• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stop Asap Stop Monopoli Tanah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Stop Asap Stop Monopoli Tanah"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Monopoli Tanah “biang keladi” Bencana Asap di Indonesia

Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia berbanding lurus dengan Krisis Ekonomi Dunia

Kebakaran hutan dan lahan adalah kejadian tahunan yang sering terjadi di beberapa wilayah di pulau Sumatra dan Kalimantan. Peristiwa yang sering dihubungkan dengan fenomena dan kondisi alam tersebut dalam perjalanannya mulai terlihat terang latar belakang penyebabnya. Kebakaran hutan dan lahan secara luas di Indonesia berawal pada tahun 1982-1983 dan mencapai puncaknya pada tahun 1997-1998.

Sebagai catatan, berdasarkan laporan UNDP (United Nations for Development Program) pada tahun 1998, kebakaran hutan yang terjadi tahun 1982-1983 di Kalimantan Timurtelah membakar kawasan hutan kurang lebih 3,6 juta hektardan lahan gambut seluas 550.000 ha.Sedangkan, kebakaran hutan dan lahan pada tahun 1997-1998 yang disebut sebagai bencana terparah di dunia telah menghanguskan lebih dari 2 juta hektar lahan gambut. Bencana inijuga menghasilkan emisi karbon sebesar 2,6 miliar ton (75% dari total emisi karbon dunia) serta 5 juta ton partikel debu. Pada saat itu, areal gambut di Kalimantan Tengah (kawasan PLG) yang terbakar mencapai 0,73 juta hektar. Selanjutnya, kebakaran hutan dan lahan menjadi bencana rutin tahunan sejak 2008 sampai 2015.

Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Indonesia secara periodik sangat dipengaruhi oleh situasi krisis ekonomi dunia. Krisis ekonomi/keuangan di negeri Imperialis (AS dan Eropa) diakibatkan oleh over produksi barang-barang teknologi tinggi dari industri di dalam negerinya. Krisis tersebut memicu para kapitalis monopoli untuk meningkatkan pengerikan atau rksploitasi besar-besaran atas sumber daya alam dan manusia di negeri-negeri setengah jajahan dan setengah feudal (negeri dunia ketiga) di Asia dan Afrika.

(2)

Krisis ekonomi dunia era 80 s/d akhir 90-an memicu kebakaran hebat tahun 1997/1998 dan era krisis keuangan dunia era 2003 s/d 2015 memicu kebakaran hutan dan lahan secara rutin setiap tahun.

Pembukaan lahan (land clearing) dengan cara membakar adalah pilihan terbaik bagi tuan tanah besar (monopoli) penguasa Perkebunan Skala Besar Kelapa Sawit dan Hutan Tanaman Industri (HTI) demi menekan biaya operasional. Dengan mengupah orang antara 500 ribu-1 juta untuk membakar maka ratusan bahkan ribuan hektar dapat segera ditanami. Tentu saja ini jauh lebih ekonomis daripada harus mengeluarkan 4-5 juta untuk membuka lahan memakai alat berat tiap hektarnya.

Dampak Bencana Asap bagi Rakyat

Bencana asap telah menyebabkan lumpuhnya semua aktivitas masyarakat secara ekonomi, sosial, budaya, dan terutama kesehatan. Bencana asap yang dilahirkan oleh segelintir tuan tanah besar pemilik kebun dan penguasa hutan telah merenggut nyawa puluhan korban jiwa dan merampas hak jutaan rakyat Indonesia.

Jumlah korban kebakaran tahun 1997/1998 mencapai lebih dari 20 juta rakyat dimana 23.000 diantaranya berada di Kalimantan Tengah. Di saat yang sama dalam skala nasional, 45.000 hektar sawah kekurangan air sehingga gagal panen, 60.000 hektar kebun kopi, karet, coklat, tebu dan sawit milik rakyat terbakar. Pembatalan penerbangan sebanyak 313 rute di Sumatra dan Kalimantan telah merugikan pemilik maskapai sebesar 100 miliar dan menurunkan kunjungan wisata hingga berada di angka 3,7%. (Suratmo,1999)

Bencana asap tahun 2015 ini, telah menyebabkan 503.874 jiwa sakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di 6 provinsi sejak 1 Juli-23 Oktober 2015. Jumlah masing-masing provinsi adalah 80.263 di Riau, 129.229 di Jambi, 101.333 di Sumatera Selatan, 43.477 di Kalimantan Barat, 52.142 di Kalimantan Tengah, dan 97.430 di Kalimantan Selatan.

"Kemungkinan jumlah penderita yang sebenarnya lebih daripada itu karena sebagian masyarakat sakit tidak berobat ke Puskesmas atau rumah sakit. Menurut keterangan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran tertulisnya, Sabtu 24/10/2015 di Jakarta.

