• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH MANAJEMEN BENCANA TOPIK UPAYA UP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH MANAJEMEN BENCANA TOPIK UPAYA UP"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH MANAJEMEN BENCANA

TOPIK :

UPAYA-UPAYA DALAM PENANGGULANGAN BENCANA DAN PARADIGMA BARU PENANGGULANGAN BENCANA

DOSEN PEMBIMBING : Hj.ENI FOLENDRA ROSA,SKM.M.PH

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

(2)

DISUSUN

O

L

E

H

KELOMPOK 1 RIZA PRATAMA NURRACHMA YAZRI

HAFIS DASUKI EKI AJI SAPUTRA FEBI LANATIYANTI

ANDI MUHAMMAD VETI ANGGRAINI

EVA SUSANTI EDO MARDIYANSYAH

(3)

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan satu negara kepulauan yang luas,banyak memiliki gunung berapi,terletak antara dua lempengan geologi yang selalu bergerak,memiliki dua musim yaitu musim hujan dan kemarau serta dihuni oleh penduduk dari berbagai etnis dan agama yang merupakan potensi sangat strategis.kondisi tersebut mempunyai sisi positif yang membawa keuntungan seperti tanah yang subur,sumber daya perairan melimpah,terdapatnya sumber daya air yang cukup dan kekayaan budaya,tetapi disamping itu juga memiliki sisi negatif sebagai kerugiannya seperti,seringnya terjadi bencana letusan gunung berapi,gempa bumi,tanah longsor,banjir dan gelombang tsunami.

BENCANA Definisi :

Bencana adalah peristiwa atau kejadian pada suatu yang mengakibatkan ekologi,kerugian kehidupan manusia,serta memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar ( Depkes RI ,2001 )

Bencana merupakan setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan,

gangguan ekologis,hilangnya nyawa manusia,atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respons dari luar masyarakat atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respons dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena (WHO,2001).

Bencana adalah situasi dan kondisi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Tergantung pada cakupannya, bencana ini bisa merubah pola kehidupan dari kondisi kehidupan masyarakat yang normal menjadi rusak, menghilangkan harta benda dan jiwa manusia, merusak struktur sosial masyarakat, serta menimbulkan lonjakan kebutuhan dasar (BAKORNAS PBP).

Bencana juga didefinisikan sebagai situasi dan kondisi yang terjadi dalam keh idupan masyarakat.Tergantung pada cakupannya, bencana ini bisa\ mengubah pola kehidupan dari kondisi kehidupan masyarakat yang normal menjadi rusak, menghilangkan harta benda dan jiwa manusia, merusak struktur sosial masyarakat,serta menimbulkan lonjakan kebutuhan dasar

(4)

Bencana adalah Suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia maupun dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan melampaui batas kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri. ( United Nations International Strategy for Disaster Reduction – UN ISDR, 2004 )

JENIS BENCANA

Bencana dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu :

(5)

Kejadian- kejadian alami seperti banjir,genangan ,gempa bumi,gunung meletus,badai,kekeringan,wabah,serangan serangga dan lainnya

2. Bencana Ulah Manusia (Man-made Disaster)

Kejadian – kejadian karena perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan kebakaran,huru-hara,sabotase,ledakan,gangguan listrik,gangguan komunikasi,gangguan transportasi dan lainnya.

Sedangkan cakupan bencana berdasarkan wilayah dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Bencana Lokal

Bencana ini biasanya memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang berdekatan.Bencana ini terjadi pada sebuah gedung atau bangunan-bangunan disekitarnya.biasanya akibat faktor manusia seperti kebakaran, ledakan, terorisme, kebocoran bahan kimia, dan lainnya.

2. Bencana Regional

Bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis yang cu kup luas,dan biasanya disebabkan oleh faktor alam seperti badai, banjir, letusan gunung, tornado, dan lainnya.

FASE – FASE BENCANA

Fase bencana digolongkan 3 bagian yaitu :

1. Fase Pre-impact

Merupakan warning phase, tahap awal dari bencana. Informasi didapat dari b adan satelit dan meteorologi cuaca,fase ini seharusnya dilakukan persiapan baik oleh pemerintah,lembaga dan warga masyarakat.

2. Fase Impact

(6)

3. Fase Post-impact

Merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyyembuhan dari fase darurat, j uga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi komunitas normal. Secara umum dalam fase post-impact ini para korban akan mengalami tahap respon psikologis mulai dari penolakan (denial),marah(angry),tawar menawar(bergaining) depresi (depression) hingga penerimaan (acceptance)

1. PARADIGMA PENANGGULANGAN BENCANA

Konsep penanggulangan bencana telah mengalami pergeseran paradigma ( paradigma shift) dari konvensional, yakni anggapan bahwa bencana Merupakan kejadian yang tidak terelakkan dan korban harus segera mendapatkan pertolongan (berfokus pada emergency dan relief), ke paradigma pendekatan holistic, yakni menempatkan bencana dalam tata kerangka manajerial yang dikenali dari bahaya (hazard), kerentanan (vulnerability), serta kemampuan(capacity) masyarakat.

(7)

Tk kecamatan =

Tk kelurahan =

3. PENGURANGAN RESIKO BENCANA

Tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi pra bencana, tanggap darurat,dan pasca bencana.

1. Tahap Pra bencana;

yang terbagi menjadi saat tidak terjadi bencana dan potensi terjadi bencana dilakukan kegiatan perencanaan penggulangan bencana, pengurangan resiko

bencana, pencegahan, pemaduan dalam perencanaan pembangunan, persyaratan analisis resiko bencana,penegakan rencana tata ruang, pendidikan dan pelatihan, serta penentuan persyaratan standar teknis penanggulangan bencana (kesiapsiagaan, peringatan dini, dan mitigasi bencana).

2. Tahap Tanggap Darurat;

Kegiatannya mencakup pengkajian terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya; penentuan status keadaan darurat; penyelamatan dan evakuasi korban; pemenuhan kebutuhan dasar (air bersih dan sanitasi,pangan,sandang,pelayanan kesehatan , pelayanan psikososial, danpenampungan tempat hunian); perlindungan kelompok rentan (prioritas bagi kelompok rentan) serta pemulihan prasarana dan sarana vital.

3. Tahap Pasca Bencana;

(8)

4. SAFE COMMUNITY

Safe community adalah keadaan aman dan sehat dalam seluruh siklus kehidu pan sejak dalam kandungan sampai dengan lanjut usia . Safe community merupakan nilai hakiki kemanuasiaan dimana peran masyarakat (dari – oleh – dan untuk masyaarakat) merupakan unsur utama yang didukung Pemerintah dan seluruh unsur terkait. Pemerintah berperan sebagai fasilitator yang m emberdayakan seluruh masyarakat untuk menciptakan safe community. Namun dalam penyelamatan nyawa (life and limb saving) yang merupakan situasi.

Kritis dan membutuhkan pertolongan segera pada saat masyarakat tak berdaya, hal tersebut adalah tugas pemerintah atau secara teknis disebut sebagai kebutuhan masyarakat (public goods).

Safe community dapat terwujud di desa siaga, jika pada aspek care yang terdiri atas kesiagaan (community preparedness), pencegahan (prevention), dan upaya penanggulangan (mitigation) dikembangkan secara lintas sektoral, seiring dengan aspek cure yang terdiri atas respons yang cepat (quick respons) untuk life and limb saving serta rehabilitasi.

5. PERMASALAHAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

Permasalahan secara umum dan khusus pada bidang kesehatan dalam penanggulangan bencana di Indonesia sebagian besar mempunyai permasalahan sebagai berikut :

1. Permasalahan secara umum

 Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya (hazard)  Sikap atau perilaku yang mengakibatkan menurunnya

kualitas SDA (vulnerability)

(9)

2. Permasalahan di bidang kesehatan

 Korban jiwa, luka dan sakit (berkaitan dengan angka kematian dan kesakitan)  Adanya pengungsi yang pada umumnya akan menjadi rentan dan

beresiko mengalami kurang gizi tertular penyakit,dan menderita stress.  Kerusakan lingkungan sehingga kondisi menjadi darurat dan menyebabkan

keterbatasan air dan sanitasi serta menjadi tempat perindukan vector penyakit.

 Seringkali system pelayanan kesehatan terhenti, selain karena rusak, bes ar kemungkinan tenaga kesehatan setempat juga menjadi korban bencana.  Bila tidak diatasi segera, maka derajat kesehatan semakin menurun dan

berpotensi menyebabkan terjadinya KLB

Penanggulangan bencana di bidang kesehatan

a. Sanitasi darurat

Kegiatannya adalah penyediaan serta pengawasan air bersih dan jamban; kualitas tempat pengungsian; serta pengaturan limbah sesuai dengan standar. Kekurangan jumlah maupun kualitas sanitasi ini akan meningkatkan resiko penularan penyakit.

b. Pengendalian vector

Bila tempat pengungsian dikategorikan tidak ramah,maka kemungkinan terdapat nyamuk dan vector lain.Maka kegiatan pengendalian vector terbatas sangat diperlukan baik dalam bentuk spraying atau fogging,larva siding,

maupun manipulasi lingkungan.

c. Pengendalian penyakit

(10)

penatalaksanaan kasus serta penanggulangan faktor resikonya umumnya penyakit yang memerlukan perhatian adalah diare dan ISPA.

d. Surveillances epidemiologi

Survey epidemiologi yang harus diperoleh dalam hal ini adalah  Reaksi sosial

 Penyakit menular  Perpindahan penduduk  Pengaruh cuaca

 Makanan dan gizi

 Persediaan air dan sanitasi  Kesehatan jiwa

 Kerusakan infrastruktur kesehatan

B. UPAYA PENANGGULANGAN DAMPAK BENCANA

1. TAHAPAN PENANGGULANGAN DAMPAK BENCANA

Upaya penanggulangan dampak bencana dilakukan melalui pelaksanaan tanggap darurat dan pemulihan kondisi masyarakat di wilayah Kabupaten Alor. Upaya penanggulangan dampak bencana tersebut dilakukan secara sistematis, menyeluruh, efisien dalam penggunaan sumberdaya dan efektif dalam memberikan bantuan kepada kelompok korban. Upaya penanggulangan dan pemulihan tersebut dilakukan dengan pendekatan secara utuh dan terpadu melalui tiga tahapan, yaitu tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi dalam pelaksanaan penanggulangan dampak bencana, yaitu:

1) Tahap Tanggap Darurat

(11)

lokal maupun internasional juga beberapa instansi terkait di pusat. Tahap ini bertujuan membantu masyarakat yang terkena bencana langsung untuk segera dipenuhi kebutuhan dasarnya yang paling minimal. Sasaran utama dari tahap tanggap darurat ini adalah penyelamatan dan pertolongan kemanusiaan. Dalam tahap tanggap darurat ini, diupayakan pula penyelesaian tempat penampungan sementara yang layak, serta pengaturan dan pembagian logistik yang cepat dan tepat sasaran kepada seluruh korban bencana.

2) Tahap Rehabilitasi

Tahap ini bertujuan mengembalikan dan memulihkan fungsi bangunan dan infrastruktur yang mendesak dilakukan untuk menindaklanjuti tahap tanggap darurat, seperti rehabilitasi bangunan ibadah, bangunan sekolah, infrastruktur sosial dasar, serta prasarana dan sarana perekonomian yang sangat diperlukan. Sasaran utama dari tahap rehabilitasi ini adalah untuk memperbaiki pelayanan publik hingga pada tingkat yang memadai. Dalam tahap rehabilitasi ini, juga diupayakan penyelesaian berbagai permasalahan yang terkait dengan aspek psikologis melalui penanganan trauma korban bencana.

3. Tahap Rekonstruksi

Tahap ini bertujuan membangun kembali kawasan Alor dengan melibatkan semua masyarakat, perwakilan lembaga swadaya masyarakat, dan dunia usaha. Pembangunan prasarana dan sarana haruslah dimulai dari sejak selesainya penyesuaian tata ruang (apabila diperlukan) di tingkat kabupaten terutama di wilayah rawan gempa(daerah patahan aktif)Sasaran utama dari tahap ini adalah terbangunnya kembali masyarakat dan kawasan di wilayah Alor

C. UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN DALAM TAHAP TANGGAP DARURAT

(12)

memobilisasi sumber daya nasional dan daerah untuk upaya-upaya yang biasa dilakukan dalam penanganan darurat. Dalam rangka mengkoordinasikan pengendalian dan penanggulangan bencana dan segala upaya tanggap darurat, pada tahap awal Gubernur NTT dan Bupati Alor secara langsung mengkoordinasikan dan mengendalikan penanggulangan bencana dengan pembentukan dan pelayanan posko Satlak PBP di Alor. Secara operasional, pada tahap tanggap darurat ini diarahkan pada kegiatan:

(1) Penanganan korban bencana termasuk mengubur korban meninggal dan menangani korban yang luka-luka.

