• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH MANAJEMEN PENANGANAN BENCANA PEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH MANAJEMEN PENANGANAN BENCANA PEN"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH MANAJEMEN PENANGANAN BENCANA

PENYAKIT-PENYAKIT MENULAR PASCA TERJADINYA

SUATU BENCANA

DOSEN PEMBIMBING : Nur Cholis, SKM, M. Kes Evy Diah W, S. Si, M. Kes

DISUSUN OLEH :

Vira Anita Ratnamulya (NIM: P27834071031)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 ANALISIS KESEHATAN

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat limpahan rahmat, inayah, taufik dan hidayahnya, serta telah memberikan jalan dari pemikiran kepada penulis sehingga makalah yang berjudul PENYAKIT-PENYAKIT MENULAR PASCA TERJADINYA SUATU BENCANA dapat diselesaikan.

Pada kesempatan kali ini penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, kepada:.

1. Bapak Nur Cholis, SKM, M. Kes sebagai dosen penanggung jawab Mata Kuliah Manajemen Penanganan Bencana.

2. Ibu Evy Diah W, S. Si, M. Kes sebagai dosen Mata Kuliah Manajemen Penanganan Bencana.

3. Dan Rekan-rekan yang telah memberikan bantuan demi kelancaran pelaksanaan dan penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini, oleh karenannya penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun, agar makalah ini benar-benar sempurna. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pendalam bagi para pembaca.

Surabaya, 26 November 2017

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul...i

(3)

Daftar isi...ii

BAB I Pendahuluan...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...1

1.3 Tujuan Penulisan...2

BAB II Pembahasan...3

2.1 Penyakit-penyakit Menular Pasca Terjadinya Suatu Bencana...3

2.2 Cara Menangulangi dan Mencegah Penyakit-penyakit Menular Pasca Terjadinya Suatu Bencana...5

BAB III Penutup...21

3.1 Kesimpulan...21

3.2 Saran...23

(4)

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang

Bencana menurut WHO adalah peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan serta pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari luar lokasi bencana. Secara geografis Indonesia merupakan salah satu Negara yang rawan terhadap bencana alam seperti gempa bumi, gelombang tsunami, letusan gunung, dll, karena terletak paa titik pertemuan dari tiga lempengan besar yaitu lempeng Eurasian, lempeng Pasifik, dan lempeng Indo-Australia. Dampak buruk akibat bencana antara lain: penyakit menular, kurangnya air bersih, kesulitan makanan dan gangguan gizi serta gangguan kesehatan mental. Penyakit yang timbul sangat tergantung dengan jenis bencananya.

Penelitian Rossi, dkk (2007) menunjukkan bahwa ketersediaan pangan menjadi masalah utama pada beberapa hari pascabencana. Penyakit ikutan pascabencana dapat muncul akibat rusaknya infrastruktur penunjang. Simak peningkatan kasus leptospira yang signifikan akibat tercemarnya air oleh tikus pada banjir di Jakarta. Pada kondisi ini kejadian luar biasa infeksi saluran pernafasan akut, diare, dan penyakit kulit menular mudah merebak di tempat-tempat penampungan pengungsi yang padat.

Oleh sebab itu, disini penulis akan mengupas tuntas mengenai penyakit-penyakit menular yang terjadi pasca terjadinya bencana, beserta cara penanggulangan dan pencegahan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa saja penyakit-penyakit menular pasca terjadinya suatu bencana? 2. Bagaimana cara menanggulangi dan mencegah penyakit-penyakit

(5)

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa saja penyakit-penyakit menular pasca terjadinya suatu bencana?

2. Untuk mengetahui bagaimana cara menanggulangi dan mencegah penyakit-penyakit menular pasca terjadinya suatu bencana?

(6)

2.1 Penyakit-penyakit Menular Pasca Terjadinya Suatu Bencana

Bencana alam yang terjadi selalu menyisakan kepedihan yang mendalam. Baik berupa gempa bumi, tanah longsor, banjir, gunung meletus, ataupun tsunami. Banyak korban nyawa, fisik, dan harta akibat bencana yang terjadi. Bencana menyebabkan korban yang selamat, kehilangan keluarga, sahabat, harta, bahkan tempat tinggal. Bencana ini selanjutnya menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Menurut Ketua Umum PB IDI Fachmi Idris, secara umum, masalah kesehatan utama setelah bencana adalah trauma fisik seperti luka dan patah tulang. Kemudian, selama dan sesudah masa itu korban bencana yang selamat dan tinggal di pengungsian juga terancam penyakit jika upaya antisipasinya tidak memadai. Berbagai penyakit yang muncul pascabencana alam antara lain malaria, ISPA, diare, leptospirosis, kolera, dan infeksi kulit.

