• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN TERHADAP DEBIT SUNGAI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WILAYAH KERJA BPDASHL ASAHAN BARUMUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN TERHADAP DEBIT SUNGAI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WILAYAH KERJA BPDASHL ASAHAN BARUMUN"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)79. ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN TERHADAP DEBIT SUNGAI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WILAYAH KERJA BPDASHL ASAHAN BARUMUN. SKRIPSI. BERRY MORA MANALU 161201031. DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020. Universitas Sumatera Utara.

(2) i. ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN TERHADAP DEBIT SUNGAI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WILAYAH KERJA BPDASHL ASAHAN BARUMUN. SKRIPSI. Oleh : BERRY MORA MANALU 161201031. Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara. DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020 i Universitas Sumatera Utara.

(3) ii. LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian. Nama NIM Departemen Fakultas. : Analisis Dampak Perubahan Tutupan Lahan Terhadap Debit Sungai di Daerah Aliran Sungai Wilayah Kerja BPDASHL Asahan Barumun : Berry Mora Manalu : 161201031 : Manajemen Hutan : Kehutanan. Disetujui Oleh, Pembimbing. Dr. Bejo Slamet, S.Hut.,M.Si.. Ketua Mengetahui,. Dr. Bejo Slamet, S.Hut., M.Si. Ketua Departemen Manajemen Hutan. Tanggal Lulus: 07 September 2020. ii Universitas Sumatera Utara.

(4) iii. PERNYATAAN ORINALITAS Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama NIM Judul Skripsi. : Berry Mora Manalu : 161201031 : Analisis Dampak Perubahan Tutupan Lahan Terhadap Debit Sungai di Daerah Aliran Sungai Wilayah Kerja BPDASHL Asahan Barumun. Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.. Medan, 16 September 2020. Berry Mora Manalu NIM 161201031. iii Universitas Sumatera Utara.

(5) iv. ABSTRAK BERRY MORA MANALU : Analisis Dampak Perubahan Tutupan Lahan Terhadap Debit Sungai di Daerah Aliran Sungai Wilayah Kerja BPDASHL Asahan Barumun, dibimbing oleh BEJO SLAMET. Kondisi tutupan lahan berkaitan erat dengan kualitas suatu daerah aliran sungai (DAS). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan dampak perubahan tutupan lahan terhadap debit sungai dari suatu DAS. Metode penelitian dilakukan dengan melakukan analisis korelasi dan regresi antara tutupan lahan dengan debit. Penelitian ini dilakukan pada 4 DAS di wilayah kerja BPDASHL Asahan Barumun, yaitu yaitu DAS Batang Toru, DAS Barumun Bilah, DAS Batang Gadis, dan DAS Asahan dengan outlet pengamatan di Hapesong Baru, Kampung Sipetang, Kota Pinang, Negeri Lama, Maga, dan Pulau Raja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan tutupan lahan yang paling dominan pada masing-masing DAS periode 2014-2018 yaitu, DAS Batang Toru di Hapesong Baru yaitu hutan lahan kering sekunder menjadi tanah terbuka (438.56 ha), belukar menjadi perkebunan (344.16 ha), hutan lahan kering sekunder menjadi belukar (249.02 ha). Kampung Sipetang yaitu hutan lahan kering sekunder menjadi tanah terbuka (395.62 ha), belukar menjadi tanah terbuka (238.74 ha), tanah terbuka menjadi belukar (184.96 ha). DAS Barumun Bilah di Kota Pinang yaitu belukar menjadi tanah terbuka (6550 ha), hutan lahan kering sekunder menjadi tanah terbuka (5370 ha), tanah terbuka menjadi perkebunan (5160 ha), dan perkebunan menjadi tanah terbuka (5160 ha). Negeri Lama yaitu tanah terbuka menjadi belukar (1524.97 ha), hutan lahan kering sekunder menjadi tanah terbuka (990.66 ha), perkebunan menjadi tanah terbuka (948.19 ha). DAS Batang Gadis di Maga yaitu belukar menjadi perkebunan (1617.25 ha), hutan lahan kering primer menjadi belukar (652 ha), hutan lahan kering sekunder menjadi belukar (614 ha). DAS Asahan di Pulau Raja yaitu belukar menjadi pertanian lahan kering (5640 ha), tanah terbuka menjadi perkebunan (298.15 ha), hutan lahan kering sekunder menjadi belukar (161.09 ha). Besarnya konversi lahan mengarah ke lahan paling dominan belukar dan tanah terbuka menyebabkan menurunnya kualitas fungsi DAS. Penurunan fungsi DAS teridentifikasi dari curah hujan, debit sungai, koefisien aliran permukaan, dan koefisien rezim sungai. Kata Kunci : Daerah Aliran Sungai, tutupan lahan, perubahan lahan.. iv Universitas Sumatera Utara.

(6) v. ABSTRACT BERRY MORA MANALU : Analysis of the impact of land cover changes on river discharge in the watershed of the BPDASHL Asahan Barumun work area, supervised by BEJO SLAMET The condition of land cover is closely related to the quality of a watershed (DAS). This research aims to analyze the relationship the impact of land cover changes to river discharge from a watershed. The research method is done by analyzing the correlation and regression between land cover and discharge. This research was conducted in 4 watersheds in BPDASHL Asahan Barumun working area, namely Batang Toru Watershed, Barumun Bilah Watershed, Batang Gadis Watershed, and Asahan Watershed with observation outlets in Hapesong Baru, Kampung Sipetang, Pinang City, Negeri Lama, Maga, and Pulau Raja. The results showed that the most dominant changes in land cover in each watershed in the period 2014-2018 namely, Batang Toru Watershed in Hapesong Baru which is secondary dryland forest into open land (438.56 ha), shrubs into plantations (344.16 ha), secondary dryland forests into shrubs (249.02 ha). Kampung Sipetang is a secondary dryland forest into open land (395.62 ha), shrubs become open land (238.74 ha), open land becomes shrubs (184.96 ha). Barumun Bilah Watershed in Penang is shrub into open land (6550 ha), secondary dryland forest becomes open land (5370 ha), open land becomes plantation (5160 ha), and plantation becomes open land (5160 ha). Negeri Lama is open land into shrubs (1524.97 ha), secondary dryland forest becomes open land (990.66 ha), plantation becomes open land (948.19 ha). Batang Gadis watershed in Maga is a grove into plantation (1617.25 ha), primary dryland forest becomes shrub (652 ha), secondary dryland forest becomes shrub (614 ha). Asahan Watershed on Raja Island is shrubland into dry land agriculture (5640 ha), open land becomes plantation (298.15 ha), secondary dryland forest becomes shrub (161.09 ha). The large conversion of land leads to the most dominant land of shrubs and open land causing a decrease in the quality of watershed function. Decreased watershed function is identified from rainfall, river discharge, surface flow coefficient, and river regime coefficient.. Keywords: river basin, land cover, land change.. v Universitas Sumatera Utara.

(7) vi. RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sibolga pada tanggal 20 Mei 1998. Penulis merupakan anak pertama dari enam bersaudara dari Bapak Aruslin Manalu dan Ibu Minar Purba. Penulis memulai pendidikan di SD Swasta Tri Ratna Sibolga pada tahun 2004 – 2010, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Sibolga pada tahun 2010 – 2013, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 3 Sibolga pada tahun 2013 – 2016. Pada tahun 2016, penulis lulus di Fakultas Kehutanan USU melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih minat Departemen Manajemen Hutan. Penulis telah mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Kawasan Hutan Mangrove Desa Lubuk Kertang, Kec. Brandan Barat, Kab. Langkat, Sumatera Utara pada tahun 2018. Pada Tahun 2019 penulis juga telah menyelesaikan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Taman Nasional Batang Gadis, Sumatera Utara. Selama proses perkuliahan, penulis pernah menjadi Asisten lapangan Pratikum Geodesi dan Kartografi tahun 2019. Penulis juga aktif mengisi perayaan Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) sebagai penari untuk wilayah sibolga dan tapanuli tengah pada tahun 2015-2019. Selama kuliah penulis aktif dalam organisasi sebagai anggota pada tahun 20162018 dan Dewan Perwakilan Anggota pada tahun 2018-2019 di Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) USU. Ketua Humas pada tahun 2019-2020 di UKM Studi Pedesaan USU. Anggota pada Divisi keilmuan di Kesatuan Aksi Mahasiswa Sibolga Tapanuli Tengah (KAMISTA) pada tahun 2019- sekarang.. vi Universitas Sumatera Utara.

(8) vii. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Berkat dan Anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Dampak Perubahan Tutupan Lahan Terhadap Debit Sungai di Daerah Aliran Sungai Wilayah Kerja BPDASHL Asahan Barumun”. Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan strata-1 dan memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Bejo Slamet, S.Hut., M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada para penguji sidang skripsi, yaitu Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, M.Si, Bapak Dr. Nurdin Sulistiyono, S.Hut., M.Si, dan Ibu Dr. Iwan Risnasari, S.Hut., M.Si. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada tim penelitian yang telah memberikan dukungan dan bersama-sama menyelesaikan penelitian ini dengan baik, kepada teman-teman dan juga sahabat di Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan semangat, bantuan atas penyelesaian skripsi ini. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada jajaran dekanat Fakultas Kehutanan, ketua departemen Manajemen Hutan, dan seluruh staf pengajar yang telah memberikan ilmunya kepada penulis sejak mulai perkuliahan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kesalahan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun agar skripsi ini lebih baik sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis mengucapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ipteks kehutanan. Medan, 16 September 2020. Berry Mora Manalu NIM 161201031. vii Universitas Sumatera Utara.

