• Tidak ada hasil yang ditemukan

286274884 MAKALAH MANAJEMEN agri PERTANIAN docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "286274884 MAKALAH MANAJEMEN agri PERTANIAN docx"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH MANAJEMEN PERTANIAN - MANAJEMEN AGRIBISNIS TUGAS TERSTRUKTUR

MATA KULIAH MANAJEMEN AGRIBISNIS

Oleh:

Catur Anggi M. 115040100111035

Nabilla Ayudipa 115040100111127

Chyntia Andrean 115040100111152

Siti Khofifatul Isriyah 115040101111204

Ahmad Faris Syafi’i 115040113111012 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2012

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

(2)

sehingga kondisi setiap sistem akan selalu salingterkait. Sifat-sifat tersebut membuat suatu sistem kehidupan akan selalu berusahamembentuk dan menjaga keseimbangan hubungan antara beragam sistem yang ada,keseimbangan hubungan yang terjadi dan terbentuk secara otomatis karena jaringkehidupan telah memiliki caranya sendiri untuk menyeimbangkan hubungan antara satusistem dengan sistem lainnya.Manusia dengan didasari oleh perasaan ingin tahu akan selalu terdapat pemisahan sementara antara sistem dengan lingkungan. Setelah adanya batasan maya ini barulah suatu sistem dapat diamati sehingga dapat dipahami apa pengaruh lingkungan bagi sistem,

Eriyatno (2003) dalam bukunya Ilmu Sistem menyatakan bahwa teori sistem merupakan paradigma yang mempelajari sesuatu secara utuh dan berusaha mencari pengertian secarakeseluruhan melalui pengetahuan atas bagian-bagiannya. Dapat dikatakan bahwa kajiansistem dan kajian spesialisasi akan saling melengkapi, memberikan gambaran realita yangholistik, general, terpadu sekaligus dilengkapi dengan kajian yang mendalam, detil dan rinci.

(3)

keanekaragaman hayati dan kekayaan biodiversity Indonesia, berperan dalam degradasi Sumber Daya Alam dan Lingkungansekaligus berperan dalam upaya menjaga ketahanan Sumber Daya Alam Indonesia.Agribisnis terlibat dalam pemenuhan berbagai kebutuhan manusia baik fisik dan nonfisik, menjadi pembuka lapangan kerja dan penghidupan bagi masyarakat. Agribisnisterlibat dengan pemanfaatan dan pengembangan IPTEK dalam rentang yang lebar mulaidari yang sederhana, tepat guna, madya hingga teknologi tinggi. Agribisnis berperandalam pengembangan pasar berbagai jenis, tipe dan fungsi untuk memenuhi danmemuaskan kebutuhan konsumen dan memuaskan produsen. Adanya pasar agribisnis juga mengembangkan aliran distribusi barang, jasa maupun uang. Peran lain agribisnisadalah mendorong pengembangan sektor industri keuangan dan sektor pendukungnya.Agribisnis juga berperan dalam pengembangan organisasi usaha, organisasi penunjang usaha termasuk organisasi kemasyarakatan. Singkatnya agribisnis berperan dalammanajemen SDA, SDM, IPTEK, Pasar, Finansial, Organisasi. (Anonymous a, 2012)

1.2 Rumusan masalah

1.2.1 Bagaimana perbedaan pertanian sebagai sebuah sektor dan agribisnis sebagai sebuah sistem?

1.2.2 Bagaimana bagan sistem agribisnis dan hubungan antara agribisnis dengan agroindustri?

1.2.3 Bagaimana fungsi dan peranan lembaga penunjang dalam sistem agribisnis?

1.2.4 Bagaimana peranan agribisnis dalam perekonomian Nasional? 1.2.5 Bagaimana ruang lingkup agribisnis?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui pengertian pertanian sebagai sebuah sektor dan agribisnis sebagai sebuah sistem.

1.3.2 Mengetahui system agribisnis dan hubungaun antara agribisnis dengan agroindustri.

1.3.3 Mengetahui fungsi dan peranan lembaga penunjang dalam system agribisnis.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Perbedaan pertanian sebuah sektor dan agribisnis sebuah sistem a. Pertanian sebagai Sektor

Menurut Steinhoff (1995)

 Kegiatan bisnis sebagai aktivitas yang menyediakan barang dan jasa yang diperlukan atau diinginkan oleh konsumen,dapat dilakukan oleh organisasi perusahaan yang memiliki badan hukum,perusahaan yang memiliki badan usaha maupun perorangan yang tidak memiliki badan hukum maupun badan usaha seperti pedagang kaki lima serta usaha informal lainnya.

Menurut Griffin dan Ebert (1996)

Aktivitas bisnis melalui penyedian barang dan jasa bertujuan untuk menghasilakn profit atau laba.Suatu perusahaan dikatakan menghasilkan laba apabila total penerimaan pada suatu periode lebih besar dari total biaya pada periode yang sama.

Agribisnis sebagai bisnis berarti keseluruhan operasi yang mencakup pertanian, semuanya mengarah pada usaha dan untuk mendapat profit melalui penyedian barang dan jasa.

b. Agribisnis sebagai Sistem

Agribisnis sebagai Sistem adalah merupakan seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas.

Sistem agribisnis

Secara konsepsional Sistem Agribisnis adalah semua aktivitas mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai kepada pemasaran produk-produk yang dihasilakan oleh usaha tani dan agroindustriyang

saling terkait satu sama lain.

Sistem agribisnis merupakan suatu konsep yang menempatkan kegiatan pertanian sebagai suatu kegiatan yang utuh dan komprehensif sekaligus sebagai suatu konsep yang dapat menelaah dan menjawab berbagai masalah dan tantangan. (Anonymousb, 2012)

2.2. Sistem agribisnis dan hubungan antara agribisnis dengan agroindustri Sistem agribisnis

(5)

juga memiliki tujuan atau sasaran bersama yang harus dicapai. Interaksi antar elemen akan memiliki aktivitas perencanaan input, pengendalian proses dan pengukuran output, sebagai evaluasi sistem.

Sistem agribisnis merupakan kesatuan atau kumpulan dari elemen agribisnis yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan dan sasaran bersama, menggunakan input dan mengeluarkan output produk agribisnis melalui pengendalian proses yang telah direncanakan. (Anonymousc, 2012) Bagan sistem agribisnis

Hubungan antara Agribisnis dan Agroindustri

Agroindustri adalah industri yangmemiliki keterkaitan ekonomi (baik langsung maupun tidak langsung) yang kuat dengankomoditas pertanian. Keterkaitan langsung mencakup hubungan komoditas pertaniansebagai bahan baku (input) bagi kegiatan agroindustri maupun kegiatan pemasaran dan perdagangan yang memasarkan produk akhir agroindustri. Sedangkan keterkaitan tidak langsung berupa kegiatan ekonomi lain yang menyediakan bahan baku (input) lain diluar komoditas pertanian, seperti bahan kimia, bahan kemasan, dll. Dalam mengembangkanagroindustri, tidak akan berhasil tanpa didukung oleh agroindustri penunjang lain sepertiindustri pupuk, industri pestisida, industri bibit/benih, industri pengadaan alat-alat produksi pertanian dan pengolahan agroindustri seperti industri mesin perontok danindustri mesin pengolah lain. (Anonymousd, 2012)

2.3. Fungsi dan peranan lembaga penunjang dalam sistem agribisnis

Keberdaan kelembagaan pendukung pengembangan agribisnis nasional sangat penting untuk menciptakan agribisnis Indonesia yang tangguh dan kompetitif. Lembaga-lembaga pendukung tersebut sangat menentukan dalam upaya menjamin terciptanya integrasi agribisnis dalam mewujudkan tujuan pengembangan agribisnis.

Peranan lembaga penunjang dalam agribisnis 1. Pemerintah

Lembaga pemerintah mulai tingkat pusat sampai tingkat daerah, memiliki wewenang, regulasi dalam menciptakan lingkungan agribinis yang

(6)

antara deficit unit (konsumen pengguna yang membutuhkan produk) dan surplus unit ( produsen yang menghasilkan produk.

4. Koperasi

Peranan lembaga ini dapat dilihat dari fungsinya sebagai penyalur input-input dan hasil pertanian. Namun di Indonesia perkembangan KUD terhambat karena KUD dibentuk hanya untuk memenuhi keinginan pemerintah, modal terbatas, pengurus dan pegawai KUD kurang professional.

5. Lembaga pendidikan formal dan informal

Tertinggalnya Indonesia dibandingkan dengan negara lain, misalnya Malaysia, lemabaga ini sangat berperan sangat besar dalam pengembagan agribisnis dampaknya Malaysia sebagai raja komoditas sawit. Demikian juga Universitas Kasetsart di Thailand telah berhasil melahirkan tenaga-tenaga terdidik di bidang agribisnis, hal ini dibuktikan dengan berkembangnya agribisnis buah-buhan dan hortikultura yang sangat pesat. Oleh karena itu, ke depan pemerintah hanyalah sebagai fasilitator bukan sebagai pengatur dan penentu meknisme sistem pendidikan. Dengan demikian diharapkan lembaga pendidikan tinggi akan mampu menata diri dan memiliki ruang gerak yang luas tanpa terbelenggu oleh aturan main yang berbelit-belit. penuh, melainkan lebih kepada fasilitator dan konsultan pertanian rakyat.

