• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN ANALISIS TEKS PROSEDURAL docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBAHASAN ANALISIS TEKS PROSEDURAL docx"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sintaksis cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar itu dan bahasa atau hubungan antarkata dalam tuturan (speech). Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah frasa, klausa dan kalimat, dan wacana.

Untuk keperluan berbahasa sehari-hari yang baik dan benar, baik dalam bahasa lisan maupun tulis, dituntut kemampuan untuk membuat konstruksi kalimat yang baik dan benar pula. Perbedaan ragam lisan dan tulis berhubungan dengan peristiwanya dan berkaitan dengan beberapa upaya yang kita gunakan dalam ujaran. Bahasa yang baik adalah bahasa yang harus mengenai sasarannya tidak selalu perlu beragam baku, sedangkan bahasa yang benar adalah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau dianggap baku. Maka pengetahuan tentang definisi dan jenis-jenis dari satuan sintaksis menjadi sangat penting karena sebuah kalimat yang diujarkan merupakan satuan sintaksis yang terdiri dari satu atau lebih klausa.

Penggunaan bahasa yang baik dan benar pada bahasa tulis misalnya pada teks prosedur. Teks prosedur adalah teks yang di dalamnya berisikan tujuan dan langkah melakukan atau membuat sesuatu. Dengan demikian penulis akan menganalisis teks prosedur dengan menguraikan teks menjadi kalimat, klausa, frasa, dan kata.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan sintaksis? 2. Bagaimanakah satuan-satuan dalam sintaksis? 3. Apakah yang dimaksud dengan teks prosedur? 4. Bagaimana analisis teks prosedur?

1.3 Tujuan

(2)

2. Mengetahui satuan-satuan dalam sintaksis. 3. Mengetahui hakikat teks prosedur.

4. Mengetahui hasil analisis teks prosedur.

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sintaksis

(3)

Sejalan dengan itu, Verhaar (2010: 159) mengungkapkan bahwa sintaksis adalah tatabahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan. Sintaksis berurusan dengan tatabahasa di antara kata-kata di dalam tuturan.

Sintaksis adalah pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar, atau antara satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa. Satuan terkecil dalam bidang ini ialah kata (Kridalaksana, 2011: 223).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulakan bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mempelajari susunan kalimat yang gramatikal.

2.2 Kategori Kata 2.2.1 Verba

Verba adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat; dalam beberapa bahasa lain verba mempunyai ciri morfologis seperti ciri kala, aspek, persona, atau jumlah. Sebagian besar verba mewakili unsur semantis perbuatan, keadaan, atau proses (Kridalaksana, 2011: 254).

Ciri-ciri verba dapat diketahui dengan mengamati (1) perilaku semantis, (2) perilaku sintaksis, dan (3) bentuk morfologisnya. Namun, secara umum verba dapat diidentifikasi dan dibedakan dari kelas kata yang lain, terutama dari adjektiva, karena ciri-ciri berikut.

a. Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti dalam kalimat walaupun dapat juga mepunyai fungsi lain.

Contoh:

(1) Pencuri itu lari.

(2) Mereka sedang belajar di kamar. (3) Bom itu seharusnya tidak meledak.

(4) Orang asing itu tidak akan suka masakan Indonesia.

(4)

b. Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas.

c. Verba, khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks ter- yang berarti ‘paling’. Verba seperti mati atau suka, misalnya, tidak dapat diubah menjadi *termati atau *tersuka.

d. Pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata-kaa yang menyatakan makna kesangatan. Tidak ada bentuk seperti agak belajar, sangat pergi, dan belajar sekali meskipun ada bentuk seperti sangat berbahaya, agak mengecewakan, dan mengharapkan sekali. 2.2.2 Adjektiva

Adjektiva adalah kata yang memberikan keterangan kata yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Adjektiva yang memberikan keterangan terhadap nomina itu berfungsi atributif. Keterangan itu dapat mengungkapkan suatu kualitas atau keanggotaan dalam suatu golongan. Contoh kata pemeri kualitas atau keanggotaan dalam suatu golongan itu ialah kecil, berat, merah, bundar, gaib, dan ganda. Perhatikanlah contoh berikut.

(1) anak kecil beban berat baju merah meja bundar alam gaib pemain ganda

Selanjutnya adjektiva dapat berfungsi sebagai predikat dan adverbial kalimat. Fungsi predikatif dan adverbial itu dapat mengacu kesuatu keadaan. Contoh kata pemeri keadaan ialah mabuk, sakit, dan basah.

(2) Agaknya dia sudah mabuk.

Orang itu sakit dan tidak tertolong lagi. Bajunya basah kena hujan.

Adjektiva juga dicirikan oleh kemungkinannya menyatakan tingkat kualitas dan tingkat bandingan acuan nomina yang diterangkannya. Perbedaan tingkat kualitas ditegaskan dengan pemakaian kata seperti sangat dan agak di samping adjektiva.

(5)

(3) Anak itu sangat kuat. Agak jauh juga rumahnya. 2.2.3 Adverbia

Dilihat dari tatarannya, perlu dibedakan adverbia dengan tataran frasa ari adverbia dalam tataran klausa. Dalam tataran frasa, adverbia adalah kata yang menjelaskan verba, adjektiva, atau advebia lain. Pada contoh berikut terlihat bahwa adverbia sangat menjelaskan verba mencintai, adverbia selalu menjelaskan adjektiva sedih, dan adverbia hampir menjelaskan adverbia selalu.

(1) Ia sangat mencintai istrinya. Ia selalu sedih mendengar lagu itu.

Kami hampir selalu dimarahinya setiap pagi.

Dalam tataran klausa, adverbia mewatasai atau menjelaskan fungsi-fungsi sintaksis. Umumnya kata atau bagian kalimat yang dijelaskan adverbia itu berfungsi sebagai predikat. Fungsi sebagai predikat ini bukan satu-satunya ciri adverbia karena adverbia juga dapat menerasngkan kata atau bagian kalimat yang tidak berfungsi sebagai predikat. Itulah sebabnya ada sejumlah adverbia yang selain dapat menerangkan verba, adjektiva, dan adverbia lain, juga dapat menerangkan nomina dan frasa preposisional. Pronomina dan numeralia dari segi kategori sangat erat kaitannya dengan nomina, maka adverbia pun dapat pula mewatasi atau menjelaskan pronomina dan numeralia, seperti terlihat pada contoh berikut.

(2) Guru sajat tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Ia merokok hampir lima bungkus sehari.

Saya mau bertemu dengan beliau saja.

