• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat seiring dengan

meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini, menyadarkan kepada semua orang bahwa perubahan lingkungan bisnis dan organisasi adalah nyata dan

sedang berlangsung. Perubahan yang terjadi saat ini, secara langsung maupun tidak langsung merupakan bagian dari dampak yang diakibatkan oleh globalisasi yang melanda semua Negara di dunia. Untuk menghadapi persaingan bisnis yang semakin kompetitif, dinamis, dan

cenderung sulit diprediksi pada era global saat ini membutuhkan ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang cakap, terampil, berkeahlian, dan responsip terhadap perubahan.

Era global yang terjadi saat ini telah membuka kesadaran banyak orang bahwa organisasi/perusahaan yang hidup di tengah-tengah persaingan bisnis yang kompetitif ini, teknologi menjadi daya tarik sekaligus simbul sebuah era baru yang disebut sebagai era

teknologi informasi. Teknologi informasi sebagai sebuah era baru pada abad 21 ini, dicirikan oleh daur hidup produk (product life cycle) yang semakin pendek. Kecanggihan teknologi

yang lahir dan direspon oleh pasar selalu diikuti terus oleh lahirnya teknologi baru yang lebih canggih dan begitu seterusnya. Kompetisi dalam melahirkan barang dan jasa seperti tidak ada akhirnya sehingga konsumen sangat dimanjakan oleh banyaknya pilihan yang bervariasi.

Pada era global yang kompetitif ini, kehidupan organisasi bisnis dituntut untuk terus bergerak mengikuti arus perubahan yang sangat cepat dan massif. Derasnya arus perubahan

(2)

Alwi, 2001:144 ditegaskan bahwa Perencanaan SDM akan menjadi lebih penting bagi perusahaan karena globalisasi, teknologi baru, proses restrukturisasi organisasi, dan

perbedaan etnis dalam angkatan kerja. Dengan kata lain, faktor-faktor di atas akan menghasilkan ketidakpastian dan sukar untuk diprediksi, maka perusahaan harus mengembangkan bisnis dan menyusun rencana SDM secara sinergis dengan rencana bisnis

dalam mengurangi resiko akibat ketidakpastian tersebut.

Organisasi/perusahaan yang memperkerjakan orang-orang untuk mencapai tujuan

dalam menyediakan SDM pada era global sekarang maupun untuk proyeksi di masa datang tidak boleh mengesampingkan fenomena perubahan lingkungan bisnis yang massif dan turbulen seperti sekarang ini. Kelangsungan eksistensi organisasi yang hidup, tumbuh, dan

berkembang di tengah-tengah lingkungan bisnis yang kompetitif memerlukan SDM yang berkualitas. Dalam era 4 teknologi dan informasi, tuntutan kualitas SDM harus disesuaikan

dengan kebutuhan organisasi terutama dalam hal kualitasnya. Hal ini penting karena kemajuan dan kecanggihan teknologi yang tidak diimbangi dengan tersedianya SDM yang mumpuni dalam mengoperasikan peralatan modern yang dimiliki oleh organisasi/perusahaan,

maka hal itu akan sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Minimnya SDM baik secara kuantitas maupun kualitas dalam suatu

organisasi akibat salah dalam perencanaan/proyeksi SDM di masa datang dapat menghambat kecepatan pencapaian tujuan.

Organisasi yang tidak didukung pegawai/karyawan yang sesuai baik dari aspek

kuantitas, kualitas, strategi, dan operasional yang baik, maka dapat dipastikan organisasi tersebut akan sulit mempertahankan dan mengembangkan eksistensinya dimasa yang akan

(3)

sejumlah tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu. Tujuan organisasi pada umumnya menganut prinsip/pola tujuan jangka pendek (1 tahun), jangka menengah (5

tahun), dan jangka panjang (10 tahun) atau lebih. Dalam rangka usaha untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut biasanya juga telah disiapkan rencana strategis dan rencana operasional sebagai panduan pencapaian tujuan tersebut.

Satu hal yang tidak boleh diabaikan dalam praktek organisasi adalah pentingnya integrasi atau keterpaduan antara perencanaan bisnis dengan perencanaan SDM. Perencanaan

bisnis yang diikuti dengan perencanaan SDM yang baik akan menghasilkan tingkat efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan organisasi. Sebaliknya, perencanaan bisnis yang tidak dibarengi dan diikuti perencanaan SDM yang baik akan mempengaruhi tujuan

organisasi. Tidak sedikit perusahaan perusahaan besar dalam praktek organisasi bisnisnya yang kurang dalam memberi perhatian atau porsi pelibatan manajer SDM terhadap

pembuatan rencana-rencana bisnis yang akan dilakukan dalam kurun waktu tetentu. Biasanya pada tataran ini seorang pimpinan perusahaan melibatkan manajer pemasaran dan manajer keuangan, sehingga akibatnya perusahaan tidak memiliki SDM yang sesuai dengan