7. Lembaga Riset Agribinis

Lembaga ini jauh ketinggalan jika dibandingkan dengan negara lain yang dahulunya berkiblat ke Indonesia. Semua lembaga riset yang terkait dengan agribinis harus diperdayakan dan menjadikan ujung tombak untuk mengahasilkan komoditas yang unggul dan daya saing tinggi. Misalnya Meksiko dapat memproduksi buah avokad yang warna daging buahnya kuning kehijau-hijauan, kulit buah bersih dan halus, dan bentuk buah yang besar dengan biji yang kecil.

8. Lembaga penjamin dan penanggungan resiko.

(7)

2.4. Peranan sistem agribisnis dalam perekonomian nasional

Pembangunan ekonomi yang tepat perlu didasarkan pada keunggulan komparatif yang dimiliki. Melalui proses pembangunan yang bertahap dan konsisten, keunggulan komparatif ini dikembangkan menjadi keunggulan kompetitif. Negara yang berdaya saing adalah Negara yang mampu mengembangkan keunggulan komparatifnya menjadi keunggulan kompetitif. Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada keanekaragaman sumberdaya hayati. Kegiatan ekonomi yang memanfaatkan keunggulan sumberdaya hayati di Indonesia adalah kegiatan pertanian dalam arti luas. Sistem agribisnis tidak sama dengan sector pertanian. Sistem agribisnis jauh lebih luas daripada sector teknologi yang digunakan dalam agribisnis bersifat akomodatif terhadap keragaman kualitas tenaga kerja, sehingga tidak mengherankan agribisnis menjadi penyerap tenaga kerja nasional yang terbesar.

3. Peranan agribisnis dalam perolehan devisa. Selama ini selain eksport migas, hanya agribisnis yang mampu memberikan non eksport secara konsisten.

4. Peranan agribisnis dalam penydiaan bahan pangan. Ketersediaan berbagai ragam dan kualitas pangan dalam jumlah pada waktu dan tempat yang terjangkau masyarakat merupakan prasyarat penting bagi keberhasilan pembangunan di Indonesia.

5. Peranan agribisnbis dalam mewujudkan pemerataan hasil pembangunan.

Peranan agribisnis dalam pelestarian lingkungan. Kegiatan agribisnis yang berlandaskan pada pendayagunaan keanekaragaman ekosistem di seluruh tanah air memilki potensi melestarikan lingkungan hidup. (Anonymousf, 2012)

2.5. Ruang lingkup manajemen agribisnis Manajemen agribisnis

(8)

kegiatan usahatani saja tetapi juga dalam kegiatan pengelolaan penyediaan/ pengadaan sarana produksi, penanganan pasca panen, pengolahan, serta pemasaran.

Ruang lingkup manajemen agribisnis:

a. Agribisnis sebagai suatu “Sistem” : Interdependensi antar sub sistem

b. Agribisnis sebagai suatu “Praktek Bisnis” – Pasar adalah Raja

– Persaingan adalah Aturan Mainnya – Perubahan adalah Sesuatu Yang Pasti

c. Agribisnis sebagai suatu “Paradigma Pembangunan Pertanian”

d. Agribisnis sebagai suatu “Keilmuan” : Ekonomi Agribisnis dan ManajemenAgribisnis. (Anonymousg, 2012)

BAB III PENUTUP Kesimpulan

Secara konsepsional Sistem Agribisnis adalah semua aktivitas mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai kepada pemasaran produk-produk yang dihasilakan oleh usaha tani dan

agroindustriyang saling terkait satu sama lain.

Sistem agribisnis merupakan suatu konsep yang menempatkan kegiatan pertanian sebagai suatu kegiatan yang utuh dan komprehensif sekaligus sebagai suatu konsep yang dapat menelaah dan menjawab berbagai masalah dan tantangan.

Agroindustri adalah industri yangmemiliki keterkaitan ekonomi (baik langsung maupun tidak langsung) yang kuat dengankomoditas pertanian. Keterkaitan langsung mencakup hubungan komoditas pertaniansebagai bahan baku (input) bagi kegiatan agroindustri maupun kegiatan pemasaran dan perdagangan yang memasarkan produk akhir agroindustri. Sedangkan keterkaitan tidak langsung berupa kegiatan ekonomi lain yang menyediakan bahan baku (input) lain diluar komoditas pertanian, seperti bahan kimia, bahan kemasan, dll.

(9)

tangguh dan kompetitif. Lembaga-lembaga pendukung tersebut sangat menentukan dalam upaya menjamin terciptanya integrasi agribisnis dalam mewujudkan tujuan pengembangan agribisnis.

Pembangunan ekonomi yang tepat perlu didasarkan pada keunggulan komparatif yang dimiliki. Melalui proses pembangunan yang bertahap dan konsisten, keunggulan komparatif ini dikembangkan menjadi keunggulan kompetitif. Negara yang berdaya saing adalah Negara yang mampu mengembangkan keunggulan komparatifnya menjadi keunggulan kompetitif.

Manajemen Agribisnis adalah suatu matakuliah yang mengaplikasikan ilmu manajemen dalam pelaksanaan kegiatan/ usaha Agribisnis. Kemajuan pertanian sangat tergantung dari bagaimana mengelola sumberdaya pertanian yang dimiliki dengan seefektif dan seefisien mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymousa, 2012. www.scribd.com/doc/55460873/Bahan-Makalah-Sistem-Agribisnis-2011 .Diakses pada 29 Februari 2012.

Anonymousb, 2012. http://agrimaniax.blogspot.com/2010/05/agribisnis-manajemen-agribisnis.html. Diakses pada 29 Februari 2012.

Anonymousc, 2012. http://taman-agribisnis.blogspot.com/2010/02/bab-v-sistem-agribisnis.html. Diakses pada 29 Februari 2012.

Anonymousd, 2012. www.scribd.com/doc/55460873/Bahan-Makalah-Sistem-Agribisnis-2011 . Diakses pada 01 Maret 2012.

Anonymouse, 2012.http://prihatnalameindra.blogspot.com/2011/07/kelembagaan-pendukung-agribisnis.html. Diakses pada 01 Maret 2012.

Anonymousf, 2012. http://www.docstoc.com/docs/54830672/AGRIBISNIS-SEBAGAI-LANDASAN-PEMBANGUNAN-EKONOMI-INDONESIA-DALAM.

Diakses pada 01 Maret 2012.

Anonymousg, 2012. http://fdina.lecture.ub.ac.id/2009/06/manajemen-agribisnis/. Diakses pada 29 Februari 2012.

(10)

makalah

MEMBANGUN SISTEM AGRIBISNIS A. LATAR BELAKANG

Sejak Orde pembangunan dimulai di Indonesia, pemerintah dan rakyat Indonesia telah menetapkan Trilogi Pembangunan Nasional (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemerataan pembangunan dan hasil pembangunan, stabilitas nasional yang mantap dan dinamis) sebagai doktrin pelaksanaan pembangunan nasional. Strategi dan kebijaksanaan, program-program

pembangunan setiap sektor pembangunan nasional dijiwai dan mengacu pada pencapaian Trilogi Pembangunan Nasional tersebut. Upaya pencapaian Trilogi Pembangunan diwujudkan melalui pembangunan ekonomi dengan titik berat pada pertanian primer.

Selama 25 Tahun pembangunan ekonomi dengan titik berat pertanian berlangsung, pertumbuhan ekonomi mampu mencapai sekitar 7 persen

pertahun, laju inflasi dapat dikendalikan dibawah dua digit, swasembada beras tercapai pada tahun 1984, pendapatan perkapita meningkat dari sekitar US $ 70 pada tahun 1969 menjadi sekitar US $ 700 pada akhir PJP I.

Dengan perubahan struktur perekonomian nasional yang demikian, pada tahap selanjutnya prioritas pembangunan ekonomi nasioanl mengalami perubahan. Pembangunan industri yang didukung oleh pertanian yang tangguh menjadi titik berat pembangunan ekonomi nasional. Disini muncul pertanyaan besar,

bagaimana wujud pembangunan industri yang didukung pertanian tangguh. Disini dapat diartikan bahwa industri yang perlu dikembangkan adalah industri-industri yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan, yakni agroindustri. Namun sekali lagi adalah bahwa agroindustri tidak mungkin berkembang dan bermanfaat bagi rakyat Indonesia, bila tidak didukung oleh pertanian primer sebagai penghasil bahan baku. Kemudian, pertanian primer tidak akan mampu berkembang bila tidak didukung oleh pengembangan industri-industri yang menghasilkan sarana produksi (industri hulu pertanian). Dan agroindustri, pertanian primer dan industri hulu pertanian tidak dapat berkembang dengan baik bila tidak didukung oleh sektor atau lembaga yang menyediakan jasa yang dibutuhkan.

