• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Wewenang Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Pengawas Dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional Bpjs Kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Wewenang Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Pengawas Dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional Bpjs Kesehatan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah hak dari setiap orang dan semua warga Negara Indonesia

berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Pasal 28 H Undang-Undang Dasar

1945 (selanjutnya disebut UUD 1945) menyatakan bahwa setiap orang berhak

hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan

hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.1 Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan

masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat

kemanusiaan.2

Amanat UUD 1945 itu dijalankan pemerintah dengan mengeluarkan

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

(selanjutnya disebut UU SJSN) yang terbit pada tahun 2004. Undang-undang itu

merupakan upaya untuk melakukan reformasi di bidang sistem jaminan sosial

oleh karena Indonesia sudah sangat tertinggal dalam penyelenggaraan sistem

jaminan sosial.

Karena itu, maka setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak

memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya dan negara harus bertanggung

jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya.

3

1

Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Indonesia 1945 setelah perubahan 28 H ayat (1)

2

Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Indonesia 1945 setelah perubahan Pasal 34 ayat (2)

3

Sulastomo, Sistem Jaminan Sosial Nasional Sebuah Introduksi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 1.

(2)

reformasi di bidang sistem jaminan sosial nasional. Penyelenggaraan jaminan

kesehatan merupakan salah satu wujud kesehatan rakyat.4

Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan

yang aman, bermutu dan terjangkau.

Undang undang ini

merupakan langkah awal pemerintah untuk mewujudkan masyarakat Indonesia

yang sejahtera , adil dan makmur.

5

Program Jaminan Kesehatan Nasional

(selanjutnya disebut program JKN) merupakan bentuk komitmen pemerintah

terhadap pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat Indonesia seluruhnya.

Program JKN hadir dalam pelayanan kesehatan karena perintah peraturan

perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan mengatur dengan rinci

tujuan, prinsip, para pelaku dan tata kelola programJKN dalam satu kesatuan

sistem penyelenggaraan program jaminan sosial, yaitu sistem jaminan sosial

nasional.6

Manfaat yang dapat dijamin oleh program JKN berupa pelayanan

kesehatan perseorangan yang komprehensif mencakup pelayanan

peningkatankesehatan (promotif), pencegahan penyakit(preventif), pengobatan

(kuratif)dan pemulihan (rehabilitatif) termasuk obat dan bahan medis habis pakai Sebelum program JKN, pemerintah telah menyelenggarakan beberapa

bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan, antara lain askes sosial bagi Pegawai

Negeri Sipil (PNS), penerima pensiun dan veteran, Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan (JPK) Jamsostek bagi pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

dan swasta, serta jaminan kesehatan bagi TNI dan Polri.

4

Ibid., hlm. 3.

5

Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 5 ayat (2).

6

(3)

yang diperlukan7.Dengan adanya program JKN ini, maka diharapkan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat Indonesia untuk dapat

hidup sehat, produktif dan sejahtera akan tercapai. Program JKN juga menjamin

biaya pemeliharaan dan pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan masyarakat

Indonesia. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (selanjutnya disebut BPJS)

adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan

sosial.8Prinsip-prinsip program JKN antara lain:9

1. Prinsip kegotong-royongan, dalam ketentuan ini adalah prinsip kebersamaan

antar peserta dalam menanggung beban biaya jaminan sosial, yang

diwujudkan dengan kewajiban setiap peserta membayar iuran sesuai dengan

tingkat gaji, upah atau penghasilannya.

2. Prinsip nirlaba, dalam ketentuan ini adalah prinsip pengelolaan usaha yang

mengutamakan penggunaan hasil pengembangan dana untuk memberikan

manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh peserta.

3. Prinsip keterbukaan, dalam ketentuan ini adalah prinsip mempermudah akses

informasi yang lengkap, benar dan jelas bagi setiap peserta.