kebutuhan organisasi, Walker, 1980:76. Sesuatu yang paradok bahwa perencanaan bisnis tidak diintegrasikan dengan perencanaan SDM. Sebuah ironi bahwa perusahaan dalam

membuat perencanaannya kurang melibatkan bagian SDM, sehingga dalam implementasi rencana-rencana bisnis tersebut mengalami kendala ketika kualitas dan kuantitas SDM menjadi unsur utama kesuskesan tujuan. Begitu pentingnya aspek perencanaan SDM, maka

perencanaan SDM harus sejalan dengan perencanaan bisnis. Dengan kata lain, antara perencanaan SDM dengan perencanaan bisnis harus saling terkait satu sama lain pada tingkat

(4)

Menurut Undang-undang Kepegawaian Nomor 43 Tahun 1999, Pegawai Negeri Sipil (PNS) selaku aparatur pemerintah memiliki kewajiban untuk bertugas memberikan

pelayanan kepada masyarakat secara professional. Selaku pelayan masyarakat, PNS harus memberikan pelayanan yang terbaik atau prima kepada penerima pelayanan tanpa pandang bulu. Jadi PNS berkewajiban memberikan pelayanan atau melayani, bukan minta dilayani.

Dari dasar inilah penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu sangat dibutuhkan.

Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) berkaitan dengan

kegiatan penyelenggaraan jasa perizinan dan non-perizinan, yang proses pengelolaannya di mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap penerbitan ijin dokumen, dilakukan secara terpadu dalam satu tempat.

Pelayanan perizinan dengan sistem terpadu satu pintu (one stop service) ini membuat waktu pembuatan izin menjadi lebih singkat. Pasalnya, dengan pengurusan administrasi

berbasis teknologi informasi, input data cukup dilakukan sekali dan administrasi bisa dilakukan simultan.

Dengan adanya kelembagaan pelayanan terpadu satu pintu, seluruh perizinan dan

nonperizinan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota dapat terlayani dalam satu lembaga. Harapan yang ingin dicapai adalah mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan

investasi dengan memberikan perhatian yang lebih besar pada peran usaha mikro, kecil, dan menengah.

Tujuannya adalah meningkatkan kualitas layanan publik. Oleh karena itu, diharapkan

(5)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan penelitian yang akan penulis lakukan maka masalah utama yang akan di identifikasikan adalah :

1. Bagaimana Program Perencanaan Pegawai yang dilakukan oleh Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kecamatan Cipayung

2. Bagaimana Program Pemeliharaan Pegawai yang dilakukan oleh Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kecamatan Cipayung.

3. Bagaimana Motivasi Pegawai yang berada di Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kecamatan

Cipayung.

4. Sejauh mana Peranan Program Pemeliharaan Pegawai Dalam Upaya Peningkatan

Motivasi Pegawai pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kecamatan Cipayung.

1.3 Tujuan

Yang menjadi tujuan penulis mengadakan penelitian adalah untuk mengetahui :

1. Diketahui bagaimana Program Perencanaan Pegawai yang dilakukan oleh Pelayanan

Terpadu Satu Pintu Kecamatan Cipayung.

2. Diketahui bagaimana Program Pemeliharaan Pegawai yang dilakukan oleh Pelayanan

Terpadu Satu Pintu Kecamatan Cipayung.

3. Diketahui bagaimana Motivasi Pegawai yang berada di Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kecamatan Cipayung.

(6)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Perencanaan SDM

Perencanaan SDM adalah proses mengantisipasi dan membuat ketentuan (persyaratan) untuk mengatur arus gerakan tenaga kerja ke dalam, di dalam, dan ke luar

organisasi, Arthur W Sherman dan Goerge W Bohlander, dalam Hadari Nawawi, 1997:137. Sementara menurut G Steiner, dikatakan bahwa perencanaan SDM merupakan

perencanaan yang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan, melalui strategi pengembangan kontribusi pekerjanya di masa depan. Dari ke dua definisi yang disebut di atas, sementara dapat disimpulkan bahwa

perencanaan SDM merupakan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan upaya merencanakan dalam mengantisipasi masa depan.

