• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PEMBERDAYAAN M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STRATEGI KOMUNIKASI BADAN PEMBERDAYAAN M"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI KOMUNIKASI BADANPEMBERDAYAAN MASYARAKAT DANPEMERINTAH DESA (BPMPD) PROVINSI BALIDALAM PENYEBARAN INFORMASIPROGRAM GERBANG SADU MANDARA

Oleh :

I Made Doddy Arta Nata Negara

Pembimbing :

Yuyun Agus Riani, S. Pd., M.Sc.

Fitri Hariana Oktaviani, S. S., S. E., M. Commun.

Abstract

Gerbang Sadu Mandara program is one of the development programs created by the Government of Bali Province through Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa of Bali (BPMPD). In order to succeed this program, it is necessary to have a development communication strategy which makes society aware of this program and hopefully will alleviate poverty. The purpose of this research is to discover and analyze the communication strategy of Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa of Bali (BPMPD) in information promulgation of Gerbang Sadu Mandara Program, and to find out how well the society at receiving that communication strategy. This research used a qualitative method with descriptive type. The data was collected with semi- structure interviewing and documentation, and for the validity technique this research used a source triangulation and technique triangulation. The result of this research is that Badan Pemberdaaan Masyarakat dan Pemerintah Desa of Bali (BPMPD) utilized design instructional communication strategy, especially through training and socialization to promulgate the information to society. The implementation of socialization utilize „sangkep‟ as a medium to gather with the society. Besides one of the villages uses traditional entertainment and word of mouth to spared the information to the society. The whole implementation of communication strategy is supported by participation strategy, that is through attendance and involvement of society. Furthermore, the reception of society to communication strategy which is applied by Badan Pemberdaaan Masyarakat dan Pemerintah Desa of Bali (BPMPD) occurs gradually. The first stage is cognitive effect, where society have grasped the implementation of Gerbang Sadu Mandara Program. The second stage is where the society fully support the implementation of the Gerbang Sadu Mandara Program. The final stage is where the society start to attend and get involved in the program which is known as behavioral effect.

Key Words : BPMPD, Communication Strategy, Society Reception

Pendahuluan

Pembangunan merupakan

upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pembangunan dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Berbagai program pembangunan disusun untuk

mewujudkan tujuan pembangunan. Salah satu tujuan pembangunan adalah untuk mengentaskan kemiskinan, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

(2)

hidup masyarakat adalah Provinsi Bali. Data resmi yang dirilis Badan Pusat Statistik Provinsi Bali menyebutkan, prosentase penduduk miskin di Bali pada September 2012 hanya tersisa 3,95 persen atau sebanyak 160.950 jiwa.1 Jumlah tersebut tentunya sudah

jauh lebih kecil jika dibandingkan jumlah penduduk miskin pada tahun 2008 yang tercatat sebesar 6,17 persen. Itu artinya, penurunan angka kemiskinan Bali mendekati presentasi 50 persen. Penurunan angka kemiskinan tersebut dapat diraih

melalui beberapa program

pembangunan, salah satunya adalah Gerbang Sadu Mandara (GSM).

Gerbang Sadu Madara merupakan terobosan terbaru pemprov Bali dalam mempercepat pengentasan kemiskinan yang ada di Bali.Gerbang Sadu Mandara adalah singkatan dari Gerakan Pembangunan Desa Terpadu. Gerbang Sadu Mandara merupakan

program unggulan Badan

Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD) Provinsi Bali, yang bertujuan untuk menumbuhkan kreativitas masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya alam serta sumber daya manusia, sehingga mampu membangun secara mandiri, menyediakan sarana dan prasarana peningkatan usaha ekonomi dan mengatasi pengangguran.

Namun dalam pelaksanaanya, Gerbang Sadu Mandara masih banyak menemui kendala. Dana GSM yang seharusnya diprioritaskan pada masyarakat miskin/kurang mampu dengan kegiatan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) atau digunakan untuk mengembangkan potensi–potensi yang dimiliki masing-masing desa dalam

menunjang laju percepatan

pembangunan masih menjadi masalah. Tidak jarang masyarakat beranggapan,

1

1www.baliprov.go.id adalah website resmi milik pemerintah Provinsi Bali

bahwa dana program GSM yang berjumlah Rp. 1 miliar tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki kantor desa, pembangunan fisik lainnya, dan keperluan upacara adat.32 Perbekel /

Kepala Desa Julah, Kecamatan Tajakula, Kabupaten Buleleng menggunakan dana bantuan Gerbang Sadu untuk keperluan pribadinya yaitu metajen atau berjudi sabung ayam.43Menariknya dari kasus ini,

santer terdengar bahwa Kepala Desa Julah juga membeli mobil dari dana bantuan Gerbang Sadu Mandara tersebut, kini kasus ini sedang ditangani oleh Mapolres Buleleng.

Salah satu bentuk penyebaran informasi yang diterapkan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD) Provinsi Bali adalah dengan memberikan pelatihan kepada perwakilan masyarakat dari masing-masing desa. Hal inilah yang mungkin menyebabkan informasi tentang pembangunan ini tidak sampai pada semua lapisan masyarakat, sehingga tidak semua masyarakat mempunyai kesempatan

dalam pelaksanaan program

pembangunan, mulai dari pengambilan keputusan tentang alokasi dana GSM untuk desa, sampai menikmati hasil dari pembangunan tersebut.

Kesalahan dalam melakukan komunikasi dapat berdampak fatal, seperti terhambatnya pelaksanaan program pembangunan, bahkan tidak terlaksananya program pembangunan yang telah direncanakan. Dengan kata lain kesalahan dalam melakukan komunikasi dapat merugikan pemerintah dari segi waktu, materi dan

3

2Seputar bali.com adalah situs berita online

yang menyajikan berita tentang Bali.