(3)

jumlah penduduk.), jutaan siswa usia pendidikan dini, TK hingga Perguruan Tinggi terpaksa libur, dan sektor pertanian pangan lumpuh.

Dalam perkembangannya sejauh ini, minim sekali bentuk tanggungjawab negara atas korban-korban tersebut. Tanggungjawab yang dimaksud diantaranya berupa pemberian kompensasi bagi korban meninggal dunia, pengobatan dan perawatan gratis bagi korban asap, mengganti biaya pertanian akibat gagal panen, menunda pelaksanaan ujian atau menambah waktu pelajaran bagi siswa sekolah, memberikan layanan psikologi gratis bagi anak, dan penyediaan fasilitas pengungsian bagi perempuan dan anak. Seandainya pun ada, sangat lambat dan tidak mampu menjangkau mayoritas rakyat pada umumnya, terutama yang berada diluar perkotaan.

Di satu sisi, tindakan pemerintah Jokowi-JK hanya fokus pada pengendalian kebakaran hutan dan lahan, tidak pernah mengatasi akar penyebab kebakaran hutan dan lahan yang menimbulkan bencana asap. Hal tersebut sekaligus menjawab pertanyaan kita bersama atas tuntutan untuk Penegakan Hukum terhadap Pelaku Pembakaran Hutan dan Lahan yang dilakukan Perusahaan-perusahaan Skala Besar Kelapa Sawit maupun HTI.

Di sisi lain, bentuk penanganan atas korban asap selama ini hanya sekedarnya dan bersifat sementara. Bentuk umumnya adalah pembagian masker dan obat-obatan di beberapa titik tanpa memberi perhatian lebih pada rakyat luas secara umum khusnya di pedasaan yang jauh dari jangkauan. Bencana kabut asap yang terjadi lebih dari dua bulan dan belum dapat diperkirakan kapan berakhirnya tentu saja akan menambah berat beban penderitaan rakyat di tengah kondisi perekonomian yang sedang krisis.

Bencana Asap tahun 2015 di Kalimantan Tengah

Banyak kalangan menilai bahwa bencana asap tahun 2015, skalanya telah melebihi bencana tahun 1997/1998. Hal ini didasarkan atas jumlah luasan lahan yang terbakar serta dampak yang ditimbulkan. Bahkan, sebagian ahli klimatologi berpendapat bahwa bencana asap tahun ini akan bertambah parah karena fenomena El-Nino.

(4)

Titik api tersebut sebagian besar berada di wilayah ijin konsensi. Pada tahun 2015 terdapat 5672 titik api di 532 konsensi perusahaan di Kalimantan Tengah. Pemilik grup besar perkebunan sawit yang terlibat antara lain Wilmar Group, Sinar Mas Grup, BEST Agro International, Genting Grup, KLK group, Harita/BGA group dll, yang mayoritas adalah perusahaan yang berbasis di Singapura dan Malaysia. Data-data tersebut dengan gamblang telah menggambarkan bahwa aktor utama pembakar hutan dan lahan bukanlah masyarakat adat atau kaum tani skala kecil. Tuan tanah besar penguasa kebun sawit, tambang, dan HTI yang mengkonsentrasikan ratusan ribu-jutaan hektar tanah dalam genggaman tangannya adalah pencipta bencana asap selama ini.

Referensi

Dokumen terkait

Rumah sakit umum daerah kabupaten Timor Tengah Selatan adalah pusat pelayanan kesehatan dengan beribu-ribu data pasien dari berbagai jenis penyakit. Oleh kerena

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra. © Ikeu Nurhikmah 2016

Oleh karena itu perencanaan karya mengharapkan akan adanya kegiatan yang serupa di wilayah yang memiliki tingkat obesitas tinggi lainnya, dengan inovasi dalam

Hasil penelitian ini menunjukan (1) gerbang utama gereja Kristen Pniel Blimbingsari merupakan produk tranformasi budaya antara Hindu-Bali dan budaya Kristen karena

Variabel kualitas lingkungan fisik digunakan sebagai variabel pengukur untuk mengetahui sampai sejauh mana faktor lingkungan fisik berpengaruh terhadap kualitas

Hal ini terjadi apabila LDR meningkat berarti terjadi peningkatan total kredit dengan persentase lebih besar dibandingkan dengan persentase peningkatan dari Dana

Selain itu pengaruh kebijakan dan strategi organisasi adalah faktor – faktor lingkungan baik didalam maupun diluar organisasi mengakibatkan ketidakpastian lingkungan

Keunggulan kompetitif itu tidak hanya dalam menciptakan produk dengan desain yang unik, penggunaan teknologi, desain organisasi dan utilitas sumber daya manusia, tetapi