• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Tutupan lahan

Tutupan lahan adalah kenampakan material fisik permukaan bumi. Tutupan lahan dapat menyediakan informasi dalam pemodelan serta untuk memahami fenomena alam yang akan terjadi (Sampurno dan Thoriq, 2016).

Informasi tutupan lahan sangat diperlukan untuk analisis dalam perencanaan wilayah pada masa yang akan datang. Analisis tutupan lahan menjelaskan arah perubahan untuk peningkatan taraf hidup dan kemampuan daya beli. Perubahan tutupan lahan yang baik harus sesuai dengan kaidah-kaidah konversi tanah, yang mampu mendukung lahan secara fungsional.

Berdasarkan analisis tutupan lahan pada wilayah BPDASHL Asahan Barumun, terdapat klasifikasi tutupan lahan dalam 14 kelas tutupan lahan yang berbeda. Klasifikasi tutupan lahan yang terdapat adalah :

1. Badan Air

Kawasan berair yang meliputi sungai, danau, dan waduk yang terdapat diwilayah BPDASHL Asahan Barumun.

2. Bandara/Pelabuhan

Fasilitas vital nasional yang mendukung perekonomian dalam pengangkutan.

3. Belukar

Kawasan tanaman pionir yang tumbuh kembali, biasanyan didominasi oleh vegetasi rendah.

4. Hutan Lahan Kering Primer

Luasan wilayah hutan memiliki produktivitas tinggi yang belum terjadinya penebangan.

5. Hutan Lahan Kering Sekunder

Luasan wilayah hutan yang telah menampakkan bekas penebangan yang tidak dilakukan penghijauan, tetapi tidak termasuk dalam HTI, perkebunan, atau pertanian yang termasuk dalam hutan lahan terbuka .

6. Hutan Tanaman

Kawasan yang prioritas ditanami dengan tanaman sejenis yang akan menjadi hutan khusus untuk dapat dieksploitasi.

7. Pemukiman

Wilayah luas terbangun yang ditempati oleh masyarakat baik perkotaan dan perdesaan.

8. Perkebunan

Seluruh kawasan yang ditanami tanaman agroforestri dan silvikultur yang memiliki pemanenan dalam semusim.

9. Pertambangan

Luasan tanah terbuka tanpa vegetasi yang dijadikan lahan produksi hasil bumi.

10. Pertanian Lahan Kering

Kawasan dilahan kering yang dikelola dalam bentuk aktifitas pertanian.

11. Pertanian Lahan Kering Campur

Kawasan dilahan kering yang bercampur belukar, semak, dan bekas tambang yang dikelola dalam bentuk aktifitas pertanian.

12. Rawa

Wilayah ditanami ilalang dan rumput liar berair yang sudah tidak berhutan.

13. Sawah

Luasan wilayah yang dikelola dalam bentuk aktifitas pertanian pada lahan basah.

14. Tanah Terbuka

Wilayah pemanfaatan lahan yang tidak dikelola (Badan Standardisasi Nasional Indonesia, 2010)

Tutupan lahan tahun 2014 dan 2018 diwilayah kerja BPDASHL Asahan Barumun tersaji pada Gambar 4 dan Gambar 5.

Gambar 4. Peta tutupan lahan tahun 2014 dilokasi penelitian

Gambar 5. Peta tutupan lahan tahun 2018 dilokasi penelitian

Tutupan lahan yang terdapat di wilayah kerja BPDASHL Asahan Barumun adalah badan air, bandara/pelabuhan, belukar, hutan lahan kering primer, hutan lahan kering sekunder, hutan tanaman, pemukiman, perkebunan, pertambangan, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campur, rawa, sawah, dan tanah terbuka. Data luas tutupan lahan di wilayah kerja BPDASHL Asahan Barumun periode 2014 – 2018 disajikan pada tabel berikut :

Daerah Aliran Sungai Batang Toru

Tutupan lahan di DAS Batang Toru pada outlet pengamatan Hapesong Baru tahun 2014 didominasi oleh pertanian lahan kering, hutan lahan kering sekunder, dan belukar dengan masing - masing luas berturut-turut sebesar 107250,48 ha, 73190,10 ha, 31001,23 ha. Tahun 2018 pola tutupan lahannya tidak jauh berbeda, tetapi terdapat tambahan lahan pertambangan sebesar 1,89 ha dan bandara/pelabuhan sebesar 65,90 ha di wilayah Hapesong Baru akibat konversi dari tutupan lahan pertanian lahan kering campur dan konversi daari belukar dan pertanian lahan kering. Luas tutupan lahan di DAS Batang Toru dengan pengamatan di Hapesong Baru periode 2014-2018 tersaji pada Tabel 6.