4

3 www.balipost.co.id adalah situs berita

online milik balipost yang menyajikan berita tentang Bali.Metajenadalah sabungayam di Bali yang merupakan ritual suci agama Hindu di Bali dan merupakan pelengkap upacara

(3)

tenaga. Oleh karena itu diperlukan komunikasi yang baik dan sesuai dari sepua pihak terkait untuk menjalankan program pembangunan, agar program pembangunan tersebut berhasil dengan baik.

Melalui komunikasi, pembuat kebijakan (pemerintah) dapat menyampaikan apa yang menjadi programnya kepada pihak-pihak terkait, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Namun dalam praktiknya seringkali dihadapkan pada sejumlah persoalan. Untuk mengatasi persoalan tersebut, pemerintah perlu mengambil strategi yang sesuai. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah strategi komunikasi. Menurut Rogers dalam Cangara (2007), strategi komunikasi merupakan suatu rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah laku manusia dalam skala yang lebih besar melalui transfer ide-ide baru. Strategi komunikasi sangat diperlukan dalam menjalankan pembangunan, sehingga diperlukan kehati-hatian dalam merumuskan dan melaksanakan strategi komunikasi tersebut.

Menurut AED (Academi Educational Development) dalam Harun dan Ardianto (2012, h. 164) terdapat beberapa strategi komunikasi pembangunan yang telah digunakan selama ini. Masing-masing strategi mencerminkan suatu rangkaian prioritas tertentu mengenai bagaimana mengunakan komunikasi untuk mencapai kebutuhan-kebutuhan pembangunan. Kategori ini sendiri tidak dimaksudkan dalam arti yang kaku, karena dalam kenyataannya tidak sedikit program pembangunan yang menggabungkan beberapa strategi komunikasi.

Adapun strategi-strategi komunikasi tersebut adalah strategi-strategi berdasarkan media (media based strategies). Strategi ini merupakan strategi yang paling mudah

dan polpuler dalam

mengkomunikasikan program

pembangunan, karena menggunakan beberapa media seperti Radio, televisi dan berbagai jenis media cetak lainnya ntuk mempopulerkan, mengajarkan, memantapkan atau mengingatkan sesuatu hal yang berkitan dengan program pembangunan tersebut (Harun dan Ardianto, 2012, h. 164). Strategi komunikasi kedua yang sering diterapkan dalam pembangunan adalah strategi desain instruksional. Strategi ini berfokus pada kegiatan edukasi serta pendekatan diri dan sistem. Dalam strategi ini ada beberapa aspek yang di identifikasi yaitu : kriteria yang hendak dicapai, kriteria keberhasilan,

partisipasi, Sumber-sumber

(resources), pendekatan yang digunakan dan waktu. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan dari strategi desain instruksional adalah adalah pelatihan atau penyuluhan dan sosialisasi (Harun dan Ardianto, 2012, h. 165).

Startegi komunikasi ketiga yang biasa dimanfaatkan dalam

pembangunan adalah stategi

partisipasi. Strategi ini menekan pada kerja sama komunitas dan pertumbuhan pribadi (community partiscipation and personal growth), yaitu bagaimana pengalaman dan keikutsertaan seseorang dalam proses

berbagai pengetahuan atau

(4)

Efek Pesan

Penerimaan masyarakat

merupakan tujuan utama dari strategi komunikasi yang diterapkan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD) provinsi Bali dalam menyebarkan informasi terkait denganProgram Gerbang Sadu Mandara. Untuk mengetahui penerimaan masyarakat terhadap program Gerbang Sadu Mandara, pada penelitian ini digunakan teori efek pesan. Menurut Chanfee dalam Ardianto, Komala & Karlinah (2007, h. 50) efek pesan dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh pesan diterima dan dipahami oleh komunikan.Adapun tahapan dari efek pesan tersebut adalah perubahan pada diri komunikan yang meliputi perubahan sikap (kognitif), perasaan (afektif), dan perubahan prilaku (behavioral).

Efek kognitif berkaitan dengan pengetahuan atau pemahaman masyarakat.Efek kognitif terjadi ketika komunikan sudah menerima sebuah pesan, kemudia mereka menjadi tahu mampu dan paham terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator (Chanfee dalam Ardianto, Komala & Karlinah 2007, h. 52).Selanjutnya adalah efek afektif. Efek ini terjadi setelah efek kognitif, artinya ketika masyarakat sudah mampu memahami sebuah pesan yang diterimanya, maka akan memunculkan sebuah reaksi, baik itu setuju maupun tidak setuju (Chanfee dalam Ardianto, Komala & Karlinah 2007, h. 55).Sedangkan efek yang terakhir adalah efek behavioral.Efek behavioral merupakan dampak yang mucul dalam diri komunikan dalam bentuk prilaku, tindakan atau kegiatan (Chanfee dalam Ardianto, Komala & Karlinah 2007, h. 57).

Hambatan dalam Pelaksanaan Strategi Komunikasi

Pelaksanaan strategi

komunikasi tidak selamanya berjalan mulus, ada beberapa faktor yang menjadi penghambat dari kesuksesan strategi komunikasi tersebut. Hambatan dalam pelaksanaan strategi komunikasi tentu akan mempengaruhi efektivitas dari proses komunikasi. Menurut Ardianto, Komala & Karlinah (2007, h. 89) terdapat tiga jenis hambatan komunikasi, diantaranya : hambatan psikologi, hambatan sosio kultural, dan hambatan interaksi variable.

Hambatan Psikologis

merupakan hambatan yang terjadi pada

unsur-unsur kegiatan psikis

manusia.Beberapa bentuk unsur kegiatan psikis manusia adalah kepentingan (interest), prasangka (prejudice), stereotip (stereotype), dan motivasi (motivation) (Ardianto, Komala & Karlinah, 2007, h. 89-94). Hambatan sosiokultural merupakan hambatan dalam proses komunikasi yang disebabkan karena aspek kebudayaan seperti : aneka etnik, perbedaan norma sosial, kurang mampu berbahasa Indonesia, faktor semantik, pendidikan belum merata, dan hambatan mekanis (Ardianto, Komala & Karlinah, 2007, h. 94-99). Sedangkan hambatan interaksi variabel merupakan hambatan yang sering terjadi dalam proses komunikasi massa. Hambatan antar variabel terdiri dari polarisasi, orientasi intensional, evaluasi statis, dan indiskriminasi (Ardianto, Komala & Karlinah, 2007, h. 99 - 101).

