• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pelatihan Terhadap Produktivitas Karyawan di PT. Gunung Madu Plantations

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pelatihan Terhadap Produktivitas Karyawan di PT. Gunung Madu Plantations"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN DI PT. GUNUNG MADU PLANTATIONS

OLEH :

RAHMAD SODIKIN F34102075

2006

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(2)

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN DI PT. GUNUNG MADU PLANTATIONS

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

OLEH :

RAHMAD SODIKIN F34102075

Dilahirkan pada tanggal 23 Mei 1983

Di Yukum Jaya

Tanggal Lulus : 1 September 2006

Menyetujui :

Bogor, 4 September 2006

(3)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul :

”Pengaruh Pelatihan Terhadap Produktivitas Karyawan di PT. Gunung Madu

Plantations” adalah karya asli saya sendiri, dengan arahan dosen pembimbing

akademik, kecuali yang dengan jelas rujukannya.

Bogor, September 2006

Yang Membuat Pernyataan

Nama : Rahmad Sodikin

(4)

Penulis bernama Rahmad Sodikin, merupakan anak ketiga pasangan

Sulaiman (alm) dan Roswati, yang dilahirkan di Yukum Jaya pada tanggal 23 Mei

1983. Pada tahun 1996, penulis menyelesaikan pendidikan tingkat dasar di SD

Negeri 3 Bandar Jaya dan dilanjutkan di SLTP Negeri 1 Terbanggi Besar sampai

tahun 1999 . Pada tahun 2002, penulis menyelesaikan pendidikan SMU Negeri 1

Terbanggi Besar. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa

Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Fakultas Teknologi Pertanian, Departemen

Teknologi Industri Pertanian melalui jalur USMI.

Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis pernah aktif di beberapa

organisasi, antara lain Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia Badan

Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (BEM FATETA) dan Kepala

Departemen Hubungan Masyarakat Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri

Pertanian (HIMALOGIN) serta pernah terlibat di berbagai kepanitiaan, seperti

seminar dan pelatihan.

Pada tahun 2005, penulis melakukan Praktek Lapang di PT. Gunung

Madu Plantations, Lampung Tengah dengan topik Aspek Manajemen Sumber

Daya Manusia. Pada tahun 2006, penulis melakukan penelitian di PT. Gunung

Madu Plantations dengan judul skripsi Pengaruh Pelatihan Terhadap Produktivitas

(5)

Rahmad Sodikin. F34102075. Pengaruh Pelatihan Terhadap Produktivitas Karyawan di PT. Gunung Madu Plantations, di bawah bimbingan M. Syamsul Ma’arif. 2006.

RINGKASAN

Organisasi atau perusahaan sebagai wadah tempat dimana dua orang atau lebih bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam mengukur suatu kekuatan dan kelemahan perusahaan adalah aspek sumberdaya manusia. Produktivitas karyawan dapat terpelihara dan berjalan dengan baik, maka diperlukan suatu pelatihan bagi karyawan yang merupakan investasi dari suatu perusahaan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana pelatihan mempengaruhi produktivitas karyawan, serta mengkaji indikator-indikator yang paling dominan dalam mempengaruhi keberhasilannya. Penelitian ini dilakukan pada karyawan pelaksana di PT. Gunung Madu Plantations, Lampung Tengah, yang diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan maupun karyawan.

Pengkajian penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian survei, yaitu mengambil sampel dari suatu populasi dengan kuesioner sebagai alat pokok pengumpulan data. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode quota sampling. Kuesioner yang digunakan terdiri dari 46 pernyataan yang bersifat tertutup. Teknik analisa data yang digunakan adalah SEM (Structural Equation Modeling), dengan bantuan perangkat lunak LISREL (Linear Structural Relationship) 8.30, untuk mengetahui bentuk dan besar pengaruh antara variabel laten bebas, yaitu pelatihan, dengan variabel laten tidak bebas (terikat), yaitu produktivitas karyawan.

Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan bahwa pelatihan mempengaruhi produktivitas karyawan. Variabel yang diamati untuk mengukur pelatihan karyawan ada delapan, yaitu metode pelatihan (x1), pengajar/pelatih

(x2), fasilitas pelatihan (x3), kebutuhan akan pelatihan (x4), dukungan perusahaan

(x5), manfaat pelatihan (x6), materi pelatihan (x7), dan peserta pelatihan (x8).

Kedelapan variabel tersebut dapat diterima sebagai pembentuk pelatihan karyawan, karena mempunyai nilai t di atas 1,96 (tingkat signifikansi 5 %) dengan variabel manfaat pelatihan (x6) mempunyai pengaruh yang paling besar, yaitu 42

% dengan sebesar 1.25, sedangkan variabel pengajar/pelatih (x2), dengan

sebesar 0.45, memiliki pengaruh yang terendah, yaitu 6 %.

Untuk produktivitas karyawan, selain dipengaruhi oleh pelatihan, juga dibentuk oleh enam variabel indikator. Keenam variabel tersebut, yaitu perilaku kerja (y1), minat (y2), prestasi kerja (y3), pengalaman (y4), tanggung jawab (y5),

dan motivasi (y6) bersama-sama menghasilkan produktivitas karyawan, hal ini

dapat dilihat dari nilai t yang lebih besar dari 1.96 (tingkat signifikansi 5 %). Variabel indikator yang paling mempunyai pengaruh terbesar terhadap pembentukan produktivitas karyawan adalah prestasi kerja (y3), yaitu 56 %

dengan = 1.19 dan minat (y2) dengan = 0.78 sebagai variabel indikator dengan

(6)

SUMMARY

Organization or Company is a place where two or more people cooperate each other to reach the goal. One of important factors in measuring strength and weakness the company is human resources aspect. In order to maintain productivity, therefore the companies need the employee training as their investment.

This reasearch was aimed to analyze how the training effects the productivity of employee and asseses the dominan factors that impact successful. This research was done to the operational employee at PT. Gunung Madu Plantations, Lampung Tengah, and writer hopes this research can be useful for both company and employee.

Assessment of this research was done by using survey method, i.e. taking the sample from a population by questionnaire as the tools to collect data. Method used to take sample is quota sampling method. The questionnaire contains 46 closed questions. The technique for analyzing data used SEM (Structural Equation Modeling) with LISREL (Linear Structural Relationship) 8.30 software. This software was used to find shape and value of the effect between free latent variable (training) and non free latent variable (employee productivity).

The result of the analysis, it can be concluded that the training influence the employee productivity. The variables used to measure employee productivity are training method (x1), trainer (x2), facility of training (x3), need of training (x4),

company support (x5), useful of training (x6), material of training (x7), and

member of training (x8). Those variables can be accepted as the former of

employee training, because those have t value over 1.96 (significance level 5 %) and variable useful of training (x6) has the greatest impact, 42 % with = 1.25.

variable trainer (x2) has = 0.45, which is the lowest impact, 6 %.

Employee productivity is not only affected by training, but also formed by 6 indicator variables, i.e. behavior of working (y1), interest (y2), working prestige

(y3), experience (y4), responsibility (y5), and motivation (y6). Those variables will

produce employee productivity. It can be seen from t value which is over 1.96 (significance level 5 %). The greatest impact against former of indicator variable is working prestige (y3), 56 % with = 1.19 and the lowest impact against former

(7)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Selama penelitian dan

penyusunan skripsi, penulis mendapatkan banyak bantuan, bimbingan, fasilitas,

pengetahuan, dan pengalaman yang sangat berharga dari berbagai pihak. Untuk

itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Prof. Dr. Ir. M. Syamsul Ma’arif, M.Eng selaku dosen pembimbing yang

memberikan bimbingan guna kesempurnaan penelitian dan penulisan skripsi.

2. Dr. Ir. Aji Hermawan, M.M dan Ir. Indah Yuliasih, M.Si, selaku dosen

penguji atas saran dan arahan yang diberikan.

3. Ayahanda Sulaiman (alm) dan Ibunda Roswati atas segala doa yang kau

panjatkan buatku. Kakakku Fauza dan Derna Sari yang secara tidak langsung

memberikan semangat kepadaku.

4. Kakak iparku Yustian Umri A. Ma. Pd yang telah memberikan semangat dari

waktu aku kecil hingga dewasa serta keponakan-keponakanku yang tersayang

Sani, Dina, dan Linda .

5. Bapak Drs. Brotocahyono atas bimbingannya selama ini, Bapak Aditya,

Bapak Hapris, Ibu Dewi Riana, Ibu Poniasih serta seluruh karyawan PT.

Gunung Madu Plantations atas bantuannya selama penelitian.

6. Pihak manajamen PT. Gunung Madu Plantations.

7. Teman-teman kosan Bara III 31 atas segala bantuan dan dukungannya.

8. Teman-teman TIN 39 yang telah menjadi keluarga dan sahabat selama ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut membantu

dan memberikan dorongan hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

banyak keterbatasan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang membutuhkan.

Bogor, September 2006

(8)

DAFTAR ISI A. Latar Belakang ………...