Tabel 6. Luas tutupan lahan di DAS Batang Toru dengan outlet pengamatan di Hapesong Baru tahun 2014-2018

Parameter Luas Pertahun (Ha)

2014 2015 2016 2017 2018

Badan Air 34,56 34,56 34,56 34,56 34,56

Bandara/ Pelabuhan 65,82 65,82 65,82 65,82

Belukar 31001,23 31153,66 30805,21 30732,29 30732,29

Hutan Lahan Kering Primer 27724,26 27724,26 27709,67 27709,67 27709,67 Hutan Lahan Kering Sekunder 73190,10 73090,91 72985,94 72973,86 72320,43

Hutan Tanaman 8958,39 8958,39 8932,15 8932,15 8932,15

Pemukiman 143,09 143,09 143,09 143,09 143,09

Perkebunan 98,43 98,43 442,60 442,60 442.60

Pertambangan 1,89

Pertanian Lahan Kering 107250,48 107141,68 107105,56 107059,01 107321,04 Pertanian Lahan Kering Campur 9980,24 9979,63 9979,63 9965,04 9965,04

Rawa 634,73 634,73 634,73 634,73 634,73

Sawah 20500,94 20500,94 20569,92 20574,49 20574,49

Tanah Terbuka 2329,82 2320,17 2437,38 2578,96 3072,74

Total 281846,26 281846,26 281846.26 281846,26 281846,26 Sumber : Data olahan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Tutupan lahan tahun 2014 di DAS Batang Toru pada outlet pengamatan Kampung Sipetang didominasi oleh pertanian lahan kering, hutan lahan kering sekunder, dan belukar dengan masing-masing luas berturut-turut sebesar 103304,39 ha, 59388,87 ha, dan 25613,45 ha. Tahun 2018 pola tutupan lahannya tidak jauh berbeda, tetapi terdapat tambahan lahan bandara/pelabuhan sebesar 65,82 ha di wilayah Kampung Sipetang akibat konversi dari tutupan lahan belukar dan pertanian lahan kering. Luas tutupan lahan di DAS Batang Toru dengan pengamatan di Kampung Sipetang periode 2014-2018 tersaji pada Tabel 7.

Tabel 7. Luas tutupan lahan di DAS Batang Toru dengan outlet pengamatan di Kampung Sipetang tahun 2014-2018

Parameter Luas Pertahun (Ha)

2014 2015 2016 2017 2018

Badan Air 34,56 34,56 34,56 34,56 34,56

Bandara/ Pelabuhan 65,82 65,82 65,82 65,82

Belukar 25613,45 25765,87 25765,87 25697,52 25588,12

Hutan Lahan Kering Primer 13505.00 13505,00 13490,42 13490,42 13490,42 Hutan Lahan Kering Sekunder 59388,87 59300,95 59246,88 59240,62 58676,07

Hutan Tanaman 8958,39 8958,39 8932,15 8932,15 8932,15

Pemukiman 72,60 72,60 72,60 72,60 72,60

Pertanian Lahan Kering 103304,39 103195,60 103159,48 103112,93 103374,95 Pertanian Lahan Kering Campur 1877,61 1877,61 1877,61 1858,48 1858,48

Rawa 633,07 633,07 633,07 633,07 633,07

Sawah 19366,41 19366,41 19380,21 19380,21 19380,21

Tanah Terbuka 2329,82 2308,29 2425,50 2565,80 2977,72

Total 235084,17 235084,17 235084,17 235084,17 235084,17 Sumber : Data olahan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Analisis tutupan lahan pada outlet pengamatan Hapesong Baru periode 2014-2018. Hutan lahan kering sekunder dan belukar paling dominan kehilangan luas sebesar 869,67 ha dan 268,94 ha. Tanah terbuka dan perkebunan paling dominan mengalami penambahan luas sebesar 742,92 ha dan 344,17 ha. Pada outlet pengamatan Kampung Sipetang, hutan lahan kering sekunder paling dominan kehilangan luas sebesar 712,8 ha. Tanah terbuka paling dominan mengalami penambahan luas sebesar 647,9 ha.

