• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LOYALITAS PELANGGAN PUPUK PT PETROKIMIA GRESIK DI JAWA TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LOYALITAS PELANGGAN PUPUK PT PETROKIMIA GRESIK DI JAWA TIMUR."

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

oleh :

R i z a l

NPM : 0661020007

PROGRAM PASCA SARJANA

(2)

DI JAWA TIMUR

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

R I Z A L

NPM : 0661020007

Telah dipertahankan di depan Dosen Penguji Pada Tanggal : 20 Juni 2007

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Pembimbing Utama Anggota Penguji Lain :

Prof.Dr. Djohan Mashudi, SE,MS Prof.Dr. Soeparlan Pranoto, SE.Ak,MM

Pembimbing Pendamping Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE,MM

Drs.Ec. Prasetyo Hadi, MM Dr. Muhadjir Anwar, SE,MM

Surabaya, 20 Juni 2007 UPN ”Veteran” Jawa Timur Program Pascasarjana

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul ”Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan Pupuk

PT Petrokimia Gresik di Jawa Timur”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.Dr. Djohan

Mashudi, SE,MS selaku Pembimbing Utama dan Bapak Drs.Ec. Prasetyo

Hadi, MM selaku Pembimbing Pendamping yang selalu memberikan

pengarahan dalam menyelesaikan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis

sampaikan kepada :

1. Bapak Drs.H. Warsito, SH,MM selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr.Ir. Zainal Abidin, MS selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

3. Direksi PT Petrokimia Gresik yang telah memberikan ijin penulis untuk

melakukan penelitian di PT Petrokimia Gresik.

4. Istri dan anakku tercinta yang selalu memberikan motivasi tiada henti.

5. Pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan

(5)

Tesis ini masih jauh dari sempurna karena terbatasnya kemampuan

dan pengalaman penulis. Namun demikian, penulis berharap semoga

memberikan manfaat dalam membangun keilmuan, masyarakat, bangsa dan

negara.

Akhir kata semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat serta

hidayah-Nya kepada kita semua.

Amin.

Surabaya, Juni 2007.

(6)

KATA PENGANTAR . . . i

DAFTAR ISI . . . iii

DAFTAR TABEL . . . vii

DAFTAR GAMBAR . . . viii

DAFTAR LAMPIRAN . . . ix

RINGKASAN . . . x

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah . . . 1

1.2. Perumusan Masalah . . . 8

1.3. Tujuan Penelitian . . . 8

1.4. Manfaat Penelitian . . . 8

BAB II. KAJIAN TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu . . . 10

2.2. Landasan Teori . . . 14

2.2.1. Arti dan Pentingnya Pemasaran . . . 14

2.2.2. Karakteristik Pelanggan . . . 17

2.2.3. Pengukuran Karakteristik Pelanggan . . . 18

2.2.4. Nilai Pelanggan . . . 18

2.2.5. Pengukuran Nilai Pelanggan . . . 22

2.2.6. Kepuasan Pelanggan . . . 22

(7)

2.2.12. Hubungan Faktor-Faktor Yang . . . 33

Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan 2.3. Kerangka Konseptual . . . 34

2.4. Hipotesis . . . 36

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian . . . 37

3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel . . . 37

3.2.1. Definisi Operasional . . . 37

3.2.2. Pengukuran Variabel . . . 39

3.3. Teknik Penentuan Sampel . . . 40

3.4. Teknik Pengumpulan Data . . . 41

3.4.1. Jenis Data . . . 41

3.4.2. Metode Pengumpulan Data . . . 41

3.5. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis . . . 42

3.5.1. Uji Reliabilitas dan Validitas . . . 42

3.5.2. Uji Outlier Univariat dan Multivariat . . . 43

3.5.3. Analisis Path Menggunakan . . . 45

Pemodelan SEM 3.5.4. Evaluasi Multicolinearity dan . . . 49

Singularity 3.5.5. Uji Hipotesis . . . 49

(8)

4.4. Struktur Organisasi PT Petrokimia Gresik . . . 54

4.5. Kegiatan Produksi . . . .. . . 54

4.6. Fasilitas Pendukung . . . .. . . 56

4.6.1. Dermaga dan Fasilitasnya . . . 56

4.6.2. Pembangkit Tenaga Listrik . . . 57

4.6.3. Unit Penjernihan Air . . . . .. . . 57

4.6.4. Unit Pengolahan Limbah . . . 58

4.6.5. Sarana Distribusi . . . 59

BAB V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Hasil Penelitian . . . 60

5.2. Analisis Karakteristik Responden . . . 62

5.3. Deskripsi Variabel Penelitian . . . 63

5.4. Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis . . . 70

5.4.1. Uji Outlier Univariate dan Multivariate . . . 70

5.4.2. Uji Reliabilitas . . . 71

5.4.3. Uji Validitas . . . 72

5.4.4. Uji Construct Reliability dan Variance . . . 73

Extracted 5.4.5. Uji Normalitas . . . 74

5.4.6. Evaluasi Model One Step Approach . . . 75

(9)

DAFTAR PUSTAKA . . . 92

(10)

1.1. Posisi pasar dan pesaing pupuk PT Petrokimia . . . 3

Gresik 1.2. Indek kepuasan pelanggan PT Petrokimia . . . 4

Gresik 5.1. Sebaran responden di 8 kabupaten di Jawa Timur . . . 62

5.2. Jawaban responden tentang karakteristik pelanggan . . . 63

5.3. Jawaban responden tentang nilai pelanggan . . . 64

5.4. Jawaban responden tentang kepuasan pelanggan . . . 66

5.5. Jawaban responden tentang hambatan pindah merek . . . . 67

5.6. Jawaban responden tentang loyalitas pelanggan . . . 69

5.7. Hasil uji Outlier . . . . . . 70

5.8. Uji Reliabilitas . . . 71

5.9. Uji Validitas . . . 72

5.10. Construct Reliability dan Variance Extracted . . . 73

5.11. Uji Normalitas . . . 74

5.12. Evaluasi Criteria Goodness of fit One Step Approach . . . 76

5.13. Evaluasi Criteria Goodness of fit One Step Approach . . . 78

(11)

1. Loyalitas Pelanggan Pupuk PT Petrokimia Gresik . . . 5

2. Model Konseptual . . . 35

5.1. Model Specification : One Step Approach . . . 76

(Base Model)

5.2. Model Specification : One Step Approach . . . 77

(12)

1. Data Penelitian . . . 97

2. Uji Outlier . . . .. . . . 100

3. Uji Korelasi . . . .. . . 101

4. Uji Normalitas . . . .. . . 102

5. Uji Reliabilitas . . . .. . . 103

6. Frekuensi Jawaban Responden . . . .. . . 105

7. Uji Hipotesa Kausal . . . .. . . 108

8. Pengujian Reliabilitas Consistency Internal . .. . . 109

9. Uji Validitas . . . .. . . 110

10. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted . . . 111

11. Model Pengukuran dan Struktural . . . .. . . 112

12. Model Pengukuran dan Struktural (modifikasi) . . . 113

13. Uji Hipotesa Kausal Regresion Weights . . . 114

(13)

RINGKASAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LOYALITAS

PELANGGAN PUPUK PT PETROKIMIA GRESIK DI JAWA TIMUR

PT Petrokimia Gresik sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), merupakan produsen pupuk terlengkap di Indonesia yang diberi tanggungjawab untuk penyediaan pupuk Nasional. Seluruh jenis pupuk yang diproduksi didistribusikan ke seluruh Indonesia, kecuali untuk pupuk Urea hanya cukup memenuhi sebagian wilayah Jawa Timur.

Kebutuhan pupuk di Jawa Timur cukup besar sedangkan pupuk PT Petrokimia Gresik tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan petani karena terbatasnya alokasi pupuk subsidi dari pemerintah. Kondisi seperti ini membuka peluang bagi pupuk pesaing dari impor ataupun lokal untuk mengisi pasar pupuk di Jawa Timur. Hasil survei Tim Riset PT Petrokimia Gresik terhadap kepuasan pelanggan menunjukkan adanya peningkatan Indek Kepuasan Pelanggan Pupuk selama lima tahun terakhir ini. Namun hasil survei lainnya menyatakan loyalitas petani tanaman pangan masih lebih rendah dibandingkan dengan loyalitas petani hortikultura dan perkebunan rakyat terhadap pupuk PT Petrokimia Gresik. Beberapa faktor berperan selain faktor kepuasan pelanggan, yaitu karakteristik pelanggan, nilai pelanggan, dan hambatan pindah merek. Berdasarkan hasil survei tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan pupuk PT Petrokimia Gresik di Jawa Timur.

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari responden dengan menggunakan kuesioner. Responden adalah petani sebanyak 130 orang yang tersebar di Kabupaten Ngawi, Madiun, Kediri, Nganjuk, Pasuruan, Malang, Lamongan, dan Gresik. Teknik analisis data menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) untuk mengetahui kausalitas antar variabel yang dianalisis.