4. Prinsip kehati-hatian, dalam ketentuan ini adalah prinsip pengelolaan dana

secara cermat, teliti, aman dan tertib.

5. Prinsip akuntabilitas, dalam ketentuan ini adalah prinsip pelaksanaan program

dan pengelolaan keuangan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

7

Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Pasal 22 ayat (1).

8

Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), Pasal 1 ayat (1).

9

(4)

6. Prinsip portabilitas, dalam ketentuan ini adalah prinsip memberikan jaminan

yang berkelanjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal

dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

7. Prinsip kepesertaan, wajib dalam ketentuan ini adalah prinsip yang

mengharuskan seluruh penduduk menjadi peserta jaminan sosial yang

dilaksanakan secara bertahap.

8. Prinsip dana amanat, dalam ketentuan ini adalah bahwa iuran dan hasil

pengembangannya merupakan dana titipan dari peserta untuk digunakan

sebesar-besarnya bagi kepentingan peserta jaminan sosial.

9. Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial Nasional (selanjutnya disebut

DJSN), dalam ketentuan ini adalah hasil berupa dividen dari pemegang

saham yang dikembalikan untuk kepentingan peserta jaminan sosial.

Berdasarkan prinsip-prinsip diatas, dapat kita ketahui bahwa program JKN

merupakan suatu program pembangunan kesehatan nasional yang tujuan

utamanya adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat indonesia.

Dengan diselenggarakannya program ini diharapkan status kesehatan masyarakat

semakin meningkat. Program ini juga mempersatukan seluruh kelompok

masyarakat untuk bergotong-royong membiayai pelayanan kesehatan dengan cara

membayar iuran rutin setiap bulan kepada BPJS kesehatan. Namun pada

pelaksanaannya, program JKN sangat rawan akan terjadinya perbuatan fraud

(kecurangan). Pelanggaran dapat terjadi dalam pengalokasian dana awal dari

pemerintah transaksi pengumpulan dan pembayaran iuran peserta, penagihan dan

(5)

kesehatan serta pengalokasian dana subsidi iuran bahkan dari pengalihan aset PT.

Askes kepada BPJS kesehatan.

Diperlukan pengawasan terhadap program ini untuk menghindari hal-hal

yang tidak diinginkan dalam pelaksaan program ini. Sesuai dengan amanat yang

tertulis dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa

Keuangan, lembaga Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut OJK) merupakan

lembaga yang berwenang mengawasi lembaga jasa keuangan lainnya. Dalam hal

ini penyelenggara program jaminan nasional yaitu BPJS kesehatan yang

meyelenggarakan program JKN. Pengawasan eksternal BPJS dilakukan oleh

lembaga pengawas independen, yaitu DJSN, OJK dan Badan Pemeriksa

Keuangan (selanjutnya disebut BPK). Dalam hal ini OJK berwenang sebagai

pengawas independen.10

Keseriusan OJK dalam pengawasan BPJS semakin dipertegas dengan

dikeluarkannya POJK.05/2013 tentang Pengawasan Badan Penyelengara Jaminan

Sosial Oleh Otoritas Jasa Keuangan. OJK akan fokus pada pengawasan

aspek-aspek kesehatan keuangan antara lain penerapan tata kelola yang baik,

pengelolaan aset kinerja, investasi penerapan manajemen resiko valuasi aset

liabiliti dan kepatuhan terhadap peraturan undang-undang. Lembaga pengawas

ekternal lainnya yaitu DJSN dan BPK perlu berkoordinasi dengan OJK untuk

menentukan spesifikasi pengawasan yang menjadi bagian mereka.OJK

melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan

10

(6)

disektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga

pembiayaan dan lembaga jasakeuangan lainnya antara lain melakukan

pengawasan, pemeriksaan, penyidikan,perlindungan konsumen dan tindakan lain

terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku dan/atau penunjang kegiatan jasa

keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di

sektorjasa keuangan, termasuk kewenanganperizinan kepada lembaga jasa

keuangan.11

Perekonomian nasional yang mampu tumbuh secara berkelanjutan dan

stabil dapat diwujudkan dengan adanya kegiatan di dalam sektor jasa keuangan

yang terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel, serta mampu

mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan, stabil dan

mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.12

11

Adrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, (Jakarta: Raih Asa Sukses, 2014), hlm. 57.