(6)

2.2.4 Nomina

Nomina, yang sering juga disebut kata benda, dapat dilihat dari tiga segi, yakni segi semantiss, segi sintaksis, dan segi bentuk. Dari segi semantis, kita dapat mengatakan bahwa nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Dengan demikian, kata seperti guru, kucing, meja, dan kebangsaan adalah nomina. Dari segi sintaksisnya, nomina mempunyai ciri tertentu.

a. Dalam kalimat yang predikatnya verba, nomina cenderung menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap. Kata pemerintah dan perkembangan dalam kalimat Pemerintah akan menetapkan perkembangan adalah nomina. Kata pekerjaan dalam kalimat Ayah mencarikan saya pekerjaan adalah nomina.

b. Nomina tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak. Kata pengingkarannya ialah bukan. Untuk mengingkarkan kakimat Ayah saya guru harus dipakai kata bukan; Ayah saya bukan guru.

c. Nomina umumnya dapat diikuti oleh adjektiva, baik secara langsung maupun diantarai oleh kata yang. Dengan demikian, buku dan rumah adalah nomina karena dapat bergabung menjadi buku baru dan rumah mewah atau buku yang baru dan rumah yang mewah.

2.2.5 Pronomina

Jika ditinjau dari segi artinya, pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain. Nomina perawat dapat diacu dnegan nomina dia atau ia. Bentuk –nya pada Meja itu kakinya tiga, mengacu ke kata meja. Jika dilihat dari segi fungsinya dapat dikatakan bahwa pronomina menduduki posisi yang umumnya diduduki oleh nomina, seperti subjek, objek, dan-dalam macam kalimat tertentu-juga predikat. Ciri lain yang dimiliki pronomina ialah bahwa acuannya dapat berpindah-pindah karena bergantung pada siapa yang menjadi pembicara/penulis, siapa yang menjadi pendengar/pembaca, atau siapa/apa yang dibicarakan.

(7)

Pronomina persona adalah pronomina yang dipakai untuk mengacu pada orang. Pronomina persona dapat mengacu pada diri sendiri (pronomina persona pertama), mengacu pada orang yang diajak bicara (pronomina persona kedua), atau mengacu pada orang yang dibicarakan (pronomina persona ketiga).

Pronomina penunjuk adalah dalam bahasa Indonesia, yaitu (1) pronomina penunjuk umum, (2) pronomina penunjuk tempat, dan (3) pronomina penunjuk ihwal.

Pronomina penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai pemarkah pertanyaan. Dari segi maknanya, yang ditanyakan itu dapat mengenai (a) orang, (b) barang, atau (c) pilihan.

2.2.6 Numeralia

Numeralia atau kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya maujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep. Frasa seperti lima hari, setengah abad, orang ketiga, dan beberapa masalah mengandung numeralia, yakni masing-masing lima, setengah, ketiga, dan beberapa.

Pada dasarnya, dalam bahasa Indonesia ada dua macam numeralia: (1) numeralia pokok, yang memberi jawab atas pertanyaan “Berapa?” dan (2) numeralia tingkat yang memberi jawab atas pertanyaan “Yang keberapa?”.

a. Numeralia Pokok

Numeralia pokok adalah bilangan dasar yang menjadi sumber dari bilangan-bilangan yang lain. Numeralia pokok terbagi menjadi numeralia: (1) pokok tentu, (2) kolektif, (3) distributif, (4) pokok tak tentu. Di samping itu, ada (5) numeralia klitika dan (6) numeralia ukuran.

b. Numeralia Tingkat

Numeralia pokok dapat diubah menjadi numeralia tingkat. Cara mengubahnya adalah dengan menambahkan ke- di muka bilangan yang bersangkutan. Khusus untuk bilangan satu dipakai pula istilah pertama.

Contoh:

(8)

kelima kesepuluh

c. Numeralia Pecahan

Tiap bilangan pokok dapat dipecah menjadi bagian yang lebih kecil yang dinamakan numeralia pecahan. Cara membentuk numeralia itu ialah dengan memakai kata per- di antara bilangan pembagi dan penyebut. Dalam bentuk huruf, per- ditempelkan pada bilangan yang mengikutinya. Dalam bentuk angka, dipakai garis yang memisahkan kedua bilangan itu. Lihatlah contoh berikut.

½ - seperdua, setengah, separuh 1/

10 - sepersepuluh 3/

5 - tiga perlima 2.2.7 Kata Tugas

Berbeda dengan kata dalam keempat kelas yang telah dibicarakan itu, kata tugas hanya mempunyai arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Arti suatu kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, melainkan oleh kaitannya dengan kata lain dalam frasa atau kalimat.

Ciri lain dari kata tugas adalah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi dasar untuk membentuk kata lain. Berlainan dengan kelas kata verba, ajektiva, adverbia, dan nomina yang merupakan kelas kata terbuka, kelas kata tugas merupakan kelas yang tertutup. Dalam kelas kata terbuka kita dengan mudah menambah kata dan menerima unsur bahasa lain sebagai kata baru atau padanan kata yang telah ada.

Klasifikasi Kata Tugas

Berdasarkan peranannya dalam frasa atau kalimat, kata tugas dibagi menjadi lima kelompok: (1) preposisi, (2) konjungtor, (3) interjeksi, (4) artikula, dan (5) partikel penegas.

1) Preposisi

(9)

depan preposisi tersebut dengan konstituen di belakangnya. Dalam frasa pergi ke pasar, misalnya preposisi ke menyatakan hubungan makna arah antara pergi dan pasar.

2) Konjungtor

Konjungtor, yang juga dinamakan kata sambung adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa.

Contoh:

a. Toni dan Ali sedang belajar matematika di kamar.

b. Hidup atau mati kita bergantung pada upaya kita sendiri. 3) Interjeksi

Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara. Untuk memperkuat rasa hati seperti rasa kagum, sedih, heran, dan jijik, orang memakai kata tertentu di samping kalimat yang mengandung makna pokok yang dimaksud.

4) Artikula

Artikula adalah kata tugas yang membatasi makna nomina. Dalam bahasa Indonesia ada kelompok artikula: (1) yang bersifat gelar, (2) yang mengacu ke makna kelompok, (3) dan yang menominalkan. 5) Partikel Penegas

Kategori partikel penegas meliputi kata yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada empat macam partikel penegas: -kah, -lah, -tah, dan pun.

2.3 Frasa

Frasa lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal sebagai satuan yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 2012: 222).

Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif. Gabungan itu dapat rapat, dapat renggang, misalnya gunung tinggi adalah frasa karena merupakan konstruksi nonpredikatif (Kridalaksana, 2011: 66).

2.3.1 Jenis-jenis Frasa

(10)

Verba dapat diperluas dengan menambahkan unsur-unsur tertentu, tetapi hasil perluasan ini masih tetap ada pada tataran sintaksis yang sama. Verba datang, misalnya, dapat diperluas menjadi sudah datang atau tidak datang dan kedua bentuk perluasan ini masih berada pada tataran yang sama, yakni tataran frasa. Baik verba maupun verba yang telah diperluas, yang dinamakan frasa verbal, dapat menduduki fingsi yang berbeda-beda dalam kalimat.

Frasa verbal ialah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verbal sebagai intinya, tetapi bentuk ini tidak merupakan klausa. Dengan demikian, frasa verbal mempunyai inti dan kata atau kata-kata yang lan yang mendampinginya. Posisi kata pendamping ini tegar (fixed) sehingga tidak dapat dipindahkan secara bebas ke posisi lain. Perlu ditegaskan bahwa unsur pengisi subjek, objek, dan pelengkap tidak termasuk dalam frasa verbal.

(1) Kesehatannya sudah membaik. (2) Pesawat itu akan mendarat.

(3) Kami boleh menyanyi atau menari.

Konstruksi sudah membaik, akan mendarat, dan menyanyi atau menari adalah frasa verbal.

b. Frasa nominal

Sebuah nomina seperti buku dapat diperluas ke kiri atau ke kanan. Perluasan ke kiri dilakukan dengan meletakkan, misalnya, kata penggolongan teapat di depannya, dan kemudian didahului lagi oleh numeralia. Berikut adalah beberapa contohnya.

Numeralia Penggolong Nomina

dua buah buku

tiap buah mangga

Lima ekor kera

se- orang teman

(11)

Tiga helai kertas

Pada frasa-frasa seperti di atas, yang menjadi inti adalah nomina buku, mangga, kera, teman, telur, dan kertas. Letak pewatasnya tetap; artinya, urutannya tidak dapat diubah: numeralia dahulu, kemudian penggolong. Pewatas yang terletak sebelum ini dinamakan pewatas depan. Jadi, dua buah, tiap buah, lima ekor, seorang, beberapa butir, dan tiga helai adalah pewatas depan.

Jika tidak ada pewatas lain sesudah ini, pewatas depan kadang-kadang ditempatkan pula sesudah sesudah inti.

Contoh:

buku tiga buah

kera tiga ekor

telur beberapa butir

inti dapat pula diperluas ke kanan. Perluasaan ke kanan itu mempunyai bermacam-macam bentuk dengan mengikuti kaidah berikut.

1) Suatu inti dapat diikuti oleh satu nomina lain atau lebih. Rangkaian itu keudia ditutup dengan salah satu pronomina persona dan oleh itu atau ini. Namun, seriap nomina hanya menerangkan nomina sebelumnya.

Pengertian frasa itu dapat dirunut melalui pertanyaan dan jawaban yang berikut.

Itu apa? - buku

Buku apa? - buku sejarah

Sejarah apa? - sejarah kebudayaan Kebudayaan mana? - kebudayaan Indonesia

2) Suatu inti dapat diikuti oleh adjektiva, pronomina atau frasa pemilikan, dan kemudian ditutup dengan pronomina penunnjuk ini atau itu.

(12)

a. baju

3) jika suatu nomina diikuti oleh adjektiva dan tidak ada pewatas lain yang mengikutinya, kata yang dapat disisipkan.

Contoh:

anak malas - orang yang malas anak nakal - anak yang nakal air panas - air yang panas

4) suatu inti dapat diikuti verba tertntu yang pada hakikatnya dapat dipisahkan oleh yang, untuk, dan unsur lain.

Contoh:

ban berjalan = ban yang berjalan

kewajiban bekerja = kewajiban untuk bekerja hak bersuara = hak untuk bersuara

jam bicara = waktu untuk berbicara dan berkonsultasi jam kerja = jam untuk bekerja

ruang tunggu = ruang untuk menunggu

Tidak sebarang verba dapat dipakai dalam konstrujsi semacam itu. 5) Suatu inti dapat pula diluaskan dengan aposisi, yakni frasa nominal

yang mempunyai acuan yang sama dengan nomina yang diterangkannya. Misalnya, frasa Diponegoro, pehlawan kita di abad ke-19, adalah Diponegoro. Struktur frasa aposisi itu sama dengan frasa nomial mana pun yang telah dijelaskan di atas.

Contoh:

Indonesia, negara kami yang sangat kami cintai Suharto, presiden kami yang kedua

Jakarta, kota metropolitan yang berkiauan Dewi, wanita pertama yang pernah kucintai Pancasila, pandangan hidup bangsa Indonesia

6) Suatu ini dapat diperluas dengan pewatas belakang, yakni klausa yang dimulai denga yang.

Contoh:

penduduk yang bermukim di daerah pedalaman candi yang menjulang tinggi ke angkasa

penipu yang kami kejar ke di Jakarta itu pemimpin yang mementingkan dirinya sendiri

(13)

Pronomina dapat juga menjadi frasa dengan mengikuti kaidah

4) Penambahan klausa dengan yang

Tampaknya hanya persona mereka yang dapat dipakai di sini. Contoh:

mereka yang tidak hadir (akan ditegur)

mereka yang menolak reformasi (akan digilas) 5) Penambahan frasa nominal yang berfungsi apositif

(14)

1. Frasa endosentrik koordinaatif, yaitu terdiri atas unsur-unsur yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungan dengan kata penghubung dan atau atau. Frasa endosentrik koordinatif tidak menggunakan konjungsi secara eksplisit. Contoh hilir mudik, tua muda, dan pulang pergi. 2. Frasa endosentrik atributif, yaitu frasa yang terdiri atas

unsur-unsur yang tidak setara karena salah satu unsur-unsurnya adalah unsur pusat. Contoh cat baru, mobil merah, dan celana panjang.

3. Frasa endosentrik apositif, yaitu frasa yang kedua komponennya saling merujuk sesamanya, urutan komponennya dapat dipertukarkan.

Contoh:

i. Pak Ahmad, guru saya, rajin sekali. ii. Sukarno, presiden pertama RI, telah tiada. b. Frasa Eksosentrik

Frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya. Frasa eksosentrik tidak mempunyai usnur yang sama karena hubungan keduanya sangat erat, sehingga kedua unsurnya tidak bisa dipisahkan sebagai pengisi fungsi sintaksis.

Contoh:

Kapal meluncur dengan mulus di laut.

Rama, pengacara terkenal dari Jakarta.

Ibu beranjak ke dapur.

2.4 Klausa

2.4.1 Pengertian Klausa

(15)

berfungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan. Selain fungsi predikat yang harus ada dalam konstruksi klausa ini, fungsi subjek boleh dikatakan bersifat wajib, sedangkan yang lainnya bersifat tak wajib (Chaer, 2012: 231).

Klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat (Kridalaksana, 2011: 124).

2.4.2 Jenis Klausa

1) Berdasarkan Strukturnya

a. Klausa bebas, yaitu klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap sekurang-kurangnya mempunyai subjek dan predikat. Misalnya klausa nenekku masih cantik.

b. Klausa terikat, yaitu klausa yang tidak memiliki struktur yang tidak lengkap. Unsur yang ada dalam klausa ini mungkin hanya subjek saja, mungkin objeknya saja, atau juga hanya berupa keterangan saja.

2) Berdasarkan Kategori

a. Klausa verbal, adalah klausa yang predikatnya berkategori verba. Misalnya, klausa nenek mandi, sapi itu berlari, dan matahari terbit. b. Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya berupa nomina atau

frasa nominal. Misalnya dia dulu dosen linguistik dan pacarnya satpam bank swasta.

c. Klausa ajektifal, yaitu klausa yang predikatnya berkategori ajektiva, baik berupa kata maupun frasa. Misalnya klausa Ibu dosen itu cantik sekali dan bumi ini sangat luas.

d. Klausa adverbial, yaitu klausa yang predikatnya berupa adverbia. Misalnya klausa bandelnya teramat sangat. Dalam bahasa Indonesia klausa adverbial ini tampak sangat terbatas, sejalan dengan jumlah kata atau frasa adverbia yang memang tidak banyak.

2.5 Kalimat

2.5.1 Pengertian Kalimat

(16)

gabungan kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal berupa sebuah klausa bebas yang minimal mengandung satu subjek dan prediket, satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi atau tidak diselingi oleh kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang berupa intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan intonasi kagum. Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:), atau titik koma (;), dan diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!). Adapun ciri- ciri kalimat yaitu:

a. Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. Dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.

b. Sekurang-kurangnya terdiri dari atas subjek dan prediket.

c. Predikat transitif disertai objek, prediket intransitif dapat disertai pelengkap.

d. Mengandung pikiran yang utuh.

e. Mengandung urutan logis, setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi (subjek, prediket, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya.

f. Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas.

g. Dalam paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan.

2.5.2 Struktur Kalimat Dasar

Kalimat dasar adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa, unsur-unsurnya lengkap, susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum, dan tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran. Dalam pemerian kalimat, perlu dibedakan kategori sintaksis, fungsi sintaksis, dan peran semantis unsur-unsur kalimat.

1) Bentuk, Kategori, Fungsi, dan Peran

Untuk kata terdapat antara lain, kategori sebagai berikut.

(17)

Adverbia (Adv) Interjeksi (Interj) Nomina (N) Partikel (Part)

2) Pola Kalimat Dasar

Kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam delapan tipe sebagai berikut.

a. Kalimat Dasar Berpola S P

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan.

b. Kalimat Dasar Berpola S P O

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal.

c. Kalimat Dasar Berpola S P Pel.

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva. Misalnya:

Anaknya / beternak / ayam. S P Pel. d. Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.

Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:

(18)

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:

Mereka / berasal / dari Surabaya. S P K f. Kalimat Dasar Berpola S P O K

Subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.

Selain dengan kategori kata itu, terdapat kategori frasa yang dibedakan berdasarkan unsur utamanya.

a. Frasa Nominal (FN) b. Frasa Preposional (Fprep) Frasa Verbal (FV)

Frasa Adjektival (Fadj) Frasa Adverbial (Fadv)

3) Fungsi Sintaksis Unsur-Unsur Kalimat

Bagian- bagian kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku terdiri dari sekurang-kurangnya atas dua unsur, yakni S dan P. Unsur yang lain (O, Pel, dan Ket) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir. Adapun bagian- bagian kalimat secara rinci yaitu:

a. Subjek

Fungsi subjek merupakan pokok dalam sebuah kalimat. Pokok kalimat itu dibicarakan atau dijelaskan oleh fungsi kalimat lain, yaitu predikat. Ciri-ciri subjek adalah sebagai berikut:

a. Jawaban apa atau siapa,

(19)

d. Dapat diserta kata ini atau itu, e. Dapat disertai pewatas yang,

f. Tidak didahului preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan lain-lain,

g. Tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat diingkarkan dengan kata bukan.

Hubungan subjek dan prediket dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini. Adik bermain.

S P Ibu memasak. S P

b. Predikat

Predikat merupakan unsur yang membicarakan atau menjelaskan pokok kalimat atau subjek. Hubungan predikat dan pokok kalimat dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.

Adik bermain.

S P

Adik adalah pokok kalimat

bermain adalah yang menjelaskan pokok kalimat.

Ibu memasak.

S P

Ibu adalah pokok kalimat

memasak adalah yang menjelaskan pokok kalimat. Prediket mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

(20)

b. Dalam kalimat susun biasa, prediket berada langsung di belakang subjek,

c. Prediket umumnya diisi oleh verba atau frasa verba,

d. Dalam kalimat susun biasa (S-P) prediket berintonasi lebih rendah, e. Prediket merupakan unsur kalimat yang mendapatkan partikel –lah, f. Prediket dapat merupakan jawaban dari pertanyaan apa yang

dilakukan (pokok kalimat) atau bagaimana (pokok kalimat).

c. Objek

Fungsi objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba transitif pengisi predikat dalam kalimat aktif. Objek dapat dikenali dengan melihat verba transitif pengisi predikat yang mendahuluinya seperti yang terlihat pada contoh di bawah ini.

Dosen menerangkan materi.

S P O

menerangkan adalah verba transitif. Ibu menyuapi adik.

S P O

Menyuapi adalah verba transitif.

Objek mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Berupa nomina atau frasa nominal

b. Berada langsung di belakang predikat (yang diisi oleh verba transitif)

c. Dapat diganti enklitik –nya, ku atau –mu

d. Objek dapat menggantikan kedudukan subjek ketika kalimat aktif transitif dipasifkan

d. Pelengkap

(21)

predikat. Kemiripan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada contoh berikut.

Bu Minah berdagang sayur di pasar pagi.

S P pel. ket.

Bu Minah menjual sayur di pasar pagi.

S P O ket.

Pelengkap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Kehadirannya dituntut oleh predikat aktif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks ber dan predikat pasif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks di- atau ter

b. Pelengkap merupakan fungsi kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba dwitransitif pengisi predikat

c. Pelengkap merupakan unsur kalimat yang kehadirannya mengikuti predikat yang diisi oleh verba adalah, ialah, merupakan, dan menjadi

d. Dalam kalimat, jika tidak ada objek, pelengkap terletak langsung di belakang predikat, tetapi kalau predikat diikuti oleh objek, pelengkap berada di belakang objek

e. Pelengkap tidak dapat diganti dengan pronomina –nya

f. Satuan bahasa pengisi pelengkap dalam kalimat aktif tidak mampu menduduki fungsi subjek apabila kalimat aktif itu dijadikan kalimat pasif

e. Keterangan

Keterangan adalah unsur kalimat yang memberikan keterangan kepada seluruh kalimat. Sebagian besar unsur keterangan merupakan unsur tambahan dalam kalimat. Keterangan sebagai unsur tambahan dalam kalimat dapat dilihat pada contoh berikut.

Ibu membeli kue di pasar. S P O Ket. Tempat Ayah menonton TV tadi pagi. S P O Ket. Waktu

(22)

a. Umumnya merupakan keterangan tambahan atau unsur yang tidak wajib dalam kalimat

b. Keterangan dapat berpindah tempat tanpa merusak struktur dan makna kalimat

c. Keterangan diisi oleh adverbia, adjektiva, frasa adverbial, frasa adjektival, dan klausa terikat

Berdasarkan maknanya keterangan dapat dibedakan atas:

i. Keterangan tempat, yaitu keterangan yang mengandung makna tempat. Keterangan tempat diawali oleh preposisi di, ke, dari (di) dalam

ii. Keterangan waktu, yaitu keterangan yang mengandung makna waktu. Keterangan waktu diawali oleh preposisi pada, dalam, se-, sepanjang, selama, sebelum, sesudah. Selain itu ada keterangan waktu yang tidak diawali oleh preposisi, misalnya sekarang, besok, kemarin, nanti.

iii. Keterangan alat, yaitu keterangan yang mengandung makna alat. Keterangan alat diawali oleh preposisi dengan dan tanpa.

iv. Keterangan cara, yaitu keterangan yang berdasarkan relasi antarunsurnya, bermakna cara dalam melakukan kegiatan tertentu. Keterangan cara ditandai oleh preposisi dengan, secara, dengan cara, dengan jalan, tanpa.

v. Keterangan tujuan, yaitu keterangan yang dalam hubungan antar unsurnya mengandung makna tujuan. Keterangan tujuan ditandai oleh preposisi agar, supaya, untuk, bagi, demi.

vi. Keterangan penyerta, yaitu keterangan yang berdasarkan relasi antarunsurnya yang membentuk makna penyerta.

vii. Keterangan perbandingan, yaitu keterangan yang relasi antar unsurnya membentuk makna perbandingan. Keterangan perbandingan ditandai oleh preposisi seperti, bagaikan, laksana.

viii. Keterangan sebab, yaitu keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna sebab. Keterangan sebab dtandai oleh konjungtor sebab dan karena.

(23)

x. Keterangan syarat, yaitu keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna syarat. Keterangan syarat ditandai oleh konjungtor jika dan apabila.

xi. Keterangan pengandaian, yaitu keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna pengandaian. Keterangan pengandaian ditandai oleh konjungtor andaikata, seandainya dan andaikan.

xii. Keterangan atributif, yaitu keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna penjelasan dari suatu nomina.

4) Struktur Analisis Kalimat Berdasarkan Peran

Analisis kalimat berdasarkan peran mengacu pada makna pengisi unsur-unsur fungsional kalimat.

Makna unsur pengisi subjek (s)

a. Menyatakan ‘pelaku’ Seorang gadis membeli empat batang lilin

b. Menyatakan ’alat’ Bus-bus itu mengangkut penumpang

c. Menyatakan’penderita’ Bola itu ditendang oleh adik

Makna unsur pengisi predikat (p)

a. Menyatakan ‘perbuatan’ Ria sedang belajar

b. Menyatakan ‘keberadaan’ Para tamu ada di ruang depan c. Menyatakan ‘pengenal’ Orang itu pegawai bank

Makna unsur pengisi objek (o)

Kemungkinan makna unsure pengisi O (objek penderita), yaitu: a. Menyatakan ‘penderita’Tuti mencuci pakaian

b. Menyatakan ‘tempat’ Para wisatawan mengunjungi candi borobudor c. Menyatakan ‘hasil’Bapak sedang menulis sebuah puisi

Makna unsur pengisi pelengkap (pel)

a. Menyatakan ‘penderita’Mahasiswa itu belajar bahasa Indonesia b. Menyatakan ‘alat’Tentara kita bersenjata bambu runcing

Makna unsur pengisi keterangan (ket)

(24)

2.5.3 Jenis Kalimat

Jenis kalimat dapat ditinjau dari sudut sudut (a) jumlah klausanya, (b) bentuk sintaksisnya, (c) kelengkapan unsurnya, dan (d) susunan subjek dan predikatnya. Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dapat dibagi atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal dapat dibeda-bedakan lagi berdasarkan kategori predikatnya menjadi (1) kalimat berpredikat verbal, (2) kalimat berpredikat adjektival, (3) kalimat berpredikat nominal (termasuk pronominal), (4) kalimat berpredikat numeral, dan (5) kalimat berpredikat frasa preposisional. Kalimat verbal dapat dikelompokkan, berdasarkan kemungkinan kehadiran nomina atau frasa nominal objeknya, atas (i) kalimat taktransitif, (ii) kalimat ekatransitif, dan (iii) kalimat dwitransitif. Kalimat majemuk juga dapat dubagi lagi atas (1) kalimat majemuk setara dan (b) kalimat majemuk bertingkat.

Berdasarkan bentuk kategori sintaksisnya, kalimat lazim dibagi atas (1) kalimat deklaratif atau kalimat berita, (2) kalimat imperative atau kalimat perintah, (3) kalimat interogatif atau kalimat tanya, atau kalimat eksklamatif atau kalimat seruan. Penggolongan kalimat berdasarkan bentuk sintaksisnya itu tidak terkait dengan fungsi pragmatis atau nilai komunikatifnya yakni fungsi pemakaian bahasa yang bertujuan untuk komunikasi. Kalimat interogatif, misalnya, memang lazim digunakan untuk meminta informasi atau untuk bertanya, tetapi dalam konteks wacana tertentu dapat bermakna permintaan.

Dilihat dari segi kelengkapan unsurnya, kalimat dapat dibedakan atas (1) kalimat lengkap atau kalimat major dan (2) kalimat tak lengkap atau kalimat minor. Dari segi susunan subjek dan predikat, kalimat dapat dibedakan atas (1) kalimat biasa dan (2) kalimat inversi.

a. Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Misalnya : (a) Dia akan pergi

(b) Kamu mahasiswa Unnes

(25)

Kamilat yang berpredikat verba dibagi menjadi tiga macam : (1) kalimat taktransitif, (2) kalimat ekatransitif, dan (3) kalimat dwitransitif.

Kalimat tak transitif, yaitu kalimat yang tak berobjek dan tak berpelengkap, hanya memiliki dua unsure fungsi wajib, yakni subjek dan predikat. Contoh: (c) Bu Camat sedang berbelanja

(d) Pak Halim belum datang

Kalimat ekatransitif, yaitu kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap mempunyai tiga unsur wajib, yakni subjek, predikat, dan objek. Dalam kalimat aktif urutan kata dalam kalimat ekatransitif adalah subjek, predikat, dan objek, tentu saja ada unsur tak wajib Contoh:

(e) Pemerintah akan memasok semua kebutuhan lebaran (f) Dia memberangkatkan kereta api itu terlalu cepat

Kalimat dwitransitif, dalam bentuk aktif, verba transitif secara semantis mengungkapkan hubungan tiga maujud. Dalam kalimat dwitransitif maujud itu masing-masing adalah subjek, objek dan pelengkap, contoh:

(g) Ida sedang mencarikan adiknya pekerjaaan

Pada kalimat (g) ada dua nomina yang terletak di belakang verba predikat, kedua nomina itu masing-masing berfungsi sebagai objek dan pelengkap. Objek dalam kalimat aktif berdiri langsung di belakang verba, tanpa preposisi dan dapat dijadikan subjek dalam kalimat pasif.

Kalimat Pasif, yaitu pemasifan dalam bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan dua cara yaitu (1) menggunakan verba prefiks di-, dan (2) menggunakan verba tanpa prefiks di-. Cara yang digunakan dalam penmebtukan kalimat pasif: 1) Cara Pertama

a. Pertukarkanlah S dengan O

b. Gantilah prefiks meng- dengan di- pada P.

c. Tambahkanlah kata oleh di muka unsure yang tadinya S

Pak Toha mengangkat asisten baru Seorang asisten baru diangkat Pak Toha

(26)

a. Pindahkan O ke awal kalimat b. Tinggalkan prefiks meng- pada P.

c. Pindahkan S ke tempat yang tepat sebelum verba

Saya sudah mencuci mobil itu Mobil itu sudah saya cuci

2) Kalimat Berpredikat Adjektival

Predikat kalimat dalam bahasa Indonesia dapat pula berupa adjektiva atau frasa adjektival seperti terlihat pada contoh berikut :

(h) Ayahnya sakit

(i) Pernyataan orang itu benar

3) Kalimat Berpredikat Nominal

Dalam bahasa Indonesia ada macam kalimat yang predikatnya terdiri atas nomina (termasuk pronomina) atau frasa nominal. Dengan demikian, kedua nomina atau frasa nominal yang dijejerkan dapat membentuk kalimat asalkan syarat untuk subjek dan predikatnya terpenuhi. Syarat untuk kedua unsur itu penting karena jika tidak dipenuhi, maka jejeran nomina tadi tidak akan membentuk kalimat. Contoh :

(j) Buku itu cetakan Bandung

4) Kalimat Berpredikat Numeral

Ada pula kalimat yang prredikatnya berupa frasa numeral, contoh: (k) Anaknya banyak

(l) Uangnya hanya sedikit

(27)

Predikat kalimat dalam bahasa Indonesia dapat pula berupa frasa preposisional, contoh :

(m)Ibu sedang ke pasar (n) Mereka ke rumah kemarin

b. Kalimat Dilihat dari Bentuk Sintaksis

Jika dilihat dari bentuk sintaksisnya, kalimat dapat dibagi atas (1) kalimat deklaratif, (2) kalimat interogatif, (3) kalimat imperatif, dan (4) kalimat eksklamatif.

1) Kalimat Deklaratif

Kalimat deklaratif juga dikenal sebagai kalimat berita, dalam pemakaian bahasa bentuk kalimat deklaratif umumnya digunakan oleh pembicara atau penulis untuk membuat pernyataan sehingga isinya merupakan berita bagi pendengar atau pembacanya. Kalimat berita dapat berupa bentuk kalimat apa saja asalkan isinya merupakan pemberitaan. Contoh :

(o) Tadi pagi ada tabrakan mobil di dekat Monas (p) Saya lihat ada bus masuk Ciliwug tadi pagi

2) Kalimat Imperatif

Perintah atau suruhan dan permintaan jika ditinjau dari isinya, dapat diperinci menjadi enam golongan: Perintah atau suruhan jika pembicara menyuruh lawan bicaranya, Perintah halus, Permohonan, Ajakan, Larangan atau perintah negatif, dan Pembiaran.

Kalimat imperatif taktransitif, yaitu kalimat yang dibentuk dari kalimat deklaratif (taktransitif) yang dapat berpredikat dasar, frasa adjektival, dan frasa verbal yang berprefiks ber- atau meng- ataupun frasa preposisional. Contoh: (q) Engkau masuk!

(r) Tenang!

(28)

dapat dianggap berbentuk pasif adalah kenyataan bahwa lawan bicara yang dalam kalimat deklaratif berfungsi sebagai subjek pelaku menjadi pelengkap pelaku, sedangkan objek sasaran dalam kalimat deklaratif menjadi subjek sasarandalam kalimat imperative, contoh:

(s) Carilah pekerjaan apa saja! (t) Belikanlah adikmu sepatu baru!

Kalimat imperatif halus, yaitu sejumlah kata yang digunakan untuk menghaluskan isi kalimat imperative, seperti kata tolong, coba, silakan, sudilah, dan kiranya. Contoh :

(u) Tolong kirimkan kontrak ini. (v) Silakan ke situ dulu.

Kalimat imperatif permintaan, kalimat yang dapat digunakan untuk mengungkapkan permintaan, kalimat seperti itu ditandai dengan kata mohon atau minta. Subjek pelaku kalimat imperatif permintaan adalah pembicara yang sering tidak dimunculkan, contoh:

(w) Minta perhatian, Saudara-saudara! (x) Mohon diterima dengan baik.

Kalimat imperatif ajakan dan harapan, yaitu kalimat imperatif, ajakan dan harapan tergolong kalimat yang biasanya didahului kata ayo(lah), mari(lah), harap, dan hendaknya. Contoh:

(y) Ayolah masuk! (z) Mari kita makan.

Kalimat imperatif larangan, yaitu kalimat imperatif dapat bersifat larangan dengan adanya jangan(lah), contoh:

(aa) Jangan berangkat hari ini.

(bb) Janganlah kau hiraukan tuduhannya.

(29)

3) Kalimat Interogatif

Kalimat interogatif juga dikenal dengan nama kalimat Tanya, secara formal ditandai oleh kehadiran kata Tanya seperti apa, siapa, berapa, kapan, dan bagaimana. Contoh :

(dd) Apa dia istri Pak Ahmad?

4) Kalimat Eksklamatif

Kalimat eksklamatif juga dikenal sebagai kalimat seru, secara formal ditandai dengan alangkah, betapa, atau bukan main. Kalimat eksklamatif juga disebut sebagai kalimat interjeksi biasa dinyatakan untuk menyebut kekaguman atau heran.

c. Kalimat Tak Lengkap

Kalimat tak lengkap atau kalimat minor adalah kalimat yang tidak ada subjek atau unsure predikatnya. Hal tersebut biasa terjadi di dalam wacana karena unsur yang tidak muncul itu sudah diketaui pada kalimat sebelumnya.

(ee) Amir : Kamu tinggal di mana, Min? Amin : Di kampung Melayu.

Bentuk Di kampung Melayu sebenarnya merupakan bagian dari bentuk kalimat lengkap Saya tinggal di kampung Melayu.

d. Kalimat Inversi

Urutan fungsi dalam bahasa Indonesia boleh dikatakan mengikuti pola: (a) subjek, (b) predikat, (c) objek (jika ada), dan (d) pelengkap (jika ada). Kalimat inversi yakni kalimat yang urutannya terbalik, umumnya mensyaratkan subjek yang tak terdefinit. Akan tetapi ada satu pola kalimat dalam bahasa Indonesia yang predikatnya selalu mendahului subjek.

(ff) Ada Tamu, pak.

(30)

Pengertian prosedur berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas; metode langkah demi langkah secara pasti dl memecahkan suatu masalah. Sedangkan teks berarti wacana tulis.

Sedangkan menuru Muhammad Ali (2000 : 325) “Prosedur adalah tata cara kerja atau cara menjalankan suatu pekerjaan”.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Teks prosedur adalah suatu bentuk teks yang berisi langkah-langkah atau tahapan tahapan yang harus dipenuhi dalam melakukan suatu kegiatan agar kegiatan tersebut berjalan dengan lancar dan tanpa hambatan secara teratur yang bisa membuat kegiatan yang dilakukan menjadi terhambat bahkan sampai gagal. Terdapat banyak kegiatan disekitar kita yang harus dilakukan menurut prosedur. Jika kita tidak mengikuti prosedur itu,tujuan yang diharapkan tidak tercapai dan kita dapat dikatakan sebagai orang yang tidak mengetahui aturan. Tetapi langkah-langkah tersebut tidak dapat di balik-balik. Teks prosedur juga dibagi menjadi teks prosedur sederhana dan teks prosedur kompleks. Teks prosedur sederhana yaitu teks yang berisi langkah-langkah yang singkat dan biasanya kurang dimengerti oleh pembaca. Sedangkan teks prosedur kompleks adalah teks yang berisi langkah-langkah yang lengkap dan terarah sehingga dapat dengan mudah untuk dimengerti oleh si pembaca.

2.6.1 Struktur Teks Prosedur

Suatu teks prosedur ditata dengan struktur yaitu:

a. Tujuan

Berisi tujuan dari penulisan suatu teks prosedur yang dibuat dan berupa hasi akhir yang akan dicapai dari pembuatan teks prosedur tersebut, sehingga pembaca semakin tertarik dan semakin mengerti dengan membaca teks prosedur tersebut.

b. Langkah-langkah

(31)

c. Konjungsi

Konjungsi atau kata penghubung adalah kata atau ungkapan yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat : kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat.

2.6.2 Bagian-bagian Teks Prosedur

Bagian-bagian teks prosedur adalah sebagai berikut: a. Isi teks mengandung kalimat perintah atau imperatif.

b. Berisi langkah-langkah, pembuatan, proses atau cara untuk membuat dan menggunakan sesuatu.

c. Memiliki tujuan dari prosedur yang dilakukan yakni agar pembaca mudah memahami dan mudah menerapkan.

d. Memaparkan alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan langkah-langkah yang terdapat dalam teks prosedur tersebut.

(32)

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Teks Prosedural

Tahapan Menjadi Anggota Kopma Unila

Koperasi Mahasiswa (Kopma) Unila adalah organisasi yang bergerak di bidang koperasi dan kewirausahaan. Organisasi dapat berjalan dengan baik jika memiliki anggota yang berkualitas. Kopma Unila melakukan seleksi terhadap calon anggota dengan syarat mengikuti tahapan berikut.

1. Tahap awal, calon anggota harus melakukan registrasi. Registrasi tersebut berupa pengisian data diri dan biaya pendaftaran sejumlah Rp15.000,00.

2. Calon anggota akan mengikuti tes wawancara di hari berikutnya.

3. Bagi calon anggota yang lulus seleksi akan mengikuti tahap selanjutnya, yaitu praktik lapangan. Praktik lapangan tersebut meliputi kegiatan menjual produk yang telah ditentukan bahan dasarnya.

4. Calon anggota mempresentasikan hasil praktik lapangan dan laporan keuangan.

5. Tahap akhir, yaitu tahap penyelesaian seleksi menjadi calon anggota Kopma Unila. Calon anggota harus mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar Kopma Unila.

(33)

Berikut ini akan disajikan hasil pembahasan tentang analisis teks prosedural sesuai struktur sintaksis, antara lain fungsi, kategori, dan peran sintaksis.

Bentuk Calon anggota akan mengikut tes

wawancara di hari berikutnya.

Kategori FN FV FN FP

Fungsi S P O Ket.

Peran pelaku perbuatan penderita waktu

Bentuk Calon

anggota mempresentasikan hasil lapangan dan laporan keuangan.

Kategori N V FN

Fungsi S P O

Peran pelaku perbuatan penderita

Bentuk Calon anggota harus mengikut pendidikan dan pelathan dasar Kopma Unila.

Kategori FN FV FN

Fungsi S P O

Peran pelaku perbuatan penderita

3.3 Analisis Satuan Sintaksis pada Teks Prosedural

Berikut ini akan disajikan hasil pembahasan tentang analisis teks prosedural sesuai dengan satuan sintaksis, antara lain kata, frasa, klausa, dan kalimat.

3.3.1 Analisis Kategori Kata

Berikut adalah kategori kata yang ada dalan teks observasi yang telah disusun.

Nomina Verba Adjektiv

kopma adalah (vk) baik harus untuk Rp15.000,00

(34)
(35)

No. Frasa Nomina Frasa verba Frasa Preposisional

1. koperasi mahasiswa untuk memilih di bidang

2. calon anggota dapat berjalan

3. tahap awal syarat mengikuti

4. biaya pendaftaran harus melakukan

5. praktik lapangan akan mengikuti

6. tahap akhir harus mengikuti

3.2.3 Analisis Klausa

3.2.3.1 Berdasarkan Kategori dan Tipe Kata yang Menduduki Fungsi P

A. Klausa Nominal

(1) bagi calon anggota yang lulus seleksi

S P

Ket: ‘seleksi’ sebagai nominal menduduki posisi predikat B. Klausa Verbal

o rganisasi dapat berjalan dengan baik

S P

(36)

3.2.4 Analisis Kalimat

3.2.4.1 Berdasarkan Jumlah Klausa

A. Kalimat Tunggal

(1) Calon anggota akan mengikuti tes wawancara di hari berikutnya. (2) Calon anggota mempresentasikan hasil lapangan dan laporan

keuangan.

(3) Calon anggota harus megikuti pendidikan dan pelatihan dasar Kopma Unila.

Kalimat di atas termasuk kalimat tunggal karena terdiri atas satu klausa, berarti hanya ada satu P di dalam kalimat tunggal. Dalam kalimat tunggal tentu saja terdapat semua unsur wajib yang diperlukan. Di samping itu, tidak mustahil ada pula unsur manasuka seperti keterangan tempat, waktu, dan alat. Dengan demikian, kalimat tunggal tidak selalu dalam wujud yang pendek, tetapi juga dapat panjang seperti kalimat di atas (Finoza, 2013: 176 dan Alwi, dkk., 2003: 338).

3.2.4.2 Berdasarkan Kelengkapan Unsurnya

A. Kalimat Lengkap

(1) Tahap awal, calon anggota harus melakukan registrasi.

(2) Calon anggota akan mengikuti tes wawancara di hari berikutnya.

(3) Calon anggota mempresentasikan hasil lapangan dan laporan keuangan.

(4) Calon anggota harus megikuti pendidikan dan pelatihan dasar Kopma Unila.

(37)

3.2.4.3 Berdasarkan Susunan Subjek dan Predikatnya

A. Kalimat Versi

(1) Tahap awal, calon anggota harus melakukan registrasi.

(2) Calon anggota akan mengikuti tes wawancara di hari berikutnya.

(3) Calon anggota mempresentasikan hasil lapangan dan laporan keuangan.

(4) Calon anggota harus megikuti pendidikan dan pelatihan dasar Kopma Unila.

(38)

BAB IV prosedur tersusun atas struktur agar teks tersebut bisa dimengerti oleh si pembaca. Adapun struktur yang menyusun suatu teks prosedur yaitu: tujuan, langkah-langkah, konjungsi, dan keterangan waktu. Suatu teks prosedur juga memiliki ciri-ciri sehingga dapat mudah dibedakan atau dikenali dari jenis teks lainnya yaitu partisipan manusia, verba material, verba tingkah laku, konjungsi temporal, konjungsi jika, apabila dan seandainya, kalimat imperiatif, kalimat deklaratif dan kalimat introgatif.

Sintaksis membicarakan kata dengan hubungannya dengan kata lain, atau unsur-unsur lain dalam suatu ujaran. Hal itu sesuai dengan asal-usul kata sintaksis itu sendiri, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan. Jadi, secara etimologi istilah itu berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat (Chaer, 2012: 206).

Teks prosedural merupakan teks berisikan susunan kata-kata manjadi kalimat dan membentuk wacana yang berisikan langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam melakukan suatu kegiatan sehingga memiliki hubungan dengan sintaksis sebagai ilmu yang menganalisis susunan satu kata dengan kata yang lain.

Teks prosedural yang telah di analisis kelompok dalam makalah ini menghasilkan banyak sekali hubungannya dengan sintaksis. Dimulai dari kategori kata yang terdapat dalam teks prosedural, yaitu nomina, verba, adjektiva, adverbial, preposisi, konjungsi, dan numeralia. Selanjutnya, fungsi sintaksis seperti S, P, O, K, Pel. juga bervariasi susunannya di dalam teks prosedural. Beberapa kalimat terdiri atas S-P-Pel dan S-P-O-K.

(39)

nominal, klausa numeralia. Pada teks prosedural juga dianalisis kalimat berdasarkan jumlah klausa yang menjadi jenis kalimat, yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk.

4.2 Saran

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Badudu, J.S. dan Zaid, S.M. (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Pustaka Sinar Harapan.

Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta Pengertian Teks Prosedural

Referensi

Dokumen terkait

6 I Nyoman Adi Tiaga, S.Sn, M.Sn I Kadek Dwi Noorwatha, S.Sn, M.Ds Studi Jenis dan Struktur Konstruksi pada Kerajinan Mebel Bambu di Desa Belega, Gianyar, Bali Interior FSRD

Percobaan pengaruh temperatur terhadap sifat-sifat fisik lumpur ini dilakukan pada temperatur 80°F, 110°F, 140°F, 170°F dan 200°F dimana pada masing-masing lumpur dilakukan

2 I WAYAN ADNYANAS.Sn., M.Sn Modal sosial Institusional Pita Maha (Praktik Sosial Pelukis Bali 1930-an) Seni Murni FSRD DISERTASI DOKTOR 50,000,000 PUSAT.. 3 Drs.I WAYAN MUDANA,

Hambatan yang terjadi pada saat pemboran dengan menggunakan lumpur Smooth Fluid 05 diantaranya adalah shale reaktif dan hilang lumpur maka dari itu dilakukan evaluasi dari segi

Tri Bhanga Dalam Nuansa Monochromatik Seni Murni FSRD PENCIPTAAN 19,000,000 DIPA DATA USULAN PROPOSAL PENELITIAN TAHUN 2013 DI DANAI TAHUN 2013. FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

Dari hasil yang diperoleh dapat dikatakan bahwa kedua ekstrak dengan dosis tunggal memiliki potensiasi yang sama dalam menurunkan kadar asam urat mencit putih

Pb-Free (RoHS): TI's terms "Lead-Free" or "Pb-Free" mean semiconductor products that are compatible with the current RoHS requirements for all 6 substances,

Tujuan dari Memorandum Saling Pengertian (MSP) ini adalah untuk meningkatkan kerj a sama antara Para Pihak, melalui pertukaran informasi dan kegiatan lain yang berkaitan,