• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengamanan Data Dengan Kombinasi Teknik Kriptografi Rabin Dan Teknik Steganografi Chaotic LSB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengamanan Data Dengan Kombinasi Teknik Kriptografi Rabin Dan Teknik Steganografi Chaotic LSB"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kriptografi

Kriptografi (Cryptography) berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari dua suku kata

yaitu kripto dan graphia. Kripto artinya menyembunyikan, sedangkan graphia

artinya tulisan. Jadi, kriptografi adalah ilmu yang mempelajari teknik-teknik

matematika yang berhubungan dengan aspek keamanan informasi, seperti

kerahasiaan data, keabsahan data, integritas data, serta autentikasi data

(Buchmann, 2004). Tetapi tidak semua aspek keamanan informasi dapat

diselesaikan dengan kriptografi. Kriptorafi dapat pula diartikan sebagai ilmu atau

seni untuk menjaga keamanan pesan. Ketika suatu pesan dikirim dari suatu tempat

ke tempat lain, isi pesan tersebut. Untuk menjaga pesan, maka pesan tersebut

dapat diubah menjadi suatu kode yang tidak dapat dimengerti oleh pihak lain.

Enkripsi adalah sebuah proses penyandian yang melakukan perubahan

sebuah kode (pesan) dari yang bisa dimengerti (plaintext) menjadi sebuah kode

yang tidak bisa dimengerti (ciphertext). Sedangkan proses kebalikannya untuk

mengubah ciphertext menjadi plaintext disebut dekripsi. Proses enkripsi dan

dekripsi memerlukan suatu mekanisme dan kunci tertentu.

(2)

Kriptonalisis (cryptanalysis) adalah kebalikan dari kriptografi, yaitu suatu

ilmu untuk memecahkan mekanisme kriptografi dengan cara mendapatkan kunci

dari cipherteks yang digunakan untuk mendapatkan plainteks. Kriptologi

(cryptology) adalah ilmu yang mencakup kriptografi dan kriptonalisis.

Ada empat tujuan mendasar dari kriptografi yang juga merupakan aspek

keamanan informasi yaitu:

a. Privacy/Confidentiality: yaitu usaha menjaga informasi dari orang yang

tidak berhak mengakses (mengaransi bahwa data pribadi tetap pribadi).

b. Integrity: yaitu usaha untuk menjaga data atau sistem tidak diubah oleh

yang tidak berhak.

c. Authentication: yaitu usaha atau metoda untuk mengetahui keaslian dari

informasi, misalnya apakah informasi yang dikirim dibuka oleh orang

yang benar (asli) atau layanan dari server yang diberikan benar berasal

dari server yang dimaksud.

d. Availability: berhubungan dengan ketersediaan sistem dan data (informasi)

ketika dibutuhkan.

2.1.1 Terminologi Kriptografi

Di dalam kriptografi, akan sering ditemukan berbagai istilah (terminologi).

Adapun istilah-istilah yang kerap kali digunakan adalah sebagai berikut:

a. Pesan, Plaintext, dan Ciphertext

Pesan adalah data ataupun suatu informasi yang dapat dibaca dan

dimengerti maknanya. Dan nama lain untuk pesan ialah plaintext, atau teks

jelas. Ciphertext adalah suatu bentuk pesan yang bersandi. Disandikannya

suatu pesan adalah agar pesan tersebut tidak dapat oleh pihak lain.

b. Pengiriman dan Penerimaan

(3)