Dari hasil pengujian SEM dengan bantuan program AMOS diketahui bahwa faktor karakteristik pelanggan dan kepuasan pelanggan berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan, sedangkan faktor nilai pelanggan dan hambatan pindah merek berpengaruh negatif terhadap loyalitas pelanggan pupuk PT Petrokimia Gresik di Jawa Timur.

(14)

1.1. Latar Belakang Masalah

Memperhatikan semakin membaiknya perekonomian dalam negeri

serta berkembangnya dunia bisnis dan industri yang demikian pesat

menyebabkan kondisi persaingan yang semakin ketat dan untuk memenuhi

keinginan dan harapan konsumen merupakan salah satu tujuan dari

pemasaran.

Produk dengan kualitas memenuhi spesifikasi fisik, teknis maupun

fungsi akan meningkatkan kepuasan pelanggan. Logika sederhana dari para

pelaku bisnis bahwa apabila pelanggannya puas, pastilah akan terjadi

sesuatu yang lebih baik untuk bisnis mereka dimasa mendatang.

Memuaskan pelanggan adalah pertahanan paling baik melawan pesaing dan

perusahaan yang berhasil menjaga agar pelanggannya selalu puas hampir

tak terkalahkan.

Pengalaman yang diterima pelanggan selama berhubungan dengan

perusahaan akan dapat mengikat pelanggan untuk melakukan transaksi

berulang-ulang, namun demikian usaha membidik pelanggan yang loyal

tidaklah mudah, untuk hal ini perlu dibangun keunggulan-keunggulan yang

(15)

individual yang menguntungkan dengan memanfaatkan teknologi untuk

mendorong pelanggan tetap setia.

Loyalitas lebih ditujukan kepada suatu perilaku yang ditunjukkan

dengan pembelian secara rutin dan menjalin hubungan kerja dengan

pelanggan berarti mendapatkan dan mempertahankan pelanggan secara

berkesinambungan, dan dalam jangka panjang menjadi keberhasilan dalam

pemasaran.

Pupuk merupakan salah satu input pertanian yang menjadi komponen

penting dalam upaya peningkatan pendapatan usahatani, sehingga untuk

mencapai tingkat produksi dan produktivitas yang optimal, pemberian pupuk

harus lengkap dan berimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman terutama

hara makro primer seperti N, P, dan K.

Kebutuhan hara N, P, dan K bagi tanaman dapat dipenuhi dengan

pemberian pupuk Urea dan ZA sebagai sumber hara N, pupuk SP-36

sebagai sumber hara P, dan KCl sebagai sumber hara K. Selain itu,

penggunaan pupuk majemuk NPK telah mulai diminati oleh banyak petani

untuk memenuhi kebutuhan hara tanamannya, dengan pertimbangan

kepraktisan dalam aplikasinya di lapangan dan dari satu jenis pupuk ini

sudah sekaligus memberikan beberapa unsur hara.

Petani merupakan konsumen utama bagi PT Petrokimia Gresik yang

memproduksi pupuk Urea, ZA, SP-36, dan pupuk majemuk NPK. Kapasitas

(16)

SP-36 1.000.000 ton, serta pupuk majemuk NPK Phonska 300.000 ton dan

NPK Kebomas 100.000 ton. Produksi pupuk Urea hanya cukup untuk

memenuhi kebutuhan petani di 10 Kabupaten di Jawa Timur, sedangkan

produksi pupuk ZA, SP-36, dan pupuk majemuk NPK didistribusikan

keseluruh petani di Indonesia.

Kebutuhan pupuk Urea di Jawa Timur sekitar 1.000.000 ton per tahun,

sedangkan kemampuan produksi PT Petrokimia Gresik hanya 460.000 ton

sehingga kekurangannya dipasok oleh PT Pupuk Kaltim dan PT Pusri,

sedangkan untuk pupuk-pupuk lainnya seperti ZA, SP-36, dan pupuk

majemuk NPK dipasok juga oleh produk pesaing yang sebagian besar

berasal dari impor.

Tabel 1.1. Posisi pasar dan pesaing pupuk PT Petrokimia Gresik

Pupuk Pasar Pesaing Posisi Pesaing

1. Urea Jawa Timur PT Kaltim dan PT Pusri

Brand-image dan ketersedia- an barang lebih baik

2. ZA Indonesia Pupuk impor Bentuk dan ukuran/mesh kristal lebih baik

3. SP-36 Indonesia Pupuk impor Bentuk dan ukuran/mesh kristal lebih baik

4. Phonska Indonesia Pupuk NPK dari PT Kaltim, PT Kujang, PT Pusri, dan Impor

Bentuk, warna, dan ukuran/ mesh butiran lebih baik

Sumber : PT Petrokimia Gresik, 2006.

Mengingat kebutuhan pupuk di Jawa Timur cukup besar sehingga

(17)

maka diperlukan respon perusahaan terhadap kebutuhan dan keinginan

pelanggan agar tercapai tingkat kepuasan pelanggan. Perusahaan yang tidak

cepat menanggapi kebutuhan dan keinginan pelanggan, berarti memberi

kesempatan kepada pelanggan untuk mencari dan menemukan, bahkan

berpeluang untuk pindah ke produk lain yang sejenis dan dapat membuat

mereka puas, sehingga perusahaan akan kehilangan pelanggan dan pesaing

mendapatkan pelanggan baru. Dengan demikian, manajemen perusahaan

dituntut untuk lebih cermat dalam menentukan strategi bersaing, agar dapat

memenangkan persaingan yang dihadapi.

Hasil survei kepuasan pelanggan yang dilakukan Tim Riset

Pemasaran PT Petrokimia Gresik pada tahun 2002 sampai dengan 2006

menunjukkan bahwa indek kepuasan pelanggan pupuk PT Petrokimia Gresik

cenderung meningkat setiap tahunnya.

Tabel 1.2. Indek Kepuasan Pelanggan PT Petrokimia Gresik

Produk Indek Kepuasan Pelanggan (%)

2002 2003 2004 2005 2006 1. Urea 67,55 76,13 80,05 80,29 81,72 2. Z A 66,78 75,03 79,02 79,88 80,42 3. SP-36 65,51 76,18 78,79 80,27 80,38 4. Phonska 65,59 75,13 81,51 81,68 81,96

Rata-rata 66,36 75,62 79,84 80,53 81,12

Sumber : PT Petrokimia Gresik, 2007.

Umumnya kepuasan pelanggan yang meningkat berpengaruh positif

dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan (Ilham dkk. 2006), namun

(18)

PT Petrokimia Gresik yang dilakukan Tim Fakultas Pertanian-UGM (2005)

menunjukkan bahwa loyalitas petani tanaman pangan terhadap pupuk PT

Petrokimia Gresik lebih rendah dibandingkan dengan petani hortikultura dan

perkebunan. Hal ini disebabkan karena petani tanaman pangan lebih memilih

pupuk Urea dan pupuk majemuk NPK produksi pesaing dari pada pupuk PT

Petrokimia Gresik walaupun ada kecenderungan tetap memilih pupuk ZA dan

SP-36 dari PT Petrokimia Gresik dibandingkan pupuk sejenis dari pesaing.

50 55 60 65 70

Urea ZA SP-36 Phonska

Petani Tan Pangan

Petani Hortikultura

Petani Kebun

Rata-rata %

Gambar 1. Loyalitas Pelanggan Pupuk PT Petokimia Gresik, 2005. (Tim Fak. Pertanian-UGM, 2005)

Berdasarkan hasil kedua penelitian di atas menunjukkan adanya

fenomena, hal ini juga terjadi pada penelitian Fornel (1992) bahwa kepuasan

pelanggan dapat meningkatkan loyalitas pelanggan, tetapi penelitian Griffin

(2005) menunjukkan hal yang berbeda dimana tingkat kepuasan yang tinggi

(19)

Sejumlah faktor ternyata berperan dalam masalah loyalitas pelanggan

selain faktor kepuasan pelanggan, yaitu dipengaruhi juga oleh karakteristik

pelanggan, nilai pelanggan, dan hambatan pindah merek (Budi Suharjo

dalam Palupi, 2006).

Karakteristik pelanggan dapat mempengaruhi tingkat loyalitas

seseorang (Budi Suharjo dalam Palupi, 2006), dan menurut Assael (dalam

Setiadi, 2005) ada 4 karakteristik umum yang bisa diidentifikasikan apakah

seorang pelanggan mendekati loyalitas atau tidak, yaitu : (1) pelanggan yang

loyal terhadap merek cenderung lebih percaya diri terhadap pilihannya; (2)

pelanggan yang loyal lebih memungkinkan merasa tingkat risiko yang lebih

tinggi dalam pembeliannya; (3) pelanggan yang loyal terhadap merek juga

lebih mungkin loyal terhadap toko; dan (4) kelompok pelanggan yang

minoritas cenderung untuk lebih loyal terhadap merek.

Nilai pelanggan dapat mempengaruhi loyalitas seseorang setelah

mempertimbangkan antara biaya atau harga yang ditanggung dengan

manfaat yang diterimanya. Menurut Astuti (2002) bahwa perusahaan yang

dapat memahami nilai pelanggan akan mempengaruhi pelanggan tidak

beralih ke pesaing dan dalam jangka panjang menjadi pelanggan yang loyal

(setia).

