BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi
Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat
ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim,
2005:4). Untuk melakukan investasi di pasar modal diperlukan pengetahuan yang
cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang
akan dibeli, mana yang akan dijual, dan mana yang tetap dimiliki. Sebagai
investor harus rasional dalam menghadapi pasar jual beli saham.
Proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang investor
membuat suatu keputusan investasi pada efek-efek yang dapat dipasarkan, dan
kapan dilakukan. Untuk itu diperlukan tahapan sebagai berikut (Halim, 2005):
a) Menentukan Tujuan Investasi
Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam tahap ini,yaitu:
1) Tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return)
2) Tingkat risiko (rate of risk)
3) Ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan.
Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa
melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya.
b) Melakukan Analisis
Dalam tahap ini investor melakukan analisis terhadap suatu efek atau
sekelompok. Salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk mengidentifikasi
rendah. Analisis sekuritas ini dapat dilakukan berdasar informasi
fundamental maupun teknikal, dengan analisis ini surat berharga yang
mispriced dapat terdeteksi.
c) Membentuk Portofolio
Dalam tahap ini dilakukan identifikasi terhadap efek-efek mana yang akan
dipilih dan berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan pada
masing-masing efek tersebut. Efek yang dipih dalam rangka pembentukan
portofolio adalah efek-efek yang mempunyai koefisien korelasi negative
(mempunyai hubungan berlawanan). Hal ini dilakukan karena dapat
menurunkan risiko.
d) Mengevaluasi Kinerja Portofolio
Dalam tahap ini dilakukan evaluasi atas kinerja portofolio yang telah
dibentuk, baik terhadap tingkat pengembalian yang diharapkan maupun
terhadap tingkat risiko yang ditanggung.
e) Merevisi Kinerja Portofolio.
Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap evaluasi kinerja
portofolio. Dari hasil evaluasi inilah dilakukan revisi (perubahan) terhadap
efek-efek yang membentuk portofolio tersebut jika dirasa komposisi
2.2 Return Saham
Return dapat diartikan sebagai tingkat keuntungan yang diperoleh atau
diharapkan dari suatu investasi dalam periode tertentu yang akan diperoleh dimasa
yang akan dating. Return ini dibedakan menjadi dua, yaitu return realisasi yang
sudah terjadi dan return ekspektasi yang belum terjadi diharapkan terjadi di masa
yang mendatang. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu
pengukur kinerja perusahaan dan juga berguna sebagai dasar penentuan return
ekspektasi dan risiko dimasa yang akan datang. Return saham terdiri dari capital
gain dan dividend yield. Capital gain adalah selisih antara harga jual dan harga
beli saham per lembar dibagi dengan harga beli, dan dividend yield adalah dividen
per lembar dibagi dengan harga beli saham per lembar.
Melalui investasi, investor berkeinginan mendapatkan keuntungan yang
sebesar mungkin. Namun, perlu dipahami bahwa hubungan risiko dengan return
adalah berbanding lurus. Semakin besar return yang diharapkan maka semakin
besar pula risiko yang harus ditanggung.
Rate of return merupakan ukuran terhadap hasil suatu investasi. Dalam
melakukan investasi, orang akan memilih investasi yang akan memberikan hasil
(rate of return) yang tinggi. Rate of return saham dinyatakan sebagai berikut :
Rate of return saham = � Harga Jual −Harga Beli�+ Dividen Harga Beli
Expected return (pengembalian yang diharapkan) dari portofolio secara
sederhana adalah rata-rata tertimbang dari tingkat pengembalian yang diharapkan
dari masing-masing saham.
