• Tidak ada hasil yang ditemukan

My Riset S 1 Analisis Komunitas Burung P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "My Riset S 1 Analisis Komunitas Burung P"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KOMUNITAS BURUNG PADA BERBAGAI TIPE HABITAT DI TAMAN NASIONAL TESSO NILO SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENDUKUNG PRAKTIKUM KONSEP KOMUNITAS HEWAN

REBY OKTARIANDA, SUWONDO, YUSTINA E-mail: rebyoktarianda@ymail.com

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Riau

ABSTRACT

A research has been done to determine the structure of bird communities in various habitat types in TNTN and become an alternative source of learning support lab. The study was conducted in April-November 2013 by using a combination of point count method and transect. Location research purposive sampling by taking into account the type of habitat in secondary forest, river flow Nilo and plantations (rubber and oil palm). Parameters measured were the composition, diversity, richness, evenness and species dominance. The research found 79 species of birds belonging to 11 orders and 27 into the family. In the secondary forest sites found 53 species with a diversity index of 3.67, 0.92 and evenness of species richness 10.57. Nilo watersheds found 38 species with a diversity index of 3.36, 0.92 and evenness of species richness 8.51. Plantation (rubber and oil palm) found 27 species with a diversity index of 2.86, 0.87 evenness and species richness of 5.89. At all locations there are two dominant types of birds. The results of the study used as a learning resource in the form of student work sheet .

(2)

PENDAHULUAN

Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) merupakan kawasan pelestarian alam yang terdapat di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Tesso Nilo ditetapkan sebagai Taman Nasional (TN) pada tahun 2004 melalui SK Menteri Kehutanan No.Sk.255/Menhut-II/2004. Walaupun sudah ditetapkan sebagai TN, Tesso Nilo tidak terlepas dari permasalahan, khususnya permasalahan pelestarian ekosistem hutan. Aktivitas masyarakat seperti perambahan dan illegal logging turut menyebabkan rusaknya ekosistem hutan di kawasan TNTN. Qomar (2008) mengungkapkan bahwa interaksi masyarakat dengan hutan alam semakin tinggi melalui praktek pembalakan liar dan perambahan sehingga menimbulkan tekanan besar terhadap ekosistem hutan Tesso Nilo. Hasil investigasi WWF bersama pihak Balai TNTN (2011) melaporkan luas total perambahan di kawasan hutan TNTN mencapai 52.266,50 ha (Suara Tesso Nilo, 2013). Kondisi ini mengakibatkan hilangnya habitat serta terfragmentasinya habitat dan dampaknya berpengaruh terhadap komunitas burung. Degradasi suatu habitat jelas mengakibatkan jumlah jenis dan kehadiran burung di suatu kawasan menurun.

Burung merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang mendapatkan tekanan kuat dari aktivitas manusia terhadap hutan Tesso Nilo. Burung merupakan salah satu komponen ekosistem yang memiliki peranan penting dan tidak sedikit dalam mendukung berlangsungnya suatu siklus kehidupan organisme. Keadaan ini dapat dilihat dari rantai makanan dan jaring-jaring kehidupan yang membentuk sistem kehidupannya dengan komponen ekosistem lainnya seperti tumbuhan. Oleh karena itu keadaan burung disuatu kawasan sangatlah penting karena dapat menjadi suatu indikator perubahan lingkungan yang terjadi pada daerah dimana burung tersebut berada (Bibby et al., 2000).

TNTN sebagai suatu ekosistem berfungsi sebagai tempat habitat bagi burung untuk mencari makan, berkembang biak serta berinteraksi dengan ekosistem. Sebagai salah satu komponen ekosistem, burung mempunyai hubungan timbal balik dan saling tergantung dengan lingkungannya. Atas dasar peran dan manfaat ini maka kehadiran burung dalam suatu ekosistem perlu dipertahankan (Arumasari dalam Kristanto, 2007).