Hambatan pindah merek dapat juga mempengaruhi loyalitas

seseorang karena hambatan yang dirasakan pelanggan tidak hanya

(20)

dengan faktor psikologis, sosial, fungsional, dan ritual (Budi Suharjo dalam

Palupi, 2006). Menurut Hurriyati (2005) perlu membuat hambatan agar

pelanggan tidak mudah pindah ke merek lain (constructing barrier to

switching).

Loyalitas merupakan ukuran yang lebih dapat diandalkan untuk

memprediksi pertumbuhan penjualan dan keuangan, menurut Surachman

(2006), keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh perusahaan apabila

memiliki pelanggan yang loyal antara lain dapat mengurangi biaya

pemasaran, mengurangi biaya transaksi, mengurangi biaya turn over

pelanggan, meningkatkan penjualan silang yang akan memperbesar pangsa

pasar perusahaan, word of mouth yang lebih positif dengan asumsi

pelanggan yang loyal merasa puas, dan mengurangi biaya kegagalan.

Beredarnya pupuk Urea, ZA, SP-36, dan pupuk majemuk NPK dari

produk pesaing, maka perlu dilakukan kajian mendalam tentang respon

petani terhadap penggunaan pupuk-pupuk PT Petrokimia Gresik, terutama

yang berkaitan dengan nilai pelanggan, karakter pelanggan, hambatan

pindah merek, dan kepuasan pelanggan. Disamping itu, loyalitas pelanggan

dalam menggunakan pupuk merek tertentu perlu juga dikaji untuk melahirkan

rekomendasi bagi pihak yang berkepentingan.

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil judul “Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan Pupuk PT Petrokimia

(21)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka perumusan

masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

a. Apakah terdapat pengaruh karakteristik pelanggan terhadap loyalitas

pelanggan pupuk PT Petrokimia Gresik?

b. Apakah terdapat pengaruh nilai pelanggan terhadap loyalitas pelanggan

pupuk PT Petrokimia Gresik?

c. Apakah terdapat pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas

pelanggan pupuk PT Petrokimia Gresik?

d. Apakah terdapat pengaruh hambatan pindah merek terhadap loyalitas

pelanggan pupuk PT Petrokimia Gresik?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka

tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis

faktor karakteristik pelanggan, nilai pelanggan, kepuasan pelanggan, dan

hambatan pindah merek yang mempengaruhi loyalitas pelanggan pupuk

PT Petrokimia Gresik di Jawa Timur.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, terdapat beberapa hal yang

(22)

a. Bagi peneliti, melakukan penelitian ini diharapkan dapat menerapkan ilmu

yang diperoleh selama kuliah Program Magister Manajemen.

b. Bagi pihak manajemen PT Petrokimia Gresik, diharapkan dapat

memberikan masukan untuk dijadikan acuan pada pengambilan kebijakan

pemasaran di masa depan.

c. Bagi perpustakaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur, diharapkan dengan penelitian ini akan menambah khasanah

perpustakaan dan menjadi referensi pada pengembangan penelitian lebih

(23)
(24)

2.1. Penelitian Terdahulu

Temuan penelitian terdahulu penting untuk mengetahui sekaligus

untuk menguji obyektivitas ilmu yang menjadi masalah dalam suatu

penelitian. Beberapa hasil penelitian sebelumnya yang memiliki kaitan

dengan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dan digunakan peneliti

sebagai rujukan untuk lebih memahami antar variabel dalam penelitian ini.

I. Analisis Faktor Dimensi Kualitas dan Pengaruh Kualitas Pelayanan

Terhadap Kepuasan Pelanggan, Nilai Pelanggan, dan Loyalitas

Pelanggan : Studi Pada Perum Pegadaian Wilayah Malang dan

Makassar, diteliti oleh Ilham, M. Syafi’ie Idrus, Nuhfil Hanani, dan Agus

Suman dalam Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Vol. 7 No. 1, Juli 2004.

Hasil penelitian menyatakan sebagai berikut :

1. Kualitas jasa Perum Pegadaian berpengaruh terhadap kepuasan

pelanggan, nilai pelanggan, dan loyalitas pelanggan.

2. Kepuasan pelanggan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

loyalitas pelanggan. Demikian juga dengan nilai pelanggan

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan

dan loyalitas pelanggan, karena nilai pelanggan ini dapat menghemat

(25)

dibandingkan dengan perusahaan pesaing, sehingga pelanggan dapat

mengadakan transaksi berulangkali (loyal) dan bahkan menganjurkan

kepada orang lain.

II. Kontribusi Involvement dan Trust in a Brand Dalam Membangun Loyalitas

Pelanggan, diteliti oleh Licen Indahwati Darsono dan Basu Swastha

Dharmmesta dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 20 No. 3,

2005.

Hasil penelitian menyatakan sebagai berikut :

1. Semakin tinggi keterlibatan (involvement) seseorang, semakin tinggi

loyalitas kognitifnya, yang selanjutnya akan menuntun orang tersebut

untuk sampai pada loyalitas tindakan.

2. Semakin tinggi trust in a brand, semakin tinggi loyalitas konatif

seseorang yang akan menuntun orang tersebut untuk sampai pada

loyalitas tindakan.

3. Loyalitas tindakan dimulai dari loyal terlebih dahulu pada aspek

kognitifnya (keterlibatan), kemudian pada aspek afektif (kepuasan),

pada aspek konatif (kepercayaan), dan akhirnya pada aspek perilaku

atau tindakan.

III. Relationship Quality as a Predictor of B2B Customer Loyalty, diteliti oleh

Papassapa Rauyruen and Kenneth E. Miller dalam Journal of Business

(26)

Penelitian ini menyimpulkan antara lain :

1. Hasil empiris menunjukkan bahwa hanya dua dimensi dari empat

dimensi kualitas hubungan yang mempengaruhi keinginan untuk

membeli, yaitu kepuasan dan kualitas jasa/layanan.

2. Hasil SEM menunjukkan bahwa kepercayaan kepada supplier,

komitmen afektif dan kualitas jasa/layanan berpengaruh terhadap

loyalitas.attitudinal.

3. Hasil penelitian ini memberikan informasi tambahan tentang loyalitas

konsumen SMEs dan menunjukkan bahwa kualitas hubungan yang

dimiliki konsumen B2B dengan pekerja dari supplier, ternyata tidak

mempengaruhi loyalitas.

IV. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesetiaan Terhadap Merek pada

Konsumen Pasta Gigi Pepsodent di Surabaya, diteliti oleh Herizon dalam

Ventura Vol. 6 No. 1, April 2003.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa :

1. Faktor-faktor satisfaction, habitual behavior, commitmen, dan liking of

the brand secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap

kesetiaan merek pada konsumen pasta gigi.

2. Faktor-faktor satisfaction, habitual behavior, commitmen, dan liking of

the brand secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kesetiaan

(27)

V. Pengaruh Kepuasan Konsumen Terhadap Kesetiaan Merek : Studi Kasus

Restoran The Prime Steak & Ribs Surabaya, diteliti oleh Hatane Samuel

dan Foedjiwati dalam Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol. 7 No. 1,

Maret 2005.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa kepuasan konsumen berpengaruh

secara signifikan terhadap kesetiaan merek.

Persamaan kelima penelitian di atas dengan penelitian ini adalah

bidang kajian yang digunakan yaitu manajemen pemasaran dimana

ketiganya fokus pada loyalitas pelanggan. Adapun perbedaannya adalah :

(1) Obyek penelitian ini menggunakan sampel petani dari beberapa daerah

di Jawa Timur.

(2) Sebagian variabel yang mempengaruhi loyalitas pelanggan berbeda

seperti nilai pelanggan, hambatan perpindahan merek, dan karakteristik

pelanggan.

Secara umum penelitian ini bermaksud menguji dan membuktikan

kebenaran teori yang telah ada, yaitu mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi loyalitas pelanggan, sehingga hal ini akan membedakan

(28)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Arti dan Pentingnya Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu fungsi bisnis yang harus dilakukan

oleh perusahaan untuk menyampaikan atau mendistribusikan produknya ke

pelanggan. Banyaknya perusahaan yang bergerak dibidang yang sama,

mengakibatkan adanya beragam pilihan produk yang disediakan kepada

pelanggan, hal ini menimbulkan persaingan yang ketat antara perusahaan

yang memproduksi barang atau jasa yang sejenis. Oleh karena itu, tugas

pokok dari perusahaan adalah menemukan strategi pemasaran yang tepat

dan mencari keinginan dan kemauan perilaku pelanggan.

Kotler (2005) menyatakan ada lima konsep yang bersaing yang

dijadikan sebagai pedoman oleh organisasi untuk melakukan kegiatan

pemasaran, yaitu :

1. Konsep Produksi, mendukung produk yang tersedia dan harga yang

terjangkau.

2. Konsep Produk, pelanggan menerima produk yang memberikan segala

yang terbaik dalam kualitas, penampilan, dan ciri produk.

