BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak dari setiap orang dan semua warga Negara Indonesia
berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Pasal 28 H Undang-Undang Dasar
1945 (selanjutnya disebut UUD 1945) menyatakan bahwa setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.1 Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan.2
Amanat UUD 1945 itu dijalankan pemerintah dengan mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(selanjutnya disebut UU SJSN) yang terbit pada tahun 2004. Undang-undang itu
merupakan upaya untuk melakukan reformasi di bidang sistem jaminan sosial
oleh karena Indonesia sudah sangat tertinggal dalam penyelenggaraan sistem
jaminan sosial.
Karena itu, maka setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak
memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya dan negara harus bertanggung
jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya.
3
1
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Indonesia 1945 setelah perubahan 28 H ayat (1)
2
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Indonesia 1945 setelah perubahan Pasal 34 ayat (2)
3
Sulastomo, Sistem Jaminan Sosial Nasional Sebuah Introduksi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 1.
reformasi di bidang sistem jaminan sosial nasional. Penyelenggaraan jaminan
kesehatan merupakan salah satu wujud kesehatan rakyat.4
Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu dan terjangkau.
Undang undang ini
merupakan langkah awal pemerintah untuk mewujudkan masyarakat Indonesia
yang sejahtera , adil dan makmur.
5
Program Jaminan Kesehatan Nasional
(selanjutnya disebut program JKN) merupakan bentuk komitmen pemerintah
terhadap pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat Indonesia seluruhnya.
Program JKN hadir dalam pelayanan kesehatan karena perintah peraturan
perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan mengatur dengan rinci
tujuan, prinsip, para pelaku dan tata kelola programJKN dalam satu kesatuan
sistem penyelenggaraan program jaminan sosial, yaitu sistem jaminan sosial
nasional.6
Manfaat yang dapat dijamin oleh program JKN berupa pelayanan
kesehatan perseorangan yang komprehensif mencakup pelayanan
peningkatankesehatan (promotif), pencegahan penyakit(preventif), pengobatan
(kuratif)dan pemulihan (rehabilitatif) termasuk obat dan bahan medis habis pakai Sebelum program JKN, pemerintah telah menyelenggarakan beberapa
bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan, antara lain askes sosial bagi Pegawai
Negeri Sipil (PNS), penerima pensiun dan veteran, Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan (JPK) Jamsostek bagi pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
dan swasta, serta jaminan kesehatan bagi TNI dan Polri.
4
Ibid., hlm. 3.
5
Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 5 ayat (2).
6
yang diperlukan7.Dengan adanya program JKN ini, maka diharapkan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat Indonesia untuk dapat
hidup sehat, produktif dan sejahtera akan tercapai. Program JKN juga menjamin
biaya pemeliharaan dan pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan masyarakat
Indonesia. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (selanjutnya disebut BPJS)
adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan
sosial.8Prinsip-prinsip program JKN antara lain:9
1. Prinsip kegotong-royongan, dalam ketentuan ini adalah prinsip kebersamaan
antar peserta dalam menanggung beban biaya jaminan sosial, yang
diwujudkan dengan kewajiban setiap peserta membayar iuran sesuai dengan
tingkat gaji, upah atau penghasilannya.
2. Prinsip nirlaba, dalam ketentuan ini adalah prinsip pengelolaan usaha yang
mengutamakan penggunaan hasil pengembangan dana untuk memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh peserta.
3. Prinsip keterbukaan, dalam ketentuan ini adalah prinsip mempermudah akses
informasi yang lengkap, benar dan jelas bagi setiap peserta.
4. Prinsip kehati-hatian, dalam ketentuan ini adalah prinsip pengelolaan dana
secara cermat, teliti, aman dan tertib.
5. Prinsip akuntabilitas, dalam ketentuan ini adalah prinsip pelaksanaan program
dan pengelolaan keuangan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
7
Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Pasal 22 ayat (1).
8
Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), Pasal 1 ayat (1).
9
6. Prinsip portabilitas, dalam ketentuan ini adalah prinsip memberikan jaminan
yang berkelanjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
7. Prinsip kepesertaan, wajib dalam ketentuan ini adalah prinsip yang
mengharuskan seluruh penduduk menjadi peserta jaminan sosial yang
dilaksanakan secara bertahap.
