• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAK DAN KEWAJIBAN BELA NEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HAK DAN KEWAJIBAN BELA NEGARA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HAK DAN KEWAJIBAN BELA NEGARA

B. Bela Negara

Pembelaan negara/Bela negara adalah tekad, sikap dan tindakan warganegara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan didasari oleh kecintaan pada tanah air serta kesadaran hidup berbangsa dan bernegara.

1. Pembentukan Angkatan Perang

Sehubungan dengan pertahanan negara, di dunia militer dikenal dua model tentara, yaitu tentara tetap (reguler) dan tentara tidak tetap (milisi) yang menerapkan sistem perekrutan sebagai berikut :

a. Wajib militer : dalam sistem ini setiap warganegara laki-laki dalam usia tertentu dan memenuhi syarat kesehatan diwajibkan oleh negara untuk mengikuti latihan militer

b. Sistem sukarela: warga negara yang memenuhi syarat dapat melamar menjadi anggota AP. Prajurit tersebut menandatangani ikatan dinas, baik jangka panjang maupun pendek.

c. Milisi : biasanya disusun saat ada kegentingan yang memaksa. Sistem milisi paling murni diterapkan di Swiss. Milisi dapat didasarkan pada dua model, yaitu : pertama, wajib militer seperti di Swiss, dan kedua, atas dasar sukarela, seperti National Guard di AS.

d. Selain AP tetap (reguler) juga memiliki tenaga sukarela. Model ini diterapkan di Inggris dan hasilnya cukup efektif dan dibanggakan

e. Bentuk campuran: disamping menjadi warga negara yang menjalani wajib militer,pemerintah juga membuka kesempatan untuk mengadakan ikatan dinas dengan sukarela.

2. Perkembangan Sejarah Bela Negara di Indonesia

(2)

milisi yakni Pradjoerits yang direkrut secara sukarela. Pada tahun 1877 ketika susunan kepolisian kolonial direorganisasi, sistem Pradjoerits dihapuskan kecuali di Madura.

Untuk memperkuat kesatuan KNIL, pada tahun 1911 Volksraad ( Dewan Rakyat ) menyusun sebuah rancangan tentang wajib militer bagi orang-orang pribumi. Di pulau Jawa, disamping 1 brigade tentara reguler yang beranggotakan 10.000 tentara direncanakan akan dibentuk 4 divisi wajib militer, yang masing-masing berkekuatan 17.000 orang. Rancangan ini tidak pernah diundangkan menjadi peraturan.

Pada tahun 1941, pemerintah Hindia-Belanda mengeluarkan peraturan tentang pembentukan Inheemse militia bagi orang-orang pribumi. Walaupun tujuan utamanya adalah untuk pertahanan daerah, namun bila perlu mereka juga akan ditempatkan dalam kesatuan reguler agar bisa ditugaskan keluar daerah. Rencana tersebut tidak pernah terwujud karena terburu masuknya jepang.

Dimasa pendudukan Jepang (1942-1945), milisi Indonesia yang tergabung dalam kesatuan Heiho (AD) dan Kaigun (AL) dikerahkan untuk membantu AP Jepang. Tahun 1943 pemerintah pendudukan Jepang kembali membentuk milisi yang disebut PETA (Pembela Tanah Air). Ketika Jepang menyerah pada sekutu, seluruh milisi bentukan Jepang dibubarkan.

a. Bela Negara di Masa Revolusi

Pada saat pemerintahan RI membentuk tentara nasional, maka pemuda dari beragam latar belakang dengan sukarela memasuki APRI. Mereka masuk tanpa perjanjian apapun kecuali dilandasi pada kencintaan pada Tanah Air dan kesadaran berbangsa dan bernegara. Inilah gambaran situasi bela negara di masa-masa awal revolusi Indonesia.

(3)

Keterlibatan massa pelajar dalam bela negara dimulai dari tebentuknya organisasi IPI ( Ikatan Pelajar Indonesia). Ketika situasi terancam oleh Belanda, dalam kongres pelajar Jawa dan Madura di Jogjakarta, IPI memutuskan masuk kebagian pertahanan. Selain IPI, muncul pula berbagai milisi pelajar lainnya dengan beraneka ragam nama yang berada dibawah koordinasi Mobpel (Mobilisasi Pelajar).

