• Tidak ada hasil yang ditemukan

prosedur umum pembelajaran mikro docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "prosedur umum pembelajaran mikro docx"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

A. Kegiatan Pembukaan Pembelajaran 1. Pengertian

Kegiatan pembukaan atau disebut juga dengan kegiatan pendahuluan, adalah suatu upaya untuk menciptakan suasana atau kondisi siap belajar sebelum memasuki tahap kegiatan inti pembelajaran. Kegiatan pembukaan dalam pembelajaran diklasifikasikan kedalam tahap pra-instructional. Akan tetapi walaupun digolongkan kedalam pra-instructional, sebenarnya sudah merupakan bagian integral dari pembelajaran itu sendiri. Fungsi utama kegiatan awal (pra-instructional), adalah untuk menciptakan kondisi siap belajar baik secara fisik , mental, emosional dan bahkan sosial siswa. Dengan telah memiliki kesiapan yang baik sejak awal, maka akan menjadi modal dasar yang sangat berharga bagi siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran pada tahap berikutnya, yaitu pada kegiatan inti pembelajaran.

Secara umum tahapan kegiatan pembelajaran itu digolongkan kedalam tiga bagian utama, yaitu pembukaan (pendahuluan), kegiatan inti dan kegiatan penutup. Untuk lebih jelasnya tahapan pembelajaran tersebut coba perhatikan bagan berikut ini:

Tahapan Umum Kegiatan Pembelajaran

Bagan diatas menggambarkan bahwa tahap pertama dari kegiatan pembelajaran adalah “Pembukaan”. Menurut Soli Abimanyu (1984, hlm. 12), yang dimaksud dengan pembukaan pembelajaran pada dasarnya adalah “kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari”.

Dari pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan membuka dalam pembelajaran, pada hakikatnya merupakan langkah pertama yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana atau kondisi awal sebelum memasuki tahap kegiatan inti pembelajaran. Kualitas proses pembelajaran yang dilakukan pada kegiatan selanjutnya (inti), sangat ditentukan oleh kondisi awal yang dilakukan sebelumnya. Motivasi, perhatian, dan aktivitas siswa pada kegiatan inti, banyak dipengaruhi oleh sejauhmana siswa sejak awal atau melalui kegiatan pembukaan yang dilakukan telah memiliki kejelasan tujuan yang harus dicapai , manfaat materi yang akan dipelajari, proses yang harus dilakukan , dan informasi lain yang diterima diawal pembelajaran.

(2)

dicapai, manfaat dari materi atau aktivitas yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran tersebut, dan informasi-informasi penting lainnya yang diharapkan akan menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa untuk mengikuti kegiatan inti pembelajaran dengan baik.

Sekilas nampaknya kegiatan membuka pembelajaran dianggap cukup sederhana, guru masuk ke kelas, menyampaikan salam dan terus dilanjutkan dengan kegiatan pembelajaran. Padahal jika memperhatikan kembali hakikat membuka pembelajaran seperti yang telah diuraikan sebelumnya, ternyata kegiatan membuka tidak sesederhana yang diperkirakan. Oleh karena itu, kegiatan membuka dalam pembelajaran merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem pembelajaran secara keseluruhan, dan oleh karena itu keterampilan membuka pembelajaran perlu dilatihkan, sehingga diperoleh kemampuan yang profesional.

Bagi calon guru maupun para guru yang berlatih meningkatkan keterampilan mengajar melalui pembelajaran mikro, walaupun yang dilatihkan hanya unsur-unsur tertentu sesuai dengan karakteristik pembelajaran mikro, dalam prosesnya tetap menempuh ketiga tahapan umum pembelajaran diatas, yaitu dimulai dari pembukaan, kegiatan inti, dan dilanjutkan dengan kegiatan penutup.