Berdasarkan uraian tersebut, menunjukan betapa komunikasi dalam pembangunan memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang

keberhasilan dari program

(5)

mengetahui lebih jauh strategi komunikasi yang diterapkan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD) Provinsi Bali dalam penyebaran informasi program Gerbang Sadu Mandara, serta untuk mengetahui penerimaan masyarakat terhadap strategi komunikasi tersebut.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma interpretif (subjektif). menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma interpretif (subjektif). Penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka atau metode statistik. Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dari isi perilaku manusia dan menganalisis kualtias-kuantitasnya (Mulyana, 2010, h. 150). Sedangkan tipe penelitian dalam penelitian ini menggunakan tipe deskriptif. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antarvariabel (Kriyantono, 2012, h. 69). Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD) Provinsi Bali sebagai penyelenggara program Gerbang Sadu Mandara, Pelaku program Gerbang Sadu Mandara di masing-masing desa, dan yang terakhir adalah masyarakat sebagai penerima manfaat Program Gerbang Sadu Mandara di masing-masing desa.

Penelitian ini dilaksanakan di lima desa rintisan program Gerbang Sadu Mandara tahun 2012. Adapun desa-desa tersebut adalah Desa Bebandem di Kabupaten Karangasem, Desa Songan B di Kabupaten Bangli, Desa Loka Paksa di Kabupaten Buleleng, Desa Julah di Kabupaten Buleleng, dan Desa Pejukutan di Kabupaten Klungkung, dengan

penentuan informan melalui metode

purposive, yaitu pemilihan subjek yang ada dalam posisi terbaik untuk

memberikan informasi yang

dibutuhkan (Silalahi, 2012, h.273). Sedangkan sumber data yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu sumber data primer yang diperoleh dari informan atau subyek penelitian melalui wawancara semiterstruktur dan sumber data sekunder yang diperoleh melalui arsip dari Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD) Provinsi Bali sebagai SKPD yang menangani program Gerbang Sadu Mandara, dokumentasi dan Arsip dari desa sasaran program Gerbang Sadu Mandara,serta situs internet yang berkaitan dengan pelaksanaan program Gerbang Sadu Mandara.

Analisis Data pada penelitian ini mengunakan metode anilis data kualitatif dengan proses : (1) reduksi datayaitu mengelompokkan data-data kedalam kelompoknya masing-masing sesuai dengan fokus penelitian, yaitu jenis strategi komunikasi yang digunakan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD) Provinsi Balidalam penyebaran informasi program Gerbang Sadu Mandara serta penerimaan masyarakat terhadap strategi komunikasi tersebut.(2) Penyajian data dilakukan dengan membuat transkrip dari hasil wawancara kedalam bentuk naratif sehingga data akan lebih mudah dimengerti (3) Interpretasi dan pembahasan dilakukan dengan menafsirkan data-data yang telah dikelompokan.

(6)

dan pengumpulan data yang dialakukan secara bolak-balik atau berulang-ulang, karena penelitian kualitatif bersifat induktif dan deduktif. Hal tersebut juga dipertegas oleh O’leary (2010, h. 261) penelitian kualitatif tidak selamanya bersifat induktif. Hal tersebut memungkin peneliti untuk memunculkan konsep-konsep atau tema-tema baru dalam penelitian yang sifatnya mendukung teori. Konsep-konsep tersebut muncul dari pikiran peneliti berdasarkan pengamalaman, membaca, dan lain sebagainya

Keabsahan Data pada penelitian ini menggunakan metode triangulasi. Metode triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2008, h.125). Beberapa teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Triangulasi Sumber yaitu pengecekan data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. (2) Tiangulasi teknik yaitu pengumpulan data adalah mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh melalui wawancara, kemudian dicek dengan observasi atau dokumentasi. Bila

teknik pengujian tersebut

menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain untuk memastikan data (Sugiyono, 2008, h. 127).

Pembahasan

Program Gerbang Sadu Mandara mulai diluncurkan pada tahun 2012 oleh pemerintah Provinsi Bali melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD) Provinsi Bali, dengan memilih desa-desa yang memiliki jumlah penduduk miskin diatas 35%. Beberapa desa yang menjadi sasaran dari program Gerbang Sadu Mandara

pada tahun 2012 adalah Desa Pejukutan di Kabupaten Klungkung, Desa Loka Paksa di Kabupaten Buleleng, Desa Julah di Kabupaten Buleleng, desa Songan B di Kabupaten Bangli, dan Desa Bebandem di Kabupaten Karangasem (Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program Gerbang Sadu Mandara, 2012).

