• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMISKINAN DI INDONESIA id. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEMISKINAN DI INDONESIA id. docx"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KEMISKINAN DI INDONESIA

Oleh Kelompok 10

Novia Veronica (141409) Novia Putri Soetanto (141504)

SA702

Dosen Pengampu

Dra. Endang Kusdiah Ningsih, M.Si.

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS BISNIS DAN AKUNTANSI UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS

(2)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia dikenal sebagai Negara agraris, atau yang biasa dikenal sebagai Negara yang sebagian besar penduduknya bergerak dalam bidang pertanian. Dalam Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan pemerintah Indonesia agar memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun dalam kenyataannya pemerintah tidak mempunyai kepekaan yang serius terhadap kaum miskin.

Kemiskinan merupakan problematika kemanusiaan yang mendunia dan hingga kini masih menjadi isu sentral di belahan bumi manapun. Selain bersifat laten dan aktual, kemiskinan adalah penyakit sosial ekonomi yang tidak hanya dialami oleh negara-negara berkembang melainkan juga negara maju seperti Inggris dan Amerika Serikat.

Untuk itu, kelompok kami mencoba memaparkan kemiskinan di Negara Indonesia. Kemiskinan merupakan hal yang kompleks karena menyangkut berbagai macam aspek seperti hak untuk terpenuhinya pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya. Agar kemiskinan di Indonesia dapat menurun diperlukan dukungan dan kerja sama dari pihak masyarakat dan keseriusan pemerintah dalam menangani masalah ini.

Kemiskinan merupakan masalah multidimensi dan lintas sektor yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, dan kondisi lingkungan.

(3)

I.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dibahas oleh kelompok kami mengenai kemiskinan yang ada di Indonesia.

I.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini yakni memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kemiskinan yang ada di Indonesia.

I.4 Manfaat

Bagi penulis

Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu pemenuhan tugas dari mata kuliah” Perekonomian Indonesia”. Serta mampu menjadi sumber informasi bagi masyarakat.

Bagi pihak lain

(4)

BAB II PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Kemiskinan

Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makan maupun non makan.

Sementara menurut Edi Suharto dalam Abdul Hakim (2002:219), kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasi basis kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial meliputi:

1. Sumber keuangan (mata pencarian, kredit, modal).

2. Modal produktif atau asset (tanah, perumahan, kesehatan, alat produksi). 3. Jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang, dan jasa.

4. Organisasi sosial dan politik yang digunakan untuk mencapai kepentingan bersama.

5. Informasi yang berguna untuk kemajuan hidup. 6. Pengetahuan dan keterampilan.

II.2 Bentuk Kemiskinan

Pada dasarnya bentuk kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi tiga pengertian, yaitu :

Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup diatas garis kemiskinan namun masih berada dibawah kemampuan masyarakat disekitarnya.

(5)

Kemiskinan Kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.

II.3 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan

Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan menurut Hartomo dan Aziz dalam Dadan Hudyana (2009:28-29) yaitu: 1. Pendidikan yang Terlampau Rendah

Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan pendidikan atau keterampilan yang dimiliki seseorang menyebabkan keterbatasan kemampuan seseorang untuk masuk dalam dunia kerja. sering dikatakan masyarakat itu miskin karena sumber daya alamnya miskin.

4. Terbatasnya Lapangan Kerja

Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi kemiskinan bagi masyarakat. Secara ideal seseorang harus mampu menciptakan lapangan kerja baru sedangkan secara faktual hal tersebut sangat kecil kemungkinannya bagi masyarakat miskin karena keterbatasan modal dan keterampilan.

(6)

Seseorang miskin sebab mereka tidak mempunyai modal untuk melengkapi alat maupun bahan dalam rangka menerapkan keterampilan yang mereka miliki dengan suatu tujuan untuk memperoleh penghasilan. 6. Beban Keluarga

Seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak apabila tidak diimbangi dengan usaha peningkatan pendapatan akan menimbulkan kemiskinan karena semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat tuntutan atau beban untuk hidup yang harus dipenuhi.

Suryadiningrat dalam Dadan Hudayana (2009:30), juga mengemukakan bahwa kemiskinan pada hakikatnya disebabkan oleh kurangnya komitmen manusia terhadap norma dan nilai-nilai kebenaran ajaran agama, kejujuran dan keadilan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penganiayaan manusia terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain. Penganiayaan manusia terhadap diri sendiri tercermin dari adanya:

1. keengganan bekerja dan berusaha, 2. kebodohan,

3. motivasi rendah,

4. tidak memiliki rencana jangka panjang, 5. budaya kemiskinan, dan

6. pemahaman keliru terhadap kemiskinan.

Sedangkan penganiayaan terhadap orang lain terlihat dari ketidakmampuan seseorang bekerja dan berusaha akibat:

1. ketidakpedulian orang mampu kepada orang yang memerlukan atau orang tidak mampu dan

2. kebijakan yang tidak memihak kepada orang miskin.

II.4 Dampak Kemiskinan

Dampak dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan kompleks yaitu:

(7)

Karena tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Secara otomatis pengangguran telah menurunkan daya saing dan beli masyarakat. Sehingga akan melalui jalan yang benar dan halal. Ketika tidak ada lagi jaminan bagi seseorang dapat bertahan dan menjaga keberlangsungan hidupnya maka jalan pintas pun dilakukan, seperti merampok, menodong, mencuri atau menipu (dengan cara mengintimidasi orang lain) di dalam kendaraan umum.

3. Pendidikan

Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi dewasa ini. Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak dapat lagi menjangkau dunia sekolah atau pendidikan. Mereka tidak dapat menjangkau dunia pendidikan yang sangat mahal itu. Sebab mereka begitu miskin. Untuk makan satu kali sehari saja mereka sudah kesulitan. Tingginya tingkat putus sekolah berdampak pada rendahnya tingkat pendidikan seseorang. Dengan begitu akan mengurangi kesempatan seseorang mendapatkan pekerjaan yang lebih layak.

4. Kesehatan

Seperti kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat mahal. Hampir setiap klinik pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan tarif atau ongkos pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga, biayanya tak terjangkau oleh kalangan miskin.

5. Konflik sosial bernuasa SARA

(8)

ketiadaan jaminan keadilan “keamanan” dan perlindungan hukum dari negara, persoalan ekonomi-politik yang obyektif disublimasikan ke dalam bentrokan identitas yang subjtektif.

II.5 Cara Mengatasi Kemiskinan

Pada prinsipnya, pemerintah dalam program pembangunannya telah menjadikan kemiskinan sebagai salah satu fokus utamanya. Program umum pemerintah sendiri adalah program pembangunan yang berfokus pada pengentasan kemiskinan, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan kerja.

Banyak kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk dapat mengatasi berbagai macam masalah kemiskinan, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Kebijakan tidak langsung

Kebijakan tidak langsung diarahkan pada penciptaan kondisi yang menjamin kelangsungan setiap upaya penanggulangan kemiskinan. Kondisi yang dimaksudkan antara lain adalah suasana sosial politik yang tentram, ekonomi yang stabil dan budaya yang berkembang.

2. Kebijakan langsung

Kebijakan langsung diarahkan kepada peningkatan peran serta dan produktifitas sumber daya manusia, khususnya golongan masyarakat berpendapatan rendah. Melalui penyediaan kebutuhan dasar seperti sandang, pangan dan papan, kesehatan dan pendidikan, serta pengembangan kegiatan – kegiaatan sosial ekonomi yang berkelanjutan untuk mendorong kemandirian golongan masyarakat yang berpendapatan rendah.

II.6 Indikator-indikator Kemiskinan

Adapun indikator-indikator kemiskinan sebagaimana dikutip dari Badan Pusat Statistik, antara lain sebagai berikut:

(9)

2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).

3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga).

4. Kerentangan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.

5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya alam.

6. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.

7. Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencarian yang berkesinambungan.

8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental. 9. Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar,

wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil).

(10)

Dari data berikut, dapat diketahui bahwa angka kemiskinan di Indonesia pada Maret 2016 mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya dan juga September 2015.

Penurunan angka kemiskinan dapat dipengaruhi oleh empat faktor:

1. Rendahnya inflasi yakni 1,71% selama September 2015 hingga Maret 2016.

2. Tingkat pengangguran terbuka yang turun dari 6,18% menjadi 5,50%. 3. Turunnya harga eceran komoditas beberapa bahan pokok.

4. Meningkatnya upah buruh tani dan bangunan.

Meskipun angka kemiskinan menurun, namun kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin semakin tinggi. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya nilai indeks kedalaman.

Menurut Kepala BPS, Suryamin, indeks tersebut mengindikasikan rata-rata pengeluaran penduduk miskin menjauhi garis kemiskinan sebesar Rp 345.386/kapita/bulan.

Peningkatan nilai indeks membuktikan

bahwa

pertumbuhan ekonomi belum

dapat dinikmati penduduk miskin

.

(11)

Berikut data mengenai 10 peringkat provinsi yang menjadi sarang kaum berpenghasilan rendah. Lebih dari 3, 2 juta di antaranya berada di pedesaan. Sementara 1,5 juta tersebar di kota-kota besar. Batas penghasilan bulanan untuk sebuah keluuarga miskin di Jawa Timur berkisar di angka

Rp318.000,-2. Jawa Tengah

Jawa Tengah memiliki jumlah penduduk miskin terbesar kedua di Indonesia, yakni 4.505.780 juta. Batas pendapatan untuk kategori miskin di provinsi ini berkisar Rp310.000,- per bulan.

3. Jawa Barat

(12)

4. Sumatera Utara

Sumatera Utara berada diperingkat ke empat dalam daftar provinsi penduduk miskin terbanyak, yang mencatat 1.500.000 penduduk berpenghasilan Rp352.000,- per bulan.

5. Sumatera Selatan

Sebagian besar kaum miskin di Sumatera Selatan hidup di wilayah pedesaan. BPS mencatat, terdapat sekitar 1.120.000 penduduk yang berpenghasian Rp380.000,- per bulan.

6. Lampung

Sekitar 80% penduduk miskin Lampung yang berjumlah 1.100.000 hidup di wilayah pedesaan. Mereka dikategorikan miskin karena berpenghasilan maksimal Rp380.000,- per bulan.

7. Nusa Tenggara Timur

Sebanyak 1.160.000 penduduk di Nusa Tenggara Timur saat ini digolongkan sebagai kaum miskin. Mereka yang hampir seluruhnya berada di pedesaan berpenghasilan Rp290.000,- per bulan.

8. Papua

Papua adalah provinsi terluas di Indonesia dengan jumlah penduduk tidak lebih banyak ketimbang Surabaya. Namun dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 898.000 orang, hampir sepertiga penduduk Papua hidup dengan pendapatan di bawah Rp390.000,- per bulan.

9. Sulawesi Selatan

(13)

10. Aceh

(14)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

III.1 Kesimpulan

Masalah kemiskinan di Indonesia memang sangat rumit untuk dipecahkan. Dan tidak hanya di Indonesia saja sebenarnya yang mengalami jerat kemiskinan, tetapi banyak negara di dunia yang mengalami permasalahan ini.

Upaya penurunan tingkat kemiskinan sangat bergantung pada pelaksanaan dan pencapaian pembangunan di berbagai bidang. Oleh karena itu, agar pengurangan angka kemiskinan dapat tercapai, dibutuhkan sinergi dan koordinasi program-program pembangunan di berbagai sektor, terutama program yang menyumbang langsung penurunan kemiskinan.

Negara yang ingin membangun perekonomiannya harus mampu meningkatkan standar hidup penduduk negaranya, yang diukur dengan kenaikan penghasilan riil per kapita. Indonesia sebagai negara berkembang memenuhi aspek standar kemiskinan diantaranya merupakan produsen barang primer, memiliki masalah tekanan penduduk, kurang optimalnya sumber daya alam yang diolah, produktivitas penduduk yang rendah karena keterbelakangan pendidikan, kurangnya modal pembangunan, dan orientasi ekspor barang primer karena ketidakmampuan dalam mengolah barang-barang tersebut menjadi lebih berguna.

III.2 Saran

(15)
(16)

DAFTAR PUSTAKA

Bayu, Dirgantara. 2013. “Makalah tentang Kemiskinan dan Kesenjangan Pendapatan”. http://catatankuliahfethamrin.blogspot.co.id, diunduh pada 22 Oktober 2016, pukul 20.00 WIB.

Novita, Prien. 2015. “ Kemiskinan dan Kesenjangan / Perekonomian Indonesia”. http://priennovita.blogspot.co.id, diunduh pada 23 Oktober 2016, pukul 07.00 WIB.

Nugraha, Rizki. 2016. “Inilah Provinsi Sarang Kemiskinan di Indonesia”. http://m.dw.com, diunduh pada 4 Desember 2016, pukul 18.00 WIB.

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurikulum yang menghendaki pelaksanaan evaluasi hasil belajar secara komprehensif, baik pada ranah kognitif, afektif maupun

Pemerintah Kabupaten Wajo mengeluarkan kebijakan berupa Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah

Kedua, filsafat dapat menentukan isi atau materi pelajaran yang harus diberikan sesuai dengan tujuan yang

Tahapan  rehabilitasi  dan rekonstruksi  harus dilaksanakan  secara lebih terarah  dan  terencana  dalam  upaya  normalisasi  prasarana  dan  fasilitas  sosial/ 

Primer Karya Baru 30 KSU Pancasila Abadi 31 KSU Warga Rimba 32 Pengadan Jaya Sawmill 33 PK.. Adil Makmur

8-Bagi bahagian muka bolehlah ditutup setelah dipanggil keluarga si mayat untuk melihat buat kali terakhir. 9-Ikatkan mayat dengan tali yang telah disediakan; di hujung kepala,

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa krim ekstrak teh hijau dengan penambahan Vitamin C 1% memberikan aktivitas antiinflamasi yang lebih optimal karena mampu

Kualitas beton dapat ditentukan dari komposisi adukan, jenis bahan, dan cara perawatan. Beton reaktif adalah salah satu jenis beton mutu tinggi yang komposisinya mengandung banyak