• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI KOMUNIKASI MASSA.docx (89Kb)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEORI KOMUNIKASI MASSA.docx (89Kb)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

SOSIOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TEORI KOMUNIKASI MASSA

1.1 Latar Belakang

Perkembangan media masa saat ini merupakan kebutuhan, dalam mendukung berbagai aktifitas masyarakat urban. Dalam era global saat ini teknologi yang berkembang, kian memudahkan masyarakat dalam memperoleh informasi secara cepat dan mengikuti perkembangan. Media massa, seperti halnya pesan lisan dan isyarat sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari komunikasi manusia.

Perkembangan teknologi menyebabkan munculnya beragam penggunaan bahasa sesuai dengan media yang digunakan. Teknologi informasi menjadi babak baru tata dunia dan perkembangan komunikasi manusia. Revolusi komunikasi ini apabila diurutkan dapat dimulai dari tahap pralisan, lisan, tulisan, cetakan, media massa, cybernetic hingga media elektronik.

Media massa diyakini memiliki kekuatan yang maha dahsyat dalam mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat. Bahkan media massa dengan mudah dapat mengarahkan masyarakat membentuk opini akan suatu peristiwa yang selanjutnya akan terjadi. Media massa mampu mengarahkan, membimbing, dan mempengaruhi kehidupan di masa kini dan dimasa mendatang (Nurudin, 2009: 255).

(2)

Berikut Rumusan Masalah :

a. Apa yang dimaksud komunikasi massa? b. Apa yang dimaksud model komunikasi massa? c. Apa yang dimaksud model klasik komunikasi massa?

d. Bagaimana pengembangan media melalui jaringan komputer? 1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud

Maksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok Sosiologi Informasi dan Komunikasi.

1.3.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pebuatan makalah ini adalah : a. Untuk mengetahui pengertian Komunikasi Massa b. Untuk mengetahui pengertian model komunikasi massa

c. Untuk mengetahui apa yang termasuk model komunikasi massa

(3)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Komunikasi Massa

Komunikasi Massa adalah suatu proses melalui mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarluaskan pesan-pesan secara luas dan terus-menerus menciptakan makna-makna serta diharapkan dapat mempengaruhi khlalayak yang besar dan beragam melalui berbagai cara (DeFleur & McQuail, 1985, McQuail, 2000).

Karakteristik KOMUNIKASI MASSA (Konsep Klasik) yaitu :

1. Ditujukan ke khalayak luas, heterogeen, tersebar, anonim serta tidak mengenal batas geografis dan kultural.

2. Bersifat umum bukan perorangan.

3. Penyampaian pesan berjalan secara cepat dan mampu menjangkau khalayak yang luas dalam waktu yang relatif singkat (messages multiplier)

4. Penyampaian pesan cenderung berjalan satu arah

5. Kegiatan komunikasi dilakukan secara terencana, terjadwal dan terorganisir.

6. Kegiatan komunikasi dilakukan secara berkala tidak bersifat temporer.

7. Isi pesan mencakup berbagai aspek kehidupan (sosial, ekonomi, politik, budaya, dll.)

Konsepsi komunikasi massa klasik hanya mencakup 5 media massa (The Big Five of Mass Media), yaitu surat kabar, majalah, radio, Televisi, dan film.

Perbedaan konseptual, fungsional dan operasional antara Komunikasi Massa dengan Komunikasi Antarpribadi semakin kabur dan menipis.

