• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT OLEH MUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT OLEH MUT"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

OLEH

MUTHIAH WINALYAN ALVIRA

12211296

DOSEN PEMBIMBING

ETY APRYANTI , SSiT

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya, tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Makalah ini diajukan sebagai syarat untuk melakukan ujian Ilmu Kesehatan Masyarakat. Dikarenakan tidak memenuhi kehadiran , dan kehadiran penulis hanya 88%.

Dengan rincian ketidakhadiran sebagai berikut

1. Tanggal 15 maret 2014 dengan dosen mata kuliah Yani Maidelwita , SSiT ., M.biomed. Mata kuliah yang berjudul “Konsep Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat ”

2. Tanggal 28 maret 2014 dengan dosen mata kuliah Yani Maidelwita , SSiT ., M.biomed. Mata kuliah yang berjudul “Indonesia Sehat 2010 dan MDGS”

3. Tanggal 28 mei 2014 dengan dosen mata kuliah Ety Aprianty , SSiT . Mata kuliah “Posyandu dan Polindes , Manajemen Puskesmas”

Semoga makalah yang penulis buat ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis juga tidak segan-segan untuk menerima kritik dan saran, agar penugasan makalah selanjutnya dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya dan sesungguhnya semua itu bersifat membangun.

Penulis,

(3)
(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang masalah

Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat penting yang di hadapi oleh

masyarakat kita saat ini .Semakin maju teknologi di bidang kedokteran ,semakin banyak pula macam penyakit yang mendera masyarakat.Hal ini tentu sajadi pengaruhi oleh faktor tingkah laku manusia itu sendiri.Tapi apakah benar hanya faktor tingkah laku saja yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat?Sebelum membahas tentang masalah kesehatan masyarakat tentunya lebih baik jika kita memahami konsep dari kesehatan masyarakat itu terlebih dahulu.

B.Rumusan masalah

Pada makalah ini akan di bahas mengenai konsep dari kesehatan masyarakat,yaitu antara lain:

1. Bagaimana sejarah Ilmu kesehatan masyarakat? 2. Apa periode periode Ilmu kesehatan masyarakat?

3. Bagaimana perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia? 4. Apa defenisi Ilmu kesehatan masyarakat?

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.SEJARAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari 2 tokoh metologi Yunani, yakni Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik.

Higeia, seorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai isterinya juga telah melakukan upaya-upaya kesehatan. Beda antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan / penanganan masalah kesehatan adalah, Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit), setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang. Sedangkan Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan melalui “hidup seimbang”, menghindari makanan / minuman beracun, makan makanan yang bergizi (baik), cukup istirahat dan melakukan olahraga.

Apabila orang yang sudah jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik daripada dengan pengobatan / pembedahan.

Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut, akhirnya muncul 2 aliran atau pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesehatan. Kelompok atau aliran pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit baik fisik, psikis, mental maupun sosial.

(6)

sekolah atau institusi kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang. Dalam perkembangan selanjutnya maka seolah-olah timbul garis pemisah antara kedua kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif (curative health care) dan pelayanan pencegahan atau preventif (preventive health care). Kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut :

Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung jauh.Sedangkan pendekatan preventif, sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan perorangan) masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga masalah-masalah yang menjadi masalah masyarakat, bukan masalah individu. Hubungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat (sasaran) lebih bersifat kemitraan tidak seperti antara dokter-pasien.

Kedua, pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok ini pada umumnya hanya menunggu masalah datang. Seperti misalnya dokter yang menunggu pasien datang di Puskesmas atau tempat praktek. Kalau tidak ada pasien datang, berarti tidak ada masalah, maka selesailah tugas mereka, bahwa masalah kesehatan adalah adanya penyakit.Sedangkan kelompok preventif lebih mengutamakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu adanya masalah tetapi mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu pasien datang di kantor atau di tempat praktek mereka, tetapi harus turun ke masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan melakukan tindakan.

Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara parsial, padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya.

Sedangkan pendekatan preventif melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan yang holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena terganggunya sistem biologi individual tetapi dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis dan sosial. Dengan demikian pendekatannya pun tidak individual dan parsial tetapi harus secara menyeluruh atau holistik.

(7)

Sudah banyak para ahli kesehatan membuat batasan kesehatan masyarakat ini. Secara kronologis batasan-batasan kesehatan masyarakat mulai dengan batasan yang sangat sempit sampai batasan yang luas seperti yang kita anut saat ini dapat diringkas sebagai berikut. Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat. Kemudian pada akhir abad ke-18 dengan diketemukan bakter-bakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit melalui imunisasi.

Pada awal abad ke-19, kesehatan masyarakat sudah berkembang dengan baik, kesehatan masyarakat diartikan suatu upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu kedokteran. Sedangkan ilmu kedokteran itu sendiri merupakan integrasi antara ilmu biologi dan ilmu sosial. Dalam perkembangan selanjutnya, kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu antara sanitasi dan pengobatan (kedokteran) dalam mencegah penyakit yang melanda penduduk atau masyarakat.

C. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN MASYARAKAT

“Health is not everything but without health everything is nothing” Slogan di atas sangatlah tepat untuk menjadi cerminan perilaku kita sehari-hari, karena betapa ruginya kita semua jika dalam keadaan sakit. Waktu produktif kita menjadi berkurang, belum lagi biaya berobat yang semakin mahal menjadi beban bagi keluarga dan sanak saudara kita. Menurut Hendrik L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu: factor perilaku, lingkungan, keturunan dan pelayanan kesehatan.

a. Faktor Genetik

(8)

diberi tahu dan selalu mewaspadaif aktor genetik yang diwariskan orangtuanya .Olehkarenanya ,ia harus mengatur dietnya ,teratur berolahraga dan upaya pencegahan lainnya sehingga tidak ada peluang faktor genetiknya berkembang menjadi faktor resiko terjadinya DM pada dirinya .Jadi dapat di umpamakan ,genetik adalah peluru (bullet ) tubuh manusia adalah pistol (senjata),dan lingkungan /prilaku manusia adalah pelatuknya (trigger). Semakin besar penduduk yang memiliki resiko penyakit bawaan akan semakin sulit upaya meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu perlu adanya konseling perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit bawaan yang sebenarnya dapat dicegah munculnya. Akhir-akhir ini teknologi kesehatan dan kedokteran semakin maju. Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harus diarahkan untuk meningkatkan upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

b. Faktor Pelayanan Kesehatan

Ketersediaan pelayanan kesehatan ,dan pelayanan kesehatan yang berkualitas akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat .Pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan yang diimbangi dengan kelengkapan sarana /prasarana ,dan dana akan menjamin kualitas pelayanan kesehatan .Pelayanan seperti ini akan mampu mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan yang berkembang di suatu wilayah atau kelompok masyarakat.Misalnya ,jadwal imunisasi yang teratur da penyediaan vaksin yang cukup sesuai dengan kebutuhan ,serta informasitentang pelayanan imunisasi yang memadai kepada masyarakat akan meningkatkan cakupan imunisasi.Cakupan imunisasiyang tinggi akan menekan angka kesakitan akibat penyakit

yang bisa dicegah dengan imunisasi .

Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat terkait dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas, Pustu, Bidan Desa, Pos Obat Desa, dan jejaring lainnya. Pelayanan rujukan juga ditingkatkan dengan munculnya rumah sakit-rumah sakit baru di setiap kab/kota. c. Faktor Prilaku Masyarakat

(9)

tersedia adalah akibat kurangnya pengetahuan ibu ibu tentang manfaat imunisasi dan efeksampingnya.Pengetahuan ibu ibu akan meningkat karena adanya penyuluhan kesehatan tentang imunisasi yang di berikan oleh petugas kesehatan .Perilaku individu atau kelompok masyarakat yang kurang sehat juga akan berpengaruh pada faktor lingkungan yang memudahkan timbulnya suatu penyakit. Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup. Kebiasaan pola makan yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari banyak penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan lain-lain. Perilaku/kebiasaan memcuci tangan sebelum makan juga dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna seperti mencret-mencret lainnya.

d. Faktor Lingkungan

Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan. Dalam kehidupan di sekitar kita dapat kita rasakan, daerah yang kumuh dan tidak dirawat biasanya banyak penduduknya yang mengidap penyakit seperti: gatal-gatal, infeksi saluran pernafasan, dan infeksi saluran pencernaan. Penyakit demam berdarah juga dipengaruhi oleh factor lingkungan. Lingkungan yang tidak bersih, banyaknya tempat penampungan air yang tidak pernah dibersihkan memyebabkan perkembangan nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah meningkat. Hal ini menyebabkan penduduk si sekitar memiliki resiko tergigit nyamuk

dan tertular demam berdarah.

Untuk menganalisis program kesehatan dilapangan ,paradigma H.L.Blum dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan masalah sesuai dengan faktor faktor yang berpengaruh pada status kesehatan masyarakat .Analisis ke – 4 fator tersebut perlu dilakukan secara cermat sehingga masalah kesmas dan masalah program dapat di rumuskan dengan jelas .Analisis ke -4 faktor ini adalah bagian dari analisis situasi (bagian dari fungsi perencnaan)untuk pengembangan program kesehatan di suatu wilayah tertentu.

D. Sasaran Kesehatan Masyarakat

Individu-Individu yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan ,yang dapat dilakukan di Rumah Sakit ,klinik ,puskesmas,rumah bersalin,posyandu,kelurga binaan dan masyarakat binaan.

(10)

Keluarga binaan yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan yang tergolong dalam keluarga resiko resiko tinggi ,diantaranya adalah:

1.Anggota keluarga yang menderita penyakit menular

2.Keluarga keluarga denga kondisi sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah 3.Keluarga keluarga dengan masalah sanitasi lingkungan yang buruk

4.Keluarga keluarga dengan keadaan gizi buruk

5.Keluarga keluarga dengan jumlah keluarga yang banyak di luar kemampuan kapasitas keluarga 6.Dan sebagainya.

 Kelompok

Kelompok kelompok khusus yang menjadi sasaran dalam penyuluhan kesehatan masyarakat adalah:

1.Kelompok ibu hamil

2.kelompok ibu ibu yang memiliki anak balita 3.kelompok PUS dengan resiko tinggi kebidanan.

4.kelompok kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehatan diantaranya adalah : a. Kelompok usia lanjut

b. Kelompokwanita tuna susila

c. Kelompok anak remaja yang terlibat dalam penyalahgunan narkotika

5.Kelompok kelompok masyarakat yang ada diberbagai institusi pelayanan kesehatan seperti: a. Masyarakat sekolah

b. Pekerja pekerja dalam perusahaan.

 Masyarakat

Masyarakat yang menjadi sasaran dalam penyuluhan kesehatan adalah: 1.Masyarakat binaan Puskesmas

2.Masyarakat Nelayan 3.Masyarakat Pedesaaan

4.Masyarakat yang datang ke institusi pelayanan kesehatan seperti Puskesmas ,posyandu yang diberikan penyuluhan kesehatan secara massal.

(11)
(12)

VISI INDONESIA SEHAT

Untuk mewujudkan paradigma sehat tersebut ditetapkan Visi,yaitu gambaran,prediksi atau harapan tentang keadaan masyarakat indonesia pada masa yang akan datang,yaitu:Indonesia Sehat 2010.

Indonesia sehat 2010 adalah gambaran masyarakat indonesia di masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat,mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu,adil,dan merata,serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Lingkungan sehat adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkngan yang bebas dari polusi.tersedia air bersih,sanitasi lingkungan yang memadai,perumahan dan pemukiman sehat,perencanaan kawasan berwawasan kesehatan,dan kehidupan masyarakat saling tolong menolong.

Perilaku sehat adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,mencegah resiko terjadinya penyakit,melindungi diri dari ancaman penyakit,serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.

MISI INDONESIA SEHAT 2010

1.Memantapkan manajemen kesehatan yang dinamis dan akuntabel

Keberhasilan pembangunan berwawasan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil kerja keras sektor kesehatan saja, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras serta kontribusi positif dari berbagai sektor pembangunan lainnya. Departemen Kesehatan berperan sebagai penggerak utama dan memfasilitasi sektor-sektor lain agar segala upaya memberikan kontribusi yang positif terhadap perwujudan pembangunan nasional berwawasan kesehatan.

(13)

kesehatan dapat dipertanggung jawabkan dan dipertanggung-gugatkan kepada semua lapisan masyarakat, serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

2. Meningkatkan Kinerja dan Mutu Upaya Kesehatan

Peningkatan kinerja dan mutu upaya kesehatan dilakukan oleh Departemen Kesehatan melalui pengembangan kebijakan pembangunan kesehatan, yang meliputi kebijakan manajerial dan kebijakan teknis serta pengembangan standar dan pedoman berbagai upaya kesehatan. Disamping itu Departemen Kesehatan juga melakukan fasilitasi sumber daya kesehatan, baik tenaga , pembiayaan kesehatan, sumber daya obat dan perbekalan kesehatan bagi para pelaku upaya/pembangunan kesehatan. Dengan meningkatkan kinerja dan mutu upaya kesehatan, diharapkan upaya kesehatan dapat terselenggara dengan baik, dapat dicapai (accessible), dan dapat dijangkau ( affordable ) oleh segenap kalangan masyarakat, serta terjamin mutunya (quality). Upaya kesehatan tersebut meliputi upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan.

3. Memberdayakan Masyarakat dan Daerah

Peran aktif masyarakat termasuk swata, sangat penting dan akan menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Departemen Kesehatan melaksanakan pemberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat dapat berperan sebagai subjek pembangunan kesehatan. Diharapkan masyarakat termasuk swasta dapat berpartisipasi aktif dalam melayani ( to serve), melaksanakan advokasi (to advacate ), serta mengkritisi ( to watch) pembangunan kesehatan baik secara individu, kelompok, maupun bersama masyarakat luas. Potensi masyarakat termasuk swasta, baik berupa organisasi, upaya,tenaga, dana, sarana, tekonologi, serta mekanisme pengambilan keputusan, merupakan aset yang cukup besar yang perlu digalang.

(14)

4. Melaksanakan Pembangunan Kesehatan yang Berskala Nasional.

Disamping berperan dalam pembinaan dan pengembangan kesehatan, Departemen Kesehatan melakukan pula pelaksanaan pembangunan kesehatan yang berskala nasional, seperti pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin, penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana, penanggulangan penyakit menular dan gangguan gizi, promosi kesehatan, pembangunan kesehatan didaerah terpencil, tertinggal dan daerah perbatasan, serta pendayagunaan tenaga kesehatan. Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional, Departemen Kesehatan melaksanakan penyelenggaraan upaya kesehatan Strata III sehingga mampu melayani rujukan.

5.Menggerakan Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan.

Berbagai sektor pembangunan harus memasukkan pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan pembangunannya. Program pembangunan yang tidak berkontribusi positif terhadap kesehatan, apalagi yang berdampak negatif terhadap kesehatan seyogyanya tidak diselenggarakan.

6. Mendorong Kemandirian Masyarakat untuk Hidup Sehat.

Kesehatan dalah tanggung jawab bersama setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyrakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang dapat dicapai.

7. Memeliahara dan Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.

Salah satu tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat serta swasta.

8. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.

(15)

TARGET MDG’s TAHUN 2015

1. Penghapusan kemiskinan dan kelaparan ; antara lain mengurangi jumlah penduduk yang hidup dengan kurang dari satu dollar per hari dan kelaparan sampai 50 persen.

2. Mewujudkan pendidikan dasar bagi semua untuk semua anak perempuan dan laki-laki. 3. Mendorong kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan; antara lain menghapuskan

ketidaksetaraan jender di semua tingkat pendidikan.

4. Mengurangi angka kematian anak; mengurangi dua pertiga angka kematian anak di bawah usia lima tahun.

5. Meningkatkan kesehatan ibu; antara lain, mengurangi dua pertiga angka kematian ibu melahirkan dan akses universal kepada pelayanan kesehatan reproduksi dan jaminan ketersediaan kontrasepsi.

6. Menghentikan dan mengurangi laju penyebaran HIV/AIDS, malaria, dan penyakit infeksi lain.

7. Menjamin keberlanjutan lingkungan; antara lain dengan mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam kebijakan dan progam-program secara nasional, mengurangi perusakan sumber daya alam; memenuhi akses kepada air bersih pada setengah jumlah penduduk yang belum memperolehnya.

(16)

Millennium Development Goals

Masalah yang timbul dalam masyarakat seperti kemiskinan, kesehatan, pendidikan, lingkungan, bencana alam dan bahkan kelaparan menjadi sulitditanggulangi oleh pemerintahan yang tidak efisien. Secara global bahkan duniasudah menyadari bahwa tanpa bekerja sama antar negara mustahil pembanguan berkeadilan terutama bagi negara negara dunia ketiga akan tercapai. Untuk itulah 189negara anggota PBB pada tahun 2000 mendeklarasikan

Millenium Development

Berikut adalah target dan tujuan MDGs :

Tu j u a n 1 : M e n a n g g u l a n g i K e m i s k i n a n d a n K e l a p a r a n

Target 1: Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannyadi bawah US$1 per hari Target 2: Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya dalam kurun waktu 1990-2015

Tu j u a n 2 : M e n c a p a i P e n d i d i k a n D a s a r u n t u k S e m u a

Target 3: Menjamin pada tahun 2015, semua anak, dimanapun, laki-laki maupun perempuan, dapat menyelesaikan pendidikan dasar

Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikandasar dan menengah pada tahun 2005 dan di semua jenjang pendidikantidak lebih dari tahun 2015.

Tu j u a n 4 : M e n g u r a n g i A n g k a K e m a t i a n A n a k

Target 5: Menurunkan angka kematian balita sebesar dua-per tiganyadalam kurun waktu 1990-2015.

Tu j u a n 5 : M e n i n g k a t k a n K e s e h a t a n I b u

(17)

Tu j u a n 6 : M e m e r a n g i H I V / A I D S , M a l a r i a , d a n P e n y a k i t L a i n n y a

Target 7: Mengendalikan penyebaran HIV dan AIDS dan mulaimenurunnya jumlah kasus baru pada tahun 2015.

Target 8: Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah kasus malaria dan penyakit lainnya pada tahun 2015.

Tu j u a n 7 : M e m a s t i k a n K e l e s t a r i a n L i n g k u n g a n H i d u p

Target 9: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutandengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumber daya lingkungan yang hilang.

Target 10: Menurunkan proporsi penduduk tanpa akses terhadapsumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasidasar sebesar separuhnya pada tahun 2015.

Target 11: Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di pemukiman kumuh pada tahun 2020.

Tu j u a n 8 : M e m b a n g u n K e m i t r a a n G l o b a l u n t u k P e m b a n g u n a n

Target 12: Mengembangkan sistem keuangan dan perdagangan yang terbuka, berbasis peraturan, dapat diprediksi, dan tidak diskriminatif.

Target 13: Memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus dari negara-negarakurang berkembang (NKB).

Target 14: Memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus dari negaratanpa perairan dan negara-negara kepulauan. (melalui Programme of Action for the Sustainable Development of Small Island Developing States dan hasil dari Special Session of the General Assembly ke 22

Target 15: Menangani hutang negara berkembang melalui upayanasional maupun internasional agar pengelolaan hutang berkesinambungan dalam jangka panjang.

Target 16: Bekerjasama dengan negara lain untuk mengembangkandan menerapkan strategi untuk menciptakan lapangan kerja yang baik dan produktif bagi usia muda.

Target 17: Bekerjasama dengan perusahaan farmasi, menyediakanakses terhadap obat-obat utama yang terjangkau bagi negara-negara berkembang.

(18)
(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengembangan pelayanan kesehatan di posyandu meliputi : KIA, KB, imunisasi, perbaikan gizi dan penanggulangan diare mempunyai kontribusi terhadap penurunan AKB dan anak balita. Adanya keterbatasan dalam pelayanan posyandu yaitu pelayanan kesehatan bagi ibu tidak dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga perlu diupayakan peningkatan pelayanan kesehatan ibu melalui polindes. Adanya kebijakan dari Departemen Kesehatan untuk menempatkan tenaga bidan di desa di bawah pembinaan dokter puskesmas.

Salah satu upaya untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian anak balita adalah dengan melakukan pemeliharaan kesehatannya. Pemeliharaan kesehatan anak balita dititik beratkan kepada upaya pencegah an dan peningkatan kesehatan dan pada pengobatan dan rehabilitasi.Pelayanan kesehatan anak balita ini dapat dilakukan dipuskesmas, puskesmas pembantu, polindes terutama di posyandu.

Saat ini posyandu sangat primadona. Pemerintah Indonesia dengan kebijakan Kepmenkes mengupayakan untuk mengaktifkan kembali kegiatan di posyandu, karena posyandulah tempat paling cocok untuk memberikan pelayanan kesehatan pada balita secara menyeluruh dan terpadu. Oleh karena itu disini kami membahas tentang Posyandu dan Polindes Tujuannya agar angka KIA di Indonesia dapat ditingkatkan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Posyandu dan Polindes? 2. Apa Tujuan dari Posyandu dan Polindes?

3. Apa saja Kegiatan dari Posyandu dan Polindes ? 4. Siapa sasaran Posyandu dan Polindes?

(20)

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan Manfaat dari makalah ini adalah untuk mengetahui : 1. Pengertian Posyandu dan Polindes

2. Tujuan Posyandu dan Polindes. 3. Kegiatan dari Posyandu dan Polindes. 4. Sasaran dari Posyandu dan Polindes.

(21)

BAB II dengan program lainnya yang merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan dinamis seperti halnya program KB dengan kesehatan atau berbagai program lainnya yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat (BKKBN, 1989).

Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu , hal ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di posyandu tersebut masyarakat dapat memperolah pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama (Depkes RI, 1990).

Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat namun keberadaannya di masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh karena itu pemerintah mengadakan revitalisasi posyandu. Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang upaya mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan kemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu (Depdagri, 1999).

(22)

komitmen dan dukungan mereka sangat menentukan keberhasilan dan kesinambungan kegiatan posyandu (Depkes RI, 1999).

Kontribusi posyandu dalam meningkatkan kesehatan bayi dan anak balita sangat besar, namun sampai saat ini kualitas pelayanan posyandu masih perlu ditingkatkan. Keberadaan kader dan sarana yang ada merupakan modal dalam keberlanjutan posyandu. Oleh karena itu keberadaan posyandu harus terus ditingkatkan sehingga diklasifikasikan menjadi 4 jenis yaitu posyandu pratama, madya, purnama, dan mandiri

B. Tujuan Posyandu

1. Menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran 2. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR 3. Mempercepat penerimaan norma keluarga kecil sehat dan sejahtera.

4. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang kemampuan hidup sehat.

5. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan penduduk dan geografis

6. Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.

C. Kegiatan Posyandu

Beberapa kegiatan diposyandu diantaranya terdiri dari lima kegiatan Posyandu (Panca Krida Posyandu), antara lain:

1) Kesehatan Ibu dan Anak

 Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta bayi, anak balita dan anak prasekolah

 Memberikan nasehat tentang makanan guna mancegah gizi buruk karena kekurangan protein dan kalori, serta bila ada pemberian makanan tambahan vitamin dan mineral

 Pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan cara stimilasiny

(23)

2) Keluarga Berencana

 Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan usia subur dengan perhatian khusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya karena melahirkan anak berkali-kali dan golongan ibu beresiko tinggi

 Cara-cara penggunaan pil, kondom dan sebagainya

3) Immunisasi

Imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil dan BCG, DPT 3x, polio 3x, dan campak 1x pada bayi.

4) Peningkatan gizi

 Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat

 Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori cukup kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang menyusui

 Memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun

5) Penanggulangan Diare

Lima kegiatan Posyandu selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh kegiatan Posyandu (Sapta Krida Posyandu), yaitu:

6) Sanitasi dasar. Cara-cara pengadaan air bersih, pembuangan kotoran dan air limbah yang benar, pengolahan makanan dan minuman

7) Penyediaan Obat essensial.

D. Sasaran Posyandu

1. Bayi berusia kurang dari 1 tahun

(24)

3. Ibu hamil 4. Ibu menyusui 5. Ibu nifas

6. Wanita usia subur.

E. Syarat terbentuknya Posyandu

Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti: 1) Pos penimbangan balita

2) Pos immunisasi

3) Pos keluarga berencana desa 4) Pos kesehatan

5) Pos lainnya yang dibentuk baru.

Alasan Pendirian PosyanduPosyandu didirikan karena mempunyai beberapa alasan sebagai berikut:

1) Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatn khususnya dalam upaya pencegahan penyakit dan PPPK sekaligus dengan pelayanan KB.

2) Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat, sehingga menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana (Effendi, 1998).

Penyelenggara Posyandu1) Pelaksana kegiatan, adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas

2) Pengelola posyandu, adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari keder PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada di wilayah tersebut (Effendi, 1998).

2.2 POLINDES

A. Pengertian Polindes

(25)

masyarakat desa, untuk memberikan pelayanan KIA-KB serta pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan kemampuan Bidan. (Ambarwati retna,2009).

Suatu tempat yang didirikan oleh masyarakat atas dasar musyawarah sebagai kelengkapan dari pembangunan kesmas untuk memberikan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB) dikelola oleh bidan desa (bides) bekerjasama dengan dukun bayi dibawah pengawasan dokter puskesmas setempat.

Pondok Bersalin Desa (Polindes) adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang merupakan wujud nyata bentuk peran serta masyarakat didalam menyediakan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak lainnya, termasuk KB di desa. (Dinkes, 1999)

Kajian makna polindes

a. Polindes merupakan salah satu bentuk PSM dalam menyediakan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan KIA, termasuk KB di desa.

b. Polindes dirintis di desa yang telah mempunyai bidan yang tinggal di desa tersebut.

c. PSM dalam pengembangan polindes dapat berupa penyediaan tempat untuk pelayanan KIA (khususnya pertolongan persalinan), pengelolaan polindes, penggerakan sasaran dan dukungan terhadap pelaksanaan tugas bidan di desa.

d. Peran bidan desa yang sudah dilengkapi oleh pemerintah dengan alat-alat yang diperlukan adalah memberikan pelayanan kebidanan kepada masyarakat di desa tersebut.

e. Polindes sebagai bentuk PSM secara organisatoris berada di bawah seksi 7 LKMD, namun secara teknis berada di bawah pembinaan dan pengawasan puskesmas.

f. Tempat yang disediakan oleh masyarakat untuk polindes dapat berupa ruang/kamar untuk pelayanan KIA, termasuk tempat pertolongan persalinan yang dilengkapi dengan sarana air bersih.

g. Tanggung jawab penyediaan dan pengelolaan tempat serta dukungan opersional berasal dari masyarakat, maka perlu diadakan kesepakatan antara wakil masyarakat melalui wadah LKMD dengan bidan desa tentang pengaturan biaya operasional dan tarif pertolongan persalinan di polindes.

(26)

Fungsi polindes

a. Sebagai tempat pelayanan KIA-KB dan pelayanan kesehatan lainnya.

b. Sebagai tempat untuk melakukan kegiatan pembinaan, penyuluhan dan konseling KIA. c. Pusat kegiatan pemberdayaan masyarakat.

B. Tujuan Polindes

a. Meningkatnya jangkauan dan mutu pelayanan KIA-KB termasuk pertolongan dan penanganan pada kasus gagal.

b. Meningkatnya pembinaan dukun bayi dan kader kesehatan.

c. Meningkatnya kesempatan untuk memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan bagi ibu dan keluarganya.

d. Meningkatnya pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangan bidan.

C. Kegiatan Polindes

a. Memeriksa kehamilan, termasuk memberikan imunisasi TT pada bumil dan mendeteksi dini resiko tinggi kehamilan.

b. Menolong persalinan normal dan persalinan dengan resiko sedang. c. Memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas dan ibu menyusui.

d. Memberikan pelayanan kesehatan neonatal, bayi, anak balita dan anak pra sekolah, serta imunisasi dasar pada bayi.

e. Memberikan pelayanan KB.

f. Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada kehamilan dan persalinan yang beresiko tinggi baik ibu maupun bayinya.

g. Menampung rujukan dari dukun bayi dan dari kader (posyandu, dasa wisma). h. Merujuk kelainan ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu.

i. Melatih dan membina dukun bayi maupun kader (posyandu, dasa wisma).

j. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang gizi ibu hamil dan anak serta peningkatan penggunaan ASI dan KB.

(27)

D. Sasaran Polindes

a. Anak balita usia 1 sampai dengan 5 tahun b. Ibu hamil

c. Ibu menyusui d. Ibu nifas

e. Wanita usia subur. f. Kader

g. Masyarakat setempat.

E. Syarat Terbentuknya Polindes

a. Tersedianya bidan di desa yang bekerja penuh untuk mengelola polindes.

b. Tersedianya sarana untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi Bidan, antara lain bidan kit, IUD kit, sarana imunisasi dasar dan imunisasi ibu hamil, timbangan, pengukur Tinggi Badan, Infus set dan cairan D 5 %, NaCl 0,9 %, obat - obatan sederhana dan uterotonika, buku-buku pedoman KIA, KB dan pedoman kesehatan lainnya, inkubator sederhana.

c. Memenuhi persyaratan rumah sehat, antara lain penyediaan air bersih, ventilasi cukup, penerangan cukup, tersedianya sarana pembuangan air limbah, lingkungan pekarangan bersih, ukuran minimal 3 x 4 m2.

d. Lokasi mudah dicapai dengan mudah oleh penduduk sekitarnya dan mudah dijangkau oleh kendaraan roda 4.

(28)
(29)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam tahapan hidup manusia. Dengan kondisi yang sehat, manusia dapat melakukan aktivitas sehari-harinya dengan baik, tanpa terganggu oleh kesehatan tubuh yang kurang optimal. Masyarakat di Indonesia masih terbilang terbelakang dalam hal menjaga kesehatan, mereka masih kurang menyadari akan pentingnya untuk menjaga kesehtan diri, keluarga dan lingkungannya, yaitu memahami akan pentingnya promotiv dan preventif atau lebih kita kenal dengan lebih baik mencegah daripada mengobati. Dengan kurangnya kesadaran tersebut mengakibatkan masyarakat di Indonesia terutama masyarakat awam sangatlah mudah untuk terjangkit penyakit. Melihat semua masalah kesehatan tersebut, perlu adanya perbaikan dibidang kesehatan. Untuk itu, sangatlah perlu terselengaranya berbagai upaya kesehatan, baik upaya kesehatan perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan. Yang hal tersebut merupakan salah satu fungsi dari puskesmas, sehingga untuk memperbaiki kesehatan masyarakat tersebut, perlu ditunjang oleh manajemen puskesmas yang baik agar puskesmas benar-benar berfungsi sesuai dengan tugasnya.

(30)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Puskesmas

A. Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. UPT tugasnya adalah menyelenggarakan sebagian tugas teknis Dinas Kesehatan, sedangkan pembangunan kesehatan maksudnya adalah penyelenggara upaya kesehatan yang pertanggung jawaban secara keseluruhan ada di Dinkes dan sebagian ada di Puskesmas Wilayah Kerja. Wilayah ini dapat berdasarkan kecamatan, penduduk, atau daerah terpencil.

B. Visi dan Misi Puskesmas

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat

Indikator Kecamatan Sehat:

(1)lingkungan sehat

(2)perilaku sehat

(3)cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu

(4)derajat kesehatan penduduk kecamatan

Sedangkan misi dari puskesmas adalah :

(1) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya

(31)

(3) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan

(4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya

3.2 Manajemen Puskesmas

Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas perlu ditunjang oleh manajeman Puskesmas yang baik. Manajemen Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh Puskesmas akan membentuk fungsi-fungsi manajeman.

Berikut beberapa model manajemen dan fungsi penjabarannya :

1. Model PIE (planning, implementation, evaluation)

2. Model POAC (planning, organizing, actuating, controling)

3. Model P1 – P2 – P3 (perencanaan, pergerakan-pelaksanaan, pengawasan-pengendalian-penilaian)

4. Model ARRIF (analisis, rumusan, rencana, implementasi dan forum komunikasi) 5. Model ARRIME (analisis, rumusan, rencana, implementasi, monitoring, evaluasi)

Dari berbagai model manajemen tersebut sebenarnya mempunyai fungsi manajemen yang sama. Setiap puskesmas bebas menentukan model manajemen yang ingin diterapkan, namun yang terpenting mempunyai hasil sebagai berikut :

1. Makin banyaknya fungsi penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, yang ditandai dengan tingginya nilai IPTS (indeks potensi tatanan sehat)

2. Makin baiknya fungsi pemberdayaan masyarakat dengan ditandai berkembangnya UKBM (upaya kesehatan berbasis masyarakat). Serta makin aktifnya BPP (badan penyantun puskesmas) dan BPKM (badan peduli kesehatan masyarakat) dapat dijakdikan indikator meningkatnya partisipasi masyarakat setempat.

(32)

4. Makin bagusnya pelayanan kesehatan yang ditandai dengan tingginya cakupan program (baik program kesehatan dasar maupun program kesehatan pengembangan). Serta kualitan pelayanan kesehatan yang ditandai dengan tingginya kepatuhan petugas kesehatan dan makin baiknya kepuasan pasien.

3.3 Instrumen Manajemen Puskesmas

Untuk menunjang pelaksanaan fungsi dan penyelenggaraan upayanya, Puskesmas dilengkapi dengan instrumen manajemen yang terdiri dari :

1. Perencanaan tingkat Puskesmas 2. Lokakarya Mini Puskesmas

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Perusahaan yang berkeberatan atas Pengumuman ini, diberikan masa sanggah selama 3 (tiga) hari kerja terhitung setelah tanggal Pengumuman ini dan sanggahan ditujukan

Sigmund Freud mendefinisikan personaliti sebagai sifat-sifat yang menggambarkan diri seseorang individu, iaitu merujuk kepada tingkah laku yang boleh diperhatikan oleh orang lain atau

Jika produk ini mengandung komponen dengan batas pemaparan, atmosfir tempat kerja pribadi atau pemantauan biologis mungkin akan diperlukan untuk memutuskan keefektifan ventilasi atau

10 Siti Hamidah, S.Pd MA Al-Falah Mekar Indah Jaya Kec.Banjar Agung B.Indonesia.

Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi kehadiran ibu yang mempunyai anak balita untuk hadir atau berpartisipasi dalam posyandu.. Hal tersebut

TEACHING ADVISING SYNTHESIZING STRATEGIZING PLANNING MOTIVATING SERVING CONTROLLING MEDIATING NEGOTIATING SELLING SAFEKEEPING FILING HOUSEKEEPING KEKUATAN KELEMAHAN. FOKUS PADA

Buku KIA merupakan bentuk peranserta aktif keluarga dan masyarakat dalam bidang kesehatan ibu dan anak, dan keberhasilan penerapan Buku KIA sebagai salah satu alat untuk

Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat ) yang memberikan upaya