mempunyai kebijakan-kebijakan yang

mempengaruhi pengupahan dan penggajian, salah satu kebijakan

yang umum adalah memberikan kenaikan upah yang sama besarnya

kepada para karyawan anggota serikat pekerja maupun karyawan

yang bukan anggota serikat. Banyak perusahaan mempunyai

kebijakan pembayaran bonus diatas upah dasar untuk meminimumkan

perputaran karyawan atau untuk menarik para karyawan terbaik,

(50)

kompensasi secara otomatis bila indeks biaya hidup naik (Hani

Handoko, 1987:160).

4. Keadilan dan dampaknya pada tarif upah.

Kebutuhan akan keadilan adalah faktor penting dalam menentukan

pembayaran, khususnya keadilan eksternal dan keadilan internal,

secara eksternal, pembayaran harus sebanding dengan tarif organisasi

lain, jika tidak maka seorang majikan akan mengalami kesulitan untuk

menarik dan mempertahankan karyawan yang memenuhi syarat. Tarif

pembayaran juga harus adil secara internal, dimana masing-masing

karyawan hendaknya memandang kompensasinya sama dengan

kompensasi karyawan lain yang ada dalam organisasi. Beberapa

perusahaan menyelenggarakan survey untuk mempelajari persepsi

dan perasaan karyawan tentang sistem kompensasi mereka.

Dalam praktek, proses menetapkan tarif upah yang menjamin keadilan

eksternal dan internal menempuh lima langkah yaitu :

a. Lakukanlah sebuah survey gaji tentang berapa pembayaran

majikan lain untuk pekerjaan yang sebanding (untuk membantu

memastikan keadilan eksternal).

b. Tentukanlah nilai dari masing-masing pekerjaan dalam organisasi

anda melalui evaluasi jabatan (untuk memastikan keadilan internal)

c. Kelompokkanlah pekerjaan-pekerjaan serupa kedalam tingkat

(51)

d. Tetapkan harga masing-masing tingkat pembayaran dengan

menggunakan kurva upah.

e. Tentukan dengan tepat tarif upah.

Besarnya kompensasi yang dibayar kepada setiap karyawan baru

disesuaikan dengan prestasi kerja, jenis pekerjaan, resiko pekerjaan,

tanggungjawab, jabatan kerja, dan memenuhi persyaratan internal

konsistensi. Jadi adil bukan berarti setiap karyawan menerima

kompensasi yang sama besarnya.

Azaz adil harus menjadi dasar penilaian, perlakuan, dan pemberian

hadiah atau hukuman bagi setiap karyawan, dengan azaz adil akan

tercipta suasana kerja sama yang baik, semangat kerja, disiplin,

loyalitas, dan stabilisasi karyawan akan lebih baik (Melayu Hasibuan,

2002:122).

Perusahaan harus memperhatikan prinsip keadilan dalam penetapan

kebijakan kompensasinya, bila seorang karyawan menerima

kompensasi dari perusahaan, persepsi keadilan dipengaruhi oleh dua

faktor : (1). Ratio kompensasi dengan masukan-masukan (input)

seseorang yang berupa tenaga, pendidikan, pengalaman, latihan, daya

tahan, dan sebagainya, dan (2). Perbandingan ratio tersebut dengan

ratio-ratio yang diterima orang-orang lain dengan siapa kontak

langsung selalu terjadi. Keadilan biasanya ada bila seorang karyawan

(52)

seimbang (ekuilibrium), baik secara internal maupun dalam

hubungannya dengan karyawan-karyawan lain.

Keadilan atau konsistensi internal berarti bahwa besarnya kompensasi

harus dikaitkan dengan nilai relatif pekerjaan-pekerjaan, dengan kata

lain, pekerjaan-pekerjaan sejenis memperoleh pembayaran yang

sama, sedangkan keadilan atau konsistensi-konsistensi eksternal

menyangkut pembayaran kepada para karyawan pada tingkat yang

layak atau sama dengan pembayaran yang diterima para karyawan

yang serupa di perusahaan-perusahaan lain. Ketidakpuasan

sebagaian besar karyawan terhadap besarnya kompensasi sering

diakibatkan adanya perasaan tidak diperlakukan dengan adil dan layak

dalam pembayaran mereka.

Menurut Hani Handoko (1987:160), pada umumnya karyawan akan

menerima perbedaan-perbedaan kompensasi yang berdasarkan pada

perbedaan tanggung jawab, kemampuan, pengetahuan, produktifitas,

atau kegiatan-kegiatan manajerial. Perbedaan pembayaran atas dasar

ras, kelompok etnis, atau jenis kelamin, dilarang oleh hukum.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengambil beberapa

faktor-faktor yang menentukan kompensasi yaitu sebagai berikut :

1. Keadilan dan dampaknya pada tarif upah.

Keadilan merupakan faktor penting dalam menentukan pembayaran,

khususnya keadilan eksternal dan keadilan internal, secara eksternal,

(53)

seorang majikan akan mengalami kesulitan untuk menarik dan

mempertahankan karyawan yang memenuhi syarat.

2. Kebijakan Kompensasi dan strategi persaingan

Kebijakan kompensasi seorang majikan juga memengaruhi upah dan

tunjangan yang dibayarnya, karena kebijakan-kebijakan memberikan

garis pedoman kompensasi yang penting.