Perencanaan SDM sebagai suatu kegiatan merupakan proses bagaimana memenuhi kebutuhan tenaga kerja saat ini dan masa datang bagi sebuah organisasi. Dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja saat ini, maka proses perencanaan SDM berarti usaha untuk

mengisi/menutup kekurangan tenaga kerja baik secara kuantitas maupun kualitas. Sedangkan dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja di masa datang, perencanaan SDM

lebih menekankan adanya usaha peramalan (forecasting) mengenai ketersediaan tenaga kerja yang didasarkan pada kebutuhan sesuai dengan rencana bisnis di masa datang. Dengan kata lain, tujuan perencanaan SDM adalah untuk mempergunakan SDM seefektif

mungkin agar memiliki sejumlah pekerja yang memenuhi persyaratan/kualifikasi dalam mengisi posisi yang kosong kapanpun dan apapun posisi tersebut. Dengan tersedianya

(7)

rekrutmen, seleksi, penempatan, pemeliharaan, pengembangan, dan pemberian kesejahteraan karyawan akan lebih mudah dan terkendali.

Sedangkan menurut Safarudin Alwi, 2001:143, dikatakan bahwa perencanaan SDM adalah perencanaan yang disusun pada tingkat operasional yang diajukan untuk memenuhi permintaan SDM dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Perencanaan SDM pada dasarnya

dibutuhkan ketika perencanaan bisnis sebagai implementasi visi dan misi perusahaan telah ditetapkan. Visi perusahaan sebagai pemandu arah sebuah bisnis kemana akan menuju dan

dengan strategi apa bisnis tersebut akan dijalankan. Berawal dari strategi bisnis tersebut kemudian strategi perencanaan SDM apa yang akan dipilih. Strategi SDM yang dipilih dan ditetapkan sangat menentukan kebutuhan SDM seperti apa yang akan diinginkan, baik

secara kuantitas maupun kualitas.

Sementara perencanaan SDM menurut Graham dan Benet dalam Safarudin Alwi,

2001:148, dikatakan bahwa perencanaan SDM sebagai upaya memproyeksikan berapa banyak 6 karyawan dan macam apa yang dibutuhkan organisasi dimasa yang akan datang. Sebenarnya masih banyak lagi definisi tentang perencanaan SDM yang bisa diangkat,

namun dari beberapa definisi yang disebut di atas secara umum dapat disimpulkan bahwa perencanaan SDM merupakan proses menentukan kebutuhan SDM, secara kuantitatif dan

kualitatif untuk mencapai tujuan strategik organisasi melalui fungsi-fungsi MSDM dalam jangka pendek maupun jangka panjang secara efektif dan efisien.

2.2 Proses Perencanaan SDM

Proses perencanaan SDM untuk masa kini dan masa datang sangat dipengaruhi oleh

(8)

perusahaan seperti adanya karyawan yang memasuki batas usia pensiun, meninggal dunia, keluar/berhenti kerja, rotasi, dan kemungkinan promosi jabatan. Sedangkan faktor

eksternal antara lain ketatnya persaingan bisnis, cepatnya perkembangan teknologi, dan tingkat ketertgantungan (interdependent) antara satu perusahaan dengan perusahaan lain, serta ketergantungan antara satu Negara dengan Negara lain. Begitu rentannya

organisasi/perusahaan yang hidup dan tumbuh di tengah-tengah perubahan yang cepat, sehingga perencanaan SDM mutlak dibutuhkan selaras mengikuti rencana strategi bisnis

yang akan diwujudkan.

Rangkaian pelaksanaan perencanaan SDM yang terintegrasi dengan rencana strategi bisnis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang menurut Hadari Nawawi,

1997:144 adalah sebagai berikut:

1. Dalam proses perencanaan strategi bisnis, beberapa organisasi/perusahaan akan

melakukan:

a) Menyusun rencana strategi bisnis dengan perspektif jangka panjang (5-10 tahun) atau lebih di masa mendatang.

b) Menyusun rencana operasional bisnis yang dijabarkan dalam rencana strategi dengan perspektif jangka sedang (3-5 tahun) di masa mendatang.

c) Menyusun rencana tindakan berupa anggaran dengan perspektif tahunan yang menggambarkan kegiatan bisnis yang akan dilaksanakan selama satu tahun (tahunan) dengan menyediakan anggaran tertentu untuk dapat diwujudkan.

2. Dalam kegiatan perencanaan SDM

a) Pada tahap awal perencanaan SDM mengidentifikasi isu-isu berdasarkan

(9)

komponen yang bisa dijadikan isu perencanaan SDM antara lain (1) filsafat perusahaan, (2) laporan hasil 7 penelitian tentang hal-hal seputar lingkungan

bisnis, (3) tujuan-tujuan dan sasaran strategis yang akan dicapai, dan (4) hasil analisis SWOT perusahaan.

b) Pada tahap selanjutnya hasil analisis isu digunakan sebagai masukan dari

perencanaan operasional jangka menengah ke dalam tahap kegiatan perkiraan kebutuhan SDM dalam proses perencanaan SDM.

