• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan tertunda ditampilkan di halaman iniBelum Diperiksa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perubahan tertunda ditampilkan di halaman iniBelum Diperiksa"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Kurikulum Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Perubahan tertunda ditampilkan di halaman iniBelum Diperiksa

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.

Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.

Komponen Kurikulum[sunting | sunting sumber]

Salah satu fungsi kurikulum ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang pada dasarnya kurikulum memiliki komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan dan berinteraksi satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Komponen merupakan satu sistem dari berbagai komponen yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, sebab kalau satu komponen saja tidak ada atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Para ahli berbeda pendapat dalam menetapkan komponen-komponen kurikulum. Ada yang mengemukakan 5 komponen kurikulum dan ada yang mengemukakan hanya 4 komponen kurikulum. Untuk mengetahui pendapat para ahli mengenai komponen kurikulum berikut Subandiyah (1993: 4-6) mengemukakan ada 5 komponen kurikulum, yaitu: (1) komponen tujuan; (2) komponen isi/materi; (3) komponen media (sarana dan prasarana); (4) komponen strategi dan; (5) komponen proses belajar mengajar.

(2)

(1988), Fuaduddin dan Karya (1992), serta Nana Sudjana (1991: 21). Walaupun istilah komponen yang dikemukakan berbeda, namun pada intinya sama yakni: (1) Tujuan; (2) Isi dan struktur kurikulum; (3) Strategi pelaksanaan PBM (Proses Belajar Mengajar), dan: (4) Evaluasi.

Fungsi Kurikulum[sunting | sunting sumber]

Kurikulum dalam pendidikan memiliki beberapa fungsi sebagai berikut: A. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendididkan Fungsi kurikulum dalam pendidikan tidak lain merupakan alat untuk mencapai tujuan pendididkan.dalam hal ini, alat untuk menempa manusia yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pendidikan suatu bangsa dengan bangsa lain tidak akan sama karena setiap bangsa dan Negara mempunyai filsafat dan tujuan pendidikan tertentu yang dipengaruhi oleh berbagai segi, baik segi agama, idiologi, kebudayaan, maupun kebutuhan Negara itu sendiri. Dsdengan demikian, dinegara kita tidak sama dengan Negara-negara lain, untuk itu, maka: 1) Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, 2) Kuriulum merupakan program yang harus dilaksanakan oleh guru dan murid dalam proses belajar mengajar, guna mencapai tujuan-tujuan itu, 3) kurikulum merupakan pedoman guru dan siswa agar terlaksana proses belajar mengajar dengan baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

B. Fungsi Kurikulum Bagi Sekolah yang Bersangkutan Kurikulum Bagi Sekolah yang Bersangkutan mempunyai fungsi sebagai berikut: 1) Sebagai alat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan 2) Sebagai pedoman mengatur segala kegiatan sehari-hari di sekolah tersebut, fungsi ini meliputi: a. Jenis program pendidikan yang harus dilaksanakan b. Cara menyelenggarakan setiap jenis program pendidikan c. Orang yang bertanggung jawab dan melaksanakan program pendidikan.

(3)

D. Fungsi Kurikulum Bagi Guru Guru tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana kurikulum sesuai dengan kurikulum yang berlaku, tetapi juga sebagai pengembanga kurikulum dalam rangaka pelaksanaan kurikulum tersebut.

E. Fungsi Kurikulum Bagi Kepala Sekolah Bagi kepala sekolah, kurikulum merupakan barometer atau alat pengukur keberhasilanprogram pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah dituntut untuk menguasai dan mengontrol, apakah kcegiatan proses pendidikan yang dilaksanakan itu berpijak pada kurikulum yang berlaku.

F. Fungsi Kurikulum Bagi Pengawas (supervisor) Bagi para pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebagai pedoman, patokan, atau ukuran dan menetapkan bagaimana yang memerlukan penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha pelaksanaan kurikulum dan peningkatan mutu pendidikan.

G. Fungsi Kurikulum Bagi Masyarakat Melalui kurikulum sekolah yang bersangkutan, masyarakat bisa mengetahui apakah pengetahuan, sikap, dan nilaiserta keterampilan yang dibutuhkannya relevan atau tidak dengan kuri-kulum suatu sekolah.a

H. Fungsi Kurikulum Bagi Pemakai Lulusan Instansi atau perusahaan yang memper-gunakan tenaga kerja yang baik dalamarti kuantitas dan kualitas agar dapat meningkatkan produk-tivitas.

Pengertian Kurikulum

(4)

Secara terminologi kurikulum dapat diartikan (1) tradisional/sempit dan; (2) modern/luas. Tradisional menyebutkan awalnya kurikulum diartikan sebagai subject atau mata pelajaran atau bidang studi yang harus dikuasai anak didik secara kognitif untuk lulus mendapat ijazah. Sejumlah mata pelajaran atau traning yang diberikan sebagai produk atau pendidikan (Wiles & Bondi, 1989). Adapun Taba (1962) mengemukakan kurukulum sebagai rencana untuk belajar. Sehingga istilah kurikulum sekarang ini disamakan dengan pedoman mengajar, silabus atau buku teks yang ditetapkan course. Secara modern menyebutkan keseluruhan pengalaman anak atau peserta didik saat berada di dalam kelas yang terjadwal, di luar kelas (seperti laboratorium, halaman) bahkan luar sekolah (seperti kunjungan wisata, musium) yang mempunyai tujuan dan berada di bawah tanggung jawab sekolah.

Berikut defenisi beberapa ahli kurikulum: Kerr (1966: 4) mendefinisikan kurikulum sebagai “All the learning which is planned or guided by the school, whether it is carried on in group or individually inside of or outside the school”. Sementara Oliver (1977) mengemukakan kurikulum sebagai program pendidikan di sekolah dengan fokus pada (1) elemen program studi, (2) elemen pengalaman, (3) elemen pelayanan, (4) elemen kurikulum tersembunyi (hidden curriculum).

Saylor (1962: 5) mengemukakan “The curriculum is the sum total of the school’s efforts to influence learning whether in the classroom, on the playground or out of school”. Ragan (1966: 5) menyebutkan “The school curriculum is an interprise in guided living, instead of being as life itself the school curriculum represents as special environment that has been systematized, edited and simplified for a special purpose”.

(5)

menyangkut semua kegiatan yang dilakukan dan dialami peserta didik dalam perkembangan baik formal maupun informal guna mencapai tujuan pendidikan.

Dengan bertolak dari varian pemahaman itulah, maka J. A. Beane dan Taffer seperti dikutip Suyanto membagi kurikulum dalam empat jenis, yakni : Pertama kurikulum sebagai produk, Kedua kurikulum sebagai program, Ketiga kurikulum sebagai hasil belajar yang diinginkan dan Keempat kurikulum sebagai pengalaman bagi peserta didik.

J. Gallen (1960 : 3-4) memberikan ringkasan pengertian kurikulum sebagai berikut : (1) Hasil-hasil belajar dari pengalaman; (2) Pengalaman yang diberikan oleh sekolah untuk tujuan belajar; (3) Pengalaman-pengalaman luar sekolah dan hasil belajar yang memiliki korelasi dan pengaruh terhadap apa yang terjadi di sekolah.

Oleh karena itu kurikulum adalah semua kegiatan yang dirancang bagi terdidik untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengertian ini jauh lebih luas, karena mencakup seluruh kegiatan intern dan ekstra peserta didik, baik yang berhubungan langsung dengan mata pelajaran maupun kegiatan-kegiatan lain yang menunjang tercapainya kegiatan pendidikan. Memprogramkan kurikulum sudah harus mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang perlu dalam frame pendidikan, termasuk interaksi antara anak didik dan pendidik (learner and teacher) sesama anak didik dan antara sekolah dengan masyarakat sekitar.

Dalam konteks pendidikan Islam (Tarbiyah al Islamiyah) jika diperiksa beberapa kamus berbahasa Arab, maka dijumpai kata atau istilah Manhaj dan Nahyu, yang pergertiannya tidak jauh berbeda dari pengertian kurikulum di atas. Husain Sulaiman Qurah (1979 : 237) mengartikan kurikulum atau manhaj dan Curse atau an Nahyu dalam bahasa Arab sebagai jalan untuk sesuatu cara yang dilakukan seseorang, agar segera dapat mencapai tujuan tertentu. Yang berarti kurikulum berarti jalan yang dilalui oleh pendidik atau guru dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap serta nilai-nilai.

(6)

ahli. Tidak ada batasan yang mutlak benar dan juga mutlak salah. Lazimnya, mereka memaparkan perspektif yang berbeda-beda dalam cakupan yang lebih luas dan lebih kompleks. Namun dari beberapa defenisi itu dapat ditarik benang merah, bahwa ada yang menekankan isi pelajaran dan di pihak lain menekankan proses atau pengalaman belajar.

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa dapat memahami tentang kegunaan ilmu sculpture dalam desain produk sebagai. acuan bentuk dan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KREATIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA.. MATA PELAJARAN PEMELIHARAAN MESIN KENDARAAN RINGAN SISWA KELAS XI TO A

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER.. UNIVERSITAS

Biaya pemeliharaan sistem propulsi kapal patroli mencakup seluruh biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan dan perbaikan sistem propulsi, meliputi biaya

Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Kegiatan APBD pada Kecamatan Lais Tahun Anggaran 2013, berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung Nomor : 09/PPBJ.PL.BRG/02/Lais/APBD/2013 Tanggal

Dalam proporsi yang lebih khusus, program pengembangan bahasa Indonesia iptek juga dapat dilaksanakan melalui pengajaran mata kuliah Bahasa

Ta'i Pendidikan tidak harya digrmakan rmhrk menari di aias pentas saje nBntul bagaima n gru sra$pu firenciptakan berkeorbangrya d4.'a imqiinasi emk dengan properti

Hasil ini menjelaskan bahwa dengan meningkatnya jumlah komite audit tidak mampu meningkatkan pengungkapan perusahaan terhadap corporate social responsibility , sehingga dengan