E (Rp) = ∑𝑛𝑛𝑖𝑖=1 𝐸𝐸(R1) (X1)
Dimana :
E(Rp) = ER dari portofolio
E(R1) = ER dari investasi saham i
Xi = proporsi dana yang diinvestasikan pada saham i
2.3. Risiko Saham
Risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian
yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian aktual (actual
return).Semakin besar penyimpangannya berarti semakin besar tingkat risikonya
(Halim, 2005)
Dalam konteks portofolio risiko dibedakan menjadi dua, yaitu risiko
sistematis (systematic risk) dan risiko tidak sistematis (unsystematic risk). Risiko
sistematis merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan
diversifikasi, karena fluktuasi risko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang
dapat memengaruhi pasar secara keseluruhan. Misalnya perubahan tingkat bunga,
kebijakan pemerintah, kurs valuta asing, dan sebagainya. Risiko ini juga disebut
risiko yang tidak dapat didiversifikasi (undiversifiable risk). Risiko tidak
sistematis merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan
diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri
tertentu. Misalnya faktor struktur modal, struktur aset, tingkat likuiditas, tingkat
keuntungan, dan sebagainya. Risiko ini disebut juga risiko yang dapat
Berikut beberapa jenis risiko investasi yang mungkin timbul dan perlu
dipertimbangkan dalam membuat keputusan investasi :
1) Risiko bisnis (business risk), merupakan risiko yang timbul akibat
menurunnya profitabilitas perusahaan emiten.
2) Risiko likuiditas (liquidity risk), merupakan risiko yang berkaitan dengan
kemampuan saham yang bersangkutan untuk dapat segera diperjualbelikan
tanpa mengalami kerugian yang berarti.
3) Risiko pasar (market risk), merupakan risiko yang timbul akibat kondisi
perekonomian negara yang berubah-ubah dipengaruhi oleh resesi dan
kondisi perekonomian lain.
4) Risiko daya beli (purchasing power-risk), merupakan risiko yang timbul
akibat pengaruh perubahan tingkat inflasi.
5) Risiko mata uang (currency risk), merupakan risiko yang timbul akibat
pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang
negara lain.
6) Risiko tingkat bunga (interest rate risk), merupakan risiko yang timbul
akibat perubahan tingkat bunga yang berlaku dipasar.
Risiko-risiko di atas satu sama lain tidak saling berhubungan, tetapi dapat
terjadi secara bersamaan. Risiko nomor 1 sampai dengan 2 termasuk risiko yang
dapat dihindari (risiko tidak sistematis), sedangkan risiko nomor 3 sampai dengan
6 termasuk risiko utama yang tidak dapat dihindari (risiko sistematis).
Risiko portofolio saham sangat berbeda dari rata-rata risiko
dengan membentuk portofolio, hal ini dilakukan dengan harapan apabila terjadi
penurunan pengembalian saham yang lain satu saham akan ditutup oleh kenaikan
pengembalian saham yang lain,dengan syarat koefisien korelasi kedua saham
tersebut negatif. Varian portofolio dua saham dapat lebih kecil daripada varian
masing-masing saham dalam portofolio.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa risiko portofolio dipengaruhi
oleh:
1) Risiko masing-masing saham.
2) Proporsi dana yang diinvestasikan pada masing-masing saham.
3) Kovarians (covariance) atau koefisien korelasi antarsaham dalam
portofoliio.
4) Jumlah saham yang membentuk portofolio.
Salah satu pengukur risiko adalah deviasi standar atau varian yang
merupakan kuadrat dari deviasi standar. Pengukuran ini digunakan untuk
mengukur risiko dari seberapa besar nilai tiap-tiap item meyimpang dari
rata-ratanya. Risiko portofolio juga dapat diukur dengan besarnya deviasi standar atau
varian dari nilai-nilai return sekuritas-sekuritas tunggal yang ada di dalamnya.
2.4. Portofolio Saham
Portofolio adalah sekumpulan surat – surat atau sekumpulan kesempatan
investasi. Dalam konteks pasar modal, portofolio diartikan sebagai kumpulan
surat berharga yang didiversifikasikan untuk memaksimalkan return dan
meminimalkan risiko yang mungkin dihadapi investor. Portofolio dibentuk untuk
diversifikasi saham. Semakin banyak jenis efek yang dikumpulkan dalam
portofolio, maka kerugian yang satu dapat dinetralisir oleh keuntungan yang
diperoleh dari saham lain.
