• Tidak ada hasil yang ditemukan

jurnal matematika dan tentang react

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "jurnal matematika dan tentang react"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Penerapan Strategi

Relating, Experiencing, Applying, Cooperating,

Transferring

terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

Siswa Kelas X SMAN 2 Payakumbuh

Nela Rizka

#1

, Hendra Syarifuddin

*2

, Suherman

*3

Mathematics Department, State University of Padang Jl. Prof. Dr. Hamka, Padang, Indonesia

#Student of Mathematics Department, State University of Padang, Indonesia

*Lecturers of Mathematics Department, State University of Padang, Indonesia

1

nela_rizka@yahoo.com

2

hendrasy@yahoo.com

3

suhermanspd_msi@yahoo.co.id

Abstract– The skill of mathematical concept understanding is required to be mastered by the students. But, in fact The skill of mathematical concept understanding of students in SMAN 2 at class X is still low. The factor that caused it happened was the learning which was implemented can’t facilitate the students to built their own understanding and knowledge, so that the students difficult to understanding the concepts. The objective of this research is to know wheter the skill of mathematical concept understanding of students who learned by using REACT strategy is better than the students who learned by using conventional method at class X SMAN 2 Payakumbuh. The result of this research is the skill of mathematical concept understanding of students at class X SMAN 2 Payakumbuh who learned by using strategy of REACT is better than the students who learned by using conventional method at α=0,05.

Keywords– strategy of REACT, mathematics learning, skill of mathematical concept understanding.

Abstrak - Kemampuan pemahaman konsep merupakan kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh

siswa dalam pembelajaran matematika. Namun, kenyataan di lapangan ditemukan bahwa kemampuan pemahaman konsep siswa kelas X SMAN 2 Payakumbuh masih rendah. Salah satu faktor yang meyebabkan hal ini terjadi adalah pembelajaran yang diterapkan belum mampu memfasilitasi siswa untuk membangun pemahaman dan pengetahuan mereka sendiri, sehingga siswa sulit memahami konsep. Penerapan strategi REACTbisa dijadikan solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan strategi REACT lebih baik dari pada kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional kelas X SMAN 2 Payakumbuh. Hasil penelitian ini adalah kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas X SMAN 2 Payakumbuh yang belajar dengan strategi REACT lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional pada taraf nyata α=0,05.

Kata Kunci– strategi REACT, pembelajaran matematika, kemampuan pemahaman konsep matematika.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu sarana yang digunakan pemerintah untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa, yaitu mencerdaskan kehidupan masyarakat Indonesia. Untuk menunjang tercapainya cita-cita tersebut, pemerintah membuat sejumlah kebijakan terkait pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Adapun bentuk kebijakan-kebijakan tersebut diantaranya adalah program wajib belajar sembilan tahun, pemberian dana BOS, dan menetapkan matematika sebagai salah satu mata pelajaran wajib pada satuan pendidikan dasar hingga menengah atas.

Ditetapkannya matematika menjadi salah satu mata

pelajaran wajib merupakan wujud kepedulian pemerintah terhadap masa depan masyarakat Indonesia. Hal ini merupakan bentuk realisasi dari pernyataan [3] , yaitu: ...the future well-being of our nation and people depends not just on how well we educate our children generally, but on how well we educate them in mathematic.... Dari pernyataan tersebut disimpulkan bahwa belajar matematika itu sangat penting dipelajari oleh siswa.

(2)

(1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah matematika [5].

Untuk mengetahui apakah pembelajaran yang terlaksana di sekolah telah mampu menunjang tercapainya tujuan matematika, maka dilakukan observasi di kelas X SMAN 2 Payakumbuh pada tanggal 29 Agustus 2013 sampai dengan 23 September 2013. Hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran yang diterapkan adalah pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center). Selama proses pembelajaran guru secara langsung memberikan materi pelajaran kepada siswa dengan menuliskannya di papan tulis dan memberikan soal latihan yang sesuai dengan contoh.

Selama mengerjakan soal latihan, beberapa siswa terlihat aktif berdiskusi untuk menemukan jawaban soal latihan tersebut dan mengecek kebenaran jawaban mereka kepada guru. Namun, beberapa siswa lainnya tidak menunjukkan minat untuk mencoba mengerjakan soal latihan. Mereka sibuk bercerita dan membicarakan tentang hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan materi yang dipelajari dan hanya menyalin jawaban teman mereka yang telah dikoreksi oleh guru. Ketika ditanyakan alasan mengapa mereka mencontek, umumnya memberikan jawaban yang sama, yaitu karena mereka tidak mengerti dan tidak tahu cara untuk menyelesaikan soal tersebut.

Pada lembar jawaban ulangan harian kedua siswa, ditemukan bahwa siswa banyak melakukan kesalahan pada soal nomor 4. Soal tersebut pada dasarnya menuntut kemampuan siswa dalam menyatakan konsep ke dalam berbagai bentuk representasi matematis. Namun, dengan ditemukannya banyak siswa yang salah pada soal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika siswa masih rendah, khususnya pada indikator menyatakan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.

Berdasarkan uraian tentang hasil observasi dan contoh jawaban siswa tersebut, tampak adanya kesenjangan antara kenyataan dengan harapan. Tujuan pembelajaran matematika yang diharapkan dimiliki oleh siswa ternyata belum tercapai, terutama pemahaman konsep. Ketidakpahaman ini terlihat dari adanya indikator pemahaman konsep yang tidak dikuasai oleh siswa, yaitu

menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematis. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep siswa kelas X SMAN 2 Payakumbuh tergolong masih rendah.

Rendahnya kemampuan pemahaman konsep siswa tersebut diduga terjadi karena beberapa faktor tertentu. Salah satu di antara faktor-faktor tersebut adalah adanya penerapan pembelajaran konvensional. Pembelajaran yang diterapkan tersebut belum mampu memfasilitasi siswa untuk membangun konsep mereka sendiri. Siswa pada umumnya hanya mampu menjawab soal yang sesuai dengan contoh dan akan mengalami kesulitan jika soal yang diberikan berbeda. Hal ini terjadi karena di dalam pembelajaran konvensional guru cenderung mendominasi pembelajaran dan siswa tidak dilibatkan langsung dalam penemuan konsep. Oleh karena itu, konsep yang diperoleh dari guru tidak bertahan lama dalam ingatan siswa.

Mengingat bahwa pemahaman konsep merupakan langkah awal yang harus dimiliki siswa untuk mencapai tujuan matematika lainnya, maka perlu dilakukan suatu upaya untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut. Jika pemahaman siswa dibiarkan rendah, maka pencapaian tujuan pembelajaran matematika akan sulit terlaksana. Dampak lain yang akan timbul adalah kurangnya minat siswa untuk mempelajari matematika. Hal ini tentu saja akan menghambat proses pengembangan matematika ke depannya.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan mengadakan variasi proses pembelajaran, misalnya dengan penerapan strategi pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara langsung untuk membangun pemahamannya.

Strategi pembelajaran yang diharapkan dapat mengaktifkan, memahamkan, dan mengembangkan daya pikir siswa adalah strategi yang dapat: (1) mengaitkan materi dengan strategi nyata dan pengetahuan awal siswa; (2) melibatkan siswa dalam pemecahan masalah dan memanipulasi alat peraga; (3) melibatkan siswa untuk belajar secara kooperatif; (4) memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menemukan sendiri,

mengaplikasikan, dan mentransfer konsep yang dipelajari. Strategi pembelajaran yang memenuhi kriteria tersebut adalah strategi REACT [1].

Strategi REACT terdiri atas lima unsur, yaitu:

relating, experiencing, applying, cooperating, dan

transferring, kemudian masing-masing unsur tersebut dapat diingat dalam bentuk akronim REACT [3]. Perencanaan pembelajaran dan instruksi yang didasarkan pada strategi REACT disusun untuk merangsang lima pokok dasar pembelajaran, yaitu:

1) Relating

Relating (mengaitkan) merupakan belajar dalam konteks pengalaman kehidupan nyata atau pengetahuan yang sebelumnya.

2) Experiencing

(3)

belajar dengan belajar melalui eksplorasi, penemuan dan penciptaan. Berbagai pengalaman dalam kelas dapat mencakup penggunaan manipulatif, aktivitas pemecahan masalah dan laboratorium.

3) Applying

Applying (menerapkan) adalah belajar dengan menempatkan konsep-konsep untuk digunakan, dengan memberikan latihan-latihan yang realistik dan relevan.

4) Cooperating

Cooperating (bekerjasama) adalah belajar dalam konteks sharing, merespon dan berkomunikasi dengan para pemelajar lainnya.

5) Transferring

Transferring (mentransfer) adalah belajar dengan menggunakan pengetahuan dalam konteks baru [4].

Pembelajaran dengan strategi REACT ini diawali dengan pemberian motivasi terhadap siswa. Guru dapat memotivasi siswa dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan pengetahuan/ pemahaman yang telah mereka peroleh, baik dari sekolah maupun dari lingkungan di sekitar mereka. Dengan adanya pembelajaran dengan strategi ini, siswa akan lebih mudah memahami konsep karena materi disajikan dalam bentuk yang lebih nyata dan dekat dengan siswa. Siswa diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri proses penemuan konsep dari materi yang dipelajari dengan menyelesaikan masalah ataupun mengerjakan setiap kegiatan yang disediakan dalam LKS. Konsep yang telah diperoleh tersebut, kemudian diterapkan siswa dalam menyelesaikan soal/ masalah. Adanya proses pembiasaan yang diberikan pada siswa untuk melaksanakan aktivitas tersebut akan membuat pemahaman konsep siswa akan lebih mantap dan bertahan lama.

Selanjutnya, kecenderungan siswa untuk mencontek dapat diminimalisir melalui strategi Cooperating. Siswa diarahkan untuk melakukan kegiatan yang lebih positif.

Mereka dilatih untuk percaya diri menyampaikan ide-ide yang sesuai dengan pemahaman mereka.

Sebelumnya telah disebutkan bahwa ada sebagian siswa tampak aktif berdiskusi untuk menemukan solusi atau jawaban dari suatu soal latihan. Adanya kemampuan siswa untuk bekerjasama dan aktif selama proses belajar akan sangat menunjang pelaksanaan pembelajaran strategi REACTdi kelas.

Berdasarkan urain tersebut maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui apakah kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas X SMAN 2 Payakumbuh yang belajar dengan menggunakan strategi REACT lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan tujuan untuk mengetahui apakah kemampuan

pemahaman konsep matematika siswa kelas X SMAN 2 Payakumbuh yang belajar dengan strategi REACT lebih baik dari pada kemampuan pemahaman konsep siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Adapun rancangan penelitian ini adalah Static Group Design.

Populasi pada penelitian ini adalah tiga lokal siswa kelas X Unggul SMAN 2 Payakumbuh yang terdaftar pada semester II tahun pelajaran 2013/2014, yaitu X unggul 2, X unggul 4, dan X unggul 5. Setelah dilakukan penarikan sampel secara acak, terpilihlah kelas X unggul 4 sebagai kelompok eksperimen dan kelas X unggul 5 sebagai kelompok kontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran REACT, sedangkan variabel terikat yaitu kemampuan pemahaman konsep matematika siswa.

Prosedur penelitian dibagi atas tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan pemahaman konsep matematika. Tes kemampuan pemahaman konsep tersebut berbentuk esai yang terdiri dari 7 soal. Materi yang diujikan berupa materi yang diberikan selama penelitian berlangsung, yaitu aturan sinus, aturan cosinus, aplikasi aturan sinus dan cosinus, dan luas segitiga.

Data kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dianalisis menggunakan uji nonparametrik, yaitu uji-U. Uji nonparametrik tersebut dilakukan karena data hasil tes akhir pada penelitian ini tidak memenuhi syarat untuk dilakukannya uji parametrik, dimana data tersebut tidak berdistribusi normal. Pengujian dilakukan dengan bantuan software MINITAB.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Berikut gambaran data berupa kemampuan pemahaman konsep matematika yang diperoleh setelah melakukan penelitian. Deskripsi data hasil tes kemampuan pemahaman konsep siswa dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Nilai Tertinggi 94,57 93,48

Nilai Terendah 65,22 18,48

Nilai Rata-rata 80,48 66,51

Simpangan Baku 1,59 4,07

(4)

dari nilai rata-rata, maka nilai rata-rata eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Sebaliknya, simpangan baku kelas eksperimen lebih rendah dibandingkan simpangan baku kelas kontrol.

Data hasil tes akhir secara rinci dapat ditinjau dari segi ketercapaian indikator pemahaman konsep. Sebaran skor dari masing-masing indikator dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

TABEL 2

DATA TES KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA KELAS SAMPEL BERDASARKAN INDIKATOR

Indikator No. Soal Rata- rata Skor Indikator

E K

I 1, 3, 4, 7 3,52 3,05

II 2, 3, 5, 6 2,93 2,55

III 4 3,27 2,76

IV 2, 5, 6 3,27 2,65

V 2, 5, 6 3,62 2,91

Keterangan:

I : Menyatakan ulang sebuah konsep.

II : Menyajikan konsep dalam iberbagai macam bentuk representasi matematis.

III : Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya.

IV : Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

V : Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah.

E : Kelas eksperimen K : Kelas kontrol.

Berdasarkan data pada Tabel 2 secara keseluruhan tampak bahwa rata-rata skala kemampuan pemahaman konsep kelas eksperimen di setiap indikator lebih tinggi dibandingkan rata-rata skala kelas kontrol. Oleh karena itu, secara umum kemampuan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih baik daripada siswa kelas kontrol. Walaupun rata-rata skala kedua kelas sampel terpaut tidak terlalu jauh – khususnya indikator II. Namun, rata-rata skala masing-masing indikator pada hampir setiap soal di kelas eksperimen selalu lebih tinggi dibandingkan di kelas kontrol. Hal ini menunjukkan pencapaian indikator pemahaman konsep matematika di kelas eksperimen lebih baik daripada di kelas kontrol.

B. Analisis Data

Data tentang hasil tes akhir diolah untuk memperoleh nilai terendah, nilai tertinggi, nilai rata-rata, serta simpangan baku kedua kelas sampel, kemudian dianalisis. Penganalisisan ini dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Hipotesis pada penelitian ini diuji dengan menggunakan uji nonparametrik, yaitu uji Mann-Whitney

atau uji-U. Digunakannya uji nonparametrik untuk menguji hoipotesis karena syarat untuk melakukan uji paremetrik tidak dipenuhi, dimana data hasil tes kemampuan pemahaman konsep kelas sampel tidak berdistribusi normal. Adapun hipotesis dalam pengujian ini adalah sebagai berikut.

Ho: 𝜇1=𝜇2 H1: 𝜇1>𝜇2 Keterangan:

𝜇1 = Nilai rata-rata kelas eksperimen.

𝜇2 = Nilai rata-rata kelas kontrol.

Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan menggunakan software Minitab, terlihat bahwa pada taraf nyata 𝛼 = 0,05 diperoleh P-value = 0,0121. P-value yang diperoleh lebih kecil dari α = 0,05 sehingga H0ditolak.

Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan menggunakan strategi REACT lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional, dengan taraf signifikansi α = 0,0121.

C. Pembahasan

Pada deskripsi data tampak bahwa nilai rata-rata tes kemampuan pemahaman konsep kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata kelas kontrol. Selanjutnya, pada hasil uji hipotesis pada poin analisis data dinyatakan bahwa Ho ditolak pada taraf kepercayaan α= 0,05. Berdasarkan kedua hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematika siswa di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kemampuan pemahaman konsep siswa di kelas kontrol.

Kemampuan siswa dalam memahami konsep pada penelitian ini dilihat berdasarkan hasil tes akhir yang diberikan. Adapun indikator pemahaman konsep yang diujikan melalui soal tes tersebut terdiri atas lima indikator, yaitu: (1) menyatakan ulang sebuah konsep; (2) mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya; (3) Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya; (4) menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu; dan (5) mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah.

Berikut ditampilkan beberapa contoh jawaban siswa kelas sampel pada tes akhir.

(5)

Gambar. 2 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol pada Soal Nomor 7 dengan Indikator Menyatakan Ulang Sebuah Konsep

Gambar. 3 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol pada Soal Nomor 3 dengan Indikator Menyatakan Ulang Sebuah Konsep

Berdasarkan Gambar 1 dan Gambar 2 dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa pada kelas eksperimen dalam menyatakan ulang konsep tentang rumus luas segitiga sebarang lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Namun, pada kelas kontrol, siswa masih keliru dalam menuliskan kembali rumus luas segitiga sebarang tersebut. Kekeliruan ini juga ditunjukkan pada contoh jawaban siswa pada Gambar 3 di atas, dimana siswa keliru dalam menyatakan ulang rumus cosinus.

Sebelumnya telah diterangkan bawa rata-rata skala yang diperoleh oleh siswa di kelas eksperimen secara keseluruhan lebih tinggi dibandingkan rata-rata skala di kelas kontrol untuk setiap indikatornya. Hal ini diduga terjadi karena adanya penerapan pembelajaran yang berbeda. Pembelajaran dengan strategi REACT yang diterapkan di kelas eksperimen merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana siswa didorong untuk

melakukan berbagai kegiatan untuk menemukan, membangun serta memperkuat konsep dan pemahaman mereka. Adanya pelaksanaan pembelajaran dengan strategi REACT ini mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa di kelas eksperimen. Hal ini terjadi karena tahap-tahap pembelajaran pada strategi REACT memudahkan siswa untuk memahami serta memperdalam pemahamannya tentang suatu konsep. Strategi REACT memiliki kelebihan, diantaranya dapat memperdalam pemahaman siswa serta membuat belajar menyeluruh dan menyenangkan [2].

Pada tahap relating, siswa diarahkan untuk memahami materi yang dipelajari dengan mengaitkannya dengan pengalaman atau pemahaman yang lalu serta pemahaman tentang kehidupan sehari- hari, sehingga siswa mudah untuk memahaminya. Selanjutnya, pada tahap

experiencing dan cooperating siswa menemukan konsep baru dengan mengerjakan LKS secara berkelompok. Siswa diberikan kesempatan berdiskusi, menyampaikan ide dan tanggapan mereka sehingga sampai kepada suatu kesimpulan dari konsep tersebut.

Adanya pertukaran ide antara anggota kelompok dapat memperkaya pengetahuan siswa, karena sesungguhnya dengan berdiskusi siswa juga belajar dari tema-teman sekelompoknya sehingga pemahmannya akan lebih mantap [3]. Proses belajar akan berlangsung dengan sangat baik ketika siswa memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapat dan memperoleh timbal balik dari temannya. Hal tersebut dapat memperkaya pengetahuan siswa serta mampu memperkukuh pemahaman siswa.

Konsep yang telah diperoleh pada tahap experiencing

dan cooperating, kemudian diterapkan untuk menyelesaikan masalah atau soal yang diberikan. Aktivitas ini merupakan bentuk realisasi dari tahap

applying dan transferring. Pada tahap ini, siswa diarahkan untuk menentukan konsep mana yang cocok digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah, baik itu masalah yang sederhana maupun masalah yang kompleks. Dengan adanya pembiasaan tersebut, pemahaman siswa akan lebih mantap dan dimungkinkan akan bertahan lama.

Berbeda dengan kelas eksperimen, pembelajaran yang di terapkan di kelas kontrol adalah pembelajaran konvensional. Pembelajaran ini berpusat pada guru, dimana guru lebih mendominasi aktivitas pembelajaran sehingga siswa pasif dan hanya mendengarkan penjelasan materi dari guru. Siswa cenderung menghafal rumus-rumus dan tidak termotivasi untuk memahami suatu konsep lebih mendalam. Hal ini mengakibatkan siswa hanya mampu menyelesaikan masalah/ soal yang pernah dibahas oleh guru dan sesuai contoh.

(6)

konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan strategi REACT memberikan pengaruh positif pada kemampuan pemahaman konsep matematika siswa.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas X SMAN 2 Payakumbuh yang belajar dengan strategi REACT lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional dalam taraf nyata 0,05. Namun, kesimpulan ini hanya berlaku pada kelas X unggul 2, X unggul 4, dan X unggul 5, mengingat bahwa ketiga kelas tersebut merupakan populasi dari penelitian ini.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian penulisan jurnal dengan judul “Pengaruh Penerapan Strategi REACT terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas X SMAN 2 Payakumbuh” ini tidak terlepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak. Pada kesampatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada kepada kedua

orang tua, Bapak dan Ibu staf pengajar serta karyawan dan karyawati Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Padang.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Abdussakir dan Nur Laili Achadiyah. 2009. Pembelajaran Keliling Dan Luas Lingkaran Dengan Strategi REACT Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Kota Mojokerto. Makalah ini disajikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, Yogyakarta, 05 Desember.

[2] Center for Occupational Research and Development. 1999.

Teaching Mathematics Contextually: The Cornerstone of Tech Prep. Texas USA: CORD Comm., Inc.

[3] Crawford, Michael L.. 2001. Teaching Contextually: Research, Rationale, and Techniques for Improving Student Motivation and Achievement in Mathematics and Science.Texas: CCI Publishing, Inc.Center for Occupational Research and Development. 1999.

Teaching Mathematics Contextually: The Cornerstone of Tech Prep. Texas USA: CORD Comm., Inc.

[4] Fauziah, Anna. 2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMPMelalui Strategi REACT. Jurnal Penelitian Vol. 30 No. 1.

Gambar

Gambar. 1  Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen pada Soal dengan Indikator Menyatakan Ulang Sebuah Kosep
Gambar. 2 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol pada Soal Nomor 7 dengan Indikator Menyatakan Ulang Sebuah Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Dalam keadaan lembab, tanah dibedakan ke dalam konsistensi gembur (mudah diolah) sampai teguh (agak sulit dicangkul), yaitu ditentukan dengan meremas segumpal tanah

Materi apresiasi E-Learning adalah materi yang diajarkan di pada Jurusan Teknologi Pendidikan pada semester VI. Pada umumnya mahasiswa masih kesulitan untuk

Dengan demikian, “peran orang tua sebagai pendidik informal sangatlah penting dalam membimbing remaja menuju kedewasaan” 3 Ketidakpedulian dan kurangnya pengertian

Secara umum tantangan kedepan dalam kurun waktu 5 tahun pembangunan hortikultura diantaranya: (1) Semakin ketatnya daya saing produk hortikultura (2) menyediaan

Kepala Bidang memparaf Surat Jawaban ke Gubernur diteruskan kepada Kepala BKD untuk diparaf diteruskan kepada SEKDA untuk ditandatangani.. surat jawaban

(4) Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan dengan cara mengubah peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD sebagai dasar

Indeks nilai penting dan SDR lima jenis dominan vegetasi dasar yang ditemukan di bawah tegakan Jati Emas dan Jati Putih di kampus Universitas

Hasil interview dengan 5 orang karyawan pada tanggal 30 November 2016, diketahui bahwa 15 karyawan memiliki latar belakang pendidikan yang bukan berasal dari sekolah