Melalui program Gerbang Sadu Mandara, setiap desa diberikan bantuan dana sebesar Rp. 1.020.000.000,00-. Dana tersebut dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) masing-masing desa, dengan alokasi

Rp.20.000.000,00-untuk administrasi,

Rp.200.000.000,00- untuk

pembangunan fisik, sedangkan Rp.800.000.000-digulirkan ke masyarakat untuk kegiatan ekonomi produktif. Gerakan Pembangunan Desa Terpadu Mandara/Gerbang Sadu Mandara(GSM) berupaya untuk

mendorong pembangunan

desa/kelurahan yang berbasis pada sosial ekonomi masyarakat. Lebih lanjut Gerbang Sadu Mandara diharapkan dapat mendorong kemandirian masyarakat dan desa/kelurahan dalam membangun diri dan lingkungannya secara mandiri melalui peningkatan pendapatan, sehingga mampu menurunkan jumlah angka penduduk dibawah garis kemiskinan (Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program Gerbang Sadu Mandara, 2012)

Penerapan Strategi Komunikasi

(7)

instruksional yang berbentuk pelatihan dan sosialisasi. Pelatihan tersebut digunakan untuk menyebarkan informasi terkait dengan program Gerbang Sadu Mandara dari pemerintah kepada Tim Pelaku Kegiatan Gerbang Sadu Mandara dari masing-masing desa. Sedangkan sosialisasi digunakan oleh Tim Pelaku Kegiatan Gerbang Sadu Mandara untuk menyebarkan informasi terkait dengan program tersebut kepada masyarakat penerima manfaat di masing-masing desa.Hal ini sesuai dengan petunjuk teknis pelaksanaan program Gerbang Sadu Mandara tahun 2012.

Dari hasil penelitian, selain melalui strategi komunikasi desain instruksional, terdapat beberapa strategi komunikasi yang diterapkan untuk menyebarkan informasi terkait dengan program Gerbang Sadu Mandara, antara lain strategi komunikasi pemanfaatan media dalam hal ini adalah petunjuk teknis pelaksanaan program Gerbang Sadu Mandara tahun 2012. Namun salah satu desa memanfaatkan strategi lain dalam menyebarkan informasi terkait program Gerbang Sadu Mandara yaitu memanfaatkan hiburan tradisional dan strategi komunikasi pemasaran melalui

word of mouth. Kedua strategi komunikasi tersebut dimanfaatkan oleh Desa Bebandem untuk menyebarkan informasi terkait dengan program Gerbang Sadu Mandara ditingkat Desa. Sedangkan desa-desa yang lain hanya menerapkan sosialisasi sebagai strategi komunikasi untuk menyebarkan informasi terkait dengan program tersebut ditingkat desa.

Pada pelaksanaan sosialisasi, hampir semua desa memanfaatkan

opinion leader (tokoh masyarakat) untuk menyebarkan informasi terkait dengan program tersebut, kecuali Desa Songan B. Pelaksanaan sosialisasi tersebut memanfaatkan sangkep

sebagai media pertemuan dengan masyarakat penerima manfaat program Gerbang Sadu Mandara disetiap banjar.

Penerimaan Masyarakat

Penerimaan masyarakat

terhadap program Gerbang Sadu Mandara pada penelitian ini dilihat dari tiga hal yaitu kognitif, affective, dan behavioral. Dilihat dari efek kognitif sebagian besar masyarakat penerima manfaat sudah memahami program Gerbang Sadu Mandara ini. Masyarakat memahami program Gerbang Sadu Mandara ini sebagai program pengentasan kemiskinan dari pemerintah provinsi Bali, melalui bantun kredit modal usaha dengan tingkat suku bunga yang rendah, dan tanpa jaminan.

Sedangkan efek afektif yang terjadi pada masyarakat penerima maanfaat program Gerbang Sadu Mandara dapat dilihat melalui sikap masyarakat, yang berupa dukungan terhadap program itu sendiri. Sebagian besar masyarakat penerima manfaat program Gerbang Sadu Mandara memberikan dukungannya terhadap

pelaksanaan program

tersebut.Dukungan tersebut diberikan karena masyarakat merasakan adanya dampak yang positif dari program Gerbang Sadu Mandara seperti kemajuan usaha yang digelutinya.

(8)

menjalankan program tersebut sesuai dengan aturan yang ditetapkan.

Kritisi terhadap Pelaksanaan Program Gerbang Sadu Mandara

Sebagai program pengentasan kemiskinan, berdasarkan hasil wawancara dengan informan, setidaknya program Gerbang Sadu Mandara sudah dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan kualitas kehidupan perekonomiannya. Melalui program Gerbang Sadu Mandara masyarakat mendapatkan bantuan kredit modal usaha, sehingga masyarakat mampu mengembangkan usahanya secara mandiri. Persyaratan untuk mengajukan kredit sangat mudah.Kredit tersebut diperoleh masyarakat tanpa menggunakan jaminan, dan tigkat bunganya sangat rendah, sehingga masyarakat tidak merasa keberatan untuk membayar cicilan beserta bunganya setiap bulan. Namun secara formal, belum ada evaluasi apakah program ini berhasil atau tidak. Walaupun demikian, pada kenyataanya pelaksanaan program Gerbang Sadu Mandara masih memiliki keterbatasan.

Meski dianggap memiliki kesuksesan oleh masyarakat, pada kenyataannya setiap desa memiliki progres yang tidak sama dalam menjalankan program Gerbang Sadu Mandara. Padahal setiap desa diperlakukan dengan cara yang sama. Hal tersebut bisa saja disebabkan oleh cara setiap desa dalam menerapkan

strategi komunikasi untuk

menyebarkan informasi terkait dengan program Gerbang Sadu Mandara.

Sejauh ini, proses penyebaran informasi terkait dengan program pembangunan lebih mengutamakan sosialisasi. Pada keyataannya sosialisasi tidak cukup untuk membuat program pembangunan tersebut berhasil. Menurut Rogers dan Adhikarya dalam Harun dan Ardianto

(2011, h. 163) agar komunikasi pembangunan lebih berhasil mencapai sasarannya, serta dapat menghindarkan kemungkinan-kemungkinan efek yang tidak diinginkan, strategi komunikasi pembangunan dirumuskan dengan mencakup beberapa prinsip, salah satunya adalah pemanfaatan saluran tradisional yaitu berbagai bentuk pertunjukan rakyat yang berfungsi sebagai saluran pesan yang akrab dengan masyarakat setempat.

Pemanfaatan saluran tradisional sebagai media komunikasi juga didukung oleh Pedoman Pelaksanaan Strategi Komunikasi PNPM mandiri (2008).Dalam pedoman strategi

komunikasi PNPM mandiri,

dinyatakan bahwa untuk meningkatkan keefektifan pesan pembangunan pada khalayak sasaran maka diperlukan berbagai saluran komunikasi, salah satunya adalah media sosial.Media sosial disini bukan berarti media sosial online.Menurut Oepen (1988, h. 88) media adalah wahana komunikasi atau pertukaran informasi yang telah terpola dalam kehidupan sosial suatu komunikasi masyarakat. Media sosial menuntut keterlibatan individu dalam proses komunikasi. Pada masyarakat pedesaan dimana sebagian besar dari mereka adalah masyarakat tradisional, terdapat berbagai media sosial sebagai sarana efektif untuk saling berinteraksi.Media ini merupakan saluran tradisional yang telah sejak lama tumbuh dan berkembang bersama masyarakat dan menjadi media sosialisasi nilai-nilai antar warga masyarakat, bahkan dari generasi ke generasi.Beberapa bentuk media sosial adalah komunikasi sosial dan media rakyat.

(9)

Comic Strips in Kenyan Daily Newspapers, menemukan bahwa kartun dalam komik tersebut dapat dengan mudah mempengaruhi pola pikir masyarakat. Penelitian ini dilakukan di Kenya. Hal tersebut juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Obare, Birungi, Deacon, & Burnet (2013) dengan judul

Effectiveness of using comic books to communicate HIV and AIDS messages to in-school youth: Insights from a pilot intervention study in Nairobi,

Kenya. Penelitian tersebut

menghasilkan bahwa pendekatan dengan menggunakan komik sangat

efektif dalam meningkatkan

pengetahun siswa tentang HIV. Mampu mengubah tingkah laku mereka secara positif terhadap orang-orang yang terinfeksi virus HIV, mengurangi ketakutan mereka, meningkatkan kemungkinan dan niat untuk mendaptkan tes kesehatan apakah teriveksi virus HIV, serta mampu mengubah prilaku seksual mereka kearah yang lebih positif.

Vera & Wahidi (2012) juga melakukan riset, dengan judul

“Jagongan Sebagai Bentuk

Komunikasi Sosial Pada Masyarakat Solo Dan Manfaatnya Bagi Pembanguna Daerah”. Hasil riset

tersebut menyatakan bahwa

komunikasi sosial Jagongan yang dilakukan oleh Jokowi selama 54 kali sebagai upaya pendekatan dengan pedagang kaki lima sebelum melakukan relokasi efektif dalam meningkatkan pembangunan daerah terutama dalam merelokasi PKL. Hal tersebut membuktikan komunikasi sosial Jagongan di kota Solo sebagai komunikasi yang efektif berperan dalam meningkatkan pembangunan daerah.

Wujud lain dari media sosial adalah media rakyat. Media rakyat ini digambarkan sebagai media yang murah, mudah, bersifat sederajat,

dialogis, sesuai, dan sah dari segi budaya, bersifat setempat, lentur

menghibur dan sekaligus

memasyarakat juga sangat dipercaya oleh kalangan masyarakat pedesaan yang kebetulan menjadi kelompok sasaran utama (Oepen,1988, h. 88). Media rakyat sering muncul dalam bentuk kesenian daerah atau kebudayaan tradisonal daerah.

Kesenian atau budaya daerah digunakan sebagai wahana untuk memperkenalkan dan memberikan pesan-pesan pembangunan kepada masyarakat pedesaan.Karena warga masyarakat pedesaan masih menyukai dan membutuhkan budaya atau kesenian tradisional sebagai sebuah bentuk hiburan maka media ini juga menjadi sarana yang sangat tepat sebagai media tranformasi nilai-nilai, termasuk pesan-pesan pembangunan

dari pemerintah.Pesan-pesan

pembangunan disisipkan secara implisit dan kreatif sehingga terasa menyatu dengan media rakyat.

Semetara, dari hasil analisis dapat diketahui bahwa pada pelaksanaan program Gerbang Sadu Mandara pada tahun 2012, dari lima desa yang menjadi sasaran, Desa Bebandem adalah desa yang terlihat paling baik dan sehat dalam menjalankan program tersebut. Keberhasilan Desa Bebandem tidak terlepas dari peranan Perbekel Desa Bebandemdalam mengkombinasikan metode komunikasi yang dimanfaatkan oleh Desa Bebandem dalam penyebaran informasi terkait dengan program tersebut.Desa Bebandem menggunakan beberapa strategi komunikasi.Salah satu strategi komunikasi yang diterapkan Desa

Bebandem adalah dengan

(10)

satu banjar yang ada di Desa Bebandem.

Pemanfaatan hiburan

tradisional hanya dimanfaatkan oleh Desa Bebandem dalam menyebarkan informasi terkait dengan program Gerbang Sadu Mandara. Hal tersebut menunjukan bahwa pemanfaatan hiburan tradisional dalam program Gerbang Sadu Mandara kurang

mendapat perhatian dari

masyarakat.Padahal dalam realitanya pemanfaatan hiburan tardisional dalam menyebarkan informasi terkait dengan program pembangunan justru lebih mudah diterima oleh masyarakat desa khusunya di Bali.Hal tersebut dikarenakan kondisi sosial masyarakat Bali berbeda dengan kondisi sosial masyarakat Indonesia pada umumnya. Sehingga Seharusnya pemerintah dalam hal ini oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD) Provinsi Bali lebih memperhatikan kondisi sosial budaya atau keunggulan kultural masyarakat Bali yang sangat dekat dengen kesenian.