B. Tujuan ………...

C. Manfaat Penelitian ………...

D. Ruang Lingkup ………...

II. TINJAUAN PUSTAKA ………... A. Manajemen Sumber Daya Manusia ………...

B. Pelatihan ………...………...

C. Produktivitas ………...………...

D. Model Persamaan Struktural (Struktural Equation Modelling/ SEM) ...

III. METODA PENELITIAN………... A. Kerangka Pemikiran ………...………...

B. Tata Laksana ………...………...

IV. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN…………... A. Sejarah Perusahaan ………...………...

B. Lokasi Perusahaan ………...………...

C. Struktur Organisasi Perusahaan ………...……….

D. Ketenagakerjaan ………...………...

E. Ruang Lingkup Usaha ………...………...

F. Aspek Teknis Teknologis ………...

G. Pelatihan Internal Perusahaan ...

(9)

iii

V. HASIL DAN PEMBAHASAN………...………... A. Profil Responden ...………... ...……...

B. Deskripsi Pengaruh Pelatihan dan Produktivitas Karyawan ……….

VI. KESIMPULAN DAN SARAN...………... ... A. Kesimpulan ...………... ...……...

B. Saran ...………... ...……...

DAFTAR PUSTAKA…………...

LAMPIRAN…………...

37

37

40

58

58

59

60

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Sebaran 120 Responden Menurut Identitasnya ...

Tabel 2. Variabel-variabel Penelitian ...

37

(11)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia ...

Gambar2. Analisis Kebutuhan Pelatihan Berdasarkan Penyimpangan

Kinerja ………...

Gambar 3. Keterkaitan antara Efisiensi, Efektifitas, Kualitas dan

Produktivitas ...

Gambar 4. Contoh Penerapan Model Persamaan Struktur ...

Gambar 5. Langkah-langkah dalamStructural Equation

Modeling/SEM...

Gambar 6. Kerangka Pemikiran Penelitian ...

Gambar 7. Diagram Alir Tahapan Penelitian ...

Gambar 8. Struktur Organisasi ...

Gambar 9. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...

Gambar 10. Data Responden Berdasarkan Usia...

Gambar 11. Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...

Gambar 12. Data Responden Berdasarkan Masa Kerja ...

Gambar 13. Hasil Analisa Estimasi LISREL 8.30 ...

Gambar 14. Hasil Analisa t-value...

5

8

10

14

15

19

24

28

38

38

39

39

41

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Sistem Produksi Gula...

Lampiran 2. Lokasi Pabrik PT. Gunung Madu Plantations...

Lampiran 3. Kuesioner Hasil Uji Validitas...

Lampiran 4. Jawaban 120 Responden...

Lampiran 5. Nilai Median...

Lampiran 6 Hasil Estimasi LISREL 8.30...

63

64

65

72

82

(13)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuntutan pelanggan yang saat ini semakin beragam akan

berpengaruh terhadap dunia usaha dan perlu ditanggapi oleh perusahaan

secara baik. Oleh karena itu organisasi-organisasi swasta dituntut untuk

meningkatkan dan mengembangkan kualitas perusahaannya baik dalam

hal pelayanan, kualitas produk, maupun keefisienan dan keefektifan

organisasinya agar tujuan tercapai dengan baik.

Pengembangan sumber daya manusia (SDM) diperlukan untuk

meningkatkan dan mengembangkan potensi, pengetahuan dan wawasan,

keterampilan kerja, kemampuan manajerial, sikap dan kepribadian serta

faktor-faktor lain yang terdapat pada diri manusia. Pengembangan

sumber daya manusia perlu dilakukan secara terus-menerus dan

berkesinambungan, karena SDM yang berkualitas merupakan aset

perusahaan yang sangat besar.

Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu cara untuk

mempelajari dan mengembangkan berbagai jalan agar manusia dapat

diintegrasikan secara efektif dalam berbagai organisasi, sehingga dapat

diperoleh SDM yang produktif. Sumber daya manusia yang produktif

adalah SDM yang mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan mutu

standar dan waktu yang lebih singkat. Efek sumber daya manusia yang

produktif akan mendorong peningkatan produktivitas dan penciptaan

nilai pelayanan terhadap kepuasan pelanggan.

Kegiatan pengembangan sumber daya manusia pada saat ini

telah banyak dilakukan oleh perusahaaan. Program pelatihan merupakan

komponen terpenting dalam pengembangan sumber daya manusia yang

berfungsi untuk mengatasi kesenjangan pengetahuan, keterampilan dan

sikap seseorang dalam memenuhi tuntutan jabatan tertentu untuk

menghadapi pertumbuhan dan perkembangan perusahaan.

Pelatihan biasanya memerlukan biaya yang cukup besar, biaya

(14)

perusahaan. Hal ini akan memberikan peluang yang baik untuk

memperoleh laba yang besar karena mempengaruhi peningkatan

produktivitas karyawan. Menurut Klingner dan Nanbaldian di dalam

Gomes (2003) produktivitas merupakan fugsi perkalian dari usaha

pegawai (effort), yang didukung dengan motivasi yang tinggi,

kemampuan pegawai (ability), yang diperoleh melalui latihan-latihan.

PT. Gunung Madu Plantations merupakan salah satu perusahaan

gula swasta di Indonesia yang memiliki kebun sendiri. Sehingga dalam

proses pengolahan dari penanaman tebu sampai proses produksi gula

diperlukan sumber daya manusia yang produktif bagi kemajuan

perusahaan. PT. GMP telah menyadari arti pentingnya pelatihan bagi

karyawannya. Pelatihan yang sering dilaksanakan di PT. Gunung Madu

Plantations berupa pelatihan internal yang memiliki peranan penting

dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan karyawan.

Pelatihan internal yang dilaksanakan PT. Gunung Madu

Plantations diberikan kepada karyawan yang bekerja atau berhadapan

langsung di lapangan setiap harinya. Karyawan yang telah mengikuti

pelatihan diharapkan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas

produksi gula PT. Gunung Madu Plantations yang akhirnya akan

memenuhi kebutuhan gula nasional kita. Untuk itu sangat diperlukan

suatu kajian mengenai seberapa besar pengaruh pelatihan yang

dilaksanakan perusahaan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi

perusahaan dalam rangka meningkatkan produktivitas karyawan.

B.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis pengaruh pelatihan terhadap produktivitas karyawan.

2. Menganalisis indikator-indikator paling dominan yang membentuk

(15)

3

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan

masukan bagi manajemen PT. Gunung Madu Plantations sebagai

pertimbangan untuk menetapkan kebijakan yang berhubungan dengan

pengaruh pelatihan terhadap produktivitas karyawan PT. Gunung Madu

Plantations. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi penulis

dalam menganalisis kasus manajemen sumber daya manusia khususnya

dan bidang sumber daya manusia pada umumnya.

D. Ruang Lingkup

Pengaruh pelatihan merupakan titik berat dari penelitian ini,

pengaruh pelatihan ini dikhususkan untuk karyawan pelaksana PT.

Gunung Madu Plantations. Pelatihan yang sering dilakukan berupa

pelatihan operasi kerja sehingga dilihat sejauh mana pelatihan operasi

kerja mempengaruhi produktivitas karyawan. Analisis dilakukan untuk

mengetahui pengaruh pelatihan bagi peningkatan produktivitas

karyawan dengan menggunakan kuisioner yang diberikan kepada 120

orang responden dari Departemen Plantation dan R&D (Research and

Development) yang ada di perusahaan. Responden yang mengisi

kuesioner tersebut dilihat berdasarkan masa kerjanya karena responden

yang masa kerjanya paling lama memiliki frekuensi pelatihan yang

cukup tinggi.

Kajian indikator-indikator yang membentuk pelatihan meliputi

metode pelatihan, pengajar/pelatih, fasilitas pelatihan, kebutuhan akan

pelatihan, dukungan perusahaan, manfaat pelatihan, materi pelatihan,

dan peserta pelatihan. Sedangkan indikator-indikator yang membentuk

produktivitas karyawan meliputi perilaku kerja, minat, prestasi kerja,

(16)

A. Manajemen Sumber Daya Manusia

Menurut Panggabean (2002), manajemen sumber daya manusia dapat

didefinisikan sebagai suatu proses yang terdiri atas perencanaan,

pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian kegiatan-kegiatan yang

berkaitan dengan analisis pekerjaan, evaluasi pekerjaan, pengadaan,

pengembangan, kompensasi, promosi, dan pemutusan hubungan kerja guna

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan manajemen sumber daya

manusia menurut Hasibuan (2001), diartikan sebagai ilmu dan seni mengatur

hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu

terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.

Manajemen Sumber daya manusia diartikan sebagai pendayagunaan,

pengembangan, penilaian, pemberian, balas jasa dan pengelolaan individu

anggota organisasi atau kelompok kerja. Manajemen sumber daya manusia

juga menyangkut desain dan implementasi sistem perencanaan penyusunan

personalia, pengembangan, karyawan, pengelolaan karir, kompensasi

karyawan, dan untuk perburuhan yang mulus (Simamora, 1995).

