BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman seperti sekarang ini, semakin banyak juga
fenomena-fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari khususnya didalam
masyarakat. Diantara fenomena tersebut adalah fenomena ekonomi, sosial , politik dan
bidang hukum. Dari fenomena-fenomena di atas yang menjadi pokok kajian utama adalah
sosial khususnya yang berkaitan dengan permasalahan kesejahteraan sosial lanjut usia.
Dari permulaan adanya peradaban manusia, misteri yang meliputi proses penuaan dan
kehidupan itu selalu menjadi pergumalan manusia, terutama bagi para ilmuan. Semuanya
menginginkan adanya keperkasaan dan keabadian untuk kesempurnaan hidup, suatu hal yang
hampir pasti mustahil diciptakan oleh manusia. Namun, kenyataannya sejarah menunjukkan
bahwa peradaban moderen ternyata telah meningkatkan usia harapan hidup manusia oleh
berbagai faktor. Kalau kita kembali kepada peradaban zaman dahulu , maka bukti – bukti
menunjukkan bahwa pada zaman purbakala, manusia dahulu hanya sanggup bertahan
maksimal 18 tahun. Lalu sekitar 2000 tahun lalu manusia rata – rata bisa mencapai 20 tahun.
Pada zaman abad pertengahan manusia mencatat usia harapan hidup setelah adanya
penemuan teknologi dan ilmu pengetahuan di abad 18, 19 dan 20.
Pada abad 18 angaka harapan hidup mencapai 29 tahun, dan melonjak menjadi 45
tahun pada abad 19. Pada tahun 1990-an yang lalu diperkirakan semua negara industri
memiliki Umur Harapan Hidup ( UHH ) sekitar 75 tahun dan angka ini akan terus bertambah.
Secara umum angka harapan hidup selama abad 20 telah meningkat sekitar 60%, suatu
peningkatan yang luar biasa yang belum pernah terjadi dalam abad – abad selanjutnya.
suatu tahapan yang memungkinkan semakin banyak orang mencapai 3 ( tiga ) digit, dengan
kata lain menjadi centenarian ( berusia 100 tahun lebih ) ( Hutapea, 2005 : 8 ).
Penuaan dan berbagai masalah yang terkait didalamnya sudah tidak dianggap enteng
lagi, karena menyangkut semua pihak. Sesudah berabad – abad manusia menghadapai
masalah yang diakibatkan ancaman bencana, penyakit, dan ujung – ujungnya kematian, maka
dimasa mendatang yang tidak kalah pentingnya justru karena manusia itu semakin lama
hidup. Dalam abad mendatang ini, ratusan juta manusia semakin sadar akan kemungkinan
manusia hidup selama mungkin di ujung batas – batas yang dimungkinkan oleh potensi
biologisnya . Pakar – pakar masalah penuaan terbagi pendapatnya mengenai sejauh mana
batas – batas ini dan seberapa lamakah usia harapan hidup dapat diperpanjang.
Berdasarkan laporan data penduduk internasional yang dikeluarkan oleh Bureau of
Census Amerika Serikat , indonesia dalam kurun waktu 1990-2050 akan memiliki kenaikan
jumlah penduduk lansia sekitar 414 % , artinya , ini yang paling tinggi di dunia. Di duga pada
tahun 2015, jumlah lansia di Indonesia akan mencapai 24, 4 juta orang , atau 10 % dari
seluruh pendudk Indonesia saat ini, dan pada tahun 2020 akan mencapai sekitar 30 juta orang.
Belum banyak informasi yang diperoleh oleh lansia di negara – negara berkembang seperti di
Asia Tenggara, tetapi yang pasti kondisi kesehatan lansia belum sepenuhnya tertangani oleh
pemerintah setempat . Jadi peningkatan usia harapan hidup tidak dibarengi dengan
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bagi para lansia.
