• Tidak ada hasil yang ditemukan

BODY MEKANIK DAN MOBILISASI jenis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BODY MEKANIK DAN MOBILISASI jenis"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BODY MEKANIK DAN MOBILISASI

A. Pengertian Body Mekanik

Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan aman untuk menghasilkan pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas. Istilah body mekanik pada umumnya digunakan untuk menggambarkan efesiensi pergerakan tubuh seseorng yang digunakan untuk memindahkan tubuh orang lain atau benda. Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.

Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :  Body Aligement (Postur Tubuh)

Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain.

 Balance / Keseimbangan

Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of support.

 Koordinated Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)

Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf. Tujuan Mobilisasi

• Memenuhi kebutuhan dasar manusia • Mencegah terjadinya trauma

• Mempertahankan tingkat kesehatan

• Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari - hari • Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh

B. Prinsip-prinsip Body Mekanik

Mekanika tubuh penting bagi perawat dan klien. Hal ini mempengaruhi tingkat kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk mendukung kesehatan dan mencegah kecacatan yang terjadi pada pasien atau penderita. Perawat menggunakan berbagai kelompok otot untuk setiap aktivitas keperawatan, seperti berjalan selama ronde keperawatan, memberikan obat, mengangkat dan memindahkan klien, dan menggerakan objek. Gaya fisik dari berat dan friksi dapat mempengaruhi pergerakan tubuh. Jika digunakan dengan benar, kekuatan ini dapat meningkatkan efisiensi perawat. Penggunaan yang tidak benar dapat mengganggu kemampuan perawat unuk mengangkat, memindahkan, dan mengubah posisi klien. Perawat juga mengganbungkan pengetahuan tentang pengaruh fisiologis dan patologis pada mobilisasi dan kesejajaran tubuh.

(2)

Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam melakukann mekanika tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi:

 Pusat gravitasi ( center of gravitasi ), titik yang berada dipertengahan tubuh

 Garis gravitasi ( Line Of gravitasi ), merupakan garis imaginer vertikal melalui pusat gravitasi.

 Dasar tumpuan ( base of suport ), merupakan dasar tempat seseorang dalam keadaan istirahat untuk menopang atau menahan tubuh

 Keseimbangan

Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara mempertahankan posisi garis gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar tumpuan.

 Berat

Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat dipehatikan adalah berat atau bobot benda yang akan diangkat karena berat benda akan mempengaruhi mekanika tubuh.

Pergerakan Dasar Dalam Mekanika Tubuh.

Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di antaranya :

 Gerakan ( ambulating ).Gerakan yang benar dapat membantu keseimbangan tubuh. Sebagai contoh, keseimbangan pada saat orang berdiri dan saat orang berjalan kaki berbeda. Orang berdiri akan lebih mudah stabil dibanding dengan orang yang berjalan, karena pada posisi berjalan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain dan pusat gravitasi selalu berubah pada posisi kaki. Pada saat berjalan terdapat dua fase yaitu fase menahan berat dan fase mengayun, yang akan menghasilkan gerakan halus dan berirama.

 Menahan ( squating ).Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah. Sebagai contoh, posisi orang yang duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok dan tentunya juga berbeda dengan posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam menahan. Dalam menahan sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan memudahkan gerakan yang akan dilakukan.

(3)

tangan dan lengan atas di bawah pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan pergelangan kaki ditekuk lalu lakukan penarikan.

 Mengangkat ( lifting ).Mengangkat merupakan cara pergerakan daya tarik. Gunakan otot – otot besar dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawah, perut dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian belakang.

 Memutar ( pivoting ).Memutar merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu pada tulang belakang. Gerakan memutar yang baik memperhatikan ketiga unsur gravitasi dalam pergerakan agar tidak memberi pengaruh buruk pada postur tubuh

C. Faktor Yang Mempengaruhi Body Mekanik Dan Ambulasi a. Status kesehatan.

Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit, berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari – hari dan lain – lainnya. b. Nutrisi.

Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan terjadinya penyakit. sebagai contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih mudah mengalami fraktur.

c. Emosi.

Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan ambulansi yang baik, seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan harga diri rendah. Akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi.

d. Situasi dan Kebiasaan.

Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseoarang misalnya, sering mengankat benda-benda berat, akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.

e. Gaya Hidup.

Gaya hidup, perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat menganggu koordinasi antara sistem muskulusletal dan neurologi, yang akhirnya akan mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.

f. Pengetahuan.

(4)

D. Akibat Body Mekanik Yang Buruk

Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang salah adalah sbb :

1. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem muskulusletal.

2. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.

E. Pengaturan Posisi Berbaring Pasien.

Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas (pengankutan Penderita) disesuaikan dengan tingkat gangguan seperti :

a. Posisi Fowler

Adalah posisi setengah duduk atau duduk dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernafasan pasien. Cara :

 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan  Dudukkan pasien

 Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk posisi semi fowler (30-45’) dan untuk fowler (90’)

 Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk b. Posisi Sim

Adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisis ini dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberi obat per anus ( supositoria). Cara :

 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

 Pasien dalam keadaaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.  Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan di atas tempat

tidur.

 Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.

 Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri di atas tempat tidur.

(5)

Pada posisi ini pasien berbaring ditempat tidur dengan bagian kepala lebiih rendah dari bagian kaki. Posisi ini digunakan untuk melancarkan peredarahan darah ke otak. Cara :  Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

 Pasien dalam keadaaan berbaring telentang, letakkan bantal diantara kepala dan ujung tempat tidur pasien, dan berikan bantal dibawah lipatan lutut.

 Berikan balok penonpang pada bagia kaki tempat tidur atau atur tempat tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki.

d. Posisi dorsal recumbent

Pada posisi ini pasien berbaring telentan gdengan kedua lutut fleksi (ditarik atau direnggangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genitalia serta pada proses persalinan. Cara :

 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

 Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah dibuka

 Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat tidur, dan renggangkan kedua kaki

 Pasang selimut e. Posisi litotomi

Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukakn untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan pemasangan alat kontrasepsi. Cara :

 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

 Pasien dalam keadaaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua pahanya dan tarik ke arah perut

 Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha

 Letakkan bagian lutut atau kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi litotomi  Pasang selimut

f. Posisi Genu Pektoral

Posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid.

(6)

Tujuan :

a. Untuk klien post operasi dengan menggunakan anastesi spinal.

b. Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang tidak tepat. Peralatan :

a. Tempat tidur b. Bantal angin c. Gulungan handuk d. Footboard

e. Sarung tangan (bila diperlukan) Prosedur kerja

1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.

2. Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat.

3. Letakkan bantal dibawah kepala, leher dan bahu klien. Mempertahankan body alignment yang benar dan mencegah kontraktur fleksi pada vertebra cervical.

4. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal, jika ada celah disana. Bantal akan menyangga kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal.

5. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan dari adanya hiperektensi lutut dan tekanan pada tumit.

6. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mempertahankan telapak kaki dorsofleksi, mengurangi resiko foot-droop.

7. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralise pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diberikan pada lengan atas karena dapat menyebabkan fleksi bahu.

8. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

9. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan h. Posisi Orthopneu

Posisi orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana klien duduk di bed atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang diatas bed.

Tujuan :

a. Untuk membantu mengatasi masalah pernafasan dengan memberikan ekspansi dada yang maksimal

b. Membantu klien yang mengalami masalah ekhalasi Peralatan :

(7)

3. Gulungan handuk 4. Footboard

5. Sarung tangan (bila diperlukan) Prosedur kerja :

1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.

2. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien merosot kebawah saat kepala dinaikkan.

3. Naikkan kepala bed 90

4. Letakkan bantal kecil diatas meja yang menyilang diatas bed.

5. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari adanya hiperekstensi lulut dan tekanan pada tumit.

6. Pastikan tidak ada tekanan pada area popliteal dan lulut dalam keadaan fleksi. Mencegah terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi lutut membantu klien supaya tidak melorot kebawah.

7. Letakkan gulungan handuk dibawah masing-masing paha. Mencegah eksternal rotasi pada pinggul.

8. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mencegah plantar fleksi. 9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

10. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan i. Posisi Pronasi (telungkup)

Posisi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring diatas abdomen dengan kepala menoleh kesamping.

Tujuan :

1. Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut. 2. Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.

3. Memberikan drainase pada mulut sehingga berguna bagi klien post operasi mulut atau tenggorokan.

1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.

(8)

3. Gulingkan klien dengan lengan diposisikan dekat dengan tubuhnya dengan siku lurus dan tangan diatas pahanya. Posisikan tengkurap ditengah tempat tidur yang datar. Memberikan posisi pada klien sehingga kelurusan tubuh dapat dipertahankan.

4. Putar kepala klien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Bila banyak drainase dari mulut, mungkin pemberian bantal dikontra indikasikan. Menurunkan fleksi atau hiperektensi vertebra cervical.

5. Letakkan bantal kecil dibawah abdomen pada area antara diafragma (atau payudara pada wanita) dan illiac crest. Hal ini mengurangi tekanan pada payudara pada beberapa klien wanita, menurunkan hiperekstensi vertebra lumbal, dan memperbaiki pernafasan dengan menurunkan tekanan diafragma karena kasur.

6. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai lutut sampai dengan tumit. Mengurangi plantar fleksi, memberikan fleksi lutut sehingga memberikan kenyamanan dan mencegah tekanan yang berlebihan pada patella.

7. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan serta mencegah tekanan yang berlebihan pada patella.

8. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diletakkan dibawah lengan atas karena dapat menyebabkan terjadinya fleksi bahu.

9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

10. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan j. Posisi lateral (side lying)

Posisi lateral adalah posisi dimana klien berbaring diatas salah satu sisi bagian tubuh dengan kepala menoleh kesamping.

Tujuan :

1. Mengurangi lordosis dan meningkatkan aligment punggung yang baik 2. Baik untuk posisi tidur dan istirahat

3. Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit. Peralatan :

(9)

2. Baringkan klien terlentang ditengah tempat tidur. Memberikan kemudahan akses bagi klien dan menghilangkan pengubahan posisi klien tanpa melawan gaya gravitasi.

3. Gulingkan klien hingga pada posisi miring. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat 4. Letakkan bantal dibawah kepala dan leher klien. Mempertahankan body aligment,

mencegah fleksi lateral dan ketidaknyamanan pada otot-otot leher.

5. Fleksikan bahu bawah dan posisikan ke depan sehingga tubuh tidak menopang pada bahu tersebut. Mencegah berat badan klien tertahan langsung pada sendi bahu.

6. Letakkan bantal dibawah lengan atas. Mencegah internal rotasi dan adduksi dari bahu serta penekanan pada dada.

7. Letakkan bantal dibawah paha dan kaki atas sehingga ekstremitas berfungsi secara paralel dengan permukaan bed. Mencegah internal rotasi dari paha dan adduksi kaki. Mencegah penekanan secara langsung dari kaki atas terhadap kaki bawah.

8. Letakkan bantal, guling dibelakang punggung klien untuk menstabilkan posisi. Memperlancar kesejajaran vertebra. Juga menjaga klien dari terguling ke belakang dan mencegah rotasi tulang belakang.

9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

10.Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

F. Latihan Mobilisasi Pada Klien Fraktur

Fraktur adalah terputusnya hubungan/kontinuitas struktur tulang atau tulang rawan bisa komplet atau inkomplet

Kondisi fraktur akan mendapat tindakan medis sesuai tingkatan keparahan. Fraktur yang memerlukan tindakan pembedahan, memerlukan pedoman latihan mobilisasi sesuai dengan pedoman pada pasien post pembedahan pada poin 1.

Pada fraktur yang penyembuhannya tanpa tindakan invasif, misalnnya cukup dilakukan imobilisasi seperti dengan gips atau bidai, perlu diawasi kondisi vaskularisasi di area distal dari fraktur. Mobilisasi pasif pada persendian di area distal atau proksimal dari fraktur perlu dilakukan untuk mencegah kontraktur. Mobilisasi aktif dilakukan bertahap ketika kekuatan otot dan tulang sudah adekuat. Biasanya pada orang dewasa, penyatuan tulang ekstremitas atas terjadi dalam 2 bulan, dan pada ekstremitas bawah dalam 4-6 bulan. Tapi untuk memastikan apakah telah terjadi penyatuan tulang, perlu dilakukan rontgen. Mobilisasi aktif dilakukan dengan menggerakkan area fraktur, kemudian bertahap dilakukan untuk Activity Daily Living sesuai kekuatan area fraktur.

(10)

Pemulihan motorik ialah kembalinya fungsi motorik yang disebabkan oleh pemulihan sistem saraf pada daerah otak yang terkena.Pemulihan motorik sangat bervariasi, banyak diantara mereka yang mengalami pemulihan lengkap (recovery completely) namun tidak sedikit pula yang harus berlatih keras guna memperoleh kembali kemampuan fungsionalnya atau bahkan banyak diantaranya harus menjalani kehidupannya dengan beberapa disabilitas.

Pemulihan motorik terjadi melalui dua mekanisme utama yaitu

(1) resolusi dari faktor – faktor lokal yang merusak dan ini biasanya merupakan pemulihan spontan yang umumnya berlangsung antara 3 sampai dengan 6 bulan. Bahkan proses ini bisa hanya dalam beberapa hari sampai beberapa minggu, proses ini meliputi pengurangan oedem lokal, perbaikan sirkulasi darah lokal dan penyerapan jaringan yang rusak

(2) Neuroplastisitas yang terjadi pada stadium lanjut, penderita stroke mempunyai hubungan bermakna terhadap reorganisasi yang disebut “Neural Plasticity” dalam proses perbaikan sistem sarafnya. penyembuhan saraf penderita stroke harus ditangani secara menyeluruh sejak fase awal hingga fase penyembuhan salah satu pendekatannya adalah pendekatan fisik (physical therapy), seperti latihan mobilisasi. ( Purbo kuntono, 1997)

Maka perbaikan fungsi pada penderita post stroke dapat dilakukan melalui dua cara : (1) Latihan gerak atau mobilisasi dini untuk mempengaruhi fasilitas dan mendidik kembali fungsi otot terhadap sisi anggota yang lesi

(2) Latihan untuk mempengaruhi gerak kompensasi sebagai pengganti daerah yang lesi.

Pada fase penyembuhan ini latihan sangat berpengaruh dalam derajat maupun kecepatan perbaikan fungsi. Mobilisasi pasien stroke dapat dilakukan dengan :

(1) latihan pasif yaitu anggota gerak klien digerakkan oleh orang lain untuk merangsang aliran darah dan merangsang kontraksi otot

(2) latihan aktif yaitu klien mencoba menggerakkan tubuhnya sendiri

(11)

DAFTAR PUSTAKA

(12)

Aris, Dede. 2014. Body Mekanik dan Posisi. Diakses dari: http://dedearis.blogspot.com/2014/04/task-4-makalah-body-mekanik-posisi.html. diakses pada tanggal 7 November 2014.

Referensi

Dokumen terkait

umumnya didefinisikan sebagai kemampuan mengubah arah secara efektif dan cepat sesuai dengan situasi yang dihadapi dan Kelincahan adalah kemampuan tubuh atau bagian

Dari hasil survei awal yang dilaku- kan peneliti melalui metode wawan- cara pada peserta Jamkesda, ada beberapa masalah tentang pengeta- huan peserta pengguna Jamkesda

Fakta tersebut memperkuat teori heliosentris dari Nicolas Copernicus (1473-1543), yaitu matahari sebagai pusat alam semesta.Para ilmuwan juga menemukan

Berdasarkan alasan tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang bagaimana kadar asam lemak bebas pada minyak goreng yang dipakai berulang, berapa

"ementara itu* dalam hal &en%aluran =akat* tidak selaman%a =akat disalurkan dalam $entuk konsumtif %ang sekali &akai dan /e&at ha$is+ ;akat $isa di$erikan dalam

Delegasi Indonesia telah berpartisipasi sangat aktif dalam rangkaian Sidang Pleno APA ke-8 yang diselenggarakan di Phnom Penh, Kamboja pada tanggal 7-12 Desember 2015,

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi, walaupun kecil, yang tidak hanya akan bermanfaat untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan mengenai studi Ilmu