• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUDIDAYA KERAPU YANG RAMAH LINGKUNGAN SI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BUDIDAYA KERAPU YANG RAMAH LINGKUNGAN SI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BUDIDAYA KERAPU YANG RAMAH

LINGKUNGAN SISTEM KJA ( KARAMBA JARING

APUNG)

Oleh :

MADE KRISANDRA DEWANTARA

NRP. 49125110473

PROGRAM DIPLOMA IV

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN

JURUSAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN

SEKOLAH TINGGI PERIKANAN JAKARTA

(2)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan kerapu digolongkan dalam komoditas terpenting dan telah banyak informasi berbagai aspek dalam pemilihannya sebagai komoditas budidaya. Dari jenis-jenis ikan kerapu, ikan kerapu macan memiliki kelebihan dibandingkan ikan kerapu jenis lain. Ikan ini bernilai ekonomis tinggi karena mempunyai daging yang lezat, bergizi tinggi dan mengandung asam lemak tak jenuh. Dengan

tingginya permintaan pasar terhadap ikan kerapu macan, usaha ikan kerapu macan harus dilakukan.

Indonesia merupakan produsen terbesar kedua dengan pertumbuhan produksi 14,7 persen per tahun2). Produksi kerapu di Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan langsung di laut. Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan, (2005) produksi ikan kerapu budidaya hanya sekitar 7.500 ton atau sekitar 15,45 persen dari sekitar 48.516 ton produksi kerapu Indonesia.

Perdagangan kerapu Indonesia berkembang dengan pesat pada pertengahan tahun 1990-an dengan jumlah ekspor sebesar 300 ton pada tahun 1989 menjadi 3.800 ton pada tahun 1995. Besarnya tingkat permintaan ikan konsumsi terutama ikan kerapu disebabkan adanya permintaan pasar luar negeri terhadap ikan karang hidup konsumsi yang dikenal dengan istilah Live Reef Fish for Food (LRFF).

(3)

sunu, lodi dan lain-lain. Jenis yang paling banyak dibudidayakan adalah jenis kerapu lumpur dan kerapu bebek.

1.2. Tujuan

1. Dapat mengetahui cara atau teknik budidaya ikan kerapu di keramba jaring apung

2. Mengetahui jenis-jenis kerapu yang dipelihara di KJA

(4)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karamba Jaring Apung (KJA)

Budidaya keramba jaring apung merupakan cara budidaya yang dapat dilakukan di laut, sungai ataupun di danau. Dengan keadaan air yang cukup tinggi dengan kualitas ait yang cukup memadai untuk melakukan budidaya, Keramba menjadi pilihan yang bagus untuk melakukan budidaya. Keramba Jaring Apung adalah suatu sarana pemeliharaan ikan atau biota air yang kerangkanya terbuat dari bambu, kayu, pipa pralon atau besi berbentuk persegi yang diberi jaring dan diberi pelampung seperti drum plastik atau streoform agar wadah tersebut tetap terapung di dalam air. Kerangka dan pelampung berfungsi untuk menahan jaring agar tetap terbuka di permukaan air, sedang jaring yang tertutup di bagian bawahnya digunakan untuk memelihara ikan selama beberapa bulan. Budidaya ikan keramba jaring apung merupakan salah satu cara budidaya pembesaran ikan nila yang efisien dan efektif, model sistem budidaya ini telah terbukti lebih efisien, baik efisien secara teknis ataupun ekonomis. Dengan luasan media yang sempit, kita bisa melipat gandakan hasil panen ikan tanpa harus menambah biaya yang besar. Pola yang di pakai adalah mengintensifkan pola budidaya ikan tersebut, memang ahirnya akan berdampak pada biaya tinggi namun bisa didapatkan keuntungan yang lebih tinggi pula

2.1.1 Peralatan Budidaya Kerambang Jaring Apung

(5)

 Pelampung : Terbuat dari bahan styrofoam atau drum, berbentuk silindris, jumlah

pelampung minimal 8 buah/jaring.

 Tali jangkar : Terbuat dari bahan polyetiline (PE), panjang 1,5 kali kedalaman perairan,

jumlah sebanyak 5 utas/jaring, diameter 0.75 inci.

 Jangkar : Terbuat dari bahan besi atau blok beton atau batu, berbentuk segi empat, berat minimal 40 kg/buah, jumlah sebanyak 5 buah/jaring;

 Jaring :Jaring terbuat dari bahan polyetiline (PE 210 D/12), ukuran mata jaring 1 inci, warna hijau, ukuran jaring sebanyak 122,5 m (7x7x2,5 m3).

 Luas peruntukan areal pemasangan keramba jaring apung maksimal 10% dari luas potensi perairan atau 1% dari luas perairan waktu surut terendah. Selain itu mesti memiliki pembersih jaring, pengukur kualitas air (termometer, sechsi disk, kertas lakmus), peralatan lapangan (timbangan, hapa, waring, ember, alat panen, dll), dan sampan.

2.2. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Kerapu

Klasifikasi Ikan kerapu macan (Epinehelus merra) digolongkan pada : Class : Chondrichthyes

Sub class : Ellasmobranchii Ordo : Percomorphi Divisi : Perciformes Famili : Serranidae Genus : Epinephelus Species : Epinepheus sp

Morfologi Ikan Kerapu

(6)

diberikan sebelum makanan sampai ke dasar. Pakan yang paling disukai kenis krustaceae (rebon, dogol dan krosok), selain itu jenis ikan-ikan (tembang, teri dan belanak).

BAB 3

BUDIDAYA KERAPU BERBASIS KARAMBA JARING

APUNG YANG RAMAH LINGKUNGAN

3.1. Persebaran Ikan Kerapu

Daerah penyebaran kerapu di mulai dari Afrika Timur sampai Pasifik Barat Daya. Di Indonesia, ikan kerapu banyak ditemukan di perairan Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru, Seram dan Maluku. Salah satu indikator adanya ikan kerapu adalah perairan karang. Indonesia memiliki perairan karang yang cukup luas sehingga potensi sumberdaya ikan kerapunya sangat besar.

Dalam siklus hidupnya, pada umumnya kerapu muda hidup diperairan karang pantai dengan kedalaman 0,5 – 3 m, selanjutnya menginjak dewasa beruaya ke perairan yang lebih dalam antara 7 – 40 m. Telur dan larvanya bersifat pelagis, sedangkan kerapu muda dan dewasa bersifat demersal. Habitat favorit larva dan kerapu tikus muda adalah perairan pantai dengan dasar pasir berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun.

Parameter-parameter ekologis yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu yaitu : a. Temperatur antara 24 – 310C,

b. Salinitas antara 30 -33 ppt,

c. kandungan oksigen terlarut > 3,5 ppm

3.2. Cara Budidaya Ikan Kerapu

(7)

Pemilihan Benih

Kriteria benih kerapu yang baik, adalah : ukurannya seragam, bebas penyakit, gerakan berenang tenang serta tidak membuat gerakan yang tidak beraturan atau gelisah tetapi akan bergerak aktif bila ditangkap, respon terhadap pakan baik, warna sisik cerah, mata terang, sisik dan sirip lengkap serta tidak cacat tubuh.

1. Penebaran Benih

Proses penebaran benih sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup benih. Sebelum ditebarkan, perlu diadaptasikan terlebih dahulu pada kondisi lingkungan budidaya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam adaptasi ini, adalah : (a) waktu penebaran (sebaikanya pagi atau sore hari, atau saat cuaca teduh), (b) sifat kanibalisme yang cenderung meningkat pada kepadatan yang tinggi, dan (c) aklimatisasi, terutama suhu dan salinitas.

2. Pendederan

Benih ikan kerapu ukuran panjang 4 – 5 cm dari hasil tangkapan maupun dari hasil pembenihan, didederkan terlebih dahulu dalam jaring nylon berukuran 1,5 x 3 x 3 meter dengan kepadatan ± 500 ekor. Sebulan kemudian, dilakuan grading (pemilahan ukuran) dan pergantian jaring. Ukuran jaringnya tetap, hanya kepadatannya menjadi hanya 250 ekor per jaring sampai mencapai ukuran glondongan (20 – 25 cm atau 100 gram). Setelah itu dipindahkan ke jaring besar ukuran 3 x3 x 3 meter dengan kepadatan

optimum 500 ekor untuk kemudian dipindahkan ke dalam keramba pembesaran sampai mencapai ukuran konsumsi (500 gram).

3. Pakan dan Pemberiannya

Biaya pakan merupakan biaya operasional terbesar dalam budidaya ikan kerapu dalam KJA. Oleh karena itu, pemilihan jenis pakan harus benar-benar tepat dengan

mempertimbangkan kualitas nutrisi, selera ikan dan harganya. Pemberian pakan diusahakan untuk ditebar seluas mungkin, sehingga setiap ikan memperoleh kesempatan yang sama untuk mendapatkan pakan. Pada tahap pendederan, pakan diberikan secara ad libitum (sampai kenyang). Sedangkan untuk pembesaran adalah 8 -10 % dari total berat badan per hari. Pemberian pakan sebaiknya pada pagi dan sore hari. Pakan alami dari ikan kerapu adalah ikan rucah (potongan ikan) dari jenis ikan tanjan, tembang, dan lemuru. Benih kerapu yang baru ditebar dapat diberi pakan pelet komersial. Untuk jumlah 1000 ekor ikan dapat diberikan 100 gram pelet per hari. Setelah ± 3-4 hari, pelet dapat dicampur dengan ikan rucah.

Hama dan Penyakit

Jenis hama yang potensial mengganggu usaha budidaya ikan kerapu dalam KJA adalah ikan buntal, burung, dan penyu. Sedang, jenis penyakit infeksi yang sering menyerang ikan kerapu adalah :

(8)

(d) penyakit akibat serangan bakteri,

(e) penyakit akibat serangan virus, yaitu VNN (Viral Neorotic Nerveus).

a. Kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan sangat berpengaruh pada kondisi gonade induk dan juga keberhasilan pemijahan nantinya.

b. Pakan utama induk kerapu adalah ikan dengan kandungan lemak rendah seperti ikan belanak, ikan ekor kuning, ikan layang dsb. Sekali waktu juga diberikan cumi-cumi. c. Dosis pemberian pakan adalah 3 – 5 % TBW dan sebaiknya diberikan secara pelan-pelan, satu persatu sebanyak 2 kali sehari, pagi hari jam 07.00 dan sore hari jam 16.00. d. Untuk mempercepat kematangan gonade induk, diberikan beberapa vitamin seperti vitamin E, vitamin C dan vitamin B-compleks.

e. Dosis pemeberian vitamin E adl 30 – 50 mg/kg ikan, dan dosis vitamin B and vitamin C adl100 mg/fish.

3.3. Pemilihan Lokasi

1. Perairan terlindung dari ombak dan angin yang besar. 2. Lokasi yang mudah dijangkau.

3. Mendapatkan ijin dari instansi terkait.

4. Penempatan lokasi budidaya sesuai dengan tata ruang dan jumlahnya dikontrol oleh pemerintah daerah.

5. Dekat dengan sumber pakan. 6. Kecerahan air lebih dari 5m.

7. Bebas dari pencemaran dan logam berat. 8. Kecepatan arus berkisar 0,1m s.d. 0.3m/ detik. 9. Kadar garam berkisar antara 27 0/

(9)

10. pH berkisar lebih dari 7.

11. Kisaran suhu antara 270C – 300C, dengan fluktuasi maksimal adalah 30C.

12.Konsentrasi oksigen terlarut (DO) > 5ppm.

13. Perbedaan pasang naik dan pasang surut sebaiknya 100 – 200 cm. 14. Penempatan karamba tidak mengganggu alur pelayaran.

3.4 Karamba Jaring Apung Yang Ramah Lingkungan

Kegiatan budidaya ikan kerapu yang sudah mulai berkembang adalah pembesaran dalam karamba jaring apung (KJA) di laut. Meskipun begitu, tidak tertutup kemungkinan untuk budidaya ikan kerapu di bak terkontrol secara intensif maupun di kolam air laut (tambak). Pembesaran di KJA

a. Pemilihan lokasi

faktor yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan kegiatan budidaya ikan kerapu di KJA adalah pemilihan lokasi. Parameter yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi tersebut adalah:

· Lokasi terlindung dari gangguan angin dan gelombang yang kuat. Kedalaman air minimal 15 m,

· Lokasi harus terhindar dari pengaruh pencemaran, mudah diperoleh sarana dan

prasarana yang diperlukan. Selain itu lokasi tersebut memenuhi persyaratan fisika dan kimia air seperti :

- Salinitas 20-35 ppt - Suhu 27-32 o C - DO > 5 ppm - PH 7,5-9,0

- Ammonia dan nitrit < 0,1 ppm b. Sarana budidaya

(10)

· Pelampung : berfungsi untuk mengapungkan keseluruhan sarana budidaya, dapat

digunakan pelampung dari bahan drum oplastik, drum besi atau pelampung styrofoam. Ukuran dan jumlah pelampung yang dipergunakan disesuaikan dengan besarnya beban dan daya apung dari pelampung, Pelampung diikatkan pada rakit dengan tali polyethylene (PE) Æ 0,8-1,0 cm. · Kurungan atau wadah untuk memelihara ikan : terbuat dari bahan polyethylene (PE). Pemilihan bahan-bahan ini didasarkan atas daya tahannya terhadap pengaruh lingkungan dan harganya relatif lebih murah jika dibandingkan degan bahan-bahan yang lain. Bentuk dan ukuran kurungan bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh jenis ikan yang dibudidayakan, ukuran ikan, kedalaman perairan serta faktor kemudahan dalam pengelolaannya. Ukuran kurungan ummnya adalah (2 x 2 x 2) m3; (3 x 3 x 3)m3atau (3 x 3 x 5) m3. Lebar mata (mesh size) kurunga disesuaika degan ukuran ikan yang dibudidayakan, misalnya untuk ikan panjang kurang dari 10 cm lebar mata digunakan adalah 8 mm (5/16 “), panjang ikan 10-15 cm lebar mata 25 mm (1”) serta apabila panjang ikan > 15 cm lebar mata adalah 25-50 mm (1-2”)

Jangkar : berfungsi untuk menahan keseluruhan sarana budidaya agar tetap pada tempatnya. Jangkar yang dipergunakan harus mampu menahan sarana budidaya dari pengaruh arus, angin dan gelombang. Jangkar dapat terbuat dari besi, karungberisi pasir atau balok semen/beton. Jangkar diikat dengan tali PE dan panjangnya tergantung kedalaman perairan, biasanya 3 kali kedalaman perairan pada saat pasang tinggi.

Gambar 1. Kerangka Kontruksi Keramba Jaring Apung Ikan Kerapu Macan.

(11)

BAB 4

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Pengembangan usaha budidaya laut harus menganut prinsip berkelanjutan, selain memberikan dampak positif terhadap terciptanya lapangan kerja, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan juga diharapkan dapat mengurangi tekanan terhadap sumberdaya perikanan laut yang pemanfaatannya secara berlebih. Untuk itu, disarankan agar pengembangan bubidaya harus memperhatikan

(a). Penggunaan teknologi yang ramah lingkungan, layak secara ekonomi dan dapat diterima oleh masyarakat,

(b). Pengembangan budidaya disesuaikan dengan daya dukung lingkungan dengan menggunakan input yang tepat, tenaga terampil dan disertai monitoring lingkungan,

(c). Kegiatan budidaya diharapkan dapat mensejahterakan kehidupan masyarakat. Pemilihan lokasi budidaya laut yang dilakukan dengan benar merupakan langkah awal keberhasilan budidaya. Parameter-parameter yang mempengaruhi :

1. substrat dasar, 2. kedalaman perairan, 3. keterlindungan, 4. suhu,

5. salinitas, oksigen terlarut, 6. kecerahan,

7. kecepatan arus permukaan, 8. pH, dan

9. amonia

(12)

Gambar

Gambar 1. Kerangka Kontruksi Keramba Jaring Apung Ikan Kerapu Macan.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mencegah terjadinya tumpang tindih pemanfaatan kawasan budidaya laut terutama untuk kegiatan budidaya rumput laut dan ikan kerapu sistem KJA, di perairan pantai

Intensitas Ektoparasit Monogenea ( Cichlidogyrus sp ) pada Benih Ikan Nila ( Oreochromis niloticus ) Melalui Pemberian Larutan Daun Sirih ( Piper Betle Linn ) Yang..

ANALISIS LOGAM TIMBAL (Pb) PADA Gracilaria verrucosa YANG BERASAL DARI AREAL BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI PERAIRAN DUSUN PUNTONDO, KABUPATEN TAKALAR DAN PANTAI KURI.. CA’DI,