Arep dan Tanjung (2002) menyatakan manajemen SDM adalah ilmu

dan seni yang mengatur unsur manusia (cipta, rasa dan karsa) sebagai aset

suatu organisasi demi terwujudnya tujuan organisasi dengan cara

memperoleh, mengembangkan dan memelihara tenaga kerja secara efektif dan

efisien. Sedangkan menurut Mangkunegara (2002), manajemen SDM

merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,

pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian

balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemisahaan tenaga kerja dalam

rangka mencapai tujuan organisasi.

Menurut Gomes (2003), sumber daya manusia merupakan salah satu

sumber daya yang terdapat dalam organisasi, meliputi semua orang yang

melakukan aktivitas. Secara umum, sumber daya manusia terdapat dalam

(17)

5

1. Sumber daya manusia (human resources).

2. Sumber daya non-manusia (modal, teknologi, mesin, material dan

lain-lain).

Menurut Freeman dan Stoner (1994), proses manajemen sumber daya

menusia mencakup tujuh kegiatan dasar. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan

perencanaan sumber daya manusia, rekruitmen, seleksi, sosialisasi, pelatihan

dan pengembangan, penilaian prestasi kerja karyawan, pemindahan, promosi,

mutasi, dan pemutusan hubungan kerja atau PHK. Untuk memperjelas lagi

dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1. Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia

B. Pelatihan

Pelatihan sangat penting bagi tenaga kerja yang bekerja disuatu

perusahaan, baik tenaga kerja yang baru diangkat maupun yang telah lama

bekerja di perusahaan tersebut. Pelatihan merupakan proses sistematis untuk

mengubah perilaku karyawan secara langsung dalam upaya mencapai tujuan

organisasi. Program pelatihan memberikan kesempatan kepada karyawan

untuk meningkatkan keahlian, sikap dan wawasan terutama yang berhubungan

dengan pekerjaan. Pelatihan didefinisikan sebagai kegiatan yang dirancang

Perencanaan

SDM Rekrutmen

Sosialisasi

Seleksi

Pelatihan dan Pengembangan

Penilaian Prestasi Kerja

(18)

untuk meningkatkan kinerja pekerja dalam pekerjaan yang diserahkan kepada

mereka (Hardjana, 2001).

Dessler (1997), menyatakan bahwa pelatihan sebagai proses

mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, keterampilan dasar yang

mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka. Sedangkan menurut

Atmodiwirio (2002), mengatakan bahwa pelatihan merupakan pembelajaran

yang dipersiapkan agar pelaksanaan pekerjaan sekarang meningkat

kinerjanya.

Menurut Simamora (1995), pelatihan merupakan bagian dari proses

pendidikan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan atau

keterampilan khusus seseorang atau sekelompok orang. Dalam pengembangan

sumber daya manusia , pelatihan sering dipadukan dengan pendidikan.

Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya untuk pengembangan sumber

daya manusia, terutama untuk pengembangan aspek kemampuan intelektual

dan kepribadian manusia. Lebih jelasnya oleh Umar (2005), program

pelatihan bertujuan untuk memperbaiki pengusaan berbagai keterampilan dan

teknik pelaksanaan kerja tertentu untuk kebutuhan sekarang.

Simamora (1995), menambahkan bahwa terdapat beberapa manfaat

program pelatihan yaitu :

1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas

2. Mengurangi waktu belajar karyawan untuk mencapai standar kinerja yang

dapat diterima

3. Menciptakan sikap, loyalitas dan kerja sama yang lebih menguntungkan

4. Memenuhi persyaratan-persyaratan perencanaan sumber daya manusia

5. Mengurangi jumlah dan biaya kecelakaan kerja

6. Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi

Menurut Hardjana (2001), dalam merancang pelatihan yang baik harus

memperhatikan pihak-pihak yang terlibat dalam training (peserta,

penyelenggara, trainer), tujuan yang akan dicapai, materi yang akan diolah,

metode dan peralatan yang hendak dipakai tempat pelaksanaan, jadwal

kegiatan untuk tiap sesi ataupun secara keseluruhan. Semua itu dirancang

(19)

7

merancang training hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah kebutuhan,

tujuan, petugas, dan evaluasi training. Selanjutnya Notoatmodjo (2003),

menambahkan bahwa proses pelatihan itu terdiri dari input (sasaran pelatihan)

dan output (perubahan perilaku), dan faktor yang mempengaruhi proses

tersebut. Dalam teori tersebut menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi

proses pelatihan itu dibedakan menjadi dua, yakni apa yang disebut perangkat

lunak (software) dan perangkat keras (hardware) .

Perangkat lunak (software) dalam proses pelatihan mencakup metode

pelatihan, pengajar atau pelatih, kebutuhan akan pelatihan, materi pelatihan,

peserta pelatihan, manfaat pelatihan. Sedangkan perangkat keras (hardware)

yang juga besar pula pengaruhnya terhadap proses pelatihan ialah dukungan

perusahaan berupa fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh perusahaan berupa

gedung, alat bantu pendidikan, buku-buku referensi, dan sebagainya.

Menurut Panggabean (2002), pelatihan dapat didefinisikan sebagai

suatu cara yang digunakan untuk memberikan atau meningkatkan

keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaannya sekarang.

Tujuan dari pelatihan yaitu :

Bagi karyawan :

Memberikan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan karyawan.

Meningkatkan moral karyawan.

Memperbaiki kinerja karyawan.

Peningkatan karier karyawan.

Bagi perusahaan :

Memenuhi kebutuhan–kebutuhan perencanaan sumber daya manusia.

Mengurangi tingkat kerusakan dan kecelakaan.

Memperkuat komitmen karyawan.

Bagi konsumen :

Konsumen akan memperoleh produk yang lebih baik dalam hal kualitas

dan kuantitas.

Meningkatkan pelayanan karena memperoleh produk tepat pada

(20)

Menurut Simamora (1995), apabila kesenjangan kemampuan kerja

jabatan dengan kemampuan kerja pribadi disebabkan oleh rendahnya

pengetahuan, keterampilan dan sikap, maka solusinya adalah pelatihan. Akan

tetapi apabila kesenjangan tersebut disebabkan bukan karena rendahnya

pengetahuan, keterampilan dan sikap, maka solusinya bukan pelatihan akan

tetapi dengan solusi yang lain sesuai faktor-faktor penyebabnya.

Gambar 2. Analisis Kebutuhan Pelatihan Berdasarkan Penyimpangan Kinerja

Menurut Hardjana (2001), metode pelatihan merupakan cara yang

ditempuh dan langkah-langkah yang diambil untuk mencapai tujuan pelatihan,

baik secara keseluruhan maupun per sesi. Pada pokoknya, metode pelatihan

dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama metode untuk mengawali

pelatihan. Bagian kedua metode untuk pengolahan sesi-sesi dalam pelatihan,

sedangkan bagian terakhir metode untuk penutupan pelatihan. Sedangkan

menurut Kussriyanto (1993), mengatakan bahwa metode pelatihan dilakukan

dengan :

a. Ceramah

b. Konferensi

c. Perputaran atau penggiliran pekerjaan

d. Pelatihan sambil bekerja

e. Kursus pada suatu lembaga

f. Pelatihan kepekaan

g. Diskusi kasus

h. Permainan peran

(21)

9

Antara metode yang satu dengan yang lainnya tidak ada yang paling

baik. Lebih jelasnya oleh Handoko (2000), metode yang paling baik

tergantung sejauh mana suatu teknik memenuhi faktor-faktor berikut :

a. Efektifitas biaya

b. Isi program yang dikehendaki

c. Kelayakan fasilitas-fasilitas

d. Preferensi dan kemampuan peserta

e. Preferensi dan kemampuan instruktur atau pelatih

f. Prinsip-prinsip brelajar

Tingkat pentingnya keenam faktor tersebut tergantung pada situasi dan

kondisi tertentu sehingga manajer perlu mengenal semua teknik yang tersedia

agar dapat memilih metode yang paling tepat sesuai dengan kebutuhan dan

sasarannya.

C. Produktivitas

Menurut Atmosoeprapto (2000), produktivitas dapat diartikan sebagai

suatu ukuran sejauh mana sumber-sumber daya digabungkan dan

dipergunakan dengan baik dapat mewujudkan hasil-hasil tertentu yang

diinginkan. Produktivitas pada dasarnya adalah sikap mental terhadap

kemajuan dan kehidupan. Didalam industri telah lama disadari bahwa

produktivitas adalah alat untuk meningkatkan daya kompetisi dan keuntungan.

Sedangkan menurut Gomes (2003) produktivitas merupakan fugsi perkalian

dari usaha pegawai (effort), yang didukung dengan motivasi yang tinggi,

kemampuan pegawai (ability), yang diperoleh melalui latihan-latihan.

Menurut Kussriyanto (1993), secara umum produktivitas diartikan

sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa)

dengan masukan yang sebenarnya. Produktivitas juga diartikan sebagai

tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang-barang atau jasa-jasa.

Produktivitas dapat diartikan sebagai perbandingan antar hasil yang dicapai

dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu, biasanya per orang.

