• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Gempa Bumi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Gempa Bumi"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2 TEORI DASAR

2.1 Gempa Bumi

Gempa bumi adalah suatu peristiwa alam dimana terjadi getaran pada

permukaan bumi akibat adanya pelepasan energi secara tiba-tiba dari pusat gempa.

Energi yang dilepaskan tersebut merambat melalui tanah dalam bentuk gelombang

getaran. Gelombang getaran yang sampai ke permukaan bumi disebut gempa bumi.

2.1.1 Penyebab Terjadinya Gempa

Banyak teori yang telah dikemukan mengenai penyebab terjadinya gempa

bumi. Menurut pendapat para ahli, sebab-sebab terjadinya gempa adalah sebagai

berikut:

1. Runtuhnya gua-gua besar yang berada di bawah permukaan tanah. Namun,

kenyataannya keruntuhan yng menyebabkan terjadinya gempa bumi tidak

pernah terjadi.

2. Tabrakan meteor pada permukaan bumi. Bumi merupakan salah satu planet

yang ada dalam susunan tata surya. Dalam tata surya kita terdapat ribuan

meteor atau batuan yang bertebaran mengelilingi orbit bumi. Sewaktu-waktu

meteor tersebut jatuh ke atmosfir bumi dan kadang-kadang sampai ke

permukaan bumi. Meteor yang jatuh ini akan menimbulkan getaran bumi jika

massa meteor cukup besar. Getaran ini disebut gempa jatuhan, namun gempa

ini jarang sekali terjadi. Kejadian ini sangat jarang terjadi dan pengaruhnya

(2)

3. Letusan gunung berapi. Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas

magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Gempa bumi jenis ini

disebut gempa vulkanik dan jarang terjadi bila dibandingkan dengan gempa

tektonik. Ketika gunung berapi meletus maka getaran dan goncangan

letusannya bisa terasa sampai dengan sejauh 20 mil. Sejarah mencatat, di

Indonesia pernah terjadi letusan gunung berapi yang sangat dahsyat pada

tahun 1883 yaitu meletusnya Gunung Krakatau yang berada di Jawa barat.

Letusan ini menyebabkan goncangan dan bunyi yang terdengar sampai sejauh

5000 Km. Letusan tersebut juga menyebabkan adanya gelombang pasang

“Tsunami” setinggi 36 meter dilautan dan letusan ini memakan korban jiwa

sekitar 36.000 orang. Gempa ini merupakan gempa mikro sampai menengah,

gempa ini umumnya berkekuatan kurang dari 4 skala Richter.

4. Kegiatan tektonik. Semua gempa bumi yang memiliki efek yang cukup besar

berasal dari kegiatan tektonik. Gaya-gaya tektonik biasa disebabkan oleh

proses pembentukan gunung, pembentukan patahan, gerakan-gerakan patahan

lempeng bumi, dan tarikan atau tekanan bagian-bagian benua yang besar.

Gempa ini merupakan gempa yang umumnya berkekuatan lebih dari 5 skala

Richter.

Dari berbagai teori yang telah dikemukan, maka teori lempeng tektonik inilah yang

dianggap paling tepat. Teori ini menyatakan bahwa bumi diselimuti oleh beberapa

lempeng kaku keras (lapisan litosfer) yang berada di atas lapisan yang lebih lunak

dari litosfer dan lempemg-lempeng tersebut terus bergerak dengan kecepatan 8 km

(3)

menyebabkan terjadinya penimbunan energi secara perlahan-lahan. Gempa tektonik

kemudian terjadi karena adanya pelepasan energi yang telah lama tertimbun tersebut.

Daerah yang paling rawan gempa umumnya berada pada pertemuan

lempeng-lempeng tersebut. Pertemuan dua buah lempeng-lempeng tektonik akan menyebabkan

pergeseran relatif pada batas lempeng tersebut, yaitu:

1. Subduction, yaitu peristiwa dimana salah satu lempeng mengalah dan dipaksa

turun ke bawah. Peristiwa inilah yang paling banyak menyebabkan gempa

bumi.