B. AGRIBISNIS SEBAGAI SUATU SISTEM

Agribisnis sebagai suatu sistem adalah agribisnis merupakan seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Disini dapat diartikan bahwa agribisnis terdiri dari dari berbagai sub sistem yang tergabung dalam rangkaian interaksi dan interpedensi secara reguler, serta terorganisir sebagai suatu totalitas.

Adapun kelima mata rantai atau subsistem tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Subsistem Penyediaan Sarana Produksi

(11)

penyaluran. Kegiatan ini mencakup Perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi, teknologi dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input usahatani memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk.

b. Subsistem Usahatani atau proses produksi

Sub sistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk kedalam kegiatan ini adalah perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer. Disini ditekankan pada usahatani yang intensif dan sustainable (lestari), artinya meningkatkan produktivitas lahan semaksimal mungkin dengan cara intensifikasi tanpa

meninggalkan kaidah-kaidah pelestarian sumber daya alam yaitu tanah dan air. Disamping itu juga ditekankan usahatani yang berbentuk komersial bukan usahatani yang subsistem, artinya produksi primer yang akan dihasilkan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam artian ekonomi terbuka c. Subsistem Agroindustri/pengolahan hasil

Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani, tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca panen produk pertanian sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambah value added (nilai tambah) dari produksi primer tersebut. Dengan demikian proses pengupasan, pembersihan, pengekstraksian, penggilingan, pembekuan, pengeringan, dan peningkatan mutu.

d. Subsistem Pemasaran

Sub sistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar domestik dan pasar luar negeri.

e. Subsistem Penunjang

Subsistem ini merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca panen yang meliputi :

• Penelitian dan Pengembangan • Pendidikan dan Pelatihan • Transportasi

• Kebijakan Pemerintah

(12)

1. Pembangunan Agribisnis merupakan pembangunan industri dan pertanian serta jasa yang dilakukan sekaligus, dilakukan secara simultan dan harmonis. Hal ini dapat diartikan bahwa perkembangan pertanian, industri dan jasa harus saling berkesinambungan dan tidak berjalan sendiri-sendiri. Yang sering kita dapatkan selama ini adalah industri pengolahan (Agroindustri) berkembang di Indonesia, tapi bahan bakunya dari impor dan tidak (kurang) menggunakan bahan baku yang dihasilkan pertanian dalam negeri. Dipihak lain, peningkatan produksi pertanian tidak diikuti oleh perkembangan industri pengolahan

( Membangun industri berbasis sumberdaya domestik/lokal). Sehingga perlu pengembangan Agribisnis Vertikal.

2. Membangun Agribisnis adalah membangun keunggulan bersaing diatas keunggulan komparatif yaitu melalui transformasi pembangunan kepada pembangunan yang digerakkan oleh modal dan selanjutnya digerakkan oleh inovasi. Sehingga melalui membangun agribisnis akan mampu

mentransformasikan perekonomian Indonesia dari berbasis pertanian dengan produk utama (Natural resources and unskill labor intensive) kepada

perekonomian berbasis industri dengan produk utama bersifat Capital and skill Labor Intesif dan kepada perekonomian berbasis inovasi dengan produk utama bersifat Innovation and skill labor intensive. Dalam arti bahwa membangun daya saing produk agribisnis melalui transformasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing, yaitu dengan cara:

• Mengembangkan subsistem hulu (pembibitan, agro-otomotif, agro-kimia) dan pengembangan subsistem hilir yaitu pendalaman industri pengolahan ke lebih hilir dan membangun jaringan pemasaran secara internasional, sehingga pada tahap ini produk akhir yang dihasilkan sistem agribisnis didominasi oleh produk-produk lanjutan atau bersifat capital and skill labor intensive.

• Pembangunan sistem agribisnis yang digerakkan oleh kekuatan inovasi. Pada tahap ini peranan Litbang menjadi sangat penting dan menjadi penggerak utama sistem agribisnis secara keseluruhan. Dengan demikian produk utama dari sistem agribisnis pada tahap ini merupakan produk bersifat Technology intensive and knowledge based.

• Perlu orientasi baru dalam pengelolaan sistem agribisnis yang selama ini hanya pada peningkatan produksi harus diubah pada peningkatan nilai tambah sesuai dengan permintaan pasar serta harus selalu mampu merespon perubahan selera konsumen secara efisien..

3. Menggerakkan kelima subsistem agribisnis secara simultan, serentak dan harmonis. Oleh karena itu untuk menggerakkan Sistem agribisnis perlu dukungan semua pihak yang berkaitan dengan agribisnis/ pelaku-pelaku agribisnis mulai dari Petani, Koperasi, BUMN dan swasta serta perlu seorang Dirigent yang mengkoordinasi keharmonisan Sistem Agribisnis.

(13)

mencakup hubungan komoditas pertanian sebagai bahan baku (input) bagi kegiatan agroindustri maupun kegiatan pemasaran dan perdagangan yang memasarkan produk akhir agroindustri. Sedangkan keterkaitan tidak langsung berupa kegiatan ekonomi lain yang menyediakan bahan baku (input) lain diluar komoditas pertanian, seperti bahan kimia, bahan kemasan, dll. Dalam

mengembangkan agroindustri, tidak akan berhasil tanpa didukung oleh

agroindustri penunjang lain seperti industri pupuk, industri pestisida, industri bibit/benih, industri pengadaan alat-alat produksi pertanian dan pengolahan agroindustri seperti industri mesin perontok dan industri mesin pengolah lain. Dikatakan Agroindustri sebagai A Leading Sector apabila memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Memiliki pangsa yang besar dalam perekonomian secara keseluruhan sehingga kemajuan yang dicapai dapat menarik pertumbuhan perekonomian secara total.

b. Memiliki pertumbuhan dan nilai tambah yang relatif tinggi.

c. Memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang yang cukup besar sehingga mampu menarik pertumbuhan banyak sektor lain.

d. Keragaan dan Performanya berbasis sumberdaya domestik sehingga efektif dalam membangun daerah serta kuat dan fleksibel terhadap guncangan

eksternal.

e. Tingginya elastisitas harga untuk permintaan dan penawaran. f. Elastisitas Pendapatan untuk permintaan yang relatif besar

g. Angka pengganda pendapatan dan kesempatan kerja yang relatif besar h. Kemampuan menyerap bahan baku domestik

i. Kemampuan memberikan sumbangan input yang besar.

5. Membangun Sistem agribisnis melalui pengembangan Industri Perbenihan Industri Perbenihan merupakan mata rantai terpenting dalam pembentukan atribut produk agribisnis secara keseluruhan. Atribut dasar dari produk agribisnis seperti atribut nutrisi (kandungan zat-zat nutrisi) dan atribut nilai (ukuran, penampakan, rasa, aroma dan sebagainya) serta atribut keamanan dari produk bahan pangan seperti kandungan logam berat, residu pestisida,

kandungan racun juga ditentukan pada industri perbenihan. Untuk membangun industri perbenihan diperlukan suatu rencana strategis pengembangan industri perbenihan nasional. Oleh karena itu pemda perlu mengembangkan usaha perbenihan (benih komersial) berdasar komoditas unggulan masing-masing daerah, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi industri perbenihan modern. Pada tahap berikutnya daerah-daerah yang memiliki kesamaan agroklimat dapat mengembangkan jenjang benih yang lebih tinggi seperti jenjang benih induk,

(14)

skala pengusahaan yang relatif kecil, tidak ekonomis bila seorang petani

memiliki produk agro-otomotif karena harganya terlalu mahal. Oleh karena itu perlu adanya rental Agro-otomotif yang dilakukan oleh Koperasi Petani atau perusahaan agro-otomotif itu sendiri.

Dukungan Industri Pupuk dalam pengembangan sistem agribisnis.

Pada waktu yang akan datang industri pupuk perlu mengembangkan sistem Networking baik vertikal(dari hulu ke hilir) maupun Horisontal (sesama

perusahaan pupuk), yaitu dengan cara penghapusan penggabungan perusahaan pupuk menjadi satu dimana yang sekarang terjadi adalah perusahaan terpusat pada satu perusahaan pupuk pemerintah. Oleh karena perusahaan-perusahaan pupuk harus dibiarkan secara mandiri sesuai dengan bisnis intinya dan bersaing satu sama lain dalam mengembangkan usahanya. Sehingga terjadi harmonisasi integrasi dalam sistem agribisnis. Serta perlu dikembangkan pupuk majemuk, bukan pupuk tunggal yang selama ini dikembangkan.