Selain pemanfaatan hiburan tradisional, penyebaran informasi terkait dengan program Gerbang Sadu Mandara di Desa Bebandem juga dilakukan melalui word of mouth. Word of mouth ini biasanya digunakan oleh suatu perusahaan dalam menyebarkan informasi mengenai suatu produk atau jasa.Strategi komunikasi word of mouth ini terjadi secara alami dalam sebuah pembicaraan.Melalui strategi komunikasi word of mouth, informasi terkait dengan program Gerbang Sadu Mandara di Desa Bebandem menyebar lebih luas. Informasi tersebut tidak hanya sampai pada masyarakat Desa Bebandem yang mengikuti sosialisasi maupun menyaksikan hiburan Bondres

saja.Tetapi informasi tesebut juga menyasar ke masyakat-masyakat Desa Bebandem yang tidak sempat

mengikuti sosialisasi maupun menyaksikan hiburan Bondres saja.

Hal lain yang mendukung kesuksesan Desa Bebandem dalam menjalakan kegiatan Gerbang Sadu Mandara adalah jenis kegiatan ekonomi produktif yang dijalankan oleh masyarakat Desa Bebandem sendiri. Beberapa jenis kegiatan ekononi produktif atau usaha yang dijalankan masyarakat Bebandem, adalah kerajinan pande besi, olahan jajanan tradisional, kerajinan ingke, olahan salak apkiran, kerajinan kayu, batako, sanggah, pembuatan sarana upakara adat, dan ternak babi. Melalui kegiatan-kegiatan ekonomi produktif tersebut, perputaran uang maupun pengembalian modalnya lebih cepet, sehingga kegiatan Gerbang Sadu Mandara secara kesuluruhan pun juga dapat berkembang lebih cepat. Sedangkan desa-desa yang lain sebagian besar hanya berfokus pada peternakan, baik itu ternak babi, sapi, maupun ikan.

Selain itu, faktor yang juga mendukung keberhasilan program Gerbang Sadu Mandara di desa Bebandem adalah adanya TOR (Term of References). TOR (Term of References) dibuat oleh Tim Pelaku kegiatan Gerbang Sadu Mandara Desa Bebandem beserta masyarakat Desa Bebandem. Pembuatan TOR oleh masyarakat ini menimbulkan keterlibatan masyarakat yang tinggi dalam pelaksanaan program Gerbang Sadu Mandara. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk dari

participatory evelopment.

(11)

mereka akan merasa bahwa partisipasi mereka penting, sehingga mutu, efektifitas dan efisiensi maka pembangunan akan meningkat (Nur, Bulkis & Naping, 2011).TOR ini hanya dimiliki oleh Desa Bebandem. Dengan adanya TOR, pelaksanaan program Gerbang Sadu Mandara dapat berjalan lebih jelas, teratur dan terarah. Hal ini merupakan kelebihan tersendiri bagi Desa Bebandem, yang harusnya dapat menjadi contoh untuk desa-desa lain yang melaksanakan maupun akan melaksanakan program Gerbang Sadu Mandara.

Desa Bebandem memiliki Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes. BUMDes sangat diperlukan untuk mendukung program Gerbang Sadu Mandara. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, BUMDes sangat diperlukan untuk mengelola dana kegiatan Gerbang Sadu Mandara itu sendiri. Desa Bebandem sudah memiliki BUMDes jauh sebelum adanya program Gerbang Sadu Mandara. Hal ini juga merupakan salah kelebihan yang dimiliki Desa Bebandem dibandingkan desa-desa lainnya yang baru membentuk BUMDes setelah menjadi sasaran program Gerbang Sadu Mandara.

Pada pelaksanaan program Gerbang Sadu Mandara, strategi komunikasi yang dimanfaatkan oleh desa-desa yang menjadi sasaran program tersebut adalah melalui pendekatan two steps model of communication. Menurut Devito dalam Nurudin (2007, h. 142) Two steps model of communication atau yang dikenal dengan komunikasi dua tahap merupakan model penyampaian pesan dua tahap yang dalam prosesnya melibatkan opinion leader atau pemuka pendapat untuk menyebarkan pesan tersebut kepada audience. Adapun model dari komunikasi dua tahap atau two step model of

communication adalah sebagai berikut :

Sumbe →Oponion Leader→Audience Sumber : Devito dalam Nuridin (2007, h. 142)

Pendekatan two steps model of communication ini masih penting untuk diterapkan dalam pembangunan, mengingat karakteristik masyarakat Indonesia terutama masyarakat di pedesaan yang memiliki tingkat pendidikan rendah dan tingkat media yang masih belum maju.Bentuk dari

two steps model of communication ini adalah penggunaan leadership atau

opinion leader dalam penyampaian pesan.Melalui seorang opinion leader, informasi yang datangnya dari media dapat diketahui oleh masyarakat awam (Ubang, 2014).Secara tidak langsung,

opinion leader merupakan perantara berbagai informasi yang diterima dan diteruskan kepada masyarakat setempat.

Salah satu penelitian yang mendukung penggunaan opinion leader dalam pembangunan adalah penelitian yang dilakukan oleh Aryanti (2008) yang berjudul Peranan Opinion leader dalam Meningkatkan Peran Politik Masyarakat Pedesaan dalam Pembangunan.Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemuka masyarakat yang aktif sangat membantu pemahaman serta partisipasi

politik masyarakat dalam

pembangunan.Dengan demikian

opinion leader berperan sebagai agen pembangunan di tingkat bawah yang memiliki peranan yang penting dalam keberhasilan komunikasi. Selain itu

opinion leader juga berperan sebagai penghubung antara media massa dengan khalayak.

(12)

proses penyebaran informasi di setiap desa dalam pelaksanaan program Gerbang Sadu Mandara menggunakan

opinion leader. Opinion leader yang diterapkan dalam penyebaran informasi tersebut adalah melalui kelian dinas maupun kelian adat dari masing-masing banjar di setiap desa.Kelian adat dan kelian dinas diberikan sosialisasi sebelum memberikan pengarahan kepada masyarakat penerima manfaat program Gerbang Sadu Mandara di banjar masing-masing.