8. Prinsip dana amanat, dalam ketentuan ini adalah bahwa iuran dan hasil
pengembangannya merupakan dana titipan dari peserta untuk digunakan
sebesar-besarnya bagi kepentingan peserta jaminan sosial.
9. Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial Nasional (selanjutnya disebut
DJSN), dalam ketentuan ini adalah hasil berupa dividen dari pemegang
saham yang dikembalikan untuk kepentingan peserta jaminan sosial.
Berdasarkan prinsip-prinsip diatas, dapat kita ketahui bahwa program JKN
merupakan suatu program pembangunan kesehatan nasional yang tujuan
utamanya adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat indonesia.
Dengan diselenggarakannya program ini diharapkan status kesehatan masyarakat
semakin meningkat. Program ini juga mempersatukan seluruh kelompok
masyarakat untuk bergotong-royong membiayai pelayanan kesehatan dengan cara
membayar iuran rutin setiap bulan kepada BPJS kesehatan. Namun pada
pelaksanaannya, program JKN sangat rawan akan terjadinya perbuatan fraud
(kecurangan). Pelanggaran dapat terjadi dalam pengalokasian dana awal dari
pemerintah transaksi pengumpulan dan pembayaran iuran peserta, penagihan dan
kesehatan serta pengalokasian dana subsidi iuran bahkan dari pengalihan aset PT.
Askes kepada BPJS kesehatan.
Diperlukan pengawasan terhadap program ini untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan dalam pelaksaan program ini. Sesuai dengan amanat yang
tertulis dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan, lembaga Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut OJK) merupakan
lembaga yang berwenang mengawasi lembaga jasa keuangan lainnya. Dalam hal
ini penyelenggara program jaminan nasional yaitu BPJS kesehatan yang
meyelenggarakan program JKN. Pengawasan eksternal BPJS dilakukan oleh
lembaga pengawas independen, yaitu DJSN, OJK dan Badan Pemeriksa
Keuangan (selanjutnya disebut BPK). Dalam hal ini OJK berwenang sebagai
pengawas independen.10
Keseriusan OJK dalam pengawasan BPJS semakin dipertegas dengan
dikeluarkannya POJK.05/2013 tentang Pengawasan Badan Penyelengara Jaminan
Sosial Oleh Otoritas Jasa Keuangan. OJK akan fokus pada pengawasan
aspek-aspek kesehatan keuangan antara lain penerapan tata kelola yang baik,
pengelolaan aset kinerja, investasi penerapan manajemen resiko valuasi aset
liabiliti dan kepatuhan terhadap peraturan undang-undang. Lembaga pengawas
ekternal lainnya yaitu DJSN dan BPK perlu berkoordinasi dengan OJK untuk
menentukan spesifikasi pengawasan yang menjadi bagian mereka.OJK
melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan
10
disektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga
pembiayaan dan lembaga jasakeuangan lainnya antara lain melakukan
pengawasan, pemeriksaan, penyidikan,perlindungan konsumen dan tindakan lain
terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku dan/atau penunjang kegiatan jasa
keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di
sektorjasa keuangan, termasuk kewenanganperizinan kepada lembaga jasa
keuangan.11
Perekonomian nasional yang mampu tumbuh secara berkelanjutan dan
stabil dapat diwujudkan dengan adanya kegiatan di dalam sektor jasa keuangan
yang terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel, serta mampu
mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan, stabil dan
mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.12
11
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, (Jakarta: Raih Asa Sukses, 2014), hlm. 57.
12
Konsiderans menimbang butir A Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.
OJKadalah lembaga
yang independen dan bebas dari campurtangan pihak lain. Status independensi
OJK menjadikan kewenangan OJK sangat penuh, sehingga berpotensi terjadi
penyelewengan kewenanganOJK, DJSN dan BPK akan bersama-sama mengawal
program JKN BPJS kesehatan.UU BPJS tidak secara spesifik mengatur mengenai
ruang lingkup pengawasan OJK terhadap BPJS.Tumpang tindih antara
kewenangan pengawasan dalam hal kesehatan keuangansangat rawan terjadi
apabila koordinasi anatara lembaga pengawas eksternal tidak dilakukan. Hal ini
yang memicu untuk mengetahui lebih rinci ruang lingkup wewenang OJK dalam
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut maka rumusan masalah
yang dimuat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kewenangan Otoritas Jasa Keuangan dalam lembaga jasa
keuangan lainnya?