3. Konsep Penjualan, dimana pelanggan tidak akan membeli produk

perusahaan dalam jumlah cukup bila perusahaan tidak melakukan upaya

(29)

4. Konsep Pemasaran, dimana kunci untuk meraih tujuan perusahaan

adalah menentukan kebutuhan dan keinginan pasar serta memberi

kepuasan.

5. Konsep Pemasaran Kemasyarakatan, dimana tugas perusahaan adalah

menentukan kebutuhan, keinginan, dan kepentingan pasar sasaran serta

memberi kepuasan dengan cara mempertahankan atau meningkatkan

kesejahteraan pelanggan dan masyarakat.

Pelanggan adalah orang yang membeli produk suatu perusahaan dan

membelinya lagi setiap saat membutuhkannya (Sutojo, 2003). Pelanggan

dapat dinyatakan juga sebagai orang atau organisasi yang membeli dan

menggunakan produk yang dihasilkan perusahaan untuk memenuhi

keinginan dan kebutuhannya (Kotler, 2005).

Pelanggan sebagai mitra bagi perusahaan memiliki peran sentral

untuk keberlangsungan bisnis. Loyalitas pelanggan menjadi sangat penting,

bahkan dapat dijadikan dasar untuk pengembangan keunggulan kompetitif

yang berkelanjutan (Dick dan Basu, 1994).

Seorang pelanggan yang loyal akan menjadi aset yang sangat bernilai

bagi perusahaan, dan dipertahankannya pelanggan yang loyal dapat

mengurangi usaha mencari pelanggan yang baru dan memberikan umpan

(30)

loyalitas mempunyai hubungan positif dengan profitabilitas (Hallowell, 1996;

Rowley dan Dawes, 1999).

Pelanggan riil yang loyal tidaklah mudah diperoleh, pemasar seringkali

tertipu oleh perilaku pelanggan yang kelihatan loyal, tetapi jauh di lubuk

hatinya tidak loyal karena adanya pengaruh faktor internal dan faktor

eksternal dari produk dan industrinya. Menurut Budi Suharjo (dalam Palupi,

2006) bahwa faktor internal sangat erat kaitannya dengan perilaku

pelanggan, dimana ada pelanggan yang memiliki perilaku kebiasaan dan

nilai-nilai yang dibawa sejak kecil atau yang diajarkan orang tuanya sehingga

mereka mengonsumsi produk dan merek seperti orang tuanya tanpa

perlawanan. Ada pula karakter pelanggan yang tidak suka berpindah-pindah

merek selama produk yang dipakai bisa memenuhi semua kebutuhan dan

harapannya, walaupun merek lain dapat memberikan fitur atau manfaat yang

lebih. Adapun faktor eksternal .menyangkut kondisi yang terjadi di luar

produk, seperti ketersediaan barang yang dapat menjadi pemicu

ketidakloyalan pelanggan bila tidak tersedia pada saat dibutuhkan.

Keinginan, kebutuhan, dan harapan pelanggan memang harus

terpenuhi melalui produk yang telah dibelinya, sebab kalau keinginan,

kebutuhan, dan harapan mereka terpenuhi, mereka tidak akan meninggalkan

perusahaan dan menjadi pelanggan pesaing, akan tetapi mereka akan

(31)

agen promosi perusahaan (Astuti, 2002). Untuk memenangkan persaingan,

maka perusahaan harus mampu menawarkan hasil produknya yang

mempunyai keunggulan daya saing yang terus berlanjut dari waktu ke waktu,

agar umur daur hidup produk menjadi panjang.

2.2.2. Karakteristik Pelanggan

Sehubungan latar belakang dan pengalaman pelanggan

berbeda-beda, biasanya nilai-nilai dan keyakinan yang mereka pahami pun tidak

sama. Ada pelanggan yang dari asli karakternya memang loyalis, tetapi ada

pula pelanggan yang cenderung berpindah-pindah pujaan merek, tidak peduli

dengan pertimbangan kebutuhan, manfaat lebih ataupun risiko yang

diterimanya. Budi Suharjo (dalam Palupi, 2006) menyatakan bahwa

karakteristik dari pelanggan merupakam karakter yang mempengaruhi tingkat

loyalitas seseorang.

Hurriyati (2005) menyatakan bahwa karakter pelanggan identik

dengan karakter individu, yaitu suatu proses psikhologis yang mempengaruhi

individu dalam memperoleh, mengkonsumsi serta menerima barang atau jasa

serta pengalaman. Karakteristik individu merupakan faktor internal

(interpersonal) yang menggerakan dan mempengaruhi perilaku antara lain :

(1) sumber daya pelanggan; (2) motivasi; (3) keterlibatan; (4) pengetahuan;

(5) sikap; (6) kepribadian; (7) nilai; dan (8) gaya hidup. Menurut Sutojo

(32)

terhadap produk atau merek dagang tertentu dapat berpengaruh terhadap

perilaku (behavior) dan keinginan membeli dan membeli lagi dari pelanggan.

Dengan mengetahui karakteristik dari pelanggan maka dapat

ditentukan pelanggan tersebut loyal atau tidak. Menurut Griffin (2002),

karakteristik dari pelanggan yang loyal adalah sebagai berikut :

- melakukan pembelian ulang secara teratur (repeat purchase)

- membeli di luar lini produk/jasa

- mengajak orang lain (referrals)

- menunjukkan kekebalan dari tarikan persaingan (tidak mudah terpengaruh

oleh tarikan persaingan produk sejenis lainnya / retention)

2.2.3. Pengukuran Karakteristik Pelanggan

Karakteristik pelanggan merupakan karakter individu pelanggan yang

sangat dipengaruhi faktor psikhologis pelanggan seperti motivasi pembelian

dan sikap pelanggan terhadap suatu produk atau merek dagang tertentu

yang dapat berpengaruh terhadap keinginan membeli dan membeli lagi dari

produk tersebut (Sutojo, 2003). Faktor psikhologis dari motivasi dapat

diketahui dari keinginan pelanggan untuk berganti merek, sedangkan sikap

pelanggan diketahui dari kesetiaan pelanggan terhadap produk atau merek

yang exist.

(33)

Nilai yang dipikirkan pelanggan adalah selisih antara evaluasi calon

pelanggan atas semua manfaat serta semua biaya tawaran tertentu dan

alternatif-alternatif lain yang dipikirkannya (Kotler, 2005). Nilai pelanggan

dapat juga dimaknai sebagai penilaian pelanggan terhadap suatu produk

atau merek yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan memberikan

manfaat lebih dibandingkan merek lain (Budi Suharjo dalam Palupi. 2006).

Menurut Hurriyati (2005), pembeli akan membeli dari perusahaan yang

memberikan nilai pelanggan tertinggi, yang didefinisikan sebagai selisih

antara total nilai pelanggan dan total biaya pelanggan. Hal ini berarti bahwa

para penjual harus menentukan total nilai pelanggan dan total nilai biaya bagi

pelanggan yang ditawarkan oleh masing-masing pesaing untuk mengetahui

bagaimana posisi tawaran mereka sendiri.

Astuti (2002) menyatakan bahwa perusahaan yang mampu

menyampaikan nilai pelanggan lebih baik dari pada pesaing berarti

keberhasilan dalam memenangi persaingan. Selanjutnya, dalam

mengembangkan nilai pelanggan perlu pemahaman perusahaan untuk

mengetahui tentang atribut-atribut apa yang melekat (citra) dari suatu produk,

dan kebutuhan-kebutuhan apa dari atribut tersebut yang belum sesuai

dengan pelanggan setelah pelanggan membeli dan mempunyai pengalaman

dalam menggunakan produk tertentu. Menurut Kotler (2005) menganjurkan

untuk mempertimbangkan salah satu dari lima scenario “generic value

(34)

a. Memberikan kemanfaatan yang lebih kepada pelanggan dengan biaya

yang lebih rendah dibandingkan dengan pihak pesaing (more for less).

b. Memberikan kemanfaatan yang lebih kepada pelanggan dengan biaya

yang sama besar bila dibandingkan dengan pihak pesaing (more for

same).

c. Memberikan kemanfaatan yang sama dengan pihak pesaing kepada

pelanggan dengan biaya yang lebih rendah (same for less).

d. Memberikan kemanfaatan yang lebih kepada pelanggan dengan biaya

yang juga lebih besar bila dibandingkan dengan pihak pesaing (more for

more).

e. Memberikan kemanfaatan yang lebih rendah kepada pelanggan dengan

biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan pihak pesaing (less for

less).

