M I C E , T o u r & T r a v e l
M I C E , T o u r & T r a v e l
PENCITRAAN FESTIVAL
KOLECER
SEBAGAI ATRAKSI
WISATA : Analisis Manfaat Ekonomi dan Kesempatan Kerja
Bagi Masyarakat Gunung Salak Endah, Bogor
KUSMAYADI
ABSTRACT
For so long, ‘Kolecer’ has been known and enjoyed by local communities of most ethnic groups in Indonesia as a fun activity. Creating such image is a significant matter in developing kolecer to be one of tourist attraction offered. Method being used in this research is comparative causal to determine the economic benefit attained by the community in the event of Kolecer Festival activity. As many as 83 respondents, comprising of 55 visitors and 27 local traders, agreed that the organizing of Kolecer Festival has been able to provide economic benefit and creating new jobs for surrounding community. Indicator analysis showed that familiarity factor (r2=0.415) and benefit factor
(r2=0.207) are the most significant factors in influencing the imaging of kolecer
as tourist attraction.
Kata kunci : kolecer, pencitraan, festival
PENDAHULUAN
Pariwisata (tourism) merupakan suatu fenomena yang menunjukkan hubungan timbal balik (interaksi) antar komponen, yang dalam kaitan ini terdiri atas wisatawan industri, pemerintah tuan rumah dan penduduk lokal (Mc Intosh & Goldner, 1986: 4). Keempat komponen tersebut mempunyai sudut pandang
berbeda terhadap kepariwisataan.
Wisatawan memandang pariwisata
sebagai upaya untuk mencari berbagai pengalaman dan kepuasan fisik dan
psikis. Secara alamiah hal itu
menentukan tempat tujuan yang dipilih dan aktivitas yang dinikmati. Industri atau penyedia barang dan jasa yang dibutuhkan wisatawan melihat pariwisata sebagai peluang untuk menghasilkan keuntungan dengan menyediakan barang dan jasa yang diperlukan wisatawan. Pemerintah memandang pariwisata sebagai salah satu
faktor kesejahteraan ekonomi bagi
rakyat. Pandangan mereka berkaitan dengan income yang dapat diraih oleh
warga masyarakat dari usaha
mengharapkan penerimaan devisa dari
kegiatan pariwisata ini. Adapun
penduduk lokal di sekitar daerah tujuan wisata melihat pariwisata sebagai faktor budaya dan lapangan pekerjaan. Yang
terpenting terhadap kelompok ini
(penduduk setempat) adalah efek
interaksi antara mereka dengan para wisatawan mancanegara. Efek tersebut
dapat menguntungkan, dapat juga
merugikan, atau kedua-duanya.
Perolehan manfaat ekonomi dari
pengembangan pariwisata sangat
ditentukan oleh tiga variabel utama yaitu volume kunjungan wisatawan, lama tinggal dan pengeluaran wisatawan. Ketiga variabel tersebut dapat terjadi
apabila ada tiga komponen yang
dikembangkan di daerah tujuan wisata yaitu sesuatu yang dapat dilihat, dapat dilakukan dan dapat dibeli. Semakin tinggi daya tarik dari suatu objek atau
daerah tujuan wisata, maka
kemungkinan volume kunjungan
wisatawan dapat ditingkatan. Sedangkan variabilitas atraksi di daerah tujuan wisata akan dapat memperpanjang lama tinggal. Peningkatan lama tinggal akan secara signifikan dapat mempengaruhi pengeluaran wisatawan atas penggunaan akomodasi dan pembelian makanan dan minuman. Akan tetapi tidak secara
otomatis dapat meningkatkan
pembelanjaan terhadap hasil kerajinan, karena pengeluaran wisatawan untuk
kenang-kenangan biasanya sangat
dipengaruhi oleh nilai keunikan, kualitas produk dan tingkat harga (Kusmayadi, 1999).
Variabilitas atraksi wisata dapat digali dari potensi-potensi yang ada di daerah tujuan wisata, baik potensi budaya maupun objek. Akhir-akhir ini
atraksi wisata budaya merupakan
kecenderungan wisatawan dunia.