Daerah Aliran Sungai Barumun Bilah

Tutupan lahan di DAS Barumun Bilah pada outlet pengamatan Kota Pinang tahun 2014 didominasi oleh pertanian lahan kering, perkebunan, dan belukar dengan masing-masing luas berturut-turut sebesar 213535,23 ha, 157735,47 ha, dan 75020,90 ha. Tahun 2018 pola tutupan lahannya tidak berbeda, tetapi terjadi penambahan dan pengurangan luas lahan. Penambahan dan pengurangan luas lahan pada outlet pengamatan Kota Pinang tidak berdampak terciptanya lahan baru pada tahun 2018. Luas Tutupan lahan di DAS Barumun Bilah dengan pengamatan di Kota Pinang periode 2014-2018 tersaji pada Tabel 8.

Tabel 8. Luas tutupan lahan di DAS Barumun Bilah dengan outlet pengamatan di Kota Pinang tahun 2014-2018

Parameter Luas Pertahun (Ha)

2014 2015 2016 2017 2018

Badan Air 1497,11 1497,11 1497,11 1484,50 1484,50

Belukar 75020,90 76688,26 70188,34 73416,33 73886,85

Hutan Lahan Kering Primer 49839,99 49820,22 49569,50 49453,90 49375,68 Hutan Lahan Kering Sekunder 67885,56 66299,47 66101,57 59317,43 58705,20 Hutan Tanaman 11073,08 11063,06 11078,88 11090,96 11049,57

Pemukiman 793,48 793,48 793,48 793,48 902,48

Perkebunan 157735,47 93636,00 158591,46 160224,32 157687,92 Pertanian Lahan Kering 213535,23 212103,03 212079,50 212088,81 210348,52 Pertanian Lahan Kering Campur 42665,29 42612,81 42492,78 42549,47 42618,95

Rawa 75,75 75,75 75,75 75,75 75,75

Sawah 20344,26 20344,26 20345,62 20363,18 21446,13

Tanah Terbuka 38321,37 103854,03 45973,48 47929,34 51205,94

Total 678787,48 678787,48 678787,48 678787,48 678787,48

Sumber : Data olahan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Tutupan lahan tahun 2014 di DAS Barumun Bilah pada outlet pengamatan Negeri Lama didominasi oleh pertanian lahan kering campur, pertanian lahan kering, dan perkebunan dengan masing-masing luas berturut-turut sebesar 64101,34 ha, 59259,89 ha, dan 54062,70 ha. Tahun 2018 pola tutupan lahannya tidak berbeda, tetapi terjadi penambahan dan pengurangan luas lahan. Luas Tutupan Lahan di DAS Barumun Bilah dengan pengamatan di Negeri Lama periode 2014-2018 tersaji pada Tabel 9.

Tabel 9. Luas tutupan lahan di DAS Barumun Bilah dengan outlet pengamatan di Negeri Lama tahun 2014-2018

Parameter Luas Pertahun (Ha)

2014 2015 2016 2017 2018

Badan Air 417,84 417,84 417,84 424,04 424,04

Belukar 35124,07 35124,07 35711,41 36756,46 36847,23

Hutan Lahan Kering Primer 33346,61 33346,61 33155,71 33123,40 33123,40 Hutan Lahan Kering Sekunder 53350,87 53350,87 52517,00 52147,44 51556,91

Hutan Tanaman 4787,45 4787,45 4787,02 4822,62 4822,62

Pemukiman 2234,35 2234,35 2234,35 2239,71 2239,71

Perkebunan 54062,70 54062,70 71543,47 71537,47 71683,11 Pertanian Lahan Kering 59259,89 59259,89 59409,54 59402,88 59475,36 Pertanian Lahan Kering Campur 64101,34 64101,34 64119,83 64195,59 64195,59