(2) Penanganan pengungsi (3) Pemberian bantuan darurat

(4) Pelayanan kesehatan, sanitasi dan air bersih (5) Penyiapan penampungan sementara

(6) Pembangunan fasilitas sosial dan fasilitas umum sementara serta memperbaiki sarana dan prasarana dasar agar mampu memberikan pelayanan yang memadai untuk para korban;

Kegiatan tanggap darurat yang telah dilakukan di Alor adalah pelaksanaan Kerja Bakti terpadu yang melibatkan 750 orang personil dari TNI AD, Polri, Pol PP, Linmas, PNS, Pramuka dan organisasi pemuda pada 36 Desa/Kelurahan dalam wilayah di 4 Kecamatan yaitu Alor Timur Laut, Alor Selatan, Alor Tengah Utara dan Teluk Mutiara. Kegiatan ini berhasil membangun 86 buah rumah sangat darurat serta melakukan pembersihan puing-puing bangunan yang rusak total maupun berat pada wilayah-wilayah tersebut. Pelaksanaan pelayanan medis terhadap korban dilakukan sebagian besar melalui posko kesehatan. Selain itu, di RSUD Kalabahi terdapat jumlah pasien yang dilayani adalah sebanyak 27 orang, terdiri dari 10 orang dinyatakan sembuh, 3 orang meninggal dan 14 orang dipulangkan dengan status rawat jalan. Di samping itu juga diadakan dapur umum di Posko Satlak PBP dan Kecamatan Alor Timur Laut.

(13)

dilakukan dengan mobil tanki yang setiap hari mendistribusikan air bersih kepada masyarakat.

D. UPAYA YANG DILAKUKAN DALAM TAHAP REHABILITASI

Pemerintah melalui Departemen PU mengupayakan secara simultan kegiatan rehabilitasi melanjutkan tahap tanggap darurat untuk segera memperbaiki fasilitas umum yang rusak melalui program penanggulangan bencana alam Alor tahun 2004. Kegiatan tersebut didanai melalui Dana Cadangan Umum Dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1305/KM3-43/SKOR/2004 kepada Bupati Alor sebesar Rp.6,58 miliar dan Nomor 1306/KM3-43/SKOR/2004 kepada Gubernur NTT sebesar Rp53,42 miliar, pada tanggal 21 Desember 2004 tentang Otorisasi Anggaran Belanja Rutin (SKOR) tahun 2004 untuk keperluan bantuan dana penanggulangan bencana alam gempa bumi di Kabupaten Alor, sehingga total dana dari Pemerintah Pusat adalah Rp.60 miliar. Proses asistensi Lembaran Kerja (LK) dari Dinas Kimpraswil Propinsi NTT ke Departemen PU dan Ditjen Anggaran Keuangan dilaksanakan sejak tanggal 13 sampai dengan 20 Desember 2004. Dana SKOR tahun 2004 tersebut disalurkan melalui Rekening Khusus (RK) pada tanggal 24 Desember 2004 untuk kegiatan sebagai berikut:

1) pembangunan/rehabilitasi perumahan tipe 36 tanpa dinding dan pintu/jendela (bangunan fondasi, lantai, atap dan struktur);

2) rehabilitasi prasarana dan sarana air bersih;

3) pembangunan/rehabilitasi prasarana/sarana irigasi; 4) pembangunan/ rehabilitasi jalan dan jembatan;

5) pembangunan/rehabilitasi sekolah, pasar, perkantoran, rumah ibadah serta sarana kesehatan dan lainnya. Laporan pelaksanaan secara rinci terdapat di lampiran II.

Dalam rangka pengendalian program penanggulangan bencana alam gempa bumi di Kabupaten Alor dibentuk Tim Bidang PU berjenjang sebagai berikut:

(14)

2. Pelaksana Program Tingkat Propinsi melalui Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Timur.

3. Satgas untuk Koordinasi Pelaksanaan dan Supervisi Kegiatan Fisik Tingkat Kabupaten melalui Keputusan Kepala Dinas Kimpraswil Propinsi NTT Nomor KPW/TU05.01/360/19/KPTS/XII/2004 tanggal 24 Desember 2004.

Secara lebih rinci upaya-upaya yang telah dilakukan dalam tahap rehabilitasi adalah sebagai berikut:

Bidang Sosial Budaya

(1) Sub Bidang Agama

Dalam pembangunan sarana ibadah telah dialokasikan dana sebesar Rp.580.000.000,- untuk membantu 39 rumah ibadah di Alor. Perincian jumlah bantuan per unit Rp. 14.871.795 dengan sebaran lokasi berada di 6 wilayah kecamatan antara lain Kecamatan Alor Timur, Alor Timur Laut, Alor Selatan, Alor Tengah Utara, Teluk Mutiara, Alor Barat Daya.

(2) Sub Bidang Kesehatan

Pada tahun 2004 Departemen Kesehatan mengalokasikan dana rehabilitasi sarana kesehatan bantuan bencana alam untuk merehabilitasi 5 puskesmas, 2 puskesmas pembantu, 1 rumah dokter dan 1 rumah dinas paramedis dengan total anggaran Rp.1,6 miliar termasuk penyediaan peralatan kesehatan dengan dana Rp.1,0 miliar.

Selain itu Dinas Kimpraswil Kabupaten Alor melalui dana SKOR Bupati juga telah mengalokasikan dana sebesar Rp.2,1 miliar untuk membangun 9 unit sarana kesehatan yang terdiri dari 6 puskesmas dan 3 puskesmas pembantu. Sedang Dinas PU melalui SKOR Gubernur, telah pula membangun 5 Puskesmas.

(15)

Di bidang pendidikan, berbagai upaya telah dilaksanakan untuk menjaga agar proses belajar mengajar dapat tetap berjalan dengan membantu penyediaan sarana dan prasarana termasuk rehabilitasi fasilitas pendidikan. Pada tahun 2004, Departemen Pendidikan Nasional telah mengalokasikan dana untuk merehabilitasi sarana dan prasarana sekolah di Kabupaten Alor yang meliputi 8 SD/MI dan 1 SMP dengan total anggaran sebesar Rp.1,33 miliar. Selain itu telah dialokasikan pula sebesar Rp.1,195 miliar melalui dana SKOR Bupati yang digunakan untuk membangun 10 unit SD dan 3 unit SMP yang tersebar di kecamatan Kecamatan Teluk Mutiara, Alor Barat Daya, Alor Barat Laut, dan Pantar.

Pemerintah pusat melalui Departemen Pekerjaan Umum juga mengalokasikan dana sebesar Rp.8,4 miliar untuk membangun 28 unit bangunan sekolah tahan gempa (3 ruang per sekolah) dengan rincian 15 sekolah dikelola oleh pemerintah Provinsi (Rp 4,5 miliar) dan 13 sekolah dikelola oleh pemerintah Kabupaten Alor (Rp. 3,9 miliar). Sekolah-sekolah tersebut tersebar di 6 kecamatan yaitu Kecamatan Teluk Mutiara, Alor Barat Laut, Alor Barat Daya, Alor Tengah Utara, Alor Timur Laut, Alor Selatan.

Dalam rangka menjalankan upaya tanggap-Darurat rehabilitasi dan rekonstruksi Kabupaten Alor secara sistematis dan menyeluruh, pemerintah melakukan koordinasi penanganan dengan pembentukan Satgas Penanggulangan Bencana Alam Gempa Bumi Sektor ke PU-an oleh Kepala Dinas Kimpraswil Propinsi Nusa Tenggara Timur melalui SK No. Kpw/TU/05.01/360/19/XII/KPTS/2004 tanggal 24 Desember 2004.

Bidang Infrastruktur (1) Sub Bidang Transportasi

a) Prasarana Jalan.

Dalam aspek transportasi, pada pelaksanaan tahap tanggap darurat kegiatan yang dilakukan adalah memperbaiki prasarana jalan dan menfungsikan kembali ruas jalan nasional, propinsi dan kabupaten pada ruas jalan, sbb:

(16)

penahan badan jalan. Kerusakan pada jembatan selain adanya jembatan yang runtuh, juga secara umum terjadi kerusakan pada abutmem, pasangan penahan oprit dan pada stuktur jembatan lainnya. Rincian kerusakan prasarana jalan pada ruas jalan nasional, propinsi dan kabupaten antara lain sebagai berikut:

• Ruas Jalan Nasional : . Jalan Likuatang – Atimelang . Jalan Bukapiting – Apui . Jalan Mebung – Mainang . Jalan Mainang – Apui . Jalan Tulta – Mali

b) Transportasi Laut.

Pada bidang transportasi laut terjadi kerusakan ringan di dermaga perintis Kalabahi. Namun demikian gempa juga menyebabkan kerusakan pada beberapa fasilitas Pelabuhan Maritaing yang berlokasi 34 km dari pusat gempa. Kerusakan terjadi pada fasilitas terminal, causeway dan trestle. Sampai saat ini kedua prasarana transportasi laut tersebut sudah bisa digunakan dengan baik namun pada fasilitas yang mengalami kerusakan akan dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi pada tahun 2006.

c) Transportasi Udara.

(17)

mengalami keretakan. Bandar Udara Mali saat ini sudah dapat digunakan kembali untuk pendaratan pesawat. Fasilitas yang masih mengalami kerusakan direncanakan akan diperbaiki pada tahun 2005 – 2006.

(2) Sub Bidang Sumber Daya Air

Kerusakan pada prasarana sumber daya air akibat gempa bumi umumnya terjadi pada bendung, pintu air, saluran pasangan batu yang pecah, dan bangunan air yang pecah/retak. Kerusakan tersebut tersebar pada tujuh Daerah Irigasi sebagai berikut :

• Daerah Irigasi Waisika • Daerah Irigasi Bukapiting • Daerah Irigasi Kamot • Daerah Irigasi Benlelang • Daerah Irigasi Pailelang I • Daerah Irigasi Pailelang II • Daerah Irigasi Padang Panjang

Selain kerusakan pada prasarana irigasi terjadi kerusakan pada jaringan irigasi air tanah sebanyak 16 sumur pompa dan embung irigasi sejumlah 2 buah. Pada tahun anggaran 2004 telah diperbaiki sebanyak tujuh daerah irigasi, yaitu: DI Waisika, Bukapiting, Kamot, Benlelang, Pailelang I, Pailelang II, dan Padang Panjang. Biaya yang digunakan untuk kegiatan tersebut sebesar Rp.12,5 miliar.

Pelaksanaan penanganan pembangunan/rehabilitasi Daerah Irigasi dan Pengembangan Pengelolaan Air Tanah dilakukan dengan penunjukan langsung oleh Menteri PU kepada PT Adhi Karya sebagai kontraktor pelaksana dengan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) Nomor KV.03.03-4a/10 tanggal 20 Desember 2004

(3) Sub Bidang Perumahan

(18)

membantu pembangunan pondasi, struktur dan atap rumah penduduk yang terkena gempa sebanyak 1.300 unit rumah type 36. Untuk kelengkapan atap dan dindingnya diharapkan akan dilengkapi oleh masyarakat sendiri. Biaya yang telah dikeluarkan untuk kegiatan tersebut mencapai Rp.13 miliar.

Disamping itu juga dilakukan pembangunan 70 unit rumah oleh TNI yaitu 35 unit plus 1 TK 3 ruang di Desa Waisika, 20 unit di Desa Air Mancur, dan 15 unit di Desa Taramana. Kegiatan pembangunan dilaksanakan pada tanggal 8 Januari s/d 3 Maret 2005. Rumah yang dibangun adalah tipe rumah 36 dengan konstruksi fondasi, lantai, dinding dan atap (penghuni langsung bisa menempati).

Pelaksanaan pembangunan dilakukan dengan penunjukan langsung dengan sistem konsorsium kontraktor lokal 500 unit (11 paket kontrak untuk 145 kontraktor) dan kontraktor kecil & menengah 800 unit (11 kontraktor dari Kabupaten Alor & luar Kabupaten Alor).

Dengan demikian jumlah rusak total pada aspek perumahan yang dikerjakan adalah sebanyak 1.370 unit (Lampiran II.9), sisa 905 unit yang akan dikerjakan pada tahap berikutnya.

(4) Sub Bidang Air Bersih dan Sanitasi

Pada beberapa daerah sumur gali penduduk mengalami kekeringan akibat adanya gempa bumi padahal sumur tersebut rata-rata tidak pernah mengalami kekeringan meskipun di musim kemarau.

Pada tahun anggaran 2004, dilakukan rehabilitasi prasarana dan sarana air bersih sistem perpipaan di Kota Kalabahi dan sarana air bersih untuk tujuh desa, yaitu: Desa Taramana, Desa Kamot, Desa Nailang, Desa Waisika/Bukapiting, Desa Nur Benlelang/Lembur Barat, Desa Likuatang, dan Desa Lembur Timur/Desa Luba (Lampiran II.11) Biaya yang telah dikeluarkan untuk kegiatan tersebut sebesar Rp.5,36 miliar.

Pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana Air Bersih, Sanitasi, Pasar dan Sampah dilakukan dengan penunjukan langsung kepada PT. Hutama Karya sebagai kontraktor pelaksana sesuai persetujuan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dari Menteri Pekerjaan Umum Nomor : KV.03.03-4a/11 tanggal 30 Desember 2004.

(19)

Rp.2,5 miliar untuk membangun sarana penyediaan air bersih dengan sebaran lokasi di 3 kecamatan yaitu kecamatan Alor Barat Laut, Teluk Mutiara, dan Alor Tengah Utara. Penanganannya dilakukan oleh Dinas Kimpraswil Provinsi NTT

Bidang Ekonomi

Untuk bidang ekonomi, kegiatan yang dilakukan adalah merehabilitasi dan memulihkan sarana pasar di Kabupaten Alor. Terdapat tiga pasar yang dibangun kembali yaitu Pasar Nailang, Pasar Lola dan Pasar Mebung.

Bidang Pemerintahan

Pada bidang pemerintahan, berdasarkan laporan fisik dan keuangan penanggulangan bencana alam gempa bumi di Kabupaten Alor, Provinsi NTT pada tahun anggaran 2004, maka beberapa pembangunan kantor pemerintahan yang telah dilaksanakan oleh PT Adhi Karya sebagai konsultan dari Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah adalah seperti tersebut.

Sumber : Hasil Survey Lapangan Bappenas dan tim, Juni-Juli 2005

(20)

Gambar 4.2 Rumah Dinas Camat Alor Tengah Utara Setelah Pembangunan

E. UPAYA YANG AKAN DILAKUKAN PADA TAHAP REKONSTRUKSI

Tahap rekonstruksi merupakan tahap lanjutan dari tahapan rehabilitasi yang bertujuan untuk memperbaiki kembali dan membangun pelayanan publik pada tahap yang memadai dan membangun masyarakat serta wilayahnya dalam tatanan kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik yang sesuai dengan aspirasi dan tuntutan masyarakat, sehingga minimal dapat berfungsi seperti semula dan bahkan menjadi lebih baik lagi baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

(21)

Di lapangan, secara simultan kegiatan tahap rehabilitasi akan dilanjutkan dengan tahap rekonstruksi. Sejalan dengan hal tersebut Kantor Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional bekerjasama dengan Kabupaten Alor dan Propinsi Nusa Tenggara Timur, dengan masukan dari berbagai instansi/lembaga pemerintah serta berbagai pihak, menyusun rencana rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah Alor, yang dijabarkan dalam arahan kebijakan, strategi, kegiatan pokok dan kerangka waktu pelaksanaannya.

Rencana yang disusun oleh Pemerintah ini akan dijadikan pedoman umum dan acuan operasional bagi Pemerintah Provinsi NTT dan Kabupaten Alor dalam pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam kurun waktu 2005 – 2007 tahun ke depan, sesuai dengan kebutuhan.

F. MEKANISME KESIAPAN DAN PENANGGULANGAN DAMPAK BENCANA Dalam melaksanakan penanggulangan bencana, maka penyelenggaraan

penanggulangan bencana meliputi :

• tahap prabencana,

• saat tanggap darurat, dan • pascabencana.

A. Pada Pra Bencana

Pada tahap pra bencana ini meliputi dua keadaan yaitu : • Dalam situasi tidak terjadi bencana

• Dalam situasi terdapat potensi bencana 1. Situasi Tidak Terjadi Bencana

(22)

a. perencanaan penanggulangan bencana; b. pengurangan risiko bencana;

c. pencegahan;

d. pemaduan dalam perencanaan pembangunan; e. persyaratan analisis risiko bencana;

f. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang; g. pendidikan dan pelatihan; dan

h. persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.

2. Situasi Terdapat Potensi Bencana

Pada situasi ini perlu adanya kegiatan-kegiatan kesiap siagaan, peringatan dini dan mitigasi bencana dalam penanggulangan bencana.

a. Kesiapsiagaan b. Peringatan Dini c. Mitigasi Bencana

Kegiatan-kegiatan pra-bencana ini dilakukan secara lintas sector dan multi stakeholder,oleh karena itu fungsi BNPB/BPBD adalah fungsi koordinasi.

B. Saat Tanggap Darurat

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:

1. pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya; 2. penentuan status keadaan darurat bencana;

(23)

5. perlindungan terhadap kelompok rentan; dan

6. pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.

C. Pasca Bencana

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pasca bencana meliputi: 1. rehabilitasi; dan

2. rekonstruksi.

D. Mekanisme Penanggulangan Bencana

Mekanisme penanggulangan bencana yang akan dianut dalam hal ini adalah mengacu pada UU No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.

Dari peraturan perundangundangan tersebut di atas, dinyatakan bahwa mekanismetersebut dibagi ke dalam tiga tahapan yaitu :

1. Pada pra bencana maka fungsi BPBD bersifat koordinasi dan pelaksana,

2. Pada saat Darurat bersifat koordinasi, komando dan pelaksana 3. Pada pasca bencana bersifat koordinasi dan pelaksana.

Upaya Penanggulangan Bencana

Upaya-upaya yang dilakukan untuk penanggulangan bencana bidang kesehatan :

1. Bantuan pelayanan medik.

o Mobilisasi tenaga kesehatan untuk membantu pelayanan medis spesialistik yang tidak tersedia di lokasi bencana.

o Mobilisasi obat dan alat kesehatan.

(24)

o Pengobatan gratis bagi semua pelayanan kesehatan.

o Mendirikan rumah sakit lapangan jika fasilitas RS di lokasi bencana terkena dampak bencana.

2. Bantuan Pelayanan Gizi

o Promotif yaitu dengan cara menurunkan tim konselor, seperti memberikan dukungan kepada para ibu agar tetap care pada anaknya, dengan tetap memberikan ASI sebagai sebagai sumber gizi paling optimal bagi bayi dan BADUTA (Bawah Dua Tahun).

o Kuratif yaitu dengan memberikan bantuan pangan terhadap korban bencana umumnya populasi berisiko yaitu pada bayi dan Balita, dengan memberikan MP.ASI.

3. Upaya Penyehatan Lingkungan

o Penyediaan, pengawasan dan perbaikan kualitas air.

o Tempat penampungan pengungsi

o Pembuangan kotoran

o Pembuangan sampah

o Pembuangan limbah

o Pengendalian Vektor

o Sanitasi makanan.

4. Upaya Surveilans Epidemiologi 5. Upaya Imunisasi

o Tetap melaksanakan program imunisasi di lokasi bencana.

(25)

6. Bantuan pelayanan Obat dan Alat Kesehatan.

o Memegang prinsip cepat, tepat dan sesuai kebutuhan.

Pengurangan Resiko Bencana

Tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi pra bencana, t anggapdarurat,dan pasca bencana.

1. Tahap Pra bencana;

yang terbagi menjadi saat tidak terjadi bencana dan potensi terjadi bencana dilakukan kegiatan perencanaan penggulangan bencana, pengurangan resikobenca na, pencegahan, pemaduan dalam perencanaan pembangunan, persyaratan analisis resiko bencana, penegakan rencana tata ruang, pendidikan dan pelatihan, serta penentuan persyaratan standar teknis penanggulangan bencana (kesiapsiagaan, peringatan dini, dan mitigasi bencana)

2. Tahap Tanggap Darurat;

(26)

3. Tahap Pasca Bencana;

mencakup kegiatan rehabilitasi (pemulihan daerah bencana, prasarana dan sarana umum, bantuan perbaikan rumah,sosial psikologis,pelayanan kesehatan, rekonsiliasi dan resolusi konflik,sosial ekonomi dan budaya,keamanan dan ketertiban,fungsi pemerintahan dan pelayanan public) dan rekontruksi pembangunan, pembangkitan, dan p eningkatan berbagai sarana dan prasarana termasuk fungsi pelayanan public).

Secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam kedalam tiga kegiatan utama, yaitu:

1. Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta peringatan dini;

2. Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search and rescue (SAR), bantuan darurat dan pengungsian;

(27)

Kegiatan pada tahap pra bencana ini selama ini banyak dilupakan, padahal justru masyarakatnya. Pada saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang menaruh perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril maupun material. Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya merupakan sebuah keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi.

Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan dilaksanakan harus memenuhi kaidah-kaidah kebencanaan serta tidak hanya melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi juga perlu diperhatikan juga rehabilitasi psikis yang terjadi seperti ketakutan, trauma atau depresi.

Dari uraian di atas, terlihat bahwa titik lemah dalam Siklus Manajemen Bencana adalah pada tahapan sebelum/pra bencana, sehingga hal inilah yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan untuk menghindari atau meminimalisasi dampak bencana yang terjadi.

(28)

1. banjir

2. gunung meletus

3. gempa bumi

(29)

5.tsunami

Sesuai dengan keadaan tersebut,sampai saat ini kita telah mempunyai berbagai pengalaman untuk memberikan pelayanan medik dalam rangka

penanggulangan bencana,seperti bencana alam tsunami di maumere,gempa bumi dijambi,tenggelamnya kapal ampomas,letusan gunung berapi didaerah istimewa yogyakarta,dll

(30)

Oleh karena itu,agar pelayanan medik dalam penanggulangan bencana dapat dilaksanakan terkoordinasi dengan baik, cepat dan tepat,seluruh unit di semua tingkatan jajaran kesehatan perlu disusun prosedur tetap pelayanan medik penanggulangan bencana

DASAR

1. Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.

Keputusan Presiden RI No.43 Tahun 1990 Tentang Badan Koordinasi Nasi onal Penanggulangan Bencana di Indonesia.

2. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat / Ketua Badan Koordinasi nasional penanggulangan bencana No.11 /KEP/Kesra/IX/1997, Tentang Sekretariat BadanKoordinasi Nasional Penanggulangan Bencana. 3. Keputusan MenKes RI No.448/Menkes/SK/VI/1993Tentang PembentukanTim 4. Kesehatan Penanggulangan Korban Bencana di Setiap Rumah Sakit.

5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/S K/I/I 99 Tentang Petunjuk PelaksanaanUmum Penanggulangan Medik Korban Bencana.

6. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 594/Menkes/SK/VI/1995 Tentang Pembentukan Pusat penanggulangan krisis akibat bencana (crisis center ) di lingkungan departement kesehatan

7. Undang – undang No. 24 Tahun 2007 Tentang penanggulangan bencana

TUJUAN

Prosedur tetap pelayanan medik penanggulangan bencana ini disusun deng an tujuan sebagai pegangan semua unit dan semua tingkatan jajaran kesehatan sehingga semua unit dan jajaran tersebut dapat mempelajari dan melaksanakan tugas dan peran masing-masing dalam memberikan pelayanan medik

(31)

KEBIJAKSANAAN UMUM

Berbagai kebijaksanaan umum yang ditetapkan dalam pelayanan medik penanggulangan bencana

adalah:

A. Dalam pelayanan medik penanggulangan bencana kita gunakan sarana dan prasarana pelayanan yang ada, hanya intensitas kerja ditingkatkan.

B. Pelayanan medik penanggulangan bencana dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap :

1.Tahap persiapan/tahap pra-bencana. Pada tahap ini dilaksanakan :

 Inventarisasi lokasi kemungkinan terjadinya bencana.  Inventarisasi sumber daya yang tersedia.

 Penyusunan Prosedur Tetap

 Pelatihan setiap petugas yang kemungkinan terlibat (gladi posko, gladi lapangan)

 Koordinasi sektor lain terkait.

Mempersiapkan sarana/prasarana sesuai Prosedur Tetap. 2. Tahap Terjadinya Bencana

Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan adalah:

 Eskalasi Pelayanan Gawat Darurat sehari -hari menjadi Pelayanan Gawat Darurat Bencana.

 Melaksanakan Penilaian Kebutuhan dan dampak kesehatan secara cepat, sebagai data dasar

untuk program bantuan kesehatan, monitoring, dan evaluasi. Daerah bencana dibagi 3 (tiga) lingkaran, yaitu :

(32)

 Daerah lingkaran II mencegah meluasnya dampak bencana (man made disaster:kebakaran/ industri), memberikan bantuan medik dan menerima korban bencana.

 Daerah lingkaran III menyiapkan dan memberikan bantuan medik (jika diper -lukan) dan melakukan evakuasi korban bencana ke daerah lingkaran II dan atau III

3.Tahap Pasca Bencana Kegiatan yang dilaksanakan :

 Upaya pemantauan dan pencegahan : dampak bencana sekunder (KLB) kualitas lingkungan hidup.

 Penyediaan kebutuhan pokok bagi penduduk di penampungan sementara (air bersih,makanan, dan pelayanan kesehatan dasar)

Pelayanan medik bencana dibagi 3 (tiga) tahap: 1. Pra-Rumah Sakit

2. Antar Rumah Sakit 3. Di Rumah Sakit

Di daerah terjadinya bencana,didirikan triage Dalam pelayanan medik penanggulangan bencana,Indonesia dibagi menjadi 5 (lima) wilayah:

1. Wilayah tanggung jawab RSUP H. Adam Malik,Medan,meliputi Provinsi Sumatera Utara, Riau,aceh dan Jambi.

2. Wilayah tanggungjawab RSUP Dr. Ciptomangunkusumo,meliputi DKI Jakarta ,Lampung,Bengkulu, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.

(33)

4. Wilayah tanggung jawab RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo,Ujung Pandang,me liputi Sulawesi Selatan,

Sulawesi Tengah,Sulawesi Tenggara,Maluku dan Irian Jaya.

Provinsi lain,seperti Sumatera Barat,JawaBarat,JawaTengah,Yogyakarta Bali dan Sulawesi Utara berdiri sendiri

Organisasi

1. Di tingkat Pusat :Penanggungjawab Sekretaris Jenderal Depkes RI selaku K etua Crisis Center,dibantu oleh Dirjen Pelayanan Medik dan P2MPLP.

2. Dalam melaksanakan tugas konsultasi dengan BAKORNAS PB, di bawah Menko Kesra dan sektor lain terkait.

3. Di tingkat Propinsi :Penanggungjawab adalah Kepala Kantor Wilayah

Depkes RI,dibantu olehKepala Dinas Kesehatan Dati I dan Direktur RS Rujuk an Wilayah.Dalammelaksanakan tugas

dibawah koordinasi SATKORLAK PB yang diketahui oleh Gubernur. 4. Di tingkat Kabupaten :Penanggung jawab adalah Kepala Dinas

Kesehatan Dati II, DibantuDirektur RS rujukan Dati II.Dalam melaksanakan tu gas dibawah koordinasi SATLAK PB yang diketuai oleh Bupati KDH Tk. II.

PELAKSANAAN PELAYANAN MEDIK

Fase pra-musibah masal/pra-bencana, tugas penanggungjawah Dati I/Dati II: 1. Menyusun Jadwal Rumah Sakit Siaga/Jaga setiap hari dandibuat untuk masa

siaga/jaga selama I(satu) bulan,diikuti bulan berikutnya.

2. Menyusun prosedur tetap Penanggulangan Musibah Masal/Bencana (Rencana Operasional)sesuai kondisi setempat.

(34)

sesuai musibah masal/bencana potensial di wilayahnya.

4. Membentuk Pusat Siaga Bantuan Kesehatan (Pusbankes) 118 sebagai pusat komunikasi dan koordinasi PB (sebaiknya di IRD RS) dan menyediakan rumah sakit lapangan yang bisa melakukan tindakan operasi semi definitif di lokasi bencana.

5. Mengidentifikasi dan mengkatagorikan jenis- jenis Ambulans yang ada (milik Rumah Sakit, Pemda,ABRI,Swasta,dan lain-lain)

6. Menyusun Rencana Operasional (Contigency Plan) penanggulangan musibah masal dan bencana yang ada di cakupan wilayahnya (Hazard mapping). 7. Mengidentifikasi potensi saran pelayanan kesehatan yang ada, yaitu: jumlah

RSU Pemerintah, RS ABRI,RS Swasta,Puskesrnas dengan perawatan,Puskesmas, dan Puskesmas Pembantu.

8. Menunjuk Rumah Sakit kelas tertinggi sesuai kemampuan pelayanannya untuk dijadikan rujukan utama di wilayah cakupan.

9. Menghitung jumlah tempat tidur yang tersedia di setiap rumahsakit (bekerja sama dengan PERSI).

10.Mencatat jumlah dokter umum dan spesialis di masing -masing rumah sakit dan Puskesmas.

11.Mencatat jumlah tenaga perawat lapangan yang terlatih (perawat PPGD/ Basic Trauma Life Support).

12.Mengadakan kerjasama dengan apotek Kimia Farma

di wilayahnya dan apabila tidak ada,dapat menghubungi apotek Kimia Farma terdekat di luar wilayah untuk memperoleh bantuan obat -obatan life saving dan obat-obatan lainnya.

13.Menyediakan kantong plastik hitam (ukuran 2m) untuk pembungkus korban Meninggal.

14.Mengembangkan Bank Darah di rumah sakit atau Unit Tranfusi Darah. 15.Mengadakan latihan/simulasi penanggulangan musibah masal/bencana secara teratur (paling tidak 6 bulan sekali) secara lintas sektor.

(35)

Mitigasi Bencana

Kegiatan-kegiatan pada tahap pra bencana erat kaitannya dengan istilah mitigasi bencana yang merupakan upaya untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana. Mitigasi bencana mencakup baik perencanaan dan pelaksanaan tindakan-tindakan untuk mengurangi resiko-resiko dampak dari suatu bencana yang dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang.

Upaya mitigasi dapat dilakukan dalam bentuk mitigasi struktur dengan

memperkuat bangunan dan infrastruktur yang berpotensi terkena bencana, seperti membuat kode bangunan, desain rekayasa, dan konstruksi untuk menahan serta memperkokoh struktur ataupun membangun struktur bangunan penahan longsor, penahan dinding pantai, dan lain-lain. Selain itu upaya mitigasi juga dapat dilakukan dalam bentuk non struktural, diantaranya seperti menghindari wilayah bencana dengan cara membangun menjauhi lokasi bencana yang dapat diketahui melalui perencanaan tata ruang dan wilayah serta dengan memberdayakan masyarakat dan peme Sementara itu upaya untuk memperkuat pemerintah daerah dalam kegiatan sebelum/pra bencana dapat dilakukan melalui perkuatan unit/lembaga yang telah ada dan pelatihan kepada aparatnya serta melakukan koordinasi dengan lembaga antar daerah maupun dengan tingkat nasional, mengingat bencana tidak mengenal wilayah administrasi, sehingga setiap daerah memiliki rencana penanggulangan bencana yang potensial di wilayahnya.

Hal yang perlu dipersiapkan, diperhatikan dan dilakukan bersama-sama oleh pemerintahan, swasta maupun masyarakat dalam mitigasi bencana, antara lain:

1. Kebijakan yang mengatur tentang pengelolaan kebencanaan atau

mendukung usaha preventif kebencanaan seperti kebijakan tataguna tanah agar tidak membangun di lokasi yang rawan bencana;

2. Kelembagaan pemerintah yang menangani kebencanaan, yang kegiatannya mulai dari identifikasi daerah rawan bencana, penghitungan perkiraan

(36)

3. Indentifikasi lembaga-lembaga yang muncul dari inisiatif masyarakat yang sifatnya menangani kebencanaan, agar dapat terwujud koordinasi kerja yang baik;

4. Pelaksanaan program atau tindakan ril dari pemerintah yang merupakan pelaksanaan dari kebijakan yang ada, yang bersifat preventif kebencanaan; 5. Meningkatkan pengetahuan pada masyarakat tentang ciri-ciri alam setempat

yang memberikan indikasi akan adanya ancaman bencana.

Upaya penanggulangan bencana tanah longsor

Upaya menghindari dan menanggulangi bencana tanah longsor dapat dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap preventif dan tahapbencana.

1) Tahap preventif

T a h a p p r e v e n t i f a t a u t a h a p a w a l m e r u p a k a n l a n g k a h u t a m a d a l a m m e n g u r a n g i k e r u g i a n y a n g d i a k i b a t k a n o l e h b e n c a n a t a n a h longsor.

Upaya-upaya tersebut antara lain sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi daerah rawan tanah longsor.

b. P e n y u l u h a n p e n c e g a h a n d a n p e n a n g g u l a n g a n b e n c a n a a l a m terutama mengenai tanah longsor.

c. Melakukan pemantauan terhadap daerah rawan longsor untuk mengidentifikasi gejala kemungkinan terjadinya longsor.

d. P e n g e m b a n g a n d a n p e n y e m p u r n a a n p e n g e l o l a a n d a l a m u p a y a penanggulangan bencana tanah longsor.

e. Perencanaan pengembangan sistem peringatan dini.

f. Mengembangkan pola pengelolaan lahan yang baik.

(37)

2). Tahap bencana

B e n c a n a t e r j a d i t i d a k d a p a t d i p r e d i k s i s e c a r a t e p a t . T i n d a k a n yang harus dilakukan ketika bencana tanah longsor terjadi, antaralain sebagai berikut

a) Menyelamatkan warga yang tertimpa musibah.

b ) M e n d i r i k a n p u s a t p e n g e n d a l i a n t e r u t a m a b a g i k o r b a n t a n a h longsor.

c) Evakuasi korban ke tempat yang lebih aman.

d) Dirikan dapur umum, pos kesehatan, dan penyediaan air bersih. e) Pencegahan terjadinya wabah penyakit.

(38)

Daftar pustaka

PROSEDUR TETAP PELAYANAN MEDIK PENANGGULANGAN BENCANA Disusun Oleh : Ahmad Kholid, S.Kep., Ns

Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat bencana PPK Kemenkes RI.

iwandahnial. les.wordpress.com/03/06/2009) www.anneahira.com

Gambar

Gambar  Kantor Desa Tuleng Setelah Pembangunan
Gambar 4.2 Rumah Dinas Camat Alor Tengah Utara Setelah Pembangunan

Referensi

Dokumen terkait

Riwayat penyakit sekarang meliputi riwayat trauma maupun perjalanan penyakit dan riwayat pengobatan dari pasien, rriwayat in merupakan gejala awal dari nyeri

Sistem pakar mengadopsi kemampuan seorang pakar dalam hal ini adalah dokter, Dokter dalam mendiagnosa suatu penyakit yaitu dengan cara melihat gejala-gejala apa

Kimia Farma (Persero), Tbk.. Langgeng Makmur

Selain itu, kegiatan Monitoring dan Evaluasi Pembelajaran Dosen ini bertujuan untuk menyediakan informasi yang relevan dan tepat waktu pada pelaksanaan kegiatan

Topeng Prembon (Dramatari topeng yang sudah dikombinasikan dengan unsur drama tari Bali lainnya (biasanya dari arja) namun strukturnya patopengannya masih

penalaran dalam memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan oleh seorang pakar dalam bidang tersebut Sistem pakar memberikan nilai tambah pada

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Kepmenpan) Nomor 81 tahun 1993 yang kemudian disempurnakan menjadi Kepmenpan Nomor 63 tahun 2003 tentang Pedoman

Permasalahan pokok penelitian ini yaitu: 1. Bentuk karakter ibu-ibu Majelis taklim Sangkale madani desa Pararra kecamatan Sabbang 2. Bagaimana Peran