Motivasi berwisata untuk kebudayaan dan spesifikasi lokal, ternyata merupakan kecenderungan yang cukup kuat. Untuk
menangkap peluang kecenderungan
motivasi wisatawan tersebut, maka perlu dipersiapkan dan dicari sesuatu yang dapat dijadikan daya tarik wisata yang
mempunyai keunggulan-keunggulan
lokal.
Kolecer (Sunda) atau “Kitiran Angin” (Jawa) atau “Baliang-baliang” (Sumatra)
umumnya disebut baling-baling
satu upaya untuk mengusir burung-burung yang sering kali sebagai hama padi di samping membuat bebegig sebagai
pengusir burung-burung tersebut
(Anonim, 1999i). Lama kelamaan kolecer
berubah fungsi menjadi pencerminan rasa seni dari masyarakat desa di Gunung Salak Endah, karenanya pada musimnya tiba, hampir di seluruh penjuru kampung banyak kolecer yang bertengger di ujung kanopi pohon-pohon, maupun di samping rumah.
Penggemar kolecer tidak saja anak-anak yang membuatnya dalam ukuran kecil melainkan orang-orang dewasa dan orangtua pun menggemari kolecer dan
membuatnya dalam ukuran besar
dengan karakteristik suara yang lebih variatif.
Dalam kaitan pengembangan
masyarakat daerah tujuan wisata di daerah Gunung Salak Endah, telah dilakukan festival kolecer yang melibatkan tidak kurang dari 50 peserta dari berbagai wilayah di kota Bogor.
TUJUAN DAN LOKASI STUDI menarik pengunjung ke Gunung Salak Endah;
Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah kausal komparatif
yaitu penelitian untuk mengetahui
fenomena perubahan yang terjadi akibat adanya festival kolecer. Pemilihan metode penelitian didasarkan kepada tujuan yang
akan dihasilkan yaitu mengetahui
manfaat ekonomi dan kesempatan kerja yang disebabkan karena adanya kegiatan festival kolecer tersebut.
Variabel dan Pengukuran
Pencitraan kolecer sebagai atraksi wisata, didekati melalui familiaritas dan favorabilitas dari Kotler (2000). Selain kedua skala tersebut, diukur pula nilai-nilai yang terkandung di dalam atraksi kolecer yaitu keunikan, nilai seni dan manfaat diukur dengan menggunakan skala 1-5 menurut Likert. Untuk
mengetahui aktivitas ekonomi dan
kesempatan kerja baru yang berkaitan dengan adanya festival kolecer, diketahui melalui jenis usaha, produk yang dijual, cara menjual, status berusaha, dan kesempatan kerja baru. Secara rinci
variabel dan pengukurannya dapat
Prosedur Penarikan Sampel
Untuk mengetahui manfaat
ekonomi, populasi responden adalah banyaknya orang yang menggunakan kesempatan festival untuk memperoleh pendapatan dengan berjualan produk dan atau menyewakan jasa. Sebanyak 27 orang telah diambil sebagai responden.
Data yang diambil dari populasi
dilakukan melalui sensus yang
menghasilkan data sebenarnya (truevalue) (Kusmayadi, 2001). Sedangkan untuk
mengetahui tanggapan masyarakat
terhadap citra festival kolecer, penarikan sampel dilakukan dengan teknik acak
sederhana terhadap 2000 orang yang hadir pada acara festival. Adapun besarnya ukuran sample ditentukan dengan menggunakan rumus (Slovin 1960, dalam Kusmayadi, 2000) yaitu:
( )
2Berdasarkan rumus tersebut, dengan
marjin kesalahan (error) yang
diperkenankan hanya 10 %, maka sampel yang diambil adalah sebanyak 50
Tabel 1. Variabel/Sub Variabel, Indikator dan Cara Pengukuran
Variabel Sub-variabel Indikator Skala dan Cara
Pengukuran 1. Pencitraan
(imaging)
Pengetahuan - Skala familiaritas
dari Kotler (1–5)
Ketertarikan - Skala favorability
dari Kotler (1–5)
Jenis usaha ! Berdagang/berjualan
! Penyewaan
Cara berjualan ! Dipikul
! Roda
dorong/gero-! Pekerjaan sampingan Nominal
3.