Rawa 402,54 402,54 402,54 402,54 402,54

Sawah 1217,20 1217,20 1217,20 1217,20 1217,20

Tanah Terbuka 24956,85 24956,85 7745,80 6992,37 7274,01 Total 333261,72 333261,72 333261,72 333261,72 333261,72 Sumber : Data olahan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Analisis tutupan lahan pada outlet pengamatan Kota Pinang periode

2014-2018. Hutan lahan kering sekunder dan pertanian lahan kering paling dominan kehilangan luas sebesar 9180,36 ha dan 3186,71 ha. Tanah terbuka dan sawah paling dominan mengalami penambahan luas sebesar 12884,57 ha dan 1101,87 ha.

Pada outlet pengamatan Negeri Lama, tanah terbuka paling dominan kehilangan luas sebesar 17682,84 ha. Perkebunan paling dominan mengalami penambahan luas sebesar 17620,41 ha.

Daerah Aliran Sungai Batang Gadis

Tutupan lahan di DAS Batang Gadis pada outlet pengamatan Maga tahun 2014 didominasi oleh hutan lahan kering sekunder, belukar, hutan lahan kering primer dengan masing-masing luas berturut-turut sebesar 31686,52 ha, 19918,56 ha, dan 5285,71 ha. Tahun 2018 pola tutupan lahannya tidak jauh berbeda, tetapi terdapat tambahan lahan perkebunan sebesar 1617,25 ha diwilayah Maga akibat konversi dari tutupan lahan belukar. Luas tutupan lahan di DAS Batang Gadis dengan pengamatan di Maga periode 2014-2018 tersaji pada Tabel 10.

Tabel 10. Luas tutupan lahan di DAS Batang Gadis dengan outlet pengamatan di Maga tahun 2014-2018

Parameter Luas Pertahun (Ha)

2014 2015 2016 2017 2018

Belukar 19918,56 18746,05 19144,90 19302,96 19295,13

Hutan Lahan Kering Primer 5285,71 4670,75 4629,46 4629,46 4629,46 Hutan Lahan Kering Sekunder 31686,52 31523,42 31096,03 30984,05 30959,59

Hutan Tanaman 621,73 560,94 560,94 560,94 560,94

Pemukiman 577,28 577,28 577,28 577,28 577,28

Perkebunan 1631,42 1629,04 1624,01 1617,25

Pertanian Lahan Kering 3230,96 3143,23 3082,51 3086,97 3086,97 Pertanian Lahan Kering Campur 4980,35 5297,43 5297,43 5297,43 5297,43

Sawah 1345,29 1406,31 1406,31 1406,31 1406,31

Tanah Terbuka 257,13 346,69 479,65 434,12 473,17

Total 67903,54 67903,54 67903,54 67903,54 67903,54

Sumber : Data olahan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Analisis tutupan lahan pada outlet pengamatan Maga periode 2014-2018.

Hutan lahan kering sekunder dan hutan lahan kering primer paling dominan kehilangan luas sebesar 726,93 ha dan 656,25 ha. Perkebunan paling dominan mengalami penambahan luas sebesar 1617,25 ha.

Daerah Aliran Sungai Asahan

Tutupan lahan di DAS Asahan pada outlet pengamatan Pulau Raja tahun 2014 didominasi oleh pertanian lahan kering , perkebunan, dan hutan lahan kering sekunder dengan masing-masing luas berturut-turut sebesar 32192,88 ha, 17997,85 ha, dan 16458,70 ha. Tahun 2018 pola tutupan lahannya tidak berbeda, tetapi terjadi penambahan dan pengurangan luas lahan. Penambahan dan pengurangan luas lahan pada outlet pengamatan Pulau Raja tidak berdampak terciptanya lahan baru pada tahun 2018. Luas tutupan lahan di DAS Asahan dengan pengamatan di Pulau Raja periode 2014-2018 tersaji pada Tabel 11.

Tabel 11. Luas tutupan lahan di DAS Asahan dengan outlet pengamatan di Pulau Raja tahun 2014 -2018

Parameter Luas Pertahun (Ha)

2014 2015 2016 2017 2018

Badan Air 201,26 201,26 201,26 201,26 201,26

Belukar 14116,59 7734,62 8441,27 8549,37 8549,37

Hutan Lahan Kering Sekunder 16458,70 14487,64 16362,93 16280,01 16227,24

Hutan Tanaman 876,47 8482,33 876,47 876,47 876,47

Perkebunan 17997,85 1622,86 18237,00 18237,00 18237,00 Pertanian Lahan Kering 32192,88 32467,19 37823,14 37828,80 37828,80

Sawah 207,54 12335,35 207,54 207,54 207,54

Tanah Terbuka 703,47 5423,50 605,15 574,31 627,08

Total 82754,75 82754,75 82754,75 82754,75 82754,75

Sumber : Data olahan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Analisis tutupan lahan pada outlet pengamatan Pulau Raja periode 2014-2018. Belukar paling dominan kehilangan luas sebesar 5567,22 ha. Pertanian lahan kering paing dominan mengalami penambahan luas sebesar 5635,92 ha.

Perubahan Tutupan Lahan

Perubahan tutupan lahan adalah konversi luas lahan ke penggunaan lahan lainnya, atau berubah fungsi dari satu lahan ke pemanfaatan lain pada kurun waktu yang berbeda. Pemanfaatan lahan akan berdampak besar pada tata kelola lahan dan juga faktor lingkungan yang ada disekitarnya. Mengidentifikasi pola perubahan lahan artinya mengamati perubahan objek pada permukaan bumi. Menurut Arsyad (2010), Penutupan/penggunaan lahan berkaitan dengan jenis kenampakan lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda

yang ada didalam lingkungan yang masih ada pengaruhnya dengan tutupan lahan. Lahan merupakan tanah dengan segala ciri, kemampuan maupun sifatnya beserta segala sesuatu yang terdapat diatasnya termasuk didalamnya kegiatan manusia dalam memanfaatkan lahan. Lahan memiliki banyak fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam usaha meningkatkan kualitas hidupnya.

Perubahan tutupan lahan periode 2014-2018 di Daerah Aliran Sungai Wilayah Kerja BPDASHL Asahan Barumun tersaji pada Gambar 6.

Gambar 6. Peta perubahan tutupan lahan 2014-2018 di lokasi penelitian Pola perubahan tutupan lahan yang terjadi di wilayah penelitian periode 2014-2018 dianalisis menggunakan matriks tabulasi silang (cross tabulation).

Matriks tersebut dapat menunjukkan pola serta nilai perubahan luas dari jenis tutupan lahan satu ke jenis tutupan lahan lainnya. Pola perubahan lahan pada wilayah kerja BPDASHL Asahan Barumun mengidentifikasi objek pada permukaan bumi yang akan berdampak pada debit. Bagian kolom menunjukkan pengurangan dan penambahan luas pada masing-masing tutupan lahan sedangkan bagian baris menujukkan transisi perubahan tutupan lahan yang terjadi. Luas perubahan tutupan lahan, dapat disajikan dalam tabel pivot berikut ini :

Daerah Aliran Sungai Batang Toru

Perubahan tutupan lahan yang dominan di wilayah DAS Batang Toru pada pengamatan outlet Hapesong Baru periode 2014-2018 yaitu hutan lahan kering sekunder menjadi tanah terbuka sebesar 439 ha, belukar menjadi perkebunan sebesar 344 ha, hutan lahan kering sekunder menjadi belukar sebesar 249 ha. Pada tahun 2018, adanya penambahan tutupan lahan yang baru yaitu tutupan lahan bandara/pelabuhan sebesar 66 ha akibat konversi dari belukar sebesar 13 ha dan pertanian lahan kering sebesar 53 ha. Tutupan lahan pertambangan sebesar 1,89 ha akibat konversi dari pertanian lahan kering campur. Perubahan luas lahan yang terkonversi dari beberapa jenis lahan ke satu jenis lahan yang paling dominan periode 2014-2018 terjadi pada tutupan lahan tanah terbuka sebesar 813 ha, belukar sebesar 434 ha, dan perkebunan sebesar 344 ha. Perubahan tutupan lahan di DAS Batang Toru dengan outlet pengamatan di Hapesong Baru tahun 2014-2018 tersaji pada Tabel 12.