Portofolio adalah serangkaian kombinasi beberapa aktiva yang
diinvestasikan oleh investor baik perorangan maupun lembaga. Seorang investor
yang menanamkan dananya di pasar modal biasanya tidak memilih satu saham
saja karena dengan melakukan kombinasi saham, investor dapat meraih
pendapatan yang optimal sekaligus memperkecil risiko.
Tandelilin (2010:156) menyebutkan terdapat tiga konsep dasar yang perlu
diketahui sebagai dasar untuk memahami pembentukan portofolio optimal, yaitu
sebagai berikut:
1) Portofolio efisien dan portofolio optimal
Dalam pembentukan portofolio, investor berusaha memaksimalkan
pengembalian yang diharapkan dari investasi dengan tingkta risiko
tertentu. Dengan kata lain, investor berusaha meminimumkan risiko yang
dihadapi untuk sasaran tingkat pengembalian tertentu. Portofolio yang
mencapai tujuan tersebut disebut sebagai portofolio efisien. Portofolio
yang efisien adalah portofolio yang apabila dibandingkan dengan
portofolio lainnya, memenuhi salah satu kriteria berikut :
1. Dengan risiko tertentu, mampu memberikan tingkat pengembalian
yang lebih tinggi.
2. mampu menghasilkan tingkat keuntungan yang sama, tetapi dengan
2) Fungsi utilitas dan kurva indiferen
Fungsi utilitas bisa diartikan sebagai suatu fungsi matematis yang
menunjukkan nilai dari semua alternatif pilihan yang ada. Dalam konteks
manajemen portofolio, fungsi utilitas menunjukkan preferensi seorang
investor terhadap berbagai pilihan investasi dari masing-masing risiko dan
tingkat pendapatan yang diharapkan.
3) Aset berisiko dan aset bebas risiko
Aset berisiko adalah aset-aset yang tingkat pendapatan aktualnya di
masa depan masih mengandung ketidakpastian. Salah satu contoh aset
berisiko adalah saham. Sedangkan aset bebas risiko merupakan aset yang
tingkat pengembalian di masa depan sudah dapat dipastikan pada saat ini,
dan ditunjukkan oleh varians pendapatan yang sama dengan nol. Salah
satu contoh aset bebas risiko adalah obligasi jangka pendek yang
diterbitkan oleh pemerintah.
2.5. Model Indeks Tunggal
Model indeks tunggal merupakan sebuah model yang didasarkan pada
pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks
harga pasar. Model indeks tunggal (single index model) pertama kali
dikembangkan oleh William Sharpe tahun 1963 yang bertujuan untuk
menyederhanakan perhitungan pada model Markowitz. Di samping itu, model
indeks tunggal dapat juga digunakan untuk menghitung pendapatan yang
Jogiyanto (2003:246) menyatakan model indeks tunggal menggunakan
asumsi-asumsi yang merupakan karakteristik model ini, sehingga menjadi berbeda
dengan model-model lain, yaitu sebagai berikut:
1. Beta dari portofolio (βp) merupakan rata-rata tertimbang dari beta
masing-masing sekuritas (βi)
2. Alpha dari portofolio (αp) juga merupakan rata-rata tertimbang dari alpha
tiap-tiap sekuritas (αi)
Asumsi-asumsi dari model indeks tunggal mempunyai implikasi bahwa
sekuritas bergerak bersama-sama bukan karena efek di luar pasar (misalnya efek
dari industri/perusahaan itu sendiri), melainkan karena hubungan umum terhadap
indeks pasar. Asumsi-asumsi ini digunakan untuk menyederhanakan masalah.