2. Extrusion, yaitu penarikan satu lempeng terhadap lempeng yang lain.

3. Transcursion, yaitu terjadi gerakan vertikal satu lempeng terhadap yang

lainnya.

4. Accretion, yaitu tabrakan lambat yang terjadi antara lempeng lautan dan

lempeng benua.

2.1.2 Parameter Dasar Gempa Bumi

Beberapa parameter dasar gempa bumi yang perlu kita ketahui, yaitu:

1. Hypocenter, yaitu tempat terjadinya gempa atau pergeseran tanah di dalam

bumi.

2. Epicenter, yaitu titik yang diproyeksikan tepat berada di atas hypocenter pada

permukaan bumi.

3. Bedrock, yaitu tanah keras tempat mulai bekerjanya gaya gempa.

4. Ground acceleration, yaitu percepatan pada permukaan bumi akibat gempa

(4)

5. Amplification factor, yaitu faktor pembesaran percepatan gempa yang terjadi

pada permukaan tanah akibat jenis tanah tertentu.

6. Skala gempa, yaitu suatu ukuran kekuatan gempa yang dapat diukur dengan

secara kuantitatif dan kualitatif. Pengukuran kekuatan gempa secara

kuantitatif dilakukan pengukuran dengan skala Richter yang umumnya

dikenal sebagai pengukuran magnitudo gempa bumi. Magnitudo gempa bumi

adalah ukuran mutlak yang dikeluarkan oleh pusat gempa. Pendapat ini

pertama kali dikemukakan oleh Richter dengan besar antara 0 sampai 9.

Selama ini gempa terbesar tercatat sebesar 8,9 skala Richter terjadi di

Columbia tahun 1906. Pengukuran kekuatan gempa secara kualitatif yaitu dengan melihat besarnya kerusakan yang diakibatkan oleh gempa. Kerusakan

tersebut dapat dikatakan sebagai intensitas gempa bumi. Di Indonesia

digunakan skala intensitas MMI (Modified Mercalli Intensity) versi tahun

1931. Perbandingan intensitas skala MMI dari nilai I hingga XII dapat dilihat

pada tabel 1.

2.1.3 Kerusakan Akibat Gempa

Pada umumnya kerusakan akibat gempa dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. kehilangan jiwa atau cacat jasmani.

2. keruntuhan dan kerusakan dari lingkungan alam dan konstruksi.

Dari segi teknis dan finansial, kita hanya dapat mereduksi bahaya gempa ini untuk

gempa-gempa besar. Pada dasarnya perencanaan struktur tahan gempa adalah untuk

mengurangi korban jiwa, baik yang disebabkan oleh keruntuhan struktur atau

(5)

mengurangi kerusakan dan kehilangan konstruksi. Namun, ada bangunan yang

memerlukan ketahanan terhadap gempa yang lebih besar daripada jenis struktur

lainnya atau tidak boleh rusak sama sekali. Hal ini disebabkan oleh besarnya nilai

kepentingan sosial atau finansialnya.

Tabel 1. Skala intensitas gempa MMI

Skala

MMI Deskripsi

I Getaran gempa tidak terasa, hanya dapat dideteksi oleh alat.

II Dapat dirasakan oleh beberapa orang. Benda-benda yang digantung dapat bergerak

III Dirasakan lebih keras. Kendaraan atau benda lain yang berhenti dapat bergerak

IV Dirasakan lebih keras baik didalam bangunan atau diluar. Jendela dan pintu mulai bergetar

V Dirasakan hampir oleh semua orang. Pigura di dinding mulai berjatuhan, jendela kaca pecah.

VI Dirasakan oleh semua orang. Orang mulai ketakutan. Kerusakan mulai nampak

VII Setiap orang mulai lari ke luar. Bisa dirasakan di dalam kendaraan yang bergerak

VIII Sudah membahayakan bagi setiap orang. Bangunan lunak mulai runtuh.

IX Mulai dengan kepanikan. Sudah ada kerusakan yang berarti bagi semua bangunan

X Kepanikan lebih hebat, hanya gedung-gedung kuat dapat bertahan. Terjadi longsor dan rekahan.

XI Hampir semua bangunan runtuh. Jembatan rusak. Retakan yang lebar di tanah.

(6)

2.1.4 Pengaruh Gempa terhadap Bangunan

Gempa mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap bangunan sehingga

harus diperhitungkan dengan benar dalam perencanaan struktur tahan gempa dengan

tingkat keamanan yang dapat diterima.

Kekuatan dari gerakan tanah akibat gempa bumi pada beberapa tempat disebut

intensitas gempa. Komponen-komponen dari gerakan tanah yang dicatat oleh alat

pencatat gempa accelerograph untuk respons struktur adalah amplitudo, frekuensi,

dan durasi. Selama terjadi gempa terdapat satu atau lebih puncak gerakan. Puncak ini

merupakan efek maksimum dari gempa.

Selama terjadi gempa, bangunan mengalami perpindahan vertikal dan horizontal.

Gaya gempa dalam arah vertikal hanya sedikit mengubah gaya gravitasi yang bekerja

pada struktur yang umumnya direncanakan terhadap gaya vertikal dengan faktor

keamanan yang cukup tinggi. Oleh sebab itu, struktur jarang runtuh akibat gaya

gempa vertikal. Sebaliknya gaya gempa horizontal bekerja pada titik-titik yang

lemah pada struktur yang tidak cukup kuat dan akan menyebabkan keruntuhan. Oleh

karena itu, perancangan struktur tahan gempa adalah meningkatkan kekuatan

struktur terhadap gaya horizontal yang umumnya tidak cukup.

Gerakan permukaan bumi menimbulkan gaya inersia pada struktur bangunan karena

adanya kecenderungn massa bangunan (struktur) untuk mempertahankan dirinya.

Besarnya gaya inersia mendatar F tergantung dari massa bangunan m, percepatan

permukaan a dan sifat struktur. Apabila bangunan dan pondasinya kaku, maka

menurut hukum kedua Newton .

Dalam kenyataannya tidaklah demikian karena semua struktur tidaklah benar-benar

(7)

bergetar dengan berbagai bentuk karena gaya gempa yang dapat menyebabkan lantai

pada berbagai tingkat mempunyai percepatan dalam arah yang berbeda-beda.

2.2 Dasar Perencanaan Struktur Tahan Gempa

Besarnya beban gempa berbeda-beda dari satu wilayah ke wilayah lainnya

bergantung pada keadaan geografi dan geologi setempat. Beban gempa harus

diperhitungkan untuk daerah-daerah rawan gempa. Analisis gempa pada bangunan

terutama pada bangunan tinggi perlu dilakukan dengan pertimbangan keamanan

struktur dan kenyamanan penghuni bangunan. Beban gempa lateral akan

menimbulkan simpangan yang dapat membahayakan. Oleh karena itu perlu

dilakukan kontrol terhadap simpangan ini.

Konsep dasar bangunan tahan gempa secara umum adalah sebagai berikut:

1. Bangunan tidak boleh rusak komponen struktural maupun nonstruktural

ketika mengalami gempa kecil yang sering terjadi.

2. Bangunan tidak boleh rusak komponen strukturalnya ketika mengalami

gempa sedang yang hanya terjadi sesekali.

3. Bangunan tidak boleh runtuh ketika mengalami gempa besar yang sangat

jarang terjadi.

2.2.1 Tingkat Layanan

Dalam perencanaan struktur atau bangunan yang mempunyai ketahanan

terhadap gempa dengan tingkat keamanan yng memadai, struktur harus dirancang

dapat memikul gaya gempa atau gaya horizontal. Struktur harus mempunyai tingkat

(8)

1. Serviceability

Jika gempa dengan intensitas percepatan tanah yang kecil dalam waktu ulang

yang besar mengenai suatu struktur, disyaratkan tidak mengganggu fungsi

bangunan seperti aktivitas normal di dalam bangunan dan perlengkapan yang

ada. Dengan kata lain, tidak dibenarkan terjadi kerusakan pada struktur baik

pada komponen struktur maupun elemen non-struktur yng ada. Dalam

perencanaan harus diperhatikan kontrol dan batas simpangan (drift) yang

terjadi semasa gempa, serta menjamin kekuatan yang cukup bagi komponen

struktur untuk menahan gaya gempa yang terjadi dan diharapkan struktur

masih berperilaku elastik.

2. Kontrol kerusakan (damage control)

Jika struktur dikenai gempa dengan waktu ulang sesuai dengan umur rencana

bangunan, maka struktur direncanakan untuk dapat menahan gempa ringan

tanpa terjadi kerusakan pada komponen struktur ataupun non-struktur, dan

diharapkan struktur masih dalam batas elastis.

3. Survival

Jika gempa kuat yang mungkin terjadi pada umur rencana bangunan

membebani suatu struktur, maka struktur tersebut direncanakan untuk dapat

bertahan dengan tingkat kerusakan yang besar tanpa mengalami keruntuhan

(collapse). Tujuan utama dari keadaan batas ini adalah untuk menyelamatkan

(9)

2.2.2 Sifat Struktur

Sifat dari struktur yang menjadi syarat utama perencanaan bangunan tahan

gempa adalah sebagai berikut:

1. Kekuatan (strength)

Kekuatan dapat kita artikan sebagai ketahanan dari struktur atau komponen

struktur atau bahan yang digunakan terhadap beban yang membebaninya.

Perencanaan kekuatan suatu struktur tergantung pada maksud dan kegunaan

struktur tersebut.

2. Daktilitas (ductility)

Kemampuan suatu struktur gedung untuk mengalami simpangan pasca-elastik

yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat beban gempa di atas

beban gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil

mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup, sehingga struktur

gedung tersebut tetap berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi di

ambang keruntuhan.

3. Kekakuan (stiffness)

Deformasi akibat gaya lateral perlu dihitung dan dikontrol. Perhitungan yang

dilakukan berhubungan dengan sifat kekakuan. Deformasi pada struktur

dipengaruhi oleh besar beban yang bekerja. Hubungan ini merupakan prinsip

dasar dari mekanika struktur, yaitu sifat geometri dan modulus elastisitas

bahan. Kekakuan mempengaruhi besarnya simpangan pada saat terjadi

(10)

Simpangan (drift) dapat diartikan sebagai perpindahan lateral relatif antara

dua tingkat bangunan yang berdekatan atau dapat dikatakan simpangan

mendatar tiap-tiap tingkat bangunan.

Simpangan lateral dari suatu sistem struktur akibat beban gempa perlu

ditinjau untuk menjamin kestabilan struktur, keutuhan secara arsitektural,

potensi kerusakan komponen non-struktur, dan kenyamanan penghuni gedung

pada saat terjadi gempa. Selain itu, besarnya simpangan dibatasi untuk

mengurangi efek P-delta. Besarnya simpangan yang diperbolehkan diatur

dalam peraturan perencanaan bangunan.

2.2.3 Sistem Struktur

Ada 4 jenis sistem struktur dasar yang ditetapkan dalam peraturan

perencanaan gempa Indonesia (SNI 03-1726-2002), yaitu:

1. Sistem dinding penumpu, yaitu sistem struktur yang tidak memiliki rangka

ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Dinding penumpu atau sistem

bresing memikul hampir semua beban gravitasi. Beban lateral dipikul dinding

geser atau rangka bresing.

2. Sistem rangka gedung, yaitu sistem struktur yang pada dasarnya memililki

rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul

dinding geser atau rangka bresing.

3. Sistem rangka pemikul momen, yaitu sistem struktur yang pada dasarnya

memililki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban lateral

(11)

4. Sistem ganda, yaitu sistem yang terdiri dari rangka ruang yang memikul

seluruh beban gravitasi, pemikul beban lateral berupa dinding geser atau

rangka bresing dengan rangka pemikul momen. Rangka pemikul momen

harus direncanakan secara terpisah mampu memikul sekurang-kurangnya

25% dari seluruh beban lateral, dan kedua sistem harus direncanakan untuk

memikul secara bersama-sama seluruh beban lateral dengan memperhatikan

interaksi sistem ganda.