12

Konsiderans menimbang butir A Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

OJKadalah lembaga

yang independen dan bebas dari campurtangan pihak lain. Status independensi

OJK menjadikan kewenangan OJK sangat penuh, sehingga berpotensi terjadi

penyelewengan kewenanganOJK, DJSN dan BPK akan bersama-sama mengawal

program JKN BPJS kesehatan.UU BPJS tidak secara spesifik mengatur mengenai

ruang lingkup pengawasan OJK terhadap BPJS.Tumpang tindih antara

kewenangan pengawasan dalam hal kesehatan keuangansangat rawan terjadi

apabila koordinasi anatara lembaga pengawas eksternal tidak dilakukan. Hal ini

yang memicu untuk mengetahui lebih rinci ruang lingkup wewenang OJK dalam

(7)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut maka rumusan masalah

yang dimuat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kewenangan Otoritas Jasa Keuangan dalam lembaga jasa

keuangan lainnya?

2. Bagaimanakah pengaturan program Jaminan Kesehatan Nasional?

3. Bagaimanakah kewenangan Otoritas Jasa Keuangan dalam program Jaminan

Kesehatan Nasional BPJS kesehatan ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan utama dalam penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui kewenangan OJK dalam lembaga jasa keuangan lainnya.

2. Untuk mengetahui pengaturan program JKN.

3. Untuk mengetahui kewenangan OJK dalam program JKN BPJS kesehatan.

Sementara hal yang diharapkan menjadi manfaat dari adanya penulisan

skripsi ini adalah:

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis, tulisan ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan

memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka perkembangan ilmu hukum

khususnya ilmu hukum ekonomi khususnya di bidang OJK sebagai pengawas

independen yang ditunjuk UU BPJS dalam program JKN BPJS kesehatan.

2. Secara praktis, penulisan ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan

(8)

pada masyarakat mengenai ruang lingkup maupun batasan wewenang OJK

sebagai pengawas dalam program JKN BPJS kesehatan dan juga dapat

digunakan sebagai bahan kajian untuk para akademisi maupun peneliti

lainnya yang ingin mengetahui lebih mengenai wewenang OJK yang

mempunyai tujuan untuk mewujudkan sektor jasa keuangan yang

terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel, serta mampu

mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan, stabil dan

mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

D. Keaslian Penulisan

Sepanjang pengamatan dan pengetahuan, belum ada penelitian tentang

Wewenang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sebagai Pengawas Dalam Program

Jaminan Kesehatan Nasional Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Kesehatan. Untuk mengetahui keaslian penulisan, sebelumnya dilakukan

penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara. Hal ini dibenarkan oleh Pusat Dokumentasi dan

Informasi Hukum/Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum melalui

surat tertanggal 03 Februari 2016 yang menyatakan bahwa “tidak ada judul yang

sama”. Dan telah dilakukan pemeriksaan melalui internet untuk membuktikan

bahwa judul skripsi tersebut belum ada di Perpustakaan Universitas Sumatera

(9)

E. Tinjauan Kepustakaan

Dari judul “Wewenang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sebagai

Pengawas Dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan” dapat ditemukan beberapa

istilah yaitu OJK,JKN dan BPJS kesehatan. OJK adalah lembaga yang independen

dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak

lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang- undang

ini.13

Alasan lainnya adalah banyaknya permasalahan lintas sektoral di sektor

jasa keuangan yang meliputi tindakan belum optimalnya perlindungan konsumen

jasa keuangan dan terganggunya stabilitas sistem keuangan serta lemahnya

penegakan hukum.