Ada pergeseran konsepsi dari “One to Many Communication” menjadi “Many to Many Communication”

Fungsi Sosial Media Massa menurut Lasswell & Wright yaitu : 1. Pengawasan lingkungan (Social Surveillance)

(4)

4. Hiburan (Entertainment)

Fungsi Sosial Media Massa menurut Lazarsfeld & Merton yaitu: 1. Memberikan pengukuhan status social

2. Memperkokoh norma-norma sosial.

Fungsi media massa bagi individu (Becker, 1985) yaitu pengawasan atau pencarian informasi pengembangan diri, fasilitasi dalam hubungan social, membantu melegakan emosi/afeksi, sarana pelarian dari ketegangan dan keterasingan bagian dari kehidupan ritual rutin (ritualisasi)

2.2 Model Komunikasi Massa

Dalam ilmu komunikasi sebenarnya terdapat ratusan model komunikasi. Setiap model memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing dan tidak ada model yang benar atau salah. Setiap model hanya bisa diukur berdasarkan manfaatnya ketika dihadapkan dengan dunia nyata, khususnya ketika diguanakan untuk menjaring data dalam penelitian. Selain itu, model yang dirancang, unsur-unsur model, dan hubungan antara berbagai unsur tersebut, bergantung pada persepektif yang digunakan si pembuat model. Bahkan kita sendiri bisa saja membuat model komunikasi khas kita dengan berdasarkan pada model-model komunikasi yang telah dikembangkan para pakar terdahulu, dengan berdasarkan pada perspektif kita sendiri. Berikut adalah beberapa contoh model komunikasi.

 Model S – R

Model stimulus – respons (S – R) adalah model komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik. Model tersebut menggambarkan hubungan stimulus – respons.

Model S – R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan – tulisan), isyarat-isyarat non verbal, gambar-gambar, dan tindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu. Proses ini dapat bersifat timbal-balik dan mempunyai banyak efek. Setiap efek dapat mengubah tindakan komunikasi (communication act) berikutnya.

Contoh yang berlangsung positif, ketika seseorang yang Anda kagumi atau menarik perhatian Anda tersenyum kepada Anda ketika berpapasan dijalan, boleh jadi Anda akan membalas senyumannya, karena Anda merasa senang.

Namun pola S – R ini dapat pula berlangsung negatif, misalnya orang pertama menatap orang kedua dengan tajam, dan orang kedua balik menatap, dan membentak, “apa liat-liat? nantang ya?”.

(5)

perilaku (respons) manusia dapat diramalkan. Ringkasnya, komunikasi dianggap statis; manusia dianggap berpilaku karena kekuatan dari luar (stimulus), berdasarkan kehendak, keinginan, atau kemauan bebasnya. Model ini lebih sesuai bila diterapkan pada sistem pengendalian suhu udara alih-alih pada perilaku manusia.

 Model Aristoteles

Adalah model komunikasi paling klasik, yang sering juga disebut model retoris (rhetorical model) menurutnya komunikasi terjadi ketika seorang pembicara menyampaikan pembicaraannya kepada khalayak dalam upaya mengubah sikap mereka. Tepatnya, mereka mengemukakan tiga unsur dasar komunikasi, yaitu pembicara (speaker), pesan (message), dan pendengar (listener).

Fokus komunikasi yang ditelaah Aristoteles adalah komunikasi retoris, yang kini lebih dikenal dengan komunikasi publik (public speaking) atau pidato.

Namun seperti model S – R, model komunikasi Aristoteles jelas sangat sederhana, malah terlalu sederhana dari prespektif sekarang, karena tidak memuat unsur-unsur lainnya yang dikenal dalam model komunikasi, seperti saluran, umpan balik, efek, dan kendala atau ganguan komunikasi.

Salah satu kelemahan model ini adalah bahwa komunikasi diangap fenomena yang statis. Seseorang berbicara, pesannya berjalan kepada khlayak, dan khalayak mendengarkan. Disamping itu, model ini juga berfokus pada komunikasi yang bertujuan (disengaja) yang terjadi ketika seseorang membujuk orang lain untuk menerima pendapatnya.

 Model Lasswell

Mosel komunikasi Lasswell berupa ungkapan verbal, yakni : 1. Who

2. Says What 3. In Which Chanel 4. To Whom

5. With What Effect?

Model ini dikemukakan Harold Lasswell tahun 1948. Lasswell mengemukakan tiga fungsi komunikasi, yaitu: pertama, pengawasan lingkungan – mengingatkan anggota-anggota masyarakat akan bahaya dan peluang dalam lingkungan; kedua, kolerasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang merespon lingkungan; dan ketiga, transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke generasi lainnya.