2. Unsur-unsur Kegiatan Membuka Pembelajaran

Diawal sudah dijelaskan bahwa kegiatan “Pembukaan Pembelajaran” merupakan bagian tak terpisahkan dari pembelajaran itu sendiri. Kegiatan pembukaan pada intinya yaitu untuk “menciptakan kondisi siap” bagi siswa (fisik, mental, emosional maupun sosial) untuk mengikuti pembelajaran.

Berikut merupakan jenis-jenis kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan kondisi siap itu (pembukaan) dalam pembelajaran.

a. Mengkondisikan pembelajaran (conditioning) 1) Menumbuhkan perhatian dan motivasi

Perhatian dan motivasi memiliki ikatan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Pada intinya perhatian adalah kemampuan untuk memusatkan energi psikis (pikiran dan perasaan) kepada suatu objek yang akan dipelajari. Makin terpusat perhatian seorang siswa pada materi pembelajaran, akan semakin baik proses dan hasil pembelajaran dicapai.

Motivasi merupakan suatu energi atau kekuatan penggerak (motor) pada diri setiap individu yang memprakarsai aktivitas, mengatur arah aktivitas dan memelihara kesungguhan beraktivitas. Tinggi dan rendahnya motivasi seorang siswa memiliki hubungan yang erat dengan tingkat perhatiannya. Contoh: Bila seorang siswa menaruh perhatian yang tinggi kepada materi pecahan dalam matematika, karena merasa dibutuhkan dan terkait dengan kehidupan nyata dalam sehari-hari, maka ia akan berusaha melakukan berbagai aktivitas belajar (motivasi) untuk menguasai materi pecahan itu.

(3)

yang akan dipelajari memiliki kegunaan dan akan sangat dibutuhkan oleh siswa, baik pada saat ini maupun dimasa yang akan datang.

2) Menciptakan sikap yang mendidik

Pembelajaran merupakan bagian dari proses pendidikan, sedangkan pendidikan merupakan proses pendewasaan manusia. Oleh karena itu melalui kegiatan pembelajaran, selain upaya untuk merubah perilaku siswa baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan, juga harus dimaksudkan dalam kerangka mencapai tujuan yang lebih luas yaitu tujuan pendidikan itu sendiri. Dengan demikian sejak awal pembelajaran dimulai, unsur-unsur pendidikan harus ditanamkan kepada siswa, dalam hal ini menanamkan nilai-nilai yang perlu dimiliki oleh siswa. Misalnya bagaimana sebelum belajar dimulai terlebih dahulu siswa dibiasakan untuk berdo’a, mentaati aturan-aturan yang ditetapkan oleh pihak sekolah, disiplin, jujur, dan nilai-nilai lain yang perlu dimiliki oleh siswa.

3) Menciptakan kesiapan belajar siswa

Efektivitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tingkat kesiapan siswa belajar. Kesiapan (readiness) pada dasarnya adalah gambaran kondisi individu siswa yang memungkinkan siswa tersebut dapat belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesiapan seseorang individu antara lain: kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi atau kecerdesan, pengalaman yang dimiliki, hasil belajar yang telah diraih dan faktor-faktor lainnya.

Pada saat mengawali pembelajaran guru harus memiliki keyakinan bahwa siswanya telah memiliki kesiapan untuk belajar. Untuk mengetahui tingkat kesiapan siswa, idealnya memang terlebih dahulu harus dilakukan pengetesan kesiapannya, sebab adakalanya individu yang memiliki tingkat kecerdesan realtif sama, mungkin memiliki pola kemampuan mental yang berbeda, sehingga memiliki tingkat kesiapan yang berbeda pula. Tapi itu rumit dan tidak akan cukup dengan waktu pembukaan yang realtif singkat. Paling tidak guru dapat memahaminya dari reaksi secara spontan yang ditunjukkan siswa pada saat mengawali pembelajaran.

