10
PENGANAN KHAS ACEH PADA KEJADIAN DIABETES
MELITUS
Abidah Nur dan Nona Rahmaida Puetri Loka Litbang Biomedis Aceh
Jl. Sultan Iskandar Muda Blang Bintang Lr. Tgk. Dilangga No. 9 Lambaro, Aceh Besar 0651-8070189, 0651-8070289,
Email : abidahnur@yahoo.co.id
ABSTRAK
Aceh mempunyai makanan khas dengan rasa yang manis, yaitu dodoi, meuseukat, dan asoe kaya. Konsumsi makanan manis dapat berisiko diabetes melitus. Angka diabetes di Aceh diatas rata-rata nasional. Tujuan penelitian adalah mengetahui risiko konsumsi penganan khas Aceh dengan kejadian diabetes melitus. Penelitian bersifat deskriptif analitik dengan desain kasus kontrol. Populasi penelitian adalah pasien yang berobat ke Rumah Sakit Umum dr.Fauziah Bireuen. Sampel penelitian dipilih secara purposive sampling dengan besaran sampel dihitung menggunakan rumus Lemeshow dan didapatkan 50 kasus (pasien dengan diabetes melitus) dan 50 kontrol (pasien non diabetes melitus). Hasil uji chi-square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi dodoi dan meuseukat dengan kejadian diabetes melitus (p<0,05). Dari 41 responden yang mengkonsumsi dodoi, 66% menderita diabetes melitus. Terdapat 63% responden yang menderita diabetes melitus dari 38 yang mengkonsumsi meuseukat. Konsumsi dodoi berisiko 3 kali dan meuseukat 2,4 kali terkena dibetes melitus. Kadar gula yang tinggi dalam penganan khas Aceh menjadi rambu bagi penderita diabetes melitus untuk menjadikan makanan tersebut sebagai makanan yang harus dihindari. Disarankan kepada penderita diabetes melitus untuk menghindari konsumsi dodoi dan meuseukat atau memodifikasi makanan tersebut menjadi tanpa gula.
Kata kunci : diabetes, makanan, Aceh
ABSTRACT
11 diabetes mellitus to avoid consumption dodoi and meuseukat or modify the meals without sugar.
Keyword : diabetes, food, Aceh
PENDAHULUAN
Aceh merupakan provinsi paling barat Indonesia. Aceh terkenal dengan beragam budaya baik dalam adat istiadat, makanan, maupun bahasa.12 3 Setiap daerah mempunyai makanan khas yang berbeda. Provinsi Aceh memiliki makanan khas dodoi, meuseukat, dan asoe kaya.456.
Pola makan berkaitan erat dengan berbagai penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus. Aceh menduduki urutan ke 9 diantara sepuluh besar provinsi dengan angka diabetes melitus tertinggi di Indonesia. Prevalensi diabetes melitus di Aceh (2,6%) pada umur diatas 15 tahun yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan dan masyarakat yang merasakan gejala diabetes melebihi angka nasional (2,1%).7 WHO menyebutkan pengurangan konsumsi gula dapat mencegah obesitas dan diabetes melitus tipe 2.8 Dodoi, meuseukat dan asoe kaya merupakan penganan khas Aceh dengan rasa manis. Pembuatan dodoi, meuseukat, dan asoe kaya menambahkan gula pasir sebanyak > 50 % sebagai bahan baku utama dibandingkan dengan bahan lainnya.9510
Gula pasir adalah penambah rasa manis yang dikonsumsi sehari-hari. Gula merupakan turunan dari makronutrisi karbohidrat. Menurut Idris, asupan karbohidrat berhubungan secara signifikan dengan pengontrolan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus.11 Wicaksono dalam penelitiannya di Rumah Sakit Dr.Karyadi melaporkan dari 36 responden yang sering mengkonsumsi makanan/minuman manis, 56% diantaranya terkena diabetes melitus.
Konsumsi gula yang tinggi dalam makanan khas Aceh dan tingginya angka diabetes melitus di Aceh mempunyai kaitan secara teori. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara konsumsi penganan khas Aceh dengan kejadian diabetes melitus.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan desain kasus kontrol. Lokasi penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Fauziah Bireuen, Aceh Utara Provinsi Aceh. Populasi penelitian adalah seluruh pasien diabetes melitus yang berobat di Rumah Sakit Umum dr.Fauziah Bireuen. Pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan purposive sampling. Besaran sampel dihitung menggunakan rumus Lemeshow untuk uji hipotesis. Jumlah subjek dalam penelitian adalah 50 kasus dan 50 kontrol. Kasus adalah pasien yang didiagnosa diabetes melitus oleh tenaga kesehatan dan kontrol adalah pasien yang tidak didiagnosa diabetes melitus. Variabel dalam penelitian ini adalah konsumsi dodoi, museukat dan asoe kaya, menggunakan kuisioner yang berisikan pola konsumsi makanan pasien sebelum didiagnosa DM dengan frekuensi selama setahun, tingkat pendidikan responden, profesi responden/pekerjaan, umur dan jenis kelamin.