Portofolio yang optimal akan berisi saham-saham yang mempunyai nilai
rasio ERB yang tinggi. Saham-saham dengan nilai ERB yang rendah tidak dapat
dimasukkan ke dalam portofolio. Untuk menentukan nilai ERB terendah yang
dapat dimasukkan ke dalam portofolio, digunakan titik pembatas (Cut off point)
yang menentukan nilai ERB lebih besar dari Cut off point akan dimasukkan dalam
portofolio. Sebaliknya untuk nilai ERB yang lebih kecil dari Cut off point akan
dikeluarkan dari portofolio karena akan menghasilkan pendapatan yang bernilai
negative (mengalami kerugian).
Excess Return to Beta (ERB) dengan menggunakan formula sebagai
berikut:
ERB =
i i
i R
R E
β
−
Dimana :
E(Ri) = return ekspektasi berdasarkan model indeks tunggal untuk sekuritas ke-i
Rf = risk free rate
βi = beta saham i
2.6. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang mengkaji tentang pemilihan saham dan
portofolio optimal telah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu. diantaranya
penelitian Bawasir dan Sitanggang (1994) menggunakan Cut-off Rate dalam
memilih saham untuk membentuk portofolio optimal dengan batas efisiensi C*.
Penelitian memfokuskan pada pengujian perbedaan pilihan portofolio antara
investor asing dan investor domestik. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa
tidak ada perbedaan antara investor domestik asing dengan investor domestik
dalam pemilihan saham pembentuk portofolio optimal. Investor asing dan investor
domestik tidak memilih saham dalam batas efisien C* untuk membentuk
portofolio. Rasionalitas investor dapat dilihat dari cara mereka menentukan
portofolio optimal, yang dipengaruhi oleh preferensi investor terhadap return dan
risiko.
Sukarno (2007) yang menganalisis pembentukan portofolio optimal
saham menggunakan metode single indeks di bursa efek Jakarta. Portofolio
optimal pada penelitian ini dibentuk oleh saham yang mempunyai return tertinggi
pada tingkat risiko yang relatif sama. Dari hasil hipotesis dapat disimpulkan
saham non kandidat. rata-rata return saham kandidat lebih tinggi (24,43)
dibandingkan rata-rata return saham non kandidat (11,53).
Penelitian Yeprimar (2009) yang menganalisis penentuan saham optimal
di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan model indeks tunggal dan model
random menyatakan bahwa penentuan portofolio dengan model indeks tunggal
memberikan return yang optimal dibandingkan dengan penentuan portofolio
dengan secara random atau acak.
Sulistyowati (2012) meneliti pembentukan portofolio optimal pada saham
LQ-45 periode Agustus 2008-Januari 2011 dengan model indeks tunggal
menyimpulkan bahwa terdapat tujuh saham yang masuk kandidat portofolio
optimal, yaitu: BBNI, SMGR, UNTR, LISP, BBCA, ASII, dan INDF. Penelitian
ini menyatakan bahwa walaupun termasuk kedalam kandidat portofolio, akan
tetapi rata-rata frekuensi perdagangan saham kandidat portofolio menunjukkan
bahwa investor tidak memilih saham berdasarkan cut-off point (C*) selama
Agustus 2008-Januari 2011.
Penelitian Suramaya (2013) tentang pembentukan portofolio optimal
saham-saham pada periode bullish di Bursa Efek Indonesia menyatakan bahwa
ada perbedaan return saham dari kandidat portofolio dibandingkan dengan return
saham non kandidat portofolio. Namun hasil pengujian hipotesis kedua
menyatakan bahwa tidak ada perbedaan dalam risiko saham yang termasuk dalam
kandidat portofolio dibandingkan dengan non kandidat portofolio. Penelitian ini
Dari penelitian terdahulu dia atas, maka dapat dilihat pada Tabel 2.1.