Pada umumnya masalah kesehatan pasca benca dapat dibagi dalam 3 fase: 2.1.1 Penyakit akut pasca bencana

Yaitu penyakit yang berhubungan langsung dengan bencana yang terjadi. Misalnya, kasus gempa bumi di Padang tanggal 30 September 2009, penyakit yang berhubungan langsung dengan gempa adalah cedera akibat reruntuhan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa cedera utama akibat gempa adalah cedera kepala dan patah tulang.

2.1.2 Penyakit ikutan pada beberapa hari-minggu pasca bencana 1) Malaria

Penyakit malaria dapat timbul misalnya saat masyarakat berada di pengungsian ( tenda-tenda darurat ), nyamuk anopheles bisa menginfeksi korban-korban bencana.

(7)

Misalnya banjir, air yang tergenang dapat menyebabkan bersarangnya nyamuk aides aigypti. Kemudian menginfeksi korban-korban bencana.

3) Diare dan penyakit kulit

Penyakit ini bisa menginfeksi korban bencana karena sanitasi yang jelek. Misalnya kuman-kuman penyebab diare seperti ; Vibrio kolera, Salmonella dysentriae pada genangan banjir, diare akibat kurangnya asupan air bersih karena saluran air bersih dan sanitari yang rusak.

4) ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Atas )

ISPA terjadi karena masuknya kuman atau mirkoorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

5) Leptospirosis

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri leptospira berbentuk spiral dan hidup di air tawar. Penyakit ini timbul karena terkontaminasinya air oleh air seni hewan yang menderita leptospirosis. Biasanya penyakit ini terdapat pada korban banjir.

6) Tipes

Penyakit tipes sebenarnya juga berkaitan erat dengan faktor daya tahan tubuh seseorang. Oleh sebab itu, untuk mencegah terkena penyakit tipes, masyarakat harus menjaga kondisi tubuh dengan makan makanan bergizi dan jangan sampai kelelahan.

2.1.3 Masalah kesehatan mental akibat bencana

Penyakit psikologis / Trauma berkepanjangan akibat reaksi stres akut saat bencana bisa menetap menjadi kecemasan yang berlebihan. Akibat kehilangan rumah, kehilangan anggota keluarga atau bisa juga trauma karena ketakutan yang mendalam.

(8)

2.2.1 Malaria

Penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (plasmodium) yang ditularkan oleh nyamuk malaria (Aropheles). Secara epidemmiologi penyakit malaria dapat menyerang orang baik laki-laki maupun perempuan, pada semua golongan umur, dari bayi sampai orang dewasa.

Plasmodium malaria, seperti yang kita kenal beberapa macam plasmodium malaria yaitu, plasmodium vivax, plasmodium ovale, plasmodium falsifarum, plasmodium malariae, plasmadium knowlesi

Gejala penyakit malaria sering kita jumpai adalah sebagai berikut:

1. Demam menggigil secara berkala dan biasanya disertai sakit kepala 2. Pucat karena kurang darah

3. Kadang-kaang dimula8i ndengan badan terasa lemah, mual/muntah tidak nafsu makan

4. Gejala spesifik daerah, seperti diare pada anak

Gejala malaria berat adalah sebagai berikut: 1. Kejang-kejang

Adapun penderita malaria bisa sembuh total jika diobati dan dirawat dengan benar. Berbagai jenis obat-obatan antimalaria dipakai untuk mengobati sekaligus mencegah penularan malaria.

Obat-obatan yang diberikan tergantung pada beberapa hal, yaitu tingkat keparahan gejala-gejalanya, jenis parasit yang menjadi penyebabnya, lokasi penularan malaria, serta kondisi pasien. Jika pasien sedang hamil, pengobatannya akan dibedakan dengan penderita yang sedang tidak hamil.

Cara Pencegahan Penyakit Malaria Yaitu: 1. Menghindari gigitan nyamuk

(9)

4. Memakai obat oles anti nyamuk 5. Memasang kawat kasa pada ventilasi 6. Menjauhkan kandang ternak dari rumah

7. Mengurangi berada di luar rumah pada malam hari

Cara Mengobati Penyakit Malaria Yaitu:

1. Meminum obat doksisilin 1 x 1 kapsul/ hari sampai 2 minggu setelah keluar dari lokasi endemis malaria

2. Membersihkan lingkungan 3. Menimbun genangan air 4. Membersihkan lumut

5. Gotong royong membersihkan lingkungan sekitar dan mencegahnya dengan kentongan

6. Menebar kan pemakan jentik

7. Menekan kepadatan nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan jentik. Seperti ikan kepala timah, nila merah, gupi, mujair dll. 8. Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obat anti larva

(bubuk abate) pada genangan air atau menebarkan ikan atau hewan (cyclops) pemakan jentik.

9. Melestarikan hutan bakau agar nyamuk tidak berkembang biak di rawa payau sepanjang pantai

2.2.2 DBD

Penyakit Demam Berdarah Dengue banyak terjadi di Indonesia. Bahkan di ibukota Jakarta pun sering terjadi. Penyakit ini sangat mematikan. Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengetahui penyebab, cara pencegahan, dan juga cara penyembuhannya.

(10)

Ciri2 nyamuk ini adalah warna kaki dan badannya belan putih-hitam/bergaris-garis.

Cara Mengobati Penyakit DBD Yaitu:

1. Memberi obat penurun panas seperti Tempra untuk anak-anak atau panadol untuk orang dewasa, pastikan obat mengandung Parasetamol

2. Jika deman tidak turun setelah 1 hari diberi obat, maka segera periksa darah untuk memastikan demam berdarah.

3. Jika positif, segera bawa ke rumah sakit untuk diinfus.

4. Memberikan minum yang banyak agar tidak dehidrasi. Untuk orang dewasa sekitar 20 gelas sedang/hari. Jika loambung kuat atau tidak memiliki maag, bisa diberikan Pocari Sweat atau Air Kelapa.

5. Banyak makan meski mual, seperti makan bubur kacang hijau, bubur ayam, dan lain sebagainya, untuk mengatasi mual bisa minum obat Primperan.

6. Meminum 2 sendok makan madu dan juga sari kurma 2-3 jam sekali untuk meningkatkan stamina.

7. Adapun obat alternatifnya yaitu jus jambu merah, dan juga obat Cina Angkak

Cara Mencegah Penyakit DBD Yaitu:

1. Sebaiknya ibu memberikan ASI pada bayinya. ASI berguna sebagai antibodi pada bayi karena didalam ASI terkandung enzim-enzim pencernaan yang diperlukan oleh bayi sehingga bila besar nanti, Anak akan memiliki daya tahan tubuh yang baik. 2. Mencuci botol susu anak dengan baik dan benar.

3. Membersihkan bahan-bahan makanan dengar air bersih

2.2.3 Diare

Gejala- gejala Penyakit Diare Yaitu:

(11)

2. Disertai muntah yang berulang-ulang.

3. Lemah lemas dan ngantuk.

4. Adanya penurunan kesadaran.

5. Sudah tidak merasa haus lagi.

6. Tidak ingin makan.

7. Sakit perut hingga kejang pada perut.

8. Buang air kecil menjadi jarang atou tidak buang air kecil lagi.

9. Kulit tampak keriput,

10. Sering juga disertai kejang dan demam tinngi.

Bila timbul gejala diatas segera hubungi dokteragar mendapat penanganan yang lebih baik lagi.

Penyebab-penyebab Penyakit Diare Yaitu:

1. Adanya infeksi dari virus, bakteri dan parasit yang berasal dari makanan dan minuman yang tercemar atou kotor.

2. Seperti infeksi penyakit lain yang sedang diderita , seperti radang tenggorokan dan infeksi telinga.

3. Alergi terhadap makanan atou obat-obatan tertentu.

4. Akibat dari pemanis buatan.

Cara Mengatasi Penyakit Diare Yaitu:

(12)

2. Kurangi pemberian sayur dan buah-buahan karena akan sulit untuk dicerna.

3. Tetap diberika ASI pada bayi yang terserang diare. Biasanya anak-anak yang terserang penyakit diare anak-anak yang tidak mendapatkan ASI.

4. Bila anak-anak mengalami diare, segeralah kedokter agar dapat ditangani sedini mungkin. Sebab beberapa diare butuh antibiotik tertentu untuk mengatasinya.

Cara Mencegah Penyakit Diare Yaitu:

1. Sebaiknya ibi memberikan ASI pada bayinya. ASI berguna sebagai antibodi pada bayi karena didalam ASI terkandung enzim-enzim pencernaan yang diperlukan oleh bayi sehingga bila besar nanti, Anak akan memiliki daya tahan tubuh yang baik. 2. Mencuci botol susu anak dengan baik dan benar.

3. Membersihkan bahan-bahan makanan dengar air bersih.

2.2.4 ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan)

Infeksi saluran pernapasan atas atau upper respiratory tract infections

(URI/URTI) terjadi pada rongga hidung, sinus, dan tenggorokan. Beberapa penyakit yang termasuk dalam infeksi saluran pernapasan atas adalah pilek, sinusitis, tonsillitis, dan laringitis. Sedangkan Infeksi saluran pernapasan bawah atau lower respiratory tract infections (LRI/LRTI) terjadi pada jalan napas dan paru-paru. Beberapa jenis penyakit yang termasuk dalam infeksi ini adalah bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia.

Infeksi saluran pernapasan dapat dialami oleh segala usia. Meski demikian, kondisi ini lebih rentan diderita oleh anak-anak karena sistem pertahanan tubuh mereka terhadap virus penyebab infeksi belum terbentuk.

Penyebab Infeksi Saluran Pernapasan

(13)

Parainfluenza, Thinoviruses, Epstein-Barr Virus (EBV), Respiratory Syncytial Virus (RSV), Streptococcus grup A, Pertussis, serta Diphteria.

Sedangkan beberapa jenis virus atau bakteri yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan bawah, di antaranya adalah

Influenza A, Human metapneumovirus (hMPV), Respiratory syncytial virus (RSV), Varicella-zoster virus (VZV), H. influenzae, Streptococcus pneumoniae, Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus aureus,

Enterobacteria dan bakteri anaerob.

Orang yang sehat dapat tertular infeksi saluran pernapasan setelah menghirup percikan air liur yang mengandung virus atau bakteri yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk atau bersin. Selain dari kontak langsung, penularan juga bisa terjadi secara tidak langsung dengan diperantarai oleh benda-benda yang sudah terpapar virus atau bakteri dari penderita infeksi saluran pernapasan.

Gejala Infeksi Saluran Pernapasan

Gejala infeksi saluran pernapasan atas dapat berupa batuk, hidung tersumbat, pilek, bersin-bersin, nyeri otot, sakit tenggorokan, sakit kepala, serta demam. Gejala-gejala tersebut biasanya berlangsung selama 3 hingga 14 hari.

Sedangkan gejala infeksi saluran pernapasan bawah dapat berupa batuk berdahak, sesak napas, mengi, dan demam. Pada anak-anak dan bayi, gejala lain yang mungkin timbul, adalah sulit makan, rewel, dan gangguan tidur.

Diagnosis Infeksi Saluran Pernapasan

(14)

tidak diperlukan pemeriksaan lanjutan lainnya, kecuali dokter mencurigai penyebab lain seperti bakteri dan alergi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan seperti pemeriksaan darah dan kultur bakteri dengan mengambil sampel dari swab hidung, tenggorokan, atau dahak. CT scan sinus juga perlu dilakukan bila sinusitis mengakibatkan gangguan penglihatan, keluar ingus yang banyak, dan sudah dialami lebih dari 4 minggu.

Untuk infeksi saluran napas bawah, selain memerhatikan tanda-tandanya (misalnya sesak napas), dokter juga akan mengukur tingkat oksigen dalam darah (pulse oximetry) untuk mendeteksi adanya gangguan pernapasan. Di samping itu, pemeriksaan penunjang di laboratorium juga perlu dilakukan, seperti:

1. Foto Rontgen. Pemeriksaan dengan foto Rontgen dada dilakukan untuk melihat corakan dan kondisi paru-paru serta jalan napas. 2. Pemeriksaan d Dari hasil pemeriksaan darah, dapat terlihat

peningkatan jumlah sel darah putih dalam darah yang merupakan tanda infeksi.

3. Pemeriksaan dahak atau s Biakan atau kultur dari sampel dahak atau sputum dilakukan untuk melihat pertumbuhan bakteri.

4. Bila dicurigai penyebab infeksi adalah tuberkulosis, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan lain untuk mendiagnosisnya.

Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan

(15)

yang dijual bebas di pasaran guna meredakan gejala infeksi saluran pernapasan, misalnya paracetamol untuk demam, atau obat batuk pilek lainnya. Jika infeksi saluran pernapasan disebabkan oleh bakteri, maka dokter akan meresepkan antibiotik.

Pengobatan terhadap pneumonia bertujuan untuk mengobati infeksi dan mencegah komplikasi, serta sangat tergantung dari beratnya penyakit, usia, dan riwayat kesehatan penderita. Pengobatan pun dapat dilakukan dengan perawatan di rumah sakit bila terdapat tanda seperti sesak, penurunan kesadaran dan tekanan darah, memerlukan oksigen tambahan atau alat bantu napas lainnya, penurunan fungsi ginjal, dan berusia lebih dari 65 tahun.

Pada kasus tertentu, penanganan medis secara lebih serius diperlukan jika penderita infeksi saluran pernapasan memiliki atau mengalami kondisi tertentu, seperti:

1. Menderita penyakit paru yang sudah ada sebelumnya, seperti asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), bronkiektasis.

2. Menderita penyakit jantung, hati, atau ginjal. 3. Menderita cystic fibrosis atau multiple sclerosis.

4. Batuk yang telah berlangsung selama lebih dari tiga minggu. 5. Penurunan berat badan.

6. Nyeri pada dada. 7. Benjolan di leher.

8. Sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pada penderita diabetes dan minum obat kortikosteroid.

Komplikasi Infeksi Saluran Pernapasan

(16)

Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena infeksi saluran pernapasan, di antaranya adalah:

1. Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang. 2. Berolahraga secara teratur.

3. Berhenti merokok dan menghindari asap rokok. 4. Mengurangi tingkat stres.

5. Menghindari kontak langsung dengan penderita infeksi. 6. Mencuci tangan setelah melakukan kegiatan.

7. Selalu menutup mulut dan hidung setiap bersin atau batuk. 8. Menjaga kebersihan diri dan barang-barang di sekitar.

Selain cara-cara tersebut, pemberian vaksin flu untuk melindungi diri dari infeksi saluran pernapasan juga dapat dilakukan, terutama pada anak-anak. Bagi ibu yang memiliki bayi, dianjurkan untuk menyusui bayinya guna membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh mereka.

2.2.5 Leptospirosis

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang disebarkan melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi bakteri ini. Beberapa jenis hewan yang dapat menjadi pembawa leptospirosis, yaitu anjing, hewan pengerat seperti tikus, dan kelompok hewan ternak seperti sapi, serta babi.

Leptospirosis juga dapat menyerang manusia melalui kontak langsung dengan air (air banjir, kolam, sungai, danau, atau air selokan) atau tanah yang telah terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri leptospira. Leptospirosis rentan menyerang orang-orang yang biasa berurusan dengan hewan. Jarang sekali penyakit ini ditulari dari manusia.

Penyebab Penyakit Leptospirosis

(17)

leptospira umumnya tidak memiliki tanda-tanda sedang mengidap leptospirosis karena bakteri ini dapat keluar melalui urine mereka. Keluarnya bakteri melalui urine hewan liar maupun hewan piaraan yang terinfeksi dapat berlangsung secara terus menerus atau hanya sesekali selama beberapa bulan hingga beberapa tahun. Bakteri yang kemudian masuk ke air atau tanah ini bisa bertahan hingga beberapa minggu hingga berbulan-bulan.

Leptospirosis umumnya banyak ditemui di area tropis dan subtropis, di mana udaranya panas dan lembap yang membuat bakteri ini dapat bertahan hidup lebih lama, seperti Tiongkok, India, dan Asia Tenggara. Para pekerja yang sering berurusan dengan hewan juga memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi leptospirosis, misalnya seorang peternak, nelayan, pekerja di saluran pembuangan limbah, dan dokter hewan.

Bakteri leptospira dapat masuk melalui mata, hidung, mulut, atau luka terbuka pada kulit, terutama jika Anda sering menghabiskan waktu berada di area, baik air maupun tanah, yang terkontaminasi bakteri ini. Waspadai juga infeksi bakteri leptospira ketika Anda melakukan kegiatan di luar ruangan seperti berkemah dan memancing atau berkunjung ke daerah yang sedang menghadapi epidemi leptospirosis.

Bakteri ini juga dapat menyebar melalui gigitan hewan atau cairan tubuh lain (kecuali ludah) dan ketika meminum air yang terkontaminasi, misalnya sehabis banjir atau ketika melakukan olahraga yang berhubungan dengan air. Hewan piaraan jarang menjadi penyebab menyebarnya leptospirosis walau terdapat juga kasus leptospirosis yang disebarkan oleh tikus piaraan.

(18)

Gejala Penyakit Leptospirosis

Leptospirosis memiliki gejala yang umumnya menyerupai flu, yaitu demam, nyeri otot, dan pusing. Leptospirosis juga tidak memiliki gejala-gejala yang signifikan sehingga sulit untuk terdiagnosis. Gejala leptospirosis umumnya berkembang dalam waktu 1-2 minggu atau hingga satu bulan setelah penderitanya terpapar bakteri ini dan cenderung membaik minimal dalam lima hari hingga maksimal satu minggu setelah gejala muncul. Gejala lain yang mungkin muncul, yaitu:

1. Mual 2. Muntah 3. Meriang 4. Sakit kepala 5. Nyeri otot 6. Sakit perut 7. Diare

8. Kulit atau area putih pada mata yang menguning 9. Demam tinggi

10. Ruam

11. Iritasi atau kemerahan di area mata 12. Batuk

13. Kehilangan nafsu makan

Gejala leptospirosis yang lebih berat bisa berujung kepada komplikasi yang lebih serius, berupa pendarahan hingga gagal fungsi pada organ-organ tertentu. Kondisi pasien secara umum akan membaik dari gejala awal yang muncul, namun selanjutnya akan menjadi sakit kembali dan berkembang biak menjadi kondisi yang lebih serius. Kasus leptospirosis yang memburuk ini dapat terjadi pada 1 dari 10 penderita pada 1-3 hari setelah gejala awal mereda. Jika tidak segera ditangani, penderita dapat mengalami kerusakan otak, gagal fungsi ginjal, dan gangguan fungsi paru-paru. Kasus ini cenderung dikenal dengan nama penyakit Weil. Beberapa gejala yang mungkin dialami, yaitu:

(19)

2. Napas yang pendek/kehabisan napas

3. Pembengkakan pada pergelangan tangan atau kaki

4. Warna kulit menguning atau bagian putih pada mata yang menguning (penyakit kuning)

5. Gejala yang menyerupai penyakit meningitis atau radang otak (ensefalitis), seperti kejang, sakit kepala dan muntah

6. Batuk darah

Diagnosis Penyakit Leptospirosis

Diagnosis leptospirosis dapat dipastikan melalui gejala yang diderita, riwayat pasien dan pemeriksaan fisik pasien. Biasanya terapi sudah mulai diberikan jika memang sudah dicurigai leptospirosis pada tahap ini.

Pemeriksaan laboratorium biasanya dilakukan untuk mengonfirmasi diagnosa dan menentukan derajat kerusakan organ serta derajat keparahan komplikasi. Pemeriksaan darah dan urine untuk mengisolasi bakteri dari cairan tubuh penderita sulit dilakukan. Oleh karena itu, tes serologi mungkin akan dilakukan untuk membantu mengkonfirmasi diagnosa.

Pengobatan Penyakit Leptospirosis

(20)

Selain obat-obatan antibiotik, obat pereda rasa sakit yang memiliki kandungan parasetamol juga dapat diberikan untuk mengatasi gejala awal leptospirosis, antara lain:

1. Sakit kepala 2. Nyeri otot 3. Demam

Pada kasus leptospirosis yang parah (penyakit Weil) dan/atau yang terjadi pada masa kehamilan, pasien dapat dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan dan pengawasan yang lebih menyeluruh. Hal ini dilakukan untuk mencegah leptospirosis menyebar ke organ lain atau janin. Penderita akan diberikan suntikan antibiotik secara langsung ke dalam pembuluh darah. Jika infeksi telah menyerang organ tubuh, maka beberapa perawatan tambahan diperlukan untuk menjaga sekaligus mengembalikan fungsi dan kondisi tubuh, seperti:

1. Infus, untuk memasukkan cairan dan nutrisi tambahan yang dibutuhkan tubuh.

2. Ventilator, sebagai alat bantu pernapasan.

3. Dialisis, untuk membantu fungsi ginjal yang terganggu dalam proses pembuangan zat yang tidak dibutuhkan tubuh.

Perawatan di rumah sakit biasanya membutuhkan waktu beberapa minggu bahkan berbulan-bulan tergantung dari tingkat keparahan leptospirosis, kondisi tubuh, dan respons pasien terhadap pengobatan. Komplikasi serius pada paru yang disebut severe pulmonary hemorrhagic syndrome merupakan penyebab kematian utama penderita leptospirosis di negara-negara berkembang. Selain itu, gagal ginjal akut dan disfungsi hati merupakan komplikasi lain yang dapat timbul pada kondisi ini.

Pencegahan Penyakit Lepcospirosis

(21)

langsung, maka Anda memiliki risiko tertular yang lebih besar. Lakukan beberapa langkah pencegahan berikut ini.

1. Gunakan pakaian yang melindungi tubuh serta bersihkan dan tutup luka dengan sebaik mungkin agar tidak terkena kontak langsung dengan hewan pembawa bakteri leptospira.

2. Gunakan juga pakaian yang layak saat akan berolahraga atau beraktivitas di luar ruangan yang berisiko menimbulkan cedera atau luka ketika berada di area yang rawan terdapat bakteri leptospira. 3. Mandi setelah selesai melakukan aktivitas di lingkungan berair,

terutama di area yang berisiko.

4. Jangan menyentuh bangkai hewan secara langsung.

5. Gunakan sarung tangan ketika berniat membersihkan urine atau kotoran hewan yang diduga terinfeksi bakteri leptospira.

6. Biasakan mencuci tangan setelah terlibat kontak dengan hewan yang terinfeksi leptospirosis.

7. Bersihkan permukaan yang terkena urine atau kotoran hewan yang terinfeksi leptospirosis dengan larutan pembersih antibakteri atau campuran air dan pemutih dengan perbandingan volume air dan pembersih sebanyak 10:1.

8. Waspadai air yang akan diminum, pastikan kemasan air tertutup dan tersegel dengan baik atau air sudah direbus sebelumnya.

9. Vaksinasi hewan piaraan atau ternak Anda agar terhindar dari leptospirosis.

2.2.6 Tipes

(22)

Jika Anda adalah orang yang berkecimpung di dunia kedokteran pasti sudah tidak asing dengan penyakit ini, namun apabila Anda (pembaca) merupakan orang awam dengan bidang kedokteran dan ingin mengetahui bagaimana sih bibit bebet dan bobot tentang penyakit ini, berikut ini akan dijelaskan mengenai penyakit tipes dimulai dari gejala, penyebab, dan cara mencegahnya.

Gejala Penyakit Tipes

1. Keracunan Makanan (Salmonellosis)

Terasa nyeri di bagian perut, sering mual, dehidrasi (kehausan), muntah, diare, dan demam merupakan tanda atau gejala tipes yang disebabkan oleh keracunan makanan.

2. Radang Usus

Gejalanya bisa berupa demam, diare yang disertai darah, dan rasa nyeri di bagian perut.

3. Keracunan Darah

Jika keracunan darah maka akan timbul beberapa gejala seperti demam, berat badan turun drastis, rasa nyeri di perut, bernafas lebih cepat, tekanan darah menurun, ukuran hati membesar, sering kedinginan (menggigil), nafsu makan terganggu, jantung berdetak lebih kencang, sering kaget, dan limfa membesar.

4. Lemas, Pusing, dan Sakit Perut

Akibat demam yang tinggi biasanya penderita akan sering lemas disertai kepala pusing. Karena hati dan limfa membengkak biasanya penderita juga akan merasakan sakit di bagian perut. 5. Pingsan

Penyebab Penyakit Tipes

1. Adanya bakteri yang menyusup kedalam tubuh, nama bakteri tersebut adalah Salmonelia Typhi. Bakteri ini bisa masuk karena sebelumnya menempel pada makanan dan minuman.

(23)

Cara Mencegah Penyakit Tipes

1. Jangan sembarangan jajan di pinggir jalan karena anda tidal tahu apakah proses pengolahan, baik itu menggoreng ataupun merebsnya dengan cara uang benar dan dilakukan di tempat yang bersih atau kotor.

2. Jika ingin mengonsumsi telur, pastikan untuk menggoreng atau merebus telur sampai benar-benar matang, jangan dibuat setengan matang.

3. Tingkatkan sistem imun anda agar terhindar dari tipes dengan cara melakukan imunisasi tipes pada dokter

4. Jaga juga kesehatan anda dengan cara beristirahat yang cukup dan berkualitas, sehari minimal 7-8 jam.

5. Olahraga secara teratur, lebih baik anda lakukan ketika pagi hari saat angin masih segar dan belum tercampur dengan polusi.

6. Jika anda sudah pernah menderita tipes, usahakan untuk mengurangi waktu kerja anda atau setidaknya jangan sampai anda kelelahan karena penyakit ini sewaktu-waktu bisa kambuh.

7. Mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan.

BAB III PENUTUP 3.3 Kesimpulan

(24)

1) Malaria

Penyakit malaria dapat timbul misalnya saat masyarakat berada di pengungsian ( tenda-tenda darurat ), nyamuk anopheles bisa menginfeksi korban-korban bencana.

2) DBD

Misalnya banjir, air yang tergenang dapat menyebabkan bersarangnya nyamuk aides aigypti. Kemudian menginfeksi korban-korban bencana.

3) Diare dan penyakit kulit

Penyakit ini bisa menginfeksi korban bencana karena sanitasi yang jelek. Misalnya kuman-kuman penyebab diare seperti ; Vibrio kolera, Salmonella dysentriae pada genangan banjir, diare akibat kurangnya asupan air bersih karena saluran air bersih dan sanitari yang rusak. Seseorang menderita diare bila frekuensi buang air besar telah melampaui kebiasaannya dengan kotoran encer dan banyak cairan. Diare yang terus menerus mungkin merupakan gejala penyakit berat seperti tipus, kolera dan kanker usus. Diare yang berat bisa menyebabkan dehidrasi dan bisa membahayakan jiwa. Gejala-gejalanya seperti frekuensi buang air besar melebihi normal, kotoran encer/cair, sakit/kejang perut, demam dan muntah. Penyebabnya bisa dari Anxietas (rasa cemas), keracunan makanan, infeksi virus dari usus, alergi terhadap makanan tertentu.

Penanggulangannya adalah dengan minum banyak cairan, hindari makanan padat atau yang tidak berperasa selama 1-2 hari, minum cairan rehidrasi oral-oralit.

4) ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Atas )

ISPA terjadi karena masuknya kuman atau mirkoorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

(25)

infeksi, saluran pernapasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut:

a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mirkoorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

b. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli. Secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernpasan bagian bawah (termasuk jaringan saluran pernapasan).

c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari, Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

Selain ISPA sering juga ditemukan pnemonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya

pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia dua bulan sampai kurang dari satu tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia satu tajun sampai kurang dari lima tahun. Pada anak di bawah usia dua bulan, tidak dikenal diagnosis pnemonia.

Pencegahannya dengan pengadaan rumah dengan ventilasi yang memadai, perilaku hidup bersih dan sehat, peningkatan gizi balita. 5) Leptospirosis

(26)

6) Tipes

Penyakit tipes sebenarnya juga berkaitan erat dengan faktor daya tahan tubuh seseorang. Oleh sebab itu, untuk mencegah terkena penyakit tipes, masyarakat harus menjaga kondisi tubuh dengan makan makanan bergizi dan jangan sampai kelelahan.

3.4 Saran

1. Bencana merupakan suatu kehendak tuhan yang mana tidak kita ketahui kapan akan terjadinya. Oleh sebab itu, kita sebagai makhluk tuhan harus menjaga lingkungan tempat tinggal kita agar bencana tersebut bisa diminimalisir.

2. Adapun untuk pemerintah bisa lebih cepat dan tanggap dalam menolong korban bencana, dan memfasilitasi para warga dalam menangani maupun mencegah terjadinya bencana tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

 https://news.detik.com/opini/834037/penyakit-pascabencana

http://srimurny.blogspot.co.id/2011/03/manajemen-bencana-dan-penyakit-pasca.html

 http://www.alodokter.com/malaria

https://infoindonesiakita.com/2010/11/24/cara-mencegah-dan-menyembuhkan-penyakit-demam-berdarah-dengue/

http://gejalapenyakitlo.blogspot.co.id/2013/11/cara-mengatasi-dan-mencegah-penyakit_21.html

 http://www.alodokter.com/infeksi-saluran-pernapasan  http://www.alodokter.com/leptospirosis

(27)

Referensi

Dokumen terkait

Bab III tentang Tindak Pidana Lain yang Berkaitan dengan Tindak Pidana Korupsi Pasal 22 menyatakan, “Setiap orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Pasal 29,

Kasus Selakarang di Indonesia pada kuda masih ada khususnya di Maros Sulawesi Selatan, dengan tersebarnya populasi kuda di seluruh Provinsi Sulawesi,

KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, dengan tujuan untuk menguji dan menganalisis perbedaan kinerja keuangan dalam hal ini underwriting ratio, solvency

menganalisa faktor-faktor tambahan apa saja yang merupakan persyaratan, yang mempengaruhi pemilihan pemenang yang ditunjuk oleh ULP dan persentase perbandingan antara

Pada sisi reheater katup pengaman diset lebih rendah dari pada sisi masuknya dengan tujuan yang sama% yaitu men$egah pipa reheater o6erheat Banyaknya katup pengaman dengan ukuran

Adapun judul skripsi ini adalah “Evaluasi Pelaksanaan Program Beras untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan” yang merupakan

Perubahan Rencana Kerja (Renja) Bappelitbangda Kabupaten Purwakarta Tahun 2020 disusun dengan mengacu kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017

Dari penerapan nilai-nilai as Sunah, privasi antara pemilik rumah, anak kos dan pihak luar seperti tamu, tetangga maupun kerabat kurang dapat terjaga dikarenakan arah hadap