mengirim pesan kepada entitas lainnya. Sedangkan penerima adalah

entitas yang menerima pesan. Suatu pengiriman pesan, pengirim tentu

menginginkan pesan dapat dikirim secara aman. Untuk mengamankannya,

pengirim biasanya akan menyandikan pesan yang dikirimkan tersebut

c. Enkripsi dan Dekripsi

Suatu proses untuk menyandikan plaintext menjadi ciphertext disebut

enkripsi (encryption). Sedangkan proses pengembalian dari ciphertext

manjadi plaintext dinamakan dekripsi (decription). Enkripsi dan dekripsi

merupakan suatu pesan yang memetakan elemen-elemen antara kedua

himpunan tersebut. Misalkan P adalah himpunan plaintext, dan C adalah

himpunan ciphertext, maka fungsi enkripsi E memetakan P ke C, ditulis

E(P) = C. Dan fungsi dekripsi D memetakan C ke P, ditulis D(C) = P

d. Cipher dan Kunci

Algoritma kriptografi disebut juga cipher yaitu aturan atau fungsi

matematika yang digunakan untuk enkripsi dan dekripsi. Beberapa cipher

memerlukan algoritma yang berbeda untuk enkripsi dan dekripsi (Stalling,

2005). Untuk menjaga kerahasiaan pengiriman pesan dalam kriptografi

modern dibutuhkan kunci. Kunci (key) adalah parameter yang digunakan

untuk mentransformasi proses pengenkripsian dan pendekripsian pesan.

Biasanya, kunci berupa deretan bilangan maupun string. Dengan

menggunakan kunci K maka proses enkripsi dan dekripsi dapat ditulis

sebagai EK(P) = C dan DK(C) =P, dan kedua fungsi tersebut memenuhi

DK(EK(P)) = P

e. Kriptografi Kunci Simetris dan Asimetris

Sistem kriptografi merupakan kumpulan yang terdiri dari plaintext,

ciphertext, kunci, enkripsi serta dekripsi. Berdasarkan kunci yang

digunakan dalam proses enkripsi dan dekripsi, kriptografi dapat dibedakan

(4)

Kriptografi kunci simetri, sering disingkat menjadi kriptografi simetri,

kunci yang digunakan pada proses enkripsi dan dekripsi adalah sama. Oleh

karena itu, sebelum saling berkomunikasi kedua belah pihak harus

melakukan kesepakatan dalam menentukan kunci yang akan digunakan.

Keamanan menggunakan sistem ini terletak pada kerahasiaan kunci yang

akan digunakan. Sedangkan dalam sistem kriptografi kunci publik, kunci

yang digunakan dalam proses enkripsi dan dekripsi berbeda. Sistem ini

terdapat dua buah kunci, yaitu kunci publik dan kunci privat. Kunci

publik digunakan untuk proses enkripsi, dan kunci privat digunakan untuk

mendekripsikan pesan. Kunci publik bersifat tak rahasia, sedangkan kunci

privat hanya boleh diketahui oleh penerima pesan.

2.1.2 Penggunaan Kriptografi

Terdapat beberapa media yang menggunakan teknik kriptografi melalui jalur

internet (Schmeh, 2003) diantaranya adalah:

1. E-mail

E-mail merupakan surat elektronik yang telah disandikan menjadi daya

tarik utama dalam dunia internet.

2. World Wide Web (WWW)

World Wide Web (WWW) telah banyak digunakan sebagai alat untuk

mengakses basis data, administrasi sistem komputer dan pusat

perbelanjaan. Pada masing-masing keadaan tersebut, teknik enkripsi

sangat dibutuhkan.

3. Koneksi client-server

Koneksi client-server merupakan perkembangan sistem komputer

(5)

4. Jaringan rahasia virtual

Perusahaan dengan beberapa cabang sering mengelompokan jaringan lokal

dengan koneksi seperti ISDN. Semua data akan dienkripsi apabila berada

diluar jaringan perusahaan dan kemudian akan didekripsi apabila telah

berada di wilayah perusahaan.

5. Sistem pembayaran

Kriptografi menjaga keamanan dalam melakukan transaksi berupa transfer

uang melalui internet.

6. Remote access

Beberapa layanan seperti Telnet atau SSH berfungsi untuk mengakses

komputer dari jarak jauh menggunakan internet. Kriptografi berperan

dalam mengenkripsi data selama proses berlangsung.

2.1.3 Kriptografi Kunci Publik

Suatu sistem kriptografi terdiri atas kumpulan transformasi enkripsi dan dekripsi

disebut dengan sistem kriptografi kunci publik atau suatu sistem kriptografi

asimetris jika sepasang kunci yaitu kunci untuk proses enkripsi dinamakan kunci

publik, disebarkan kepada publik, dan kunci untuk proses dekripsi dinamakan

kunci privat, dijaga kerahasiaannya (Schmeh, 2003). Beberapa aspek penting pada

sistem kriptografi kunci publik dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Keamanan

Dengan adanya sistem kriptografi kunci publik, hanya kunci privat yang

harus dijaga kerahasiaannya sedangkan kunci publik disebarkan dengan

bebas.

2. Usia pemakaian

Sistem kriptografi kunci publik memiliki pasangan kunci yang dapat

digunakan tanpa perlu adanya perubahan dalam waktu yang lama.

(6)

Pada jaringan multiuser, lebih sedikit kunci privat yang dibutuhkan.

4. Pertukaran kunci

5. Pada Sistem kriptografi kunci publik, tidak dibutuhkan adanya pertukaran

kunci privat antar entitas.

2.1.3.1 Teori Bilangan

Teori bilangan menjadi dasar dalam kriptografi, khususnya sistem kriptografi

kunci publik. Bilangan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah bilangan bulat

(integer) (Mollin, 2007). Beberapa teori bilangan yang digunakan dalam

menganalisis algoritma yang digunakan adalah aritmatika modular dan Greatest

Common Divisor (GCD).

2.1.3.1.1 Aritmatika Modular

Aritmetika modular digunakan dalam proses enkripsi dan dekripsi pada algoritma

RSA dan algoritma Rabin. Enkripsi dapat dilakukan menghitung nilai pesan

dipangkatkan dengan nilai kunci enkripsi yang didapat kemudian dengan

melakukan modulo pada nilai bilangan prima yang ditentukan sebelumnya.

Aritmatika modular sering dicontohkan sebagai pemahaman aritmatika jam.

(Kaisar, 2004). Misalkan dalam operasi a mod m berarti menghasilkan sisa jika a

dibagi dengan m. Bilangan m disebut modulus atau modulo, dan hasil arimatika

modulo m terletak di dalam himpunan {0, 1, 2, …, n-1} sehingga dapat

dinotasikan � �� �������= ��sedemikian sehingga:

m = n*q + r, 0 ≤ r < n (2.1)

(7)

Pembagi bersama terbesar atau disingkat PBB (Greatest Common Divisor atau

GCD) digunakan dalam rancangan algoritma RSA pada saat penentuan kunci

enkripsi. Kunci enkripsi harus merupakan anggota dari bilangan ganjil yang mana

GCD antara bilangan ganjil tersebut dengan nilai yang didapat harus bernilai 1.

Dalam notasi dapat dituliskan ����������, Ke����������,�� =1.

Greatest Common Divisor atau GCD dari bilangan suatu a dan b adalah

bilangan bulat terbesar d sedemikian sehingga d | a dan d | b. Dalam hal ini kita

nyatakan bahwa GCD (a,b) = d.Misalkan dalam menentukan GCD (5,2) = 1.

Didapati bahwa nilai a adalah 5 dan nilai b adalah 2.Untuk mempermudah dapat

dilihat pada algoritma berikut ini:

2.1.3.2 Pembangkitan Bilangan Prima

Pembangkitan bilangan prima (Prime Number Generate) merupakan cara dalam

penentuan bilangan prima yang sudah diformula dan akan digunakan dalam

pembangkitan kunci bilangan prima. Terdapat beberapa teori tentang pengujian

bilangan prima seperti algoritma Primality Proving, Pengujian Bilangan Prima

Lucas-Lehmer dalam Bilangan Mersenne, Teorema Pocklington, Teorema Proth,

(8)

Sophie Germain’s Prime Density Conjecture dan beberapa pengujian bilangan

prima lainnya.