(6)

penerima (to whom) dikaitkan dengan analisis khalayak, sementara unsur pengaruh (with what effect) jelas berhubungan dengan studi mengenai akibat yang ditimbulkan oleh komunikasi massa pada khalayak pembaca, pendengar atau pemirsa.

 Model Shannon dan Weaver

Salah satu model awal komunikasi dikemukakan Claude Shannon dan Warren Weaver pada tahun 1949 dalam buku The Mathematical Theory of Communication. Modelnya sering disebut model matematis atau model teori informasi, karena model ini pengaruhnya paling kuat daripada model dan teori komunikasi lainnya.

Model komunikasi mereka seperti berikut ini:

Model Shannon dan Weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan suatu pesan untuk dikonsumsikan. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi sinyal yang sesuai dengan saluran yang digunakan. Saluran (channel) adalah medium yang mengirimkan sinyal (tanda) dari transmitter ke penerima (receiver). Dalam percakapan, sumber informasi ini adalah otak, transmitternya adalah mekanisme suara yang menghasilkan sinyal (kata-kata terucapkan), yang ditransmisikan lewat udara (sebagai saluran). Penerima (receiver), yakni mekanisme pendengaran, melakukan operasi sebaliknya yang dilakukan transmitter dengan merekonstruksi pesan dari sinyal. Sasaran (destination) adalah (otak) orang yang menjadi tujuan pesan itu.

Model Shannon dan Weaver dapat diterapkan kepada konteks-konteks komunikasi lainnya seperti komunikasi antar pribadi, komunikasi publik atau komunikasi massa. Sayangnya model ini juga memberikan gambaran yang parsial

 Model Schramm

(7)

Menurut Wilbur Schramm, komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya tiga unsur: sumber (source, pesan (message), dan sasaran (destination).

Menurt Schramm, seperti ditunjukkan model ketiganya, jelas bahwa setiap orang dalam komunikasi adalah sekaligus sebagai encoder dan decoder. Kita secara konstan menyandi balik tanda-tanda dari lingkungan kita, menafsirkan tanda-tanda tersebut, dan menyandi sesuatu sebagai hasilnya. Misalnya begitu Anda mendengar teriakan “Api,” Anda mungkin akan segera berteriak “Tolong!” Dan apa yang Anda akan sandi bergantung pada pilihan Anda atas berbagai respons yang tersedia dalam situasi tersebut dan berhubungan dengan makna tadi.

Proses kembali dalam model di atas disebut umpan balik (feedback), yang memainkan peran sangat penting dalam komunikasi, karena hal itu memberitahu kita bagaimana pesan kita ditafsirkan, baik dalam bentuk kata-kata sebagai jawaban, anggukan kepala, gelengan kepala, dan sebagainya. Namun menurut Schramm, umpan balik juga dapat berasal dari pesan kita sendiri, misalnya kesalahan ucapan atau kesalahan tulisan yang kemudian kita perbaiki.

 Model Newcomb

Theodore Newcomb (1953) memandang komunikasi dari perspektif psikologi-sosial. Modelnya mengingatkan kita akan diagram jaringan kelompok yang dibuat oleh para psikolog sosial dan merupakan formulasi awal mengenai konsistensi kognitif. Dalam model komunikasi tersebut – yang sering juga disebut model ABX atau model simetri – Newcomb menggambarkan bahwa seseorang (A), menyampaikan informasi kepada seorang lainnya (B), mengenai sesuatu (X). model tersebut mengasumsikan bahwa orientasi A (sikap) terhadap B dan terhadap X saling bergantung, dan ketiganya merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat orientasi.