4) Menciptakan suasana pembelajaran yang demokratis

Suasana kelas yang tegang, menakutkan, takut serba salah dan situasi-situasi yang mencengkram, tidak kondusif untuk pembelajaran bahkan tidak mendidik bagi siswa. Oleh karena itu sejak awal pembelajaran suasana kelas harus diciptakan yang dapat memungkinkan siswa merasa senang, aman, bebas, merasa dihargai, dan kondisi pembelajaran yang positif lainnya. Itulah salah satu inti dari pembelajaran demokratis.

Dengan kata lain pembelajaran demokratis adalah proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan kesamaan kesempatan, dan memperhatikan keragaman peserta didik (siswa).

b. Melaksanakan kegiatan apersepsi 1) Mengecek kehadiran siswa

(4)

Belajar adalah proses aktivitas, siswa akan efektif belajar jika secara langsung (fisik) mengikuti pembelajaran. Proses belajar siswa dilakukan melalui alat indera yang dimilikinya antara lain yaitu melalui pendengaran (auditif), penglihatan (visual), taktil (perabaan) dan kinestetik yang bersifat keterampilan.

2) Mengecek pemahaman siswa

Salah satu bentuk kegiatan apersepsi lainnya yaitu melalui pengecekan terhadap pemahaman siswa berkenaan dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya, dan mengaitkannya dengan materi yang akan dipelajari. Salah satu pengecekan terhadap pemahaman siswa ini, yaitu untuk mengetahui sejauhmana materi yang telah dipelajari dikuasai oleh siswa. Dari hasil pengecekan ini akan bermanfaat sebagai masukan bagi guru dalam kegiatan tindak lanjut pembelajaran. Andaikata dari hasil pengecekan itu hampir sebagian siswa belum menguasainya, maka kemungkinan dilakukan pengulangan terlebih dahulu terhadap materi yang belum dikuasainya sebelum melangkah pada materi baru.

Pengecekan terhadap tingkat pemahaman siswa bukan hanya terhadap materi yang sudah dipelajarinya, akan tetapi bisa dilakukan untuk mengecek terhadap materi yang akan diberikan. Dalam istilah pembelajaran tes yang diberikan terhadap materi yang akan diberikan disebut dengan pre-test, yaitu tes yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana siswa telah memiliki pemahaman terhadap materi yang akan diberikan.

Menurut teori konstruktivisme, siswa telah dibekali dengan berbagai pengalaman yang diperoleh dari berbagai aktivitas dan kegiatan belajar yang dilakukannya. Oleh karena itu menurut konstruktivisme, siswa datang ke sekolahtidak dalam keadaan hampa. Dengan demikian tugas guru adalah mengkonstruksi terhadap pengalaman yang dimilikinya itu, salah satu diantaranya yaitu dengan cara memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapat, merespon terhadap materi yang akan diberikan.

3) Menyampaikan tujuan/kompetensi

Sejak awal atau pada saat akan memulai pembelajaran, terlebih dahulu siswa harus memiliki kejelasan terhadap tujuan atau kompetensi yang harus dicapai dari kegiatan pembelajaran yang akan dilakukannya. Kejelasan tujuan atau kompetensi yang disampaikan bukan hanya keterkaitan dengan materi pembelajaran saja, melainkan lebih luas lagi yaitu manfaat apa yang akan didapat siswa. Oleh karena itu yakinkan kepada siswa bahwa tujuan atau kompetensi tersebut diperlukan bagi siswa baik untuk masa kini maupun bagi masa yang akan datang terkait dengan tugas hidup dan kehidupan yang akan dihadapinya.

4) Menjelaskan kegiatan-kegiatan (pengalaman) pembelajaran yang harus dilakukan

(5)

Setiap jenis kegiatan atau pengalaman belajar yang akan dilakukan tentu saja harus disesuaikan dengan tujuan, karakteristik materi maupun ketersediaan sarana dan fasilitas pendukung pembelajaran. Keuntungan memberitahukan jenis kegiatan yang akan dilakukan, sejak awal pembelajaran siswa sudah mempunyai bayangan dan mempersiapkan diri apa yang harus dilakukan dalam kegiatan pembelajaran tersebut.

Dalam membuka pembelajaran, tidak berarti setiap unsur dalam kegiatan membuka pembelajaran diatas itu mesti dilakukan secara bersamaan pada saat kegiatan membuka pembelajaran. Unsur-unsur yang tercakup dalam kegiatan membuka pembelajaran tersebut bersifat pilihan, dimana boleh memilih jenis kegiatan apa yang cocok dilakukan disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada saat pembelajaran akan berlangsung. Boleh jadi dan sangat diharapkan secara kreatif dan inovatif dapat memunculkan jenis kegiatan yang lain yang dianggap lebih efektif untuk menciptakan kondisi awal pembelajaran.

B. Kegiatan Inti Pembelajaran 1. Pengertian

Kegiatan inti pembelajaran pada dasarnya adalah kegiatan pokok siswa untuk mempelajari materi yang telah direncanakan. Pembelajaran adalah proses interaksi, yaitu interaksi antara siswa dengan lingkungan pembelajaran termasuk didalamnya materi pembelajaran. Dengan demikian kegiatan inti pembelajaran dengan kata lain adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungan pembelajaran untuk mencapai tujuan atau kompetensi pembelajaran yang telah direncanakan.

Dalam aspek pembelajaran, guru merupakan bagian dari lingkungan pembelajaran. Oleh karena itu tugas guru dalam kegiatan inti pembelajaran terutama adalah bagaimana memfasilitasi kegiatan belajar siswa untuk terjadinya proses pembelajaran. Sebagai fasilitator pembelajaran, guru dalam melakukan kegiatan inti pembelajaran tidak mendominasi kegiatan pembelajaran, melainkan bagaimana guru memfungsikan dirinya sebagai motivator untuk membangun aktivitas belajar siswa.

2. Unsur-unsur Kegiatan Inti Pembelajaran

Dalam peraturan pemerintah (PP No. 19 Tahun 2005) tentang standar nasional pendidikan dinyatakan “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif, serta memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik” (Bab IV Pasal 19 ayat 1).

Jika disimpulkan bunyi pernyataan pasal diatas, bahwa dalam setiap kegiatan pembelajaran harus mencerminkan delapan unsur pokok:

(6)

b. Inspiratif; yaitu melalui pembelajaran yang dilakukan harus mendorong siswa secara aktif, inovatif menemukan gagasan baru yang bisa diterapkan dalam memecahkan permasalahan dan bermanfaat bagi kehidupan siswa baik dimasa kini maupun dimasa yang akan datang. c. Menyenangkan; yaitu suasana pembelajaran harus diciptakan secara menyenangkan

sehingga siswa merasa aman dan bebas untuk berkreasi melakukan aktivitas pembelajaran untuk memperoleh hasil pembelajaran secara efektif dan efisien.

d. Menantang; yaitu tidak hanya menempatkan siswa sebagai penerima yang pasif menerima pengetahuan, tetapi juga pembelajaran harus dikemas untuk memberikan tantangan kepada siswa.

e. Memotivasi; peserta didik, yaitu supaya aktivitas belajar siswa muncul dari keinginan dirinya sendiri (intrinsik).

f. Prakarsa; yaitu pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan inisiatif secara bervariasi dalam rangka mendukung proses pembelajaran yang dilakukan. g. Kreativitas; yaitu pembelajaran yang dilakukan mendorong siswa untuk mengembangkan

kreativitas yang disesuaikan dengan minat dan potensi siswa.

h. Kemandirian; yaitu pembelajaran harus diupayakan untuk mendorong siswa memiliki kemampuan komitmen dan percaya diri, mengingat bahwa pendidikan merupakan proses pembelajaran yang bertujuan antara lain ialah untuk proses pendewasaan.

C. Kegiatan Penutup Pembelajaran 1. Pengertian

Kegiatan penutup pembelajaran merupakan tahap mengakhiri pembelajaran. Namun maksud dari menutup pembelajaran disini bukan hanya mengakhiri pembelajaran pada saat itu melainkan dengan menutup pembelajaran memberikan gambaran yang menyeluruh tentang apa yang di pelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa baik pengetahuan, sikap maupun ketrampilan terkait dengan materi pembelajaran yang telah di capai dengan kata lain kita harus mengevaluasi pembelajaran tersebut. Untuk dapat memperoleh informasi tersebut maka beberapa cara yang dapat dilakukan guru misalnya membuat kesimpulan, meriview, memberikan tugas dan kegiatan-kegiatan lain yang sejenis.

2. Jenis-jenis Kegiatan Menutup Pembelajaran

Ada beberapa jenis kegiatan dam menutup pembelajaran, diantaranya:

a. Merangkum; yaitu saat menutup pembelajaran guru membuat rangkuman mengenai pokok-pokok materi yang telah di pelajari. Sehingga di harapkan siswa dapat memiliki pemahaman yang utuh baik mengenai konsep, teori, prinsip maupun gagasan utama dari materi pembelajaran yang telah di pelajari. Kegiatan merangkum ini bisa di lakukan siswa dengan bimbingan guru atau juga bisa di lakukan guru dengan menyampaikan pokok-pokok materi pembelajaran di hadapan siswa.

(7)

telah di pelajari. Dari pertanyaan yang di ajukan guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang sudah di sampaikan dan dapat mengetahui materi-materi mana yang belum di pahami siswa.

c. Menyimpulkan; yaitu membuat kesimpulan yang menggambarkan pokok isi materi pembelajaran yang telah di pelajari. Membuat kesimpulan tidak bisa di lakukan oleh guru saja, melainkan juga bisa di buat oleh siswa dengan bimbingan guru sehingga guru dapat memperoleh informasi mengenai tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang di berikan. d. Memberikan tugas; saat menutup pembelajaran guru memberikan tugas kepada siswa

sehubungan dengan materi yang sudah di berikan. Tugas yang di berikan di buat untuk dapat membuat siswa mengaplikasikan pemahamnaya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga melalui tugas tersebut siswa di rangsang untuk berpikir kembali materi yang di telah di pelajari dan guru memperoleh masukan sejauh mana pemahaman siswa berkaitan dengan penguasaan materi tersebut.

e. Refleksi; ketika menutup pembelajaran, guru mengajak siswa dengan cara yang jujur, terbuka untuk merenungkan kembali terhadap aktivitas pembelajaran yang telah di lakukan, mengecek kembali materi yang sudah dikuasai dan materi yang mana yang masih belum di pahami atau sama sekali belum mengerti. Selain memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengecekan terhadap hasil belajar yang di peroleh siswa juga di ajak untuk merenung kaitan, manfaat maupun penerapan dari materi yang telah di pelajari dalam hubungan dengan tugas-tugas kehidupan yang nyata.

f. Memberikan tes; salah satu alternatif lain dalam menutup pembelajaran adalah dengann cara memberikan tes yaitu dengan memberikan pertanyaan baik secara lisan, tulisan maupun tindakan. Dengan tes ini dapat membuat siswa berpikir kembali materi yang telah di pelajari maupun pengalaman dan pemahaman setiap siswa terkait dengan aktivitas maupun materi siswa yang telah di pelajari. Melalui jawaban siswa guru akan memperoleh gambaran tingkat pemahaman siswa.

Keenam kegiatan tersebut merupakan alternatif dalam menutup pembelajaran. Guru tentu saja dapat mencari atau mengembangkan bentuk maupun jenis kegatan lainnya yang dapat dilakukan untuk menutup pembelajaran. Intinya dari setiap jenis kegiatan menutup pembelajaran adalah untuk mengakhiri pembelajaran dengan maksud untuk memberikan pemahaman yang utuh kepada siswa sekaligus untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang di pelajari.

3. Hasil Belajar

(8)

adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito dalam Depdiknas (2006, hlm. 125) mengemukakan bahwa “hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Sehubungan dengan pendapat itu, Wahidmurni, Alifin Mustikawan & Ali Ridho (2010, hlm. 18) menjelaskan bahwa “seseorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukan adanya perubahan dalam dirinya”.

Hasil pembelajaran yang harus dicapai dapat diklasifikasikan kedalam lima jenis yaitu: a. Informasi verbal, yaitu dari proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh siswa sebagai

salah satu indikatornya adalah kemampuan untuk mengungkapkan kembali pengetahuan atau pengalaman belajar yang telah dilakukannya dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan. Misalnya bagaimana siswa dapat menjelaskan kembali pokok-pokok mater maupun membuat kesimpulan sebagai hasil belajar menggunakan bahasanya sendiri.

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan siswa untuk menghubungkan materi yang sudah di pelajari dengan masalah-masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain yang dimaksud ketrampilan intelek adalah hasil belajar siswa tidak hanya cukup dengan telah dikuasainya sejumlah konsep, melainkan yang lebih penting bagaimana siswa mampu menggunakan pengetahuan dari hasil belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang di hadapinya. Sehingga pembelajaran tersebut bermakna dan bermanfaat bagi siswa.

c. Keterampilan motorik yaitu hasil pembelajaran yang telah dilakukan oleh siswa harus tercerminkan dalam kemampuan melaksanakan tugas-tugas gerak yang terkoordinasi dalam bentuk fisik atau jasmani. Misalnya saat siswa sudah mempelajari teknologi informasi dalam entuk komputer, mereka menjadi terampil bagaimana mengoprasikan komputer dari mulai menyalakan, mengoprasikan sampai pada mematikan komputer tersebut.

d. Sikap yaitu melalui pengetahuan dan pemahaman yang telah dimiliki siswa dari hasil pembelajarannya, harus mampu menunjukan sikap atau menentukan pendapat seperti menerima atau menolak terhadap terhadap suatu objek berdasarkan hasil penilaian terhadap objek yang di hadapinya.kemampuan menentukan pendapat ya atau tidak, bagi yang tidak melakukan proses pembelajaran pada awalnya, tentu saja pendapatnya itu mungkin saja dikemukakan dengan asal-asalan. Lain lagi kalau pada awalnya telah melengkapi diri dengan wawasan, pemahaman terkait dengan objek yang di hadapinya, maka ketika menentukan pendapat atau sikapnya itu dilakukan melalui pemikiran analitis sehingga akhirnya sampai pada kesimpulan bersikap teguh pada pendirianya menerima atau menolak.

(9)

Sumber Materi :

Referensi

Dokumen terkait

Sistem informasi yang relevan mencakup sistem akuntansi dan dari prosedur (baik otomatis dan manual) dan catatan yang dibentuk untuk memiliki, mengotorisasi,

Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan para orangtua agar terkoneksi dengan apa yang dilakukan oleh pendidik terhadap tumbuh kembang anak di kelas, maka

Universitas Negeri

So if you hire a virtual assistant, as well as work virtually yourself, you would SAVE an amazing 19,720 pounds of carbon emissions per year.. Source: Stanford University´s

JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas

Friedmann, 1993, Teori dan Filsafat Hukum: Telaah Kritis Atas Teori-Teori Hukum (Susunan I) / Buku I, RajaGrafindo Persada, Jakarta.. Hasbi Ash-Shidieqie, 1993, Filsafat

Asumsi-asumsi yang menjadi dasar hipotesis fitur semantik ini ialah: (a) Fitur- fitur makna yang digunakan oleh kanak-kanak dianggap sama dengan fitur makna yang dipakai

Karyawan dapat dikatakan produktif jika mampu menghasilkan output (barang dan jasa) sesuai target dengan jangka waktu yang efektif dan efisien. Karyawan yang