c) Hasil perkiraan kebutuhan SDM tersebut dijadikan masukan secara integral dalam penyusunan anggaran tahunan ke dalam langkah perencanaan SDM. Secara skematis, pengaruh dari ketiga tingkatan perencanaan bisnis terhadap

perencanaan

2.3 Model Perencanaan SDM

Dalam implementasai organisasi, setelah sebelumnya dilakukan penyesuaian atau pengintegrasian rencana, maka secara operasional perencanaan SDM harus mampu 8

menterjemahkan setiap program yang akan dilakukannya dan meyakinkan bahwa semua rencana SDM tidak akan saling berbenturan dengan perencanaan bisnis secara

keseluruhan. Proses perencanaan SDM pada tingkat ini merupakan proses memilih dan menentukan kebutuhan jenis karyawan, baik dari sisi kaualitas maupun kuantitasnya. Sedikitnya terdapat empat aspek dalam perencanaan SDM masing-masing sebagai

berikut:

1. Proyeksi jumlah karyawan yang dibutuhkan (forecasting of employees).

(10)

3. Analisis keseimbangan penawaran dan permintaan (demand and suplay analysis) 4. Program aksi (action program).

Membuat proyeksi jumlah karyawan yang akan dibutuhkan karena berbagai alasan seperti karena pensiun, meninggal dunia, pindak ke perusahaan lain, dan promosi jabatan merupakan inti dari program perencanaan SDM. Untuk melakukan proyeksi guna

mengetahui jumlah karyawan yang dibutuhkan dalam masa waktu tertentu harus menggunakan teknik atau metode terukur sehingga diperoleh data yang handal (valid)

sebagai bahan pengambilan keputusan selanjutnya. Sedikitnya ada dua teknik sederhana dalam menetukan jumlah kebutuhan SDM, yaitu

(1) teknik indeksasi, dan

(2) ekstrapolasi.

Teknik indeksasi dan ekstrapolasi ini sebenarnya bagian dari metode trend yang

lebih bersifat kuantitatif.

Analisis indeks atau analisis rasio merupakan teknik peramalan yang menggunakan indeks dalam menentukan pertumbuhan organisasi. Perusahaan dalam

menggunakan analisis ini biasanya mendasarkan pada catatan volume penjualan pada waktu tertentu sebagai dasar. Sebagai contoh, jika perusahaan ingin menerima karyawan

15 orang maka logika yang digunakan adalah beban tanggungjawab seorang karyawan sebanding dengan volume penjualan sebesar 15.000 unit per tahun, dengan asusmsi pada tahun berikutnya perusahaan juga ingin meningkatkan volume penjualannya menjadi

150.000 unit. Praktek penambahan kebutuhan karyawan menggunakan analisis rasio juga bisa diterapkan di sebuah hotel atau rumah sakit. Sebagai contoh, indeks perbandingan

(11)

Contoh ini dapat dimaknai bahwa satu orang perawat harus mampu melayani sebanyak 10 tempat tidur/bed, sehingga jika pihak rumah sakit ingin melakukan perluasan dengan

membangun kamar 1000 tempat tidur maka perawat yang bisa diprediksi untuk dibutuhkan sebanyak 100 orang.

Sementara untuk teknik ekstrapolasi pada umumnya sering digunakan dalam

membuat perkiraan kebutuhan SDM dalam jangka pendek. Penggunaan proyeksi kebutuhan SDM dengan 9 teknik ekstrapolasi adalah mendasarkan pada data

pertumbuhan rata-rata karyawan di bagian/departemen tertentu. Contoh, di departemen produksi dalam dua tahun terakhir rata-rata merekrut 10 orang karyawan setiap bulan, sehingga ekstrapolasi trend tersebut ke dalam kebutuhan SDM yang akan datang adalah

120 orang.

Teknik ini memang terkesan sangat kasar dan sederhana, namun demikian teknik

ini tetap bisa digunakan dalam memproyeksikan kebutuhan SDM. Seperti telah disebutkan di atas bahwa inti dari perencanaan SDM adalah tersedianya data yang akurat tentang kebutuhan SDM dalam kurun waktu tertentu secara kuantitas maupun kualitas.

Berbagai langkah untuk pelaksanaan perencanaan SDM melalui beberapa proses dan menggunakan metode/teknik statistik kuantitatif maupun kualitatif sehingga diperoleh

(12)

2.4 Tantangan Perencanaan SDM

Perencanaan SDM dalam suatu organisasi/perusahaan akan dirasakan efektif atau

tidak sangat tergantung pada kualitas dan jumlah informasi yang relevan dan tersedia bagi pengambilan keputusan. Dalam praktek pelaksanaan perencanaan SDM yang efektif, pada era global seperti sekarang ini akan menghadapi tantangan yang tidak ringan. Salah

satu tantangan yang harus dihadapi, antara lain (Henry Simamora, 1997:73):

1. Mempertahankan keunggulan kompetitif. Dalam persaingan bisnis yang keras,

keunggulan kompetitif menjadi tujuan setiap organisasi bisnis. Keunggulan kompetitif yang diraih dan dinikmati oleh organisasi hanya bersifat jangka pendek karena organisasi/perusahaan lain juga melakukan usaha untuk mencari dan meraih

keunggulan kompetitif dengan strategi yang sama dengan yang kita lakukan. Sehingga tantangan dari perspektif SDM adalah membuat strategi-strategi yang

menawarkan keunggulan kompetitif yang dapat dipertahankan (sustainable competitive advantage).