7. Pengembangan Sistem Agribisnis melalui Reposisi Koperasi Agribisnis. Perlu adanya perubahan fungsi/paradigma Koperasi Agribisnis, yaitu untuk: a. Meningkatkan kekuatan debut-tawar (bargaining position) para anggotanya. b. Meningkatkan daya saing harga melalui pencapaian skala usaha yang lebih optimal.

c. Menyediakan produk atau jasa, yang jika tanpa koperasi tidak akan tersedia. d. Meningkatkan peluang pasar

e. Memperbaiki mutu produk dan jasa f. Meningkatkan pendapatan

g. Menjadi Wahana Pengembangan ekonomi rakyat

h. Menjadikan koperasi sebagai Community based organization, keterkaitan koperasi dengan anggota dan masyarakat sekitar merupakan hal yang paling esensial dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.

i. Melakukan kegiatan usaha yang sejalan dengan perkembangan kegiatan ekonomi anggota.

j. Perlu mereformasi diri agar lebih fokus pada kegiatan usahanya terutama menjadi koperasi pertanian dan mengembangkan kegiatan usahanya sebagai koperasi agribisnis. Perlu kegiatan-kegiatan usaha yang mendukung distribusi, pemasaran dan agroindustri berbasis sumberdaya lokal serta perlu melakukan promosi untuk memperoleh citra positif layaknya sebuah koperasi usaha misalnya: Koperasi Agribisnis atau Koperasi Agroindustri atau Koperasi Agroniaga yang menangani kegiatan usaha mulai dari hulu sampai ke hilir. 8. Pengembangan Sistem Agribisnis melalui pengembangan sistem informasi agribisnis. Dalam membangun sistem informasi agribisnis, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah informasi produksi, informasi proses, distribusi, dan informasi pengolahan serta informasi pasar.

9. Tahapan pembangunan cluster Industri Agribisnis. Tahapan pembangunan sistem agribisnis di Indonesia:

(15)

tidak terdidik. Serta dari sisi produk akhir, sebagian besar masih menghasilkan produk primer. Perekonomian berbasis pada pertanian.

B. Akan digerakkan oleh kekuatan Investasi melalui percepatan pembangunan dan pendalaman industri pengolahan serta industri hulu pada setiap kelompok agribisnis. Tahap ini akan menghasilkan produk akhir yang didominasi padat modal dan tenaga kerja terdidik, sehingga selain menambah nilai tambah juga pangsa pasar internasional. Perekonomian berbasis industri pada agribisnis. C. Tahap pembangunan sistem agribisnis yang didorong inovasi melalui

kemajuan teknologi serta peningkatan Sumberdaya manusia.Tahap ini dicirikan kemajuan Litbang pada setiap sub sistem agribisnis sehingga teknologi

mengikuti pasar. Perekonomian akan beralih dari berbasis Modal ke perekonomian berbasis Teknologi.

10. Membumikan pembangunan sistem Agribisnis dalam otonomi daerah

Pembangunan Ekonomi Desentralistis-Bottom-up, yang mengandalkan industri berbasis Sumberdaya lokal. Pembangunan ekonomi nasional akan terjadi di setiap daerah.

12. Dukungan perbankan dalam pengembangan sistem agribisnis di daerah. Untuk membangun agribisnis di daerah, peranan perbankan sebagai lembaga pembiayaan memegang peranan penting. Ketersediaan skim pembiayaan dari perbankan akan sangat menentukan maju mundurnya agribisnis daerah. Selama ini yang terjadi adalah sangat kecilnya alokasi kredit perbankan pada agribisnis daerah, khususnya pada on farm agribisnis. Selama 30 tahun terakhir, keluaran kredit pada on farm agribisnis di daerah hanya kurang dari 20 % dari total kredit perbankan. Padahal sekitar 60 % dari penduduk Indonesia menggantungkan kehidupan ekonominya pada on farm agribisnis. Kecilnya alokasi kredit juga disebabkan dan diperparah oleh sistem perbankan yang bersifat Branch Banking System. Sistem Perbankan yang demikian selama ini, perencanaan skim

perkreditan (jenis, besaran, syarat-syarat) ditentukan oleh Pusat bank yang bersangkutan/sifatnya sentralistis, yang biasanya menggunakan standart sektor non agribisnis, sehingga tabungan yang berhasil dihimpun didaerah, akan disetorkan ke pusat, yang nantinya tidak akan kembali ke daerah lagi. Oleh karena itu perlunya reorientasi Perbankan, yaitu dengan merubah sistem

perbankan menjadi sistem Unit Banking system (UBS), yakni perencanaan skim perkreditan didasarkan pada karakteristik ekonomi lokal. Kebutuhan kredit antara subsistem agribisnis berbeda serta perbedaan juga terjadi pada setiap usaha dan komoditas. Prasyarat agunan kredit juga disesuaikan. Disamping agunan lahan atau barang modal lainnya, juga bisa penggunaan Warehouse Receipt System (WRS) dapat dijadikan alternatif agunan pada petani. .WRS adalah suatu sistem penjaminan dan transaksi atas surat tanda bukti (Warehouse Receipt).

13. Pengembangan strategi pemasaran

(16)

menghadapi masa depan, dimana preferensi konsumen terus mengalami perubahan, keadaan pasar heterogen. Dari hal tersebut, sekarang sudah mulai mengubah paradigma pemasaran menjadi menjual apa yang diinginkan oleh pasar (konsumen). Sehingga dengan berubahnya paradigma tersebut, maka pengetahuan yang lengkap dan rinci tentang preferensi konsumen pada setiap wilayah, negara, bahkan etnis dalam suatu negara, menjadi sangat penting untuk segmentasi pasar dalam upaya memperluas pasar produk-produk agribisnis yang dihasilkan. Selain itu diperlukan juga pemetaan pasar (market mapping) yang didasarkan preferensi konsumen, yang selanjutnya digunakan untuk pemetaan produk (product mapping).. Selain itu juga bisa dikembangkan strategi

pemasaran modern seperti strategi aliansi antar produsen, aliansi produsen-konsumen, yang didasarkan pada kajian mendalam dari segi kekuatan dan kelemahan.

14. Pengembangan sumberdaya agribisnis.

Dalam pengembangan sektor agribisnis agar dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan pasar, diperlukan pengembangan sumberdaya agribisnis, khususnya pemanfaatan dan pengembangan teknologi serta pembangunan kemampuan Sumberdaya Manusia (SDM) Agribisnis sebagai aktor pengembangan

agribisnis. Dalam pengembangan teknologi, yang perlu dikembangkan adalah pengembangan teknologi aspek: Bioteknologi, teknologi Ekofarming, teknologi proses, teknologi produk dan teknologi Informasi. Sehingga peran Litbang sangatlah penting. Untuk mendukung pengembangan jaringan litbang diperlukan pengembangan sistem teknologi informasi yang berperan mengkomunikasikan informasi pasar, mengefektifkan arus informasi antar komponen jaringan, mengkomunikasikan hasil-hasil litbang kepada pengguna langsung dan mengkomunikasikan konsep dan atribut produk agribisnis kepada konsumen. Dalam pengembangan SDM Agribisnis perlu menuntut kerjasama tim (team work) SDM Agribisnis yang harmonis mulai dari SDM Agribisnis pelaku langsung dan SDM Agribisnis pendukung sektor agribisnis.

15. Penataan dan pengembangan struktur Agribisnis.

Struktur agribisnis yang tersekat-sekat telah menciptakan masalah transisi dan margin ganda. Oleh karena itu penataan dan pengembangan struktur agribisnis nasional diarahkan pada dua sasaran pokok yaitu:

a. Mengembangkan struktur agribisnis yang terintegrasi secara vertikal mengikuti suatu aliran produk (Product Line) sehingga subsektor agribisnis hulu, subsektor agribisnis pertanian primer dan subsektor agribisnis hilir berada dalam suatu keputusan manajemen.

b. Mengembangkan organisasi bisnis (ekonomi) petani/koperasi agribisnis yang menangangani seluruh kegiatan mulai dari subsistem agribisnis hulu sampai dengan subsistem agribisnis hilir, agar dapat merebut nilai tambah yang ada pada subsistem agribisnis hulu dan subsistem agribisnis hilir.

Dalam penataan tersebut, ada 3 bentuk :

(17)

agribisnis usahatani, sementara kegiatan subsektor agribisnis hulu dan hilir ditangani koperasi agribisnis milik petani.

2. Pengembangan Agribisnis Integrasi Vertikal dengan pola usaha patungan (Joint Venture). Pada bentuk ini pelaku ekonomi pada subsektor hulu, primer dan hilir yang selama ini dikerjakan sendiri-sendiri harus dikembangkan dalam perusahaan agribisnis bersama yang dikelola oleh orang-orang profesional. 3. Pengembangan Agribisnis Integratif Vertikal dengan pola pemilikan Tunggal/Grup/Publik, yang pembagian keuntungannya didasarkan pada pemilikan saham

16. Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sektor Agribisnis

Perlu perubahan orientasi lokasi agroindustri dari orientasi pusat-pusat konsumen ke orientasi sentra produksi bahan baku, dalam hal ini untuk

mengurangi biaya transportasi dan resiko kerusakan selama pengangkutan. Oleh karena itu perlu pengembangan pusat-pusat pertumbuhan sektor agribisnis komoditas unggulan yang didasarkan pada peta perkembangan komoditas agribisnis, potensi perkembangan dan kawasan kerjasama ekonomi. Serta berdasar Keunggulan komparatif wilayah. Perencanaan dan penataan perlu dilakukan secara nasional sehingga akan terlihat dan terpantau keunggulan setiap propinsi dalam menerapkan komoditas agribisnis unggulan yang dilihat secara nasional/kantong-kantong komoditas agribisnis unggulan, yang titik akhirnya terbentuk suatu pengembangan kawasan agribisnis komoditas tertentu. 17. Pengembangan Infrastruktur Agribisnis.

Dalam pengembangan pusat pertumbuhan Agribisnis, perlu dukungan

pengembangan Infrastruktur seperti jaringan jalan dan transportasi (laut, darat, sungai dan udara), jaringan listrik, air, pelabuhan domestik dan pelabuhan ekspor dan lain-lain.

18. Kebijaksanaan terpadu pengembangan agribisnis.

Ada beberapa bentuk kebijaksanaan terpadu dalam pengembangan agribisnis. a. Kebijaksanaan pengembangan produksi dan produktivitas ditingkat

perusahaan.

b. Kebijaksanaan tingkat sektoral untuk mengembangkan seluruh kegiatan usaha sejenis.

c. Kebijaksanaan pada tingkat sistem agribisnisyang mengatur keterkaitan antara beberapa sektor.

d. Kebijaksanaan ekonomi makro yang mengatur seluruh kegiatan

perekonomian yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap agribisnis.

Beberapa kebijaksanaan operasional untuk mengatasi masalah dan mengembangkan potensi, antara lain:

(18)

2. Forum tersebut terdiri dari perwakilan departemen terkait.

3. Mengembangkan dan menguatkan asosiasi pengusaha agribisnis. 4. Mengembangkan kegiatan masing-masing subsistem agribisnis untuk meningkatkan produktivitas melalui litbang teknologi untuk mendorong pasar domestik dan internasional.

18. Pengembangan agribisnis berskala kecil. Ada 3 kebijaksanaan yang harus dilakukan adalah:

a. Farming Reorganization

Reorganisasi jenis kegiatan usaha yang produktif dan diversifikasi usaha yang menyertakan komoditas yang bernilai tinggi serta reorganisasi manajemen usahatani. Dalam hal ini disebabkan karena keterbatasan lahan yang rata-rata kepemilikan hanya 0,1 Ha.

b. Small-scale Industrial Modernization

Modernisasi teknologi, modernisasi sistem, organisasi dan manajemen, serta modernisasi dalam pola hubungan dan orientasi pasar.

c. Services Rasionalization

Pengembangan layanan agribisnis dengan rasionalisasi lembaga penunjang kegiatan agribisnis untuk menuju pada efisiensi dan daya saing lembaga tersebut. Terutama adalah lembaga keuangan pedesaan, lembaga litbang khususnya penyuluhan.

19. Pembinaan Sumberdaya Manusia untuk mendukung pengembangan agribisnis dan ekonomi pedesaan. Dalam era Agribisnis, aktor utama

pembangunan agribisnis dan aktor pendukung pembangunan agribisnis perlu ada pembinaan kemampuan aspek bisnis, manajerial dan berorganisasi bisnis petani serta peningkatan wawasan agribisnis. Dalam hal ini perlu reorientasi peran penyuluhan pertanian yang merupakan lembaga pembinaan SDM petani. Oleh karena itu perlu peningkatan pendidikan penyuluh baik melalui pendidikan formal, kursus singkat, studi banding. Serta perlu perubahan fungsi BPP yang selama ini sebagai lembaga penyuluhan agro-teknis, menjadi KLINIK

KONSULTASI AGRIBISNIS

20. Pemberdayaan sektor agribisnis sebagai upaya penaggulangan krisis pangan dan Devisa. Perlu langkah-langkah reformasi dalam memberdayakan sektor agribisnis nasional, yaitu:

a. Reformasi strategi dan kebijakan industrialisasi dari industri canggih kepada industri agribisnis domestik.

b. Kebijakan penganekaragaman pola konsumsi berdasar nilai kelangkaan bahan pangan.

c. Reformasi pengelolaan agribisnis yang integratif, yaitu melalui satu Departemen yaitu DEPARTEMEN AGRIBISNIS

d. Pengembangan agribisnis yang integrasi vertikal dari hulu sampai hilir melalui koperasi agribisnis.

(19)

Pendahuluan

Konsekuensi suatu daerah otonom tentunya harus memiliki kemampuan untuk menggerakkan perekonomian masyarakatnya sehingga menjadi makmur yang berkeadilan. Kalau semula kita membiasakan berfikir pada skala nasional, yang seolah-olah negara Indonesia yang besar ini harus memiliki satu pola

pembangunan untuk menghadapi era otonomi saat ini, maka kita banting setir dalam berfikir. Masing-masing daerah otonom merupakan sel-sel pembangunan yang harus ditata sedemikian rupa, sehingga mozaik itu jangan saling beradu kepentingan dan bersaing secara tidak wajar. Oleh karena itu masing-masing daerah otonom harus pandai-pandai menentukan pola pengembangannya sehingga pada akhirnya dapat secara mandiri menghidupi masyarakatnya. Sekiranya daerah otonom memungkinkan untuk mengembangkan pola

agribisnis, maka perlu memegang prinsip-prinsip agribisnis sebagai sebuah pola sistem. Prinsip pertama ialah sebagai sebuah entitas yang ditopang oleh

subsistem diantara satu sama lainnya terjalin hubungan saling ketergantungan yang agregatif dan berfungsi untuk mencapai seluruh target sistem, bukan sekedar target masing-masing subsistem. Antar subsistem terjadi "harmonious orderly interaction" dan agribisnis yang dibangun merupakan bentuk "social economic organization" yang berorientasi bisnis. Prinsip kedua ialah

pembangunan agribisnis di daerah otonom harus dimulai dari subsistem hilir atau tengah, masing-masing berupa niaga produk agroindustri dan proses

agroindustrinya. Artinya, skala ekonomi atau skala industri komoditi yang ingin dikembangkan sebagai agribisnis harus ditetapkan secara mantap terlebih dulu sebelum mengembangkan subsistem hulu yang berupa kegiatan "on farm" yang menghasilkan produk bahan untuk industri atau untuk siap diniagakan. Prinsip ketiga, dalam daerah otonomi itu harus bisa melaksanakan konsolidasi lahan secara fisik untuk pengelolaan yang lebih efisien untuk dapat mengimbangi kepentingan proses industri atau niaga yang berhasil dikembangkan. Prinsip keempat, pola agribisnis di daerah otonom harus dikelola oleh SDM yang profesional dan berbudaya industrial sehingga dapat berorientasi kearah bisnis secara rasional.

(20)

menjadi satu sistem yang dapat mengangkat harkat pertanian di masa depan. Institusi perencana tingkat nasional selayaknya turut campur dalam perencanaan itu, karena sangat dimungkinkannya kemampuan daerah otonomi masih terbatas dalam merencanakan bidang agribisnis sebagai suatu sistem yang holistik. Dari keempat prinsip di muka dapat diajukan dua kunci sukses, apabila sistem

agribisnis hendak dikembangkan di daerah otonomi masing-masing maka yang harus dibangun adalah SDM nya, dan bagaimana sistem agribisnis itu dapat di bangun pada skala ekonomis yang luas.

Membangun SDM Agribisnis

Menghadapi sistem agribisnis sebagai tulang punggung ekonomi daerah yang berotonomi luas, pembangunan SDM bukan merupakan pekerjaan ringan. SDM ini di segala subsistem harus bisa dibangun yang sedikit banyaknya tidak sama dengan apa yang dilaksanakan sampai sekarang. Baik dikalangan pendidikan formal maupun non-formal harus bisa diarahkan untuk membangun SDM agribisnis. Budaya industrial harus bisa ditanamkan dalam-dalam pada segenap lapisan sub-sistem, dari hulu sampai hilir. Bisnis yang harus dididikan adalah bisnis pertanian yang berorientasi lebih jauh dari "farm gate", ialah bisnis yang berorientasi tidak saja pada "raw product" yang langsung masuk pasar, tetapi bisnis yang berorientasi pada mencari nilai tambah yang lebih besar karena produk itu masuk pada segmen industri.

SDM agribisnis menyadari bahwa sistem yang diemban membudayakan proses industri. Oleh karena itu fokusnya pada agroindustri yang ada di dalam sistem agribisnis sebagai subsistem di bagian tengah. Agroindustri ini menghela subsistem yang ada di hulu dan mendorong yang hilir. Dalam membangun agribisnis harus difikirkan lebih dulu agroindustri apa yang bisa dibangun. Apapun komoditinya, apa itu tebu, tembakau, ternak, ikan, kedelai, jagung, bahkan padipun harus dimulai membangun agroindustrinya. Budaya industrial yang akan diisikan dalam semangat SDM agribisnis berintikan pada rasionalnya SDM. Agribisnis sebagai jabaran baru dari apa yang kita sebut pertanian selama ini, harus digerakkan secara rasional. SDM yang mengemban rasionalisasi demikian memang SDM yang selalu berfikir dialektis, artinya tidak berjalan di tempat, apalagi berhenti di tempat. Agribisnis selalu ingin maju. SDM demikian memerlukan, moralitas dan disiplin yang tinggi.