1. Orientasi A terhadap X, yang meliputi sikap terhadap X sebagai objek yang harus didekati atau dihindari dan atribut kognitif (kepercayaan dan tatanan kognitif)

2. Orientasi A terhadap B, dalam pengertian yang sama 3. Orientasi B terhadap X

4. Orientasi B terhadap A

(8)

perubahan dalam bagian manapun dari sistem tersebut akan menimbulkan ketegangan terhadap keseimbangan atau simetri, karena ketidakseimbangan atau kekurangan simetri secara psikologis tidak menyenagkan dan menimbulkan tekanan internal untuk memulihkan keseimbangan.

 Model Westley dan MacLean

Tahun 1957, Bruce Westley dan Malcolm MacLean merumuskan suatu model yang mencakup komunikasi antarpribadi dan komunikasi massa, dan memasukkan umpan balik sebagai bagian integral dari proses kumunikasi. Model Westley dan MacLean ini dipengaruhi oleh model Newcomb, model Lasswell dan model Sannon dengan Weaver. Mereka menambahkan jumlah peristiwa, gagasan, objek dan orang yang tidak terbatas, yang kesemuanya merupakan “objek orientasi”

Dalam model Westley Maclean ini terdapat lima unsur, yaitu: objek orientasi, pesan, sumber, penerima, dan umpan balik.

Model Westley dan Maclen mencakup beberapa konsep penting: umpan balik, perbedaan dan kemiripan komunikasi antarpribadi dengan komunikasi massa, dan pemimpin pendapat yang penting sebagai unsur tambahan dalam komunikai massa. Model ini juga membedakan yang bertujuan (purposif) dengan pesan yang tidak bertujuan (nonpurposif). Pesan yang bertujuan adalah pesan yang dikirimkan sumber untuk mengubah citra penerima mengenai sesuatu dalam lingkungan. Pesan yang nonpurposif adalah pesan yang dikirimkan sumber kepada penerima secara langsung atau melalui sesuatu namun tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi penerima.

 Model Gerbner

Model Gerbner (1956) merupakan perluasan dari model Lasswell, yaitu sebagai berikut:

1. Seseorang (sumber, komunikator) 2. Mempersepsi suatu kejadian 3. Dan bereaksi

4. Dalam suatu situasi

5. Melalui suatu alat (saluran; media; rekayasa fisik; fasilitas administratif dan kelembagaan untuk distribusi dan kontrol)

6. Untuk menyediakan materi 7. Dalam suatu bentuk

8. Dan konteks

9. Yang mengandung isi

10. Yang mempunyai suatu konsekuensi

 Model Interaksional

(9)

pasif, model interaksional menganggap manusia jauh lebih aktif. Kualitas simbolik secara implisit terkandung dalam istilah interaksional, sehingga model interaksional jauh berbeda dengan interaksi biasa yang ditandai dengan stimulus – respons.

Model interaksional merujuk pada model komunikasi yang dikembangkan oleh para ilmuwan sosial yang menggunakan perspektif interaksi simbolik, dengan tokoh utamanya George Herbert Mead dan salah seorang muridnya Herbert Blumer.

Dalam model ini komunikasi digambarkan sebagi pembentukan makna (penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain) oleh para peserta komunikasi (komunikator). Beberapa konsep penting yang digunakan adalah: diri (self), diri yang lain (other), simbol, makna, penafsiran dan tindakan.

2.3 Model Klasik Komunikasi Massa

I. Teori Komunikasi Massa Klasik

 Teori Model Jarum Suntik (Hypodermic Needle Model)

Teori model jarum suntik merupakan sebuah teori media massa yang pertama ada. Teori ini berasumsi bahwa komunikator lebih pintar dari para audiences karena audiences atau komunikan dianggap pasif. Teori ini merupakan konsep awal sebagai efek komunikasi massa yang oleh para teoritis komunikasi tahun 1970 an dinamakan pula hypodermic needle theory yang dapat diterjemahkan sebagai teori jarum hipodermik. Teori ini ditampilkan pada tahun 1950 an setelah peristiwa penyiaran kaleidoskop stasiun radio CBS di Amerika berjudul “The Invasion From Mars”.

Variabel komunikator dalam teori model jarum suntik antara lain: - Kredibilitas terdiri dari 2 unsur yakni: keahlian dan kejujuran.

Keahlian diukur dari sejauh mana komunikan menganggap komunikator dapat memberikan jabaran yang “benar”. Sedangkan kejujuran diartikan sejauh mana komunikan menganggap komunikator tidak memihak dalam penyampaian pesannya.

- Daya tarik diukur dengan kesamaan, familiaritas, dan kesukaan. - Kekuasaan merupakan tanggapan komunikan tentang

kemampuan komunikator dalam memberi hadiah ataupun ganjaran.

Variabel pesan:

(10)

- Gaya dengan menunjukkan variasi linguistik dalam penyampaian pesan, seperti pengulangan, perbendaharaan kata, dll.

- Apeals mengacu pada aspek-aspek psikologis yang dikandung pesan, seperti rasional-emosional, fear appelas, reward appeals, dll.

Variabel media:

Variabel media ditunjukkan dengan penggunaan media massa baik itu elektronik, cetak, online, ataupun saluran interpersonal dalam ceramah, diskusi, dll.

Variabel efek:

- Kognitif berkaitan dengan perubahan pendapat, kepercayaan, serta pengetahuan dari komunikan setelah mendapat pesan dari komunikator.

- Afektif mengacu pada perubahan perasaan dan kesukaan.

- Behavioral adalah perubahan perilaku atau kecenderungan perilaku dari seorang komunikan.

 Teori Kegunaan dan Gratifikasi

Teori ini merupakan teori berdasarkan penelitian Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch yang membahas mengenai pemahaman media dan efek media bagi masyarakat. Teori Kegunaan dan Gratifikasi merupakan teori yang berpusat pada khalayak media dengan menekankan pada konsumen yang aktif serta merupakan perluasan dari teori kebutuhan dan motivasi. Tahapan dalam Teori Kegunaan dan Gratifikasi diawali dengan orang secara aktif memenuhi hierarki kebutuhannya dengan fraksi pemilihan yang menggambarkan harapan akan adanya penghargaan dibagi dengan usaha yang dibutuhkan, lalu peneliti menciptakan tipologi yang mewakili semua alasan yang dimiliki seseorang untuk menggunakan media. Pada tahap ketiga, peneliti menghubungkan alasan khusus dalam penggunaan media dengan variabel seperti kebutuhan, tujuan, keuntungan dan konsekuensi penggunaan media, serta faktor individual. Didasarkan pada asumsi bahwa khalayak aktif dalam menggunakan media sesuai dengan tujuan dan manusia mempunyai kesadaran diri akan penggunaan media serta nilai isi suatu media hanya dapat dinilai oleh khalayak. Media berkompetisi dengan sumber lainnya untuk kepuasan kebutuhan.

(11)

Teori Agenda Setting diperkenalkan oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw. Teori ini adalah teori yang menyatakan bahwa media massa merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa.

Teori ini menjelaskan bahwa media massa memiliki efek yang kuat terhadap khalayak. Media massa digunakan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak dengan tujuan untuk mempengaruhi persepsi masyarakat tentang suatu hal yang dianggap penting. Teori Agenda Setting berasumsi bahwa media dapat memberikan tekanan pada suatu peristiwa dan membuat khalayak yang menerima berita pun menganggap itu sebagai isu penting, maka apa yang disampaikan media pun menjadi penting bagi masyarakat. Khalayak tidak hanya belajar mengenai isu-isu masyarakat melalui media, namun mereka juga melihat seberapa pentingnya isu-isu atau topik tersebut dalam penjelasan dan penegasan yang diberikan oleh media massa. Media massa juga memiliki kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu.

 Teori Analisis Kultivasi

Analisis kultivasi adalah teori yang kritis mempelajari institusi sosial yang penting berupa televisi untuk menggunakan fungsi penceritaan kisahnya kepada masyarakat telah diaplikasikan dalam berbagai hal seperti ketakutan akan menjadi korban, sikap tehadap rasisme, materialisme dan lain-lain. Metode yang digunakan untuk peneliti yang merasa tidak sesuai dengan konseptual adalah konsistensilogis (West, R & Turner, L., 2008).