OJK berfungsi sebagai pengawas industri jasa keuangan di Indonesia. OJK

didirikan dengan alasan telah terjadinya proses globalisasi dalam sistem keuangan

dan pesatnya kemajuan di bidang teknologi informasi serta inovasi finansial yang

menciptakan suatu sistem keuangan yang kompleks, dinamis dan saling terkait.

14

1. kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan;

Tugas OJKadalah melaksanakan pengaturan dan pengawasan

terhadap :

2. kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal;

13

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 2 ayat (2).

14

(10)

3. Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga

pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya.15 Selanjutnya pengertian lembaga jasa keuangan lainnya adalah pergadaian,lembaga penjaminan,

lembaga pembiayaan ekspor Indonesia, perusahaan pembiayaan sekunder

perumahan dan lembaga yang menyelenggarakan pengelolaan dana

masyarakat yang bersifat wajib meliputi penyelenggara programjaminan

sosial, pensiun dan kesejahteraan.16

Visi OJK adalah menjadi lembaga pengawas industri jasa keuangan yang

terpercaya, melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat serta mampu

mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar perekonomian nasional yang

berdaya saing global serta dapat memajukan kesejahteraan umum.Misi OJK

adalah:17

1. mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam sektor jasa

keuangan secara teratur,adil, transparan dan akuntabel;

2. mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil;

3. melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

UU SJSN tidak menetapkan definisi atau pengertian JKN dalam salah satu

ayat ataupasalnya. Dengan merangkai beberapa pasal dan ayat yang mengatur

tentang program jaminan sosial, manfaat, tujuan dan tata laksananya, dapat

dirumuskan pengertian program JKN sebagai berikut:

15

Totok Budisantoso. Nuritomo , Bank Dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2013), hlm. 48.

16

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 1 ayat (10).

17

(11)

“Program jaminan sosial yang menjamin biaya pemeliharaan kesehatanserta pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan yang diselenggarakan nasional secara bergotong-royong wajib oleh seluruh penduduk Indonesia dengan membayar iuran berkala atau iurannya dibayari oleh pemerintah kepada badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan nirlaba - BPJS kesehatan”.

Jaminan Kesehatan Nasional mempunyai multi manfaat, secara medis dan

maupun nonmedis JKN mempunyai manfaat secara komprehensif yakni

pelayanan yang diberikan bersifat paripurna mulai dari preventif, promotif, kuratif

dan rehabilitatif. Seluruh pelayanan tersebut tidak dipengaruhi oleh besarnya

biaya iuran bagi peserta. Promotif dan preventif diberikan bagi upaya kesehatan

perorangan (personal care).18

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kesehatan adalah badan hukum

publik yang bertanggungjawab kepada Presiden dan berfungsi menyelenggarakan

program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk orang

asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia.

JKN menjangkau semua penduduk, artinya seluruh

penduduk termasuk warga asing harus membayar iuran dengan presentase atau

nominal tertentu, kecuali bagi masyarakat miskin dan tidak mampu, iurannya

dibayar oleh pemerintah. Peserta yang terakhir ini disebut sebagai penerima

bantuan iuran. Harapannya semua penduduk Indonesia sudah menjadi peserta

JKN pada tahun 2019.

19

18

JKN Multi Manfaat,

Dengan adanya

BPJS kesehatan ini pelayanan medis bisa lebih jeli dan teliti mengidentifikasi

masalah pasien dan melakukan tindakan/pemeriksaan sesuai dengan indikasinya,

karena BPJS membiayai sesuai dengan diagnosa penyakit dan telah dihitung

19

Definisi BPJS Kesehatan

(12)

pemeriksaan yang dilakukan sesuai indikasi. Namun, dampak dari BPJS ini adalah

ke dokter juga, yaitu penetapan biaya yang sesuai belum ditentukan.20

Artinya mereka tidak boleh tidak menjadi peserta BPJS kesehatan

meskipun sudah memiliki jaminan kesehatan lain. Orang asing yang bekerja

minimal 6 bulan di Indonesia dan telah membayar iuran peserta BPJS kesehatan.

Menurut kamus bahasa indonesia online,wewenang adalah hak dan kekuasaan

untuk bertindak dan kewenangan adalah kekuasaan membuat keputusan,

memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain.

Peserta

BPJS kesehatan adalah semua penduduk Indonesia wajib untuk menjadi peserta

program JKNyang dikelola BPJS kesehatan.

21

F. Metode Penulisan

OJK yang

mempunyai misi untuk mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam

sektor jasa keuangan secara teratur,adil, transparan dan akuntabel memiliki

wewenang dan tanggung jawab untuk mengawasi program JKN kesehatan.

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif atau

bisa juga disebut sebagai penelitian hukum doktrinal. Pada jenis penelitian ini,

hukum dikonsepsikan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan

perundang-undangan ( law in book ) atau hukum dikonsepsikan sebagai kaidah atau norma

yang merupakan patokan berperilaku masyarakat terhadap apa yang dianggap

pantas.Penelitian ini hanya meneliti peraturan perundang-undangan dan

20

Tujuan BPJS dan program Jaminan Nasional

tanggal 29 februari 2019).

21

Definisi Wewenang

(13)

mempunyai beberapa konsekuensi dan sumber data yang digunakan berasal dari

data sekunder. Dalam penelitian ini, adapun Undang-Undang yang digunakan

antara lain :

1. UU SJSN.

2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa keuangan

(selanjutnya disebut UU OJK).

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (selanjutnya disebut UU BPJS).

4. Peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait.

Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah

metode yuridis normatif yaitu suatu penelitian yang secara deduktif melakukan

analisa terhadap pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur

terhadap suatu permasalahan. Penelitian hukum secara yuridis adalah suatu

penelitian yang mengacu pada studi kepustakaan yang ada ataupun terhadap data

sekunder yang digunakan. Sedangkan bersifat normatif maksudnya adalah

penelitian hukum yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan normatif

tentang hubungan antara satu peraturan dengan peraturan lainnya.Sifat penelitian

dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang

bertujuan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang suatu keadaan

yang menjadi objek penelitian sehingga akan mempertegas suatu hipotesa dan

(14)

1. Sumber data

Penelitian yuridis normatif menggunakan jenis data sekunder sebagai data

utama. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kepustakaan. Data

sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan

baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain.22

a. Bahan hukum primer, UU SJSN,UU OJK, UU BPJS danPeraturan

Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan

Kesehatan.

Data sekunder

mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku,hasil-hasil penelitian yang

berwujud laporan dan sebagainya. Data sekunder berfungsi untuk mencari

definisi suatu istilah dan mencari data awal/informasi. Data sekunder yang

dipakai adalah sebagai berikut:

b. Bahan hukum sekunder,yaitu bahan hukum yang berkaitan erat dengan

bahan hukum primer, berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul

skripsi, artikel-artikel ilmiahdari majalah, laporan-laporan,hasil-hasil

penelitian,jurnal hukummakalah, skripsi, tesis, disertasi dan sebagainya

yang diperoleh melaluimedia cetak maupun media elektronik.

c. Bahan hukum tersier,yang mencakup bahan yang memberi

petunjuk-petunjuk dan informasi terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum.

Sekunder yaitu kamus, ensiklopedia, jurnal ilmiah dan bahan-bahan lain

yangdapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan penulis

dalam penulisan skripsi ini.