Dengan semakin pesatnya perkembangan dalam bidang kependudukan , negara-
negara maju telah sejak lama mengusahakan berbagai program pendidikan serta upaya lain
untuk menunjang kesehatan para lansia . Sementara di negara berkembang seperti Indonesia
tampaknya baru menapak ke arah itu. Sehingga nyatalah , bahwa saat ini kita sudah sangat
Pembicaraan tentang kaum lanjut usia dalam beberapa tahun terakhir ini makin
gencar. Undang – undang tentang lansia pun direncanakan diterbitkan. Namun yang
mengetahui persis tentang undang – undang itu tentunya hanya para lansia. Menurut
Mundiharno, peneliti Lembaga Demografi UI, selama ini perhatian pemerintah terhadap
penduduk lanjut usia masih setengah – setengah. Kebijakan pembangunan yang ditujukan
kepada penduduk lanjut usia selama ini masih bersifat sektoral, lebih tertuju pada lansia
bermasalah yang penanganannya diserahkan hanya kepada Departemen Sosial. Pemantauan
terhadap persoalan lansia yang dilakukan pemerintah masih terbatas pada Kelompok Kerja
Kesejahteraan Lansia ( Pokja Jahlansia ) yang dibentuk Menko Kesra beberapa tahun yang
lalu.
Berdasarkan proyeksi dari World Health Organization ( WHO ) pada tahun 1995,
dimana pada tahun 2050 dibandingkan pada tahun 1990 bahwa pertumbuhan penduduk lanjut
usia Indonesia mengalami pertumbuhan terbesar di Asia dengan rata – rata di atas 75 tahun,
yaitu sebesar 414% Thailand, 337% India, dan China 220%. Jumlah lanjut usia Indonesai,
menurut sumber BPS bahwa pada tahun 2004 sebesar 16.522.311, tahun 2006 sebesar 17.
478.282, dan pada tahun 2008 sebesar 19.502.355 dari total penduduk sebesar 228.018.900,
sedangkan perkiraan pada tahun 2020 jumlah lanjut usia sekitar 28 juta jiwa. Ini merupakan
suatu jumlah yang sangat begitu besar , sehingga jika tidak dilakukan upaya peningkatan
kesejahteraan lanjut usia sejak dini akan menimbulkan permasalahan dikemudian hari , dan
pada saat ini jumlah lanjut usia sudah mencapai 20 juta jiwa, dan 2,8 juta di antaranya lanjut
usia terlantar ( diakses pada pukul 11.30 WIB, 10 Mei 2014. ) Sementara berdasarkan data Badan Pusat Statistik ( BPS ) provinsi Sumatera Utara,
jumlah penduduk lanjut usia di Sumatera Utara pada tahun 2010 adalah sebanyak 805.500
jiwa ( 6,08% ) dari total keseluruhannya yakni 13.248.400 jiwa ( laki- laki 371.200 jiwa dan
Peningkatan jumlah lansia juga terjadi di kota Medan. Berdasarkan data statistik kota Medan
2012, menampung 2.122.804 jiwa dan mengalami peningkatan jumlah lansia secara
signifikan setiap tahunnya . Berdasarkan Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk lanjut usia
di kota Medan mencapai 117.216 jiwa ( 5,59 % ) yang jumlahnya meningkat dari tahun 2005
sebesar 77.837 jiwa 3, 85% ( BPS, Kota Medan ).
Data di atas yang menggambarkan kecendrungan peningkatan populasi lansia secara
signifikan. Konsekuensi yang muncul timbul berbagai tuntutan agar dapat memenuhi
kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi lanjut usia dengan baik. Kondisi ini
membutuhkan perhatian dan antisipasi dari berbagai pihak dan golongan guan menjamin
kesejahteraan sosial lanjut usia.
Semakin lanjut usianya seseorang, maka semakin banyaknya permasalahan yang akan
dialami. Secara individu proses menjadi lanjut usia menimbulkan berbagai masalah baik
secara fisik, biologis, mental dan sosialnya sehingga lanjut usia perlu mendapatkan perhatian
yang serius dari semua sektor untuk upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia. Di samping
kurangnya perhatian dari keluarga dan masyarakat, pemerintah juga belum menempatkan
masalah kesejahteraan lanjut usia ini sebagai masalah prioritas yang perlu mendapatkan
perhatian.