2. Bagaimanakah pengaturan program Jaminan Kesehatan Nasional?
3. Bagaimanakah kewenangan Otoritas Jasa Keuangan dalam program Jaminan
Kesehatan Nasional BPJS kesehatan ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan utama dalam penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui kewenangan OJK dalam lembaga jasa keuangan lainnya.
2. Untuk mengetahui pengaturan program JKN.
3. Untuk mengetahui kewenangan OJK dalam program JKN BPJS kesehatan.
Sementara hal yang diharapkan menjadi manfaat dari adanya penulisan
skripsi ini adalah:
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, tulisan ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan
memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka perkembangan ilmu hukum
khususnya ilmu hukum ekonomi khususnya di bidang OJK sebagai pengawas
independen yang ditunjuk UU BPJS dalam program JKN BPJS kesehatan.
2. Secara praktis, penulisan ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan
pada masyarakat mengenai ruang lingkup maupun batasan wewenang OJK
sebagai pengawas dalam program JKN BPJS kesehatan dan juga dapat
digunakan sebagai bahan kajian untuk para akademisi maupun peneliti
lainnya yang ingin mengetahui lebih mengenai wewenang OJK yang
mempunyai tujuan untuk mewujudkan sektor jasa keuangan yang
terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel, serta mampu
mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan, stabil dan
mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
D. Keaslian Penulisan
Sepanjang pengamatan dan pengetahuan, belum ada penelitian tentang
Wewenang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sebagai Pengawas Dalam Program
Jaminan Kesehatan Nasional Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan. Untuk mengetahui keaslian penulisan, sebelumnya dilakukan
penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara. Hal ini dibenarkan oleh Pusat Dokumentasi dan
Informasi Hukum/Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum melalui
surat tertanggal 03 Februari 2016 yang menyatakan bahwa “tidak ada judul yang
sama”. Dan telah dilakukan pemeriksaan melalui internet untuk membuktikan
bahwa judul skripsi tersebut belum ada di Perpustakaan Universitas Sumatera
E. Tinjauan Kepustakaan
Dari judul “Wewenang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sebagai
Pengawas Dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan” dapat ditemukan beberapa
istilah yaitu OJK,JKN dan BPJS kesehatan. OJK adalah lembaga yang independen
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak
lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang- undang
ini.13
Alasan lainnya adalah banyaknya permasalahan lintas sektoral di sektor
jasa keuangan yang meliputi tindakan belum optimalnya perlindungan konsumen
jasa keuangan dan terganggunya stabilitas sistem keuangan serta lemahnya
penegakan hukum.
OJK berfungsi sebagai pengawas industri jasa keuangan di Indonesia. OJK
didirikan dengan alasan telah terjadinya proses globalisasi dalam sistem keuangan
dan pesatnya kemajuan di bidang teknologi informasi serta inovasi finansial yang
menciptakan suatu sistem keuangan yang kompleks, dinamis dan saling terkait.
14
1. kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan;
Tugas OJKadalah melaksanakan pengaturan dan pengawasan
terhadap :
2. kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal;
13
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 2 ayat (2).
14
3. Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga
pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya.15 Selanjutnya pengertian lembaga jasa keuangan lainnya adalah pergadaian,lembaga penjaminan,
lembaga pembiayaan ekspor Indonesia, perusahaan pembiayaan sekunder
perumahan dan lembaga yang menyelenggarakan pengelolaan dana
masyarakat yang bersifat wajib meliputi penyelenggara programjaminan
sosial, pensiun dan kesejahteraan.16
Visi OJK adalah menjadi lembaga pengawas industri jasa keuangan yang
terpercaya, melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat serta mampu
mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar perekonomian nasional yang
berdaya saing global serta dapat memajukan kesejahteraan umum.Misi OJK
adalah:17
1. mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan secara teratur,adil, transparan dan akuntabel;
2. mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil;
3. melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
UU SJSN tidak menetapkan definisi atau pengertian JKN dalam salah satu
ayat ataupasalnya. Dengan merangkai beberapa pasal dan ayat yang mengatur
tentang program jaminan sosial, manfaat, tujuan dan tata laksananya, dapat
dirumuskan pengertian program JKN sebagai berikut:
15
Totok Budisantoso. Nuritomo , Bank Dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2013), hlm. 48.