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang Strategi komunikasi Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD) Provinsi Bali dalam Penyebaran Informasi program Gerbang Sadu Mandara, dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, di peroleh kesimpulan yakni sebagai berikut: 1. Strategi Komunikasi Badan

Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD) Provinsi Bali dalam Penyebaran Informasi program Gerbang Sadu Mandara adalah sebagai berikut: a. Strategi komunikasi yang

diterapkan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemerintah Desa (BPMPD) Provinsi Bali dalam penyebaran informasi program Gerbang Sadu Mandara adalah strategi desain instruksional yang berbentuk pelatihan dan sosialisasi. Pelatihan digunakan untuk menyebarkan informasi kepada Tim Pelaksana Kegiatan Gerbang Sadu Mandara dari

masing-masing desa,

sedangkan sosialisasi

digunakan untuk menyebarkan informasi terkait dengan program Gerbang Sadu Mandara kepada masyarakat

penerima program tersebut ditingkat desa. Hal ini sesuai dengan petunjuk teknis pelaksanaan program Gerbang Sadu Mandara.

b. Pada pelaksanaan sosialisasi

tersebut, semua desa

memanfaatkan sangkep sebagai media pertemuan dalam sosialisasi tersebut.

c. Selain strategi komunikasi

instruksional, dalam

menyebarakan informasi terkait dengan program Gerbang Sadu Mandara, salah satu desa yaitu Desa Bebandem menerapkan strategi lain yang tidak terdapat dalam petunjuk teknis pelaksanaan program Gerbang Sadu Mandara. Strategi tersebut adalah strategi komunikasi

pemanfaatan media

(memanfaatkan hiburan

tardisional khas bali bondres) dan strategi komunikasi pemasaran melalui saluran

word of mouth.

d. Keseluruhan pelaksanaan dari startegi komunikasi dalam penyebaran informasi terkait dengan program Gerbang Sadu Mandara didukung oleh strategi partisipasi. Dimana strategi pasrtisipasi ini dapat dilihat melalui keterlibatan dan tingkat kehadiran masyarakat disetiap kegiatan.

(13)

Mandara sendiri adalah tidak tertibnya tim pengelola kegiatan Gerbang Sadu Mandara dan kurangnya jumlah tim pelaku kegiatan Gerbang Sadu Mandara.

2. Penerimaan masyarakat terhadap startegi komunikasi Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD) Provinsi Bali dalam penyebaran informasi terkait dengan program Gerbang Sadu Mandara

a. Efek Kognitif (pengetahuan), masyarakat penerima manfaat program Gerbang Sadu Mandara di tiga desa, antara lain Desa Bebandem, Desa Songan B, dan Desa Pejukutan telah memahami dengan baik pelaksanaan program Gerbang Sadu Mandara.

b. Efek Afektif (sikap),

masyarakat mendukung

sepenuhnya pelaksanaan program Gerbang Sadu Mandara. Hal ini dikarenakan kegiatan Gerbang Sadu Mandara memberikan dampak yang positif bagi kehidupan masyarakat sehari-hari,

terutama kehidupan

perekonomiannya.

c. Efek Behavioral (prilaku) :

masyarakat bersedia

menjalakan kegiatan Gerbang Sadu Mandara dengan baik sesuai dengan aturan. Selain itu masyarakat juga bersedia berpasrtisipasi atau terlibat dalam setiap kegiatan yang

yang terkait dengan

pelaksanaan kegiatan Gerbang Sadu Mandara.

Saran

Saran yang dapat peneliti berikan terkait dengan pelaksanaan

strategi komunikasi Badan

Pemberdayaan Masyarakat dan

Pemerintah Desa (BPMPD) Provinsi Bali dalam penyebaran informasi terkait dengan program Gerbang Sadu Mandara adalah :

a. Strategi komunikasi yang diterapkan hendaknya tidak hanya berfokus pada strategi

komunikasi desain

instruksional yang berbentuk pelatihan dan sosialisasi, tetapi sebaiknya juga memanfaatkan keunggulan yang diiliki oleh masing-masing daerah (local value). Local value dari masing-masing daerah berbeda-beda. Bali memiliki local value

berupa kesenian. Bali tidak dapat dipisahkan dari kesenian. Melalui media tradisional (hiburan tadisional) sebuah pesan akan lebih mudah dipahami oleh masyarakat, karena terjadi dalam situasi yang santai dan bersifat hiburan.

b. Pelaksanaan kegiatan Gerbang Sadu Mandara sebaiknya tidak hanya diberi bantuan modal tetapi juga dilengkapi dengan pelatihan peningkatan kualitas usaha ekonomi produktif.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan. Adapun keterbatasan dari penelitian ini adalah hanya berfokus pada strategi komunikasi Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Daerah (BPMPD) Provinsi Bali pada penyebaran informasi terkait dengan program Gerbang Sadu Mandara. Diharapkan penelitian selanjutnya mampu meneliti kelanjutan dari proses komunikasi setelah penyebaran informasi terkait dengan program tersebut.

(14)

penelitian ini adalah hanya membahas pelaksanaan program Gerbang Sadu Mandara secara garis besar. Namun pelaksanaan program tersebut secara detail tidak dibahas. Diharapkan pada penelitian selanjutnya, peneliti juga membahas pelaksanaan program Gerbang Sadu Mandara secara detail sehingga dapat diketahui keterkaitan antara strategi komunikasi dengan keberhasilan pelaksanaan program tersebut.

Selain itu, keterbatasan penelitian ini juga belum mampu menjelaskan seperti apa peranan

opinion leader secara detail dalam pelaksanaan strategi komunikasi dalam menyebarkan informasi terkait dengan program Gerbang Sadu Mandara. Sehingga pada penelitian selanjutnya diharapkan untuk menggali lebih dalam mengenai peranan opinion leader dalampelaksanaan sebuah program pembangunan, khususnya program Gerbang Sadu Mandara tersebut.

Daftar Pustaka.

