• Tidak ada hasil yang ditemukan

III.Unit Pengolahan Air Limbah 1.Septic

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "III.Unit Pengolahan Air Limbah 1.Septic"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

III.Unit Pengolahan Air Limbah

1.Septic Tank

Sistem Septic Tank sebenarnya adalah sumur rembesan atau sumur kotoran. Septic tank merupakan sitem sanitasi yang terdiri dari pipa saluran dari kloset, bak penampungan kotoran cair dan padat, bak resapan, serta pipa pelepasan air bersih dan udara.

Septic Tank bisa juga Sebuah bak penampung tinja ini biasanya kedalaman hanya 1-3

meter,bentuk ada yang persegi ada pula yang bundar.Kalau Septictank ini baknya harus tertutup rapat dindingnya harus disemen agar tidak bocor.

Hal-hal yang yang harus diperhatikan saat

pembuatan Septic Tank agar tidak mencemari air

dan tanah sekitarnya adalah :

1. Jarak minimal dari sumur air bersih sekurangnya 10m.

2. Untuk membuang air keluaran dari septic tank perlu dibuat daerah resapan dengan lantai septic tank dibuat miring kearah ruang lumpur.

3. Septic Tank direncanakan utuk pembuangan kotoran rumah tangga dengan jumlah air limbah antara 70-90 % dari volume penggunaan air bersih.

4. Waktu tinggal air limbah didalam tangki diperkirakan minimal 24 jam.

5. Besarnya ruang lumpur diperkirakan untuk dapat menampung lumpur yang dihasilkan setiap orang rata-rata 30-40 liter/orang/tahun dan waktu pengambilan lumpur diperhitungkan 2-4 tahun. 6. Pipa air masuk kedalam tangki hendaknya selalu lebih tinggi kurang lebh 2.5 cm dari pipa air keluar.

7. Septic tank harus dilengkapi dengan lubang pemeriksaan dan lubang penghawaan untuk membuang gas hasil penguraian.

Agar septic tank tidak mudah penuh dan mampat,

awet dan tahan lama perlu diperhatikan :

1. Kemiringan Pipa Kemiringan pipa menentukan kelancaran proses pembuangan limbah. Selisih ketinggian kloset dan permukaan air bak penampung kotoran minimal 2 %, artinya setiap 100cm terdapat perbedaan ketinggian 2cm.

(2)

dapat membuat mampat.

3. Sesuaikan Kapasitas Septic tank Untuk rumah tinggal dengan jumlah penghuni empat orang, cukup dibuat septic tank dengan ukuran (1.5×1.5×2)m. bak endapan dan sumur resapan bias dibuat dengan ukuran (1x1x2)m. semakin banyak penghuni rumah maka semakin besar ukuran yang dibutuhkan.

4. Bak Harus Kuat dan Kedap Air Septic tank harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap korosi, rapat air dan tahan lama. Konstruksi septic tank harus kuat menahan gaya-gaya yang timbul akibat tekanan air, tanah maupun beban lainnya.

2.Sumur Resapan

Sumur resapan ini dinding sumur dari Buis,biasanya kedalaman sekitar 3 - 8 meter.Pada sumur resapan ini nat pada buis jangan ditambal pakai semen dibiarkan berongga dengan fungsi untuk meresap air limbah dan menjaga agar Sumur Peresapan tidak cepet penuh,pada tutup bagian atas sebaiknya diberi lubang dengan pipa pralon 1 inch yang berfungsi membuang gas yang ada di Sumur Peresapan agar tidak berbalik ke Closet.

Lebih baik lagi kalau dasar sumur peresapan diberi batu kecil,arang dari batok kelapa ,ijuk dan yang paling atas pasir dengan ketebalan masing-masing sekitar 10-15 cm,Air limbah yang meresap ke penyaring tadi akan keluar menjadi air yang netral dengan parameter PH = 7 meresap menjadi air yang ramah lingkungan.

Konstruksi Sumur Resapan Air

Merupakan alternatif pilihan dalam mengatasi banjir banjir dan menurunnya permukaan air tanah pada kawasan perumahan, karena dengan pertimbangan :

1. Pembuatan konstruksi Sumur Resapan Air tidak memerlukan biaya besar. 2. Tidak memerlukan biaya yang besar.

3. Bentuk konstruksi Sumur Resapan Air sederhana Sumur Resapan ini ada 2 jenis :

1.Sumur Resapan Rumah Tangga

Untuk menampung air limbah bekas cucian dan air limbah kamar mandi. 2.Sumur Resapan Air Hujan

Untuk mengantisipasi genangan air hujan dihalaman rumah dan genangan air hujan dijalanan.

Manfaat pembangunan Sumur Resapan Air :

1. Mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air, sehingga mengurangi terjadinya banjir dan erosi.

2. Mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air

(3)

Kegunaan dan Fungsi Septic Tank apa itu Septic tank? Septic tank adalah bak untuk menampung air limbah yang digelontorkan dari WC (water closet), konstruksi septic tank ada disekat dengan dinding bata dan diatasnya diberi penutup dengan pelat beton dilengkapi penutup kontrol dan diberi pipa hawa T dengan diameter ø1 ½“, menjadi hubungan agar ada udara / oksigen ke dalam septictank yang bertujuan untuk bakteri – bakteri menjadi subur sehingga bakteri itu menjadi pemusnah kotoran – kotoran atau peses yang masuk ke dalam bak penampungannya.

baca juga : Cara Membuat Septic Tank Yang Baik dan Benar

Kegunaan dan Fungsi Septic Tank yaitu menjadi penampungan air limbah & proses

penghancuran kotoran – kotoran yang masuk, air limbah ini akan mengalir ke rembesan/ sumur peresapan yang jaraknya tak jauh dari septictank, begitu juga penempatan septic tank tak terlalu jauh dari WC (water closet)

(4)

Standar Septic Tank Jamban Sehat

Sebagai seorang yang berprofesi sebagai sanitarian atau kesehatan masyarakat, tentu akan sangat akrab dengan kata septic tank. Bahkan dahulu diawal melakoni pendidikan kesehatan lingkungan (saat ospek) nama ini dijadikan nama identitas, disamping nama-nama trend lainnya seperti bowl, jetting, dan lain-lain, sehingga sekarangpun nama itu seakan telah menjadi trade mark sanitarian (sebagai mantri kakus). Berikut adalah informasi yang sebaiknya kita ketahui terkait dengan septic tank tersebut.

Septic tank merupakan cara yang memuaskan dalam pembuangan ekskreta untuk kelompok kecil yaitu rumah tangga dan lembaga yang memiliki

persediaan air yang mencukupi, tetapi tidak memiliki hubungan dengan sistem penyaluran limbah masyarakat (Chandra, 2007). Septic tank

merupakan cara yang terbaik yang dianjurkan oleh WHO tapi memerlukan biaya mahal, tekniknya sukar dan memerlukan tanah yang luas (Entjang, 2000).

(5)

kelembaban tanah sangat mendukung kehidupan manusia, tetapi pada tingkat kelembaban tanah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menimbulkan permasalahan bagi manusia.

Kelembaban tanah perlu diperhatikan karena berdasarkan beberapa studi disimpulkan bahwa air tanah juga tidak luput dari pencemaran. Bahan pencemar dapat mencapai aquifer air tanah melalui berbagai sumber

diantaranya meresapnya bakteri dan virus melalui septic tank. Pada kondisi tanah kering, gerakan bahan kimia dan bakteri relatif sedikit, dengan

gerakan ke samping praktis tidak terjadi. Dengan pencucian yang berlebihan (tidak biasa terjadi pada jamban dan septic tank) perembesan ke bawah secara vertikal hanya sekitar 3 m. Apabila tidak terjadi kontaminasi air tanah, praktis tidak ada bahaya kontaminasi sumber air.

Dengan memperhatikan pola pencemaran tanah dan air tanah, maka hal-hal berikut. harus diperhatikan untuk memilih lokasi penempatan sarana pembuangan tinja (Soeparman, 2002):

1. Pada dasarnya tidak ada aturan pasti yang dapat dijadikan sebagai patokan untuk menentukan jarak yang aman antara jamban dan sumber air. Banyak faktor yang mempengaruhi

perpindahan bakteri melalui air tanah, seperti tingkat kemiringan, tinggi permukaan air tanah, serta permeabilitas tanah. Yang terpenting harus diperhatikan adalah bahwa jamban atau kolam pembuangan (cesspool) harus ditempatkan lebih rendah, atau sekurang-kurangnya sama tinggi dengan sumber air bersih. Apabila memungkinka, harus dihindari penempatan langsung di bagian yang lebih tinggi dari sumur. Jika penempatan di bagian yang lebih tinggi tidak dapat dihindarkan, jarak 15 m akan mencegah pencemaran bakteriologis ke sumur. Penempatan jamban di sebelah kanan atau kiri akan mengurangi

kemungkinan kontaminasi air tanah yang mencapai sumur. Pada tanah pasir, jamban dapat ditempatkan pada jarak 7,5 m dari sumur apabila tidak ada kemungkinan untuk menempatkannya pada jarak yang lebih jauh.

Pada tanah yang homogen, kemungkinan pencemaran air tanah sebenarnya nol apabila dasar lubang jamban berjarak lebih dari 1,5 m di atas permukaan air tanah, atau apabila dasar kolam pembuangan berjarak lebih dari 3 m di atas permukaan air tanah.

(6)

atau batu kapur. Hal ini dikarenakan pencemaan dapat terjadi secara langsung melalui saluran dalam tanah tanpa filtrasi alami ke sumur yang jauh atau sumber penyediaan air minum lainnya.

Secara teknis desain atau konstruksi utama septic tank sebagai berikut :

a. Pipa ventilasi. Pipa ventilasi secara fungsi dan teknis dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Mikroorganisme dapat terjamin

kelangsungan hidupnya dengan adanya pipa ventilasi ini, karena oksigen yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya dapat masuk ke dalam bak pembusuk, selain itu juga berguna untuk mengalirkan gas yang terjadi karena adanya proses pembusukan. Untuk menghindari bau gas dari septick tank maka sebaiknya pipa pelepas dipasang lebih tinggi agar bau gas

dapat langsung terlepas di udara bebas (Daryanto, 2005).

2. Panjang pipa ventilasi 2 meter dengan diameter pipa 175 mm dan pada lubang hawanya diberi kawat kasa (Machfoedz, 2004).

b. Dinding septic tank:

1. Dinding septic tank dapat terbuat dari batu bata dengan plesteran semen (Machfoedz,2004)

2. Dinding septic tank harus dibuat rapat air (Daryanto, 2005)

3. Pelapis septic tank terbuat dari papan yang kuat dengan tebal yang sama (Chandra, 2007).

c. Pipa penghubung:

1. Septic tank harus mempunyai pipa tempat masuk dan keluarnya air (Chandra, 2007).

2. Pipa penghubung terbuat dari pipa PVC dengan diameter 10 atau 15 cm (Daryanto, 2005)

d. Tutup septic tank:

(7)

dalam septic tank selalu hangat dan konstan sehingga kelangsungan hidup bakteri dapat lebih terjamin (Daryanto,2005).

2. Tutup septic tank harus terbuat dari beton (kedap air).

Mekanisme Kerja

Septic Tank

Septic tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, sebagai tempat tinja dan air buangan masuk dan mengalami dekomposisi. Di dalam tangki ini tinja akan berada selama beberapa hari. Selama waktu tersebut tinja akan mengalami 2 proses (Notoatmodjo, 2003):

a. Proses kimiawi

Akibat penghancuran tinja akan direduksi dan sebagian besar (60-70%) zat-zat padat akan mengendap di dalam tangki sebagai sludge. Zat-zat-zat yang tidak dapat hancur bersama-sama dengan lemak dan busa akan mengapung dan membentuk lapisan yang menutup permukaan air dalam tangki

tersebut. lapisan ini disebut scum yang berfungsi mempertahankan suasana anaerob dari cairan di bawahnya, yang memungkinkan bakteri-bakteri

anaerob dapat tumbuh subur, yang akan berfungsi pada proses berikutnya.

b. Proses biologis

Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob dan fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organik dalam sludge dan scum. Hasilnya, selain terbentuknya gas dan zat cair lainnya, adalah juga

pengurangan volume sludge, sehingga memungkinkan septic tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan enfluent sudah tidak mengandung bagian-bagian tinja dan mempunyai BOD yang relatif rendah. Cairan enfluent ini akhirnya dialirkan keluar melalui pipa dan masuk ke dalam tempat

perembesan.

Kedua tahapan di atas berlangsung di dalam septic tank. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Penumpukan endapan lumpur mengurangi kapasitas septic tank sehingga isi septic tank harus dibersihkan minimal sekali setahun.

2. Penggunaan air sabun dan desinfektan seperti fenol sebaiknya dihindari karena dapat membunuh flora bakteri di dalam septic tank.

3. Septic tank baru sebaiknya diisi dahulu dengan air sampai saluran pengeluaran, kemudian dilapisi dengan lumpur dari septic tank lain untuk memudahkan proses dokomposisi oleh bakteri (Chandra, 2007).

Pendapat lain dikemukakan Suriawiria (1996), bahwa salah satu cara

(8)

bejana/tangki akan mengendap, terpisah antara benda cair dengan benda padatannya. Benda padatan yang mengendap di dasar tangki dalam

keadaan tanpa udara, akan diproses secara anaerobik oleh bakteri sehingga kandungan organik di dalamnya akan terurai. Akibatnya, setelah kurun waktu tertentu, umumnya kalau tangki septik tersebut sudah penuh dan isinya dikeluarkan, maka sisa padatan sudah tidak berbau lagi, seperti

halnya kalau kotoran/tinja tersebut dibiarkan di luar tangki septik. Yang tetap menjadi masalah adalah untuk benda cairan setelah padatannya dipisahkan, karena di dalam cairan tersebut masih akan terkandung sejumlah mikroba, yang mungkin masih bersifat patogen (dapat menyebabkan penyakit). Karenanya salah satu cara pemecahan yang banyak digunakan adalah dengan menggunakan resapan, untuk mengalirkan benda cairan setelah benda padatnya mengendap. Cara resapan yang digunakan adalah dengan membuat lapisan yang terdiri dari batu kerikil di bawah tanah sehingga air yang meresap masih mendapatkan suplai oksigen (aerobik), sehingga mikroba patogen akhirnya akan terbunuh.

Pembangunan Septic Tank

Untuk keperluan perencanaan maka volume septic tank harus dihitung. Perencanaan ini alan menyangkut jumlah pemakai, masa pengurasan, serta perkiraan volume rata-rata tinja yang dihasilkan. Untuk keperluan

perencanaan apabila tidak tersedia data hasil penelitian setempat, maka dapat digunakan angka kuantitas tinja manusia sebesar 1 Kg berat basah per orang per hari (Soeparman, 2002).

Septic tank satu ruang

Keterangan: A = Inlet B = Outlet C = Penahan

D = Busa yang mengapung

E = Lumpur

(9)

G = Ruang bebas lumpur

H = Kedalaman air dalam tangki I = Ruang kosong

J = Kedalaman pemasukan penahan

K = Jarak penahan ke dinding, 20-30 cm

L = Sisi atas penahan 2,5 cm di bawah dinding atas tangki M = Tutup tangki, biasanya bulat N = Permukaan tanah, kurang

dari 30 cm di atas tangki (jika kurang, naikkan tutup tangki ke permukaan tanah)

Pembuatan tangki septik berfungsi untuk mencegah timbulnya penyakit perut menular sepert tifus, kolera, disentri dan sebagainya, yang menyebar melalui tinja/feses atau kotoran manusia.[3] Karenanya, pengelolaan kotoran tersebut harus dilakukan secara baik dan berencana, agar hasilnya tidak berpengaruh negatif terhadap kesehatan, kebersihan dan estetika lingkungan.

(10)

musnah secara alamiah.[1] Air yang keluar karena berlebih dibuang ke sumur septik yang dapat meneruskannya ke air tanah tanpa mengganggu kebersihan air tanah.[1] Jika tidak diguyur dengan obat pembasmi renik, untuk jangka waktu lama, tangki septik tidak perlu dikuras.[1]

Referensi

Dokumen terkait

Semakin tinggi rasio intensitas modal maka arus kas masa depan perusahaan akan lebih baik karena tingginya rasio intensitas modal menunjukkan bahwa perusahaan

Hasil penelitian Proses pemberian kredit diawali dengan pengajuan kredit oleh nasabah berdasarkan persyaratan yang sudah dibuat oleh bank, langkah berikutnya adalah melakukan

Ketaren (1986) menyatakan bahwa kenaikan indeks bias disebabkan reaksi kompleks yang terjadi pada minyak goreng seperti polimerisasi dan pelarutan lemak dari

Ucapan terima kasih Penulis panjatkan kepada pihak-pihak yang berperan amat besar bagi Penulis yang telah menyertai Penulis selama proses penulisan skripsi dengan judul

Untuk mengetahui luas areal kontrol burung Elang Sulawesi terhadap lahan pertanian di Wilayah Hutan Pendidikan Unhas, dilakukan overlay antara areal jelajah burung

1) Dalam layanan dasar: konselor melaksanakan kurikulum bimbingan; mengidentifikasi kurikulum yang sesuai dengan standar nasional kompetensi siswa; mengembangkan dan

Dalam rangka menunjang upaya tersebut, telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sebaran dan potensi Gonystylus non bancanus di empat lokasi

empat puluh sembilan juta tiga ratus satu ribu rupiah) yaitu berupa tanah dan bangunan pasar, bangunan kantor serta peralatan dan mesin berdasarkan hasil penilaian Barang