Sutojo (2003) menyatakan tiga paket manfaat dari produk yang yang

berpengaruh terhadap nilai pelanggan, yaitu manfaat yang dapat memenuhi

kebutuhan utama pelanggan (core benefits), manfaat yang dapat memenuhi

kebutuhan tambahan (expected benefits), dan manfaat yang dapat

memenuhi keinginan pelanggan (augmented benefits). Semakin banyak jenis

kebutuhan dan keinginan pembeli dapat dipenuhi dari manfaat yang disajikan

produk tertentu, semakin besar kesediaan mereka untuk membeli dan

(35)

Berkaitan dengan nilai pelanggan, Cronin et al, (1997) telah

melakukan studi empiris yang meneliti nilai pelanggan terhadap purchase

intentions. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa nilai pelanggan

menjadi variabel antara yang menghubungkan kualitas produk/jasa dan

purchase intentions. Ilham dkk. (2004) menyatakan bahwa nilai pelanggan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan, dan nilai

pelanggan tersebut secara parsial berpengaruh positif dan signifikan

terhadap loyalitas pelanggan. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Cronin

(2000) yang menggunakan variable nilai pelanggan terhadap loyalitas

pelanggan. Hubungan nilai pelanggan terhadap loyalitas pelanggan

menunjukkan nilai yang positif.

Pemenuhan keinginan, kebutuhan, dan harapan pelanggan maka

pelanggan akan bertahan pada produk yang ditawarkan perusahaan, hal ini

oleh perusahaan harus dipahami sebagai nilai pelanggan yang harus dikelola

dan kemudian dikembangkan secara terus menerus sebagai keunggulan

daya saing atas produk yang ditawarkan. Salah satu cara untuk mengetahui

nilai pelanggan yang dibutuhkan untuk dipenuhi oleh perusahaan adalah

dengan memfokuskan produk yang berorientasi kepada pelanggan sehingga

produk tersebut memiliki nilai yang superior (Astuti. 2002).

Nilai pelanggan yang superior didefinisikan sebagai kemampuan

perusahaan menawarkan produk dengan persepsi kualitas/manfaat jauh di

(36)

perusahaan tidak hanya mencari proposisi nilai yang memuaskan target

pelanggannya, tetapi harus lebih efektif dibandingkan dengan produk pesaing

(Hurriyati. 2005). Dengan berjalannya waktu, nilai tersebut perlu dipelihara

dan dikembangkan sehingga pelanggan membutuhkan biaya yang besar jika

ingin beralih ke produsen pesaing.

2.2.5. Pengukuran Nilai Pelanggan

Nilai pelanggan merupakan faktor yang mendasari timbulnya

kesetiaan pelanggan setelah mempertimbangkan nilai yang diterima oleh

pelanggan dalam setiap transaksinya dengan pihak penyedia produk. Suatu

produk tidak mungkin bernilai tinggi dengan sendirinya tetapi harus melalui

proses penciptaan nilai dari pelanggan (Zins, 2001). Selain berpengaruh

terhadap loyalitas pelanggan, ternyata nilai pelanggan ini berpengaruh juga

terhadap kepuasan pelanggan (Ilham dkk., 2004).

Tingkatan nilai pelanggan dapat diketahui melalui citra dari merek,

kualitas produk dari suatu merek, dan nilai manfaat produk dibandingkan

dengan harganya (Astuti, 2002).

2.2.6. Kepuasan Pelanggan

Kepuasan pelanggan telah menjadi konsep sentral dalam teori dan

praktik pemasaran, serta merupakan salah satu tujuan esensial bagi aktivitas

bisnis. Menurut Hom (2000) bahwa konsep kepuasan pelanggan adalah

(37)

tentang kepuasan pembeli yang juga termasuk orang yang tidak

menggunakan barang/jasa tersebut. Definisi kepuasan menurut Oliver

(1997) adalah tanggapan pelanggan atas adanya pemenuhan, dan

merupakan sebuah penilaian terhadap karakteristik sebuah produk atau jasa,

atau produk dan jasa itu sendiri menyediakan pemenuhan yang berhubungan

dengan konsumsi pada tingkat yang menyenangkan.

Tse dan Wilton (dalam Tjiptono, 2005) mendefinisikan kepuasan /

ketidakpuasan pelanggan sebagai respon pelanggan terhadap evaluasi

kesesuaian / ketidak sesuaian yang dipersepsikan antara harapan awal

sebelum pembelian dan kinerja aktual produk yang dipersepsikan setelah

pemakaian atau konsumsi dari produk tersebut. Menurut Kotler (2005) bahwa

kepuasan pelanggan merupakan tingkat perasaan seseorang setelah

membandingkan kinerja atau hasil yang dibandingkan harapannya.

Tjiptono (2002) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan berkontribusi

pada sejumlah aspek krusial, seperti terciptanya loyalitas pelanggan,

meningkatnya reputasi perusahaan, berkurangnya elastisitas harga,

berkurangnya biaya transaksi masa depan, dan meningkatnya efisiensi dan

produktivitas karyawan. Kepuasan pelanggan sesudah pembelian akan

tergantung pada kinerja yang ditawarkan perusahaan dibandingkan dengan

harapan yang terbentuk sebelum pelanggan melakukan pembelian. Menurut

(38)

berupaya memuaskan pelanggan serta secara berkesinambungan dan

proaktif perusahaan berhubungan langsung dengan pelanggan.

Kotler (2005) menyatakan sebuah konsep penting yaitu “kunci untuk

mempertahankan pelanggan adalah melalui kepuasan pelanggan”. Beberapa

teori dan bukti empiris menunjukkan hubungan antara kepuasan dan loyalitas

pelanggan, dimana terdapat kontribusi kepuasan terhadap loyalitas

pelanggan. Contohnya Aaker (1991) dan Hesket dkk. (1997) menyatakan

bahwa kepuasan merupakan kunci penentu bagi semua jenis loyalitas. Para

peneliti juga mengatakan bahwa kepuasan adalah variable penting untuk

menjelaskan loyalitas.

Menurut Dick dan Basu (1994) dan Oliver (1999) bahwa kepuasan

merupakan nenek moyang loyalitas, demikian juga Heskett dkk. (1997)

menyatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan kunci penentu bagi

semua jenis loyalitas. Peneliti lainnya juga menyatakan bahwa kepuasan

adalah variabel penting untuk menjelaskan loyalitas, yaitu mempengaruhi

keinginan untuk kembali membeli. Penelitian Rauyruen dan Miller (2007)

menyatakan bahwa kepuasan pelanggan muncul sebagai faktor yang sangat

krusial dalam mempertahankan kecenderungan membeli.

2.2.7. Pengukuran Kepuasan Pelanggan

Pelanggan merupakan penyedia dana yang setia sehingga

perusahaan dapat beroperasional dengan baik. Untuk itu, perusahaan harus

(39)

mengimplementasi strategi perusahaan dalam rangka meningkatkan kinerja

dan mempertahankan pelanggan.

Tingkatan pada kepuasan pelanggan dapat diketahui dari kepuasan

terhadap penggunaan merek tertentu dan kepuasan lebih dari penggunaan

merek tertentu dibandingkan merek lain (Kotler, 2005). Dalam hal ini

pelanggan diminta untuk mengungkapkan secara langsung kepuasan atau

ketidakpuasan terhadap atribut produk yang disampaikan melalui kuisioner.

2.2.8. Hambatan Pindah Merek

Merupakan hambatan yang dirasakan pelanggan bila ia pindah dari

satu merek ke merek lain. Namun demikian, seorang pelanggan yang loyal

terhadap suatu produk (merek) tertentu, tetapi karena sulit mendapatkan

barang itu disaat membutuhkannya, maka ia berpeluang besar mengalihkan

loyalitasnya berpindah ke merek lain (Budi Suharjo dalam Palupi, 2006).

Menurut Hurriyati (2005) perlu membuat hambatan agar pelanggan

tidak pindah (constructing barrier to switching). Caranya adalah dengan

memahami siapa pelanggan perusahaan, apa yang mereka beli, dan

mengapa mereka membeli. Data seperti ini digunakan untuk merancang

hambatan agar pelanggan tidak pindah ke produk lain. Hambatan-hambatan

yang dapat dibuat oleh perusahaan adalah :

a. Hambatan fisik, yaitu dengan menyediakan pelayanan fisik yang dapat

(40)

b. Hambatan psikologis, yaitu dengan menciptakan persepsi dalam pikiran

pelanggan supaya ia bergantung pada barang / jasa perusahaan.

c. Hambatan ekonomis, yaitu denga memberikan insentif bagi pelanggan

yang menguntungkan secara ekonomis, misalnya dengan memberikan

potongan harga.

Menurut Budi Suharjo (dalam Palupi, 2006) bahwa bila pelanggan

melakukan kepindahan ke merek lain jelas mengandung resiko, tetapi akibat

yang timbul pasti sudah dikalkulasi oleh pelanggan. Sebenarnya, hambatan

perpindahan merek terjadi lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal

produk itu sendiri.

2.2.9. Pengukuran Hambatan Pindah Merek

Pelanggan akan mengalami hambatan bila melakukan perpindahan

dari satu merek ke merek lain. Beberapa hambatan yang dapat

mempengaruhi pelanggan agar tidak berpindah ke merek lain, yaitu

menyampaikan resiko bila berganti-ganti merek, harga merek lain lebih

mahal, mencari merek yang disukai sampai dapat, dan adanya merek-merek

tertentu yang cocok (Griffin, 2005).