2. Mendukung keseluruhan strategi bisnis. Penyusunan strategi SDM untuk mendukung

keseluruhan strategi bisnis merupakan tantangan karena beberapa sebab

(1) manajemen puncak tidak selalu mampu mengucapkan secara jernih apa strategi

bisnis perusahaan,

(2) kemungkinan terdapat ketidakpastian atau ketidaksetujuan mengenai strategi-strategi SDM yang harus digunakan untuk mendukung keseluruhan strategi-strategi

bisnis,

(13)

3. Menghindari konsentrasi berlebihan pada masalah-masalah harian. Kebanyakan para manajer lebih banyak mencurahkan hal-hal yang bersifat rutinitas dan berperspektif

jangka pendek. Dalam konteks ini perencanaan SDM memiliki tantangan untuk masa datang dalam melahirkan orang-orang visioner yang mampu melihat gambaran masa depan secara integral melebihi orang lain di sekitarnya.

4. Menyusun strategi-strategi SDM yang sesuai dengan karakteristik-karakteristik unik organisasi. Menjadi tugas dalam perncanaan SDM mendatang dalam menyusun

strategi bisnis berbeda dengan pesaing. Keunikan strategi bisnis yang dijalankan antar perusahaan tidak ada yang sama persis, namun dalam menjaga strategi bisnis yang sukses dijalankan selama ini menjadi suatu hal yang sangat sulit sehingga

mudah ditiru pesaing.

5. Menanggulangi perubahan lingkungan. Lingkungan bisnis yang kompetitif merupakan

tantangan bagi program perencaan, bukan saja dalam bidang SDM tetapi dalam hal perencanaan produksi, pemasaran, dan penganggaran lainnya. 11

6. Menyita komitmen manajemen. Perencanaan SDM di tengah-tengah persaingan bisnis

pada situasi ekonomi global saat ini, departemen/manajer SDM seringkali dibuat pusing karena jarang dilibatkan dalam perencanaan strategi bisnis pada tingkat

korporat. Tidak adanya pelibatan departemen SDM dalam penentuan rencana strategi bisnis perusahaan mengakibatkan pencapaian tujuan-tujuan organisasi secara keseluruhan kurang optimal. Hal ini menjadi tantangan di masa datang dalam usaha

memenangkan setiap persaingan.

7. Menterjemahkan rencana strategic ke dalam tindakan. Tantangan lain dalam

(14)

adanya kesesuaian antara rencana yang bagus tetapi jelek dalam praktek. Dengan belajar dari keadaan ini, selayaknya pada masa datang sebelum rencana

direalisasikan harus diuji dan kaji dulu sehingga bisa memberikan jaminan keberhasilan sebuah perencanaan.

8. Mengakomodasikan perubahan-perubahan. Tantangan terakhir dalam perencanaan

SDM dan perencanaan strategi bisnis perusahaan adalah bagaimana semua rencana yang akan dilakukan dapat menyesuaikan dengan dinamika jaman yang ada.

Perencanaan yang tidak akomodatif, tidak lentur, tidak fleksibel dan tidak peka terhadap perkembangan pasar hanya akan melahirkan kumpulan-kumpulan rencana yang sulit untuk direalisasikan.

2.5 Penyelenggaraan PTSP

Peraturan Menteri Dalam Negeri No.24 Tahun 2006 tentang pedoman PTSP didasari oleh Instruksi Presiden No.3 Tahun 2006 tentang paket kebijakan perbaikan iklim investasi. Inti dari intruksi Presiden tersebut mengamanatkan kepada beberapa

instansi pemerintah untuk segera melakukan beberapa kebijakan, program, dan tindakan dalam meningkatkan iklim investasi/usaha. Salah satunya adalah dengan

menyederhanakan proses perizinan. Penyederhanaan proses perizinan dilakukan dengan menempatkan penyelenggaraan proses perizinan dan non perizinan di satu tempat. Proses ini mencakup pengajuan permohonan untuk mendapatkan perizinan sampai pada

penerbitan izin itu sendiri.