! Jenis pekerjaan baru
responden. Artinya dengan memilih 50
orang responden, kemungkinan 90
persen kesimpulan yang digeneralisasi dari sample dianggap benar sedangkan
10 persen merupakan kesalahan
sampling.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data
primer yang dikumpulkan melalui
observasi dan wawancara digunakan untuk mengetahui pendapat pengunjung terhadap citra kolecer, manfaat ekonomi
dan kesempatan kerja dari
penyelenggaraan festival. Sedangkan data sekunder yang digunakan adalah dan yang berkaitan dengan situasi umum wilayah studi.
Metode Analisis Data
Data tentang citra kolecer dianalisis dengan korelasi Rank Spearman untuk melihat pengaruh faktor pembentuk citra kolecer dengan pandangan pengunjung terhadap citra kolecer. Rumus yang
d
= Kuadrat perbedaan ranking ke-idari masing-masing variable
n = Banyaknya data
Koefisien korelasi berkisar antara –1 sampai dengan +1, dengan kriteria hubungan adalah sebagai berikut:
+ 1,00 : Hubungan sempurna frekuensi diasumsikan memiliki sebaran normal, sehingga untuk pengambilan keputusannya digunakan distribusi t dengan menggunakan rumus;
s
Hipotesis nol ditolak apabila t-statistik >
t
α/2(n −2), atau t-statistik <–Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:
H0 : tidak terdapat hubungan antara
H1 : terdapat hubungan antara
festival kolecer dengan manfaat ekonomi dan kesempatan kerja baru
DESKRIPSI KOLECER
Bahan Pembuatan Kolecer
Kolecer atau baling-baling merupakan
hasil karya seni manusia yang
menggunakan energi angin untuk gerak memutarnya. Pada saat kolecer berputar, terjadi gesekan antara "barungbung/laher" dengan "cocolok/ereng/as" sehingga menghasilkan suara. Suara gesekan yang dihasilkan sangat tergantung dari jenis bahan yang dijadikan "ereng", kekerasan barungbung, dan kecepatan perputaran (akibat kekuatan tiupan angin).
Di samping suara gesekan, kolecer juga menghasilkan suara yang disebut "jebrud" sebagai puncak dari perputaran kolecer. Suara ini terjadi akibat tekanan
angin yang sangat kuat terhadap
perputaran kolecer, sehingga kepadatan angin tersebut terpecah/terpotong oleh arus perputaran kolecer. Untuk mencapai puncak suara, terjadi peningkatan irama gesekan cocolok/ereng dengan barungbung, sehingga menimbulkan akselerasi irama bunyi yang semakin nyaring.
Bahan untuk membuat kolecer dapat berupa bambu maupun kayu. Kolecer yang terbuat dari bambu sering disebut Kolecer Jukjukan, sedangkan kolecer yang terbuat dari kayu dinamakan Kolecer Abregan. Penamaan kedua jenis kolecer ini didasarkan atas karakter suara yang dihasilkan pada saat terjadi perputaran.
Kayu yang dijadikan bahan kolecer
biasanya berasal dari kayu yang
berwarna putih, dan mempunyai berat jenis kecil, tetapi tidak "regas" (mudah
Komponen dari satu rangkaian kolecer, terdiri atas kolecer itu sendiri dan
yang melekat pada kolecer yaitu
barungbung, solobong dimana tempat memasang cocolok dan bubuntut, serta tatangger sebagai tiang dari kolecer yang sudah dipasang pada solobong.