2.1.3.3 Teorema Fermat

Pierre de Fermat (dibaca Fair-ma) merupakan seorang matematikawan

berkebangsaan Perancis (1607-1665).Fermat megikuti pendidikan di Universitas

Toulouse dan kemudian mempelajari ilmu hukum di Universitas Orleans. Setelah

mendapatkan gelar sarjana hokum, Fermat menjadi pengajar di kantor

pemerintahan di Toulose. Namun sepanjang hidupnya dia memiliki ketertarikan

yang dalam terhadap teori angka dan matematika. (Mollin, Richard A. 2007).

Pada teori Fermat dinyatakan suatu bilangan prima p dapat dipastikan

keprimaannya. Jika bilangan p adalah sebuah bilangan prima dan a bukan

merupakan kelipatan dari p, dan 1 ≤ �� < ��. Maka dapat dinotasikan dalam t

dengan rumus: �� ��

−1 ≡ 1

� ������� ; 1 ≤ ��< ��, atau dapat dituliskan juga sebagai:

��

��

−1

(9)

Penggunaan terorema Fermat pada rancangan algoritma Rabin sangat

penting karena pembangkitan bilangan prima merupakan awal proses algoritma.

Dengan rumus tersebut dapat dinyatakan suatu bilangan prima atau tidak prima.

Misalkan sebuah bilangan bernilai 5, dapat dibuktikan keprimaannya dengan nilai

p= 3. Berdasarkan syarat bahwa 1 ≤ ��< 3, didapat nilai a yang mungkin adalah 1

dan 2. Kedua bilangan akan diuji dengan teorema Fermat yaitu:

• Untuk nilai a = 1, maka dapat dilakukan pengujian �� ��

−1

� �������≡ 1,

= 13-1mod 3 ≡ 12mod 3 ≡ 1 (memenuhi teorema Fermat)

• Untuk nilai a = 2 , maka dapat dilakukan pengujian ��

��

−1

� �������≡ 1,

= 23-1mod 3 ≡ 22mod 3 ≡ 1

(memenuhi teorema Fermat)

Dari pengujian setiap batas nilai adidapati bahwa nilai 3 merupakan

bilangan prima karena memenuhi syarat yang ada pada teorema Fermat. Dan

konsep Fermat dapat digunakan untuk pengujian bilangan prima lainnya.

2.1.4 Algoritma RSA

Algoritma RSA dijabarkan pada tahun 1977 oleh tiga orang yaitu Ron Rivest, Adi

Shamir danLen Adleman yang berasal dari Massachusetts Institute of Technology.

(10)

Algoritma ini dipatenkan oleh Massachusetts Institute of Technology pada tahun

1983 di Amerika Serikat (Stallings, 2005).

Algoritma RSA adalah sebuah algoritma pada enkripsi kunci publik. RSA

merupakan algoritma pertama yang cocok digunakan untuk digital signature

karena kehandalannya dalam proses enkripsi. Hal ini menjadikan algoritma yang

lebih banyak dikembangkan dalam bidang kriptografi public key.

2.1.4.1 Proses Algoritma RSA

Proses atau cara kerja dari algoritma RSA dapat dilihat sebagai berikut:

1. Menentukan dua bilangan prima p q secara acak dan terpisah untuk

tiap-tiap p dan q.

2. Melakukan perhitungan n= p*q. (n merupakan hasil perkalian dari p

dikalikan dengan q)

3. Melakukan perhitungan nilai totient φ(n) = (p-1)(q-1).

4. Menentukan nilai kunci enkripsi e dengan syarat bahwa nilangan tersebut

merupakan bilangan bulat (integer) 1 < e < φ(n) dimana nilai GCD (φ(n),

e) = 1.

5. Menghitung kunci enkripsi yang dilakukan dengan perhitungan kunci

dekripsi dengan rumus d e -1mod φ(n).

6. Setelah mendapatkan kunci-kunci tersebut maka dapat dilakukan proses

enkripsi maupun proses dekripsi.

7. Rumus untuk melakukan proses enkripsi adalah c = m emod n

8. Rumus untuk melakukan proses dekripsi adalah m = c d mod n

2.1.4.2 Contoh Kasus Algoritma RSA

Algoritma RSA disimulasikan dalam sebuah simulasi pengiriman pesan yang

dilakukan antara Alice dan Bob. Alice mengizinkan Bob untuk mengirimkan

sebuah pesan pribadi (private message). Dalam algoritma RSA multiple-key,

(11)

1. Alice (penerima) dan Bob (pengirim) menyepakati dua buah bilangan

prima sebagai kunci privat dari pesan yang akan dikirimkan. Misalkan

kunci tersebut adalah bernilai p=631 dan q=311.

2. Setelah disepakati kedua bilangan prima tersebut kemudian digunakan

untuk menghitung nilai totient dengan rumus n = p*q, sehingga didapat

nilai: n = (631)*(311) = 196241

3. Langkah selanjutnya adalah menghitung nilai totient dengan rumus

ϕ(n) =(p–1)(q-1),

sehingga didapat nilai: ϕ(n) = (631-1)*(311-1))= 195300.

Nilai n dan nilai totientakan digunakan dalam perhitungan nilai kunci

enkripsi.

4. Dari nilai totient yang didapat, maka Bob dapat menghitung nilai kunci

enkripsi e yang digunakan dalam program dengan syarat bahwa nilai

1<e<ϕ(n) dan juga nilai e relatif prima dengan ϕ(n). Hal ini dapat dihitung

dengan menghitung GCD (ϕ(n),e)=1. Dalam perhitungan didapati:

GCD (195300, e) = 1, 1<e<195300

e = 78899

Didapat nilai e yang memungkinkan dan disepakati oleh keduanya adalah

e=78899. Dengan nilai kunci enkripsi ini makan selanjutnya dapat

dilakukan proses enkripsi.

5. Kunci dekripsi juga langsung ditetapkan oleh kedua belah pihak dengan

syarat rumusan d = e-1 mod ϕ (n). Dari nilai e yang didapat sebelumnya

maka dapat dihitung nilai d dengan langkah sebagai berikut :

d = e-1 mod ϕ (n)

d = 78899-1 mod 195300

d = 17399

Kunci dekripsi digunakan untuk mengembalikan nilai ciphertext ke dalam

(12)

6. Proses enkripsi merupakan proses dimana pesan yang sebelumnya berupa

plaintext yang dikodekan menjadi ciphertext. Terlebih dahulu Bob akan

membuat pesan rahasia berupa teks. Dalam kasus ini pesan yang akan

digunakan adalah kode100. Dari rumus perhitungan enkripsi c = me mod n, makadapat dihitung kode ciphertext dari setiap pesan tersebut sebagai

berikut:

Pesan yang akan dikirim m = 100

Nilai dari setiap plaintextP1= 100, maka nilai ciphertext dari setiap pesan

dengan perhitungan :

c = m e mod n

c = 10078899 mod 196241

c = 31538

7. Setelah mendapatkan semua kode ciphertext maka dapat dirangkai seluruh

kode yang menghasilkan ciphertext sebesar 31538. Pesan inilah yang

akan dikirimkan kepada Alice, sehingga pihak lain tidak akan mengetahui

makna pesan sebenarnya.

8. Alice dapat mendapatkan pesan sebenarnya dengan melakukan proses

dekripsi. Dari rumus perhitungan dekripsi P = Cd mod n, makadapat

dihitung kode plaintext dari setiap chipertexttersebut sebagai berikut:

c = 31538

Nilai dari setiap plaintext:

m = cdmod n p1= c1dmod n

p1= 3153817399 mod196241

p1=100

Setelah mendapatkan semua plaintext terhitung maka dapat dirangkai

(13)

Dari contoh didapat bahwa Alice dapat membuka kembali pesan yang

sudah dienkripsi dengan melakukan proses dekripsi.

2.1.5 Algoritma Rabin

Algoritma Rabin pertama sekali diperkenalkan pada tahun 1979 oleh Michael O.

Rabin. Algoritma Rabin merupakan salah satu sistem kriptografi asimetris yang

kemampuan keamanan datanya dibuktikan secara matematika karena

menggunakan metode pemfaktoran bilangan secara cepat.

2.1.5.1 Pembangkitan Kunci

Sama seperti sistem kriptografi asimetri lainnya, algoritma Rabin juga

menggunakan sistem kunci publik dan kunci pribadi. Kunci publik nantinya akan

digunakan pada proses enkripsi dan dapat diketahui oleh semua pihak (tidak

rahasia), sementara kunci pribadi digunakan oleh penerima pesan untuk proses

dekripsi dan bersifat rahasia.

Algoritma pembangkitan kuncinya adalah sebagai berikut:

1. Pilih dua buah bilangan prima besar sebarang yang saling berbeda (p dan

q).

2. Hitung n = p.q

n adalah kunci publik. Bilangan prima p dan q adalah kunci pribadi.

Untuk mengenkripsi pesan hanya dibutuhkan kunci publik n, sedangkan

untuk dekripsi, dibutuhkan bilangan p dan q sebagai kunci pribadi.

2.1.5.2 Proses Enkripsi

Teknik Rabin merupakan algoritma kriptografi kunci publik, maka semua orang

(14)

dekripsi hanya dapat dilakukan dengan menggunakan kunci privat oleh orang

yang bersangkutan.

Proses enkripsi pada teknik Rabin sangat sederhana. Proses enkripsi

tersebut dapat dituliskan dengan rumus berikut:

n m c= 2mod

Proses enkripsi yang sederhana ini menyebabkan proses enkripsi teknik Rabin ini

dapat dilakukan dengan waktu yang singkat karena tidak memiliki proses yang

rumit. Kesederhanaan ini merupakan keuntungan yang dimiliki oleh teknik Rabin

untuk menghadapi keterbatasan sumber dayayang ada pada media kriptografi.

2.1.5.3 Proses Dekripsi

Proses dekripsi pada teknik Rabin dilakukan dengan menggunakan sebuah rumus

sederhana, namun membutuhkan teorema Chinese remainder. Teorema ini

digunakan untuk mendapatkan plainteks yang benar. Namun yang menjadi poin

penting dari teknik ini adalah teknik Rabin tidak menghasilkan jawaban plainteks

tunggal. Jawaban yang dihasilkan pada teknik Rabin ini terdiri dari 4

kemungkinan jawaban, tidak menghasilkan satu jawaban yang pasti. Rumus yang

digunakan untuk mendapatkan kemungkinan jawaban yang benar (pesan asli)

adalah sebagai berikut:

m1 = c (p+1)/4 mod p

m2 = (pc (p+1)/4) mod p

m3 = c (q+1)/4 mod q

m4 = (qc (q+1)/4) mod q

Teknik Rabin selalu menghasilkan empat kemungkinan hasil, yang

diberikan semuanya kepada orang yang melakukan dekripsi terhadap pesan

(15)

pesan berbeda pada akhirnya, namun penerima pesan dapat memilih pesan yang

benar dengan tidak terlalu sulit, karena pesan yang benar seharusnya akan terlihat

jelas dibandingkan dengan ketiga hasil dekripsi yang lain.

2.1.6 Tujuan Kriptografi

Tujuan dari kriptografi adalah sebagai berikut :

a. Kerahasiaan (confidentiality), merupakan suatu layanan yang digunakan

untuk menjaga isi dari informasi dari pihak-pihak yang tak berhak untuk

mendapatkannya.

b. Integritas Data (data integrity), merupakan suatu layanan dimana

menjamin bahwa pesan masih asli, dan belum dimanipulasi oleh pihak -

pihak yang tidak berhak. Realisasi layanan ini di dalam kriptografi, adalah

dengan menggunakan tanda tangan digital.

c. Otentifikasi (authentication), merupakan suatu layanan yang berhubungan

dengan identifikasi. Misalnya, mengidentifikasi suatu kebenaran

pihak-pihak yang berkomunikasi (entitas) maupun mengidentifikasi kebenaran

sumber pesan. Sama seperti poin (b), di dalam kriptografi, layanan ini

diwujudkan dengan menggunakan tanda tangan.

d. Nir-penyangkalan (non-repudiation), merupakan suatu layanan untuk

mencegah entitas yang saling berkomunikasi melakukan penyangkalan.

Misalkan salah satu dari entitas menyangkal telah mengirim maupun

menerima pesan.

2.2 Steganografi

Steganografi adalah sebuah seni dan ilmu untuk menyembunyikan sebuah pesan

dengan cara yang sedemikian rupa sehingga tidak ada orang lain, selain dari

penerima yang dituju yang mengetahui mengenai pesan tersebut (Wayner, 2009).

Keunggulan steganografi dari kriptografi adalah kemampuannya untuk membuat

suatu pesan rahasia menjadi tidak terlihat, atau tidak mengundang orang lain yang

tidak mengetahui untuk peduli atau penasaran, lain halnya dengan kriptografi

(16)

membuat orang lain menjadi penasaran dan ingin mengetahui arti dari pesan acak

tersebut, hingga akhirnya melakukan percobaan untuk menerjemahkan pesan

tersebut.

Steganografi biasanya terdiri dari dua sistem, yaitu sistem untuk

menyembunyikan pesan dan sistem untuk mengambil pesan. Dalam sistem-sistem

tersebut terkandung enam komponen penyusun, antara lain (Wayner, 2009):

1. Pesan rahasia (M)

2. Cover Document (C)

3. Stego Document (Z)

4. Stego Key (K)

5. Fungsi penyembunyi f(M,C,K)→ Z

6. Fungsi detektor f ‘ (Z,C,K)M

Gambar 2.2 Proses Penyisipan dan Ekstraksi pada Steganografi

2.2.1 Metode Least Significant Bit (LSB)

Steganografi mempunyai 2 metode, yaitu MSB (Most Significant Bit) dan LSB

(17)

data yang akan disembunyikan. Sedangkan LSB adalah kebalikan dari MSB, yaitu

sebuah metode menyembunyikan data pada bit bawah (LSB) pada data pixel yang

menyusun file tersebut (Wayner, 2009).

Metode LSB hanya mampu menyimpan informasi dengan ukuran terbatas.

Seperti untuk file atau citra bitmap 24 bit maka setiap pixel (titik) pada gambar

tersebut terdiri dari susunan tiga warna merah, hijau dan biru (RGB) yang

masing-masing disusun oleh bilangan 8 bit (byte) dari 0 sampai 255 atau dengan format

biner 00000000 sampai 11111111. Dengan demikian pada setiap pixel file bitmap

24 bit dapat menyisipkan 3 bit data.

2.2.2 Chaotic Least Significant Bit (CLSB)

Salah satu metode yang paling sederhana dalam steganografi adalah

penyembunyian pesan pada Least Significant Bit dari setiap pixel pada

cover-image nya, karena pada gambar digital perubahan satu-dua bit pada setiap pixel

tidak akan terlihat oleh mata telanjang. Sebelum proses penyembunyian pesan

dilakukan, terlebih dahulu ditentukan lokasi penyembunyiannya.

Penentuan dari lokasi penyembunyian pada gambar digital ditentukan

dengan cara sebagai berikut (Susany, 2005):

1. Untuk cover-image RGB c (x , y) = [Rc , Gc , Bc] berukuran MxN,

tentukan sebuah random seed dan bangkitkan pseudorandom number

kemudian susun menjadi sebuah pseudo-image RGB p (x , y) = [Rp , Gp ,

Bp] berukuran MxN.

2. Hitung jarak antara c (x , y) dan p (x , y) dengan menggunakan rumus jarak

dua vector

2 2

) (

) (

) (

) ,

(x y Rc Rp Gc Gp Bc Bp

d = − + − + −

3. Penyembunyian dimulai dari lokasi dengan jarak terkecil hingga jarak

(18)

Setelah penentuan lokasi selesai, maka proses selanjutnya adalah

melakukan penyembunyian pesan. Penyembunyian pesan pada gambar digital

dengan format RGB (masing-masing 8 bit) dilakukan dengan proses sebagai

berikut:

1. Tentukan random seed dan bangkitkan pseudorandom number

i

3. Bit-bit informasi ai akan disembunyikan pada pixel c(x,y) dengan

ketentuan:

a. Sembunyikan 3 bit ai di LSB Red, Green, Blue jika p(x,y)= 0

b. Sembunyikan 1 bit ai di LSB Red jika p(x,y)= 1

c. Sembunyikan 1 bit ai di LSB Green jika p(x,y)= 2

d. Sembunyikan 1 bit ai di LSB Blue jika p(x,y)=3

4. Tentukan random seed kedua dengan cara ROL (random seed) kemudian

bangkitkan pseudorandom number xi yang baru sebanyak bit data ai.xi

akan menentukan apakah ai akan disembunyikan di LSB pertama atau

LSB kedua sebuah komponen c(x,y) dengan ketentuan sebagai berikut:

(19)

Proses deteksi informasi tersembunyi secara umum sama dengan proses

penyembunyian informasi. Perbedaannya hanya pada saat pengambilan informasi

dari LSB sebuah komponen c(x,y) (langkah keempat pada proses penyembunyian)

menggunakan (Susany, 2005):

buat. Beberapa penelitian yang berkaitan yang telah dilakukan oleh peneliti lain

ditunjukkan pada tabel 2.1

Tabel 2.1. Penelitian Terkait

Tahun Penulis Penjelasan Penelitian

2011 G.J.A Jose and C Sajeev Membabarkan konsep pengamanan data

pada Cloud Computing menggunakan

Advanced Encryption Standard (AES)

berbasis kriptografi.

2010 H. Li dkk Mengusulakn konsep kriptografi

Indentity-Based untuk pengamanan pada

Cloud Computing.

2007 J.M. Amigo dkk. Mengusulkan kerangka konseptual dari

teknik Steganografi Chaotic dan

(20)

dengan mengkombinasikan algoritma

RSA dengan CRT (Chinese Remainder

Theorem) dan perbandingannya dengan

algoritma Rabin.

2005 S. Soplanit dkk Menjelaskan konsep pengamanan data

dengan metode Chaotic Least

Significant Bit Encoding (CLSBE) yang

diimplementasikan pada telepon

genggam.

2.4 Perbedaan dengan Penelitian Terkait

Dalam beberapa penelitian yang telah ditampilakan pada tabel 2.1 terdapat

beberapa perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis kali ini. Pada

penelitian yang ditampilkan pada tabel 2.1, konsep pengamanan data dilakukan

dengan suatu algoritma kriptografi tertentu ataupun menggunakan teknik

steganografi tertentu. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis kali ini

menitikberatkan pada pengkombinasian antara kriptografi dan steganografi pada

proses pengamanan data.

2.5 Kontribusi Penelitian

Penelitian ini memberikan kontribusi tentang pemahaman tentang aspek

keamanan data pada sistem komunikasi jaringan terutama pada Cloud Computing,

apalagi data yang dikirimkan bersifat rahasia. Pada Cloud Computing, penyedia

layanan biasanya telah menggunakan konsep keamanan data tertentu untuk

pengamanan data pengguna layanannya, dengan tujuan agar pengguna merasa

aman terhadap data yang dikirimkan atau disimpan pada layanan Cloud

Computing.

Melalui penelitian kali ini, penulis mengajukan konsep pengamanan

kombinasi kriptografi Rabin dan steganografi Chaotic LSB untuk sistem

Gambar

Gambar 2.1 Proses Enkripsi dan Dekripsi pada Kriptografi
Gambar 2.2 Proses Penyisipan dan Ekstraksi pada Steganografi
Tabel 2.1. Penelitian Terkait

Referensi

Dokumen terkait