Menurut Permendagri No.24 Tahun 2006, pelayanan atas permohonan perizinan

(15)

Satu Pintu (PPTSP), yaitu perangkat pemerintah daerah yang memiliki tugas pokok dan fungsi mengelola semua bentuk pelayanan perizinan dan non-perizinan di daerah dengan

sistem satu pintu. Melalui PPTSP ini, diamanatkan adanya penyederhanaan penyelenggaraan pelayanan yang mencakup beberapa hal, diantaranya: (i) pelayanan atas permohonan perizinan dan non perizinan dilakukan oleh PPTSP; (ii) percepatan waktu

proses penyelesaian pelayanan tidak melebihi standar waktu yang telah ditetapkan dalam peraturan kepala daerah; (iii) kepastian biaya pelayanan tidak melebihi dari ketentuan

yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah; (iv) kejelasan prosedur pelayanan dapat ditelusuri dan diketahui setiap tahapan proses pemberian perizinan dan non perizinan sesuai dengan urutan prosedurnya; (v) mengurangi berkas kelengkapan permohonan

perizinan yang sama untuk dua atau lebih permohonan perizinan; (vi) pembebasan biaya perizinan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang ingin memulai usaha baru

sesuai dengan peraturan yang berlaku; (vii) pemberian hak kepada masyarakat untuk memperoleh informasi dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pelayanan.

Lebih jauh lagi, dalam permendagri tersebut diatur bahwa lingkup tugas PPTSP

meliputi pemberian pelayanan atas semua bentuk pelayanan perizinan dan non-perizinan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota. Selain itu, dalam pengelolaan administrasi

perizinan dan non-perizinan, PPTSP mengacu pada prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan keamanan berkas (pasal 7). Tujuan diadakannya Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah meningkatkan kualitas layanan publik dan

memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk memperoleh pelayanan publik. Untuk mendukung pelaksanaan PTSP, maka bentuk kelembagaan dari PTSP itu

(16)

Daerah melalui Sekretaris Daerah (Permendagri No.20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah). Badan atau

Kantor ini didukung oleh sekretariat yang dipimpin oleh Kepala, yang memiliki jabatan sebagai Kepala Kantor atau Kepala Badan. Pemilihan bentuk kelembagaan tersebut harus mengacu pada ketentuan pusat, tentu dengan tetap menyesuaikan karakteristik kebutuhan

daerah, tingkat permintaan layanan dan dinamika perekonomian di daerah. Dari sisi kewenangan, menurut Permendagri No.24 Tahun 2006, PPTSP memiliki kewenangan

menandatangani perizinan yang didelegasikan dari Kepala Daerah. Artinya, keseluruhan perizinan yang menjadi kewenangan Kepala Daerah, didelegasikan kepada PTSP termasuk proses penerbitan izinnya. Kewenangan yang dimiliki PTSP dapat dilihat dari

sejauh mana peran penyelenggara PTSP memvalidasi dan menandatangani izin-izin yang diterbitkan. Idealnya PTSP memiliki kewenangan utuh atas semua izin yang dilimpahkan

kepada PTSP. Kewenangan tersebut bersifat paripurna yakni mencakup semua kegiatan dari awal hingga akhir: dari proses pengajuan permohonan hingga penandatanganan dan penyerahan dokumen izin.

Selain Permendagri No.24 Tahun 2006, juga terdapat peraturan tentang pelaksanaan PTSP yaitu Peraturan Kepala BKPM No.6 Tahun 2011. Perka BKPM ini

mengacu pada ketentuan yang ada di UU No.25 Tahun 2007 dan Perpres No.27 Tahun 2009. Menurut Perka BKPM tersebut, yang dimaksud dengan Pelayanan terpadu satu pintu adalah adalah kegiatan pelaksanaan suatu perizinan dan nonperizinan yang

mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan, yang proses pengelolaannya dimulai

(17)

satu tempat. Tujuan dari PTSP di bidang penanaman modal adalah untuk membantu penanam modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi

mengenai penanaman modal, dengan cara mempercepat, menyederhanakan pelayanan, dan meringankan atau menghilangkan biaya pengurusan perizinan dan nonperizinan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka PTSP melingkupi:

1. pelayanan semua jenis perizinan penanaman modal yang diperlukan untuk merealisasikan kegiatan penanaman modal;

2. pelayanan nonperizinan yang meliputi penerbitan rekomendasi, termasuk rekomendasi visa izin tinggal terbatas, pemberian fasilitas fiskal dan nonfiskal, serta pelayanan informasi;

3. pelayanan pengaduan masyarakat atas hambatan pelayanan PTSP di bidang penanaman modal;

4. pelayanan kemudahan pelaksanaan kegiatan penanaman modal, termasuk memberikan bantuan atau fasilitasi pelayanan perizinan dan nonperizinan yang terkait dengan pelaksanaan penanaman modal.

Terdapat tiga jenis kelembagaan PTSP menurut perka BKPM ini, yaitu: BKPM yang menyelenggarakan PTSP bidang pemodalan di tingkat Pusat. Perangkat Daerah

Provinsi bidang Penanaman Modal (PDPPM) yang menyelenggarakan PTSP bidang pemodalan di tingkat propinsi. PDPPM, adalah unsur pembantu kepala daerah dalam rangka pelaksanaan pemerintahan daerah provinsi, dengan bentuk sesuai dengan

(18)

Perangkat Daerah Kabupaten/Kota bidang Penanaman Modal (PDKPM) yang menyelenggarakan PTSP bidang pemodalan di tingkat Kabupaten/Kota.

Pendelegasian penyelenggaraan perizinan dan non-perizinan terbagi dalam beberapa tingkatan. Di tingkat pusat, Kepala BKPM melaksanakan pelayanan perizinan dan non-perizinan melalui PTSP BKPM. Pelayanan perizinan dan non-perizinan ini

dilakukan setelah adanya pendelegasian kewenangan dari menteri teknis/kepala LPND yang memiliki kewenangan perizinan. Sedangkan untuk pelayanan perizinan dan non

perizinan yang tidak di delegasikan, kepala BKPM kemudian melibatkan penghubung yang ditunjuk oleh menteri teknis/ kepala LPND tersebut. Begitu juga di tingkat daerah (Propinsi dan Kab./Kota), Kepala BKPM melibatkan penghubung yang ditunjuk oleh

kepala daerah (Gubernur dan Bupati/Walikota).

PTSP menurut peraturan Gubernur Nomor 112 tahun 2007 adalah kegiatan

pelayanan perizinan dan yang proses pengelolaannya mulai tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat melalui satu atap. Dimana tujuannya adalah unutuk meningkatkan kualitas pelayanan dan juga

pemberian akses yang lebih luas kepada investor dalam memperoleh pelayanan dibidang penanaman Modal. Adapun sasaran PTSP adalah terwujudnya pelayanan

yang cepat, murah, mudah dan transparan serta meningkatkan hak-hak investor terhadap pelayanan di bidang penanaman modal.

Dalam perjalanannya peraturan Gubernur Nomor 112 tahun 2007 ditindak lanjuti

dengan keluarnya Peraturan Gubernur No 53 Tahun 2008 tentang petunjuk Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Penanaman Modal yang

(19)

menyelenggarakan dan mengelola semua jenis pelayanan perijinan dan non perijinan dalam rangka penanaman modal.

Ringkasnya, PTSP menurut Perka BKPM ini mengharuskan PTSP yang terintegrasi dari pusat sampai dengan daerah. Hal ini terlihat dari adanya hubungan koordinasi antar lembaga penyelenggara PTSP, baik pusat maupun daerah. Hubungan

koordinasi ini diperkuat dengan adanya penghubung yang berfungsi untuk memfasilitasi perizinan dan non-perizinan yang tidak di delegasikan oleh

masingmasing tingkat kewenangan yaitu Kementerian/ Lembaga, dan Pemerintah daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota).

2.6 Perencanaan Sumber Daya Manusia dengan melakukan Penetapan Tujuan dan Kebijakan SDM

Tujuan dan kebijakan SDM yang ditetapkan oleh organisasi harus berlandaskan tujuan dan kebijakan corporate yang jelas. Hal ini berarti untuk menentukan kebijakan SDM harus berlandaskan dokumen perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sesuai dengan konteks penelitian yaitu perencanaan SDM, maka PTSP Kecamatan Cipayung harus menetapkan dokumen Perencanaan.

Dalam hal ini PTSP Kecamatan Cipayung telah menyusun Rencana Strategis Organisasi yang dibuat tiap kurun waktu lima tahunan yang kemudian Renstra tersebut menjadi dasar acuan PTSP Kecamatan Cipayung untuk menyusun program dan kegiatan

(20)

Penetapan tujuan dan kebijakan SDM yang mengacu pada renstra juga bertujuan untuk merancang kebutuhan jumlah dan kualifikasi pegawai yang handal dan memiliki

kompetensi untuk mendukung sasaran organisasi. Oleh karena itu organisasi melakukan penetapan secara jelas kualitas dan kuantitas SDM yang dibutuhkan.Mengenai perancangan kebutuhan jumlah dan kualifikasi pegawai, peneliti menyimpulkan bahwa

perancangan tersebut sudah sesuai dengan renstra PTSP Kecamatan Cipayung dengan menetapkan kualifikasi sesuai dengan prioritas kebutuhan pegawai. Namun penentuan

secara teknis kualifikasi pegawai dilakukan oleh satker yang membutuhkan tambahan jumlah pegawai.

Penyusunan Program Pengembangan SDM dan Peningkatan Kapasitas SDM

dilakukan PTSP Kecamatan Cipayung melalui kegiatan seperti Diklat struktural, Diklat fungsional dan Diklat teknis. Sedangkan dalam program peningkatan kapasitas pelayanan

(21)

BAB IV PENUTUP

Perencanaan SDM merupakan upaya memproyeksikan berapa banyak karyawan dan

macam apa yang dibutuhkan organisasi dimasa yang akan datang. Semua organisasi/perusahaan harus menentukan masa depannya dengan berbagai rencana yang relevan dengan tuntutan jaman. Pada era sekarang ini, masa depan sangat sukar untuk diprediksi karena perubahan yang terjadi

sangat cepat dan massif. Pada era global yang kompetitif ini, kehidupan organisasi bisnis dituntut untuk terus bergerak mengikuti arus perubahan yang sangat cepat dan massif. Derasnya arus

perubahan membawa konsekuensi logis bagi perusahaan untuk selalu mengantisipasi dan harus mampu menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi. Dalam konteks ini, perencanaan SDM akan menjadi lebih penting bagi perusahaan karena globalisasi, teknologi baru, dan proses

restrukturisasi organisasi selalu membayangi kehidupan organisasi.

Satu hal yang tidak boleh diabaikan dalam praktek organisasi adalah pentingnya integrasi

atau keterpaduan antara perencanaan bisnis dengan perencanaan SDM. Perencanaan bisnis yang diikuti dengan perencanaan SDM yang baik akan menghasilkan tingkat efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan organisasi. Sebaliknya, perencanaan bisnis yang tidak dibarengi dan diikuti 12

perencanaan SDM yang baik hanya akan melahirkan biaya tinggi dan penggunaan sumber daya lain yang sangat besar.

(22)

tersedia dalam organisasi (human resource audit), (3) melakukan ananlisis keseimbangan penawaran dan permintaan (demand and suplay analysis), serta (4) menjalankan program aksi

(action program).

Secara umum, Perencanaan SDM PNS di PTSP Kecamatan Cipayung sudah terlaksana dengan baik namun masih menemui beberapa hambatan. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa

indikator yang dinilai seperti Pengumpulan, analisis dan memprediksi kebutuhan data untuk menetapkan supply dan demand pegawai sudah cukup baik tetapi secara teknis masih

mempunyai kekurangan; melakukan penetapan tujuan dan kebijakan SDM sudah dilakukan dengan baik dan sesuai dengan tujuan organisasi; melakukan penyusunan program tenaga kerja yang sudah dilaksanakan PTSP Kecamatan Cipayung dengan baik ditunjukkan dengan

tersedianya rancangan kerja atau rancangan program yang didokumentasikan ke dalam LKPJ PTSP Kecamatan Cipayung, namun pada beberapa teknis kegiatan masih mengalami kesulitan;

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Budi W Sutjipto, 2002. Paradigma Baru Manajeman Sumber Daya Manusia, Amara Book, Yogyakarta.

Henry Simamora, 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua, STIE YKPN, Yogyakarta.

Hadari Nawawi, 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang Kompetitif, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Jackson Schuler, 1990. Human Resource Planning: Challenges for Industrials/Organization Psycologist, New York.

Rhenal Kasali, 2005. Change, Gramedia, Jakarta.

Safarudin Alwi, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, BPFE UGM, Yogyakarta

---, 2010. http://makalhkumakalahmu.wordpress.com, diakses tanggal 2 Juli 2010 Sedarmayanti. 2007. ManajemenSumberDayaManusia: Reformasi Birokrasi dan Manajemen

Referensi

Dokumen terkait

Bidang program dan kerja sama mempunyai tugas menyusun RENSTRA (Rencana Strategic) dan program tahunan, monitoring dan evaluasi serta pengembangan kerjasama

Menyusun Rencana Strategis (Renstra), Indikator Kinerja Utama (IKU), Rencana Kinerja Tahunan (RKT), Penetapan Kinerja (PK), Rencana Anggaran Belanja

Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP) tahun 2020-2024, mengacu pada Renstra Kementerian

Rencana strategis (Renstra) Dinas Penanaman Modal, Tenaga Kerja dan PTSP Kota Bontang adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun, yang merupakan dokumen perencanaan teknis

Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) tahun 2020-2024, mengacu pada Renstra Kementerian Kelautan

Di katakan penting karena perencanaan SDM merupakan awal dari kesuksesan sebuah organisasi, karena dengan adanya perencanaan SDM yang baik sesuai dengan kebutuhan yang

Selain itu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) wajib menyusun Rencana Kerja OPD yang merupakan penjabaran Rencana Strategis (Renstra) OPD. Sebagai penjabaran Renstra OPD,

Itulah sebab- nya perjalanan efektifi tas organisasi kami selama lima tahun terakhir dirancang untuk memberi kebebasan dalam batasan kerangka kerja agar tiap karyawan dapat