Selain 4 sistem struktur dasar tersebut, dalam SNI 03-1726-2002 juga mengenalkan

3 sistem struktur lain, yaitu sistem struktur gedung kolom kantilever (sistem struktur

yang memanfaatkan kolom kantilever untuk memikul beban lateral), sistem interaksi

dinding geser dengan rangka, dan subsistem tunggal (subsistem struktur bidang yang

membentuk struktur gedung secara keseluruhan).

2.3 Metode Analisis Gaya Gempa

Metode analisis gempa yang digunakan untuk merencanakan bangunan tahan

gempa dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu analisis statik dan analisis dinamik.

Dalam menganalisis perilaku struktur yang mengalami gaya gempa, semakin teliti

analisis dilakukan, perencanaannya semakin ekonomis dan dapat diandalkan. Untuk

bangunan satu tingkat dapat direncanakan hanya dengan menetapkan besarnya beban

lateral yang dapat ditahan elemen struktur dan dengan mengikuti

ketentuan-ketentuan dalam peraturan.

Untuk bangunan berukuran sedang, prosedur analisis dapat dilakukan dengan metode

analisis statik sesuai dengan prosedur yang ditentukan dalam peraturan. Untuk

(12)

menggunakan metode analisis dinamik. Selain itu, analisis dinamik juga harus

dilkakukan untuk struktur yang mempunyai kekakuan atau massa yang berbeda-beda

tiap tingkatnya.

Namun, pemilihan metode analisis antara analisis statik dan dinamik umumnya

ditentukan dalam peraturan perencanan yang berlaku. Pemilihan metode analisis

tergantung pada bangunan tersebut apakah termasuk struktur gedung beraturan atau

tidak beraturan. Jika suatu bangunan termasuk struktur bangunan beraturan yang

didefinisikan dalam peraturan perencanan, maka analisis gempa dilakukan dengan

analisis statik. Sebaliknya, jika suatu struktur termasuk struktur bangunan tidak

beraturan, maka analisis gempa dilakukan dengan cara dinamik.

Dalam SNI 03-1726-2002 pasal 4.2.1, gedung yang ditetapkan sebagai struktur

gedung beraturan adalah sebagai berikut:

1. Tinggi struktur gedung diukur dari taraf penjepitan lateral tidak lebih dari 10

tingkat atau 40 m.

2. Denah struktur gedung adalah persegi panjang tanpa tonjolan dan kalaupun

mempunyai tonjolan, panjang tonjolan tersebut tidak lebih dari 25% dari

ukuran terbesar denah struktur gedung dalam arah tonjolan tersebut.

3. Denah struktur gedung tidak menunjukkan coakan sudut dan kalaupun

mempunyai coakan sudut, panjang sisi coakan tersebut tidak lebih dari 15%

dari ukuran terbesar denah struktur gedung dalam arah sisi coakan tersebut.

4. Sistem struktur gedung terbentuk oleh subsistem-subsistem penahan beban

lateral yang arahnya saling tegak lurus dan sejajar dengan sumbu-sumbu

(13)

5. Sistem struktur gedung tidak menunjukkan loncatn bidang muka dan

kalaupun mempunyai loncatan bidang muka, ukuran dari denah struktur

bagian gedung yang menjulang dalam masing-masing arah, tidak kurang dari

75% dari ukuran terbesar denah struktur bagian gedung bawahnya. Dalam hal

ini, struktur rumah atap yang tingginya tidak lebih dari 2 tingkat tidak perlu

dianggap menyebabkan adanya loncatan bidang muka.

6. Sistem struktur gedung memiliki kekakuan lateral yang beraturan tanpa

adanya tingkat lunak. Yang dimaksud dengan tingkat lunak adalah suatu

tingkat dimana kekakuan lateralnya adalah kurang dari 70% kekakuan lateral

tingkat di atasnya atau kurang dari 80% kekakuan lateral rata-rata 3 tingkat di

atasnya. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan kekakuan lateral suatu tingkat

adalah gaya geser yang bila bekerja di tingkat itu menyebabkan satu satuan

simpangan antar-tingkat.

7. Sistem struktur gedung memiliki berat lantai tingkat yang beraturan, artinya

setiap tingkat memiliki berat yang tidak lebih dari 150% dari berat lantai

tingkat di atasnya atau di bawahnya. Berat atap atau rumah atap tidak perlu

memenuhi ketentuan ini.

8. Sistem struktur gedung memiliki unsur-unsur vertikal dari sistem penahan

beban lateral yang menerus, tanpa perpindahan titik beratnya, kecuali bila

perpindahan tersebut tidak lebih dari setengah ukuran unsur dalam arah

perpindahan tersebut.

9. Sistem struktur gedung memiliki lantai tingkat yang menerus, tanpa lubang

(14)

Kalaupun ada lantai bertingkat dengan lubang atau bukaan seperti itu,

jumlahnya tidak boleh melebihi 20% dari jumlah tingkat seluruhnya.

2.3.1 Analisis Statik

Analisis statik dapat kita bagi menjadi dua jenis yaitu:

1. Analisis statik linear

Analisis statik nonlinear dapat digunakan untuk berbagai tujuan, di antaranya

yaitu untuk menganalisis struktur yang mempunyai material dan geometri

yang tidak linear, untuk membentuk kekakuan P-delta setelah analisis linear,

untuk memeriksa konstruksi dengan perilaku material yang bergantung pada

waktu, untuk melakukan analisis beban dorong statik dan lain-lain. Analisa

beban dorong statik merupakan prosedur analisa untuk mengetahui perilaku

keruntuhan suatu terhadap gempa.

2. Analisis statik nonlinear

Analisis statik nonlinear secara langsung menghitung redistribusi gaya-gaya

dan deformasi yang terjadi pada struktur ketika mengalami respons inelastis.

Oleh karena itu, analisis statik nonlinear lebih akurat daripada analisis statik

linear. Namun, analisis statik nonlinear tidak dapat digunakan untuk

menganalisis respons struktur bangunan tinggi yang fleksibel. Untuk itu,

prosedur analisis dinamik nonlinear harus dilakukan untuk bangunan tinggi

atau bangunan dengan ketidakteraturan dalam arah vertikal yng cukup besar.

(15)

2.3.2 Analisis Dinamik

Gaya lateral yang bekerja pada struktur selama terjadi gempa tidak dapat

dievaluasi secara akurat oleh metode analisis statik. Analisis dinamik dipakai untuk

memperoleh hasil evaluasi yang lebih akurat dari gaya gempa dan perilaku struktur.

Struktur yang didesain secara statik dapat ditentukan apakah struktur tersebut cukup

aman berdasarkan hasil responsnya dengan analisis dinamik. Jika dari hasil respons

tersebut struktur dinyatakan tidak aman, desain struktur tersebut harus dimodifikasi

agar memenuhi syarat struktur tahan gempa.

Gambar 1. Proses perencanaan bangunan tahan gempa

Analisis statik dapat kita bagi menjadi dua jenis yaitu:

1. Analisis dinamik linear

Respons elastis dari suatu struktur akibat gaya gempa dapat ditentukan

dengan analisis modal. Riwayat waktu dari respons tiap ragam karakteristik

MULAI

PERENCANAAN STRUKTUR BEBAN GEMPA

PERHITUNGAN STATIK

PENGUJIAN STRUKTUR

ANALISIS DINAMIK GEMPA BUMI

AMAN TIDAKNYA STRUKTUR

SELESAI

(16)

harus diperoleh terlebih dahulu dan kemudian dijumlahkan untuk

memperoleh respons riwayat waktu dari kumpulan massa dengan sistem n

derajat kebebasan. Prosedur ini dinamakan analisis riwayat waktu. Analisis

respons dinamik riwayat waktu linear adalah suatu cara analisis untuk

menentukan riwyat respons dinamik struktur gedung 3 dimensi yang

berperilaku elastik penuh terhadap gerakan tanah akibat gempa rencana pada

taraf pembebanan gempa nominal sebagai data masukan dimana respons

dinamik dalam setiap interval waktu dihitung dengan metode integrasi

langsung atau dapat juga melalui metode analisis ragam.

Analisis riwayat waktu tidak selamanya diperlukan karena sering kali hanya

nilai maksimum respons yang diperlukan untuk perencanaan gempa. Dalam

hal ini, nilai maksimum dari respons tiap ragam diperoleh dari desain spektra

dan ditambahkan untuk menentukan respons maksimum dari keseluruhan

sistem. Prosedur ini dinamakan analisis ragam spektrum respons. Analisis

ragam spektrum respons adalah suatu cara analisis untuk menentukan respons

dinamik struktur gedung beraturan 3 dimensi yang berperilaku secara elastik

penuh terhadap pengaruh suatu gempa dimana respons dinamik total struktur

gedung tersebut didapat sebagai hasil superposisi dari respons dinamik

maksimum masing-masing ragamnya yang didapat melalui spectrum respons

gempa rencana. Namun, metode ini tidak dapat digunakan jika ada ragam

dimana periode getaran translasional atau torsional mendekati nilai periode

alami. Dalam hal ini, harus digunakan integrasi langsung dari persaman

(17)

2. Analisis dinamik nonlinear

Gaya gempa rencana, gaya dalam, dan perpindahan (displacement) dari

sistem yang menggunakan prosedur analisis dinamik nonlinear ditentukan

dengan analisis respons dinamik inelastis. Dengan analisis dinamik nonlinear,

displacement yang direncanakan tidak ditentukan dengan target displacement

tetapi ditentukan secara langsung melalui analisis dinamik dengan riwayat

gerakan tanah (ground-motion histories). Analisis ini sangat dipengaruhi oleh

terhadap asumsi dalam pemodelan dan gerakan tanah yang mewakilinya.

Analisis dinamik nonlinear mempunyai dasar-dasar, pendekatan dalam

pemodelan, dan kriteria-kriteria yang hampir sama dengan prosedur untuk

analisis statik nonlinear. Perbedaan utamanya yaitu perhitungan respons

untuk analisis dinamik nonlinear ini menggunakan analisis riwayat waktu.

Analisis respons dinamik riwayat waktu nonlinear adalah suatu cara analisis

untuk menentukan riwayat waktu respons dinamik struktur gedung 3 dimensi

yang berperilaku elastik penuh (linear) maupun elastoplastis (nonlinear)

terhadap gerakan tanah akibat gempa rencana sebagai data masukan dimana

respons dinamik dalam setiap interval waktu dihitung dengan metode

Gambar

Tabel 1. Skala intensitas gempa MMI
Gambar 1. Proses perencanaan bangunan tahan gempa

Referensi

Dokumen terkait

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, waria adalah kaum transseksual, yakni individu yang merasa identitas jenis kelaminnya berbeda dengan jenis kelamin yang dimilikinya

Data yang digunakan untuk perhitungan peningkatan prestasi belajar siswa dalam penelitian ini adalah data hasil perhitungan uji hipotesis dengan nilai t= 3 dan n =

Orang- orang merasa bimbang kenapa Nichiren, yang mengakui sebagai seorang pelaksana Saddharma Pundarika Sutra harus dihadapi oleh begitu banyak penganiayaan dan

Pemberi Fidusia tidak berhak untuk rnelakukan Fidusia ulang atas --- Obyek Jaminan Fidusia. Pemberi Fidusia juga tidak diperkenankan --- untuk membebankan dengan cara

Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode perbaikan tanah menggunakan material Prefabricated Vertical Drained (PVD) dengan pemberian beban preloading dari

Berdasarkan hasil pengujian yang diuraikan terdahulu, terbukti bahwa pengembangan karier dengan penilaian prestasi pegawai berkorelasi sangat kuat, demikian pula prestasi kerja

Absorbsi asam amino dan dipeptida oleh sel epitel usus Absorbsi asam amino dan dipeptida oleh sel epitel

Puji dan syukur kepada Allah Bapa di surga karena berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Tingkat Pengetahuan Dan Sikap