(22)

mempengaruhi kualitas tenaga kerja disebut sebagai perilaku produktif yang

merupakan suatu gabungan yang rumit tetapi jelas wujudnya dari karakteristik

pribadi dan pengorganisasian seseorang. Produktivitas kerja karyawan sendiri

dapat dilihat dari perilaku kerja, dedikasi, disiplin, loyalitas, kerja sama dan

kematangan karyawan

Kualitas SDM memiliki korelasi yang positif dengan produktivitas

tenaga kerja. Kualitas tenaga kerja dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu

sikap kerja, pengetahuan dan keterampilan. Menurut Umar (2005),

memberikan pengertian bahwa produktivitas mengandung arti sebagai

perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber

daya yang digunakan (input). Dengan kata lain bahwa produktivitas memiliki

dua dimensi. Dimensi pertama adalah efektifitas yang mengarah kepada

pencapaian untuk target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan waktu.

Kedua yaitu efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input

dengan realisasi penggunaanya atau bagaimana pekerjaan tersebut

dilaksanakan. Apabila efisiensi dikaitkan dengan efektifitas, walau terjadi

peningkatan efektifitas, efisiensinya belum tentu meningkat. Selanjutnya

keterkaitan antara efisiensi, efektifitas, kualitas dan produktivitas dapat

dirangkai melalui gambar berikut ini :

INPUT PROSES PRODUKSI HASIL

KUALITAS & KUALITAS &

EFISIENSI KUALITAS EFEKTIFITAS

PRODUKTIVITAS

(23)

11

Menurut Sedarmayanti (2001), untuk mengetahui tingkat produktivitas

kerja karyawan dapat dilakukan melalui pengukuran terhadap

indikator-indikator produktivitas yang meliputi perilaku kerja, minat, pengalaman,

prestasi kerja, tanggung jawab dan motivasi. Sedangkan menurut Ravianto

(1990), faktor-faktor penentu produktivitas yaitu :

a. Interaksi yang terjadi dilingkungan pekerjaan antara tenaga kerja dengan

tenaga kerja lain, atasan maupun bawahan.

b. Masukan tanda (signal input) yaitu program kerja, prosedur kerja,

tugas-tugas yang harus dilakukan sesuai dengan kemampuan tenaga kerja.

c. Komponen-komponen dalam tenaga kerja yang saling berinteraksi.

Komponen tersebut adalah perangkat nilai (value system), sikap,

kepribadian, persepsi dan motivasi akan mempengaruhi tinggi rendahnya

produktivitas.

Menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah didalam Umar (2005),

terdapat enam faktor yang menentukan produktivitas tenaga kerja, yaitu :

a. Sikap kerja.

b. Tingkat keterampilan.

c. Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan.

d. Manajemen produktivitas.

e. Efisiensi tenaga kerja.

f. Kewiraswastaan.

Sedangkan menurut Ravianto (1990), ada beberapa cara yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan produktivitas sebagai berikut :

a. Peningkatan pendidikan dan pelatihan.

b. Perbaikan penghasilan dan sistem pengupahan yang dapat menjamin

perbaikan gizi dan kesehatan.

c. Pemilihan teknologi dan sarana-sarana pelengkap untuk berproduksi.

d. Kemampuan peningkatan manajerial pimpinan.

e. Pemberian kesempatan baik untuk bekerja dalam pekerjaan yang sesuai

dengan pendidikan dan keterampilan seseorang maupun kesempatan untuk

(24)

D. Model Persamaan Struktural (Structural Equation Modelling/SEM)

Menurut Hoyle (1995), SEM terdiri darimeasurement model dan path

model.Measurement model menspesifikasikan hubungan antara variabel laten

dan variabel penjelas yang digunakan untuk mengkonstruksinya, sedangkan

path model menspesifikasikan hubungan sebab akibat dan mengidentifikasi

variansi yang dapat dijelaskan dan yang tidak dapat dijelaskan. Selanjutnya

Hisyam (2003) menambahkan, bahwa SEM adalah sebuah teknik analisa

statistika yang mengkombinasikan beberapa aspek yang terdapat pada analisis

jalur dan analisis faktor konfirmatori untuk mengestimasi beberapa persamaan

secara simultan. Dengan kata lain SEM dapat digunakan untuk menganalisis

hubungan kausal yang rumit, yang didalamnya terdapat variabel bebas, terikat,

dan laten.

Model persamaan struktural adalah teknik variabel ganda yang dapat

digunakan untuk mendeskripsikan keterkaitan hubungan linier secara simultan

variabel-variabel pengamatan, yang sekaligus melibatkan variabel laten yang

tidak dapat diukur secara langsung. Dengan kata lain SEM dapat digunakan

untuk menganalisis hubungan kausal yang rumit, yang didalamnya terdapat

variabel bebas, terikat, dan laten (Joreskog dan Sorbom, 1996).

Abbas (2001), menyatakan bahwa variabel didalam SEM terdiri dari

variabel manifest dan variabel laten. Variabel manifest adalah variabel yang

dapat diamati dan diukur langsung, sedangkan variabel laten adalah variabel

yang tidak dapat diamati dan diukur langsung, tetapi dapat dibangun atau

dibentuk oleh variabel lain yang dapat diukur. Variabel laten diberi simbol ξ

(ksi) atau η (eta). Variabel yang digunakan untuk membangun variabel

indikator atau diberi simbol X atau Y. Pengaruh dari variabel indikator

disebut faktor loading yang diberi simbolλ (lamda).

Menurut Joreskog dan Sorbom (1996) menyatakan bahwa variabel

laten tak bebas mempunyai hubungan linier struktural sebagai berikut :

η =βη +τ ξ +ζ

dimana :

β = matriks koefisien variabel laten tidak bebas berukuran m x m

(25)

13

η = vektor variabel laten tak bebas (endogenus) berukuran m x l

ξ = vektor variabel laten bebas (eksogenus) berukuran n x l

ζ = vektor sisaan acak berukuran m x l

Terdapat dua persamaan matriks yang digunakan untuk menjelaskan model

pengukuran. Persamaan pertama untuk variabel penjelas tidak bebas, yaitu :

y=

yη +ε

dimana :

y = vektor variabel penjelas tidak bebas yang berukuran p x l

y =matriks koefisien yang mengindikasikan pengaruh variabel

laten tidak bebas terhadap variabel penjelas tak bebas yang

berukuran p x m

η = vektor variabel laten tak bebas (endogenus) berukuran m x l

ε = vektor kesalahan pengukuran variabel penjelas tak bebas

yang berukuran p x l

Persamaan kedua untuk variabel penjelas bebas, yaitu :

x = x +

Keterangan :

x = vektor variabel penjelas bebas yang berukuran q x l

x = matriks koefisien yang mengindikasikan pengaruh variabel laten bebas

terhadap variabel penjelas bebas yang berukuran q x n

= vektor variabel laten bebas berukuran n x l

= vektor kesalahan pengukuran variabel penjelas bebas yang berukuran q x l

Raykov dan Marcoulides d idalam Bachrudin (2002), menjelaskan

bahwa model-model persamaan struktural seperti ini diasumsikan secara

spesifik arah hubungan antara konstruk. Persamaan struktural dapat dilihat

(26)

1

Gambar 4. Contoh Penerapan Model Persamaan Struktur

Menurut Silomun (2002) menyatakan bahwa parameter yang diduga

dalam SEM meliputi parameter pada model pengukuran, parameter pengaruh

variabel eksogen terhadap variabel endogen, parameter pengaruh antar

variabel endogen, parameter korelasi antar variabel eksogen, dan parameter

error. Dengan kata lain, parameter yang diduga cukup banyak, terutama

apabila model yang digunakan lebih kompleks, sehingga penerapan SEM

dengan aplikasi beberapa program komputer, sangat kritis terhadap

pemenuhan besarnya sampel. Beberapa pedoman penentuan besarnya sample

size, yaitu :

§ Bila pendugaan parameter menggunakan metode kemungkinan maksimum, besar sampel yang disarankan adalah 100 - 200 dan minimum

absolutnya adalah 50.

§ Sebanyak 5 - 10 kali jumlah parameter yang ada di dalam model yang akan diduga.

§ Sama dengan 5 - 10 kali jumlah variabel manifest (indikator) dari keseluruhan variabel laten.

(27)

15

Gambar 5. Langkah-langkah dalamStructural Equation Modeling/SEM

Menurut Kelloway (1998), terdapat lima alasan mengapa Structural

Equation Modelling banyak digunakan dalam penelitian :

a. SEM digunakan untuk memecahkan masalah-masalah interelasi yang

lebih kompleks dengan memperhatikan variabel laten dari masalah

tersebut

b. SEM menangani fenomena sosial dalam situasinya

c. SEM telah diterapkan dalam berbagai bidang dan masalah sehingga

kepercayaan dalam penggunaannya dapat diperoleh

d. SEM mempunyai representasi geometri yang memberikan gambaran atau

perwujudan relasi-relasibehavior

e. SEM merupakan salah satulinear programming, yang merupakan metode

untuk mengkalkulasi rencana terbaik untuk mencapai sasaran yang

digariskan dalam suatu keadaan, sehingga bersifat efektif dan efisien

Menurut Joreskog dan Sorbom (1996), Salah satu perangkat lunak

yang digunakan dalam mengoperasikan metode Structural Equation

Modelling adalah dengan menggunakan software LISREL (linier Structural

Relationship), sehingga model SEM sering disebut juga metode LISREL.

Metode LISREL ini sering digunakan untuk mengestimasi koefisien-koefisien

dari sejumlah persamaan struktural yang linier. Metode ini secara khusus

dirancang untuk mengakomadasi bentuk-bentuk recursive dan reciprocal

(28)

errors karenanya metode ini dapat menganalisis model-model dari bentuk

yang relatif paling sederhana seperti multiple regression dan multivariate

regression sampai semakin rumit seperti path analysis, confirmatory factor

(29)

III. METODA PENELITIAN

A. Kerangka Pemikiran

Persaingan dunia bisnis yang semakin ketat menjadikan

pengembangan SDM sebagai salah satu aplikasi nyata dalam

mempengaruhi produktivitas karyawan yang akan dilakukan melalui

pelatihan. Pelatihan merupakan proses yang sistematis untuk mengubah

perilaku karyawan secara langsung dalam upaya mencapai tujuan

organisasi. Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa proses pelatihan itu

terdiri dari input (sasaran pelatihan) dan output (perubahan perilaku),

dan faktor yang mempengaruhi proses tersebut. Dalam teori tersebut

menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi proses pelatihan itu

dibedakan menjadi dua, yakni apa yang disebut perangkat lunak

(software) dan perangkat keras (hardware) .

Perangkat lunak (software) dalam proses pelatihan mencakup

metode pelatihan, pengajar atau pelatih, kebutuhan akan pelatihan,

materi pelatihan, peserta pelatihan, manfaat pelatihan. Sedangkan

perangkat keras (hardware) yang juga besar pula pengaruhnya terhadap

proses pelatihan ialah dukungan perusahaan berupa fasilitas-fasilitas

yang diberikan oleh perusahaan berupa gedung, alat bantu pendidikan,

buku-buku referensi, dan sebagainya. Faktor tersebut dalam penelitian

ini digunakan sebagai indikator dalam membentuk pelatihan.

Tingkat produktivitas karyawan diukur dengan menggunakan

indikator-indikator produktivitas menurut Sedarmayanti (2001) yang

meliputi perilaku kerja, minat, pengalaman, prestasi kerja, tanggung

jawab dan motivasi. Produktivitas karyawan yang tinggi akan

berdampak pada produktivitas perusahaan sehingga tujuan perusahaan

tercapai. Pengaruh pelatihan terhadap produktivitas karyawan dilakukan

dengan melihat persepsi karyawan melalui kuesioner. Dari kuesioner

akan dilihat bagaimana pelatihan yang diselenggarakan mempengaruhi

(30)

tersebut dipilih karena disesuaikan dengan kondisi dan situasi di

perusahaan.

Pada Gambar 6 memberikan informasi bahwa terdapat dua variabel

laten yang ditandai dengan gambar elips, yaitu pelatihan dan

produktivitas karyawan. Kedua variabel tersebut dijelaskan oleh

beberapa variabel indikator yang dinyatakan dengan X dan Y. Pengaruh

peubah laten terhadap peubah indikator disebut faktor loading yang

diberi simbol λ (lamda) dan gamma (γ ) adalah koefisien pengaruh peubah laten eksogenus terhadap peubah laten endogenus.

Peubah-peubah tanpa penutup adalah Peubah-peubah kesalahan atau pengganggu,

sedangkan anak panah menggambarkan sebab akibat (peubah pada

pangkal panah mengakibatkan peubah pada ujung panah).

B. Tata Laksana

Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu

penentuan judul dan tujuan penelitian, tinjauan pustaka, identifikasi

variabel penelitian, perumusan hipotesa, penentuan sampel dan teknik

pengumpulan data, serta pengolahan data. Pada Gambar 7 disajikan

tahapan-tahapan penelitian secara lengkap.

a. Identifikasi Variabel

Berdasarkan masalah khusus yang dikaji, maka ditetapkan

beberapa variabel yang mewakili variabel indikator dan variabel

laten baik yang bebas maupun terikat. Variabel laten bebas adalah

pelatihan yang terdiri dari delapan variabel indikator. Sedangkan

variabel laten terikatnya adalah produktivitas karyawan yang

dibentuk oleh enam variabel indikator.

b. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data

primer dan data sekunder. Data primer diperoleh berdasarkan

wawancara dan pengisian kuesioner dengan pihak-pihak yang terkait

(31)

1

P en g ajar/P elatih

Fa silita s P elatih a n

K ebutuhan akan P e la tih a n

M ateri Pe latihan

Pe serta Pe latihan

8 1 λ

8 δ

Gambar 6. Kerangka Pemikiran Penelitian

1

(32)

2

Ne 1

N

+ =

n

responden serta melakukan pengamatan langsung. Data sekunder

diperoleh dengan mempelajari dokumen atau data yang dimiliki

perusahaan.

c. Penentuan Sampel

Pengambilan sampel mengikuti kaidah teknik quota

sampling, yaitu pengambilan sampel penelitian ini jika akan

mengkaji suatu fenomena dari beberapa sisi maka responden yang

dipilih adalah orang-orang yang diperkirakan dapat menjawab semua

sisi itu. Responden dipilih berdasarkan masa kerjanya karena masa

kerja menunjukkan tingkat frekuensi dari pelatihan sehingga

responden yang diambil sangat mengerti dengan kuesioner yang

diberikan. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan

rumus Slovin (Umar, 2005) yaitu :

dimana : N = Ukuran populasi

n = Jumlah Sampel

e = Error untuk penelitian sosial (10%)

Responden pada penelitian ini merupakan karyawan dari

Departemen Plantation dan Research and Development PT.

Gunung Madu Plantations. Berdasarkan pada aturan penentuan

sample size pada suatu populasi yang berjumlah 1595 orang

dengan error 10 %, maka responden yang dipilih minimal harus

berjumlah 94 orang dan dalam penelitian ini dipilih 120 orang

responden yang terdiri dari karyawan plantation sebanyak 80

orang danResearch and development 40 orang.

d. Perumusan Hipotesa

Hipotesa yang disusun dalam penelitian ini adalah sebagai

(33)

21

a) Metode pelatihan, pengajar atau pelatih, fasilitas pelatihan,

kebutuhan akan pelatihan, dukungan perusahaan, manfaat

pelatihan, materi pelatihan dan peserta pelatihan membentuk

pelatihan.

b) Pelatihan berpengaruh terhadap produktivitas karyawan.

c) Perilaku kerja, minat, prestasi kerja, pengalaman, tanggung

jawab dan motivasi membentuk produktivitas karyawan.

e. Penyusunan Kuesioner dan Skala Pengukuran

Kuesioner terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang

berbentuk tertutup yang berjumlah 46, yaitu bentuk pertanyaan

dimana responden dapat memilih alternatif jawaban yang telah

disediakan. Skala pengukuran yang digunakan untuk setiap

jawaban yang diberikan responden adalah menurut aturan Likert

yang dimodifikasi, yaitu pemberian skala dengan 4 kategori yaitu

SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak

setuju). Kuesioner ini berguna untuk memperoleh informasi

mengenai pengaruh pelatihan terhadap produktivitas karyawan dan

mengetahui indikator-indikator yang membentuk pelatihan dan

produktivitas karyawan.

f. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Tahapan yang dilakukan dalam pengumpulan dan

pengolahan data ini adalah (1) mengumpulkan kuesioner yang

disebarkan, (2) memberikan skor pada setiap jawaban responden,

(3) tabulasi nilai (skor) jawaban sebagai data, (4) menganalisis dan

mengolah data. Analisis data digunakan untuk menjelaskan

keeratan hubungan antara pelatihan terhadap produktivitas

karyawan. Analisa data juga digunakan untuk menentukan

indikator yang paling dominan dari tiap unsur pelatihan dan

(34)

Analisa data menggunakan Structural Equation Modeling

(SEM), yaitu suatu teknik variabel ganda yang dapat digunakan

untuk mendeskripsikan keterkaitan hubungan linier secara simultan

variabel-variabel pengamatan, yang sekaligus melibatkan variabel

laten yang tidak dapat diukur secara langsung. Variabel laten

pelatihan (ξ1) terdiri dari indikator-indikator :

X1 = metode pelatihan X5 = dukungan perusahaan

X2 = pengajar/pelatih X6 = manfaat pelatihan

X3 = fasilitas pelatihan X7 = materi pelatihan

X4 = kebutuhan akan pelatihan X8 = peserta pelatihan

dikorelasikan dengan variabel produktivitas karyawan (η), dengan

indikatornya yang terdiri dari :

Y1 = perilaku kerja Y4 = pengalaman

Y2 = minat Y5 = tanggung jawab

Y3 = prestasi kerja Y6 = motivasi

Penetapan indikator-indikator dari setiap masing-masing

variabel didasarkan atas studi pustaka. Adapun Definisi

masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

a. Indikator pelatihan meliputi metode pelatihan, pengajar/pelatih,

fasilitas pelatihan, kebutuhan akan pelatihan, dukungan

perusahaan, manfaat pelatihan, materi pelatihan dan peserta

pelatihan (Notoatmodjo, 2003)

b. Produktivitas karyawan meliputi perilaku kerja, minat, prestasi

kerja, pengalaman, tanggung jawab dan motivasi

(Sedarmayanti, 2001)

Analisa data masing-masing variabel akan diproses dengan

menggunakan software LISREL (Linear Structural Relationship)

8.30. Menurut Hisyam (2003) terdapat tujuh tahap dalam SEM

yaitu :

Membangun model berdasarkan teori : Model SEM

berdasarkan hubungan kausal, dimana perubahan dari sebuah

(35)

23

Membentuk path diagram : Diagram jalur adalah sebuah

gambar yang menampilkan hubungan yang lengkap dari

sekelompok konstruk.

Menerjemahkan path diagram ke dalam persamaan : Setelah

model disusun ke dalam path diagram, langkah berikutnya

adalah menerjemahkan diagram tersebut ke dalam bentuk

persamaan matematis. Terdapat dua kelompok persamaan

matematis yaitustructural model danmeasurement model.

Menentukan matrik input dan mengestimasi model : dimana

inputnya berupa matriks varian kovarians atau matriks korelasi.

Mengidentifikasi model struktural yang dihasilkan : Pada saat

estimasi nilai yang dihasilkan tidak bermakna atau tidak masuk

akal. Hal ini disebabkan karena program tidak dapat

menghasilkan solusi yangunique. Satu hal yang harus dipenuhi

bahwa persamaan yang ada harus lebih banyak dari parameter

yang akan ditaksir.

Menguji kecocokan model : Terdapat empat langkah yang

harus dilakukan dalam menguji kecocokan model yaitu

memperhatikan nilai taksiran yang rusak, uji keseluruhan, uji

individual measurement model dan uji individual structural

model.

Menginterpretasi dan memodifikasi model : Setelah model

dapat diterima dari segi statistik, peneliti harus menguji apakah

hasil yang diperoleh sesuai dengan teori yang diajukan atau

(36)
(37)

IV. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Perusahaan

PT. Gunung Madu Plantations berdiri sejak 20 Oktober 1975, dan

merupakan pelopor industri gula di luar Pulau Jawa. Sebelumnya pada

tahun 1930 di Jawa telah terdapat kurang lebih 57 pabrik gula. Areal PT.

Gunung Madu Plantations yaitu seluas 36.000 ha, tetapi yang bisa

ditanami tebu yaitu 24.000 ha, termasuk di dalamnya 1.000 ha merupakan

areal kemitraan. Lahan yang diusahakan yaitu lahan kering yang berbeda

dengan sistem pertanian tebu di Pulau Jawa, yang menggunakan sistem

pertanian lahan basah dan sistem Tebu Rakyat Indonesia (TRI). Sehingga

varietas tebu yang digunakan di PT. Gunung Madu Plantations berbeda

dengan varietas tebu di Pulau Jawa.

Status kepemilikan PT. Gunung Madu Plantations adalah

Penanaman Modal Asing (PMA), yang terdiri dari satu penanam modal

asing dan dua penanam modal swasta nasional. Penanam modal asing

yaitu Kwok Investment Ltd yang dipimpin oleh dua orang, penanam

modal swasta nasional yaitu PT. Rejosari Bumi yang dipimpin satu orang,

dan PT. Pipit Indah yang dipimpin satu orang. Saham terbesar dimiliki

oleh Kwok Investment Ltd yaitu sebesar 45 %, dan sisanya dimiliki oleh

PT. Rejosari Bumi yaitu sebanyak 27,5 %, dan PT. Pipit Indah Sebanyak

27,5 %. Untuk itu PT. Gunung Madu Plantations mengikuti semua

peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dalam sistem keuangan,

prinsip tersebut juga diterapkan dalam masalah pembebasan lahan

sehingga persoalan apapun yang berkepanjangan dapat dihindari.

Kendala utama yang dihadapi oleh PT. Gunung Madu Plantations

pada awal perkembangannya mencakup tiga hal yang berkaitan dengan

minimnya ketersediaan fasilitas umum dan prasarana dasar (sarana jalan

dan transportasi, telekomunikasi, listrik, pasar, dan lain-lain), tidak

tersedianya teknologi di bidang budidaya tebu untuk kondisi yang baru

(38)

yang lebih spesifik untuk kondisi di Jawa, dan keterbatasan sumber daya

manusia yang siap untuk bekerja, yang dirasakan pada seluruh lapisan

pekerjaan dan khususnya di lapisan manajemen. Untuk mengatasi kendala

tersebut, PT. Gunung Madu Plantations membangun sendiri perumahan

untuk tempat tinggal karyawan , lengkap beserta fasilitasnya. Sedangkan

dalam bidang teknologi PT. Gunung Madu Plantations menyerap

teknologi dari Malaysia, yakni dari perkebunan Kwok di Malaysia. Tim

kecil dari Malaysia diperbantukan ke PT. Gunung Madu Plantations

selama beberapa waktu (sampai dengan tahun 1981) untuk

mengembangkan sumber daya manusia yang ada.

Perkembangan produksi gula PT. Gunung Madu Plantations

dimulai dengan kapasitas giling tebu 4.000 TCD (ton tebu per hari) sampai

sekarang hingga mencapai 12.000 TCD. Produksi gula terus meningkat

sejalan dengan penguasaan teknologi baik dalam pertanian maupun di

pabrik, serta bidang manajemen pada umumnya. Pada tahun 1978, musim

giling pertama PT. Gunung Madu Plantations hanya memproduksi sekitar

18.000 ton dengan tingkat produktivitas 3.5 ton gula per hektar. Dalam

lima tahun terakhir produksi gula mencapai 120.000 ton dengan

produktivitas mendekati 7,0 ton per hektar.

Pengelolaan lingkungan oleh PT. Gunung Madu Plantations sangat

diperhatikan, seperti limbah cair diolah secara biologis melalui

serangkaian kolamanaerob danaerob, air buangan tersebut setelah diolah

sangat layak digunakan untuk mengirigasi tanaman tebu, terutama pada

bulan-bulan kering yang selalu bersamaan dengan musim giling. Limbah

padat berupa blotong (filter cake) dimanfaatkan sebagai pupuk organik.

Buangan padat lainnya berupa ampas tebu (bagasse), digunakan sebagai

bahan bakar ketel yang berfungsi sebagai pembangkit tenaga listrik,

ampas tebu ini juga dijual kepada berbagai peminat perkebunan jamur dan

(39)

27

B. Lokasi Perusahaan

PT. Gunung Madu Plantations berada di Gunung Batin Kecamatan

Mataram, Kabupaten Lampung Tengah, yaitu sekitar 90 km dari kota

Bandar Lampung. Areal perkebunan di sebelah utara berbatasan dengan

areal perkebunan milik PT. Gula Putih Mataram, PT. Multi Agro

Coorporation dan Sungai Way Bondan. Sebelah timur berbatasan dengan

sungai Way Seputih. Sebelah selatan berbatasan dengan perkampungan

penduduk dan sungai Way Pengabuan. Sebelah barat berbatasan dengan

kampung penduduk dan jalan raya Bandar Lampung-Menggala. Areal

perkebunan milik PT. GMP berada antara 105o 14’12” BT sampai 105o19’34” BT dan 4o40’03” LS sampai 4o48’17” LS.

Nama “Gunung Madu Plantations memiliki arti, Gunung

berarti bahwa perusahaan ini berada di Gunung Batin, Madu berarti

industri gula, dan Plantations berarti perkebunan. Hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa PT. Gunung Madu Plantations tidak hanya sekedar

perusahaan yang bergerak dibidang industri gula saja tetapi juga bergerak

di bidang perkebunan tebu.

Struktur bangunan fisik PT. Gunung Madu Plantations terdiri dari

kantor satpam, kantin, kantor administrasi, ruang tamu, ruang milling.

ruang power, ruang Boiling, ruang instrument, ruang workshop, ruang

penyimpanan, musholla, kamar mandi, unit pengolahan limbah, ruang

laboratorium quality control, kantor pertanian, kantor Riset and

Development, kantorService Bussiness and Finance.

C. Struktur Organisasi Perusahaaan

PT. Gunung Madu Plantations memiliki struktur organisasi yang

jelas. Pada sistem tersebut pembagian tugas antara masing-masing bagian

departemen sangat jelas. Dewan komisaris yaitu pemilik saham yang

terdiri dari empat orang, Direktur PT. Gunung Madu Plantations juga

terdiri dari empat orang, General Manager atau manager umum

membawahi empat departemen yaitu DepartemenPlantation, Departemen

(40)

Research and Development yang masing-masing dipimpin oleh kepala

departemen. Tiap departemen memiliki divisi-divisi tersendiri, tiap divisi

memiliki sub-sub divisi, tiap sub divisi memiliki bagian, tiap bagian

memiliki sub-sub bagian, tiap sub bagian memiliki seksi, tiap seksi

memiliki pelaksana masing-masing.

Struktur organisasi PT. Gunung Madu Plantations dapat dilihat

sebagai berikut :

Gambar 8. Struktur Organisasi

Sumber : biro HRD Departemen SBF PT. GMP

Tugas masing-masing departemen adalah sebagai berikut:

DepartemenPlantation

Membuka lahan, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, panen, dan

pengangkutan tebu ke pabrik.

DepartemenFactory

Melakukan penerimaan tebu dari Departemen Plantation, melakukan

proses produksi, melakukan pengemasan produk dan pengiriman ke

gudang logistik.

DepartemenService Business and Finance

Menerima gula dari pabrik ke gudang, melakukan pemasaran, mengurus

perizinan perusahaan, perpajakan, pembukuan, kepegawaian, pelayanan

fasilitas karyawan, pengamanan, danPublic relation (Stake Holder).

Broad of Commissioners

R&D Manager Factory Manager

General Manager

Plantation SBF Manager

(41)

29

DepartemenResearch and Development

Meneliti mengenai budi daya tebu dan teknologi yang mungkin dilakukan

di PT Gunung Madu Plantations.

D. Ketenagakerjaan

PT. Gunung Madu Plantations memberikan kontribusi terhadap

pertumbuhan ekonomi ,pengembangan daerah dan perkembangan industri

gula nasional. Perkembangan perusahaan, luas areal perkebunan dan

teknologi menuntut PT. GMP untuk menyerap tenaga kerja yang lebih

banyak lagi. Tenaga kerja harian dan musiman di PT. GMP sebagian besar

berasal dari wilayah Lampung, untuk tenaga kerja musiman (tenaga

angkut tebu) sebagian besar didatangkan dari Pulau Jawa dengan bantuan

dan koordinasi kontraktor. Dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi

dan pengembangan daerah, PT. Gunung Madu Plantations menyerap

tenaga kerja sekitar 1.700 orang sebagai karyawan tetap dan 8.500 orang

tenaga kerja harian dan pada musim giling tenaga kerja harian bisa

mencapai 4.000 orang. Perputaran tenaga kerja sering terjadi pada tenaga

kerja harian karena tiap masa giling pekerjanya tidak sama.

Pelatihan-pelatihan sering dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas kemampuan

karyawannnya.

Berdasarkan tingkat pendidikan tenaga kerja PT. Gunung Madu

Plantations beragam mulai dari tingkat SD memiliki persentase sebesar

17,52 %, SMP sebesar 17,98 %, SMA sebesar 58,24 %, dan sarjana

sebesar 6,26 % sedangkan tenaga kerja dilihat dari jumlah antara pria dan

wanitanya untuk pria sebanyak 1614 orang dan wanita sebanyak 123 orang

pada bagian staf dan non staf. Berdasarkan hubungan kerjanya dengan

perusahaan, maka karyawan di PT. GMP dibedakan menjadi tiga jenis

sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan perusahaan yaitu :

1. Karyawan Bulanan

Karyawan bulanan atau karyawan organik adalah karyawan yang

mempunyai hubungan kerja dengan perusahaan untuk jangka waktu

(42)

hak dan kewajiban yang terikat dengan perusahaan. Karyawan

tersebut mendapatkan beberapa fasilitas dan jaminan sosial yang akan

terus diperoleh hingga pensiun. Untuk karyawan bulanan terdiri atas :

a) Karyawan Pimpinan (staf)

Karyawan staf adalah karyawan dengan golongan VII sampai

golongan I. untuk menjadi karyawan golongan VII disyaratkan

memiliki ijazah sarjana untuk karyawan baru, atau pengalaman

lebih dari 10 tahun dan prestasi yang baik untuk karyawan dari

golongan VIII. Jabatan untuk golongan VII adalah officer, dan

jabatan untuk golongan I adalahmanager.

b) Karyawan Non Staf

Karyawan non staf terdiri dari golongan VIII sampai golongan

XIV. Karyawan non staf merupakan karyawan dengan jenjang

pedidikan SMP, SMA, STM atau sekolah menengah kejuruan

lainnya. Jabatan untuk golongan VIII adalah supervisor dan

jabatan untuk golongan XIV adalahhelper.

2. Karyawan Harian Tetap

Karyawan harian tetap digaji berdasarkan kehadiran dan gaji

dibayarkan setiap minggu. Karyawan harian tetap dibagi dalam 3

tingkatan yaitu karyawan harian terampil (skill), karyawan harian yang

setengah terampil (semi skill), dan karyawan harian tidak terampil

(non skill). Karyawan tersebut juga memperoleh beberapa fasilitas

seperti perumahan.

3. Karyawan Musiman

Karyawan harian musiman merupakan karyawan yang mempunyai

hubungan kerja dengan perusahaan untuk jangka waktu tertentu.

Karyawan harian musiman ini hanya ada pada saat musim giling saja.

Karyawan seperti ini termasuk kedalam karyawannon skill

PT. Gunung Madu Plantations memberikan perhatian khusus

terhadap kesejahteraan karyawannya. Untuk fasilitas karyawan disediakan

karena letak perusahaan yang jauh sehingga perusahaan memberikan

(43)

31

asuransi tenaga kerja, dan pemeliharaan kesehatan berupa medical center

khusus bagi karyawan beserta keluarganya. Untuk masalah keselamatan

kerja perusahaan telah membuat standart operation procedure (SOP)

sesuai dengan kebutuhan departemen masing-masing.

E. Ruang Lingkup Usaha

PT. Gunung Madu Plantations bergerak dibidang usaha berbasis

pertanian yang sering disebut sebagai perusahaan agroindustri karena

selain melakukan proses produksi tetapi juga bahan bakunya diperoleh

melalui perkebunan. PT. Gunung Madu Plantations menghasilkan produk

berupa gula yang bahan baku utamanya berasal dari tanaman tebu.

Perusahaasn tersebut memiliki bahan baku sendiri dan pabriknya didirikan

berdekatan dengan perkebunan tebunya sehingga biaya produksinya dapat

ditekan semaksimal mungkin tetapi tidak hanya gula yang dihasilkan, hasil

sampingnya berupa molases yang dapat diekspor ke luar negeri seperti ke

Jepang, Korea, Malaysia dan negara yang lainnya.

F. Aspek Teknis Teknologis

Bahan baku utama produksi PT. Gunung Madu Plantations berasal

dari tanaman tebu. Tanaman tebu tersebut diperoleh dari budi daya

perkebunan tebu sehingga perusahaan memiliki waktu penanaman tebu

terlebih dahulu. Pelaksanaan pemanenan di PT. Gunung Madu Plantations

dilakukan sekitar enam sampai tujuh bulan dalam satu tahun, biasanya

panen dilakukan pada saat musim kering sekitar April-Oktober, selebihnya

dilakukan pemeliharaan tebu dan perawatan terhadap peralatan dan mesin

industri serta sanitasi terhadap lingkungan pabrik. Tebu ini dipanen pada

saat musim kering karena pada saat musim kering kadar gula dalam tebu

tinggi, kadar air lebih rendah, dan memudahkan pemanenan karena truk

dan trailer bisa masuk ke perkebunan. Dalam satu kali penanaman tebu

dapat dilakukan 3-4 kali pemanenan. Pemanenan pertama yaitu Plancane,

pemanenan kedua yaitu ratoon 1, pemanenan ke-3 yaitu ratoon 2, dan

(44)

Bahan pelengkap pada PT. Gunung Madu Plantations berupa

bahan kimia pembantu pembuatan proses gula yaitu Flocullant, Anti

Scalant, Sulphur Burner dan Lime House selain itu untuk kemasannya

berupa karung plastik isi lima puluh kilogram (50 Kg). Kemasan tersebut

dipilih karena PT. Gunung Madu Plantations melakukan penjualan kepada

distributor-distributor gula di beberapa daerah di Indonesia sehingga tidak

menggunakan kemasan dalam ukuran kecil.

Proses pembuatan gula terlebih dahulu diproses oleh tanaman tebu

sedangkan proses pemisahan nira dilakukan dengan menggunakan

taknologi pembuatan gula. Dalam hal ini PT. Gunung Madu Plantations

menggunakan teknologi proses sulfitasi karena menggunakan gas SO2

dalam proses pembuatan gulanya. Mulai dari tahap persiapan tebu dan

pemerahan dalam hal ini proses ini menggunakan empat buahcarrier yang

mengangkut tebu kecarier utama dibantu oleh lima buah penggaruk tebu.

Pada carrier tersebut tebu dipotong-potong oleh pisau-pisau pemotong

berputar (cane cutter), kemudian tebu dihancurkan dengan shredder

sampai tebu menjadi hancur berbentuk serpihan-serpihan yang memiliki

tujuan untuk membuka sel-sel tebu sampai 90 % agar menghasilkan

pemerahan yang baik. Setelah itu tebu tersebut dimasukkan kedalam mesin

penggilingan dengan memerah tebu menjadi tiga tahapan. Setelah ampas

tersebut keluar dari masing-masing gilingan, ampas tersebut diberi air

imbibisi atau nira imbibisi. Hal ini dilakukan dimaksudkan agar sisa gula

masih terdapat ampas dapat diekstrasi pada gilingan berikutnya. Hasilnya

disaring dalam saringan putar(rotary screen) berguna dalam memisahkan

ampas-ampas atau kotoran yang lain. Nira yang sudah disaring tadi akan

dipompakan ke stasiun penjernihan.

Penjernihan nira dilakukan dalam stasiun penjernihan tetapi

sebelumnya terlebih dahulu melewati alat ukur jumlah nira dan pemanasan

sampai 65oC, kemudian dengan menambahkan susu kapur(quick lime) dan gas SO2 (sulfur), reaksi yang terjadi untuk menarik atau mengendapkan

kotoran nira yang tersulfitasi (sulphited juice) kemudian ditambahkan

(45)

33

nira dalam bejana pengendap. Proses tersebut berlangsung secara kontinyu

dan nira encer yang keluar dari bejana pengendap dan dikirim ke bejana

penguapan sedangkan endapan tersebut dipompa ke saringan vakum.

Vakum tersebut berfungsi untuk memisahkan dengan padatannya. Nira

tersebut dikembalikan ke stasiun penjernihan, sedangkan kotorannya yang

disebut blotong(filter cake).

Proses penguapan dilakukan karena nira masih mengandung 85-90

persen air sehingga diperlukan penguapan. Hasil dari penguapan ini

berupa nira mentah, nira mentah ini dipucatkan dengan gas SO2 sehingga

menjadi nira kental tersulfitasi.

Nira kental tersebut kemudian dikirim ke stasiun masakan,

dimasak dan dikristalkan dalam tiga tahapan masakan menghasilkan yang

di dalamnya sudah terbentuk kristal-kristal gula kemudian dilakukan

pendinginan. Setelah itu hasil masakan tersebut ke pemutaran untuk

memisahkan antara tetes tebu dengan kristal gulanya. Setelah proses

tersebut selesai maka akan dilakukan pengepakan dan disimpan dalam

gudang gula untuk distribusikan ke pasaran. Sistem produksi gula di PT.

Gunung Madu Plantations dapat dilihat pada Lampiran 1.

G. Pelatihan Internal Perusahaan

Pelatihan yang sering dilaksanakan di PT. Gunung Madu

Plantations pelatihan yang bersifat operasi kerja. Pelatihan tersebut

diberikan kepada karyawan pelaksana atau karyawan non-staff yang sering

menghadapi masalah di lapangan. Untuk mengatasi adanya kesenjangan

pengetahuan, sikap dan keterampilan maka dibutuhkan pelatihan yang

sifatnya untuk kebutuhan sekarang yaitu pelatihan operasi kerja. PT.

Gunung Madu Plantations memiliki beberapa jenis pelatihan yaitu :

a. Pelatihan karyawan baru merupakan program pelatihan yang disusun

bagi karyawan baru, dari berbagai strata kekaryawanan dengan

(46)

Memperkenalkan kepada karyawan baru tersebut, tentang

perusahaannya yang akan menjadi tempat pengabdiannya termasuk

budaya perusahaan.

Memberi petunjuk teknis dan praktis tentang bidang pekerjaannya

yang akan ditugaskan kepadanya.

Menanamkan semangat kerjasama dan saling pengertian baik di antara

karyawan baru maupun di antara karyawan lama.

Sasaran pelatihan ini adalah diharapkan kepada karyawan baru dapat

mengenal perusahaan yang mempekerjakannya, mengetahui dengan baik

apa yang dikehendaki perusahaan darinya, mempunyai gambaran dan

pengetahuan yang cukup tentang pekerjaan yang akan dilaksanakannya

sehingga mampu menyesuaikan diri serta cepat menjadi bagian perusahaan

dan memberikan sumbangan bagi pencapaian pekerjaan, disamping selalu

menjujung tinggi kebersamaan dan kerjasama tim dalam mencapai sesuatu

sasaran pekerjaan.

b. Pelatihan penyegaran (operasi kerja) merupakan program pelatihan

yang disusun bagi karyawan lama dari strata kekaryawanan dengan

tujuannya adalah :

Mencegah mengendornya pelaksanaan dan terutama pengawasan

pekerjaan akibat pengaruh rutinitas, rasa puas diri, sikap meremehkan

atau rasa percaya diri (atau mempercayai orang lain) secara berlebihan.

Mengingatkan kembali atau menyegarkan kembali para peserta tentang

prinsip-prinsip pelaksanaan pekerjaan yang benar dan baik.

Menunjukkan penyimpangan-penyimpangan umum yang sering terjadi

dan resikonya dengan menggunakan kasus-kasus aktual.

Memupuk pemahaman yang komprehensif terutama tentang

keterkaitan antara berbagai mata rantai pekerjaan.

Sasaran pelatihan ini adalah para peserta diharapkan tetap waspada dalam

melaksanakan tugasnya dan mengetahui dimana

penyimpangan-penyimpangan tersebut sering terjadi dan mampu mengantisipasinya.

(47)

35

c. Kursus jabatan merupakan program yang ditujukan bagi para

karyawan yang diproyeksikan atau direkomendasikan untuk kenaikan

jabatan (promosi), kursus ini hanya diselenggarakan bagi karyawan

staf (grade V ke atas) dengan tujuannya adalah:

Memperkenalkan kepada peserta visi dan pengetahuan lebih luas yang

diperlukan pada jabatan yang lebih tinggi.

Menyegarkan dan meningkatkan pengetahuan para peserta tentang

dasar-dasar manajemen yang baik.

Melengkapi para peserta dengan kemampuan yang lebih baik dalam

proses pengambilan keputusan dan mengolah berbagai studi kasus.

Melengkapi para peserta dengan kemampuan yang lebih baik dalam

berkomunikasi, memimpin rapat, dan membuat laporan.

Sasaran mengikuti kursus jabatan ini para peserta diharapkan dapat bersiap

diri dan makin mantap dalam memegang jabatan eksekutif yang lebih

tinggi dalam perusahaan. Visinya lebih menyeluruh, kemmapuan

menyatakan pendapat dan memberi ilustrasi lebih baik, teguh

mempertahankan dan menuju sasaran yang lebih ditetapkan kemudian

menerapkan teknik berkomunikasi serta membuat laporan dan

pertanggung jawaban keputusannya.

d. Pelatihan khusus atau lokakarya merupakan program pelatihan yang

diselenggarakan secara khusus menurut keperluan dengan tujuannya

adalah memperkenalkan teknologi baru atau pendalaman subyek atau

teknologi khusus. Bidang yang dicakupnya dapat sangat bervariasi

mulai dari keterampilan di bidang manjemen, teknologi terapan pada

berbagai ilmu pertanian, enginering, praktek lapang, dan sebagainya.

Dilihat dari segi frekuensi pelatihan ini digolongkan tidak terjadwal

karena diselenggarakan untuk keperluan tertentu. Sedangkan dari segi

waktu pelatihan ini tergolong pelatihan-pelatihan singkat dengan lama

pelatihan kurang satu hari sampai 1-2 hari. Setelah mengikuti pelatihan

ini peserta diharapkan akan mempunyai pengetahuan, keterampilan,

Gambar

Gambar 1. Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia
Gambar 2. Analisis Kebutuhan Pelatihan Berdasarkan Penyimpangan
Gambar 3. Keterkaitan antara Efisiensi, Efektifitas, Kualitas danProduktivitas (Umar, 2005)
Gambar 4. Contoh Penerapan Model Persamaan Struktur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun faktor internal yang mempengaruhi penghimpunan turun adalah belum berpengalamannya LAZ maupun Badan Amil Zakat (BAZ) dalam penerapan manajemen internal pengelolaan

Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan bahwa pelanggan Indihome pada wilayah kenten sako Palembang lebih tertarik terhadap kualitas produk dan kualitas layanan yang diberikan

Pada penelitian kali ini data latih sebanyak 82 dan data uji sebanyak 35 diperlukan beberapa atribut dalam menyelesaikan persolanan tersebut diantaranya NIM, nama mahasiswa

Menurut Pasal 89 KUHP, yang dinamakan melakukan kekerasan itu, membuat orang jadi pingsan atau tidak berdaya lagi (lemah). Melakukan kekerasan artinya mempergunakan

1 Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang ditulis oleh Nuredah karena penelitian ini lebih memfokuskan pada peran bimbingan orang tua dalam penggunaan

Setelah dilakukan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1) perilaku petani di Desa Uiasa mencapai skor rata-rata adalah 2,67 atau pencapaian skor maksimum sebesar 53,49.

Selanjutnya, dari unsur-unsur seperti alur, latar, tokoh (penokohan), gaya bahasa, sudut pandang, dan amanat akan mengacu pada satu tema cerita atau makna keseluruhan yang

Implikasi dari penelitian ini adalah untuk dapat melakukan pengelolaan keuangan keluarga yang baik bagi individu harus dapat meningkatkan literasi keuangan