Permasalahan yang terjadi di TNTN merupakan objek yang dapat dijadikan sumber belajar mahasiswa pada bahasan komunitas hewan. Komunitas hewan merupakan salah satu konsep yang harus diberikan kepada mahasiswa. Dengan demikian kegiatan penelitian analisis komunitas burung pada berbagai tipe habitat di TNTN diharapkan dapat menjadi sumber belajar dalam mendukung bahan ajar konsep komunitas hewan.

Penelitian ini bertujuan untuk : Mengetahui struktur komunitas burung pada berbagai tipe habitat di TNTN dan menghasilkan sumber belajar untuk mendukung bahan ajar konsep komunitas hewan. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi dasar mengenai komunitas burung di TNTN untuk masukan di dalam mendukung kehidupan berbagai jenis burung yang ada di TNTN dan pengayaan sumber belajar untuk mendukung parkatikum konsep komunitas hewan.

METODE PENELITIAN

(3)

burung. Pengamatan burung dilakukan dengan menggunakan metode kombinasi titik hitung dan metode transek (Bibby et al., 2000). Pengamatan dengan metode ini jarak antar titik ditetapkan 200 meter dengan radius pengamatan 50 meter, pengamatan pada setiap titik dilakukan selama 20 menit. Pengamatan burung dilakukan satu kali pada waktu yang berbeda. Pengamatan dilakukan antara pukul 06:00-08:00 & 16:00-18:00 WIB dalam waktu cerah/baik. Pengamatan burung dilakukan dengan cara pengamatan morfologi dan suara.

Parameter yang diamati adalah komposisi jenis di lokasi pengamatan. Perhitungan dilakukan untuk mengetahui keragaman jenis (S), dan menghitung indeks keragaman jenis (H), indeks kemerataan jenis (E), indeks kekayaan jenis (J) dan dominansi (D).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis Burung di Taman Nasional Tesso Nilo

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap burung di tiga habitat berbeda yaitu hutan sekunder, aliran Sungai Nilo, dan perkebunan didapatkan 79 jenis burung yang masuk ke dalam 11 ordo dan 27 famili. Ordo yang paling banyak dijumpai jenisnya adalah passeriformes (Gambar 1). Dalam kelas aves ordo passeriformes merupakan ordo dengan jumlah jenis dan famili yang terbesar dibandingkan dengan ordo lainnya (MacKinnon et al. 2010).

Gambar 1. Komposisi Famili Burung Berdasarkan Ordo di TNTN

Hasil metode kombinasi titik hitung dan transek mencatat 79 jenis burung dari 27 famili dapat dilihat pada Gambar 2. Famili collumbidae merupakan famili yang spesiesnya sering dijumpai di lokasi penelitian, diikuti oleh timaliidae, pycnonotidae, cuculidae, alcenidae, silviidae, capitonidae, picidae dan ploceidae. Sebagian besar famili lain diwakili oleh satu atau tiga spesies saja di lokasi pengamatan.

1 1 1 1 1 1 1 1

3 2

14

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Ju

m

lah

F

am

il

i

(4)

Gambar 2. Komposisi Jenis Burung Berdasarkan Famili di TNTN

Penemuan jenis burung sangat berkaitan erat dengan kondisi habitatnya. Satwa akan memilih habitat yang memiliki kelimpahan sumberdaya bagi kelangsungan hidupnya, sebaliknya jarang atau tidak ditemukan pada lingkungan yang kurang menguntungkan baginya (Bibby et al. 2001). Selain itu, Odum (1993) menyebutkan bahwa penyebaran burung dipengaruhi oleh kesesuaian lingkungan, kompetisi serta seleksi alam.

Famili Collumbidae ditemukan sembilan jenis burung, yaitu Punai siam (Treron

bincinta), Punai gading (Treron vernans), Punai besar (Treron capellei), Punai bakau

(Trerron fulvicollis), Pergam hijau (Ducula aenea), Dederuk jawa (Geopelia striata), Tekukur biasa (Streptopelia chinensis), Delimukan zamrud (Chalcophaps indica), dan Merpati batu (Columba livia). Jenis burung ini sering dijumpai pada tiga lokasi pengamatan hal ini disebabkan karena pada saat pengamatan ditemukan banyak tumbuhan hutan yang sedang berbuah. famili collumbidae merupakan jenis burung pemakan buah-buahan (MacKinnon et al., 2010).

Banyaknya dijumpai famili timalidae (8 jenis) dan pycnonotidae (7 jenis) ditemukan ditiga lokasi penelitian disebabkan oleh habit makan dari masing-masing spesies dalam famili tersebut yang umumnya mencari makanan berupa serangga dan buah-buahan pada lapisan tajuk bawah dan tengah hutan. Disamping itu kelompok ini merupakan kelompok dengan anggota jenis yang cukup banyak untuk kawasan barat Indonesia (MacKinnon et al., 2010).

Suku alcenidae (raja udang) banyak ditemukan dihabitat tepian Sungai Nilo dikarenakan jenis burung ini memang dikenal menyenangi habitat di tepian Sungai atau yang berhubungan dengan air secara langsung (Strange, 2001; MacKinnon et all., 2010). Suku bucerotidae (enggang) banyak dijumpai pada habitat hutan sekunder dan aliran Sungai Nilo, hal ini dikarenakan pada kedua lokasi tersebut umum dijumpai vegetasi pohon yang berukuran besar dan berbuah seperti pohon ara yang menjadi makanan favotit bagi suku burung ini. Suku Bucerotidae menggunakan lubang pohon sebagai sarangnya (MacKinnon et al, 2010). Oleh karena ukuran burung ini besar (berkisar antara 70-120 cm), maka tentunya

(5)

digunakan untuk mencari makan berupa serangga yang terdapat di batang pohon (MacKinnon et al., 2010).

Penemuan burung pemangsa (raptor) menunjukkan bahwa habitat tersebut masih tergolong baik. Sebagai pemangsa puncak (top predator) dalam piramida atau rantai makanan, burung pemangsa merupakan penyeimbang ekosistem, sehingga bila ekosistem terganggu, maka mereka juga akan terganggu (Zulkifli et al., 2012).

Penemuan burung suku ploceidae (Bondol) sangat terkait dengan rerumputan yang ada dilokasi pengamatan habitat hutan sekunder. Hal ini yang menyebabkan jenis ini (Lonchura maja, lonchura punculata, & Lonchura striata) tidak dijumpai di lokasi yang lain, karena tidak dijumpainya unsur habitat rerumputan yang merupakan makanan utamanya (MacKinnon et al., 2010).

Jenis Burung Dilindungi

TNTN merupakan daerah penting bagi burung hal ini didasarkan dengan ditemukan 79 jenis dari penelitian ini, hal ini juga didukung dengan adanya jenis-jenis yang dilindungi dalam red list IUCN, CITES dan Perundang-undangan Indonesia.

Bila dilihat dari statusnya 12 jenis burung yang terdapat di kawasan TNTN yaitu Elang ular bido (Spilornis cheela), Elang Brontok (Spizaetus cirrhattus), Luntur putri (Harpactes duvaecelli), Raja udang meninting (Alcedo meninting), Cekakak emas (Pelargropsis capensis), Cekakak batu (Lacedo pulchella), Cekakak belukar (Halcyon symernensis), Cekakak sungai (Todirhampus sanctus), Rangkong badak (Buceros

rhinoceros), Kangkareng hitam (Antharacoceros malayanus), Julang jambul hitam (Aeros

corrugatus) dan Pijantung kecil (Arachnotera longirostra) dilindungi UU No 5 Tahun 1990 mengenai konservasi dan Sumber Daya Alam dan Hayati dan Ekosistemnya dan diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa serta Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar.

Menurut status red list IUCN (International Union for the Conservation of Nature

and Natural Resource) 2012 terdapat 12 jenis burung yang terdapat di kawasan TNTN

berstatus terancam punah yaitu Puyuh sengayan (Rollulus roulul), Punai bakau (Treron

fulvicollis), Nuri tanau (Psittinus cyanurus), Luntur putri (Harpactes duvacelli), Rangkong

badak (Buceros rhinoceros), Kangkareng hitam (Antharacoceros malayanus), Julang jambul hitam (Aeros corrugatus), Madi hijau kecil (Cayptonema viridis), Asi topi jelaga (Malacopteron affine), Tepus tunggir merah (Stachyris maculata), Tepus kaban (Stachyris nigricollis), Seriwang jepang (Terpsiphone atrocaudata) dan 2 jenis burung berstatus rentan yaitu Punai besar (Treron capellei) dan Empuloh paruh kait (Setornis criniger).

Ditinjau dari Status Peraturan Perdagangan Internasional menurut CITES (Convention on International Trade of Endangered Species of Wild Fauna and Flora) terdapat 8 jenis burung termasuk dalam daftar CITES Appendix II (jenis yang statusnya belum terancam tetapi akan terancam punah apabila dieksplotasi berlebihan) yaitu Elang ular bido (Spilornis

cheela), Elang Brontok (Spizaetus cirrhattus), serindit melayu (Louriculus galgulus), Nuri

tanau (Psittinus cyanurus), Rangkong badak (Buceros rhinoceros), Kangkareng hitam (Antharacoceros malayanus) dan Julang jambul hitam (Aeros corrugatus).

(6)

Struktur Komunitas Burung di Taman Nasional Tesso Nilo

Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 1 menunjukkan nilai keanekaragaman jenis burung pada tiga habitat berbeda dan menunjukkan nilai pada kisaran 3,67-2,86. Tingkat kekayaan jenis burung yang dijumpai memiliki perbedaan, Tabel 1 menunjukkan bahwa habitat hutan sekunder memiliki nilai kekayaan jenis tertinggi (10,37) dimana ditemukannya 53 spesies di lokasi penelitian daripada dua tipe habitat lainnya. Habitat aliran sungai nilo memiliki nilai kekayaan jenis (8,51) dengan 38 jenis burung yang ditemukan sedangkan untuk habitat perkebunan memiliki nilai kekayaan jenis (5,89) dengan 27 jenis burung yang ditemukan disekitar lokasi.

Tabel 1. Indeks Struktur Komunitas Burung di Masing-Masing Lokasi

Lokasi Jumlah

Nilai Indeks keragaman jenis pada lokasi perkebunan berbeda bila dibandingkan dengan nilai keragaman jenis pada kedua lokasi diatas. Hal tersebut dikarenakan pada lokasi perkebunan komposisi jenis penyusun tegakan vegetasi telah berubah. Struktur vegetasi merupakan salah satu faktor kunci yang mempengaruhi kekayaan spesies burung (Wiens dalam Purnomo 2008). Hubungan yang sangat erat antara komunitas burung dengan keragaman habitat menunjukkan bahwa burung sangat tergantung pada keragaman kompleksitas dari pohon, tiang, dan semak (Chettri et al., 2005).

Keberadaan tumbuhan sangat terkait dengan ketersedian pakan, tempat bersarang, perlindungan dari pemangsa dan juga faktor mikroklimat. Perubahan komposisi komponen habitat berupa jenis-jenis tumbuhan yang berimplikasi langsung terhadap perubahan ketersediaan sumber daya, akan merubah pula komposisi burung-burung yang memanfaatkannya yang sekaligus akan merubah jenis burung yang mendiami habitat tersebut (Partasasmita, 2003).

Hilangnya keanekaragaman spesies tumbuhan menjadi salah satu faktor terpenting penurunan keanekaragaman spesies burung karena tumbuhan yang beragam pada suatu habitat akan menyediakan tempat pakan yang berlimpah (Dendi, 2012; Beukema et al., 2007; Tata HL et al., 2011; Aratrakorn et al.,2007).

Berdasarkan pada tabel 2 dapat dilihat bahwa indeks kemerataan jenis burung disemua lokasi memiliki nilai kurang dari 1 (satu) hal tersebut menunjukkan bahwa di semua lokasi terdapat dominansi satu atau beberapa spesies artinya satu atau beberapa spesies memiliki jumlah individu yang lebih banyak dibandingkan spesies yang lain.

(7)

jawa (Prinia familaris) 3%. Burung-burung tersebut mendominasi di seluruh lokasi hutan TNTN yang sebagian besar menggunakan strata tajuk bawah, tajuk tengah dan tajuk atas. Hal ini didukung oleh kondisi habitat yang cukup memadai bagi jenis burung tersebut terutama dalam ketersediaan makanan. Relatif cukup pohon-pohon yang sedang berbunga dan berbuah serta diikuti dengan jumlah serangga yang membuat sarang disekitar lokasi menjadi pakan bagi jenis burung pemakan omnivora.

Gambar 3. Spesies Dominan dan Subdominan di TNTN

Pemanfaatan hasil penelitian sebagai Sumber Belajar

Pemanfaatan hasil penelitian sebagai sumber belajar merupakan suatu usaha untuk penciptaan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Hasil penelitian yang digunakan untuk memberi informasi kepada peserta didik sebagai pengayaan materi pada konsep komunitas hewan.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber belajar dengan mengacu pada fakta-fakta yang diperoleh dari penelitian. Fakta-fakta yang diperoleh dari hasil penelitian analisis komunitas burung pada berbabagai tipe habitat di TNTN dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 1. Fakta-Fakta Hasil Penelitian

No Fenomena Fakta Konsep komunitas

1 Komposisi jenis burung

Dijumpai 79 jenis burung yang masuk ke dalam 11 ordo dan 27 famili.

-

2 Keragaman jenis burung

Indeks keragaman jenis burung pada 3 lokasi berbeda. Keragaman jenis tertinggi (3,67) pada habitat hutan sekunder, aliran Sungai Nilo (3,36) dan keragaman jenis terendah (2,86) pada habitat perkebunan.

Komunitas di dalam

lingkungan/habitat yang mantap mempunyai keragaman jenis yang tinggi (Odum, 1993).

3 Kemerataan jenis burung

Indeks kemeraataan jenis burung disemua habitat memiliki nilai kurang dari satu (<1).

Nilai <1 menunjukkan bahwa terdapat dominansi satu atau beberapa jenis. Artinya satu atau beberapa jenis memiliki jumlah individu yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis lain.

(8)

(Odum, 1993). sekunder, aliran Sungai Nilo (8,51) dan terendah (5,89) pada habitat memiliki nilai dominansi tertinggi (6%).

Golongan jenis yang sebagian besar mengendalikan komunitas. Relatif hanya sedikit jenis yang mengendalikan komunitas dan mereka ini disebut dominan (Odum, 1993).

Kesesuaian antara fakta hasil penelitian dengan konsep komunitas hewan menunjukkan bahwa hasil penelitian analisis komunitas burung pada berbagai tipe habitat di TNTN dapat digunakan sebagai alternatif sumber belajar bagi mahasiswa. Hasil penelitian dirancang sebagai sumber belajar yang disusun menjadi perangkat pembelajaran berupa silabus, Satuan Acara Perkuliahan (SAP) dan Lembar Kerja Mahasiswa (LKM).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kawasan TNTN telah ditemukan 79 jenis burung yang masuk kedalam 11 ordo dan 27 famili serta terdapat 2 jenis burung yang dominan di lokasi penelitian. Keanekaragaman (H’) dan kekayaaan jenis (R) burung di kawasan TNTN memiliki nilai tinggi. Kemerataan jenis (E) burung di kawasan TNTN memiliki nilai <1 menunjukkan penyebaran burung yang tidak merata.

Struktur komunitas burung di TNTN menunjukkan perbedaan pada berbagai tipe habitat sehingga dapat dijadikan sumber belajar untuk mendukung kegiatan praktikum dalam bentuk lembar kerja mahasiswa

Saran

Perlu dilakukan survey yang mencakup kawasan lebih luas di TNTN meliputi habitat yang ada untuk melengkapi data jenis burung.

UCAPAN TERIMA KASIH

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Aratrakorn S.T., & Paul F. Donald. 2007. Changes in bird communities following conversion of lowland forest to oil palm and rubber plantations in southern Thailand. Bird Conservation International (2006) 16:71–82.

Baukema, H, Danielsen, F, Vincent, G, Hardiwinoto, & Andel, V. Jelte. 2007. Plant and Bird Diversity in Rubber Agroforestry in The Lowlands Of Sumatera Indonesia. Agroforest syst. 70:217-242.

Bibby, C. Jones & Marsden, S. 2000. Teknik-Teknik Ekspedisi Lapangan Survei Burung. BP Conservation Programme. Bogor.

Chettri N, Deb DC, Sharma E, Jackson R. 2005. The RaliationshipBird Communities and Habitat a Study Along a Tracking Corridor in The Sikkim Himalaya. Mountain Research and Development 25: 235-243.

Dendi. 2012. Fauna Burung Di Tiga Tipe Habitat Di Kawasan Bukit Batu, Bengkalis, Riau. Skripsi FMIPA Universitas Riau, Pekanbaru.

Kristanto, A. 2007. Perbandingan Keanekaragaman Burung Pada Pagi dan Sore Hari Di Empat habitat Yang Berbeda Di TWA dan CA Pangandaran, Ciamis, Jawa Barat.

Indonesian Ornithologi st’ Union (IdOU)-2007.

MacKinnon, J. K.Phillips & B. Van Balen 2010. Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Puslitbang Biologi-LIPI/Birdlife Indonesia, Bogor.

Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan Tjahyo Samingan dan Srigandano. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Purnomo, H, Jamaksari, H, Bangkit, R, Praditya, T, & Syafrudin, D. 2008. Hubungan Antara Struktur Komunitas Burung Dengan Vegetasi Di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Prosiding Seminar Ornitologi Indonesia. Bogor

Partasasmita, R. 2003. Ekologi Burung Pemakan Buah dan Biji (Paper Falsafah Sains Program Pasca Sarjana). IPB Press. Bogor

Suara Tesso Nilo. 2013. Taman Nasional Tesso Nilo di bawah bayang kehancuran. Edisi Januari-Maret 2013.

Tata HL, et al. 2011. Recognising Biodiversity in Rubber Plantations. Bogor, Indonesia: World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional Program.

Gambar

Gambar 1. Komposisi Famili Burung Berdasarkan Ordo di TNTN
Gambar 2. Komposisi Jenis Burung Berdasarkan Famili di TNTN
Gambar 3. Spesies Dominan dan Subdominan di TNTN

Referensi

Dokumen terkait

representasi dari pelaksanaan tindakan dalam rangka peningkatan keterampilan senam lantai siswa kelas VI SDN 01 Dempelan tercermin pada tabel 1. Perbandingan

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya terdapat keunggulan dari produk pengembangan ini adalah proses pembelajaran kebugaran jasmani unsur kecepatan dapat dilakukan di dalam

Dari uji coba yang telah dibahas dalam bab sebelumnnya, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sesuai dengan perancangan aplikasi buku cerita anak interaktif

Dari hasil simulasi perhitungan persen refleksi cahaya oleh permukaan sel surya silikon yang diberi lapisan anti refleksi ZnO dapat disimpulkan bahwa persen refleksi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi jalan, besar beban yang terjadi pada jalan, hubungan antara pertumbuhan lalu lintas dengan kondisi jalan serta kebijakan Bina

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah kualitas pelayanan dan harga berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan, adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan Rental Mobil Fany di Kota Palu?; 3). Apakah nilai pelanggan berpengaruh positif dan signifikan

Penelitian yang membahas mengenai hubungan CSR dengan stock returns ini telah dilakukan oleh Jones dan Murrell, 2001; Muid, 2011 yang mana dalam penelitiannya