Asumsi-asumsi (West & Turner, 2007: 85)

1. Televisi, secara esensi dan fundamental, berbeda dengan bentuk media massa lainnya.

Keunikan dari televisetidak membutuhkan kemampuan membaca seperti media cetak. Selain itu, televisi juga gratis dan tidak membutuhkan mobilitas. Senjata utama budaya yang bisa menimbulkan dua kubu yang berlawanan dari masyarakat disebut televisi.

2. Televisi membentuk cara berpikir dan membuat kaitan dari masyarakat kita

(12)

3. Pengaruh dari televisi terbatas

Konstribusi dari televisi terhadap budaya dapat diamati, diukur dan independen relatif kecil. Penggambarannya menggunakan analogi zaman es, yaitu posisi yang menyatakan bahwa televisi tidak memiliki satu dampak besar, melainkan mempengaruhi penonton.

Konsep (West & Turner, 2007: 89) 1. Proses empat tahap

a. Analisis sistem pesan

Terdiri dari analisisisi mendetail dari pemrograman televisi untukmenunjukan presentasi gambar, tema, nilaidan penggambaran yang paling sering berulang dan konsisten.

b. Formulasi pertanyaan mengenai realitas sosial penonton.

Pertanyaan mengenai pemahaman orang akan kehidupan sehari-hari mereka dilibatkan dalam penyusunan.

c. Mensurvei khalayak

Para peneliti menanyakan para penonton ini mengenai level konsumsi televisi.

d. Membandingkan realitas sosial dari penonton kelas berat dan kelas ringan

Adanya diferensial kultivasi yaitu persentase perbedaan dalam respons antara penonton televisi kelas ringan dan kelas berat.

2. Pengarusutamaan dan resonansi Ada dua cara:

a. Pengarusutamaan

Kecendrungan bagi penonton kelas berat untuk menerima realitas budaya dominan yang mirip dengan yang ditampilkan televisi walaupun hal ini sebenarnya berbeda dengan keadaan yang sesungguhnya.

(13)

Ketika realitas penonton yang sedang dijalaninya sesuai dengan realitas yang digambarkan di dalam media.

Dampak ada dua level:

a. Tingkat pertama : mengenai fakta dari media. b. Tingkat kedua : mengenai nilai dan asumsi dari

media.

3. Indeks dunia yang kejam

Ada 3 pernyataan indeks dunia yang kejam : a. Kebanyakan orang berhati-hati untuk diri mereka

sendiri

b. Anda tidak dapat terlalu berhati-hati dalam berurusan dengan orang

c. Kebanyakan orang akan mengambil keuntungan dari anda jika memiliki kesempatan

Teori Kultivasi dijelaskan bahwa pada dasarnya ada dua tipe penonton televisi yang mempunyai karakteristik saling

bertentangan/bertolak belakang, yaitu (Asyhard, 2015):

(1) Para pecandu/penonton fanatik (heavy viewers) adalah mereka yang menontontelevisi lebih dari 4(empat) jam setiap harinya. Kelompok penonton ini sering juga disebut sebagai khalayak “the television type”.

(2) Penonton biasa (light viewers), yaitu mereka yang menonton televisi 2 jam ataukurang dalam setiap harinya.

 Teori Kritis Komunikasi Massa

(14)

Teori kritis media berasal dari ilmu-ilmu kritis yang bersumber pada ilmu sosial Marxis. Ilmu ini juga disebut dengan emancipatory science artinya adalah cabang ilmu sosial yang berjuang untuk mendobrak status quo( mempertahankan keadaan yang sekarang agar teteap seperti keadaan sebelumnya), khususnya rakyat miskin dan kecil dari status quo dan struktur sistem yang menindas. Teori kritis berangkat dari cara melihat realitas dengan mengasumsikan bahwa selalu saja ada struktur sosial yang tidak adil, namun asumsi ini mendapat pertentangan karena manusia memasuki lingkungan budaya baru yang secara dramatis ditransformasikan oleh teknologi komunikasi dan media gelobal, sehinga kita memerlukan kajian komunikasi dan kebudayaan untuk menganalisis ekonomi politik industri komunikasi dan budaya global.

Teori kritis sering menganalisis secara khusus lembaga sosial, penyelidikan luas untuk yang dinilai objektif adalah mencari dan mencapai. Media massa dan budaya massa telah mempromosikan banyak hal yang ikut menjadi sasaran teori kritis. Bahkan ketika media massa tidak melihat sebagai sumber masalah khusus, mereka dikritik untuk memperburuk atau melindungi masalah dari yang diidentifikasi atau disebut dan dipecahkan. Dampak teori kritis terhadap perkembangan ilmu komunikasi dan media massa ialah timbulnya kesadaran bahwa komunikasi massa dan media massa harus dipelajari secara konteks sosial agar dapat dapat diperoleh latar belakang historis, ekonomis, politik bagi fenomena komunikasi massa. Teori ini sangat dipengaruhi oleh ajaran fungsionalisme yang memandang masyarakat sebagai wujud konsensus nilai dengan menekankan nilai dan keseimbangan.

Teori kritis juga menekankan perlunya evaluasi dari kritik terhadap status quo. Teori ini membangun pertanyaan dan menyediakan alternatif jalan untuk menginterpretasikan hukum sosial media massa. Teori ini sering menganalisis secara khusus lembaga sosial, penyeliikan luas untuk yang dinilai objek adalah mencari dan mencapai. Media massa dan budaya massa telah mempromosikan banyak hal yang ikut menjadi sasaran teori kritis.

2.4 Pengembangan Media Melalui Jaringan Komputer

(15)

empat erakomunikasi, yaitu: era tulis, era media cetak, era media telekomunikasi, dan era media interaktif.

a) Era Tulis

Perkembangan media tulis telah lama dikenal masyarakat dan menjadi pertanda permulaan peradaban sebuah bangsa. Dari kemampuan menulis memungkinkan terpeliharanya struktur sosial diberbagai wilayah. Kita bisa mengambil contoh seperti peradaban Mesir Kuno yang dikenal sejak tahun ±600 SM (kira-kira 2605 tahun yang lalu). Ditemukannya papyrus (asal mula kertas tempat menulis) dan alat transportasi perahu, maka pemerintah di masa itu bisa memelihara integritas masyarakat di sepanjang lembah nil1. Seperti

juga kebudayaan cina yang sudah mulai mengenal budaya tulis kira-kira 105 SM tahun lalu. Dengan media tulislah kebudayaan suatu golongan bahkan lebih besar dari itu yaitu bangsa dikenal oleh umat manusia, dari media tulis juga budaya itu terarsip dan tersimpan dalam berbagai bentuk.

b) Era Cetak

Beberapa abad kemudian baru masyarakat terbiasa dengan mencetak huruf secara manual pada gelas, ornamen, tembok, kayu, dan sebagainya. Eksistensi Era ini semakin kuat manakala Elegi Gutenberg menemukan mesin cetak pada tahun 1450 sehingga muncul sejumlah surat kabar.

Percetakan, kemudian meningkatkan cara-cara dan kemudahan manusia untuk saling berhubungan dan menyampaikan sesuatu. Potensi yang dimiliki percetakan inilah menurut analisis Bell (1979) yang memungkinkan terjalinnya masyarakat industrial. [4] Percetakan telah terbukti berfungsi sebagai basis bagi menyebarnya kemampuan “melek huruf” dan pondasi untuk terselenggaranya aktifitas pendidikan secara massa. Bukan suatu kebetulan jika teknologi percetakan adalah faktor kunci menuju terjadinya Renaissance dan Revolusi Industri. Era media cetak ini bertahan cukup lama yaitu sekitar empat abad.