Kurangnya perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan lanjut usia terlihat jelas
hampir semua daerah belum mempunyai peraturan tentang lanjut usia, kecuali Jawa Timur
dan Jawa Barat. Ketidaktahuan Masyarakat , baik keuarga maupun lanjut usia itu sendiri serta
para pembuat keputusan dan pemberi pelayanan terhadap permasalahan lanjut usia. Akibat
dari stigma masyarakat terhadap lanjut usia ini adalah terhambatnya pemenuhan kebutuhan
diri mereka untuk berkembang serta berpartisipasi di dalam pembangunan ( Komnas Lansia,
Sesuai dengan amanat Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia , pasal 3 dan 4 bahwa semua pihak harus berperan dalam
meningkatkan kesejahteraan yang bertujuan untuk memperpanjang usia harapan hidup, masa
produktif, kemandirian dan kesejahteraan lanjut usia. Dalam hal ini, Pemerintah bertugas
mengarahkan , membimbing dan menciptakan suasana yang menunjang bagi terlaksananya
upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia . Di sisi lain, pemerintah bersama
masyarakat dan keluarga bertanggungjawab atas terwujudnya upaya peningkatan
kesejahteraan sosial lanjut usia ( Kemensos, 2013 ).
Indonesia sudah saatnya menerapkan paradigma baru dalam menangani lansia. Dr.
Soesilo Wibowo, DSJP yang menjadi ketua Panitia Pelaksana Peringatan Hari Lansia tahun
1999 lalu mengatakan cara berpikir yang cendrung menganggap lasia sebagai orang yang
tidak berguna, beban keluarga dan masyarakat, penyakitan dan tidak produktif, serta
membutuhkan santunan dan perawatan harus diubah menjadi pendekatan yang betul – betul
manusiawi dan positif. Karena kenyataannya, 60-65 % lansia masih bekerja dan menjadi
kepala rumah tangga. Bahwa ada lansia yang menjadi pengemis atau lansia jalanan, katanya
itu merupakan akibat dari kesalahan dan kurangproaktifnya pandangan masyarakat. Memang
itu harus ditanggulangi, misalnya dengan memberikan santunan atau memasukkan mereka ke
rumah sosial, tetapi jangan itu yang menjadi image. Katanya, sebab sebenarnya santunan dan
perawatan merupakan langkah yang paling akhir yang dibutuhkan lansia.
Dikatakan, pemberdayaan lansia belum optimal diterapkan, karena masih adanya
pemikiran yang keliru di masyarakat tentang lansia. Ironis, karena sebetulnya Indonesia
sudah memiliki perangkat hukum yang ( seharusnya ) menjamin pemberdayaan lanisa, yaitu
undang – undang 13/1998 tentang Kesejahteraan Lansia. Soesilo yang juga Ketua
baru perlukan karena jumlah lanisa cendrung meningkat, seiring makin panjangnya usia
harapan hidup.
Sebagai wujud nyata dari pelayanan terhadap kesejahteraan sosial lanjut usia,
pemerintah telah menetap Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) yang dirumuskan berdasarkan
Keputusan Menteri Sosial RI No. 28/HUK/1987 adalah Warga Masyarakat yang atas dasar
rasa kesadaran dan tanggung jawab sosial, serta didorong oleh rasa kebersamaan,
kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial serta sukarela mengabdi dibidang Kesejahteraan
Sosial. Dimana dalam hal ini pekerja sosial masyarakat mencoba untuk membantu lanjut usia
yang mengalami masalah sosial khususnya yang kurang berinterraksi dengan lingkungan
sosialnya sehingga bisa melaksanakan tugas-tugas dalam kehidupannya, memecahkan
permasalahannya ataupun memenuhi kebutuhannya. Sehingga keberfungsian sosial dapat
pula dilihat dari tiga kategori bahwa keberfungsian sosial dipandang sebagai kemampuan
melaksanakan peranan sosial, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan, dan kemampuan
untuk memecahkan permasalahan sosial yang dialaminya.
Kehadiran Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dalam dunia kesejahteraan sosial tidak
terlepas sejarahnya yang cukup panjang sejak lebih dari setengah abad yang lalu. Bahkan
komitmen Kementerian Sosial telah meletakkan posisi PSM sebagai mitra sejarah dengan
infrastruktur lainnya.Sejarah terminologi PSM mulai dari Sosiawan/Sosial, Pembimbing
Sosial, Penggerak Sosial, Pembimbing Sosial Masyarakat (PSM), Pembimbing Sosial
Lapangan (PSL), Tenaga Kesejahteraan Sosial Sukarela (TKSS), Pekerja Sosial Masyarakat
(PSM) kemudian sebutan mereka tergabung dalam kelompok yang disebut Tenaga
Kesejahteraan Sosial Masyarakat (TKSM).
Walaupun istilah sudah berganti-ganti, pada prinsipnya dalam melaksanakan tugas
pengabdiannya atas dasar rasa kesadaran dan tanggung jawab sosial serta didorong oleh rasa
sosial kemanusiaan. Jadi dapat dikatakan bahwa awalnya mereka adalah relawan-relawan
sosial dan pemuka masyarakat yang memiliki latar belakang pekerjaan dan pendidikan
bervariasi dan pada umumnya terdiri atas pemuka-pemuka masyarakat, pamong desa, guru,
kaum cerdik cendekia dan para relawan lainnya
diakses pada pukul 17.50 WIB, 19 Mei 2014 )
Selama ini kita ketahui bahwa pelayanan lansia yang di dalam panti sudah diupayakan
semaksimal mungkin, tetapi hasilnya masih belum memuaskan dan masih belum mampu
untuk menangai permasalahan yang dihadapi oleh lansia. Untuk menjawab atas permasalahan
yang dihadapi oleh lansia tersebut, disini pekerja sosial masyarakat memberikan pelayanan
terhadap lansia agar bisa kembali lagi ke fungsi sosialnya.
Dengan rasa kepedulian dan memiliki wawasan yang membuat pekerja sosial
masyarakat berkomitmen untuk membantu para lansia mewujudkan kesejahteraan sosialnya
tanpa mengharapkan balasan ataupun imbalan dari pihak manapun. Mengacu kepada
undang-undang no. 6 tahun 1974 mengamanatkan bahwa tiap warga negara berhak atas taraf
kesejahteraan sosial yang sebaik-baiknya untuk sebanyak mungkin ikut serta dalam
usaha-usaha kesejahteraan sosial.
Tumbuhnya pekerja sosial masyarakat merupakan salah satu hasil upaya memupuk
dan meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab sosial yang sanagat diperlukan dalam
usaha kesejahteraan sosial. Dengan adanya rasa kesadaran dan tanggung jawab inilah yang
membuat para pekerja sosial masyarakat membantu para lansia yang mengalami
masalah-masalah sosial.
Mengingat pentingnya pemberian pelayanan kesejahteraan sosial kepada lansia, dan
untuk mengatasi salah satu dari berbagai permasalahan lanjut usia tersebut, maka disini
tujuan untuk memberikan pelayanan kepada lansia agar mereka mampu berfungsi secara
sosial baik dari segi kesehatan maupun peningkatan masalah kerohaniaannya.
Pekerja Sosial Masyarakat yang berada di Kelurahan Rengas Pulau sudah berdiri
sejak tahun 2008 , dimana PSM yang berada dikelurahan tersebut mengabdikan diri semenjak
ada kejadian yang menimpa sauadaranya yang tidak bisa dia tolong, semenjak itu ibu Roma
Uli berjanji untuk mengabdikan dirinya untuk membantu siapa saja yang memerlukan
pertolongon terhadap siapa saja terkecuali lansia sendiri. Adapun yang menjadi fokus kajian
saya dalam penelitian ini adalah mengenai lansia yang ditangani oleh PSM tersebut.