(9) viii. DAFTAR ISI Halaman ii LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................................. iii ABSTRAK .................................................................................................... iv ABSTRACT .................................................................................................... v RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... vi KATA PENGANTAR .................................................................................. vii DAFTAR ISI ................................................................................................. viii DAFTAR TABEL .......................................................................................... x xi DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii PENDAHULUAN Latar Belakang ............................................................................................... Tujuan Penelitian ........................................................................................... Manfaat Penelitian .......................................................................................... 1 3 3. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi ................................................................................... Penutupan dan Perubahan Lahan ................................................................... Curah Hujan ................................................................................................... Debit Sungai ................................................................................................... Daerah Resapan Air ....................................................................................... Daerah Aliran Sungai (DAS).……….……………………………………… Aliran Permukaan ........................................................................................... Sistem Informasi Geografis ............................................................................ Klasifikasi Tutupan Lahan .............................................................................. Poligon Thiessen…………………………………………………………….. 4 4 6 6 7 8 9 9 10 10. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... Bahan dan Alat ............................................................................................. Prosedur Penelitian ....................................................................................... Pengumpulan Data ......................................................................................... Analisis Data .................................................................................................. Pengelolaan Data Tutupan lahan............................................................... Pengolahan Data Curah Hujan................................................................. Kelerengan DAS Wilayah Kerja Asahan Barumun……………………... Analisis Koefisien Rezim Sungai……………………………………….. Analisis Koefisien Aliran Permukaan........................................................ Analisis Hubungan Perubahan Tutupan Lahan Terhadap Debit Sungai…. 11 11 12 13 13 13 13 14 15 15 16. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Tutupan Lahan.......................................................................... Daerah Aliran Sungai Batang Toru .......................................................... 17 20. viii Universitas Sumatera Utara.

(10) ix. Daerah Aliran Sungai Barumun Bilah .................................................... Daerah Aliran Sungai Batang Gadis ........................................................ Daerah Aliran Sungai Asahan .................................................................. Perubahan Tutupan Lahan ............................................................................... Daerah Aliran Sungai Batang Toru ........................................................... Daerah Aliran Sungai Barumun Bilah ...................................................... Daerah Aliran Sungai Batang Gadis ......................................................... Daerah Aliran Sungai Asahan ................................................................... Analisis Topografi di DAS Wilayah Kerja BPDASHL Asahan Barumun…… Analisis Hidrologi di Wilayah Kerja Asahan Barumun…………..………….. Daerah Aliran Sungai Batang Toru ........................................................... Daerah Aliran Sungai Barumun Bilah ...................................................... Daerah Aliran Sungai Batang Gadis ......................................................... Daerah Aliran Sungai Asahan ................................................................... Analisis Koefisien Aliran dan Koefisien Rezim Sugai ................................... Daerah Aliran Sungai Batang Toru .......................................................... Daerah Aliran Sungai Barumun Bilah ...................................................... Daerah Aliran Sungai Batang Gadis ......................................................... Daerah Aliran Sungai Asahan ................................................................... Analisis Hubungan Tutupan Lahan dan Curah Hujan Terhadap Debit Sungai ........................................................................................................ Daerah Aliran Sungai Batang Toru ............................................................ Daerah Aliran Sungai Barumun Bilah ....................................................... Daerah Aliran Sungai Batang Gadis .......................................................... Daerah Aliran Sungai Asahan .................................................................... KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan…………………………………………………………….……. Saran…………………………………………………………………………. 21 23 24 24 26 27 28 29 30 32 32 34 36 37 38 38 40 42 42 44 45 46 46 47 50 50. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN. ix Universitas Sumatera Utara.

(11) x. DAFTAR TABEL. No. Teks. Halaman. 1. Data penelitian ........................................................................................ 2. Kelas kelerengan ..................................................................................... 3. Klasifikasi koefisien rezim sungai .......................................................... 4. Klasifikasi koefisien aliran permukaan ................................................... 5. Interpretasi koefisien determinasi (R2) ................................................... 6. Luas tutupan lahan di DAS Batang Toru dengan outlet pengamatan di Hapesong Baru tahun 2014-2018............................................................. 7. Luas tutupan lahan di DAS Batang Toru dengan outlet pengamatan di Kampung Sipetang tahun 2014-2018 ....................................................... 8. Luas tutupan lahan di DAS Barumun Bilah dengan outlet pengamatan di Kota Pinang tahun 2014-2018 ............................................................. 9. Luas tutupan lahan di DAS Barumun Bilah dengan outlet pengamatan di Negeri Lama tahun 2014-2018 ............................................................ 10. Luas tutupan lahan di DAS Batang Gadis dengan outlet pengamatan di Maga tahun 2014-2018 ........................................................................ 11. Luas tutupan lahan di DAS Asahan dengan outlet pengamatan di Pulau Raja tahun 2014-2018 .................................................................... 12. Matriks perubahan tutupan lahan di DAS Batang Toru dengan outlet pengamatan di Hapesong Baru tahun 2014-2018 .................................... 13. Matriks perubahan tutupan lahan di DAS Batang Toru dengan outlet pengamatan di Kampung Sipetang tahun 2014-2018 .............................. 14. Matriks perubahan tutupan lahan di DAS Barumun Bilah dengan outlet pengamatan di Kota Pinang tahun 2014-2018 .............................. 15. Matriks perubahan tutupan lahan di DAS Barumun Bilah dengan outlet pengamatan di Negeri Lama tahun 2014-2018 .............................. 16. Matriks perubahan tutupan lahan di DAS Batang Gadis dengan outlet pengamatan di Maga tahun 2014-2018 ......................................... 17. Matriks perubahan tutupan lahan di DAS Asahan dengan outlet outlet pengamatan di Pulau Raja tahun 2014-2018 ................................. 18. Nilai kelerengan pada setiap outlet pengamatan pada masing-masing DAS di BPDASHL Asahan Barumun ...................................................... 19. Persamaan regresi komponen hidrologi stasiun Hapesong Baru .............. 20. Persamaan regresi komponen hidrologi stasiun Kampung Sipetang..................................................................................................... 21. Persamaan regresi komponen hidrologi stasiun Maga.............................. 22. Persamaan regresi komponen hidrologi stasiun Pulau Raja ...................... 13 14 15 16 16 20 21 22 22 23 24 26 27 27 28 29 29 31 45 46 47 47. x Universitas Sumatera Utara.

(12) xi. DAFTAR GAMBAR. No. Teks. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.. Halaman. Peta lokasi penelitian .......................................................................... Diagram alir penelitian........................................................................ Poligon thiessen DAS di BPDASHL wilayah kerja Asahan Barumun Peta tutupan lahan tahun 2014 di lokasi penelitian ............................... Peta tutupan lahan tahun 2018 di lokasi penelitian ............................... Peta perubahan tutupan lahan 2014-2018 di lokasi penelitian ............... Peta kelerengan di lokasi penelitian ....................................................... Grafik dinamika curah hujan dengan debit rataan, debit maksimum, dan debit minimum pada wilayah Hapesong Baru ........................................................................................................ 9. Grafik dinamika curah hujan dengan debit rataan, debit maksimum, dan debit minimum pada wilayah Kampung Sipetang.................................................................................................. 10. Grafik dinamika curah hujan dengan debit rataan, debit maksimum, dan debit minimum pada wilayah Kota Pinang ................. 11. Grafik dinamika curah hujan dengan debit rataan, debit maksimum, dan debit minimum pada wilayah Negeri Lama ................ 12. Grafik dinamika curah hujan dengan debit rataan, debit maksimum, dan debit minimum pada wilayah Maga ............................ 13. Grafik dinamika curah hujan dengan debit rataan, debit maksimum, dan debit minimum pada wilayah Pulau Raja .................... 14. Grafik dinamika koefisien aliran terhadap koefisien rezim sungai di wiilayah Hapesong Baru .................................................................... 15. Grafik dinamika koefisien aliran terhadap koefisien rezim sungai di wilayah Kampung Sipetang ............................................................... 16. Grafik dinamika koefisien aliran terhadap koefisien rezim sungai di wilayah Kota Pinang .......................................................................... 17. Grafik dinamika koefisien aliran terhadap koefisien rezim sungai di wilayah Negeri Lama .......................................................................... 18. Grafik dinamika koefisien aliran terhadap koefisien rezim sungai di wilayah Maga ...................................................................................... 19. Grafik dinamika koefisien aliran terhadap koefisien rezim sungai di wilayah Pulau Raja .............................................................................. 11 12 14 19 19 25 31. 32. 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43. xi Universitas Sumatera Utara.

(13) xii. DAFTAR LAMPIRAN. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.. 20.. 21.. 22.. 23.. Teks. Halaman. Tabel debit maksimum, debit minimum, debit rataan, KRS dan curah hujan pada wilayah Hapesong Baru ................................ Tabel debit maksimum, debit minimum, debit rataan, KRS dan curah hujan pada wilayah Kampung Sipetang .......................... Tabel debit maksimum, debit minimum, debit rataan, KRS dan curah hujan pada wilayah Kota Pinang ..................................... Tabel debit maksimum, debit minimum, debit rataan, KRS dan curah hujan pada wilayah Negeri Lama.................................... Tabel debit maksimum, debit minimum, debit rataan, KRS dan curah hujan pada wilayah Maga ................................................ Tabel debit maksimum, debit minimum, debit rataan, KRS dan curah hujan pada wilayah Pulau Raja ....................................... Perhitungan koefisien aliran Hapesong Baru ................................... Perhitungan koefisien aliran Kampung Sipetang ............................. Perhitungan koefisien aliran Kota Pinang ........................................ Perhitungan koefisien aliran Negeri Lama....................................... Perhitungan koefisien aliran Maga .................................................. Perhitungan koefisien aliran Pulau Raja .......................................... Hasil uji normalitas DAS Batang Toru dengan outlet debit di Hapesing Baru ................................................................................... Hasil uji normalitas DAS Batang Toru dengan outlet debit di Kampung Sipetang ............................................................................ Hasil uji normalitas DAS Barumun Bilah dengan outlet debit di Kota Pinang ....................................................................................... Hasil uji normalitas DAS Barumun Bilah dengan outlet debit di Negeri Lama ...................................................................................... Hasil uji normalitas DAS Batang Gadis dengan outlet debit di Maga .................................................................................................. Hasil uji normalitas DAS Asahan dengan outlet debit di Pulau Raja ..................................................................................................... Hasil analisis regresi linear variabel tutupan lahan dan curah hujan dengan komponen hidrologi DAS Batang Toru dengan outlet debit di Hapesong Baru......................................................... Hasil analisis regresi linear variabel tutupan lahan dan curah hujan dengan komponen hidrologi DAS Batang Toru dengan outlet debit di Kampung Sipetang.................................................... Hasil analisis regresi linear variabel tutupan lahan dan curah hujan dengan komponen hidrologi DAS Barumun Bilah dengan outlet debit di Kota Pinang ............................................................. Hasil analisis regresi linear variabel tutupan lahan dan curah hujan dengan komponen hidrologi DAS Barumun Bilah dengan outlet debit di Negeri Lama ............................................................ Hasil analisis regresi linear variabel tutupan lahan dan curah. 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 67 67 68 68 68. 69. 70. 73. 73. xii Universitas Sumatera Utara.

(14) xiii. 24.. 25. 26. 27. 28. 29. 30.. hujan dengan Komponen hidrologi DAS Batang Gadis dengan outlet debit di Maga ........................................................................ Hasil analisis regresi linear variabel tutupan lahan dan curah hujan dengan Komponen hidrologi DAS Asahan dengan outlet debit di Pulau Raja ................................................................ Hasil analisis regresi linear variabel jenis curah hujan dengan komponen hidrologi di wilayah Hapesong Baru ............................. Hasil analisis regresi linear variabel jenis curah hujan dengan komponen hidrologi di wilayah Kampung Sipetang ....................... Hasil analisis regresi linear variabel jenis curah hujan dengan komponen hidrologi di wilayah Kota Pinang .................................. Hasil analisis regresi linear variabel jenis curah hujan dengan komponen hidrologi di wilayah Negeri Lama ................................. Hasil analisis regresi linear variabel jenis curah hujan dengan komponen hidrologi di wilayah Maga ............................................. Hasil analisis regresi linear variabel jenis curah hujan dengan komponen hidrologi di wilayah Pulau Raja ...................................... 73. 76 79 80 81 82 83 85. xiii Universitas Sumatera Utara.

(15) 79. PENDAHULUAN. Latar Belakang Daerah aliran sungai sangat berhubungan erat dengan kondisi hutan di Indonesia. Hutan Indonesia adalah hutan tropis terbesar ketiga di dunia yang mencakup hutan seluas 1.860.359,67 km2 dan peringkat kedua untuk keanekaragaman hayati. Pengelolaan hutan berkelanjutan di negara-negara tropis menggunakan pendekatan perintah dan kontrol wajib dipandang sebagai proyek yang tidak berhasil oleh konsumen hijau, membuktikan bahwa lingkungan hutan tropis semakin berkurang, termasuk hutan di Indonesia. Terjadinya degradasi hutan berakibat pada perubahan tutupan lahan yang merusak aliran permukaan sungai yang ada di dalam hutan. Menurut analisis Forest Watch Indonesia pada tahun 2011, laju deforestasi di Indonesia selama tiga periode ini menurun karena berkurangnya luas hutan Indonesia sebesar 1,8 juta ha / tahun dalam periode 1985-1997, sekitar 2,84 juta ha / tahun di periode 1997-2000 dan sekitar 1,51 juta ha / tahun selama 2000-2009 (Sulistyowati dan Hadi, 2018). Wilayah daerah aliran sungai dibatasi oleh punggung pegunungan, dan perbukitan yang akhirnya air hujan mengalir pada titik akhir suatu outlet. Banyaknya air hujan yang tertangkap pada suatu DAS menggambarkan luas DAS dan aliran sungai yang sangat besar. Masyarakat disekitar DAS memanfaatkan air dan lahan dalam aktifitas sehari-hari. Aktifitas masyarakat memanfaatkan lahan didaerah aliran sungai mengakibatkan susunan aliran sungai menjadi terganggu (Nifen et al., 2017). Banyak manfaat yang diperoleh dari baiknya pengelolaan daerah aliran sungai dalam berbagai sektor dan dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Pada pembagian wilayah sungai, wilayah semi arid pada daerah aliran sungai memiliki peran yang sangat signifikan karena merupakan sumber energi utama bagi masyarakat. yang sebagian besarnya hidup dari sektor pertanian. dalam pengelolaan sumber air yang mendukung berkelanjutan berbagai sektor terkait, baik secara langsung maupun tidak langusung terhadap ekosistem daerah aliran sungai (Njurumana, 2008).. Universitas Sumatera Utara.

(16) 2. Kerusakan dan pengelolaan daerah aliran sungai salah satu persoalan nasional yang tidak terpisahkan dari pembangunan. Masalah pokok dalam pengelolaan sumber daya air sangat kompleks, diantaranya: pada musim kemarau dan musim hujan sangat sulit untuk memperkirakan fluktuasi debit air, kerusakan lahan akibat erosi dan sedimentasi di daerah tangkapan air, pemanfaatan air yang belum efisien, kemampuan pemulihan lahan secara alami yang cendrung mengalami kemunduran akibat pembuangan limbah yang masuk ke sungai. Penanganan yang kurang memadai dan masalah-masalah ini tidak ditangani, maka tutupan lahan pada daerah aliran sungai akan mengalami kerusakan dari waktu kewaktu (Purnomo et al., 2016). Ekosistem pada daerah aliran sungai atau disebut cekungan sungai merupakan salah satu isu nasional dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi daerah aliran sungai yang kritis menjadi variabel utama terjadinya kerusakan yang menyebabkan banjir. Pentingnya perbaikan daerah aliran sungai sebagai salah satu unit perencanaan dalam pengelolaan sumber daya alam sudah direncanakan oleh berbagai pihak baik di tingkat nasional maupun tingkat regional, yang merupakan kesatuan ekosistem hubungan timbal balik antara alam dan manusia dalam pemanfaatannya. Daerah aliran sungai bagian hulu cenderung memiliki tingkat kerawanan akan terjadinya kekritisan lahan. Kebutuhan akan lahan sebagai sarana bermukim menjadi permasahalan tentang lahan. Bertambah penduduk akan mengakibatkan perubahan tutupan lahan dan akan memanfaatkan lahan pinggiran sungai walaupun sudah tidak diizinkan (Triastuti dan Taryono, 2017). Tutupan lahan dapat menggambarkan keterkaitan antara proses alami dan sosial. Tutupan lahan dapat menyediakan informasi dalam pemodelan serta untuk memahami fenomena alam yang akan terjadi. Perubahan global dalam keterkaitan perubahan iklim dengan aktivitas manusia dapat disajikan dalam bentuk informasi pada tutupan lahan. Informasi tutupan lahan yang akurat merupakan salah satu faktor penentu dalam peningkatan model ekosistem, hidrologi dan atmosfer dalam hubungan timbal baliknya. Tutupan lahan adalah informasi dasar dalam kajian geoscience dan perubahan global (Sampurno dan Thoriq, 2016). Kebutuhan barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhannya sangat meningkat pesat. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia sering mengembangkan. 2 Universitas Sumatera Utara.

(17) 3. preferensinya. Jika preferensinya terhadap kebutuhan jasa meningkat maka pola tutupan lahan yang dikembangkan cenderung akan mengarah ke bentuk nonpertanian. Selain dengan itu, maka tutupan lahan kawasan daerah aliran sungai memiliki karakteristik sebagai berikut ini : 1. Hutan beralih fungsi menjadi perkebunan dan semak belukar; 2. Perkebunan beralih fungsi menjadi kebun campuran dan tegalan; 3. Tegalan beralih fungsi menjadi sawah; 4. Sawah beralih fungsi menjadi pemukiman; dan 5. Pemukiman beralih fungsi menjadi industri (Latif, 2013). Perubahan tata guna lahan pada akhirnya berdampak pada meningkatnya limpasan permukaan, menurunnya kualitas air akibat pencemaran oleh limbah rumah tangga, perkotaan, dan industri. Sebagai suatu kesatuan tata air, daerah aliran sungai dipengaruhi kondisi bagian hulu khususnya kondisi bofisik daerah tangkapan dan daerah resapan air. Secara tidak langsung daerah resapan air memegan peran penting sebagai pengendali banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau (Wahyuni et al., 2017). Dampak penyerapan air kedalam tanah (infiltrasi) terlihat dari pengurangan jumlah air yang mengalir pada sungai dengan jelas dapat dilihat adanya perubahan debit aliran sungai(runoff) (Rahmad et al., 2017).. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi dampak perubahan tutupan lahan dominan periode 2014 - 2018 di wilayah kerja BPDASHL Asahan Barumun. 2. Menganalisis pengaruh dampak perubahan tutupan lahan terhadap debit sungai.. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perubahan tutupan lahan di Daerah Aliran Sungai Sumatera Utara, dan mengetahui dampaknya terhadap debit sungai, juga sebagai studi pustaka memberikan penilaian terhadap DAS di Sumatera Utara dan penanganannya.. 3 Universitas Sumatera Utara.

(18) 4. TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi Umum Lokasi Wilayah Sumatera memiliki daerah aliran sungai (DAS) sejumlah 3.459, DAS yang ada di wilayah Sumatera sebagian besar terdistribusi kepulauan dan sebagian besar berada pada wilayah daratan utama (13,3%- 461 DAS). Sejumlah DAS yang ada diwilayah dikelola oleh 11 Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS). BPDAS Asahan Barumun mengelola sejumlah 183 DAS dengan wilayah kerja Provinsi Sumatera Utara (BPS, 2019). Penutupan dan Perubahan Lahan Penutupan/penggunaan. lahan. berkaitan. dengan. jenis. kenampakan. lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda yang ada didalam lingkungannya. Lahan merupakan tanah dengan segala ciri, kemampuan. maupun sifatnya beserta segala sesuatu yang terdapat diatasnya. termasuk didalamnya kegiatan manusia dalam memanfaatkan lahan. Lahan memiliki fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia meningkatkan kualitas hidupnya (Arsyad,2010). Pertumbuhan. akan. mengakibatkan. dinamika. yang. mempengaruhi. perkembangan fisik yang selanjutnya dapat diartikan sebagai perkembangan morfologi terhadap penggunaan tutupan lahan yang mengarah pada pembentukan wilayah perkotaan. (Sitepu,2017). Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai tidak berfungsi dengan baik sebagai media pengatur tata air dan unsur produksi, dan di cirikan oleh keadaan penutupan vegetasi yang kurang dari 25 persen. Kawasan dalam pemanfaatanya seharusnya memiliki minimal 30% ruang terbuka hijau yakni meliputi 20% untuk ruang terbuka hijau publik dan 10% ruang terbuka hijau privat. Hubungan antara perubahan lahan dengan perencanaan kawasan wilayah yang fungsional terhadap pertambahan penduduk adalah permasalahan yang dihadapi saat ini. Alih fungsi kawasan bervegetasi menjadi kawasan terbangun mengakibatkan keseimbangan ekologi kota berkurang (Sinaga,2018).. 4 Universitas Sumatera Utara.