c) Era Telekomunikasi

Diawali dengan ditemukannya radio telegraf oleh Markis Gugliemo Marconi yang kemudian mendirikan perusahaan telegraf tanpa kawat tahun 1897. Kemudian teknologi telegraf dikembangkan oleh Alexander Graham Bell menjadi telepon pada tahun 1870. Di Indonesia hanya 12 tahun setelah telepon itu ditemukan, jaringan telepon lokal pertama dibuka di Jakarta tahun

(16)

1882, disusul oleh telepon interlokal tahun 1896 yang menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya.

d) Era Komunikasi Interaktif

Lahirnya era komunikasi interaktif ditandai dengan terjadinya diversifikasi teknologi informasi dengan bergabungnya telepon, radio, komputer, dan televisi menjadi satu dan menandai teknologi yang disebut dengan internet. Internet merupakan perkembangan dari penemuan komputer sebelumnya yang mengalami perkembangan ekstra cepat sampai pada tahun 1990-an (teknologi internet lahir).Internet begitu memukau dengan varian-varian programnya yang seolah menjadikan bumi ini dalam cengkraman teknologi. Tidak saja mampumentransmisikan berbagai informasi, internet juga mampu menciptakan dunia baru dalam realitas kehidupan manusia, yaitu sebuah realitas materialistis yang tercipta dalam dunia maya. Menghubungkan komputer-komputer pribadi yang paling sederhana hingga yang paling canggih, memanfaatkan struktur jaringan komputer yang saling berhubungan, internaet mamppu memberi layanan bagi para penggunanya berupa E-mail, Netnews, Telnet, File Transfer Protocol (FTP) dan World Wide Web (WWW).

Perkembangan lain dari internet adalah mesin pencari dan lacak, seperti browser dan search engines. Dengan mesin ini segala informasi dari situs manapun dapat dilacak. Fungsinya yang hyperlink multimedia membantu para penggunanya untuk melakukan browsing secara cepat dan sistematis. Posisi pengguna tidak lagi menerima apa yang diberitakan namun juga bisa mencari dan mengirimkan informasi yang relevan.

(17)
(18)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Komunikasi Massa adalah suatu proses melalui mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarluaskan pesan-pesan secara luas dan terus-menerus menciptakan makna-makna serta diharapkan dapat mempengaruhi khlalayak yang besar dan beragam melalui berbagai cara (DeFleur & McQuail, 1985, McQuail, 2000).

Dalam ilmu komunikasi terdapat ratusan model komunikasi. Setiap model memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing dan tidak ada model yang benar atau salah. Setiap model hanya bisa diukur berdasarkan manfaatnya ketika dihadapkan dengan dunia nyata, khususnya ketika diguanakan untuk menjaring data dalam penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Dokter keluarga adalah dokter yang memiliki tanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama serta pelayanan kesehatan yang menyeluruh yang

Hubungan desa Tongkoh sendiri dengan desa Lau Gendek adalah tidak lain atas hubungan tanah, karena marga Karo Sekali yang pertama sekali mendiami desa Lau Gendek sampai ke

Bagi setiap keluarga yang akan membaptis anaknya, harap mengajukan permohonan kepada Majelis Jemaat GPIB Menara Kasih pada setiap hari kerja, 2 (dua) minggu sebelum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kerjasama, persaingan, konflik dan akomodasi antara transmigrasi yang tinggal di Desa Werdhi Agung dengan penduduk asli

Pendidikan luar sekolah sebagai sub sistem dalam sistem pendidikan nasional Indonesia harus memainkan peran ganda baik mendidik maupun mengajar dalam rangka

Penulis menggunakan metode ini untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan implikasi hukum terhadap pemberian dispensasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor perceived security, perceived compatibility, perceived usefulness, perceived ease of use memiliki hubungan yang positif dan

Dari pembahasan yang telah penulis paparkan tersebut, yaitu tentang beberapa etika bagi guru dan murid dalam kitab Al- Fatḥu Al- Rabbāniy dapat diambil kesimpulan Syekh