Keberadaan mobilisan dalam rangka people defence tersebut cukup terbukti efektif sehingga pada perang pertama dan kedua, TNI dapat mengimbangi kekuatan Belanda.

b. Masa Orde Lama

Tahun 1945 sejak NKRI diproklamasikan sampai 1965 disebut periode lama atau Orde Lama. Ancaman yang dihadapi datangnya dari dalam maupun dari luar, langsung maupun tidak langsung, menumbuhkan pemikiran mengenai cara menghadapinya. Pada tahun 1954, terbitlah produk Undang–Undang tentang Pokok–Pokok Perlawanan Rakyat (PPPR) dengan Nomor 29 Tahun 1954. Sehingga terbentuklah organisasi–organisasi perlawanan rakyat pada tingkat desa (OKD) dan sekolah-sekolah (OKS).

c. Masa Orde Baru (Pendidikan pendahuluan Bela Negara)

(4)

d. Era Reformasi

Tahun 1998 sampai sekarang disebut periode Reformasi, untuk menghadapi perkembangan jaman globalisasi maka diperlukan undang–undang yang sesuai maka keluarlah Undang–Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatur kurikulum Pendidikan kewarganegaraan, yang kemudian pasal ini menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan Kewarganegaraan adalah hubungan negara dengan warga negara, antara warga negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi harus terus ditingkatkan guna menjawab tantangan masa depan, sehingga keluaran peserta didik memiliki semangat juang yang tinggi dan kesadaran bela negara sesuai bidang profesi masing-masing demi tetap tegak dan utuhnya NKRI.

3. Peraturan Perundang undangan tentang bela Negara

Bela Negara adalah sikap dan tingkah laku warga Negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan Negara.

(5)

Dengan demikian perbedaan pokok antara bela Negara dan upaya bela Negara terletak pada perbuatannya. Bela Negara baru berupa sikap dan tingkah laku sedangkan upaya bela Negara sudah merupakan penunaian hak dan kewajiban warga Negara. Bela Negara yang membentuk tekad dan sikap warga Negara akan meningkat menjadi tindakan dan kegiatan membela Negara pada saat diperlukan dalam wujud mempertahankan Negara terhadap semua hakekat ancaman.

Adapun undang-undang yang merupakan pelaksanaan dari pasal 30 UUD 1945 :

 UU No 2 Tahun 2002 tentang kepolisian Negara Ri

 UU No 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara

 UU No.34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia

4. Keikutsertaan Warga Negara dalam Bela Negara a. Bela Negara Secara Fisik

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara, Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela Negara secara fisik dapat dilakukan dengan mengabdi sebagai anggota TNI dan mengikuti pelatihan dasar kemiliteran secara wajib program dasar kemiliteran diselenggarakan melalui program Rakyat Tertatih (Ratih) (UU No.20 Tahun 1982), program Rakyat Tertatih terdiri dari, Resimen Mahasiswa (Menwa), Perlawanan Rakyat (Wanra), Pertahanan Sipil (Hansip) atau Perlindungan Masyarakat (Linmas), Mitra Babinsa dan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) yang telah mengikuti Pendidikan Dasar Kemiliteran

(6)

2. Perlindungan Masyarakat 3. Keamanan Rakyat

4. Perlawanan Rakyat

Jika keadaan ekonomi Indonesia memungkinkan, maka idealnya program Wajib Militer perlu diadakan guna menjadi Cadangan TNI bagi WNI yang telah memenuhi syarat pendidikan dasar militer.

Keuntungan Cadangan TNI ini adalah dapat dimobilisasi secara singkat, lalu dapat memperkenalkan konsep “dwifungsi sipil” melalui penempatan tugas sesuai latar belakang pendidikan atau profesi dalam kehidupan sipil, serta guna Cadangan TNI ini dapat mensosialisasikan konsep Bela Negara.

Pentingnya keterlibatan rakyat dalam bela negara secara fisik adalah dikarenakan bentuk Negara Indonesia yang berupa kepulauan, sehingga banyak titik rawan penyusupan dan penyeludupan dan karena kertebatasan jumlah personil, persenjataan dan peralatan ABRI & POLRI.

Dasar pemikiran yang berkaitan dengan bela Negara secara fisik :

1. Pengalaman sejarah perjuangan RI 2. Posisi geografis Nusantara yang strategis

3. Kondisi demografis atau SDM Indonesia yang besar 4. Kekayaan sumber daya alam

5. Perkembangan dan kemajuan IPTEK di bidang persenjataan 6. Kemungkinan timbulnya bencana perang

b. Bela Negara secara Non Fisik

1. Meningkatkan kesadaran berbangsa & bernegara, termasuk menghayati arti demokarasi dengan menghargai perbedaaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak

(7)

3. Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan Negara dengan berkarya nyata

4. Pembekalan mental spritiual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal pengaruh-pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa Indonesia dan norma agama

5. Identifikasi Ancaman terhadap Bangsa dan Negara

Hakikat Ancaman, menurut UU No 20 Tahun 1982, mencakup ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan, sedangkan dalam UU No 3 Tahun 2002, mencakup ancaman saja. Ancaman kedaulatan Negara yang semula bersifat konvensional (fisik), di era globalisasi telah berubah menjadi multidimensional (fisik dan nonfisik)

Berdasarkan sifatnya, ancaman terbagi :