SDM agribisnis yang berbudaya industrial demikian sudah barang tentu lain dari SDM pertanian yang selama ini kita jumpai. Misalnya seorang petani mengusahakan bawang merah. Dia idak dialektis karena selama ini mereka hanya tahu produknya sebagai "final product" yang dihadapkan kepada

tengkulak/penebas. Nenek moyangnya begitu, dia juga begitu. Sebaliknya SDM agribisnis dengan budaya industrialnya akan membangun bangsal agronomi yang luas untuk membersihkan bawang merahnya dari segala macam kotoran lapangan, gudang simpan yang "appropriate" untuk biaya menyimpan

(21)

membawa produknya ke pasar yang sudah dibentuk sebelumnya. Karena memiliki wacana yang rasional demikian, tentu dia akan mencari bibit bawang merah yang disesuaikan dengan kehendak pasar, dan berupaya memahami bagaimana memproduksi "on farm’ yang efisien. Dengan demikian keseluruhan sistem agribisnis berjalan, baik yang di hilir maupun yang di hulu. Agribisnis sebagai suatu sistem yang berpose agregatif di antara subsistem-subsistem, tentu tidak mendiskriminasikan nilai tambah untuk salah satu subsistem saja. Semua subsistem merasakan kebahagiaannya secara adil. Disinilah letak moralitas bisnis dalam agribisnis sebagai satu sistem.

Bagaimana membangun SDM agribisnis yang berkaliber begitu merupakan tantangan bagi kita semua yang ingin membangun sistem agribisnis. SDM agribisnis di berbagai tingkatan (levels) harus memiliki kaliber itu, baik yang katakan relatif lebih "uneducated" maupun yang "highly educated". Sekiranya saat ini di tingkat birokrasi pusat belum ada nuansa membangun SDM

agribisnis seperti yang dikemukakan di atas dan baru taraf retorika belaka, apa salahnya dalam menghadapi realisasi otonomi daerah, kita di daerah

mempunyai ancang-ancang sendiri, apalagi kalau targetnya ingin dihadapkan pada pasar bebas global.

Membangun SDM agribisnis di tingkat "grass root" kita coba melalui

pambangunan pertanian rakyat di pedesaan. Kita bangun melalui keluarga tani dengan menanamkan persepsi sistem agribisnis dan mencarikan jalan untuk mempunyai hubungan yang bersifat interaktif dengan suatu agroindustri.

Menanamkan budaya industrial di kalangan mereka, melebarkan wacana bisnis, dan menyadarkan mereka bahwa produk usahataninya bukan suatu "final

product" yang dijual murah. Bagaimana "raw product" itu bisa dipoles untuk menjadi "final industrial product" yang bernilai tambah harus bisa ditanamkan kedalam pengertian mereka.

SDM agribisnis di tingkat "educated level" harus dicoba untuk ditanamkan budaya industrial dalam pengertian agribisnis sebagai suatu sistem yang "totality managed". Di tingkat universitas misalnya bagaimana kita bukakan mata akan orientasi agribisnis total.

Bila di satu universitas ada Fakultas Teknologi Pertanian, bagaimana

menyatukan keduanya dengan satu persepsi sistem agribisnis total yang berisu sentral agroindustri. Keduanya tidak mungkin akan menjadi dua kutub yang saling berhadapan kalau memiliki orientasi agribsinis. Mereka akan saling bertentangan kalau yang satu hanya berorientasi usahatani "on farm" semata, dan yang lainnya pada proses pengolahan produk pertanian. Lalu seolah-olah ada tembok yang menyekat dan kalau begitu tidak akan menjadikan SDM agribisnis sebagaimana kita cita-citakan.

Membangun Agribisnis dalam Skala Ekonomi Luas

(22)

agribisnis itu hanya "lipservice" saja, kalau hanya dilakukan oleh petani dengan luas lahan pengelolaannya kurang dari dari 0.3 ha. Sampai-sampai yang

menyatakan dalam dsikusi panel yang diselenggarakan oleh UNISRI tempo hari, pertanian selama ini hanya membangun "kantong-kantong kemiskinan" saja.

Kita tentu tidak habis pikir dengan fenomena demikian. Agribisnis yang ingin kita coba menggantikan pertanian saat ini, memang memerlukan skala usaha yang tidak kecil. Usahatani gurem tentu tidak dapat dihadapkan pada sistem agribisnis yang berpusat pada suatu agroindustri yang besar. Sebatas

agroindustri yang sederhana kecil, produk usahatani sempit barangkali masih dapat relevan, tetapi skala ekonomi agribisnis demikian kurang memadai untuk meraih nilai tambah yang menghidupi pelaku. Oleh karena itu bagaimanapun agribisnis harus ditopang oleh usahatani besar.

Dari keadaan penguasaan lahan yang begitu sempit menjadi usahatani besar dapat ditempuh oleh dua alternatif pendekatan. Pertama, melalui proses konsolidasi lahan. Secara fisik lahan sempit yang dikelola perlu konsolidasi melalui suatu perundangan UU Pokok Agraria atau yang secara populer melalui apa yang disebut "agrarian reform". Reformasi agraria itu tidak saja

menyangkut pembenahan pemilikan lahan atau penguasaan lahan tetapi juga sampai menyentuh perubahan budaya pertanian secara menyeluruh yang lebih adil. Dalam reformasi agraria itu dapat dicakup juga perubahan dari budaya tani yang tradisional ke budaya agribisnis modern seperti yang dikehendaki zaman. Tanpa adanya reformasi agraria, rasanya musykil pertanian kita menjadi maju. Kedua, memiliki konsolidasi pengelolaannya. Petani-petani gurem dikonsolidasi seperti bentuk organisasi kelompok tani yang menangani budidaya komoditi padi dalam program INSUS. Alternatif kedua ini nampaknya lebih "acceptable", tetapi rasanya tidak akan mengubah budaya, dan petani tetap saja akan berstatus sebagai kelompok masyarakat yang hidupnya marjinal. Tidak dapat mengubah status itu menjadi SDM agribisnis yang hidup mempuni dari usahanya.

Terlepas dari kedua alternatif diatas, yang terpenting adalah bagaimana skala ekonomi dari komoditi agribsinsis dapat diperbesar. Dorongan utamanya pada pengadaan agroindustri yang memproses produk usahatani "on farm" itu. Kalau semua komoditi dapat diproses lebih lanjut dalam agroindustri, dan sistem agribisnis dapat ditegakkan, maka secara alamiah akan terjadi konsolidasi. Katakan misalnya, komoditi sayuran. Proses agroindustrinya sederhana berupa sanitasi produk, pemilahan, dan pengemasan. Dalam agribisnis itu telah

(23)

terjadi di tingkat industri sarana produksi di bagian hulu, karena desakan permintaan mutu dan efisiensi kerja oleh subsistem hilir. Dalam kondisi demikian akan terjadi manajemen agribisnis total, yang antara subsistemnya saling berinteraksi berkelanjutan harmonis. Sementara itu apa yang saya sebut Bank Konsolidasi Lahan akan bekerja, yang dapat menampung "mantan petani gurem" menjadi pemilik saham dalam agribisnis akibat melepaskan lahan kelolaannya.

Kriteria mutu produk agroindustri ditentukan oleh pasar dan diteruskan kesubsistem penghasil benih sumber yang berada dalam industri benih. Di dalamnya bekerja sekelompok pemulia tanaman yang merekayasa sumberdaya genetik menghasilkan varietas baru dan sekelompok teknologi benih yang membiakkan menjadi Benih Dasar (Foundation Seed) untuk menjadi benih komersial. Dengan demikian semua komponen dalam agribisnis bisa bergerak dalam satu sistem.

Sebagai contoh perkembangan jagung hibrida. Semula dibayangkan betapa sulitnya memasukkan benih jagung hibrida di kalangan petani yang mengelola lahan sempit. Mereka dibayangkan tidak akan mampu membeli benih jagung hibrida karena harganya yang terlalu mahal. Agroindustri pakan ternak berdiri yang memerlukan biji jagung sebagai bahan utamanya. Dengan berdirinya agroindustri pakan ini petani yang biasa menanam jagung mengkonsolidasi diri dan sepakat bersama-sama menanam jagung hibrida. Produksi jagung hibrida ditampung oleh agroindustri pakan. Petani tidak lagi mempersoalkan harga benih yang tinggi, dan harga sarana produksi yang lain. Semua biaya itu dapat tertutup oleh harga jual biji jagungnya ke industri. Mekanisme demikian berada dalam konteks agribisnis sebagai suatu sistem. Selanjutnya mutu produknya ditingkatkan, bahkan petani dalam sistem agribisnis itu masih mampu lebih membeli jagung hibrida "single cross" yang mutu genetiknya jauh lebih tinggi, meski dengan harga benih yang sangat mahal.

Penutup

Uraian dalam makalah ini dapat disimpulkan sebagai berikut. Kalau sistem agribisnis hendak ditegakkan di daerah yang berotonomi, dua hal yang harus dipikirkan. Pertama, tentang pembangunan SDM agribisnis, dan kedua, tentang konsolidasi lahan pengelolaan yang berorientasi pada memperluas skala

ekonominya. Bagi semua komoditi yang diusahakan, agribisnis dalam suatu sistem memerlukan pembanguanan agroindustrinya. Sebagai komponen di bagian tengah agroindustri dalam sistem agribisnis menjadi tulang punggung yang menghela komponen di bagian hulu dan mendorong komponen di bagian hilir.

(24)

Agroindustri dalam sistem agribisnis bukan selalu berbentuk pabrik-pabrik besar yang berproses manufaktural, melainkan bisa juga berbentuk sederhana seperti yang berproses pembersihan (sanitasi), pemilahan (grading) dan pengemasan (packaging).

Dalam pengembangan agribisnis ini perlu digaris bawahi pengertian sistem yang antara subsistem satu dan lainnya harus diwujudkan interaksi yang "interdependent" sehingga merupakan "harmonious orderly interaction" dan berkeadilan dalam pembagian nilai tambah yang berhasil diraih oleh seluruh sistem. Tidak terjadi rumpang besar antara subsistem yang dihilir dan hulu, semuanya secara transparan dikelola dalam satu sistem yang total utuh.

Konsekuensi suatu daerah berotonomi ialah harus mampu menghidupi sendiri sehingga pengaturan ekonominya harus dapat lebih produktif. Agribisnis di daerah ini akan dapat menopang perekonomiannya, asalkan mekanisme dalam agribisnis itu digerakkan dalam satu sistem dengan menjadikan agroindustri sebagai pusat kegiatan bisnisnya (business core). Berbagai komoditi ekonomis dapat digerakkan dalam agribisnis di daerah ini, asalkan diawali oleh pemikiran agroindustrial yang memiliki "forward and backward linkages" yang berarti menghela yang di hulu dan mendorong yang di hilir.

http://errwindouble99.blogspot.com/2012/06/makalah.html

MAKALAH MANAJEMEN AGRIBISNIS “SISTEM AGRIBISNIS”

Disusun oleh :

Rasyidiansyah Agustiandatama S

(25)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN AGRIBISNIS 2013/2014

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru semesta alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”SISTEM AGRIBISNIS”. Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pada awal pemenuhan kebutuhannya, manusia hanya mengambil dari alam sekitar tanpa kegiatan budidaya (farming), dengan demikian belum memerlukan sarana produksi pertanian. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia, alam tidak dapat menyediakan semua kebutuhan itu sehingga manusia mulai membudidayakan (farming) secara ekstensif berbagai tanaman, hewan dan ikan untuk memenuhi kebutuhannya. Pada tahap ini kegiatan budidaya mulai menggunakan sarana produksi, dilakukan dalarn pertanian itu sendiri (on farm) dan hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri (home consumption).

(26)

Perkembangan sektor pertanian selanjutnya dipacu oleh kemajuan teknologi yang sangat pesat di sektor industri (kimia dan mekanik) dan transportasi. Pertanian menjadi semakin maju dan kompleks dengan ciri produktivitas per hektar yang semakin tinggi berkat penggunaan sarana produksi pertanian yang dihasilkan oleh industri (pupuk dan pestisida). Kegiatan pertanian semakin terspesialisasi menurut komoditi dan kegiatannya. Namun, petani hanya melakukan kegiatan budidaya saja, sementara pengadaan sarana produksi pertanian didominasi oleh sektor industri.

Dipihak lain karena proses pengolahan hasil-hasil pertanian untuk berbagai keperluan membutuhkan teknologi yang semakin canggih dan skala yang besar agar ekonomis, maka kegiatan ini pun didominasi oleh sektor industri pengolahan. Melalui proses pengolahan, produk-produk pertanian menjadi lebih beragam penggunaan dan pemasarannyapun menjadi lebih mudah (storable and transportable) sehingga dapat diekspor. Pada tahap ini pembagian kerja di dalam kegiatan pertanian menjadi semakin jelas, yaitu: kegiatan budidaya (farming) sebagai kegiatan pertanian dalam arti sempit, kegiatan produksi sarana pertanian (farm supplies) sebagai industri hulu dan kegiatan pengolahan komoditi pertanian sebagai industri hilir. Spesialisasi fungsional dalam kegiatan pertanian seperti yang telah dikemukakan diatas meliputi seluruh kegiatan usaha yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan pertanian dan keseluruhannya disebut sistem "Agribisnis'.

1.2 Tujuan

1. Mampu memahami dan menerangkan sejarah pertanian menuju ke agribisnis

2. Memahami pengertian dari sistem agribisnis 3. Memahami kaitan-kaitan dalam sistem agribisnis

4. Menjelaskan peran agribisnis dalam pembangunan nasional

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agribisnis

(27)

Istilah “agribusiness” untuk pertama kali dikenal oleh masyarakat Amerika Serikat pada tahun 1955, ketika John H. Davis menggunakan istilah tersebut dalam makalahnya yang disampakan pada "Boston Conference on Disiribution". Kemudian John H. Davis dan Ray Goldberg kembali lebih memasyarakatkan agribisnis melalui buku mereka yang berjudul "A Conception of Agribusiness" yang terbit tahun 1957 di Harvard University. Ketika itu kedua penulis bekerja sebagai guru besar pada Universitas tersebut. Tahun 1957, itulah dianggap oleh para pakar sebagai tahun kelahiran dari konsep agribisnis. Dalam buku tersebut, Davis dan Golberg mendefinisikan agribisnis sebagai berikut: "The sum total of all operation involved in the manufacture and distribution of farm supplies: Production operation on farm: and the storage, processing and distribution of farm commodities and items made from them". Berikut pengertian agribisnis sebagai suatu sistem menurut beberapa ahli :

Arsyad dan kawan-kawan menyatakan Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti luas adalah kegitan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatn pertanian.

E. Paul Roy memandang agribisnis sebagai suatu proses koordinasi berbagai sub-sistem. Koordinasi merupakan fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sub-sistem menjadi sebuah sistem.

Wibowo mengartikan agribisnis mengacu kepada semua aktivitas mulai dari pengadaan, prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain.

Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. Yang dimaksud dengan berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian. (Downey and Erickson. 1987)

BAB III PEMBAHASAN

(28)

dapat diturunkan ruang lingkup agribisnis yang mencakup semua kegiatan pertanian yang dimulai dengan pengadaan penyaluran sarana produksi (the manufacture and distribution of farm supplies), produksi usaha tani (Production on the farm) dan pemasaran (marketing) produk usaha tani ataupun olahannya. Ketiga kegiatan ini mempunyai hubungan yang erat, sehingga gangguan pada salah satu kegiatan akan berpengaruh terhadap kelancaran seluruh kegiatan dalam bisnis. Karenanya agribisnis digambarkan sebagai satu sistem yang terdiri dari tiga subsistem, serta tambahan satu subsistem lembaga penunjang.

Secara konsepsional sistem agribisnis dapat diartikan sebagai semua aktifitas, mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi (input) sampai dengan pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh usaha tani serta agroindustri, yang saling terkait satu sama lain. Dengan demikian sistem agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai subsistem yaitu:

A. Subsistem Agribisnis/Agroindustri Hulu

Meliputi pengadaan sarana produksi pertanian antara lain terdiri dari benih, bibit, makanan ternak, pupuk , obat pemberantas hama dan penyakit, lembaga kredit, bahan bakar, alat-alat, mesin, dan peralatan produksi pertanian. Pelaku-pelaku kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi adalah perorangan, perusahaan swasta, pemerintah, koperasi. Betapa pentingnya subsistem ini mengingat perlunya keterpaduan dari berbagai unsur itu guna mewujudkan sukses agribisnis. Industri yang meyediakan sarana produksi pertanian disebut juga sebagai agroindustri hulu (upstream).

B. Subsistem budidaya / usahatani

(29)

ikan. Pelaku kegiatan dalam subsistem ini adalah produsen yang terdiri dari petani, peternak, pengusaha tambak, pengusaha tanaman hias dan lain-lain.

C. Subsistem Agribisnis/agroindustri Hilir meliputi Pengolahan dan Pemasaran (Tata niaga) produk pertanian dan olahannya

Dalam subsistem ini terdapat rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan produk usaha tani, pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Sebagian dari produk yang dihasilkan dari usaha tani didistribusikan langsung ke konsumen didalam atau di luar negeri. Sebagian lainnya mengalami proses pengolahan lebih dahulu kemudian didistribusikan ke konsumen. Pelaku kegiatan dalam subsistem ini ialah pengumpul produk, pengolah, pedagang, penyalur ke konsumen, pengalengan dan lain-lain. Industri yang mengolah produk usahatani disebut agroindustri hilir (downstream). Peranannya amat penting bila ditempatkan di pedesaan karena dapat menjadi motor penggerak roda perekonomian di pedesaan, dengan cara menyerap/mencipakan lapangan kerja sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan.

D. Subsistem jasa layanan pendukung agribisnis (kelembagaan)

Subsistem jasa layanan pendukung agribisnis (kelembagaan) atau supporting institution adalah semua jenis kegiatan yang berfungsi untuk mendukung dan melayani serta mengembangkan kegiatan sistem hulu, sub-sistem usaha tani, dan sub-sub-sistem hilir. Lembaga-lembaga yang terkait dalam kegiatan ini adalah penyuluh, konsultan, keuangan, dan penelitian. Lembaga penyuluhan dan konsultan memberikan layanan informasi yang dibutuhkan oleh petani dan pembinaan teknik produksi, budidaya pertanian, dan manajemen pertanian. Untuk lembaga keuangan seperti perbankan, model ventura, dan asuransi yang memberikan layanan keuangan berupa pinjaman dan penanggungan risiko usaha (khusus asuransi). Sedangkan lembaga penelitian baik yang dilakukan oleh balai-balai penelitian atau perguruan tinggi memberikan layanan informasi teknologi produksi, budidaya, atau teknik manajemen mutakhir hasil penelitian dan pengembangan.

(30)

subsistem lainnya. Jika subsistem usahatani atau agribisnis hilir mengalami kegagalan, sementara sebagian modalnya merupakan pinjaman maka lembaga keuangan dan asuransi juga akan mengalami kerugian.

Dalam hal pengelolaan sub sistem agribisnis diatas memerlukan penanganan/manajerial. Maka kekhususan manajemen agribisnis antara lain dapat dinyatakan sebagaimana berikut :

1. Keanekaragaman jenis bisnis yang sangat besar pada sektor agribisnis yaitu dari para produsen dasar sampai para pengirim, perantara, pedagang borongan, pemproses, pengepak, pembuat barang, usaha pergudangan, pengangkutan, lembaga keuangan, pengecer, kongsi bahan pangan, restoran dan lainnya.

2. Besarnya jumlah agribisnis, secara kasar berjuta-juta bisnis yang berbeda telah lazim menangani aliran dari produsen sampai ke pengecer.

3. Cara pembentukan agribisnis dasar di sekeliling pengusaha tani. Para pengusaha tani ini menghasilkan beratus-ratus macam bahan pangan dan sandang (serat).

4. Keanekaragaman yang tidak menentu dalam hal ukuran agribisnis, dari perusahaan raksasa sampai pada organisasi yang di kelola oleh satu orang .

5. Agribisnis yang berukuran kecil dan harus bersaing di pasar yang relative bebas dengan penjual yang berjumlah banyak dan pembeli yang lebih sedikit.

6. Falsafah hidup tradisional yang dianut oleh para pekerja agribisnis cenderung membuat agribisnis lebih berpandangan konservatif dibanding bisnis lainnya.

7. Kenyataan bahwa agribisnis cenderung berorientasi pada masyarakat, banyak di antaranya terdapat dikota kecil dan pedesaan, dimana hubungan antar perorangan penting dan ikatan bersifat jangka panjang.

8. Kenyataan bahwa agribisnis yang sudah menjadi industri raksasa sekali pun sangat bersifat musiman.

(31)

10. Dampak dari program dan kebijakan pemerintah mengena langsung pada agribisnis. Misalnya harga gabah sangat dipengaruhi oleh peraturan pemerintah.

Apabila subsistem usahatani dimodernisasi/dikembangkan, maka akan membentuk sebuah sistem agribisnis. Dimana subsistem usahatani akan mempunyai keterkaitan erat ke belakang (backward linkage) yang berupa peningkatan kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi, dan kaitan ke depan (forward linkage) yang berupa peningkatan kegiatan pasca panen (terdiri dari pengolahan dan pemasaran produk pertanian dan olahannya). Jika subsistem usahatani digambarkan sebagai proses menghasilkan produk-produk pertanian di tingkat primer (biji, buah, daun, telur, susu, produk perikanan, dan lain-lain), maka kaitannya dengan industri berlangsung ke belakang (backward linkage) dan ke depan (forward linkage). Kaitan ke belakang berlangsung karena usahatani memerlukan input seperti bibit dan benih berkualitas, pupuk, pestisida, pakan ternak, alat dan mesin pertanian, modal, teknologi, serta manajemen. Sedangkan keterkaitan erat ke depan dapat diartikan bahwa suatu industri muncul karena mempergunakan hasil produksi budidaya/usahatani sebagai bahan bakunya, atau bisa juga suatu produk agroindustri digunakan untuk bahan baku industri lainnya. Kaitan ke depan berlangsung karena produk pertanian mempunyai berbagai karakteristik yang berbeda dengan produk industri, antara lain misalnya: musiman, tergantung pada cuaca, membutuhkan ruangan yang besar untuk menyimpannya (Bulky / voluminous), tidak tahan lama/mudah rusak (perishable), harga fluktuatif, serta adanya kebutuhan dan tuntutan konsumen yang tidak hanya membeli produknya saja, tapi makin menuntut persyaratan kualitas (atribut produk) bila pendapatan meningkat. Selanjutnya kaitan ke belakang ini disebut juga agroindustri Hulu (Up stream) dan kaitan ke depan disebut agroindustri hilir (Down stream).

(32)

BAB IV KESIMPULAN

Maka dapat disimpulkan bahwa Agribisnis sebagai suatu sistem, bukan sebagai sektor karena jika tidak ada salah satu sub sistemnya maka agribisnis tidak akan berjalan. Susbsistem agribisnis itu sendiri ialah Hulu, Usahatani, Hilir dan Kelembagaan. Dan disimpulkan pula bahwa dalam perekonomian Indonesia, agribisnis berperan penting sehingga mempunyai nilai strategis. Peran strategis agribisnis itu adalah sebagai berikut.

Sektor agribisnis merupakan penghasil makanan pokok penduduk. Peran ini tidak dapat disubstitusi secara sempurna oleh sektor ekonomi lainnya, kecuali apabila impor pangan menjadi pilihan.

Peranan agribisnis dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Sampai saat ini non-migas menyumbang sekitar 90 persen PDB, dan agribisnis merupakan penyumbang terbesar dalam PDB non-migas. Peranan agribisnis dalam penyerapan tenaga kerja. Karakteristik teknologi yang digunakan dalam agribisnis bersifat akomodatif terhadap keragaman kualitas tenaga kerja sehingga tidak mengherankan agribisnis menjadi penyerap tenaga kerja nasional yang terbesar.

Peranan agribisnis dalam perolehan devisa.selama ini selain ekspor migas, hanya agribisnis yang mampu memberikan net-ekspor secara konsisten. Peranan agribisnis dalam penyediaan bahan pangan. Ketersediaan berbagai ragam dan kualitas pangan dalam jumlah pada waktu dan tempat yang terjangkau

DAFTAR PUSTAKA

Baharsjah, S. 1991. Rencana Pembangunan Agribisnis dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua. Makalah sebagai pengantar Diskusi di Deptan RI (tidak dipubilkasikan).

Krisnamurthi, Y.B. dan-B. Saragih. 1992. Perkembangan Agribisnis Kecil. Mimbar Sosek No.6 Desember 1992. Sosek Faperta IPB, Bogor.

Firdaus, Muhammad. 2008. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Bumi Aksara.

http://rasyidiansyah.blogspot.com/2013/04/contoh-makalah-sistem-agribisnis_30.html

(33)

I S U S U N OLEH:

NAMA: KETUA : ADI RAHMAN ANGGOTA :1. ARI BAGITO 2. DAHLIA

DOSEN PEMBIMBING : NOVEGYA RATIH P, SE UNIVERSITAS BATURAJA

UNBARA

Jl. Ratu penghulu No 02301 Karang Sari 32115 Telp./fax. (0735)326122 BATURAJA –SUMATERA SELATAN

BAB I

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

 Pengertian Agribisnis

Agribisnis berasal dari kata Agribusiness, di mana Agri=Agriculture artinya pertanian dan Business artinya usaha atau kegiatan yang berorientasi profit. Jadi secara sederhana Agribisnis (agribusiness) didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan pertanian dan terkait dengan pertanian yang berorientasi profit. Dan beberapa menurut para ahli:

 Pengertian Agribisnis menurut Soekartawi (1993):

Agribisnis berasal dari kata agri dan bisnis. Agri berasal dari bahasa Inggris, agricultural (pertanian). Bisnis berarti usaha komersial dalam dunia perdagangan.

 Pengertian agribisnis menurut Wikipedia adalah :

Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan "hulu" dan "hilir" mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain).

Referensi

Dokumen terkait

“ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Berbantuan Media Gambar Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar PKn ”.. Universitas Pendidikan

Pada prinsipnya menentukan strategi pembelajaran harus memperhatikan tujuan pelajaran, karakteristik murid dan ketersediaan sumber (fasilitas). Strategi yang efektif pada

Moncrief, 2001, The Role of Satisfaction With Territory Design on the Motivation, Attitudes, and Work Ourcomes of Salespeople, Journal of the Academy of Marketing

Before the accepted manuscript is published in an online issue : Requests to add or remove an author, or to rearrange the author names, must be sent to the Journal Manager from

a.Dipertimbangkan sesudah diperbaiki secara mendasar Naskah yang diterima dengan perbaikan mendasar atau banyak, perlu ditelaah ulang setelah revisi Jika masih belum sesuai,

Desa Lubuk Kertang Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat Provinsi. Sumatera Utara ini

Cardiac rehabilitation (CR) is reported as effective program to improve coronary risk factors and increase exercise tolerance in patients with coronary artery disease (CAD)

suatu konstruksi yang kuat, aman serta ekonomis. Harapan dari pekerjaan pondasi bored pile ini adalah tidak mengganggu.. aktifitas disekitar proyek pembangunan antara