2.2.10. Loyalitas

Kondisi yang mencerminkan loyalitas seorang pelanggan pada sebuah

obyek tertentu dinamakan loyalitas pelanggan. Obyek tertentu tersebut

(41)

Menurut Dharmmesta (1999) bahwa merek dianggap lebih lazim dan

lebih banyak menjadi obyek loyal karena dianggap sebagai identitas produk

atau perusahaan yang lebih mudah dikenali oleh pelanggan. Dalam

penelitian ini istilah loyalitas pelanggan dan loyalitas merek penggunaannya

tidak dibedakan dan dapat diutarakan secara silih berganti.

Loyalitas didefinisikan oleh Dick dan Basu (1994) sebagai kekuatan

hubungan antara sikap relatif (relative attitude) yang merepresentasikan

loyalitas kesikapan individu terhadap merek tertentu dengan patronase

pengulangan (repeat patronage) yang merepresentasikan loyalitas

keperilakuan individu terhadap merek tertentu. Hal ini berarti mendukung

penggunaan pengukuran loyalitas yang mencakup aspek behavioral dan

attitudinal.

Rauyruen dan Miller (2007) yang mengutip Chaudari dan Holbrooks

(2001) mendefinisikan behavioral loyalty sebagai kemauan para pelanggan

bisnis untuk membeli kembali produk. Selanjutnya, attitudinal loyalty

didefinisikan sebagai keterikatan para pelanggan secara psikologis dan

dukungan attitudinal terhadap penyedia jasa/supplier. Karena definisi

loyalitas attitudinal mencakup dukungan pelanggan terhadap layanan yang

disediakan penyedia jasa, maka pengukuran loyalitas attitudinal

(42)

mencakup pembicaraan positif, kerelaan untuk merekomendasikan, dan

mendorong orang lain untuk menggunakan produk atau jasa yang sama.

Menurut Aaker (1996), faktor-faktor yang digunakan dalam mengukur

loyalitas pelanggan antara lain : kepuasan terhadap merek tertentu

(satisfaction), kebiasaan melakukan pembeliaan terhadap merek tertentu

(habitual behavior), kesetiaan terhadap merek tertentu bahkan

merekomendasikan kepada orang lain (commitment), dan kesukaan

pelanggan terhadap merek tertentu (liking of the brand).

Merek berperan penting untuk mempermudah pelanggan

mengidentifikasikan produk atau jasa, merek membuat pembeli yakin akan

memperoleh kualitas barang yang sama jika mereka membeli ulang. Menurut

Surachman (2006) bahwa seorang pelanggan melakukan pembelian kembali

pada merek yang sama dengan sebelumnya, umumnya karena merasa puas

terhadap merek produk tersebut. Dengan demikian, loyalitas pelanggan lebih

ditujukan kepada suatu perilaku, yang ditunjukkan dengan pembelian rutin

didasarkan pada unit pengambilan keputusan.

Sutisna (2002) menyatakan bahwa ada dua pendekatan yang dapat

dipakai untuk mempelajari loyalitas pelanggan terhadap merek.

a. Pendekatan instrumental conditioning

Pembelian yang konsisten sepanjang waktu adalah menunjukkan loyalitas

(43)

merefleksikan penguatan atau stimulus yang kuat. Jadi pengukuran

bahwa seorang konsumen itu loyal atau tidak dilihat dari frekuensi dan

konsistensi perilaku pembeliannya terhadap satu merek. Pengukuran

loyalitas konsumen dengan pendekatan ini menekankan pada perilaku

masa lalu.

b. Pendekatan teori kognitif

Perilaku pembelian tidak merefleksikan loyalitas merek seperti halnya

brand loyalty, tetapi store loyalty ditunjukkan oleh perilaku konsistensi.

Pada store loyalty ini perilaku konsumen adalah mengunjungi toko dimana

konsumen biasa membeli merek produk yang diinginkan. Oleh karena itu

yang loyal terhadap merek akan juga loyal terhadap toko.

Menurut Sunarto (2003) bahwa kesetiaan merek (brand loyalty)

seorang pelanggan ditunjukkan oleh sikap positif terhadap suatu merek,

mempunyai komitmen pada merek, dan berniat untuk terus membelinya

dimasa depan.

Kotler (2005: 90) menyatakan bahwa loyalitas pelanggan berdasarkan

pola pembeliannya dapat dibagi menjadi empat golongan :

a. Golongan Fanatik

Adalah golongan yang selalu membeli satu merek sepanjang waktu,

sehingga pola membelinya adalah X, X, X, X yaitu setia pada merek X

tanpa syarat.

(44)

Adalah pelanggan yang setia pada dua atau tiga merek, dimana kesetiaan

yang terpecah antara dua pola (X dan Y) dapat dituliskan dengan pola

membeli X, X, Y, X, Y.

c. Golongan Berpindah Kesetiaan

Adalah golongan pelanggan yang bergeser dari satu merek ke merek lain,

maka bila pelanggan pada awalnya setia pada merek X tetapi kemudian

pada saat berikutnya berpindah ke merek Y. Pola membelinya dapat

dituliskan X, X, X, Y, Y.

d. Golongan Selalu Berpindah-Pindah

Adalah kelompok pelanggan yang sama sekali tidak setia pada merek

apapun, maka pola membelinya X, Y, Z, S, Z.

Penelitian Rauyruen dan Miller (2007) dapat mengidentifikasi

setidaknya ada empat kelompok pelanggan yang loyal yang bisa dipetakan

dengan menggunakan loyalitas behavioral rendah dan tinggi dengan

kombinasi tinggi rendahnya loyalitas attitudinal. Salah satu contoh kelompok

tersebut adalah pelanggan yang memiliki loyalitas behavioral yang tinggi

dengan loyalitas attitudinal rendah, artinya pelanggan tersebut lebih rentan

terhadap bujukan dan cukup responsif terhadap tawaran kompetitor. Dalam

hal ini, manajemen harus mencari strategi yang bertujuan untuk bagaimana

(45)

2.2.11. Pengukuran Loyalitas Pelanggan

Faktor-faktor yang digunakan untuk mengukur loyalitas pada penelitian

ini antara lain : karakteristik pelanggan (customer characteristic), nilai

pelanggan (customer value), kepuasan terhadap merek tertentu

(satisfaction), hambatan pada perpindahan merek (switching barrier),

kebiasaan melakukan pembeliaan terhadap merek tertentu (habitual

behavior), dan kesetiaan terhadap merek tertentu bahkan

merekomendasikan kepada orang lain (commitment/attitudinal).

Karakteristik Pelanggan, merupakan faktor psikhologis pelanggan

seperti motivasi pembelian dan sikap pelanggan terhadap suatu produk atau

merek dagang tertentu yang dapat berpengaruh terhadap keinginan membeli

dan membeli lagi dari produk tersebut (Sutojo, 2003).

Nilai Pelanggan, merupakan faktor yang mendasari timbulnya

kesetiaan pelanggan setelah mempertimbangkan nilai yang diterima oleh

pelanggan dalam setiap transaksinya dengan pihak penyedia produk (Zins,

2001).

Kepuasan, merupakan faktor yang mendasari timbulnya kesetiaan

pelanggan pada suatu merek. Pelanggan yang merasa tidak puas setelah

(46)

merek-merek lain sampai konsumen tersebut menemukan produk yang memiliki

kriteria pemenuhan kebutuhannya (Aaker 1996).

Hambatan Pindah Merek, merupakan faktor hambatan yang

mendasari timbulnya kesetiaan pelanggan pada suatu merek, dan dengan

menciptakan hambatan terhadap perpindahan merek yang akan dilakukan

pelanggan dapat menyebabkan pelanggan semakin sulit untuk meninggalkan

merek tersebut. Hal ini merupakan salah satu cara efektif untuk mengubah

pelanggan berulang menjadi pelanggan yang loyal (Griffin, 2005).

Kebiasaan pembelian ulang, merupakan kebiasaan yang sering

dilakukan pelanggan dalam melakukan pembelian pada suatu merek tertentu.

Pelanggan yang setia pada suatu merek biasanya cenderung melakukan

pembelian yang berulang terhadap merek tersebut. Apabila sudah

merupakan kebiasaan, maka pembelian tidak akan melalui pengambilan

keputusan yang panjang dan pelanggan cenderung mengambil keputusan

tanpa membandingkan dengan merek lainnya (Aaker 1996).

Kesetiaan, pada tingkatan ini pelanggan mempunyai kesetiaan merek

yang tinggi, karena pelanggan percaya bahwa produk tersebut mempunyai

kualitas yang baik dan sesuai dengan kebutuhannya, bahkan pelanggan

merekomendasikan keunggulan merek tersebut kepada orang lain. Apabila

(47)

of mouth” yang baik atas produknya sehingga dapat mempertahankan

pelanggan yang lama dan menarik pelanggan yang baru (Aaker 1996).