3. Pertimbangan Legal / Hukum dalam Kompensasi

Kompensasi harus mengacu kepada peraturan perundang-undangan

yang berlaku seperti upah minimum, tarif kerja lembur, dan tunjangan,

dalam Undang-undang biasanya berisikan upah minimum, jam kerja

maksimum, ketetapan kesehatan dan keamanan dan mensyaratkan

pembayaran satu setengah kali waktu untuk pekerjaan yang melebihi

40 jam per minggu.

4. Serikat Pekerja.

Serikat Pekerja dan undang-undang ketenagakerjaan juga

mempengaruhi bagaimana perencanaan kompensasi dirancang.

Undang-undang Ketenagakerjaan dan perundang-undangan terkait

serta keputusan-keputusan pengadilan melegitimasikan gerakan

tenaga kerja. Undang-undang harus memberi perlindungan hukum dan

memberi karyawan hak untuk berorganisasi, tawar menawar secara

kolektif dan bergabung dalam kegiatan-kegiatan gabungan untuk

tujuan tawar menawar kolektif, saling membantu dan saling

(54)

2.2.5. Variabel-Variabel Yang Membentuk Kompensasi

2.2.5.1. Variabel Keadilan dan dampaknya pada tarif upah

Indikator-indikator yang membentuk adalah sebagai berikut :

1. Survey gaji.

Survey gaji yang baik memberikan tarif upah yang spesifik untuk

jabatan spesifik, survey kuesioner formal tertulis adalah yang paling

komprehensif, tetapi survey telepon dan surat kabar juga merupakan

sumber informasi.

2. Evaluasi jabatan.

Suatu perbandingan sistematik yang dibuat untuk menetapkan nilai

dari satu pekerjaan berhubungan dengan pekerjaan lain.

3. Tarif upah.

Tarif upah ditetapkan berdasarkan perolehan hasil kinerja perusahaan.

2.2.5.2. Variabel Kebijakan Dalam Kompensasi

Indikator-indikator yang membentuk adalah sebagai berikut :

1. Penetapan kompensasi berdasarkan jabatan dan tanggung jawab.

Peningkatan gaji pada perusahaan ini diukur dari tingginya kinerja

yang dilakukan oleh setiap karyawan.

2. Kelayakan Kompensasi.

Jika kinerja karyawan tinggi akan dipromosikan namun jika kinerja

(55)

3. Kebijakan lembur.

Setiap karyawan lembur, pihak perusahaan melakukan pembayaran

upah lembur.

2.2.5.3. Variabel Pertimbangan Legal / Hukum Kompensasi

Indikator-indikator yang membentuk adalah sebagai berikut :

1. Tingkat Upah yang kompetitif.

Tingkat upah perusahaan ini kompetitif dengan tingkat upah

perusahaan lain sehingga saya betah bekerja disini.

2. Pembayaran yang sama.

Pembayaran upah untuk wanita disamakan dengan pembayaran upah

untuk pria, apabila melakukan pekerjaan yang sama.

3. Kesejahteraan pensiunan

Kesejahteraan/pendapatan pada saat karyawan pensiun sesuai

dengan undang-undang ketenagakerjaan sangat diperhatikan oleh

perusahaan.

2.2.5.4. Variabel Serikat Pekerja

Indikator-indikator yang membentuk adalah sebagai berikut :

1. Keterlibatan serikat pekerja.

Pengurus Serikat Pekerja dilibatkan oleh perusahaan pada saat

dilakukannya tawar menawar kenaikan kompensasi.

2. Tidak ada pelanggaran dalam sistem kompensasi.

Sistem manajemen kompensasi kepada setiap karyawan telah

(56)<

Gambar

Gambar 1. Komponen-komponen Program Kompensasi
Gambar 3. Kerangka Konseptual
Tabel  1. Jumlah Karyawan Berdasarkan Eselonisasi
Tabel  2. Model Structural Teoritis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Teknik analisa data yang digunakan adalah SEM ( Structural Equation Modeling ), dengan bantuan perangkat lunak LISREL ( Linear Structural Relationship ) 8.30, untuk mengetahui

Teknik analisis yang digunakan adalah SEM ( Structural Equation Modeling ), dengan bantuan perangkat lunak LISREL ( Linear Structural Relationship ) 8.72, untuk

Teknik analisis yang digunakan adalah SEM ( Structural Equation Modeling ), dengan bantuan perangkat lunak LISREL ( Linear Structural Relationship ) 8.72, untuk

Data hasil penelitian dianalis dengan menggunakan metode analisis Structural equation modeling (SEM) dengan teknik Analysis of Moment Structures (AMOS).

Data hasil penelitian dianalis dengan menggunakan metode analisis Structural equation modeling (SEM) dengan teknik Analysis of Moment Structures (AMOS).

Structural Equation Modeling (SEM) yang dijalankan dengan perangkat lunak AMOS, digunakan untuk menganalisis data, Hasil analisis menunjukkan bahwa lingkungan dan gaya

Structural Equation Modeling (SEM) yang dijalankan dengan perangkat lunak AMOS, digunakan untuk menganalisis data, Hasil analisis menunjukkan bahwa kepemimpinan stratejik

Structural Equation Modeling SEM Berbasis Kovarian dengan LISREL dan AMOS Untuk Riset Skripsi, Tesis, dan Disertasi.. Jakarta: Salemba Empat Nasrullah,