(a ) K o lecer (k u liw a leu n geu n , k u liw a ra u t)
Merupakan komponen utama,
terbuat dari kayu atau bambu. Untuk menghasilkan hasil yang baik, bahan untuk membuat kolecer terutama tisuk harus direndam dulu di dalam air,
kemudian dikeringkan sampai
kandungan air bahan mencapai lebih kurang 30 persen (eumeul-eumeul). Ukuran batang kayu yang akan dijadikan bahan sangat tergantung dari seberapa panjang ukuran kolecer yang akan dibuat. Untuk ukuran kolecer dua sampai empat meteran, diameter kayu untuk bahan berkisar antara 20-30 cm. Kolecer dikatakan kuliwa raut karena dalam menghaluskannya dengan cara diraut oleh pisau raut.
Barungbung merupakan titik tengah kolecer dan berfungsi sebagai "laher". Terbuat dari bambu tua yang telah
benar-benar kering, dan sangat
dianjurkan berasal dari bagian pangkal (puhu) bambu. Kualitas barungbung akan berpengaruh terhadap bunyi gesekan yang dihasilkan, semakin baik bahan yang digunakan, maka bunyi gesekan yang dihasilkan akan sangat baik asalkan 'cocolok'nya juga baik. Bagi kolecer-kolecer yang berukuran kecil, barungbung dapat dibuat dari "sarengseng" yaitu ranting-ranting bambu yang sudah kering.
(c) C o co lo k (eren g) d a n cu cu p u (tu tu p )
Syarat utama untuk cocolok yang baik adalah berasal dari kayu keras dan tidak mudah patah. Sebagai contoh, kayu rukem (Rukamia sp.) yang kering akan menghasilkan bunyi gesekan yang sangat nyaring. Pohon kopi juga dapat menghasilkan bunyi dengan baik, namun sifat pohon kopi yang "lejar" (mudah pecah) kurang cocok untuk waktu yang cukup lama. Pohon hiris (hhhhh sp.) menghasilkan bunyi "halimpu" (halus dan lembut) namun walaupun keras pohon ini mempunyai sipat 'regas' (mudah
patah), kurang cocok untuk kolecer ukuran besar.
(d ) C u cu p u
Merupakan bagian dari cocolok yang berfungsi untuk menghalangi kolecer agar tidak lepas dari cocolok-nya. Bahan yang digunakan dapat terbuat dari bambu atau kayu.
(e) S o lo b o n g
Solobong terbuat dari dua ruas
bambu, dimana bagian tengah
merupakan pembatas sedangkan ruang bagian bawah untuk dimasukkan ke dalam tiang “tatangger” dan bagian atas untuk memasang cocolok dan bubuntut. Ukuran diameter solobong tidak boleh berlalu besar atau sama dengan ukuran diameter tatangger. Karena bila ukuran
solobong terlalu besar,
pergerakan/perputaran kolecer akan
terganggu, akibatnya pecahnya suara kolecer pada saat puncak/klimaks tidak lepas. Pada kondisi ini, perputaran kolecer tidak seimbang.
Sebaliknya apabila ukuran diameter solobong sama dengan ukuran diameter tiang (tatangger), maka perputaran kolecer akan seimbang, namun kemampuan
kolecer untuk menyesuaikan pindah arah mengikuti arah angin akan terganggu.
(f) G a ga n g B u b u n tu t d a n B u b u n tu t
Bubuntut kolecer merupakan bagian dari sebuah kolecer yang terdiri atas gagang bubuntut dan bubuntu/rarawis. Gagang bubuntut terbuat dari bambu panjang yang diameternya berkisar antara 3-5 cm, dan panjangnya 4-5 m, disesuaikan dengan ukuran kolecer. Fungsi utama bubuntut ini adalah untuk memberikan keseimbangan pada saat kolecer berputar. Di samping itu, gagang ini berfungsi untuk meletakkan rarawis pada bagian ujung bubuntut. Sedangkan bubuntut atau rarawis berfungsi sebagai beban pemberat bagi gagang bubuntut, yang
mempunyai fungsi utama untuk memutar kolecer ke arah yang berlawanan dengan arah angin. Rarawis dapat terbuat dari daun rumbia, daun kelapa, daun kirai atau daun rotan (hoe se-el), yang penting mempunyai efek pemberat.
(g) T a ta n g ger (tia n g )
Terbuat dari bambu yang
Kelas Festival dan Kriteria Penilaian
Festival yang dilaksanakan terdiri atas kelas jukjukan dan abregan. Di
mana masing-masing kelas
dikelompokkan pada ukuran/panjang kolecer. Kelas jukjukan 2 meter sampai 4 meter yang dipertandingkan dinilai dari kreativitas seni, jebrud golang, dan gawer. Sedangkan kelas abregan hanya dinilai kreativitas dan gawer.
(a ) K rea tif
Kreativitas seni yang dinilai adalah keindahan dan keseimbangan bubuntut,
dan rautan kolecer. Di samping itu,
penilaian akan mendapat bonus
tambahan apabila ada kreativitas
menarik di luar yang telah ditentukan panitia.
(b ) B u n y i
Bunyi yang dihasilkan oleh
pergesekan antara barungbung dengan ereng/cocolok, mendapat perhatian dalam penilaian. Perubahan bunyi pada saat akselerasi putaran akan memperoleh penilaian tertinggi, apabila perubahan
itu semakin kuat tetapi kekuatan
(c) Jeb ru d G o la n g
Puncak atau klimaks dari
perputaran kolecer akan menghasilkan suara getaran kolecer. Suara ini ditimbulkan dari perbedaan tekanan di depan dan belakang kolecer akibat perputaran. Penilaian tinggi diberikan terhadap tempo atau jarak dari bunyi puncak terhadap perputaran kembali kolecer. Semakin lama jaraknya maka semakin tinggi penilaiannya.
(d ) G a w er
Ada juga kolecer yang menghasilkan suara ‘puncak berulang’ sehingga tidak ada tenggang antara suara puncak dengan perputaran kembali kolecer. Kelas gawer dinilai berdasarkan berapa banyak suara klimaks berikutnya yang dihasilkan segera setelah suara klimaks pertama.
(e) A b rega n
Sesuai dengan namanya, kelas kolecer
yang terbuat dari bambu ini,
dipertandingkan karena memiliki
kecepatan berputar lebih tinggi dari kolecer jukjukan. Ukuran kolecer pada kelas ini tidak lebih dari dua meter, mengingat bambu yang dibuat kolecer kekuatannya terbatas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Puncak festival dilaksanakan pada tanggal 27 November 1999, yang dihadiri oleh lebih dari 2000 pengunjung,
dengan jumlah peserta 112 orang. Pengunjung yang datang berasal dari berbagai wilayah baik dari dalam maupun luar daerah, mereka datang sebagai suporter dan menyaksikan acara festival.
Karakteristik Responden
Dalam kajian ini terdapat dua kelompok responden yang dimintai informasinya yaitu pengunjung festival untuk mengetahui kekuatan citra kolecer dan pedagang untuk mengetahui nilai ekonomi yang dihasilkan dari adanya festival tersebut. Responden yang
berasal dari kelompok pengunjung
berjumlah 55 orang dan pedagang sebanyak 27 orang.
Dari hasil pengolahan data,
diketahui bahwa hampir 10% responden
berasal dari luar propinsi, ini
Dari Gambar 4 tersebut dapat
digambarkan bahwa festival kolecer
diminati oleh banyak orang dari berbagai tingakatan usia, baik kalangan muda maupun dewasa. Segmen umur yang sangat luas ini memberikan indikasi
peluang potensial untuk
mengembangkan kolecer sebagai atraksi andalan di Gunung Salak Endah.
Pencitraan (imaging) Kolecer sebagai
Atraksi Wisata
Menurut Kotler (2000), citra suatu produk sangat ditentukan oleh keyakinan seseorang terhadap produk atau objek produk tersebut. Menurutnya, image is the set of beliefs, ideas, and imppressions a person holds regarding an object. People’s attitudes and
Umur Responden Pengunjung
Upper Boundaries (x <= boundary)
F
re
k
u
e
n
si
6 21
12
7 7
2
10 20 30 40 50 60 70 Expected
Normal
Gambar 4. Distribusi Umur Responden Pengunjung Festival
Daerah Asal Responden Pengunjung Festival
Frekuensi observasi
14
21 9
6 5
Luar RW Luar Desa Luar Kecamatan Luar Kabupaten Luar Propinsi
actions toward an object are highly conditioned by that object’s image.
Festival kolecer yang baru pertama kali dilaksanakan di Gunung Salak Endah diharapkan dapat mempunyai citra positif bagi pengembangan atraksi wisata di desa ini. Dari hasil survey
menunjukkan bahwa responden telah mengenal kolecer sebagai suatu hal biasa dijumpai dalam kehidupan mereka. Hal ini dapat dilihat dari faktor citra yang menunjukkan bahwa kolecer telah familiar di kalangan masyarakat luas.
Familiaritas merupakan faktor yang paling besar dibandingkan dengan faktor lainnya dalam pembetukan citra kolecer.
Walaupun demikian, hubungannya
hanya kategori sedang (r=0,644) yang memberikan pengaruh sebesar 41,5% terhadap citra kolecer. Faktor kedua yang
memiliki hubungan rendah adalah
manfaat. Keberadaan festival kolecer ternyata dianggap memberikan manfaat kepada mereka sebagai antraksi yang menghibur mereka pada saat berkunjung ke daerah tujuan wisata tersebut. Dari aspek seni dan keunikan, penelitian tidak
menunjukkan hasil yang signifikan, karena ternyata para pengunjung sudah lebih mengenal kolecer dari pada menilai unsur unik dan seninya. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi penilaian responden terhadap unsur seni pada Tabel 2.
Tabel 3 menunjukkan, terdapat 23 orang responden menyatakan bahwa kolecer mempunyai aspek seni tinggi dan 14 orang menyatakan tinggi.
Aspek manfaat dari
penye-lenggaraan festival diketahui melalui banyaknya pengunjung dalam merasakan Tabel 2. Hubungan Faktor Citra dengan Citra Kolecer sebagai Atraksi Wisata
Faktor Citra Mean Std.Dv. r(X,Y) r² T p
Familiaritas 3,836 1,050 0,644 0,415 6,128 0,0000
Favorabilitas 3,654 1,308 0,382 0,146 3,012 0,0040
Keunikan 3,854 0,970 0,267 0,071 2,020 0,0485
Nilai Seni 3,836 0,918 0,302 0,091 2,309 0,0255
Manfaat 3,054 1,239 0,455 0,207 3,720 0,0005
Tabel 3. Penilaian responden terhadap aspek seni kolecer (%expected frequencies)
Jenis Kelamin responden
Aspek Seni Row
Totals
Rendah Cukup
tinggi
Tinggi Sangat
tinggi
Laki-laki 3,27 8,51 15,05 9,16 36,00
Perempuan 1,73 4,49 7,94 4,84 19,00
adanya sesuatu yang dirasakan baik secara fisik maupun non fisik. Secara non fisik, festival kolecer memberikan suatu tontonan baru, sedangkan manfat fisik antara lain dimanfaatkan oleh mereka yang mempunyai jiwa untuk berdagang (Tabel 4).
Manfaat Ekonomi
Kegiatan pariwisata memberikan variabilitas manfaat ekonomi yang cukup
besar. Wisatawan memberikan
kontribusai terhadap penjualan, profit,
pekerjaan, pendapatan pajak dan
pendapatan daerah tujuan wisata.
Secara umum, manfaat ekonomi ini dikelompokkan menjadi tiga kategori Stynes (1999) yaitu direct, indirect dan induced impact. Economic impact yang digambarkan sebagai suatu manfaat (benefit) ekonomi dari aktivitas kepariwisataan. Manfaat langsung akan didapatkan dari pengeluaran wisatawan untuk hotel, makanan dan minuman,
transportasi, cinderamata, hiburan,
upah/gaji, dan lain-lain. Manfaat tidak langsung terjadi sejalan dengan adanya
manfaat langsung. Suplier bahan dan alat yang digunakan untuk hotel, bahan baku
makanan dan sebagainya dapat
memberikan manfaat kedua dari adanya
wisatawan. Manfaat ini berupa
penjualan, pendapatan, pekerjaan, guest supply bagi hotel dll.).
Induced effect, merupakan manfaat
tersier dari kegiatan wisatawan.
Rumahtangga atau tenaga kerja yang memperoleh manfaat ekonomi secara
tidak langsung, kemudian
membelanjakan kembali pendapatannya
untuk keperluan lain, maka kelompok ini dinamakan manfaat induced.
Sebagaimana manfaat ekonomi,
kesempatan kerja yang tercipta dari aktivitas wisatawan juga dikategorikan menjadi tiga kelompok (Mathieson &
Wall, 1982; Ratz, 1999). Direct
employment, yaitu tenaga kerja yang memperoleh manfaat langsung dari pengeluaran wisatawan. Mereka yang berusaha di sektor penyewaan, penjual jasa pelayanan
Berdasarkan kuesioner yang
terkumpul, terdapat 27 orang responden yang mengambil manfaat dari adanya Tabel 4. Penilaian Responden terhadap Aspek Manfaat kolecer (% expected
kegiatan festival tersebut. Mereka ada yang menjual produk dan ada pula yang menjual jasa. Jasa penyewaan payung dan jasa penyewaan tempat duduk merupakan kesempatan kerja baru pada
saat kegiatan festival berlangsung.
Berdasarkan umur, para
pedangang/penjual jasa berkisar antara 15–45 tahun dengan rata-rata 29,85 tahun (std.dev. = 7,84). Sebaran umur responden disajikan pada Gambar 5.
Para pedagang/penjual jasa
menurut jenis kelamin seperti pada Gambar 6.
Partisipasi perempuan dalam
memanfaat festival untuk berusaha cukup
besar (40,7%), hal ini diharapkan dapat memberikan manfaat tambahan dalam
pengembangan usaha bagi kaum
perempuan di pedesaan.
Terdapat dua kelompok usaha pada saat festival, yaitu pedagang produk dan UMUR
Upper Boundaries (x <= boundary)
F
r
e
k
u
e
n
s
i
1 3
5 8
4
3 3
10 15 20 25 30 35 40 45 Expected
Normal
Gambar 5. Para Pedagang/penjual Jasa Pada Saat Festival Dirinci Menurut Umur
Responden Pedagang/penjual Jasa menurut Jenis Kelamin
Laki‐laki (59,3%) Perempuan (40,7%)
penjual jasa. Produk yang dijual terdiri atas jenis makanan, minuman, dan kerajinan, sedangkan penjual jasa terdiri atas penyewaan payung dan tikar tempat duduk.
Dari Cara berusaha, para
pedangang dikelompokkan menjadi
pedagang pikulan, pedagang dorongan dan pedagang jongko (Tabel 5).
Cara berusaha ini menunjukkan dan berkaitan dengan besarnya modal kerja
yang digunakan untuk berusaha.
Sebagian besar (51,85%) penduduk yang
berjualan, menjajakan dagangannya
dengan cara dipikul, sedangkan hanya
14,81% yang berjualan dengan
membuka jongko. Kondisi ini berkaitan
pula dengan status usaha yang
menunjukkan bahwa sebagian besar (62,96%) dari mereka berusaha sebagai usaha sampingan (Tabel 6).
Tabel 5. Cara Berusaha Dan Produk Yang Dijual Pada Saat Festival
PRODUK CARA BERUSAHA Row
Pikulan Dorongan Jongko Totals
Makanan 4,00 2,00 2,00 8,00
14,81% 7,41% 7,41% 29,63%
Minuman 5,00 1,00 1,00 7,00
18,52% 3,70% 3,70% 25,93%
Kerajinan 1,00 3,00 0,00% 4,00
3,70% 11,11% 0,00% 14,81%
Lainnya 4,00 3,00 1,00 8,00
14,81% 11,11% 3,70% 29,63%
Total % 51,85% 33,33% 14,81%
Jenis Usaha Penyewaan (29,6%)
Berjualan (70,4%)
Banyaknya pedagang sampingan menunjukkan bahwa mereka melakukan
usaha dagang atau menjual jasa
penyewaan, hanya pada saat festival kolecer digelar. Dengan demikian, ini
menunjukkan salah satu manfaat
ekonomi dari adanya festival.
Keuntungan yang diperoleh pada saat digelar festival bervariasi antara 7 ribu sampai 47 ribu rupiah. Laba yang
diperoleh ini berhubungan dengan
besarnya modal kerja yang digunakan, dari modal yang paling kecil 30 ribu rupiah sampai modal terbesar 155 ribu rupiah. Sebagian besar (88,89%) laba yang diperoleh mencapai kurang dari Rp
27.000,-, akan tetapi apabila
dibandingkan dengan modal kerja para
pedagang, maka sebagian besar
pedagang (62,96%) memanfaatkan
modal kurang dari Rp 80.000, (Tabel 7 dan 8).
PENUTUP
Kolecer merupakan salah satu atraksi
wisata di daerah Gunung Salak Endah memiliki citra umum dan sudah dikenal masyarakat luas. Pada saat festival
digelar, sedikitnya memberikan
kesempatan kerja bagi 62,96% untuk membukan usaha sampingan. Nilai ekonomi festival kolecer ditimbulkan karena adanya transaksi penjualan dan penyewaan jasa. Kesempatan kerja yang tercipta tersebut, selain perdagangan dan jasa tergapat pula kesempatan bagi jasa ‘pawang angin’ walaupun jumlahnya sedikit.
Tabel 6. Cara Berusaha Dan Produk Yang Dijual Pada Saat Festival Status Pekerjaan
(kolecer.sta) Count
Cumul.
Count Percent
Cumul. Percent
Utama 10 10 37,04 37,04
Sampingan 17 27 62,96 100,00
Missing 0 27 0,00 100,00
Tabel 7. Modal Kerja Responden Untuk Berusaha pada saat Festival
Kelas Modal Kerja Frekuensi Frekuensi
Kumulatif Percent
Cumul. Percent
100% - Percent
30.000 <= x < 55.000 10 10 37,04 37,04 100,00
55.000 <= x < 80.000 7 17 25,93 62,96 62,96
80.000 <=x< 105.000 5 22 18,52 81,48 37,04
105.000<=x<130.000 1 23 3,70 85,18 18,52
130.000<=x<155.000 2 25 7,41 92,59 14,82
SARAN
Studi ini baru dilaksanakan pada satu kali penyelenggaraan, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk meningkatkan daya tarik dari festival kolecer di daerah lain.
DAFTAR PUSTAKA
Kotler, P. 2000. Marketing Management. Millenium ed. Prentice Hall.
Kusmayadi dan Endar S. 2000. Metodologi Penelitian Aplikasinya dalam Bidang Kepariwisataan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
_________ dkk. 1999. Identifikasi Potensi Wisata Ekologi di Kawasan Gunung Salak Endah Bogor. STP Publishing. Jakarta.
_________. 2001. Statistika Pariwista Deskriptif. STP Publishing. Jakarta
Mathieson, A.G. 1982. Tourism, Economic, Physical and Social Impacts. Longman Scientific & Technical. Harlow UK.
Mc Intosh and Goldner. 1986. Tourism: Principles, Practices, Philosophis. John Wiley & Sons. NY.
Ratz, T., and Laszlo, P. 1999. Employment Creation and Human Resources Issues in Tourism. Budapest Univ. Of Economic Science.
Stynes, D. J. 1999. Economic Impact of Tourism. Dept. Of. Park, Recreation and Tourism Michigan State Univ. Michigan.
i
Wawancara dengan tokoh masyarakat Gunung Salak Endah
Tabel 8. Laba yang Diperoleh dari Berusaha Pada Saat Festival
Laba Berusaha
Count
Cumul.
Count Percent
Cumul. Percent
7.000<=x<17.000 18 18 66,67 66,67
17.000<=x<27.000 6 24 22,22 88,89
27.000<=x<37.000 1 25 3,70 92,59
37.000<=x<47.000 2 27 7,41 100,00