2.2.12. Hubungan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas

Banyak perusahaan mengandalkan kepuasan pelanggan sebagai

jaminan keberhasilan, namun mereka kecewa mendapati bahwa para

pelanggannya yang merasa puas dapat berbelanja produk pesaing tanpa

ragu-ragu. Loyalitas merupakan ukuran yang lebih dapat diandalkan untuk

memprediksi pertumbuhan penjualan dan keuangan. Menurut Surachman

(2006), keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh perusahaan apabila

memiliki pelanggan yang loyal antara lain dapat mengurangi biaya

pemasaran, mengurangi biaya transaksi, mengurangi biaya turn over

pelanggan dan lainnya.

Menurut Fornel (1992), ada beberapa model yang sudah dikenal yang

berhubungan dengan konsep loyalitas, kepuasan pelanggan, dan nilai

pelanggan, dimana kepuasan pelanggan dicontohkan sebagai fungsi

pengharapan pelanggan dan kualitas pembeda. Selanjutnya dinyatakan

bahwa terdapat dua fungsi yang berhubungan, yaitu :

Customer satisfaction = f (expectation, perceived performance)

Loyalty = f (customer satisfaction, customer value, switching barriers,

(48)

Menurut model ini, kepuasan dapat meningkatkan loyalitas pelanggan

dan mengurangi pertukaran/perubahan. Teori tersebut berarti loyalitas

pelanggan merupakan suatu variabel endogen yang disebabkan oleh

kombinasi dari kepuasan pelanggan dan factor lainnya, sehingga loyalitas

pelanggan merupakan fungsi dari kepuasan pelanggan. Apabila hubungan

antara kepuasan pelanggan dengan loyalitas pelanggan positif, maka

kepuasan pelanggan yang tinggi akan mengakibatkan loyalitas pelanggan.

Dalam hal ini loyalitas pelanggan berfungsi sebagai Y sedangkan kepuasan

pelanggan berfungsi sebagai X.

Menurut Budi Suharjo (dalam Palupi, 2006) bahwa pengukuran

loyalitas pelanggan terhadap beberapa produk yang dipasarkan di Indonesia

dapat menggunakan costumer value, switching barrier, consumer

characteristic, dan costumer satisfaction. Dari keempat faktor ini akan

diketahui sampai sejauh mana loyalitas pelanggan terhadap produk suatu

perusahaan, dan yang lebih penting lagi dari hasil pengukuran loyalitas ini

adalah bagaimana seharusnya produsen mau mendengar apa yang

dibutuhkan oleh para pelanggannya dan produsen mau menyesuaikan diri

dengan apa maunya pasar.

2.3. Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang penelitian sebelumnya dan landasan teori

(49)

kerangka teoritis yang melandasi adanya faktor-faktor yang mempengaruhi

loyalitas pelanggan. Pada prinsipnya ada logika bahwa keinginan,

kebutuhan, dan harapan konsumen memang harus terpenuhi selalu melalui

produk yang telah dibelinya agar pelanggan tidak meninggalkan perusahaan

atau bertahan pada perusahaan kita dan bukan menjadi pelanggan pesaing

(Astuti, 2002).

Gambar 2. Model Konseptual

Nilai Pelanggan X2

Hambatan Pindah Merek

(50)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

hipotesis dalam penelitian ini, yaitu :

a. Karakteristik pelanggan merupakan faktor yang berpengaruh positif

terhadap loyalitas pelanggan pupuk PT Petrokimia Gresik di Jawa Timur.

b. Nilai pelanggan merupakan faktor yang berpengaruh positif terhadap

loyalitas pelanggan pupuk PT Petrokimia Gresik di Jawa Timur.

c. Kepuasan pelanggan merupakan faktor yang berpengaruh positif terhadap

loyalitas pelanggan pupuk PT Petrokimia Gresik di Jawa Timur.

d. Hambatan pindah merek merupakan faktor-faktor yang berpengaruh

positif terhadap loyalitas pelanggan pupuk PT Petrokimia Gresik di Jawa

(51)

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT Petrokimia Gresik sedangkan untuk

memperoleh data primer diperoleh langsung dari responden yang tersebar di

8 kabupaten di Jawa Timur, yaitu Ngawi, Madiun, Kediri, Nganjuk, Pasuruan,

Malang, Lamongan, dan Gresik. Penelitian ini terlaksana mulai bulan April

2007 sampai dengan Juni 2007.

3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.2.1. Definisi Operasional

Berdasarkan pada hasil-hasil penelitian terdahulu bahwa loyalitas

pelanggan dapat diukur melalui nilai pelanggan dan kepuasan pelanggan,

namun dari beberapa peneliti lainnya menyatakan bahwa loyalitas pelanggan

dipengaruhi juga oleh karakteristik pelanggan dan hambatan pindah merek

selain dari pada nilai pelanggan dan kepuasan pelanggan (Budi Suharjo

dalam Palupi, 2006).

Variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Karakteristik Pelanggan (X1), yaitu karakter individu dari pelanggan yang

berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan, antara lain :

(52)

a.2. Kesetiaan pada produk atau merek pupuk yang exist (X12)

b. Nilai Pelanggan (X2), yaitu penilaian dari pelanggan terhadap suatu

produk atau merek yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan

memberi manfaat lebih dibandingkan merek lain, diantaranya sebagai

berikut :

b.1. Citra dari merek pupuk (X21)

b.2. Kualitas pupuk dari suatu merek (X22)

b.3. Nilai manfaat pupuk dibandingkan dengan harganya (X23)

c. Kepuasan Pelanggan (X3), yaitu tanggapan pelanggan atas adanya

pemenuhan kebutuhan dari suatu produk atau merek sehingga akan

berpengaruh terhadap tingkat loyalitas pelanggan, antara lain :

c.1. Kepuasan terhadap penggunaan merek pupuk tertentu (X31)

c.2. Kepuasan lebih dari penggunaan merek pupuk tertentu dibandingkan

merek lain (X32)

d. Hambatan Pergantian Merek (X4), yaitu hambatan yang dirasakan

pelanggan bila ia pindah dari satu merek ke merek lainnya, antara lain :

d.1. Resiko berganti-ganti merek pupuk (X41)

d.2. Harga merek pupuk lain lebih mahal (X42)

d.3. Mencari merek pupuk yang disukai sampai dapat (X43)

d.4. Merek-merek pupuk tertentu yang cocok (X44)

e. Loyalitas Pelanggan (Y), yaitu bentuk kesetiaan pelanggan terhadap

(53)

e.1. Pembelian ulang untuk menggunakan pupuk (Y1)

e.2. Merekomendasikan pembelian pupuk kepada orang lain (Y2)

3.2.2. Pengukuran Variabel

Pada penelitian ini, data diperoleh dari responden tentang

pendapatnya terhadap serangkaian pertanyaan dalam kuissioner yang

berkaitan dengan objek yang diteliti, yaitu dalam bentuk nilai yang berada

dalam rentang 2 sisi. Penelitian ini menggunakan skala semantik diferensial

yang mempunyai skala 5 poin dengan pola sebagai berikut :

a. Pengukuran Karakteristik Pelanggan, Nilai Pelanggan, Kepuasan

Pelanggan, dan Hambatan Pindah Merek dengan pola berikut :

1 5

Sangat tidak setuju Sangat setuju

b. Pengukuran Loyalitas Pelanggan dengan pola berikut :

1 5

Sangat tidak mungkin Sangat mungkin

Tanggapan atau pendapat tersebut dinyatakan dengan memberi skor

yang berada pada rentang nilai 1 sampai dengan 5 pada masing-masing

skala, dimana nilai 1 menunjukkan nilai terendah, nilai 3 merupakan nilai

tengah antara sangat setuju dengan sangat tidak setuju atau sangat mungkin

dan dan sangat tidak mungkin, dan nilai 5 menunjukkan nilai tertinggi.

(54)

cenderung sangat tidak setuju atau sangat tidak mungkin, sedangkan

jawaban 3 sampai 5 berarti cenderung sangat setuju sangat mungkin.

3.3. Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah generalisasi dari obyek atau subyek yang mempunyai

karakteristik tertentu dan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih

menjadi anggota sample (Umar, 1998). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh pelanggan atau petani di Jawa Timur yang menggunakan pupuk

kimia dalam usahataninya.

b. Sampel

Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

simple random sampling yang didasarkan atas homogenitas pelanggan

pupuk produksi PT Petrokimia Gresik. Setiap sampel akan diambil secara

acak dari populasinya, dan besarnya sampel (n) penelitian diambil sebanyak

130 sampel petani yang sudah melebihi persyaratan minimum (100 sampel)

untuk kebutuhan analisis SEM yang digunakan dalam penelitian ini agar

memperoleh informasi yang akurat dan aktual.

Menurut Hair dkk. (1998) bahwa ukuran sampel yang sesuai adalah

antara 100 – 200 sampel untuk tehnik maximum likelihood Estimation,

tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel

(55)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Memuat penjelasan tentang bagaimana data dikumpulkan sebelum

diolah dan dianalisis yang kemudian akan digunakan dalam penelitian ini.

3.4.1. Jenis Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data yang diperoleh dari pelanggan malalui kegiatan survei lapangan

dengan melakukan wawancara langsung atau mengisi kuisioner.

b. Data Sekunder

Beberapa data pendukung seperti data kebutuhan dan penyerapan pupuk

oleh petani diperoleh dari Biro Perencanaan Pasar PT Petrokimia Gresik.

3.4.2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data mengenai

objek yang akan diteliti dengan cara sebagai berikut :

a. Wawancara

Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara

tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara

dengan si penjawab atau responden.

b. Kuisioner

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan daftar

(56)

responden untuk diisi menurut pendapat pribadi sehubungan dengan

masalah yang diteliti dan kemudian untuk tiap jawaban diberikan nilai

(skor).

3.5. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis

Analisis statistik yang digunakan adalah dengan pendekatan kuantitatif

dimana data pengamatan dipakai untuk mengestimasi parameter dan

pengujian hipotesis, untuk selanjutnya ditarik suatu kesimpulan. Untuk

mencapai tujuan penelitian dan pengujian hipotesis, data yang diperoleh

selanjutnya diolah sesuai kebutuhan analisis dengan metode pemodelan

persamaan structural (Structural Equation Modeling), karena penelitian

bertujuan tidak hanya mengungkapkan hubungan kausalitas antara variable

independent dengan variable dependen, tetapi juga untuk memeriksa

reliabilitas dan validitas pengukuran variable, dan pendugaan parameter

pada setiap persamaan secara serentak untuk seluruh parameter.

Perhitungan dan pengujian hipotesis untuk mendukung teknik analisis dan

pengolahan data pada penelitian ini, akan dilakukan dengan bantuan

software AMOS. Dalam pemodelan SEM (Hair et al, 1998), dilakukan

beberapa langkah proses berikut ini :

3.5.1. Uji Reliabilitas dan Validitas

Reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari

(57)

dimana masing-masing indikator itu mengindikasi sebuah konstruk umum.

Validitas adalah menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah

indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang

seharusnya diukur.

Construc reliability dan variance extracted dapat dihitung dengan rumus :

Construct Reliability =

Variance Extrcted =

Sementara dengan formula ε j = 1 (standardize sementara), ε j dapat

dihitung dengan formula ε j = 1 - (standardize sementara). Secara umum,

nilai construct reliability yang dapat diterima adalah ≥ 0,7 dan variance

extracted ≥ 0,5 (Hair et.al, 1998). Standardize loading dapat diperoleh dari

output AMOS 4.01, dengan melihat nilai estimasi setiap construct standardize

regression weights terhadap setiap butir sebagai indikatornya.

3.5.2. Uji Outlier Univariat dan Multivariat

Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik

secara univariat maupun multivariat, yaitu yang muncul karena kombinasi

kharakteristik untuk yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari

observasi-observasi lainnya (Ferdinand, 2002). [ ∑Standardize Loading] [ ∑Standardize Loading + ∑ ε j]

(58)

3.5.2.1. Uji Outlier Univariat

Deteksi terhadap Outlier Univariat dapat dilakukan dengan

menentukan ambang batas yang akan dikategorikan sebagai outlier dengan

cara mengkonversi nilai data penelitian kedalam standard score atau yang

bisa disebut dengan z-score, yang mempunyai rata-rata nol dengan standar

deviasi sebesar 1.00 (Hair, et.al, 1995). Apabila nilai-nilai itu dinyatakan

dengan format yang standard (z-score), maka pertandingan antar besaran

nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk sampel besar (di atas 80

observasi), pedoman evaluasi adalah nilai ambang batas dari z-score itu

yang berada pada rentang 3 sampai dengan 4 (Hair dkk, 1995 dalam

Ferdinand, 2002). Oleh karena itu, apabila ada observasi-observasi yang

memiliki z-score ≥ 3,0 akan dikategorikan sebagai outlier.

3.5.2.2. Uji Outlier Multivariat

Evaluasi terhadap outlier multivariat perlu dilakukan karena walaupun

data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada tingkat univariat,

tetapi observasi itu dapat menjadi outlier bila sudah saling dikombinasikan.

Jarak Mahalanobis (The Mahalanobis distance) untuk tiap observasi dapat

dihitung dan menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua

variabel dalam sebuah ruang multidimensional.

Uji terhadap multivariat dilakukan dengan menggunakan kriteria jarak

Mahalanobis pada tingkat p < 0.001. Jarak Mahalanobis itu dapat

(59)

sebesar jumlah item yang digunakan dalam penelitian. Apabila jarak

Mahalanobis lebih besar dari nilai X2 tabel menunjukkan Outlier Multivariat.

3.5.2.3. Uji Normalitas Data

Sebaran data harus dianalisis dan untuk mengetahui apakah asuransi

normalitas dipenuhi, maka data dapat diolah lebih lanjut pada path diagram.

Untuk menguji normalitas dan distribusi data yang digunakan dalam analisis,

peneliti dapat menggunakan uji-uji statistik. Nilai statistik untuk menguji

normalitas itu disebut sebagai z-value yang dihasilkan melalui rumus berikut

ini :

Nilai-z =

Apabila nilai z lebih besar dari nilai kritis atau critical rasio (Ferdinand,

2000), maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai

kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikasi yang dikehendaki.

Misalnya bila nilai yang dihitung lebih besar dari ± 2,58 berarti kita dapat

menolak asumsi mengenai normalitas dan distribusi pada tingkat 0,01.

3.5.3. Analisis Path Menggunakan Pemodelan SEM (Structural Equation

Modelin)

Sebuah pemodelan SEM yang lengkap pada dasarnya terdiri dari

measurement model dan structural model. Measurement model atau model skweness

6

√ N

(60)

pengukuran ditujukan untuk mengkonfirmasikan sebuah dimensi atau faktor

berdasarkan indikator-indikator empirisnya. Structural model adalah

mengenai struktural hubungan yang membentuk atau menjelaskan kualitas

antar faktor (Ferdinand, 2002).

Beberapa langkah berikut untuk membuat pemodelan yang lengkap,

yaitu :

a. Pengembangan model berbasis teori

Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah pencarian

atau pengembangan sebuah model yang mempunyai justifikasi teoritis

yang kuat, setelah itu model tersebut divalidasi secara empirik melalui

program SEM.

b. Pengembangan diagram alur untuk menunjukkan hubungan kualitas

Pada langkah kedua, model teoritis yang telah dibangun pada langkah

pertama akan digambarkan dalam sebuah path diagram. Path diagram

tersebut akan memudahkan peneliti melihat hubungan-hubungan

kausalitas yang ingin diujinya.

c. Konversi diagram alur

Teori atau model yang telah dikembangkan dan digambarkan dalam

sebuah diagram alur, selanjutnya spesifikasi model dikonversikan

(61)

d. Memilih model input dan estimasi model

Perbedaan SEM dengan teknik multivariat lainnya adalah dalam input

data yang akan digunakan dalam pemodelan dan estimasinya. SEM

hanya menggunakan matriks Varian’s / kovarians atau matrik korelasi

sebagai data input keseluruhan estimasi yang dilakukan

e. Menilai problem identifikasi

Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai ketidak

mampuan dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan estimasi

yang unik.

Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala-gejala berikut ini :

1. Standar untuk satu atau beberapa koefisien adalah sangat besar.

2. Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang

seharusnya disajikan.

3. Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya Varian’s error yang

negatif.

4. Muncul korelasi yang sangat tinggi antar korelasi estimasi yang

didapat (misalnya lebih dari 0,9).

f. Evaluasi model

Pada langkah ini kesesuaian model dievaluasi, melalui telaah terhadap

berbagai kriteria goodness of fit. Kriteria-kriteria tersebut adalah :

1. Ukuran sampel yang dignakan adalah minimal berjumlah 100 dan

Gambar

Tabel  Halaman
Gambar Halaman
Tabel 1.1. Posisi pasar dan pesaing pupuk PT Petrokimia Gresik
Tabel 1.2. Indek Kepuasan Pelanggan PT Petrokimia Gresik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penulis mendapatkan gambaran tentang pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan melalui kepuasan konsumen pada Hotel Riyadi Palace Sala, sehingga dapat menambah

Hasil pengujian menunjukkan bahwa relationship marketing berpengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan, dan kepuasan pelanggan berpengaruh positif terhadap loyalitas

Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan berpengaruh tidak signifikan positif terhadap loyalitas pelanggan yang menggunakan jasa klinik

Berdasarkan hasil penelitian bahwa kepuasan pelanggan dan kepercayaan pelanggan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan dan kepercayaan pelanggan

Kualitas layanan dalam penelitian ini berpengaruh positif pada kepuasan dan kepuasan memiliki pengaruh positif pada loyalitas pelanggan, hal ini bertolak belakang

Dengan demikian disimpulkan bahwa, hipotesis yang menyatakan sikap konsumen mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan adalah

H4: Kualitas Produk terhadap Loyalitas Pelanggan berpengaruh positif melalui Kepuasan Pelanggan Pengaruh Gaya Hidup X2 terhadap Loyalitas Pelanggan Y melalui Kepuasan Pelanggan Z

Syailendra Elektronik Hasil penelitian Anam 2021 dan Kusuma 2021 menemukan bahwa kualitas layanan, harga dan citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan