• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 87 HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMAN 2 DESA KUBU KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013

Rika Andriyani1, Isra Miwati2

Dosen STIKes Hang Tuah Pekanbaru, Indonesia

ABSTRACT

Adolescence is a period of transition, which in times of instability is often the case both emotional and psychological. Teens often feel uncomfortable or taboo to talk about sexuality and reproductive health. However, because of the curiosity they will try to find the information themselves. Many teenagers who seek information via social environment such as peers, are not reliable sources of information such as the mass media and believe the myths of sexual intercourse, plus they do not get sex education from schools and parents. This causes adolescents receiving misinformation about sexuality and would plunge them to free sex. The purpose of this study to determine the relationship of knowledge to sex free sex in adolescents class X and XI of SMAN 2 Kubu Rokan Hilir in 2013. Quantitative Analytical kind of research is cross sectional approach and method of data collection is to use the questionnaire in the form of a questionnaire. Subjects were students of class X and XI of SMAN 2 Kubu Rokan Hilir numbered 119 people. The sampling technique used was purposive sampling. Test using the Chi-square statistic. The results showed 69 of 119 respondents (58.00%) are at risk of doing sexual behavior and 50 people (42.00%) do not risk sex behavior. Of bivariate analysis showed no association between sexual education, resources, social environment and sexual myths on sex behavior in adolescents in class X and XI of SMAN 2 Kubu Rokan Hilir in 2013.

Bibliography : 11 (2009-2012)

Keywords : Knowledge free sex, free sex, SMAN 2 Kubu

PENDAHULUAN

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Adapun bentuk-bentuk perilaku seksual yang dilakukan remaja antara lain: berciuman, menyentuh alat kelamin sampai berhubungan seksual. Objek seksual bisa orang lain, orang dalam khayalan, atau diri sendiri. Perilaku seksual dapat berdampak cukup serius, seperti perasaan bersalah, depresi, ketegangan mental dan

kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah misalnya dari seorang gadis tiba-tiba hamil sebelum menikah. (sarwono, 2011).

(2)

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 88

remaja telah pernah melakukan hubungan seksual, 53% remaja telah melakukan masturbasi, 39% remaja telah pernah melakukan seks oral, 11% remaja sering melakukan seks anal. Penelitian lain melaporkan bahwa remaja melakukan aktifitas seksual tersebut 75% di rumah orang tuanya (pangkahila, 2010 dalam soetjiningsih, 2010).

Hasil survei perkumpulan keluarga berencana indonesia (pkbi) menerangkan bahwa usia remaja pertama kali melakukan hubungan seks yaitu pada usia 13-18 tahun, 60% tidak menggunakan alat kontrasepsi, dan 85% dilakukan di rumah sendiri. Survei kesehatan reproduksi remaja indonesia menunjukkan remaja mempunyai teman yang pernah melakukan hubungan seksual pada usia 14-19 tahun, remaja perempuan berjumlah 34,7% dan remaja laki-laki 30,9%. Pada usia 20-24 tahun remaja perempuan berjumlah 48,6% dan remaja laki-laki 46,5%. Kondisi tersebut menunjukkan perilaku hubungan seks pranikah sangat tinggi dilakukan remaja (handayani at, al, 2009).

Dr. Boyke dian nugraha, pakar seks serta spesialis obstetri dan ginekologi, menyatakan bahwa penyebab perilaku seks menyimpang antara lain maraknya pengedaran gambar dan vcd porno, kurangnya pemahaman akan nilai-nilai agama, keliru dalam memaknai cinta, minimnya pengetahuan remaja tentang seksualitas serta belum adanya pendidikan seks secara reguler hingga formal di sekolah-sekolah. Itulah sebabnya kurangnya informasi tentang makna hakiki cinta dan kurikulum kesehatan reproduksi

di sekolah mutlak diperlukan (pasti, 2008 dalam suyanto, 2009).

Tujuan penelitian ini adalah untuk hubungan pengetahuan seks bebas terhadap perilaku seks bebas pada remaja kelas x dan xi di sman 2 kubu tahun 2013.

METODE

Jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional, yang dilaksanakan pada tanggal 8 Mei sampai 17 Juni 2013 di SMAN 2 Kubu Kabupaten Rokan Hilir.Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 119 orang. Jenis data yang digunakan data primer yaitu Data yang langsung diambil dari responden berupa pertanyaan pendidikan seksual, sumber informasi, lingkungan pergaulan, mitos hubungan seksual dan perilaku seks bebas pada remaja dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder yaitu Data diperoleh melalui studi pustaka, internet dan instansi pendidikan berupa jumlah kelas, jumlah siswa, jenis kelamin dan hasil wawancara dengan guru bagian Bimbingan dan Penyuluhan. Dengan analisis data meliputi Analisis Univariat dan Analisis Bivariate.

HASIL

(3)

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 89

yaitu sebanyak 73 orang (61,34),dan responden berisiko mempercayai mitos hubungan seksual yaitu sebanyak 68 orang (57,14).

Hasil uji bivariat terhadap 4 variabel, terdapat hubungan yang bermaksa antara pendidikan seksual, sumber informasi, lingkungan pergaulan dan mitos hubungan seksual terhadap perilaku seks bebas di SMAN 2 Kubu Kabupaten Rokan Hilir. Dan dari keempat variabel

tersebut variabel lingkungan pengetahuan merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap perilaku seks bebas ditandai dengan nilai OR = 8,36 artinya responden yang bergaul di lingkungan pergaulan yang berisiko 8,36 kali berisiko melakukan perilaku seks bebas dibandingkan responden yang bergaul di lingkungan pergaulan yang tidak berisiko.

Table 4.1 Distribusi Frekuensi Perilaku Seks Bebas, Pendidikan Seksual, Sumber Informasi, Lingkungan Pergaulan, dan Mitos Hubungan Seksual Pada Remaja Kelas X dan XI di SMAN 2 Kubu Kabupaten Rokan HilirTahun 2013

No Variabel dan Kategori Jumlah Persentase (100%)

A Variabel Dependen

1. Perilaku Seks Bebas

a. Tidak Berisiko

b. Berisisko

50 69

42,00 58,00

B Variabel Independen

1. Pendidikan Seksual

a. Baik

b. Buruk

49 70

41,18 58,82

2. Sumber Informasi

a. Tidak Terpapar

b. Terpapar

47 72

39,50 60,50

3. Lingkungan Pergaulan

a. Tidak Berisiko

b. Berisiko

46 73

38,66 61,34

4. Mitos Hubungan Seksual

a. Tidak Berisiko

b. Berisiko

51 68

42,86 57,14

(4)

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 90 Tabel 4.2 Hubungan Pendidikan Seksual Terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Remaja Kelas X dan XI di SMAN 2 Kubu Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013

Tabel 4.3 Hubungan Sumber Informasi Terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Remaja Kelas X dan XI di SMAN 2 Kubu Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013

Tabel 4.4 Hubungan Lingkungan Pergaulan Terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Remaja Kelas X dan XI di SMAN 2 Kubu Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013

Tabel 4.5 Hubungan Mitos Hubungan Seksual Terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Remaja Kelas X dan XI di SMAN 2 Kubu Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013

Pendidikan Seksual

Perilaku Seks Bebas

Total p

Value OR

Tidak Berisiko Berisiko

N % N % N %

Baik 27 55,1 22 44,9 49 100

0,026 2,50

Buruk 23 32,9 47 67,1 70 100

Total 50 42,0 69 58,0 119 100

Sumber Informasi

Perilaku Seks Bebas

Total

p Value OR

Tidak Berisiko Berisiko

N % N % N %

Tidak Terpapar 27 57,4 20 42,6 47 100 0,010 2,87

Terpapar 23 31,9 49 68,1 72 100

Total 50 42,0 69 58,0 119 100

Lingkungan Pergaulan

Perilaku Seks Bebas

Total p

Value OR

Tidak Berisiko Berisiko

N % N % N %

Tidak Berisiko 33 71,7 13 28,3 46 100

0,000 8,36

Berisiko 17 23,3 56 76,7 73 100

Total 50 42,0 69 58,0 119 100

Mitos Hubungan Seksual

Perilaku Seks Bebas

Total P

Value OR

Tidak

Berisiko Berisiko

N % N % N %

Tidak Berisiko 31 60,8 20 39,2 51 100

0,001 3,99

Berisiko 19 27,9 49 72,1 68 100

(5)

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 91 PEMBAHASAN

Hubungan Pendidikan Seksual Terhadap Perilaku Seks Bebas.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan seksual terhadap perilaku seks bebas (pvalue = 0,026). Analisis keeratan dua variabel didapatkan OR = 2,50 artinya responden yang mendapatkan pendidikan seksual buruk 2,50 kali berisiko melakukan perilaku seks bebas dibandingkan responden yang mendapatkan pendidikan seksual baik. Hasil penelitian ini diperkuat oleh pendapat Tursini (2012) yang menyatakan bahwa pendidikan seksual merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seksual (pvalue = 0,013).

Menurut Kuncoroningrat dalam Suyanto (2009), pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi yang dapat meningkatkan kualitas hidup.Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula menerima informasi sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimiliki, begitu pula sebaliknya semakin rendah pendidikan seseorang semakin sulit menerima informasi sehingga kurang pula pengetahuan yang dimiliki.

Hubungan Sumber Informasi Terhadap Perilaku Seks Bebas.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara sumber informasi terhadap perilaku seks bebas (pvalue = 0,010).Analisis keeratan dua variabel didapatkan OR = 2,87 artinya responden yang terpapar sumber informasi 2,87 kali berisiko melakukan perilaku seks bebas dibandingkan responden yang tidak terpapar sumber informasi.

Hasil penelitian ini diperkuat oleh pendapat Darmasih (2009) yang menyatakan bahwa sumber informasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah (pvalue = 0,000).Remaja memperoleh informasi tersebut lebih banyak dari handpone dan internet.Biasanya mereka menonton bersama teman-temannya di sekolah dan di luar rumah. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa tersebut. Maka dari itu sumber informasi yang baik dan bertanggung jawab diperlukan oleh remaja, agar remajatidak salah dalam mendapatkan sumber informasi.

Hubungan Lingkungan Pergaulan Terhadap Perilaku Seks Bebas.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara lingkungan pergaulan terhadap perilaku seks bebas (pvalue = 0,000).Analisis keeratan dua variabel didapatkan OR = 8,36 artinya responden yang bergaul di lingkungan pergaulan yang berisiko 8,36 kali berisiko melakukan perilaku seks bebas dibandingkan responden yang bergaul di lingkungan pergaulan yang tidak berisiko.Hasil penelitian ini diperkuat oleh pendapat Tursini (2012) dan pendapat Darmasih (2009) yang menyatakan bahwa lingkungan pergaulan seperti lingkungan keluarga dan teman sebaya merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku seks bebas pada remaja.

(6)

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 92

salah dapat berpengaruh negatif bagi remaja itu sendiri. Menurut Pangkahila (2010) pengaruh negatif yang didapat dari teman sebaya seperti membujuk remaja agar mencoba melakukan hubungan seksual dengan pacar, mengajak menonton VCD atau film porno, mengakses situs porno dan mencari buku/koran/majalah yang terkait dengan pornografi, memakai pakaian yang menampakkan bagian tubuh sehingga bisa menarik lawan jenis, sampai memberi tahu informasi tentang cara melakukan hubungan seksual.

Hubungan Mitos Hubungan Seksual Terhadap Perilaku Seks Bebas.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara mitos hubungan seksual terhadap perilaku seks bebas (pvalue = 0,001).Analisis keeratan dua variabel didapatkan OR = 3,99 artinya responden yang berisiko mempercayai mitos hubungan seksual 3,99 kali berisiko melakukan perilaku seks bebas dibandingkan responden yang tidak berisiko mempercayai mitos hubungan seksual. Hasil penelitian ini diperkuat oleh pendapat Ilmiyah (2012) yang menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara mitos hubungan seksual terhadap perilaku seksual (pvalue = 0,021).

Menurut Ghozally dan Karim dalam Raharjo (2009), hubungan seksual terjadi pada saat masuknya penis yang ereksi ke dalam lubang vagina sebagai pelampiasan hasrat seksual untuk pemenuhan kebutuhan biologisnya. Bila terjadi ejakulasi (pengeluaran cairan mani yang didalamnya terdapat jutaan sperma) dengan posisi alat kelamin laki-laki

berada dalam vagina, memudahkan pertemuan sperma dan sel telur yang menyebabkan terjadinya pembuahan dan kehamilan.

Menurut Budinurdjaja dalam Ilmiyah (2009), mitos seks merupakan contoh mitos yang sangat luas beredar yang mempengaruhi pandangan dan perilaku seksual masyarakat.Mitos hubungan seksual berpengaruh terhadap perilaku seksual, masih banyak terdapat kepercayaan mengenai hal-hal yang bertolak belakang dengan kenyataan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sebanyak 57,14% responden yang berisiko percaya terhadap mitos-mitos hubungan seksual. Hal ini berarti bahwa remaja masih memiliki pengetahuan yang kurang sehingga menyebabkan tingginya kepercayaan remaja terhadap mitos-mitos hubungan seksual.Hasil ini sejalan dengan penelitian Pusat Studi Seksualitas (2008), yang menyimpulkan sebanyak 52% responden setuju mengenai senggama terputus tidak menyebabkan kehamilan.

(7)

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 93 PENUTUP

Terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan seksual, sumber informasi, lingkungan pergaulan dan mitos hubungan seksual terhadap perilaku seks bebas pada remaja kelas X dan XI di SMAN 2 Kubu Kabupaten Rokan Hilir.Dari hasil penelitian dari empat variabel tersebut yang paling dominan atau berpengaruh terhadap perilaku seks bebas remaja kelas X dan XI di SMAN 2 Kubu Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 adalah lingkungan pergaulan dengan nilai OR 8,36.

SARAN

Diharapkan pihak sekolah dapat melakukan monitoring dan observasi (pemantauan) secara mendalam terhadap siswa/i yang dicurigai atau diidentifikasi memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku seks bebas, diharapkan pihak sekolah dapat membuat jadwal penyuluhan secara berkala di sekolah mengenai seks education untuk siswa/i SMAN 2 Kubu Kabupaten Rokan Hilir dengan mengundang praktisi medis untuk menjelaskan cara menjaga kesehatan organ reproduksi dan perilaku seks bebas.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010) Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Darmasih, R. (2009) Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja SMA Di Surakarta Tahun 2009. Universitas Muhamadiyah: Surakarta, (online), di akses 20 Desember 2012

Handayani, S., Emilia, O.,Wahyuni, B. (2009). EfektivitasMetode Diskusi Kelompok Dengan Dan Tanpa Fasilitator Pada Peningkatan Pengetahuan, Sikap Dan Motivasi Remaja Tentang Perilaku Seks Pranikah. Fakultas Kedokteran UGM : Permasalahannya.Jakarta : Sugeng Seto

Pribakti, (2010).Tips Dan Trik Merawat Organ Intim. Jakarta : Sugeng Seto

PKBI Riau. (2009). Prilaku Seksual

Kesehatan Reproduksi Wanita.Jakarta : Trans Info Media

Tarwoto., Aryani, R,. Nuraieni, A. (2010). Kesehatan Remaja

Problem Dan

(8)

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 94

Tursini.(2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Seksual Remaja di SMAN 1 Siak Kecil Kabupaten Bengkalis.Skripsi tidak diterbitkan. Stikes Hang Tuah Pekanbru, Pekanbaru

Gambar

Table 4.1 Distribusi Frekuensi Perilaku Seks Bebas, Pendidikan Seksual, Sumber Informasi, Lingkungan Pergaulan, dan Mitos Hubungan Seksual Pada

Referensi

Dokumen terkait

With the establishment of cloud terminal mIoT sleep laboratories at Zhongshan Hospital in Fudan Universtity, some patients have joined the platform, enabling community and

Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kunjungan lanjut usia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia di Desa Ginuk kecamatan Karas kabupaten Magetan

(2) Pembayaran biaya jaminan persalinan pada pemberi pelayanan kesehatan/fasilitas kesehatan tingkat pertama (Puskesmas dan jaringannya) dibayar dengan pola klaim

Beban Debet Kredit Debet.. Pelunasan Utang Dagang sebesar Rp. Pembelian Aktiva Tetap secara kredit sebesar Rp. Penjualan barang dagang secara kredit sebesar Rp. Pembayaran biaya

Pengguna media sosial di Indonesia saat ini mencapai 132,7 juta. Setiap tahun pengguna media sosial semakin bertambah.Media sosial merupakan sebuah bentuk layanan

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat – Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan Skripsi yang berjudul “Analisis dan Perancangan Aplikasi Pemesanan Iklan

Pada Gambar 4.37 dapat dilihat pada hasil pengujian kuat tekan beton dengan sampel pasir Cepu tanpa cuci admixture 50% pada umur 28 hari dengan kuat tekan benda uji secara

Kesimpulan mainan edukasi yang dibuat oleh Ugay Wooden Toys. dalam keberhasilan bentuk sangat kurang banyak bentuk yang