Aryanti, N.Y. (2008). Peranan opinion leader dalam meningkatkan peran politik masyarakat pedesaan dalam pembangunan. Jurnal Ilmiah Dinamika. 1(1), 35-42.

Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD) Provinsi Bali, (2014, Februari 28).

Diakses dari

http://www.gerbangsadumandara.p rovbali.info

BPS Provinsi Bali. (2013). Tingkat kemiskinan bali, maret 2013. Diakses pada 10 Juni 2014, dari http://bali.bps.go.id/tabel.php? id=15

Cangara, H. (2013). Perencanaan dan

strategi komunikasi. PT

RajaGrafindo. Persada. Jakarta. Dana Gerbang Sadu Mandara, (2013,

September 10). Diakses dari www.balipost.com

Daymon, C. & Holloway, I. (2002).Metode-metode riset kualitatif dalam public relations dan marketing communications. (W. Cahya, Terjemahan). Yogyakarta: Bintanga Pustaka. Dwicaksono, A. (2013, April),

Pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Paper di publikasikan di Urban Talkshow HMP ITB@KLCBS

Elvinaro, A., Komala, L. & Karlina, S. (2007). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa. Gerbang sadu mandara terobosan bali

entaskan kemiskinan, (2013, Oktober 8). Diakses dari http://www.beritasatu.com/nasio

nal/76284-gerbang-sadu- mandara-terobosan-bali-entaskan-kemiskinan.html

Gerbang sadu mandara, terobosan bali entaskan kemiskinan, (2013, Oktober 8). Diakses dari http://www.beritasatu.com/nasio

nal/76284-gerbang-sadu- mandara-terobosan-bali-entaskan-kemiskinan.html

Harun, R. & Elvinaro, A. (2012). Komunikasi pembangunan & perubahan sosial, perspektif

dominan. Depok: PT.

Rajagrafindo Persada.

Kemisikinan di bali menurun, (2012, Mei 30). Diakses dari http://www.baliprov.go.id/GUBE RNUR--KEMISIKINAN-DI-BALI-MENURUN

Kotler, P. & Amstrong, G. (2009). Prinsip-prinsip pemasaran. Jakarta. PT Indeks.

Kotler, P. & Keller, K. (2009). Manajemen pemasaran (edisi kedua belas jilid 2).Indonesia: PT Indeks.

Kotler, P. (2008). Manajemen pemasaran. Jakarta: PT Indeks. Kriyantono, R. (2012). Tenik praktis

(15)

Mulanda, O. & Khasandi, V. (2014). In the cartoonit’s mind: exploring political comic strips in kenyan daily newspapers. The Journal of Pan African Studies. (6) 9, 30-43. Mulyana, D. (2008).Ilmu komunikasi suatu pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, D. (2010). Metodologi penelitian kualitatif paradigma ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution, Z. (2001). Komunikasi pembangunan pengenalan teori dan penerapannya. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Nur, F., Siti, B. & Hamka, N. (2011). Partisipasi masyarakat dalam

proses pembangunan

infrastruktur desa. Diakses pada tanggal 11 november 2013, dari pasca.unhas.ac.id/jurnal/

Nurudin. (2007). Pengantar komunikasi massa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Obare, F., Birungi, H., Deacon.,& Burnet, H. (2013). Effectiveness of using comic books to communicate HIV and AIDS messages to in-school youth: Insights from a pilot intervention study in Nairobi, Kenya. African Population Studies. 27(2), 203-215.

Oepen, M. (1988). Media rakyat

komunikasi pembangunan

masyarakat. Jakarta: P3m. 143

Peraturan Gubernur Bali. (2012). Petunjuk teknis bantuan keuangan khusus kepada pemerintah

desa/kelurahan melalui

program/kegiatan gerakan

pembangunan desa terpadu mandara (gerbang sadu mandara) di provinsi bali. bali : Pemerintah Provinsi Bali.

PNPM mandiri.(2008). pedoman pelaksanaan strategi komunikasi. Diakses padatanggal 29 januari

2014, dari

http://www.scribd.com/doc/81569

736/Pedoman-Strategi-Komunikasi. Hal 26

Program Gerbang Sadu Mandara, (2014, Februari 28). Diakses dari http://www.gerbangsadumandara.p rovbali.info.

Silalahi, U. (2012). Metode penelitian sosial. Bandung: Refika Adiatama. Sugiyono. (2012). Memahami

penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Ubang, M. (2014).Peran opinion leader dalam peningkatan

nasionalisme masyarakat

perbatasan. E journal Ilmu Komunikasi. 2(1), 259-273.

Vera, N., & Wirahardi, D. (2011) “Jagonga” sebagai bentuk

komunikasi sosial pada

Referensi

Dokumen terkait

Lemak yang digunakan pada penelitian ini adalah lemak sapi yang diekstraksi dengan cara dry rendering dan minyak kelapa sawit bermerek kunci mas diinteresterifikasi secara

Penelitian deskriptif bertujuan untuk melihat adanya pengaruh dari satu variabel dengan variabel lain sesuai dengan hipotesis yang telah dibuat melalui model

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Untuk mengetahui sejarah berdirinya PRRI (2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan lahirnya PRRI (3) Untuk mengetahui

Peubah setelah perlakuan yaitu jumlah daun total per planlet, tinggi planlet, jumlah tunas per botol, jumlah akar per botol, jumlah kontaminasi, serta pada akhir

Survei Struktur Upah mengumpulkan data mengenai jumlah dan upah karyawan pada semua jenjang jabatan dan pada beberapa jenis pekerjaan menurut jenis kelamin, berbeda dengan SUB

Tim Penilai Unit Kerja membantu Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dalam menetapkan Angka Kredit bagi Pustakawan Pelaksana/Pustakawan Terampil, pangkat

Selain pengadaan benih, untuk menaikkan pendapatan petani pisang di Lampung perlu dilakukan penanaman jenis pisang yang mempunyai harga jual lebih tinggi dari jenis pisang

intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan. ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer &