• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Media Torso pada Siswa Kelas 4 SD Negeri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Media Torso pada Siswa Kelas 4 SD Negeri "

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan masalah yang penting, sebab maju dan tidaknya suatu bangsa tergantung pada pendidikan, siapa pun yang mendapat pendidikan yang baik akan memiliki pengetahuan, sikap, keterampilan dan tingkah laku yang baik. Untuk mencapai tujuan pendidikan dapat ditempuh melalui tiga jenis pendidikan yaitu : pendidikan informal, pendidikan non formal dan pendidikan formal. Tugas guru dalam mengajar terutama adalah membantu transfer belajar. Tujuan melakukan transfer belajar adalah menerapkan hal-hal yang sudah dipelajari pada situasi baru.

Pembelajaran IPA di sekolahan dapat dikatakan unik, karena baik subjek maupun objek pembelajarannya memiliki karakter yang khas. Objek pembelajarannya memiliki karakter yang khas objek IPA selain berhubungan dengan alam nyata juga berkaitan dengan proses – proses kehidupan yang masih abstrak bagi siswa. Untuk mengaktifkan belajar siswa dalam proses belajar mengajar guru harus menggunakan metode yang bervariasi, oleh sebab itu sangat dianjurkan agar guru menggunakan kombinasi metode mengajar setiap kali mengajar yang disesuaikan dengan kurikulum sebagai salah satu subtansi pendidikan (Nana Sudjana, 2000: 23)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran yang membahas ilmu-ilmu biologi, fisika, dan kimia untuk Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP). IPA merupakan salah satu dari banyak jenis ilmu pengetahuan, yang mempunyai tiga aspek yaitu : sebagai proses, sebagai prosedur, dan sebagai produk pembelajaran. Pendidikan IPA merupakan suatu program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap , nilai – nilai ilmiah serta rasa mencintai Sang Pencipta dan Kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, serta merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik dan penggunaannya secara umum mencakup peristiwa alam.

(2)

Dalam kenyataan yang dijumpai di lapangan, prestasi belajar siswa SD dalam mata pelajaran IPA belum mencapai hasil yang maksimal. Hal ini disebabkan karena masih banyak upaya penyajian pembelajaran di sekolah kurang didukung dengan pengertian pendidikan anak bagi pandangan orang tua siswa.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di kelas 4 SD Negeri Boto pada semester I tahun pelajaran 2016/2017 dan data hasil ulangan pretest rangka, siswa masih rendah. Presentasi siswa tuntas hanya 42 % persen dari 32 siswa dan untuk siswa seluruhnya diperlukan remidial.

Dari hasil observasi di atas menunjukkan bahwa pembelajaran IPA perlu diperbaiki guna peningkatan kualitas hasil pembelajaran. Maka peneliti ingin berusaha meningkatkan hasil belajar siswa tentang rangka pada siswa kelas 4 SD Negeri Boto, Kecamatan Jaken, Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2016/2017.

Segala macam usaha pendidikan hendaknya mengusahakan agar siswa berhasil mengembangkan diri secara optimal, selaras dan terpadu. Perkembangan diri siswa tersebut hendaknya berkembang, berkesinambungan, semakin mendasar akhirnya berpuncak kedewasaan. Usaha untuk mengupayakan agar siswa berhasil dalam pembelajaran adalah dengan merencanakan pelaksanaan pembelajaran sampai dengan evaluasi dan progaram tindak lanjut.

Proses belajar adalah suatu aktifitas psikis / mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan -perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Satu sisi peneliti dalam melaksanakan proses belajar mengajar belum menggunakan sistim yang dapat membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. Proses pembelajaran yang berkualitas tidak hanya dapat dilihat dari hasil belajarnya (tes) saja tetapi perlu juga dilihat dari prosesnya. Untuk itu perlu diciptakan proses belajar yang menghasilkan dampak positif dalam perkembangan jiwa anak yang mencakup kognitif, afektif dan psikomotor.

(3)

monoton. Guru dan sekolah merupakan faktor utama dalam merancang proses pembelajaran. Uraian tentang dan rencana kegiatan dirancang di awal kegiatan oleh guru. Guru lebih banyak berfungsi sebagai instruktur yang sangat aktif dan siswa sebagai penerima pengetahuan yang pasif.

Perkembangan teknologi komunikasi menghasilkan banyak perubahan dalam praktik pembelajaran. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber pengetahuan bagi siswanya. Tetapi walaupun guru sudah melaksanakan proses pembelajaran dengan baik serta menggunakan media pembelajaran yang menarik tingkat penguasaan siswa pada tentang pelajaran IPA khususnya tentang rangka masih rendah. Hal ini disebabkan bukan hanya faktor dari siswa maupun orang tua saja seperti dijelaskan di atas, tetapi bisa juga berasal dari gurunya sendiri. Disebabkan karena guru dalam mengajar hanya menggunakan model konvensionallah yang membuat siswa tidak termotivasi untuk belajar serta siswa sulit untuk memahami konsep yang dipelajari sehingga siswa mudah bosan sehingga hasil belajarnya menurun.

Untuk menghindari hal tersebut maka sebaiknya guru memilih dan menggunakan model pembelajaran dan media yang tepat. Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan memberikan dorongan pada guru dalam menyampaikan pembelajaran lebih efiktif, lebih menyenangkan sehingga siswa lebih termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Maka pada penelitian ini peneliti menekankan upaya untuk melihat hasil penerapan model pembelajaran yang dapat meningkatan kemampuan siswa untuk berperan di kelompoknya, menerima dan menghargai pendapat dan masukan dari anggota kelompoknya, serta hasil tes pada akhir pembelajaran.