12
Hubungannya dengan Penyakit Diabetes Mellitus di RSUD dr. Fauziah Bireuen” ketua Pelaksana Abidah Nur, S.Gz nomor LB.02.01/5.2/KE.643/2013 pada tanggal 31 Desember 2013.
HASIL
Penelitian yang dilakukan terhadap 100 subjek penelitian di Rumah Sakit Umum dr.Fauziah Bireuen mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Hal ini dapat digambarkan dalam tabel 1 berikut.
Tabel 1. Karakteristik responden
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah perempuan, berusia lebih dari 50 tahun, berpendidikan yang tinggi, dan bekerja.
Hubungan antara konsumsi makanan khas Aceh dengan kejadian diabetes melitus dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Hubungan konsumsi makanan khas Aceh dengan kejadian diabetes mellitus
No. Karakteristik
responden Diabetes
Non
Diabetes Jumlah Persen
1. Jenis kelamin - Laki-laki - Perempuan
22 28
12 38
34 66
34 66 2. Usia
- ≤50 tahun - >50 tahun
25 25
16 34
41 59
41 59 3. Pendidikan
- Tinggi - Rendah
24 26
33 17
57 43
57 43 4 Pekerjaan
- Bekerja - Tidak bekerja
38 12
36 14
74 26
74 26
No. Makanan khas
Aceh Responden
OR 95% CI
P (Uji
Chi_square) DM
(%)
Non Dm (%)
1. Dodoi
- Konsumsi 27 (66) 14 (34) 3,0
13 Hasil uji chi-square menunjukkan
terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi dodoi dan meuseukat dengan kejadian diabetes melitus (p<0,05). Dari 41 responden yang mengkonsumsi dodoi, 66% menderita diabetes melitus. Pada konsumsi
meuseukat, terdapat 63% responden yang menderita diabetes melitus dari 38 yang mengkonsumsi meuseukat. Penganan asoe kaya, terdapat 58% penderita diabetes melitus dari 43 responden yang mengkonsumsi asoe kaya.
PEMBAHASAN
Pada hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar responden yang berobat di Rumah Sakit Umum dr.Fauziah Bireuen merupakan perempuan dan berusia lebih dari 50 tahun. Hasil penelitian Oroh menyebutkan hal yang sama, yaitu prempuan mendominasi kunjungan untuk berobat ke rumah sakit. 12 Demikian pun penelitian di puskesmas Kota bandung melaporkan sebagian besar kunjungan adalah perempuan dan berumur diatas 45 tahun.13 Perempuan dan umur diatas 50 tahun merupakan faktor risiko terjadinya penyakit degeneratif. Perempuan cenderung mengalami obesitas dikarenakan mempunyai cadangan lemak yang lebih besar dibanding laki-laki. Obesitas akan memicu berbagai penyakit degeneratif. Pada faktor risiko umur, kerja organ tubuh akan berkurang seiring bertambahnya umur. Semakin bertambah usia seseorang, maka semakin tinggi risiko terkena penyakit degeneratif. 141516
Karakteristik responden ditinjau dari pendidikan dan pekerjaan, sebagian besar responden berpendidikan tinggi dan bekerja. Pendidikan mencerminkan pengetahuan yang dimiliki seseorang. Pengetahuan merupakan faktor intern dalam membentuk perilaku terhadap pelayanan kesehatan. Dalam hal ini responden mempunyai perilaku kesehatan yang baik. Tindakan responden mengunjungi rumah sakit adalah respon yag baik untuk memelihara kesehatannya. Di samping itu, responden mempunyai penghasilan karena sebagian besar sudah bekerja.17
Diabetes melitus merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan, namun bisa dikontrol kadar glukosa darah agar tidak terjadi komplikasi. Konsumsi makanan adalah faktor langsung yang berkaitan dengan terjadinya suatu penyakit. Penyakit diabetes menghindari penggunaan gula dalam setiap konsumsi makanan.18 Penelitian ini menunjukkan masih - Tidak
mengkonsumsi
23 (39) 36 (61) 2. Meuseukat
- Konsumsi - Tidak
mengkonsumsi
24 (63) 26 (42)
14 (37) 36 (58) 2,4
1,035-5,444 0,039 3. Asoe kaya
- Konsumsi - Tidak
mengkonsumsi
25 (58) 25 (44)
18 (42) 32 (56) 1,8
14
terdapat pasien diabetes yang mengkonsumsi makanan yang mengandung gula. Bahkan komposisi gula paling banyak dibanding bahan baku lain dalam pembuatannya.