16
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 1 ayat (10).
17
“Program jaminan sosial yang menjamin biaya pemeliharaan kesehatanserta pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan yang diselenggarakan nasional secara bergotong-royong wajib oleh seluruh penduduk Indonesia dengan membayar iuran berkala atau iurannya dibayari oleh pemerintah kepada badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan nirlaba - BPJS kesehatan”.
Jaminan Kesehatan Nasional mempunyai multi manfaat, secara medis dan
maupun nonmedis JKN mempunyai manfaat secara komprehensif yakni
pelayanan yang diberikan bersifat paripurna mulai dari preventif, promotif, kuratif
dan rehabilitatif. Seluruh pelayanan tersebut tidak dipengaruhi oleh besarnya
biaya iuran bagi peserta. Promotif dan preventif diberikan bagi upaya kesehatan
perorangan (personal care).18
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kesehatan adalah badan hukum
publik yang bertanggungjawab kepada Presiden dan berfungsi menyelenggarakan
program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk orang
asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia.
JKN menjangkau semua penduduk, artinya seluruh
penduduk termasuk warga asing harus membayar iuran dengan presentase atau
nominal tertentu, kecuali bagi masyarakat miskin dan tidak mampu, iurannya
dibayar oleh pemerintah. Peserta yang terakhir ini disebut sebagai penerima
bantuan iuran. Harapannya semua penduduk Indonesia sudah menjadi peserta
JKN pada tahun 2019.
19
18
JKN Multi Manfaat,
Dengan adanya
BPJS kesehatan ini pelayanan medis bisa lebih jeli dan teliti mengidentifikasi
masalah pasien dan melakukan tindakan/pemeriksaan sesuai dengan indikasinya,
karena BPJS membiayai sesuai dengan diagnosa penyakit dan telah dihitung
19
Definisi BPJS Kesehatan
pemeriksaan yang dilakukan sesuai indikasi. Namun, dampak dari BPJS ini adalah
ke dokter juga, yaitu penetapan biaya yang sesuai belum ditentukan.20
Artinya mereka tidak boleh tidak menjadi peserta BPJS kesehatan
meskipun sudah memiliki jaminan kesehatan lain. Orang asing yang bekerja
minimal 6 bulan di Indonesia dan telah membayar iuran peserta BPJS kesehatan.
Menurut kamus bahasa indonesia online,wewenang adalah hak dan kekuasaan
untuk bertindak dan kewenangan adalah kekuasaan membuat keputusan,
memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain.
Peserta
BPJS kesehatan adalah semua penduduk Indonesia wajib untuk menjadi peserta
program JKNyang dikelola BPJS kesehatan.
21
F. Metode Penulisan
OJK yang
mempunyai misi untuk mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam
sektor jasa keuangan secara teratur,adil, transparan dan akuntabel memiliki
wewenang dan tanggung jawab untuk mengawasi program JKN kesehatan.
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif atau
bisa juga disebut sebagai penelitian hukum doktrinal. Pada jenis penelitian ini,
hukum dikonsepsikan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan
perundang-undangan ( law in book ) atau hukum dikonsepsikan sebagai kaidah atau norma
yang merupakan patokan berperilaku masyarakat terhadap apa yang dianggap
pantas.Penelitian ini hanya meneliti peraturan perundang-undangan dan
20
Tujuan BPJS dan program Jaminan Nasional
tanggal 29 februari 2019).
21
Definisi Wewenang
mempunyai beberapa konsekuensi dan sumber data yang digunakan berasal dari
data sekunder. Dalam penelitian ini, adapun Undang-Undang yang digunakan
antara lain :
1. UU SJSN.
2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa keuangan
(selanjutnya disebut UU OJK).
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (selanjutnya disebut UU BPJS).
4. Peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait.
Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah
metode yuridis normatif yaitu suatu penelitian yang secara deduktif melakukan
analisa terhadap pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur
terhadap suatu permasalahan. Penelitian hukum secara yuridis adalah suatu
penelitian yang mengacu pada studi kepustakaan yang ada ataupun terhadap data
sekunder yang digunakan. Sedangkan bersifat normatif maksudnya adalah
penelitian hukum yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan normatif
tentang hubungan antara satu peraturan dengan peraturan lainnya.Sifat penelitian
dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang
bertujuan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang suatu keadaan
yang menjadi objek penelitian sehingga akan mempertegas suatu hipotesa dan
1. Sumber data
Penelitian yuridis normatif menggunakan jenis data sekunder sebagai data
utama. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kepustakaan. Data
sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan
baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain.22
a. Bahan hukum primer, UU SJSN,UU OJK, UU BPJS danPeraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan.
Data sekunder
mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku,hasil-hasil penelitian yang
berwujud laporan dan sebagainya. Data sekunder berfungsi untuk mencari
definisi suatu istilah dan mencari data awal/informasi. Data sekunder yang
dipakai adalah sebagai berikut:
b. Bahan hukum sekunder,yaitu bahan hukum yang berkaitan erat dengan
bahan hukum primer, berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul
skripsi, artikel-artikel ilmiahdari majalah, laporan-laporan,hasil-hasil
penelitian,jurnal hukummakalah, skripsi, tesis, disertasi dan sebagainya
yang diperoleh melaluimedia cetak maupun media elektronik.
c. Bahan hukum tersier,yang mencakup bahan yang memberi
petunjuk-petunjuk dan informasi terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum.
Sekunder yaitu kamus, ensiklopedia, jurnal ilmiah dan bahan-bahan lain
yangdapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan penulis
dalam penulisan skripsi ini.
22
2. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dalam penulisan ini dilakukan dengan cara pengumpulan
data secara studi pustaka (library research) dan juga melalui bantuan media
elektronik, yaitu internet. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara
mengumpulkan dan mengkaji data yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan, buku-buku,majalah, surat kabar, hasil seminar dan sumber-sumber
lain yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.
3. Analisis data
Penulisan skripsi ini dilakukan dengan cara menelaah data primer dan
sekunder lalu dilakukan analisis data secara kualitatif. Metode analisis data
yang digunakan penulis adalah pendekatan kualitatif, penelitian yang
memusatkan perhatiannya pada prinsip-prinsip umum yang mendasari
perwujudan satuan-satuan yang ada dalam kehidupan manusia, atau pola-pola
yang dianalisis gejala-gejala sosial budaya dengan menggunakan kebudayaan
dari masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai
pola-pola yang berlaku23
a. mengumpulkan peraturan perundang-undangan dan bahan kepustakaan
lainnya yang relevan dengan penelitian;
. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan :
b. melakukan pengelompokan terhadapPeraturan Perundang-Undangan dan
bahan hukum yang relevan dengan penelitian;
c. mengolah dan menginterpretasikan data primer maupun sekunder untuk
mendapatkan kesimpulan dari permasalahan;
23
d. menarik kesimpulan, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif,
yaitu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.
G. Sistematika Penulisan
Sistematikan penulisan skripsi ini dilakukan dengan pembahasan secara
sistematis.Sistematika penulisan ini meliputi:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mengemukakan tentang tentang latar belakang, perumusan
masalah sebagai topik yang akan dibahas dalam penulisan
ini,tujuan dan manfaat penulisan,keaslian penulisan, tinjauan
kepustakaan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II KEWENANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM
LEMBAGA JASA KEUANGAN LAINNYA
Bab ini akan membahas tentang latar belakang pembentukan
Otoritas Jasa Keuangan, pengertian OJK, status Otoritas Jasa
Keuangan, dan membahas mengenai wewenang OJK dalam
lembaga jasa keuangan lainnya.
BAB III PENGATURAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN
NASIONAL
Bab ini akan menguraikan tentang latar belakang terbentuknya
program Jaminan Kesehatan Nasional, tujuan program Jaminan
Kesehatan Nasional, prinsip pelaksanaan program Jaminan
Jaminan Kesehatan Nasionalefektifitas pelaksanaan program
Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia.
BAB IV WEWENANG OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM
PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL BPJS
KESEHATAN
Bab ini akan menguraikan tentang program Jaminan
KesehatanNasional oleh BPJS Kesehatan,Ruang lingkup
pengawasan program Jaminan Kesehatan Nasional oleh Otoritas
Jasa Keuangan, dan Wewenang dan Peran Otoritas JasaKeuangan
sebagai pengawas dalam program Jaminan Kesehatan Nasional
BPJS Kesehatan.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, bab V ini