(19) 5. Wilayah yang memanfaatkan lahan untuk pembangunan mengalami perkembangan yang akan membawa perubahan penampakan secara fisik. Wilayah yang berkembang memerlukan adanya perencanaan untuk mengarahkan peruntukan lahan secara tepat yang dipengaruhi oleh faktor alam dan manusia. Tutupan lahan merupakan perwujudan secara fisik (visual) dari vegetasi, benda alam, dan budaya yang ada di permukaan bumi. Definisi tutupan lahan (land cover) sangat kerap disamakan dengan istilah penggunaan lahan (land use), karena penggunaannya yang kerap disamakan. Tutupan lahan dan penggunaan lahan memiliki beberapa perbedaan mendasar. Penggunaan lahan mengacu pada tujuan dari fungsi lahan, misalnya tempat rekreasi, habitat satwa liar atau pertanian sedangkan tutupan lahan mengacu pada kenampakan fisik permukaan bumi seperti badan air, bebatuan, lahan terbangun, dan lain-lain (Maksum,2016). Perubahan tutupan lahan mempengaruhi kuantitas dan kualitas DAS. Kualitas DAS dilihat dari seberapa besar kuantitas air yang dapat diterima. Perubahan vegetasi hutan menjadi lahan lainnya, akan menghilangkan kemampuan lahan hutan untuk mengintersepsi hujan yang jatuh ke permukaan tanah. Kemampuan hutan dilihat dari luas dan kemampuan tajuk untuk menahan kecepatan air hujan yang mampu untuk mengikis permukaan tanah sehingga mengurangi kemampuan infiltrasi tanah. Sebagai akibat adanya aktivitas terhadap hutan maka luas hutan berkurang dari tahun ke tahun. Adanya perubahan luas penutupan lahan tersebut mengakibatkan terjadinya peningkatan luas lahan kritis menyebabkan erosi, banjir, tanah longsor, pencucian hara dimana hal itu semua mempengaruhi debit sungai dan pada akhirnya terjadi peningkatan sedimentasi di alur sungai dan waduk (Wahid, 2009). Perubahan tutupan lahan pada umumnya dapat diamati dengan menggunakan data-data spasial dari peta tutupan lahan dari titik tahun yang berbeda. Data-data penginderaan jauh seperti citra satelit, radar dan foto udara sangat berguna untuk menggambarkan perubahan tutupan lahan. Secara umum perubahan tutupan lahan akan mengubah : (a) karakteristik aliran sungai, (b) jumlah aliran permukaan, (c) sifat hidrologis daerah yang bersangkutan. Informasi tutupan lahan dapat dikenali secara langsung dengan menggunakan penginderaan jauh yang tepat. Informasi tentang kegiatan. 5 Universitas Sumatera Utara.

(20) 6. manusia pada lahan tidak selalu dapat ditafsir secara langsung dari penutupan lahannya (Putri, 2017). Curah Hujan Curah hujan di wilayah Indonesia didominasi oleh adanya pengaruh beberapa fenomena, antara lain sistem Monsun Asia-Australia, El-Nino, sirkulasi Timur-Barat dan Utara-Selatan serta beberapa sirkulasi karena pengaruh lokal. Pulau Sumatera Wilayahnya memiliki barisan pegunungan yang membujur dari utara sampai selatan, dikelilingi oleh lautan yang terdiri dari Samudera Hindia, Laut Jawa, Selat Malaka, Selat Karimata, dan dekat dengan Laut Cina Selatan. Hal ini menyebabkan proses pembentukan awan dan hujan di P. Sumatera mendapat pengaruh dari kondisi alam tersebut selain pengaruh dari pergerakan posisi semu matahari terhadap bumi dan sirkulasi global. Berbagai parameter cuaca yang diawali oleh radiasi matahari diteruskan dengan fluktuasi suhu sehingga mengakibatkan perbedaan tekanan diberbagai tempat menjadi pemicu pergerakan massa udara yang mengandung uap air dari siklus hidrologi, untuk kemudian mengalami proses-proses termodinamik sehingga dapat menjadi awan dan selanjutnya turun ke permukaan bumi sebagai hujan (Hermawan, 2010). Debit Sungai Nilai-nilai hidrologis merupakan satuan untuk mendapatkan nilai dari debit aliran. Kemampuan pengukuran sangat diperlukan untuk mengetahui nilai sumberdaya air sebagai alat memonitor dan mengevaluasi neraca air melalui pendekatan potensi sumber daya air (Neno et al., 2016). Nilai diperoleh dari hasil bagi antara debit bulanan dalam waktu satu tahun dibagi jumlah bulan dalam satu tahun. Angka rata-rata debit suatu sungai dalam satu tahun dalam jangka waktu satu tahun yaitu debit tahunan dalam satuan (m3/detik). Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi debit aliran sungai diantaranya ; curah hujan, perubahan tata guna lahan, dan penutupan lahan yang ada pada DAS, faktor fisik tanah, vegetasi, bentuk DAS, kemiringan pada masing-masing bagian DAS, panjang sungai, luas DAS, dan aktifitas manusia (Wijaya, 2011). Fluktuasi debit aliran sungai pada musim hujan dan musim kemarau dari tahun ke tahun semakin besar. Kondisi-kondisi tersebut di atas terjadi akibat. 6 Universitas Sumatera Utara.

(21) 7. semakin rusaknya hutan khususnya di bagian hulu. kondisi tersebut disebabkan oleh penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya dan pembangunan yang tidak mendukung upaya-upaya pelestarian alam. Pengikisan lapisan olah tanah pada daerah bagian atas semakin meningkat sehingga areal tanah-tanah kritis baik fisik maupun kimia semakin meluas (Wahid, 2009). Daerah Resapan Air Daerah resapan air adalah daerah jatuhnya air hujan ke dalam tanah yang terinfiltrasi pada titik jenuh air selanjutnya menjadi air tanah. Resapan air ditekankan dalam kaitannya dengan aliran air tanah secara regional. Daerah resapan regional berarti persebaran air hujan yang terinfiltrasi pada daerah aliran sungai meresapkan air hujan dan akan menyuplai air tanah ke seluruh cekungan sungai, permukaan tanah, dan juga pada lahan yang tidak bervegetasi. Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam menentukan daerah resapan adalah Kondisi hidrogeologi yang serasi, meliputi arah aliran air tanah, adanya lapisan pembawa air, kondisi tanah penutup dan curah hujan, kondisi morfologi/topografi, semakin tinggi dan datar lahan semakin baik sebagai daerah resapan air dan tataguna lahan, lahan yang tertutup tumbuhan lebih baik untuk proses resapan air (Fahmi, 2016). Air yang terinfiltrasi secara efektif tidak selalu merupakan hasil dari satu kejadian hujan, tetapi dapat mewakili serangkaian kejadian sebelum hujan. Bergantung pada karakteristik akuifer,bagian dari air yang terinfiltrasi dapat menyebabkan naiknya muka air tanah. Tambahan air tanah juga dapat terjadi melalui infiltrasi dari sungai, kanal dan danau serta fenomena yang disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti irigasi dan urbanisasi. Sistem akuifer bersifat dinamis dan terus menerus menyesuaikan pada perubahan dengan perubahan iklim. Pola perubahan sungai dan eksploitasinya, serta tutupan lahannya. Kenaikan muka air di akuifer dangkal disebabkan oleh air yang mencapai permukaan bebas akuifer. Akuifer bebas hampir sama dengan koefisien penyimpanan, rasio antara volume air yang dialirkan oleh gravitasi dari tanah yang awalnya jenuh dengan air, pada waktu yang tidak terbatas, dan volume total media berpori. Air yang mencapai ketinggian permukaan air segera masuk kepenyimpanan dan dasar aliran evapotranspirasi bawah tanah, aliran input dan output bawah permukaan) adalah nol selama pengisian ulang (Silva,2012). 7 Universitas Sumatera Utara.

(22) 8. Daerah Aliran Sungai (DAS) DAS sebagai gambaran spesifik dicirikan oleh parameter-parameter yang berkaitan dengan keadaan topografi, hidrologi, geologi, tanah, vegetasi, tata guna lahan, dan aktifitas manusia. Ekosistem abiotik dan biotik saling berinteraksi membentuk kesatuan yang saling menguntungkan satu sama lainnya, semakin banyak pemanfaatan apada abiotik maka pemulihannya harus seimbang. Pembagian wilayah DAS ada 3,pada bagian hulu sungai, bagian tengah, dan bagian hilir sungai. Bagian utama pada bagian hulu sungai merupakan bagian pengolahan tata pengaturan pemakaian air, daerah konservasi karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS yang memiliki kerapatan vegetasi dan drainase yang tinggi dan didominasi tegakan hutan biasanya pada kemiringan lereng besar (lebih dari 15%). Selanjutnya, DAS bagian tengah dimanfaatkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dapat memberikan keuntungan ekonomi dan kepentingan sosial yang dilihat dari kualitas air, kuantitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta sarana dan prasarana pengairan dalam pengelolaan sungai, waduk, dan danau. Terakhir, DAS bagian hilir dimanfaatkan pada kepentingan sosial dan keuntungan ekonomi yang terkait pada kebutuhan pertanian, air bersih, dan pengelolaan air limbah (Asdak, 2018). Daerah aliran sungai sangat kompleks karena didalamnya terdapat siklus hidrologi. Evapotranspirasi, evaporasi, transpirasi, infiltrasi, dan limpasan air, merupakan proses yang terjadi berulang-ulang tanpa henti. Berkaitan dengan limpasan permukaan, jenis tutupan lahan akan menjadi parameter seberapa besar limpasan permukaan, kawasan bervegetasi seperti hutan akan memiliki aliran permukaan yang kecil karena kapasitas infiltrasi yang besar. Apabila kawasan bervegetasi di konversi menjadi lahan terbuka atau pemukiman, maka tingkat infiltrasi berkurang karena permukaan tanah akan semakin padat. Perubahan fungsi lahan akan menyebabkan air akan lebih mudah mengalir menuju sungai, sehingga meningakatkan limpasan air pada sungai. Interaksi antara variabel-variabel dalam DAS dapat dipakai untuk penilaian kualitas DAS. Interaksi antara variabel akan menciptakan model penilaian secara pemodelan tata ruang, berdasarkan data penggunaan/penutupan lahan, peramalan dan prediksi kondisi hidrologi, kekeringan, erosi, sedimentasi dan kondisi lainnya (Harifa, 2017).. 8 Universitas Sumatera Utara.

(23) 9. Untuk mengetahui penggunaan lahan dalam DAS maka diperlukan data mengenai penutupan lahan DAS dengan akurasi tinggi pada areal yang luas. Survei penutupan lahan secara langsung di lapangan memerlukan tenaga yang banyak, waktu secara periodik. Kebutuhan akan data terkini dengan akurasi tinggi, pada areal yang luas sangat diperlukan untuk memantau perubahan satu kesatuan pengelolaan DAS. Identifikasi penutupan vegetasi maupun non vegetasi pada citra penginderaan jauh dapat dilakukan secara manual dan secara digital (menggunakan citra satelit). Klasifikasi penutupan lahan didasarkan pada luas penutupan vegetasi dan non vegetasi yang dinyatakan dalam presentase penutupan (Harjadi, 2010). Aliran Permukaan Aliran permukaan memiliki sifat-sifat yang mempengaruhi kemampuannya untuk menimbulkan erosi. Sifat-sifat tersebut yaitu diantaranya jumlah aliran permukaan menyatakan jumlah air yang mengalir di permukaan tanah untuk suatu massa hujan atau massa tertentu dinyatakan dalam tinggi kolom air (mm atau cm) atau dalam volume air (m3) dan laju aliran permukaan (debit) adalah banyaknya atau volume air yang mengalir melalui suatu titik per satuan waktu dinyatakan dalam m/detik atau m/jam. Besarnya debit dinyatakan dengan persamaan: Q = AV Keterangan : Q : debit air, A : luas penampang saluran dan V : kecepatan air melalui penampang tersebut.. Debit aliran permukaan berubah menurut waktu yang dipengaruhi oleh terjadinya hujan. Pada musim hujan debit akan mencapai maksimum dan pada musim kemarau akan mencapai minimum. Koefisien rezim sungai menunjukkan keadaan DAS yang dilalui sungai. Semakin kecil rasionya, semakin baik keadaan vegetasi dan tutupan lahan DAS dan sebaliknya (Holipah,2012). Sistem Informasi Geografis Sistem informasi geografis merupakan sistem informasi spasial yang digunakan untuk memproses data yang bergeoreferensi dan lokasi penelitiannya. Berbasis web yang akan memungkinkan SIG membantu memecahkan masalah dengan peta lokasi (Hamidi, 2012). SIG didesain untuk. malakukan fungsi. 9 Universitas Sumatera Utara.

(24) 10. subsistem dalam menangkap, menyimpan, memanipulasi, menganalisa, mengatur dan menampilkan seluruh jenis data geografis. Subsistem ini akan menghasilkan informasi yang diinginkan (Irwansyah, 2013). Klasifikasi Tutupan Lahan Rendahnya keakuratan hasil klasifikasi penutup/penggunaan lahan dengan data penginderaan jauh secara digital adalah karena kurangnya informasi yang diperlukan untuk membedakan objek lahan. Pada klasifikasi penutup/penggunaan lahan dengan hanya mempergunakan informasi spektral dari data penginderaan jauh, dipandang tidak bisa meningkatkan akurasi hasil klasifikasinya. Untuk itu guna meningkatkan akurasi hasil klasifikasi tersebut, saat ini banyak diusulkan penggunaan informasi spasial, penggunaan informasi spektral beda waktu dari data inderaja multi-temporal, penggunaan informasi gabungan spasial dan temporal, pengunaan informasi multisensor dari data inderaja optik dan radar. Dengan kata lain penelitian sebelumnya mengakatakan semakin banyak informasi penginderaan jauh yang dipergunakan untuk klasifikasi obyek penutup/penggunaan lahan, akurasinya makin meningkat (Kushardono, 2017).. Poligon Thiessen Teknik poigon thiessen dilakukan dengan cara menghubungkan satu alat penakar. hujan. dengan. lainnya. menggunakan. garis. lurus.. Pada. peta. daerah tangkapan air untuk masing-masing alat penakar hujan, daerah tangkapan tersebut dibagi menjadi beberapa polygon (jarak garis pembagi dua panakar hujan yang berdekatan lebih kurang sama). Hasil pengukuran pada setiap alat penakar hujan terlebih dahulu diberi bobot dengan menggunakan bagian-bagian wilayah dari total daerah tangkapan air yang diwakili oleh alat penakar hujan masing-masing lokasi yang besarnya = R1 an/A, dimana A adalah luas daerah penampungan atau jumlah luas seluruh areal yang dicari tunggi curah hujannya,kemudian dijumlahkan. Poligon thiessen yang banyak dalam wilayah DAS. dapat. dijumlahkan. dengan. mengurutkan. wilayah. untuk. tempat. penampungan air hujan dengan penjumlahan (R1 an/A + R2 an/A+ … + Rn an/A) (Ningsih,2012).. 10 Universitas Sumatera Utara.

(25) 11. METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2020 – Juli 2020. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Daerah Kerja BPDASHL Asahan Barumun Sumatera Utara. Pengelolaan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Manajemen Terpadu Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara.. Gambar 1. Peta lokasi penelitian Bahan dan Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah software ArcGIS 10.3 untuk overlay, klasifikasi, analisis dan penampilan data serta infomasi, software SPSS 26 yang digunakan untuk pengolahan data, tally sheet, laptop, dan alat tulis. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kawasan daerah kerja BPDASHL Asahan Barumun Sumatera Utara, data rekaman curah hujan 20142018, data debit maksimum dan minimum 2014-2018, dan tutupan lahan Sumatera Utara 2014-2018.. 11 Universitas Sumatera Utara.

(26) 12. Prosedur Penelitian Prosedur kerja dalam penelitian analisis perubahan tutupan lahan terhadap debit sungai dapat dilakukan dalam tahap yang disajikan dalam diagram alir seperti Gambar 2 berikut ini. Mulai. Persiapan dan pengumpulan data. Peta kelerengan. Peta jaringan sungai. Peta penelitian. Pengolahan data tutupan lahan. Tutupan lahan tahun 2014-2018. Analisis perubahan tutupan lahan. Peta perubahan tutupan lahan. Pengolahan data debit aliran sungai. Peta batas DAS. Pengolahan data curah hujan 6 stasiun, tahun 2014-2018. Analisis data sebaran curah hujan dengan metode Polygon Thiessen. Analisis data debit aliran sungai. Tabel koefisien aliran permukaan. Tabel koefisien rezim sungai. Nilai rataan bulanan curah hujan. Analisis hubungan curah hujan dengan debit aliran sungai. Tabel regresi linear variabel jenis tutupan lahan dan curah hujan dengan komponen hidrologi dengan aplikasi SPSS. Analisis perubahan tutupan lahan dengan debit aliran sungai. Akhir. Gambar 2. Diagram alir penelitian. Universitas Sumatera Utara.

(27) 13. Pengumpulan Data Tabel 1. Data penelitian No. Data. Diperoleh dari. 1. Peta Kontur. BPDASHL Asahan Barumun. 2. Peta Jaringan Sungai. BPDASHL Asahan Barumun. 3. Peta Kelerengan. Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 4. Peta Tutupan Lahan. Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 5. Peta DAS. 6. Debit. BPDASHL Asahan Barumun. sungai. tahun. Balai Wilayah Sungai Sumatera II. bulanan. Balai Wilayah Sungai Sumatera II. 2014-2018 7. Curah. hujan. tahun 2014-2018. Analisis Data Pengelolaan Data Tutupan Lahan Analisis perubahan tutupan lahan dilakukan menggunakan peta tutupan lahan yang diperoleh dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan tahun 2014 hingga 2018. Peta diolah menggunakan Sofware ArcGIS 10.3 dengan metode Overlay. Perhitungan luas tutupan lahan menggunakan tool calculate geometry yang sebelumnya peta tutupan lahan telah diubah koordinatnya menjadi UTM (Universal Transfere Mercator), kemudian mengubah satuan luasnya menjadi hektar. Perhitungan luas tutupan lahan kemudian diolah lebih lanjut dengan Ms. Excel yang sebelumnya telah di eksport dari tabel atribut ArcGIS dan kemudian dibuat pivot table. Perubahan tutupan lahan dihitung menggunakan persamaan. Luas Perubahan Tutupan lahan  LUi 2018 - LUi 2014 Keterangan LU : Luas tutupan lahan (ha) i : Tipe tutupan lahan. Pengolahan Data Curah Hujan Pembagian wilayah curah hujan ditentukan menggunakan metode poligon Thiessen berdasarkan titik koordinat lokasi stasiun pengukuran hujan. Pemberian titik koordinat wilayah stasiun pengukuran hujan menggunakan software ArcGIS dan kemudian diproses dengan tools create Thiessen Polygons. Peta poligon thiessen tersaji pada Gambar 3.. Universitas Sumatera Utara.

(28) 14. Gambar 3. Poligon Thiessen DAS di BPDASHL Wilayah Kerja Asahan Barumun Kelerengan DAS Wilayah Kerja Asahan Barumun Topografi pada wilayah kerja BPDASHL Asahan Barumun memiliki semua tingkat kelas kelerengan. Semakin tinggi kelerengan, maka kecepatan aliran permukaan semakin cepat menuju daerah rendah. Analisis kemiringan lereng pada wilayah BPDASHL Asahan Barumun dilakukan menggunakan peta kelerengan lereng yang diperoleh dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan. Pengolahan perbedaan kelerengan pada wilayah daerah aliran sungai asahan barumun kemudian diolah menggunakan Sofware ArcGIS 10.3. Kemiringan lereng pada DAS Asahan Barumun dibagi menjadi 5 kelas, yaitu : datar (0-8%), landai (8-14%), agak curam (15-25%), curam (25-40%), sangat curam (>40%). Nilai kelerengan di wilayah kerja BPDASHL Asahan Barumun tersaji pada Tabel 2. Tabel 2. Kelas Kelerengan Nilai Rasio < 8% 8% - 15% 16% - 25% 26% - 40%. Kelas Datar Landai Agak Curam Curam. > 40% Sangat Curam Sumber : Petunjuk Teknis Penyusunan Data Spasial Lahan Kritis Kemenhut (2013). Universitas Sumatera Utara.

(29) 15. Analisis Koefisien Rezim Sungai Debit aliran sungai dihitung menggunakan data debit maksimum dan minimum yang diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sumatera II tahun 2014-2018. Data Debit sungai di DAS BPDASHL Wilayah Kerja Asahan Barumun terbagi atas 4 DAS dan menjadi 6 stasiun pengukuran, yaitu DAS Batang Toru (Stasiun Hapesong Baru dan Stasiun Kampung Sipetang), DAS Barumun Bilah (Stasiun Kota Pinang dan Negeri Lama), DAS Batang Gadis (Stasiun Maga), DAS Asahan (Stasiun Pulau Raja). Rasio debit dapat menggambarkan keadaan suatu DAS pada musim kemarau dan debit puncak pada musim penghujan (Itratip, 2016). Analisis koefisien rezim sungai dihutung dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut : KRS = Qmax ∶ Qmin Koefisien rezim sungai dianalisis secara deskriptif berdasarkan Klasifikasi dari Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Sungai dan Hutan Lindung tersaji pada Tabel 3. Tabel 3. Klasifikasi koefisien rezim sungai Nilai Rasio 0<X≤5 Sangat Baik 5 < X ≤ 10 Baik 10 < X ≤ 15 Sedang 15 < X ≤ 20 Agak Buruk X >20 Buruk Sumber : Pedoman Monioring dan Evaluasi DAS Dephut (2014). Kelas. Analisis Koefisien Aliran Permukaan Analisis Koefisien aliran permukaan adalah total curah hujan yang menjadi aliran permukaan pada sungai. Nilai koefisien aliran sungai berkisar antara 0 hingga 1 atau jika diprsenkan 0 hingga 100%. Nilai 0 menunjukkan bahwa seluruh total curah hujan menjadi air infiltrasi ataupun intersepsi, sedangkan nilai 1 atau 100% menunjukkan bahwa seluruh total curah hujan yang jatuh menjdi aliran permukaan. Analisis koefisien aliran permukaan dihitung dengan meggunakan persamaan sebagai berikut:  m3   X jumlah hari X 86400(det) Q rataanBulanan   det  X 1000 Luas DAS (ha) Koefisien Aliran Permukaan  Curah Hujan (mm). Universitas Sumatera Utara.

(30) 16. Koefisien aliran permukaan dianalisis secara deskriptif untuk melihat kondisi hidrologi suatu DAS. Klasifikasi nilai koefisien aliran permukan tersaji pada Tabel 4. Tabel 4. Klasifikasi Koefisien aliran permukaan Nilai Koef. Direct Runoff Kategori X ≤ 0,2 Sangat Rendah (SR) 0,2 < X ≤ 0,3 Rendah (R) 0,3 < X ≤ 0,4 Sedang (S) 0,4 < X ≤ 0,5 Tinggi (T) X > 0,5 Sangat Tinggi (ST) Sumber : Pedoman Monitoring dan Evaluasi DAS Dephut (2014). Analisis Hubungan Perubahan Tutupan Lahan Terhadap Debit Sungai Pengaruh tutupan lahan terhadap debit sungai dianalisis menggunakan analisis regresi linear berganda, dengan perhitungan dan persamaan : Y = α + β1X1 + β2X2 + βnXn + ε Keterangan : Y = Variabel Terikat α = Konstanta X = Variabel bebas β = Koefisien Regresi linear digunakan untuk mengetahui nilai hubungan antar dua variabel. Variabel bebas (X) dinyatakan jenis tutupan lahan, badan air(X1), bandara/pelabuhan(X2), belukar(X3), hutan lahan kering primer(X4), hutan lahan kering sekunder(X5), hutan tanaman(X6), pemukiman(X7), perkebunan(X8), pertambangan(X9), pertanian lahan kering(X10), pertanian lahan kering campur(X11), rawa(X12), sawah(X13), tanah terbuka(X14), dan jumlah curah hujan(X15), sedangkan variabel terikat dinyatakan dengan komponen hidrologinya, yaitu debit maksimum, debit minimum, koefisien rezim sungai (KRS),dan koefisien aliran permukaan. Semua data di Log kan agar transformasi logaritma mengubah data yang pada awalnya berdistribusi tidak normal menjadi normal. Klasifikasi nilai Intersepsi koefisien determinasi (R2) tersaji pada Tabel 5. Tabel 5. Interpretasi koefisien determinasi (R2) Interval Koefisien 0,8 – 1 0,6 – 0,8 0,4 – 0,6 0,2 – 0,4 0 – 0,2 Sumber : Walpole (1992). Tingkat hubungan Sangat Kuat Kuat Cukup Kuat Rendah Sangat Rendah. Universitas Sumatera Utara.

(31) 17. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Tutupan lahan Tutupan lahan adalah kenampakan material fisik permukaan bumi. Tutupan lahan. dapat. menyediakan. informasi. dalam. pemodelan. serta. untuk. memahami fenomena alam yang akan terjadi (Sampurno dan Thoriq, 2016). Informasi. tutupan. lahan. sangat. diperlukan. untuk. analisis. dalam perencanaan wilayah pada masa yang akan datang. Analisis tutupan lahan menjelaskan arah perubahan untuk peningkatan taraf hidup dan kemampuan daya beli. Perubahan tutupan lahan yang baik harus sesuai dengan kaidah-kaidah konversi tanah, yang mampu mendukung lahan secara fungsional. Berdasarkan analisis tutupan lahan pada wilayah BPDASHL Asahan Barumun, terdapat klasifikasi tutupan lahan dalam 14 kelas tutupan lahan yang berbeda. Klasifikasi tutupan lahan yang terdapat adalah : 1.. Badan Air Kawasan. berair. yang. meliputi. sungai,. danau,. dan. waduk. yang. terdapat diwilayah BPDASHL Asahan Barumun. 2.. Bandara/Pelabuhan Fasilitas vital nasional yang mendukung perekonomian dalam pengangkutan.. 3.. Belukar Kawasan. tanaman. pionir. yang. tumbuh. kembali,. biasanyan. didominasi oleh vegetasi rendah. 4.. Hutan Lahan Kering Primer Luasan. wilayah. hutan. memiliki. produktivitas. tinggi. yang. belum terjadinya penebangan. 5.. Hutan Lahan Kering Sekunder Luasan. wilayah. hutan. yang. telah. menampakkan. bekas. penebangan yang tidak dilakukan penghijauan, tetapi tidak termasuk dalam HTI, perkebunan, atau pertanian yang termasuk dalam hutan lahan terbuka .. Universitas Sumatera Utara.

(32) 18. 6.. Hutan Tanaman Kawasan yang prioritas ditanami dengan tanaman sejenis yang akan menjadi hutan khusus untuk dapat dieksploitasi.. 7.. Pemukiman Wilayah luas terbangun yang ditempati oleh masyarakat baik perkotaan dan perdesaan.. 8.. Perkebunan Seluruh kawasan yang ditanami tanaman agroforestri dan silvikultur yang memiliki pemanenan dalam semusim.. 9.. Pertambangan Luasan tanah terbuka tanpa vegetasi yang dijadikan lahan produksi hasil bumi.. 10. Pertanian Lahan Kering Kawasan dilahan kering yang dikelola dalam bentuk aktifitas pertanian. 11. Pertanian Lahan Kering Campur Kawasan dilahan kering yang bercampur belukar, semak, dan bekas tambang yang dikelola dalam bentuk aktifitas pertanian. 12. Rawa Wilayah ditanami ilalang dan rumput liar berair yang sudah tidak berhutan. 13. Sawah Luasan wilayah yang dikelola dalam bentuk aktifitas pertanian pada lahan basah. 14. Tanah Terbuka Wilayah pemanfaatan lahan yang tidak dikelola (Badan Standardisasi Nasional Indonesia, 2010) Tutupan lahan tahun 2014 dan 2018 diwilayah kerja BPDASHL Asahan Barumun tersaji pada Gambar 4 dan Gambar 5.. Universitas Sumatera Utara.

(33) 19. Gambar 4. Peta tutupan lahan tahun 2014 dilokasi penelitian. Gambar 5. Peta tutupan lahan tahun 2018 dilokasi penelitian Tutupan lahan yang terdapat di wilayah kerja BPDASHL Asahan Barumun adalah badan air, bandara/pelabuhan, belukar, hutan lahan kering primer, hutan lahan kering sekunder, hutan tanaman, pemukiman, perkebunan, pertambangan, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campur, rawa, sawah, dan tanah terbuka. Data luas tutupan lahan di wilayah kerja BPDASHL Asahan Barumun periode 2014 – 2018 disajikan pada tabel berikut :. Universitas Sumatera Utara.

(34) 20. Daerah Aliran Sungai Batang Toru Tutupan lahan di DAS Batang Toru pada outlet pengamatan Hapesong Baru tahun 2014 didominasi oleh pertanian lahan kering, hutan lahan kering sekunder, dan belukar dengan masing - masing luas berturut-turut sebesar 107250,48 ha, 73190,10 ha, 31001,23 ha. Tahun 2018 pola tutupan lahannya tidak jauh berbeda, tetapi terdapat tambahan lahan pertambangan sebesar 1,89 ha dan bandara/pelabuhan sebesar 65,90 ha di wilayah Hapesong Baru akibat konversi dari tutupan lahan pertanian lahan kering campur dan konversi daari belukar dan pertanian lahan kering. Luas tutupan lahan di DAS Batang Toru dengan pengamatan di Hapesong Baru periode 2014-2018 tersaji pada Tabel 6. Tabel 6. Luas tutupan lahan di DAS Batang Toru dengan outlet pengamatan di Hapesong Baru tahun 2014-2018 Parameter. Luas Pertahun (Ha) 2014. 2015. 2016. 2017. 2018. 34,56. 34,56. 34,56. 34,56. 34,56. 65,82. 65,82. 65,82. 65,82. Belukar. 31001,23. 31153,66. 30805,21. 30732,29. 30732,29. Hutan Lahan Kering Primer. 27724,26. 27724,26. 27709,67. 27709,67. 27709,67. Hutan Lahan Kering Sekunder. 73190,10. 73090,91. 72985,94. 72973,86. 72320,43. Badan Air Bandara/ Pelabuhan. Hutan Tanaman. 8958,39. 8958,39. 8932,15. 8932,15. 8932,15. Pemukiman. 143,09. 143,09. 143,09. 143,09. 143,09. Perkebunan. 98,43. 98,43. 442,60. 442,60. 442.60. 107250,48. 107141,68. 107105,56. 107059,01. 107321,04. 9980,24. 9979,63. 9979,63. 9965,04. 9965,04. 634,73. 634,73. 634,73. 634,73. 634,73. 20500,94. 20500,94. 20569,92. 20574,49. 20574,49. 2329,82. 2320,17. 2437,38. 2578,96. 3072,74. 281846,26. 281846,26. 281846.26. 281846,26. 281846,26. Pertambangan Pertanian Lahan Kering Pertanian Lahan Kering Campur Rawa Sawah Tanah Terbuka Total. 1,89. Sumber : Data olahan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Tutupan lahan tahun 2014 di DAS Batang Toru pada outlet pengamatan Kampung Sipetang didominasi oleh pertanian lahan kering, hutan lahan kering sekunder, dan belukar dengan masing-masing luas berturut-turut sebesar 103304,39 ha, 59388,87 ha, dan 25613,45 ha. Tahun 2018 pola tutupan lahannya tidak jauh berbeda, tetapi terdapat tambahan lahan bandara/pelabuhan sebesar 65,82 ha di wilayah Kampung Sipetang akibat konversi dari tutupan lahan belukar dan pertanian lahan kering. Luas tutupan lahan di DAS Batang Toru dengan pengamatan di Kampung Sipetang periode 2014-2018 tersaji pada Tabel 7.. Universitas Sumatera Utara.

(35) 21. Tabel 7. Luas tutupan lahan di DAS Batang Toru dengan outlet pengamatan di Kampung Sipetang tahun 2014-2018 Parameter. Luas Pertahun (Ha). Badan Air. 2014. 2015. 2016. 2017. 2018. 34,56. 34,56. 34,56. 34,56. 34,56. 65,82. 65,82. 65,82. 65,82. Bandara/ Pelabuhan Belukar. 25613,45. 25765,87. 25765,87. 25697,52. 25588,12. Hutan Lahan Kering Primer. 13505.00. 13505,00. 13490,42. 13490,42. 13490,42. Hutan Lahan Kering Sekunder. 59388,87. 59300,95. 59246,88. 59240,62. 58676,07. 8958,39. 8958,39. 8932,15. 8932,15. 8932,15. 72,60. 72,60. 72,60. 72,60. 72,60. 103304,39. 103195,60. 103159,48. 103112,93. 103374,95. 1877,61. 1877,61. 1877,61. 1858,48. 1858,48. 633,07. 633,07. 633,07. 633,07. 633,07. 19366,41. 19366,41. 19380,21. 19380,21. 19380,21. 2329,82. 2308,29. 2425,50. 2565,80. 2977,72. 235084,17. 235084,17. 235084,17. 235084,17. 235084,17. Hutan Tanaman Pemukiman Pertanian Lahan Kering Pertanian Lahan Kering Campur Rawa Sawah Tanah Terbuka Total. Sumber : Data olahan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Analisis tutupan lahan pada outlet pengamatan Hapesong Baru periode 2014-2018. Hutan lahan kering sekunder dan belukar paling dominan kehilangan luas sebesar 869,67 ha dan 268,94 ha. Tanah terbuka dan perkebunan paling dominan mengalami penambahan luas sebesar 742,92 ha dan 344,17 ha. Pada outlet. pengamatan. Kampung. Sipetang,. hutan. lahan. kering. sekunder. paling dominan kehilangan luas sebesar 712,8 ha. Tanah terbuka paling dominan mengalami penambahan luas sebesar 647,9 ha. Daerah Aliran Sungai Barumun Bilah Tutupan lahan di DAS Barumun Bilah pada outlet pengamatan Kota Pinang tahun 2014 didominasi oleh pertanian lahan kering, perkebunan, dan belukar dengan masing-masing luas berturut-turut sebesar 213535,23 ha, 157735,47 ha, dan 75020,90 ha. Tahun 2018 pola tutupan lahannya tidak berbeda, tetapi terjadi penambahan dan pengurangan luas lahan. Penambahan dan pengurangan luas lahan pada outlet pengamatan Kota Pinang tidak berdampak terciptanya lahan baru pada tahun 2018. Luas Tutupan lahan di DAS Barumun Bilah dengan pengamatan di Kota Pinang periode 2014-2018 tersaji pada Tabel 8.. Universitas Sumatera Utara.

(36) 22. Tabel 8. Luas tutupan lahan di DAS Barumun Bilah dengan outlet pengamatan di Kota Pinang tahun 2014-2018 Parameter. Luas Pertahun (Ha) 2014. 2015. 2016. 2017. 2018. 1497,11. 1497,11. 1497,11. 1484,50. 1484,50. Belukar. 75020,90. 76688,26. 70188,34. 73416,33. 73886,85. Hutan Lahan Kering Primer. 49839,99. 49820,22. 49569,50. 49453,90. 49375,68. Hutan Lahan Kering Sekunder. 67885,56. 66299,47. 66101,57. 59317,43. 58705,20. Hutan Tanaman. Badan Air. 11073,08. 11063,06. 11078,88. 11090,96. 11049,57. Pemukiman. 793,48. 793,48. 793,48. 793,48. 902,48. Perkebunan. 157735,47. 93636,00. 158591,46. 160224,32. 157687,92. Pertanian Lahan Kering. 213535,23. 212103,03. 212079,50. 212088,81. 210348,52. 42665,29. 42612,81. 42492,78. 42549,47. 42618,95. 75,75. 75,75. 75,75. 75,75. 75,75. Pertanian Lahan Kering Campur Rawa Sawah. 20344,26. 20344,26. 20345,62. 20363,18. 21446,13. Tanah Terbuka. 38321,37. 103854,03. 45973,48. 47929,34. 51205,94. 678787,48. 678787,48. 678787,48. 678787,48. 678787,48. Total. Sumber : Data olahan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Tutupan lahan tahun 2014 di DAS Barumun Bilah pada outlet pengamatan Negeri Lama didominasi oleh pertanian lahan kering campur, pertanian lahan kering, dan perkebunan dengan masing-masing luas berturut-turut sebesar 64101,34 ha, 59259,89 ha, dan 54062,70 ha. Tahun 2018 pola tutupan lahannya tidak berbeda, tetapi terjadi penambahan dan pengurangan luas lahan. Luas Tutupan Lahan di DAS Barumun Bilah dengan pengamatan di Negeri Lama periode 2014-2018 tersaji pada Tabel 9. Tabel 9. Luas tutupan lahan di DAS Barumun Bilah dengan outlet pengamatan di Negeri Lama tahun 2014-2018 Parameter. Luas Pertahun (Ha) 2014. Badan Air. 2015. 2016. 2017. 2018. 417,84. 417,84. 417,84. 424,04. 424,04. Belukar. 35124,07. 35124,07. 35711,41. 36756,46. 36847,23. Hutan Lahan Kering Primer. 33346,61. 33346,61. 33155,71. 33123,40. 33123,40. Hutan Lahan Kering Sekunder. 53350,87. 53350,87. 52517,00. 52147,44. 51556,91. Hutan Tanaman. 4787,45. 4787,45. 4787,02. 4822,62. 4822,62. Pemukiman. 2234,35. 2234,35. 2234,35. 2239,71. 2239,71. Perkebunan. 54062,70. 54062,70. 71543,47. 71537,47. 71683,11. Pertanian Lahan Kering. 59259,89. 59259,89. 59409,54. 59402,88. 59475,36. Pertanian Lahan Kering Campur. 64101,34. 64101,34. 64119,83. 64195,59. 64195,59. 402,54. 402,54. 402,54. 402,54. 402,54. Rawa Sawah Tanah Terbuka Total. 1217,20. 1217,20. 1217,20. 1217,20. 1217,20. 24956,85. 24956,85. 7745,80. 6992,37. 7274,01. 333261,72. 333261,72. 333261,72. 333261,72. 333261,72. Sumber : Data olahan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Analisis tutupan lahan pada outlet pengamatan Kota Pinang periode 2014-. Universitas Sumatera Utara.

(37) 23. 2018. Hutan lahan kering sekunder dan pertanian lahan kering paling dominan kehilangan luas sebesar 9180,36 ha dan 3186,71 ha. Tanah terbuka dan sawah paling dominan mengalami penambahan luas sebesar 12884,57 ha dan 1101,87 ha. Pada outlet pengamatan Negeri Lama, tanah terbuka paling dominan kehilangan luas sebesar 17682,84 ha. Perkebunan paling dominan mengalami penambahan luas sebesar 17620,41 ha. Daerah Aliran Sungai Batang Gadis Tutupan lahan di DAS Batang Gadis pada outlet pengamatan Maga tahun 2014 didominasi oleh hutan lahan kering sekunder, belukar, hutan lahan kering primer dengan masing-masing luas berturut-turut sebesar 31686,52 ha, 19918,56 ha, dan 5285,71 ha. Tahun 2018 pola tutupan lahannya tidak jauh berbeda, tetapi terdapat tambahan lahan perkebunan sebesar 1617,25 ha diwilayah Maga akibat konversi dari tutupan lahan belukar. Luas tutupan lahan di DAS Batang Gadis dengan pengamatan di Maga periode 2014-2018 tersaji pada Tabel 10. Tabel 10. Luas tutupan lahan di DAS Batang Gadis dengan outlet pengamatan di Maga tahun 2014-2018 Parameter. Luas Pertahun (Ha) 2014. 2015. 2016. 2017. 2018. 19918,56. 18746,05. 19144,90. 19302,96. 19295,13. 5285,71. 4670,75. 4629,46. 4629,46. 4629,46. 31686,52. 31523,42. 31096,03. 30984,05. 30959,59. Hutan Tanaman. 621,73. 560,94. 560,94. 560,94. 560,94. Pemukiman. 577,28. 577,28. 577,28. 577,28. 577,28. 1631,42. 1629,04. 1624,01. 1617,25. Belukar Hutan Lahan Kering Primer Hutan Lahan Kering Sekunder. Perkebunan Pertanian Lahan Kering. 3230,96. 3143,23. 3082,51. 3086,97. 3086,97. Pertanian Lahan Kering Campur. 4980,35. 5297,43. 5297,43. 5297,43. 5297,43. Sawah. 1345,29. 1406,31. 1406,31. 1406,31. 1406,31. 257,13. 346,69. 479,65. 434,12. 473,17. 67903,54. 67903,54. 67903,54. 67903,54. 67903,54. Tanah Terbuka Total. Sumber : Data olahan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Analisis tutupan lahan pada outlet pengamatan Maga periode 2014-2018. Hutan lahan kering sekunder dan hutan lahan kering primer paling dominan kehilangan luas sebesar 726,93 ha dan 656,25 ha. Perkebunan paling dominan mengalami penambahan luas sebesar 1617,25 ha.. Universitas Sumatera Utara.

(38) 24. Daerah Aliran Sungai Asahan Tutupan lahan di DAS Asahan pada outlet pengamatan Pulau Raja tahun 2014 didominasi oleh pertanian lahan kering , perkebunan, dan hutan lahan kering sekunder dengan masing-masing luas berturut-turut sebesar 32192,88 ha, 17997,85 ha, dan 16458,70 ha. Tahun 2018 pola tutupan lahannya tidak berbeda, tetapi terjadi penambahan dan pengurangan luas lahan. Penambahan dan pengurangan luas lahan pada outlet pengamatan Pulau Raja tidak berdampak terciptanya lahan baru pada tahun 2018. Luas tutupan lahan di DAS Asahan dengan pengamatan di Pulau Raja periode 2014-2018 tersaji pada Tabel 11. Tabel 11. Luas tutupan lahan di DAS Asahan dengan outlet pengamatan di Pulau Raja tahun 2014 -2018 Parameter. Luas Pertahun (Ha) 2014. 2015. 2016. 2017. 2018. 201,26. 201,26. 201,26. 201,26. 201,26. Belukar. 14116,59. 7734,62. 8441,27. 8549,37. 8549,37. Hutan Lahan Kering Sekunder. 16458,70. 14487,64. 16362,93. 16280,01. 16227,24. 876,47. 8482,33. 876,47. 876,47. 876,47. Perkebunan. 17997,85. 1622,86. 18237,00. 18237,00. 18237,00. Pertanian Lahan Kering. 32192,88. 32467,19. 37823,14. 37828,80. 37828,80. Sawah. 207,54. 12335,35. 207,54. 207,54. 207,54. Tanah Terbuka. 703,47. 5423,50. 605,15. 574,31. 627,08. 82754,75. 82754,75. 82754,75. 82754,75. 82754,75. Badan Air. Hutan Tanaman. Total. Sumber : Data olahan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Analisis tutupan lahan pada outlet pengamatan Pulau Raja periode 20142018. Belukar paling dominan kehilangan luas sebesar 5567,22 ha. Pertanian lahan kering paing dominan mengalami penambahan luas sebesar 5635,92 ha. Perubahan Tutupan Lahan Perubahan tutupan lahan adalah konversi luas lahan ke penggunaan lahan lainnya, atau berubah fungsi dari satu lahan ke pemanfaatan lain pada kurun waktu yang berbeda. Pemanfaatan lahan akan berdampak besar pada tata kelola lahan dan juga faktor lingkungan yang ada disekitarnya. Mengidentifikasi pola perubahan lahan artinya mengamati perubahan objek pada permukaan bumi. Menurut Arsyad (2010), Penutupan/penggunaan lahan berkaitan dengan jenis kenampakan lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda. Universitas Sumatera Utara.

(39) 25. yang. ada. didalam. lingkungan. yang. masih. ada. pengaruhnya. dengan. tutupan lahan. Lahan merupakan tanah dengan segala ciri, kemampuan maupun sifatnya. beserta. segala. sesuatu. yang. terdapat. diatasnya. termasuk didalamnya kegiatan manusia dalam memanfaatkan lahan. Lahan memiliki banyak fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam usaha meningkatkan kualitas hidupnya. Perubahan tutupan lahan periode 2014-2018 di Daerah Aliran Sungai Wilayah Kerja BPDASHL Asahan Barumun tersaji pada Gambar 6.. Gambar 6. Peta perubahan tutupan lahan 2014-2018 di lokasi penelitian Pola perubahan tutupan lahan yang terjadi di wilayah penelitian periode 2014-2018 dianalisis menggunakan matriks tabulasi silang (cross tabulation). Matriks tersebut dapat menunjukkan pola serta nilai perubahan luas dari jenis tutupan lahan satu ke jenis tutupan lahan lainnya. Pola perubahan lahan pada wilayah kerja BPDASHL Asahan Barumun mengidentifikasi objek pada permukaan bumi yang akan berdampak pada debit. Bagian kolom menunjukkan pengurangan dan penambahan luas pada masing-masing tutupan lahan sedangkan bagian baris menujukkan transisi perubahan tutupan lahan yang terjadi. Luas perubahan tutupan lahan, dapat disajikan dalam tabel pivot berikut ini :. Universitas Sumatera Utara.

(40) 26. Daerah Aliran Sungai Batang Toru Perubahan tutupan lahan yang dominan di wilayah DAS Batang Toru pada pengamatan outlet Hapesong Baru periode 2014-2018 yaitu hutan lahan kering sekunder menjadi tanah terbuka sebesar 439 ha, belukar menjadi perkebunan sebesar 344 ha, hutan lahan kering sekunder menjadi belukar sebesar 249 ha. Pada tahun 2018, adanya penambahan tutupan lahan yang baru yaitu tutupan lahan bandara/pelabuhan sebesar 66 ha akibat konversi dari belukar sebesar 13 ha dan pertanian lahan kering sebesar 53 ha. Tutupan lahan pertambangan sebesar 1,89 ha akibat konversi dari pertanian lahan kering campur. Perubahan luas lahan yang terkonversi dari beberapa jenis lahan ke satu jenis lahan yang paling dominan periode 2014-2018 terjadi pada tutupan lahan tanah terbuka sebesar 813 ha, belukar sebesar 434 ha, dan perkebunan sebesar 344 ha. Perubahan tutupan lahan di DAS Batang Toru dengan outlet pengamatan di Hapesong Baru tahun 20142018 tersaji pada Tabel 12. Tabel 12. Matriks perubahan tutupan lahan di DAS Batang Toru dengan outlet pengamatan di Hapesong Baru tahun 2014-2018 PL Tahun 2014 (Ha) BA Bd Be HP HS HT Pm Pr Pt PLK PLKC R Sw Tt. PL Tahun 2018 (Ha) Pm Pr Pt. BA. Bd. Be. HP. HS. HT. 35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 35. 0 0 13 0 0 0 0 0 0 53 0 0 0 0 66. 0 0 31001 0 249 0 0 0 0 0 0 0 0 185 31435. 0 0 0 27710 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 277010. 0 0 40 0 73190 0 0 0 0 0 0 0 0 0 73230. 0 0 0 0 0 8932 0 0 0 0 0 0 0 0 8932. 0 0 0 0 0 344 0 0 0 0 0 0 143 0 0 99 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 143 443 Total 281846,26 Sumber : Data olahan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1.89 0 0 0 1.89. PLK. PLKC. R. Sw. Tt. 0 0 105 0 157 0 0 0 0 107250 0 0 0 0 107512. 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 9959 0 0 0 9965. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 635 0 0 635. 0 0 60 0 14 0 0 0 0 0 0 0 20501 0 20575. 0 0 174 15 439 27 0 0 0 139 19 0 0 2323 3136. Perubahan tutupan lahan dominan pada pengamatan outlet Kampung Sipetang periode 2014-2018 yaitu hutan lahan kering sekunder menjadi tanah terbuka sebesar 395 ha, belukar menjadi tanah terbuka sebesar 239 ha, tanah terbuka menjadi belukar sebesar 185 ha. Tahun 2018, adanya penambahan tutupan lahan yang baru yaitu tutupan lahan bandara/pelabuhan sebesar 66 ha akibat konversi dari belukar sebesar 13 ha dan pertanian lahan kering sebesar 53 ha. Perubahan luas lahan yang terkonversi dari beberapa jenis lahan ke satu jenis lahan yang paling dominan periode 2014-2018 terjadi pada tutupan lahan tanah terbuka. Universitas Sumatera Utara.

Gambar

Gambar 1. Peta lokasi penelitian
Gambar 2. Diagram alir penelitian
Gambar 3. Poligon Thiessen DAS di BPDASHL Wilayah Kerja Asahan Barumun  Kelerengan DAS Wilayah Kerja Asahan Barumun
Gambar 4. Peta tutupan lahan tahun 2014 dilokasi penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam membentuk harga pokok penjualan caranya adalah persediaan barang dagangan awal periode ditambah dengan harga pokok pembelian akan membentuk harga pokok barang

Mengolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta did Menerapkan konsep manajemen dalam kegiatan sekolah.. 42.Mengidentifikasi

 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang

PENGUMUMAN PENYEDIA

 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kementerian Keuangan RI pada Tahun Anggaran 2010 akan melaksanakan pelelangan umum pascakualifikasi melalui Layanan Pengadaan Secara

Berdasarkan Surat Penetapan Penyedia Jasa dari Panitia Pengadaan Langsung Jasa Konstruksi Nomor 06/PAN-PL/RUKO-DM/2012 tanggal 17 Juli 2012 untuk Pekerjaan Pemasangan

Lingkup Pekerjaan : Menyelenggarakan sistem PDE Kepabeanan Impor, BC 2.3 Impor, Ekspor dan Manifes dalam rangka penyelesaian formalitas pabean atas Pemberitahuan Pabean