Dodoi, meuseukat, dan asoe kaya merupakan penganan khas Aceh. Penganan ini mempunyai rasa yang manis karena komposisi gula didalamnya paling bayak dibanding bahan baku lain.9 5 10 Hasil penelitian menunjukkan konsumsi dodoi, meuseukat, dan asoe kaya berhubungan secara signifikan dengan kejadian diabetes melitus. Pada penelitian Delima, konsumsi makanan manis berhubungan signifikan dengan penyakit jantung. Penyakit jantung termasuk dalam penyakit cardiovascular. Diabetes merupakan faktor risiko timbulnya penyakit cardiovaskuler.16
Risiko konsumsi dodoi terhadap kejadian diabetes melitus adalah 3 kali dan meuseukat 2,4 kali. Menurut Diana, konsumsi minuman dan makanan manis berisiko 1,1 kali obesitas.15 Gula merupakan turunan karbohidrat dengan nilai indeks glikemik sedang (58-65). Gula mengandung sukrosa yang memiliki tingkat kemanisan tertinggi diantara karbohidrat lain. Kemanisan sukrosa disebabkan perbedaan susunan atom hydrogen dan oksigen di sekitar atom karbon.19 Konsumsi gula yang tinggi sama halnya dengan konsumsi karbohidrat. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 Kcal energi. Oleh sebab itu, konsumsi gula yang tinggi bisa menyebabkan obesitas.
KESIMPULAN
Terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi dodoi dan meuseukat dengan kejadian diabetes melitus dengan nilai p<0,05. Konsumsi dodoi berisiko 3 kali dan
meuseukat 2,4 kali, terkena dibetes melitus.
SARAN
Kadar gula yang tinggi dalam penganan khas Aceh menjadi rambu bagi penderita diabetes melitus untuk menjadikan makanan tersebut sebagai makanan yang harus dihindari. Di samping itu, risiko terkena diabetes bila mengkonsumsi makanan tersebut minimal hampir 2 kali lipat. Dengan demikian, diharapkan kepada penderita diabetes melitus untuk menghindari konsumsi dodoi dan meuseukat, atau memodifikasi makanan tersebut menjadi tanpa gula.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Kepala Loka Penelitian dan Pengembangan Biomedis Aceh, pihak Rumah Sakit Umum Daerah dr.Fauziah Bireuen, dan pasien yang berobat di rumah sakit tersebut serta teman-teman yang terlibat dalam penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
1. Puteh MJ. Sistem Sosial Dan Budaya Masyarakat Aceh. Islam Stufies J. 2013;1(2):81-102. 2. Depdikbud. Upacara Tradisional
(Upacara Kematian) Daerah Istimewa Aceh. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; 1984.
3. Arifin M. Islam dan Akulturasi Budaya Loka di Aceh (Studi terhadap Ritual Rah Ulei di Kuburan dalam Masyarakat Pidie Aceh). J Ilm Islam Futur. 2016;15(2):251-284.
15 Pembangunan Daerah Pemerntah
Kota Banda Aceh; 2011.
5. Lubis, Yanti Meldasari. Rohaya, Syarifah. Dewi HA. Pembuatan Meuseukat Menggunakan Tepung Komposit dari Suku (Artocarpus altitis) dan Terigu serta Penambahan Nenas (Ananas comosus L.). J Teknol dan Ind Pertan Indones. 2012;4(2):7-14. 6. Manan A. The Ritual of Marriage
(An Ethnographic Study in Wesr Labuhan Haji-South Aceh). J Ilm Peuradeun. 2014;2(2):17-44. 7. Balitbangkes. Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) 2013.
Jakarta; 2013.
doi:10.3406/arch.1977.1322. 8. World Health Organization
Department. Global Report on Diabetes. Geneva, Switzerland; 2016.
9. Rudianto. Harun, Noviar. Efendi R. Evaluasi Mutu Dodol BerbasisTtepung Ketan dan Buah Pedada (Sonneratia caseolaris). Jom Faperta. 2015;2(2):1-15. 10. Yunita, Dewi. Husna NER.
Perbaikan Tekstur Timphan Instan Melalui Modifikasi Cairan pada Adonan Timphan, Tingkat Gelatinisasi, dan Perlakuan Membeku. 2013;12(2):17-22. 11. Idris, Andi Mardhiyah. Jafar,
Nurhaedar. Indriasari R. Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pasien Jalan DM Type 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Makassar. Makassar; 2014.
12. Oroh ME, Rompas S, Pondaag L. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Pelayanan Keperawatan Di Ruang Interna RSUD Noongan. Manado; 2014. 13. Arisanti N, Gondodiputro S,
Djuhaeni H. Penggunaan Genogram dalam Deteksi Dini Faktor Risiko Penyakit Degeneratif dan Keganasan di
Masyarakat. MKB.
2016;48(2):118-122.
14. Ghani L, Mihardja LKD. Faktor Risiko Dominan Penderita Stroke di Indonesia. Bul Penelit Kesehat. 2016;44(1):49-58.
15. Diana R, Yuliana I, Yasmin G, Hardinsyah. Faktor Risiko Kegemukan pada Wanita Dewasa Indonesia. J Gizi dan pangan. 2013;8(1):1-8.
16. Delima., Mihardja L, Siswoyo H. Prevalensi dan Faktor Determinan Penyakit Jantung di Indonesia. Bull Penelit Kesehat. 2009;37(3):142-159.
doi:10.1017/CBO9781107415324 .004.
17. Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta; 2007. 18. World Health Organization.
Global Status Report on Noncommunicable Diseases 2010. Geneva, Switzerland; 2011. 19. Linder M. Biokimia Nutrisi Dan