1. Militer 2. Non-militer

Berdasarkan bentuk, ancaman meliputi :

 Agresi

 Invasi

 Bombardemen

 Blokade terhadap wilayah

 Serangan unsur angkatan bersenjata Negara lain terhadap unsur TNI  Keberadaan unsur kekuatan bersenjata Negara lain di wilayah NKRI  Tindakan satu Negara mengijinkan penggunaan wilayahnya untuk

agresi terhadap NKRI

(8)

 Spionase dari Negara lain guna memperoleh rahasia militer

 Sabotase untuk merusak instalasi penting militer dan objek vital nasional

 Aksi terror bersenjata yang dilakukan jaringan terorisme

 Pemberontakan bersenjata

 Perang saudara yang terjadi antara kelompok masyarakat

Adanya upaya diplomasi, peran PBB dan opini dunia saat ini, nampaknya menjadi faktor yang akan mencegah atau setidaknya membatasi Negara lain untuk menggunakan kekuatan bersenjata terhadap Indonesia. Ancaman dari luar negeri saat ini yang mungkin terjadi adalah upaya penghancuran moral dan budaya bangsa melalui disinformasi, propaganda, peredaran narkotika, obat-obatan terlarang dan film-film porno atau penyebaran budaya asing yang mempengaruhi bangsa, terutama generasi muda.

Berdasarkan Buku Putih yang disusun Departemen Hankam (2003), Prakira ancaman dan tantangan masa depan bangsa Indonesia :

1. Terorisme internasional

2. Gerakan separatis yang berusaha memisahkan dari NKRI 3. Aksi radikalisme yang berlatar belakang SARA

4. Konflik komunal 5. Kejahatan lintas Negara 6. Kegiatan imigrasi gelap 7. Gangguan keamanan di laut 8. Gangguan keamanan udara 9. Perusakan lingkungan 10. Bencana alam.

(9)

Bela negara merupakan suatu sikap dan tindakan yang menggambarkan rasa cinta tanah air baik dalam berbangsa dan bernegara. Berdasarkan bentuknya, bela negara dibagi menjadi dua yaitu bela negara secara fisik dan non-fisik. Bela negara secara fisik sangat terlihat jelas pada masa pra dan pasca kemerdekaan. Pada saat itu, rakyat Indonesia, yang mengusung para pemuda, melakukan tindakan pertahanan dan memberikan seluruh hidup mereka untuk mempertahankan harkat dan martabat bangsa dan negara Indonesia. Namun pada masa sekarang, pemuda-pemudi Indonesia lebih ditekankan pada motivasi bela negara secara non-fisik. Bela negara secara non-fisik ini merupakan suatu cara untuk menunjukkan potensi masyarakat Indonesia di mata dunia. Bela negara yang dapat dilakukan oleh pemuda-pemudi zaman sekarang sebaiknya didasarkan pada kriteria dan kemampuan yang dimiliki. Misalnya sebagai mahasiswa-mahasiswi dibidang akuntansi, rasa bela negara dapat ditunjukkan dengan belajar segala hal yang berkaitan dengan akuntansi, termasuk didalamnya prinsip dan kode etik agar nantinya saat bekerja dapat di implementasikan secara nyata dan tidak mengikuti politik uang yang ada pada pemerintahan serta mampu mempertahankan independensi dan transparansi kepada publik agar kesejahteraan menjadi merata dan mahasiswa menjadi salah satu tonggal pembela negara yang di dalamnya termasuk rakyat kecil.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Sementara empat kelompok pengeluaran mengalami inflasi yakni kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 2,31 persen; kelompok perumahan, air,

Kami bekerjasama dengan berbagai mitra dalam investasi infrastruktur untuk mendukung kegiatan ekonomi, kesehatan, dan pendidikan bagi masyarakat sekitar Pembangunan infrastruktur

Jenis batuan yang ada pada masing-masing titik sampel adalah pada sampel I (Indarung-Lubuk Paraku) dengan jenis batuan Qf (Quarter fluvial) kekerasan batuan 5,5

4.2 Apa yang menjadi penyebab kerusakan pesisir pantai desa Galala. Terdapat berbagai macam kondisi dan permasalahan yang ada yang menurut

Dengan demikian, angsuran per bulan yang harus dibayar Atekan kepada KJKS BMT NUSYA yang terdiri dari angsuran pokok hutang dan biaya sewa adalah:. Angsuran Pokok :

Pada karakteristik umum subjek didapatkan jumlah laki-laki yang positif delirium lebih banyak dibanding dengan perempuan, angka kejadian pada pasien pascaoperasi didapatkan

[r]

Skripsi yang berjudul Sistem Informasi Penjualan Sparepart Dan Transaksi Service Motor Pada Bengkel Laba- Laba Motor Karang Duwet” ini kami susun untuk memenuhi