ringkasan peneliti terdahulu sebagai berikut :
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
NAMA PENELITI
JUDUL PENELITIAN
ALAT
ANALISIS HASIL PENELITIAN
Bawasir dan
Tidak ada perbedaan antara investor asing dan
domestik dalam pemilihan portofolio. Investor asing tidak menggunakan C* untuk membentuk portofolio Metode Single Indeks di Bursa Efek Jakarta
Metode Single Indeks
Terdapat perbedaan signifikan antara return saham kandidat dengan return saham non kandidat. Rata-rata return saham kandidat lebih tinggi dibandingkan rata-rata return saham non kandidat
Yeprimar Risnawati (2009)
Analisis Investasi dan Penetuan Portofolio Saham Optimal di Bursa Efek Indonesia (Studi Komparatif Penggunaan Model Indeks Tunggal dan Model Random Pada
Model indeks tunggal memberikan return yang optimal dibandingkan
dengan penentuan portofolio dengan secara
random atau acak
Nurul Sulistyowati (2012)
Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Menggunakan Model Indeks Tunggal untuk Pengambilan
Keputusan Investasi (Studi Kasus Saham LQ-45 di BEI Agustus 2008-Januari 2011)
Metode Indeks Tunggal
Walaupun masuk kandidat portofolio, akan
Suramaya Suci Kewal (2013)
Pembentukan
Portofolio Optimal Saham-saham pada Periode Bullish di Bursa Efek Indonesia
Model Indeks Tunggal
Terbukti ada perbedaan return antara saham yang masuk kandidat portofolio dengan yang tidak masuk portofolio, sementara dilihat risikonya terbukti tidak ada perbedaan.
Sumber : Berbagai Penelitian Terdahulu
2.7 Kerangka Konseptual
Gambar dibawah menjelaskan alur berfikir dalam pembentukan portofolio
optimal yang dimulai dari seorang investor menanamkan investasi dipasar modal.
Dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi, seorang investor harus
mempertimbangkan saham-saham mana yang harus dipilih. Ia akan memilih
investasi yang menjanjikan tingkat keuntungan (return) maksimal dengan risiko
tertentu, atau return tertentu dengan risiko minimal. Untuk mengetahui
saham-saham apa saja yang akan dipilih investor dapat melakukan klasifikasi saham-saham
dengan cara pembentukan portofolio optimal dengan menggunakan model indeks
tunggal dimana Excess Return to Beta (ERB) lebih besar dari Cut-off ratenya (Ci).
Investor yang rasional akan memilih saham-saham yang masuk kandidat
portofolio optimal (ERB > Ci). Setelah itu investor dapat melakukan penilaian
terhadap kinerja portofolio baik pada aspek tingkat keuntungan yang diperoleh
Berikut adalah gambar kerangka konseptual dari penelitian ini :
Gambar 2.1
Model Kerangka Konseptual
Mengumpulkan data saham perbankan, data harga saham penutupan harian, data IHSG, dan tingkat suku bunga SBI selama periode 2011-2013 (738 hari)
Menghitung return, expected return [ E(Ri) ], Return market (Rm), dan varians (σi2) dari masing – masing saham dan pasar (IHSG)
Menghitung beta (βi) ,alpha (αi), dan varian ei masing – masing saham
Menghitung risiko sistematis [ βi . E(Rm) ] dan varians dari kesalahan
residu yang merupakan risiko tidak sistematis yang unik dalam perusahaan ( σei2) masing-masing saham
Menghitung Excess Return to Beta (ERB) masing – masing saham
Menghitung cut off rate (Ci)
Menentukan cut off point (C*)
Menentukan kandidat portofolio optimal dengan kriteri ERB ≥ C*
Menghitung proporsi masing-masing saham dalam portofolio
Menghitung expected return portofolio [E(Rp)] dan risiko portofolio (σp2)
Uji Beda
2.8 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
diturunkan melalui teori-teori. Tujuan peneliti mengajukan hipotesis adalah agar
dalam kegiatan penelitian, perhatian peneliti hanya terfokus pada informasi atau
data yang diperlukan bagi pengujian hipotesis.
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan, maka hipotesis alternative
yang diajukan untuk penelitian ini adalah :
H1: Ada perbedaan return antara saham yang masuk kandidat portofolio
dengan yang tidak masuk kandidat portofolio, dan
H2 : Ada perbedaan risiko antara saham yang masuk kandidat portofolio