(4)

belajar bersama–sama.

Model pembelajaran Kooperatif Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari tentang yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan tentang tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari tentang yang ditugaskan” (Lie, A.,1994).

Dalam model pembelajaran kooperatif jigsaw ini, guru memperhatikan latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa agar aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga bahan pelajaran mudah dipahami dan lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Di samping itu untuk memperoleh gambaran yang kongkrit serta pengalaman langsung diperlukan alat peraga yang berfungsi untuk membantu mengkonkretkan pengalaman atau pengertian dalam proses belajar mengajar. Peragaan adalah mewujudkan bahan yang diajarkan secara nyata baik dalam bentuk asli maupun tiruan sehingga siswa lebih memahami apa yang disampaikan guru (Nurbatni, 2005).

Dalam peragaan, guru menggunakan alat yang dapat membantu mempelajari bahan yang disampaikan. Alat-alat yang digunakan dalam peragaan ini disebut alat peraga. Istilah alat peraga dewasa ini disebut sebagai media pendidikan, ada pula yang menyebutnya sebagai Audio Visual Aids (AVA) atau alat bantu pandang dengar.

(5)

Media torso merupakan model berupa patung manusia yang dilengkapi dengan komponen organ-organ tubuh manusia, baik bentuk maupun letaknya. Torso sangat mudah digunakan, guru dan siswa dapat mendeskripsikan dengan jelas nama, bentuk dan letak organ-organ tubuh manusia karena bagian-bagian tersebut dapat dipisah-pisahnya/dilepas untuk keperluan peragaan di depan kelas.

Dari uraian di atas, agar siswa mempunyai hasil belajar IPA khususnys tentang rangka yang baik sesuai dengan harapan siswa dan guru, salah satunya di dalam proses pembelajaran guru menggunakan model kooperatif jigsaw. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengambil judul penelitian.”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Media Torso Pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Boto Kecamatan Jaken Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2016/2017”.

1.2. Identifikasi Masalah

Selama proses pembelajaran pada mata pelajaran IPA di kelas 4 dengan tentang rangka tahun 2016/2017 menunjukkan masih banyak siswa yang pemahaman tentang pelajaran masih rendah. Selain itu motivasi dan aktivitas siswa dalam pembelajaran juga kurang, siswa hanya menjadi obyek pembelajaran.

Berdasarkan pada keterangan diatas, penulis mencoba mengidentifikasi penyebab munculnya permasalahan tentang rendahnya pemahaman serta penguasaan tentang pembelajaran sebagai berikut:

a. Siswa kurang bersemangat dalam pembelajaran b. Siswa kurang aktif dalam diskusi kelompok

c. Semangat dan motivasi belajar dalam pembelajaran sangat rendah

d. Aktivitas siswa kurang dalam pembelajaran, sehingga siswa cenderung pasif dalam pembelajaran

(6)

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

”Apakah p e n e r a p a n model pembelajaran kooperatif t i p e jigsaw dengan media torso dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi rangka di bagi menjadi 3 bagian pada siswa kelas 4 Boto Kecamatan Jaken Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2016/2017”?

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat ditetapkan tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan media torso pada siswa kelas 4 SD Boto Kecamatan Jaken Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2016/2017”.

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat Teoretis

a. Memberikan sumbangan dalam khasanah keilmuan. Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya dan di SD pada khususnya.

b. Mengembangkan kreativitas guru dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif jigsaw pada mata pelajaran IPA.

c. Dapat meningkatkan kualitas pendidikan

1.5.2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa :

1. Meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA khususnya tentang rangka .

2. Meningkatkan kepercayaan diri sisswa dalam pembelajaran IPA rangka. 3. Meningkatkan kerja sama dalam kelompok belajar.

(7)

5. Meningkatkan hasil belajar IPA pada tentang rangka.

b. Bagi guru :

1. Meningkatkan motivasi guru untuk selalu berupaya menemukan dan menggali model pembelajaran yang efektif

2. Meningkatkan gairah guru untuk menciptakan kondisi belajar yang menarik dan menyenangkan.

3. Meningkatkan profesionalisme guru melalui upaya penelitian yang dilakukan.

d. Bagi sekolah :

1. Meningkatkan kinerja sekolah dengan optimalnya kinerja guru.

Referensi

Dokumen terkait

Background Menentukan gambar yang digunakan untuk background tabel Color Mengatur warna satu sel dalam tabel. Align Mengatur bentuk perataan horizontal valign Mengatur

The purpose of the present research project was to assess the universal role of harmonious and obsessive passion in some of the positive and negative correlates derived from both

Background: A single nucleotide polymorphism (61A>G) in the epidermal growth factor ( EGF ) gene has been implicated in both melanoma pathogenesis and increased melanoma risk..

Kazakistan’ın en büyük ve en hareketli şehri, aynı zamanda eski başkenti olan Almatı’da gerçekleştirilen bu anket çalışması, Kazakistan’da Türk dizilerinin yoğun

konservatif berusaha melestarikan status quo, sementara yang lainnya berusaha kembali kepada nilai-nilai dari zaman yang lampau, Orang-orang konservatif memusatkan konsentrasi

Manfaat yang dapat diambil dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat melakukan perhitungan untuk menentukan nilai kebutuhan air tanaman berdasarkan data iklim

Hal ini menujukkan bahwa sebuah Kepercayaan konsumen terhadap merek Lifebuoy sabun mandi antiseptik dapat timbul dari adanya Identitas Merek yang dimiliki Lifebuoy

a) Akar Imajiner, dapat terjadi jika " nilai diskriminannya kurang dari 0 (D < 0), maka persamaan kuadrat, tidak mempunyai dua akar imajiner ". b) Determinan, yang