Tabel 12. Matriks perubahan tutupan lahan di DAS Batang Toru dengan outlet pengamatan di Hapesong Baru tahun 2014-2018

Sumber : Data olahan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Perubahan tutupan lahan dominan pada pengamatan outlet Kampung Sipetang periode 2014-2018 yaitu hutan lahan kering sekunder menjadi tanah terbuka sebesar 395 ha, belukar menjadi tanah terbuka sebesar 239 ha, tanah terbuka menjadi belukar sebesar 185 ha. Tahun 2018, adanya penambahan tutupan lahan yang baru yaitu tutupan lahan bandara/pelabuhan sebesar 66 ha akibat konversi dari belukar sebesar 13 ha dan pertanian lahan kering sebesar 53 ha.

Perubahan luas lahan yang terkonversi dari beberapa jenis lahan ke satu jenis lahan yang paling dominan periode 2014-2018 terjadi pada tutupan lahan tanah terbuka

PL Tahun

sebesar 832 ha, belukar 331 ha, dan pertanian lahan kering sebesar 261 ha.

Perubahan tutupan lahan di DAS Batang Toru dengan outlet pengamatan di Kampung Sipetang tahun 2014-2018 tersaji pada Tabel 13.

Tabel 13. Matriks perubahan tutupan lahan di DAS Batang Toru dengan outlet pengamatan di Kampung Sipetang tahun 2014-2018

PLTahun

Sumber : Data olahan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Daerah Aliran Sungai Barumun Bilah

Perubahan tutupan lahan yang dominan pada wilayah DAS Barumun Bilah pada pengamatan outlet Kota Pinang periode 2014-2018 yaitu belukar menjadi tanah terbuka sebesar 6550 ha, hutan lahan kering sekunder menjadi tanah terbuka sebesar 5370 ha, perkebunan menjadi tanah terbuka sebesar 5160 ha dan sebaliknya. Perubahan luas lahan yang terkonversi dari beberapa jenis lahan yang paling dominan periode 2014-2018 terjadi pada tutupan lahan tanah terbuka sebesar 20505 ha, belukar sebesar 5703 ha, dan perkebunan sebesar 5215 ha.

Perubahan tutupan lahan di DAS Barumun Bilah dengan outlet pengamatan di Kota Pinang tahun 2014-2018 tersaji pada Tabel 14.

Tabel 14. Matriks perubahan tutupan lahan di DAS Barumun Bilah dengan outlet pengamatan di Kota Pinang tahun 2014-2018

PL Tahun

Sumber : Data olahan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Perubahan tutupan lahan yang dominan pada pengamatan outlet Negeri Lama 2014-2018 yaitu tanah terbuka menjadi belukar sebesar 1525 ha, hutan lahan kering sekunder menjadi tanah terbuka sebesar 991 ha, perkebunan menjadi tanah terbuka sebesar 948 ha. Perubahan luas lahan yang terkonversi dari beberapa jenis lahan yang paling dominan periode 2014-2018 terjadi pada tutupan lahan tanah terbuka sebesar 2893 ha dan belukar sebesar 2096 ha. Perubahan tutupan lahan di DAS Barumun Bilah dengan outlet pengamatan di Negeri Lama tahun 2014-2018 tersaji pada Tabel 15.

Tabel 15. Matriks perubahan tutupan lahan di DAS Barumun Bilah dengan outlet pengamatan di Negeri Lama tahun 2014-2018

Sumber : Data olahan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Daerah Aliran Sungai Batang Gadis

Perubahan tutupan lahan yang dominan pada wilayah DAS Batang Gadis pada pengamatan outlet Maga periode 2014-2018 yaitu belukar menjadi perkebunan sebesar 1617 ha, hutan lahan kering primer menjadi belukar sebesar 652 ha, hutan lahan kering sekunder menjadi belukar sebesar 614 ha, belukar menjadi pertanian lahan kering campur sebesar 273 ha, hutan lahan kering sekunder menjadi tanah terbuka sebesar 114 ha, dan pertanian lahan kering menjadi sawah sebesar 106 ha. Perubahan luas lahan terkonversi dari beberapa jenis lahan ke satu jenis lahan yang paling dominan periode 2014-2018 terjadi pada tutupan lahan belukar sebesar 1330 ha, pertanian lahan kering campur sebesar 318 ha, dan tanah terbuka sebesar 252 ha. Perubahan tutupan lahan di DAS Batang Gadis dengan outlet pengamatan di Maga tahun 2014-2018 tersaji pada Tabel 16.

PLTahun 2014

Tabel 16. Matriks perubahan tutupan lahan di DAS Batang Gadis dengan outlet pengamatan di Maga tahun 2014-2018

Sumber : Data olahan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Daerah Aliran Sungai Asahan

Perubahan tutupan lahan yang dominan pada wilayah DAS Asahan pada pengamatan outlet Pulau Raja periode 2014-2018 yaitu belukar menjadi pertanian lahan kering sebesar 5640 ha, tanah terbuka menjadi perkebunan sebesar 298 ha, hutan lahan kering sekunder menjadi belukar sebesar 161 ha. Perubahan luas lahan terkonversi dari beberapa jenis lahan ke satu jenis lahan yang paling dominan periode 2014-2018 terjadi pada tutupan lahan pertanian lahan kering sebesar 5640 ha, perkebunan 298 ha , dan tanah terbuka 221 ha. Perubahan tutupan lahan di DAS Asahan dengan outlet pengamatan di Pulau Raja tahun 2014-2018 tersaji pada Tabel 17.

Tabel 17. Matriks perubahan tutupan lahan di DAS Asahan dengan outlet pengamatan di Pulau Raja tahun 2014-2018

Sumber : Data olahan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Penggunaan lahan pada wilayah kerja BPDASHL Asahan Barumun paling dominan mengalami perubahan kearah belukar, pertanian lahan kering, perkebunan, sawah, dan tanah terbuka. Perubahan lahan kearah belukar, pertanian lahan kering, perkebunan, sawah akan menambah ruang bervegetasi, sedangkan tanah terbuka menjadi lahan kosong tanpa vegetasi. Sesuai dengan pernyataan

Latif (2013), Pola penggunaan lahan merupakan hubungan sumberdaya alam yang tersedia dengan pola kegiatan manusia. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia sering mengembangkan preferensinya. Hal tersebut menjadi alasan masyarakat lebih efektif dalam pemanfaatan penggunaan lahan.

Analisis Topografi Di DAS Wilayah Kerja BPDASHL Asahan Barumun Bentuk topografi DAS meliputi derajat kemiringan, kelerengan wilayah dan cekungan penyimpan air. Kelerengan berpengaruh pada volume dan aliran permukaan, semakin tinggi kelerengan maka kecepatan aliran permukaan pada wilayah DAS semakin cepat.

DAS Asahan Barumun memiliki kemiringan lereng sangat curam (> 40%), curam (26-40%), agak curam (16-25%), landai (8-15%) dan datar(<8%).

Kondisi ini berkontribusi terhadap kenaikan debit pada hulu DAS yang memiliki kemiringan lereng sangat curam (>40%), curam (26- 40%), agak curam (16-25%).

Pada daerah yang memiliki kemiringan lereng tersebut Aliran permukaan dapat terkonsentrasi menuju sungai pada kelas kelerengan datar dalam waktu singkat.

Derajat kemiringan menggambarkan bentuk DAS yang dikelilingi oleh punggung gunung dan perbukitan, akan berdampak pada besar kecilnya volume air yang tertampung juga berpengaruh terhadap limpasan permukaan. Geologi menggambarkan kondisi letak batuan kedap air yang akan membentuk bendungan pada sungai berpengaruh terhadap aliran permukaan yang menyimpan dan meloloskan air.

Kejadian hujan dengan intensitas yang tinggi pada satu waktu berpengaruh terhadap limpasan permukaan yang meliputi intensitas, lama, model dan sebaran hujan. Topografi, tipe geologi, dan curah hujan dalam wilayah DAS Asahan Barumun tidak sama untuk masing stasiun. Curah hujan pada masing-masing stasiun yang distribusinya tidak merata mengakibatkan naiknya debit.

Intensitas hujan yang berpengaruh terhadap kenaikan debit biasanya terjadi oleh curah hujan tinggi yang distribusinya tidak merata dan juga oleh curah hujan sedang yang mencakup daerah luas meskipun intensitasnya kecil (Fauzi,2018).

Faktor lain yang berkontribusi besar terhadap kenaikan debit yaitu bentuk dan luas Daerah Aliran Sungai. Pada penelitian ini, di bagi dalam 4 DAS, yaitu DAS Batang Toru dengan luas 516.930,43 Ha, DAS Barumun Bilah dengan luas

1.012.049,2 Ha, DAS Batang Gadis dengan luas 67903,54 Ha, DAS Asahan dengan luas 82754,75 Ha. Semakin luas daerah aliran sungai maka semakin besar daya tampung intensitas hujan pada setiap wilayah pengukuran debitnya, mengakibatkan semakin besar volume air yang dapat disimpan dan disumbangkan dari hulu hingga ke hilirnya. (Asdak, 2018). Persebaran nilai kelerengan pada setiap outlet pengamatan pada masing-masing DAS di wilayah kerja BPDASHL Asahan Barumun tersaji pada Tabel 18, dan peta kelerengan tersaji pada Gambar 7.

Tabel 18. Nilai kelerengan pada setiap outlet pengamatan pada masing-masing DAS di BPDASHL Asahan Barumun

Kelas

Luas (Ha)

DAS Batang Toru DAS Barumun Bilah DAS Batang Gadis

Gambar 7. Peta kelerengan di lokasi penelitian

Analisis Hidrologi di wilayah kerja Asahan Barumun

Curah hujan bulanan DAS diwilayah kerja Asahan Barumun yang berasal dari Balai Wilayah Sungai Sumatera II, diperoleh selama 5 tahun (periode 2014-2018).

Debit maksimum, debit minimum, dan debit rataan dipengaruhi curah hujan berdasarkan analisis regresi linear. Komponen hidrologi yang terpengaruh ditandai dengan nilai Significan value (Sig) < 0,05, terdapat pengaruh yang signifikan maka persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi, dan besar pengaruhnya dapat dilihat dari koefisien determinasi (R2). Grafik dinamika curah hujan,debit maksimum,debit minimum, dan debit rataan yang terjadi di wilayah kerja Asahan Barumun tersaji pada gambar berikut.

Daerah Aliran Sungai Batang Toru

Curah hujan pada wilayah Hapesong Baru, November 2017 tercatat curah hujan tertinggi sebesar 494,80, sedangkan terendah sebesar 18, yang terjadi Agustus 2014. Debit maksimum tertinggi sebesar 185,58 terjadi Desember 2016, sedangkan terendah sebesar 22,84 terjadi Februari 2014. Debit minimum tertinggi sebesar 60,58 terjadi November 2017, sedangkan terendah sebesar 9,97 terjadi April 2016. Debit rataan tertinggi sebesar 103,07 terjadi Desember 2016, sedangkan terendah sebesar 13,26 terjadi Februari 2014. Dinamika antara curah hujan terhadap debit maksimum, minimum, dan rataan di stasiun Hapesong Baru tersaji pada Gambar 8.

Gambar 8.Grafik dinamika curah hujan dengan debit rataan, debit maksimum,dan debit minimum pada wilayah Hapesong Baru

0 100 200 300 400 500 600

Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15 Jul-15 Aug-15 Sep-15 Oct-15 Nov-15 Dec-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17 Oct-17 Nov-17 Dec-17 Jan-18 Feb-18 Mar-18 Apr-18 May-18 Jun-18 Jul-18 Aug-18 Sep-18 Oct-18 Nov-18 Dec-18

Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15 Jul-15 Aug-15 Sep-15 Oct-15 Nov-15 Dec-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17 Oct-17 Nov-17 Dec-17 Jan-18 Feb-18 Mar-18 Apr-18 May-18 Jun-18 Jul-18 Aug-18 Sep-18 Oct-18 Nov-18 Dec-18

Dokumen terkait