22

(15)

2. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penulisan ini dilakukan dengan cara pengumpulan

data secara studi pustaka (library research) dan juga melalui bantuan media

elektronik, yaitu internet. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara

mengumpulkan dan mengkaji data yang terdapat dalam peraturan

perundang-undangan, buku-buku,majalah, surat kabar, hasil seminar dan sumber-sumber

lain yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

3. Analisis data

Penulisan skripsi ini dilakukan dengan cara menelaah data primer dan

sekunder lalu dilakukan analisis data secara kualitatif. Metode analisis data

yang digunakan penulis adalah pendekatan kualitatif, penelitian yang

memusatkan perhatiannya pada prinsip-prinsip umum yang mendasari

perwujudan satuan-satuan yang ada dalam kehidupan manusia, atau pola-pola

yang dianalisis gejala-gejala sosial budaya dengan menggunakan kebudayaan

dari masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai

pola-pola yang berlaku23

a. mengumpulkan peraturan perundang-undangan dan bahan kepustakaan

lainnya yang relevan dengan penelitian;

. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan :

b. melakukan pengelompokan terhadapPeraturan Perundang-Undangan dan

bahan hukum yang relevan dengan penelitian;

c. mengolah dan menginterpretasikan data primer maupun sekunder untuk

mendapatkan kesimpulan dari permasalahan;

23

(16)

d. menarik kesimpulan, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif,

yaitu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.

G. Sistematika Penulisan

Sistematikan penulisan skripsi ini dilakukan dengan pembahasan secara

sistematis.Sistematika penulisan ini meliputi:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mengemukakan tentang tentang latar belakang, perumusan

masalah sebagai topik yang akan dibahas dalam penulisan

ini,tujuan dan manfaat penulisan,keaslian penulisan, tinjauan

kepustakaan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II KEWENANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM

LEMBAGA JASA KEUANGAN LAINNYA

Bab ini akan membahas tentang latar belakang pembentukan

Otoritas Jasa Keuangan, pengertian OJK, status Otoritas Jasa

Keuangan, dan membahas mengenai wewenang OJK dalam

lembaga jasa keuangan lainnya.

BAB III PENGATURAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

NASIONAL

Bab ini akan menguraikan tentang latar belakang terbentuknya

program Jaminan Kesehatan Nasional, tujuan program Jaminan

Kesehatan Nasional, prinsip pelaksanaan program Jaminan

(17)

Jaminan Kesehatan Nasionalefektifitas pelaksanaan program

Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia.

BAB IV WEWENANG OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL BPJS

KESEHATAN

Bab ini akan menguraikan tentang program Jaminan

KesehatanNasional oleh BPJS Kesehatan,Ruang lingkup

pengawasan program Jaminan Kesehatan Nasional oleh Otoritas

Jasa Keuangan, dan Wewenang dan Peran Otoritas JasaKeuangan

sebagai pengawas dalam program Jaminan Kesehatan Nasional

BPJS Kesehatan.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, bab V ini

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya untuk pencairan bantuan diharapkan Saudara Ketua/Dekan Perguruan Tinggi Agama Islam untuk mendownload dan mengisi serta menandatangi format (terlampir) dengan ketentuan

dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dan akan menyebabkan ketidakpuasan bila tidak terpenuhi atau dengan kata lain tingkat kepuasan pelanggan berhubungan linear.. dengan kinerja

Bagi sekolah, hendaknya perlu mengoptimalkan kembali fasilitas yang dimiliki sekolah; mengoptimalkan kinerja tenaga kependidikan untuk melaksanakan apa

Untuk membuat situs eLearning mengenai pembelajaran alat musik gitar untuk pemula yang dikemas menarik dan interaktif penulis menggunakan bahasa pemrograman PHP yang digunakan

[r]

Website Sekolah Tinggi Transportasi Darat ini dibuat untuk memberikan fasilitas yang ditujukan untuk masyarakat luas untuk memperoleh informasi informasi seputar dunia

[r]

Program aplikasi ini dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman ASP (Active Server Pages ) untuk membuat coding halaman web dengan file berekstension .ASP sedangkan untuk