Ibu Romauli selaku ketua PSM di Kelurahan tersebut melakukan penangan terhadap
Lansia yang berada disekitar lingkungan tersebut, tetapi tidak membatasi bagi para Lansia
yang mau datang ketempat Ibu Romauli untuk mendapatkan pelayanan mengenai kesehatan
dan Pelayanan lainnya. Dimana para Lansia yang ditangani oleh PSM tersebut bekerja sama
dengan Kelurahan setempat, jadi Ibu Romauli tidak sendirian menangani para Lansia.
Berdasarkan observasi yang saya lakukan, terdapat 200 Lansia yang ditangani oleh PSM
semenjak mulai berdirinya PSM di tempat tersebut. Jumlah Lansia yang peneliti sebutkan
diperoleh berdasarkan data Lansia yang ada di tempat PSM tersbut.
Dalam penangan Lansia yang di lakukan oleh PSM terdapat berbagai perbedaan
dengan penanganan yang diberikan oleh Panti Asuahn. Adapun yang menjadi perbedaan
penanganan yang dilakukan oleh PSM dengan panti asuhan lainnya ialah bahwa penanganan
yang dilakukan PSM dengan memberikan pengobatan gratis kepada Lansia, selanjutnya
Lansia yang ditangani oleh PSM tidak tingal ditempat yang sudah ada, melainkan mereka
pulang kerumahnya masing-masing. Sedangkan penanganan yang diberian oleh panti asuhan
ialah para Lansia yang diatangi tinggal di panti asuhan tersebut. Selanjutnya yang menjadi
perbedaannya ialah bahwa dana yang digunakan dalam melakukan Pelayanan terhadap
itulah salah satu yang menjadi perbedaan penanganan yang dilakukan oleh PSM dengan Panti
Asuhan.
Adapun Penangan yang dilakukan oleh PSM di Kelurahan tersebut ialah dengan
memberikan Pelayanan Kesehatan secara gratis, memberikan Makanan Tamabahan dan juga
dengan melakukan kegiatan Senam Pagi setiap hari minggu. Disamping Pelayanan Kesehatan
yang diberikan secara gratis, PSM juga memberikan pengobatan gratis bagi para Lansia yang
mengalami stroke terhadap kakinya dalam sekali dalam tiga minggu.. Pelayanan yang
diberikan oleh Pekerja Sosial Masyarakat di Kelurahan Rengas Pulau cukup membantu
pemerintah setempat dalam mengatasi permasalahan yang dialami oleh Lansia terutama
dalam kesehatan.
Adapun yang menjadi ketertarikan saya untuk melakukan penelitian ini ialah karena
saya tertarik, selanjut saya juga ingin mengetahui bagaimana Program yang diberikan PSM
ini dapat membantu para Lansia yang mengalami masalah Kesehatan dan Kesejahteraan
Sosial dan juga untuk melihat sejauh mana Peranan PSM dalam dalam menangani Lansia
tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebutlah yang menjadi dasar ketertarikan peneliti untuk
meneliti PSM yang ada dikelurahan Rengas Pulau.
Atas dasar pertimbangan tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian yang
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka perumusan masalah yang
dikemukakan dalam penelitian ini adalah : “ Bagaimana Peranan Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) Dalam Penanganan Lanjut Usia di Jalan Marelan Gang Sepakat Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan ? “
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan daripada penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan Pekerja
Sosial Masyarakat ( PSM ) dalam penanganan lanjut usia di kelurahan Rengas Pulau
Kecamatan Medan Marelan.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat daripada penelitian ini sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan pengetahuan serta
juga informasi yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
2. Secara Akademis
Dapat memberikan kontribusi keilmuan dalam menambah referensi dan kajian bagi
peneliti juga para mahasiswa yang tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan
1.4. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini disajikan dengan dalam 6 ( enam ) bab dengan sistematika
sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian , serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan
masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi
konsep, dan defenisi operasional.
BAB III: METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan
sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan sejarah singkat serta gambaran umum lokasi
penelitian dan data–data lain yang turut memperkarya karya
ilmiah ini.
BAB V: ANALISIS DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil
penelitian beserta dengan analisisnya.
BAB VI: PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang