• Tidak ada hasil yang ditemukan

Langkah-langkah pelaksanaan APBN tahun 2017 agar dapat lebih kredibel, berkualitas, dan berkesinambungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Langkah-langkah pelaksanaan APBN tahun 2017 agar dapat lebih kredibel, berkualitas, dan berkesinambungan"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

INFORMASI

APBNP 2017

Langkah-langkah pelaksanaan APBN tahun 2017 agar

dapat lebih kredibel, berkualitas, dan berkesinambungan

Disusun oleh Direktorat Penyusunan APBN, Direktorat Jenderal Anggaran

Penanggung jawab:

Direktur Jenderal Anggaran

Editor:

Direktur Penyusunan APBN

Kontributor :

Pejabat dan pegawai Direktorat Penyusunan APBN

(3)

Perubahan 2017. Informasi yang berisi ringkasan APBN ini disusun berdasarkan APBN Perubahan Tahun 2017 yang telah disetujui oleh DPR RI dalam Sidang Paripurna DPR pada tanggal 28 Juli 2017 dan selanjutnya pada tanggal 21 Agustus 2017 telah diundangkan menjadi Undang-undang nomor 8 tahun 2017 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 18 tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017.

Perkembangan perekonomian global dan domestik dalam Semester I Tahun 2017

mengakibatkan perlunya penyesuaian pada beberapa asumsi dasar ekonomi makro dalam APBN tahun 2017, seperti tren peningkatan harga minyak mentah Indonesia (ICP), depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan target pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan lebih tinggi dari targetnya dalam APBN tahun 2017. Selain perubahan asumsi dasar ekonomi tersebut, adanya perubahan kebijakan fiskal dan kebutuhan belanja mendesak, seperti persiapan Pilkada tahun 2018/Pemilu tahun 2019, Asian Games tahun 2018, percepatan sertifikasi tanah, dan pembangunan pertanian yang berdampak pada perubahan postur APBN tahun 2017

Dalam rangka menjaga pencapaian sasaran prioritas pembangunan dan

kesinambungan fiskal dalam jangka menengah dan panjang, dilakukan kombinasi kebijakan fiskal yaitu, pelebaran defisit anggaran, efisiensi belanja negara, serta melanjutkan upaya optimalisasi pendapatan negara secara lebih realistis. Dengan tujuan akhir mengurangi kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan.

Harapan kami, semoga Informasi APBN ini dapat memberikan pengetahuan dan

pemahaman yang lebih luas kepada para pembaca dan dapat memberikan kontribusi positif, bagi masyarakat Indonesia. Kepada tim penyusun dan para pihak yang telah menyampaikan masukan baik langsung maupun tidak langsung hingga terbitnya Informasi APBN ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Terima kasih.

Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Republik Indonesia

(4)

1

Pelaksanaan APBN

Tahun 2017

APBN makin sehat, ekonomi makin kuat

Semester I

APBNP

Belanja lebih efisien

dan lebih baik

Belanja lebih efisien

dan lebih baik

Tambahan defisit

dijaga, utang

terkendali

Ekonomi terjaga

Pajak Meningkat

Ekonomi tumbuh

lebih tinggi

Tambahan utang

semakin menurun

Tumbuh sebesar 9,6% (negatif 2,4% pada th 2016), bahkan tanpa tax amnesty tetap tumbuh 5,6%).

PPN tumbuh 13,5% (2016 : -3,1%)

Rp

Semester I

APBNP 2017

(5)

Semester I APBN 2017

lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu

9,6%

(9,6%)

31,6%

(33%)

62,3%

(26,9%)

13,5%

(3,1%)

Pertumbuhan

Perpajakan

46,3 km

3,69 km

29,9 %

42,7%

523,08 m

6,9 juta siswa

34%

terhadap PDB

(23,3%)

1,82%

1,29%

Rp143,4 T

Realisasi Semester I 2016

Rp(68,2 T)

4,5 juta siswa

1.887,7 m

256,6 ribu

mahasiswa

PPN

Jalan Baru

Jembatan Flyover/Underpass

KIP BOS

Bidik Misi Jalan Tol

Bea Keluar

Pembangunan Puskesmas, Infrastruktur Jalan, Pasar, dan RS Rujukan

Pertumbuhan Penerbitan SBN (Neto)

PNBP

SDA Migas

PNBP

DAK Fisik

Penyaluran BOS BOP PAUD TPG

59,9% 77,3% 29,7%

DAK Nonfisik

Realisasi

Pendapatan Negara

Realisasi

Belanja Negara

Realisasi

Transfer ke Daerah

Keseimbangan

Primer

Defisit

Realisasi

Pembiayaan Anggaran

(6)

6 Juli 2017

INFORMASI APBNP 2017

Presiden mengajukan RUU APBN-P TA 2017 disertai nota perubahan dan dokumen pendukungnya.

6 Juli 2017

Rapat Kerja Badan Anggaran dengan Pemerintah dan BI

>> Penyampaian Penjelasan Pokok-Pokok RUU tentang APBN-P TA 2017

10 Juli 2017

Rapat Kerja Badan Anggaran dengan Menko-menko

>> Membahas RKA KL dalam RUU APBNP TA 2017

11-13 Juli 2017

Rapat Panja Asumsi Dasar, Pendapatan, Defisit dan Pembiayaan

>> Membahas perubahan Asumsi Dasar, Pendapatan, Defisit, dan Pembiayaan dalam RUU APBNP TA 2017

14 Juli 2017

Rapat Kerja Badan Anggaran dengan Pemerintah dan BI

>> Membahas Postur Sementara RUU APBNP TA 2017

Rapat Paripurna

17-19 Juli 2017

Rapat Panja Belanja Pemerintah Pusat RUU APBNP 2017

>> Membahas perubahan Belanja KL dan Non KL dalam RUU APBNP TA 2017

Rapat Panja Transfer Daerah dan Dana Desa RUU APBNP 2017

>> Membahas perubahan Transfer ke Daerah dan Dana Desa dalam RUU APBNP TA 2017

20 Juli 2017

Rapat Panja Draft RUU APBNP 2017

>> Membahas Draft RUU APBNP TA 2017

26 Juli 2017

28 Juli 2017

Rapat Kerja Badan Anggaran dengan Pemerintah dan BI

>> Laporan dan Pengesahan Hasil Panja Pendapat Mini sebagai Sikap Akhir Fraksi; Penandatanganan Naskah RUU APBN-P; Pendapat Pemerintah; dan

Pengambilan keputusan untuk dilanjutkan pada Pembicaraan TK.II Pemerintah mengajukan Nota Keuangan

beserta RAPBN Perubahan ke DPR untuk kemudian dibahas bersama

Alur

Penyusunan

APBN

Perubahan

2017

(7)

Efisiensi dan kualitas

belanja prioritas

-->

kemiskinan,

kesenjangan, &

kesempatan kerja

Reformasi

penerimaan negara

-->

Pajak & PNBP

Jaga momentum

ekonomi dan

kepercayaan rakyat

FOKUS

(8)

5

Pertumbuhan ekonomi dapat tumbuh lebih tinggi dari yang direncanakan pada APBN tahun 2017.

Pertumbuhan

Ekonomi

(%, yoy)

Inflasi

(%, yoy)

Tingkat Bunga

SPN 3 Bulan

(%)

Nilai Tukar

Rupiah

(Rp/US$)

Harga Minyak

(US$/barel)

Lifting

Minyak

(ribu barel/hari)

Lifting

Gas

(MPOEPD)

3,0

4,3

5,7

5,2

40

48

5,0

5,2

13.307

13.400

829

Realisasi 2016

APBNP 2017

815

1.180

1.150

Asumsi Dasar

Ekonomi Makro

INFORMASI

APBNP 2017

(9)

Pertumbuhan

Ekonomi Indonesia

Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2017 diperkirakan mencapai 5,2 %

2012

2013

2014

2015

R

ealisasi

2016

APBNP

2017

6,0

5,6

5,0

4,8

5,0

5,2

PDB 2017

Growth PDB per Sektor

Growth PDB per

Komponen Pengeluaran

Forecast Pertumbuhan

Ekonomi Indonesia

5,1

5,2

5,1

5,2

5,2

5,2

3,4

Pertanian, Kehutanan,dan Perikanan

(persen)

(persen)

1,3

Pertambangandan Penggalian

4,8

Industri Pengolahan

5,0

Pengadaan Listrik dan Gas

4,0

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang

6,5

Konstruksi

5,1

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

8,1

Transportasi dan Pergudangan

5,2

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

9,9

Jasa Keuangan dan Asuransi

4,8

Real Estate

7,4

Jasa Perusahaan

3,5

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

4,1

Jasa Pendidikan

5,5

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

8,1

Jasa lainnya

PDB

5,2

10,1

Informasi dan Komunikasi

5,1

Konsumsi Rumah Tangga dan LNPRT

4,6

Konsumsi Pemerintah

5,4

PMTB

4,8

Ekspor

(10)

7

Pendapatan Negara

Defisit Anggaran

1.736,1

(175,1)

Keseimbangan Primer

(68,2)

Pembiayaan Anggaran

Pembiayaan Utang

Pembiayaan Investasi

209,4

207,8

(0,1)

2.133,3

2,67%

Belanja Negara Pendapatan

Negara

718,2

893,3

Belanja Negara

Defisit Anggaran

(397,2)

(362,9)

Keseimbangan Primer

(178,0)

397,2

Pembiayaan Anggaran

Laporan Semester I

Tahun 2017

APBNP 2017

(triliun Rupiah)

Pembiayaan Utang defisit outlook

outlook

(144,3)

outlook

362,9

outlook

Pembiayaan Investasi

(11)

APBN APBNP

% thd APBN

A. PENDAPATAN NEGARA 1.750,3 1.736,1 99,2

I. PENDAPATAN DALAM NEGERI 1.748,9 1.733,0 99,1

1. PENERIMAAN PERPAJAKAN 1.498,9 1.472,7 98,3

2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 250,0 260,2 104,1

II. PENERIMAAN HIBAH 1,4 3,1 226,4

B. BELANJA NEGARA 2.080,5 2.133,3 102,5

I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 1.315,5 1.367,0 103,9

1. Belanja K/L 763,6 798,6 104,6

2. Belanja Non K/L 552,0 568,4 103,0

a.l. a. Belanja Pegawai 123,1 120,0 97,5

b. Pembayaran Bunga Utang 221,2 219,2 99,1

c. Belanja Lain-lain 41,0 49,9 121,7

II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 764,9 766,3 100,2

1. Transfer ke Daerah 704,9 706,3 100,2

2. Dana Desa 60,0 60,0 100,0

C. KESEIMBANGAN PRIMER (109,0) (178,0) 163,4

D. SURPLUS/ (DEFISIT) ANGGARAN (A - B) (330,2) (397,2) 120,3

% Surplus/ (Defisit) Anggaran terhadap PDB (2,41) (2,92)

E. PEMBIAYAAN ANGGARAN (I + II + III + IV + V) 330,2 397,2 120,3

I. PEMBIAYAAN UTANG 384,7 461,3 119,9

a.l - Surat Berharga Negara (neto) 400,0 467,3 116,8

II. PEMBIAYAAN INVESTASI (47,5) (59,7) 125,8

III. PEMBERIAN PINJAMAN (6,4) (3,7) 57,2

IV. KEWAJIBAN PENJAMINAN (0,9) (1,0) 108,8

(12)

PENDAPATAN

2013 2014 2015 Realisasi 2016

APBNP 2017

Pendapatan Negara rata-rata tumbuh 6,8% selama periode tahun 2012-2017. Di dalam APBNP 2017, Pendapatan Negara ditargetkan sebesar Rp1.736,1 triliun

Pendapatan Negara Growth (%)

Hibah

Dominasi Penerimaan Perpajakan mencapai 84,8% di dalam APBNP 2017. Sedangkan PNBP berkontribusi sebesar 15,0%, dan masih berpotensi untuk terus ditingkatkan.

Penyesuaian dilakukan utamanya pada komponen penerimaan pajak non-migas, dengan mengacu pada realisasi tahun 2016 agar target yang ditetapkan lebih realistis dan tetap optimis.

INFORMASI

APBNP 2017

(13)

Penerimaan

Perpajakan

Target pertumbuhan penerimaan perpajakan dikoreksi turun menjadi 14,6% atau turun Rp26,2 T (namun tetap lebih tinggi dari pencapaian di tahun 2016 serta pertumbuhan sejak tahun 2012)

Rasio Penerimaan Perpajakan terhadap PDB (Tax Ratio Arti Sempit) ditargetkan sebesar 10,8%

Tax Ratio dalam Arti Luas (termasuk Penerimaan SDA Migas dan Pertambangan Minerba) ditargetkan sebesar 11,5%

triliun Rupiah

11,9

Tax Ratio (Arti Luas)

(persen)

2012

2013

2014

1.077,3

980,5

1.146,8

12,2

1.240,5

Pertumbuhan Perpajakan (%)

1.285,0

1.498,9

2015

2016

APBN

2017

Tax Ratio (Arti Sempit)

14,6

14,3

13,7

11,6

10,8

11,5

11,9

11,4

10,7

10,4

10,8

2012

2013

2014

2015

2016

APBNP

2017

9,9

6,5

8,2

3,6

16,0

1.472,7

APBNP

2017

(14)

Penerimaan

PPh 22 Impor

52,5

PPh 23

36,4

742,2

PPh 25/29 Pribadi

19,9

PPh 25/29 Badan

242,7

Orang Pribadi PPh Nonmigas

Badan

Pajak Penghasilan (PPh) dalam APBNP 2017 memberikan kontribusi terbesar terhadap Penerimaan Perpajakan sebesar 59,4%

PPh Non Migas OP memiliki kontribusi lebih besar yaitu 51,1% dibandingkan PPh Badan. Potensi PPh Badan masih dapat terus ditingkatkan

PPN

PPN Dalam Negeri mendominasi penerimaan PPN, sebesar 71,2%.

Cukai

Cukai Hasil Tembakau berkontribusi terbesar dalam Penerimaan Cukai yaitu 96,3%.

1.472,7

Penerimaan perpajakan dalam APBNP 2017 ditetapkan sebesar Rp1.472,7 triliun atau meningkat rata-rata sebesar 11,3%.

(15)

2012

2013 2014 2015 2016 APBNP

2017 2012 2013 2014 2015 2012 2013 2014 2015

Optimalisasi perpajakan dalam rangka peningkatan tax ratio

melalui perbaikan basis data pajak sebagai hasil program tax amnesty

Mempertahankan stabilitas ekonomi dan daya beli masyarakat

Meningkatkan produktivitas dan daya saing industri domestik

Mendukung era transparansi informasi di bidang perpajakan

Penguatan kebijakan tarif kepabeanan dan cukai antara lain melalui penetapan tarif kelebihan kuota

Penguatan kebijakan tarif kepabeanan dan cukai antara lain melalui penetapan tarif kelebihan kuota

Kebijakan

PPh Nonmigas Pertumbuhan (%) PPN Pertumbuhan (%) Cukai Pertumbuhan (%)

Pajak penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai memiliki kontribusi terbesar rata-rata masing-masing sebesar 49,7% dan 33,4%.

PPh Nonmigas naik rata-rata 14,4%

PPN naik rata-rata 10,2% Cukai naik rata-rata 12,9%

2016 APBNP 2017 2016 APBNP

(16)

Penerimaan Negara

Bukan Pajak

Kontribusi PNBP dari K/L tetap harus ditingkatkan untuk mendukung optimalisasi

Penerimaan Negara secara keseluruhan

Pendapatan SDA

95,6

Pendapatan BLU (triliun Rupiah)

38,5

PNBP Lainnya

85,1

Penerimaan dari Kekayaan Negara yang Dipisahkan

41,0

Di dalam APBNP 2017, Pendapatan SDA dan PNBP Lainnya memiliki kontribusi masing-masing sebesar 34,8% dan 33,8%.

Kebijakan

Umum

PNBP

260,2

Menahan turunnya lifting minyak dan gas serta efisiensi cost recovery

Penerapanproduction sharing contract (PSC) gross split pada kontraktor

kontrak kerja sama (KKKS) yang akan terminasi dan/atau melakukan perpanjangan kontrak kerja sama

Optimalisasi penerimaan royalti (iuran produksi) dari pertambangan

mineral dan batubara

Penyempurnaan berbagai peraturan PNBP, seperti revisi Undang-Undang

PNBP dan Peraturan Pemerintah terkait tarif PNBP

Penerapan kebijakan payout ratio yang tepat untuk mendukung

penguatan permodalan BUMN

36,8% 14,8%

32,7%

15,8%

INFORMASI

APBNP 2017

(17)

Penerimaan Negara

Bukan Pajak

Kontribusi PNBP dari K/L tetap harus ditingkatkan untuk mendukung optimalisasi Penerimaan Negara secara keseluruhan. Optimalisasi PNBP K/L terus dilakukan dengan tetap menjaga dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

2012 2013 2014 2015 2012 2013 2014 2015 2016 APBNP

2017 2016 APBNP2017

2012 2013 2014 2015 2016 APBNP 2017

2012 2013 2014 2015 2016 APBN 2017

56,7 72,3 74,4 102,0 65,7

PNBP K/L ditargetkan sebesar Rp78,6 triliun, dengan kontribusi terbesar Kementerian Kominfo dan Kementerian Perhubungan

Potensi PNBP K/L masih dapat ditingkatkan dengan tetap menjaga kualitas pelayanan masyarakat Pendapatan PNBP SDA cenderung menurun seiring

dengan fluktuasi penurunan harga komoditas (minyak bumi, batubara) dan pergerakan nilai tukar

PNBP K/L PNBP DMO

SDA Migas Harga ICP Penerimaan

SDA

Bagian Laba BUMN

226,4 240,8 100,9

64,9 95,6

205,8 203,6 216,9 78,2

(18)

(triliun Rupiah)

Penyesuaian secara umum dilakukan untuk meningkatkan kualitas belanja negara dalam

rangka mendukung pencapaian berbagai tujuan pembangunan, serta pendanaan untuk berbagai kebutuhan yang mendesak

BELANJA

NEGARA

Belanja K/L

798,6

35,9%

37,4%

26,6%

Belanja Non K/L

568,4

Transfer ke Daerah dan Dana Desa

766,3

Program Pengelolaan Utang Negara

219,2

Program Pengelolaan Hibah Negara

5,5

Program Pengelolaan Subsidi

168,9

Program Pengelolaan Belanja Lainnya

60,4

Program Pengelolaan Transaksi Lainnya

108,1

Pertama, kebijakan efisiensi belanja barang berdasarkan realisasi tahun 2016 dengan tetap memperhatikan kegiatan-kegiatan prioritas, untuk kemudian direalokasi ke belanja/ kegiatan yang lebih mendesak dan bersifat prioritas.

Kedua, menampung tambahan-tambahan belanja yang bersifat mendesak dan/atau merupakan prioritas nasional, seperti alokasi untuk antisipasi bencana alam, penyelenggaraan Asian Games tahun 2018, persiapan tahapan Pilkada tahun 2018/Pemilu tahun 2019, percepatan sertifikasi tanah, dan pembangunan pertanian.

Ketiga, perubahan pagu belanja akibat perubahan pagu penggunaan PNBP/BLU dan penarikan pinjaman dan hibah luar negeri.

Keempat, penyesuaian besaran subsidi energi sebagai dampak belum diimplementasikannya beberapa kebijakan pembatasan yang telah diperhitungkan dalam APBN tahun 2017.

Kelima, penyesuaian besaran dana alokasi umum (DAU) seiring dengan penurunan pendapatan dalam negeri neto sesuai kebijakan DAU dalam APBN tahun 2017 yang tidak bersifat final.

Penyesuaian

Belanja

Negara

2.133,3

INFORMASI

APBNP 2017

(19)

APBNP

2017

APBNP

2016

1.306,7

1.367,0

Belanja K/L

Belanja K/L

(triliun Rupiah)

(triliun Rupiah)

Belanja Pemerintah Pusat

Belanja Non K/L

767,8 1.137,2 1.203,6 1.183,3

1.306,7 1.315,5

1.367,0

2012

2013

2014

2015

APBNP

2016

APBN

2017

APBNP

2017

ekonomi makro seperti perubahan pembayaran bunga utang dan subsidi;

(2) efisiensi belanja barang K/L untuk dialokasikan pada belanja/kegiatan yang produktif dan prioritas dalam rangka meningkatkan kualitas belanja; dan

(3) tambahan alokasi pada beberapa komponen belanja, baik untuk kebutuhan mendesak dan prioritas maupun untuk penyelesaian kewajiban-kewajiban Pemerintah

(20)

APBNP

2016

APBNP

2016

APBNP

Menurut Fungsi

Menurut Jenis

INFORMASI

APBNP 2017

(21)

Belanja

K/L

Kementerian

Negara/ Lembaga

dengan Anggaran

Terbesar

Arah kebijakan Belanja K/L

489,4

Kementerian PU Pera Kementerian Pertahanan

Kementerian Pendidikan & Kebudayaan

(triliun Rupiah)

Kementerian Kesehatan

Kementerian Ristek & Dikti

Kementerian Pertanian

Efisiensi pada belanja operasional dan belanja non prioritas

Mendukung pembangunan infrastruktur dan konektifitas untuk meningkatkan kualitas pembangunan

Peningkatan kualitas dan efektifitas program perlindungan sosial (KIP, KIS, PKH, dll.)

Mendukung stabilitas pertahanan dan keamanan

Pada APBN 2017 terjadi

penurunan sebesar Rp4,2 triliun apabila dibandingkan APBNP 2016. Belanja K/L 2012-2017 tumbuh rata-rata 9,3% pertahun

10

Perkembangan

Belanja K/L

2012

2013

2014

2015

APBNP

2016

APBN

2017

Belanja K/L

(22)

Pokok-pokok Kebijakan

Belanja Pemerintah Pusat

a

Penghematan dan Efisiensi

Belanja Barang K/L

• Efisiensi belanja operasional

• Efisiensi belanja perjalanan dinas

• Efisiensi Belanja lainnya (belanja jasa,

honorarium dan lainnya)

Penambahan belanja untuk program

prioritas mendesak

• Persiapan Asian Games 2018

• Persiapan Pilkada serentak 2018 dan Pemilu 2019

• Percepatan program sertifikasi tanah,

penanggulangan bencana (rehabilitasi dan

rekonstruksi), kegiatan holtikultura pertanian,

tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan.

Pemenuhan anggaran Pendidikan dan

Kesehatan masing-masing 20% dan 5%

(23)

• Efisiensi belanja operasional

• Efisiensi belanja perjalanan dinas

• Efisiensi Belanja lainnya (belanja jasa,

honorarium dan lainnya)

• Persiapan Asian Games 2018

• Persiapan Pilkada serentak 2018 dan Pemilu 2019

• Percepatan program sertifikasi tanah,

penanggulangan bencana (rehabilitasi dan

rekonstruksi), kegiatan holtikultura pertanian,

tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan.

Perubahan disebabkan, a.l. :

• Efisiensi belanja barang sebesar Rp 2,0 T

• Tambahan belanja prioritas sebesar Rp 357,7 miliar untuk pengadaan lahan dan pembangunan jalur kereta menuju Bandara Adi Sumarmo

Pemanfaatan anggaran, antara lain:

• Pembangunan kapal perintis penumpang dan barang

• Pembangunan jalur kereta api

• Pembangunan/pengembangan bandar udara Kementerian Perhubungan

APBNP Rp44,6 T

APBN Rp46,0 T

Perubahan disebabkan, a.l. :

• Efisiensi belanja barang sebesar Rp 437,5 miliar • Tambahan belanja prioritas RP2.471,2 miliar untuk

untuk peningkatan hortikultura, tanaman pangan, perkebunan dan peternakan

Pemanfaatan anggaran, antara lain:

• Peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai • Peningkatan produksi daging, telur dan susu • Penambahan luas lahan pertanian

Kementerian Pertanian

APBNP Rp24,1 T

APBN Rp22,1 T

Arah Kebijakan dan Sasaran

Pembangunan Beberapa K/L

Perubahan disebabkan, a.l. :

• Tambahan belanja prioritas sebesar Rp 1,157,1 miliar antara lain untuk pengiriman Satgas Yonis TNI pada Misi PBB Minusca ke Republik Afrika selatan • Kebutuhan untuk sewa satelit

Pemanfaatan anggaran, antara lain:

• Pengadaan alutsista

• Pengadaan kendaraan taktis (matra darat), KRI, KAL, Alpung, ranpur, rantis (matra laut) dan pesawat (matra udara)

Kementerian Pertahanan

APBNP Rp114,8 T

APBN Rp108,0 T

Perubahan disebabkan, a.l. :

• Efisiensi belanja barang sebesar Rp 517,8 miliar • Tambahan belanja prioritas (BA BUN ) 161,5 miliar

untuk penanggulangan bencana (Rehabilitasi dan rekonstruksi)

• Percepatan penarikan PHLN sebesar Rp 1.195,9 miliar

Pemanfaatan anggaran, antara lain:

• Pembangunan/pemeliharaan jalan dan jembatan; • Pembangunan Jalan Tol

• Pembangunan rumah susun

• Pembangunan embung, bendungan, dan penampungan air lainnya

Kementerian PU PERA

APBNP Rp104,2 T

(24)

Perubahan disebabkan, a.l. :

• Efisiensi belanja barang sebesar Rp 1,4 T • Tambahan anggaran pendidikan Rp4,63 T

Pemanfaatan anggaran, antara lain:

• Pemberian bantuan operaional sekolah untuk MI,Ula, MTs/Wustha dan MA/Ulya;

• Pembangunan dan rehabilitasi ruang kelas/sekolah Kementerian Agama

APBNP Rp63,5 T

APBN Rp60,1 T

Perubahan disebabkan, a.l. :

• Efisiensi belanja barang sebesar Rp 1,9 T • Pengurangan alokasi PBI (penyesuaian target)

Pemanfaatan anggaran, antara lain:

• Peningkatan layanan persalinan

• Peningkatan presentase anak yang mendapatkan imunisasi lengkap

• Peningkatan cakupan pelayanan universal melalui Kartu Indonesia Sehat (peserta penerima bantuan iuran)

Kementerian Kesehatan

APBNP Rp55,9 T

APBN Rp58,3 T

Perubahan disebabkan, a.l. :

• Efisiensi belanja barang sebesar Rp 1,8 T

Pemanfaatan anggaran, antara lain:

• Wajib belajar 12 tahun melalui program Indonesia Pintar

• Peningkatan kompetensi tenaga pendidik

• Pembangunan dan rehabilitasi ruang kelas/sekolah Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan

APBNP Rp38,0 T

APBN Rp39,8 T

Perubahan disebabkan, a.l. :

• Efisiensi belanja barang sebesar Rp 1,5 T

Pemanfaatan anggaran, antara lain:

• Pemberian beasiswa Bidik Misi dan Bantuan Siswa Miskin

• Peningkatan kualitas dosen

• Penguatan riset dan pengembangan Kementerian Ristek Dikti

APBNP Rp39,5 T

APBN Rp39,7 T

INFORMASI APBNP 2017

Arah Kebijakan dan Sasaran

Pembangunan Beberapa K/L

• Tambahan sebesar Rp 1,5 T untuk persiapan Asean Games 2018

• Meningkatkan kapasitas potensi kewirausahaan pemuda

• Memfasilitasi peserta olahraga di sekolah dasarm sekolah menengah dan perguruan tinggi

• Pembinaan/penyelenggaraan event dan keikutsertaan olah raga pada kejuaraan tingkat daerah/nasional/internasional

• Tambahan belanja hasil pembahasan sebesar Rp13,8 T pengadaan sarana/prasarana untuk peningkatan pelayanan dan keamanan serta ketertiban masyarakat

• Penambahan almatsus Polri

• Pemberantasan tindak kriminal dan aksi terorisme • Pengamanan objek vital

• Efisiensi belanja barang sebesar Rp 92,2 miliar • Tambahan belanja prioritas sebesar Rp 1,2 T untuk

mendukung program percepatan pensertipikatan tanah 5 juta bidang pada tahun 2017 yang menjadi program strategis nasional

• Penataan hubungan hukum keagrariaan di daerah • Pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana

tata ruang

• Pemetaan dan pengukuran kerangka dasar kadastral nasional di Kab/Kota

• Tambahan belanja mendesak sebesar Rp 727,1 miliar untuk persiapan pilkada serentak 2018 dan Pemilu 2019 (a.l. verifikasi partai politik peserta Pemilu)

• Tambahan belanja yang bersumber dari Hibah Dalam Negeri untuk persiapan pelaksanaan Pilkada Serentak 2018 sebesar Rp 710,3 miliar

• Pelaksanaan Pilkada serentak tahun 2018 • Peningkatan pelayanan dan kapasitas

penyelenggaraan Pemilihan Umum

• Tambahan belanja prioritas sebesar Rp 362,3 miliar untuk pencegahan dan pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika • Pengungkapan kasus tindak pidana narkotika • Dukungan layanan pada lembaga rehabilitasi

instansi pemerintah

• Dukungan layanan pada lembaga rehabilitasi komponen masyarakat

• Tambahan belanja Prioritas sebesar Rp 1,3 T pengawasan tahapan Pemilihan Presiden dan Legislatif

• Tambahan Hibah Dalam Negeri sebesar Rp 478,0 miliar untuk pengawasan pelaksanaan Pilkada serentak

• Meningkatkan kinerja teknis pengawasan penyelenggaraan pemilu dalam pencegahan • Meningkatkan kualitas pelayanan

hukum,kehumasan dan pengwasan internal • Mewujudkan kemandirian, integritas, dan

kredibilitas penyelenggaraan pemilu

(25)

• Efisiensi belanja barang sebesar Rp 1,4 T • Tambahan anggaran pendidikan Rp4,63 T • Pemberian bantuan operaional sekolah untuk

MI,Ula, MTs/Wustha dan MA/Ulya;

• Pembangunan dan rehabilitasi ruang kelas/sekolah

• Efisiensi belanja barang sebesar Rp 1,9 T • Pengurangan alokasi PBI (penyesuaian target) • Peningkatan layanan persalinan

• Peningkatan presentase anak yang mendapatkan imunisasi lengkap

• Peningkatan cakupan pelayanan universal melalui Kartu Indonesia Sehat (peserta penerima bantuan iuran)

• Efisiensi belanja barang sebesar Rp 1,8 T

• Wajib belajar 12 tahun melalui program Indonesia Pintar

• Peningkatan kompetensi tenaga pendidik

• Pembangunan dan rehabilitasi ruang kelas/sekolah

• Efisiensi belanja barang sebesar Rp 1,5 T

• Pemberian beasiswa Bidik Misi dan Bantuan Siswa Miskin

• Peningkatan kualitas dosen

• Penguatan riset dan pengembangan

Perubahan disebabkan, a.l. :

• Tambahan sebesar Rp 1,5 T untuk persiapan Asean Games 2018

Pemanfaatan anggaran, antara lain:

• Meningkatkan kapasitas potensi kewirausahaan pemuda

• Memfasilitasi peserta olahraga di sekolah dasarm sekolah menengah dan perguruan tinggi

• Pembinaan/penyelenggaraan event dan keikutsertaan olah raga pada kejuaraan tingkat daerah/nasional/internasional

Kementerian Pemuda dan Olahraga

APBNP Rp4,6 T

APBN Rp3,1 T

Perubahan disebabkan, a.l. :

• Tambahan belanja hasil pembahasan sebesar Rp13,8 T pengadaan sarana/prasarana untuk peningkatan pelayanan dan keamanan serta ketertiban masyarakat

Pemanfaatan anggaran, antara lain:

• Penambahan almatsus Polri

• Pemberantasan tindak kriminal dan aksi terorisme • Pengamanan objek vital

Polri

APBNP Rp98,2 T

APBN Rp58,3 T

Perubahan disebabkan, a.l. :

• Efisiensi belanja barang sebesar Rp 92,2 miliar • Tambahan belanja prioritas sebesar Rp 1,2 T untuk

mendukung program percepatan pensertipikatan tanah 5 juta bidang pada tahun 2017 yang menjadi program strategis nasional

Pemanfaatan anggaran, antara lain:

• Penataan hubungan hukum keagrariaan di daerah • Pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana

tata ruang

• Pemetaan dan pengukuran kerangka dasar kadastral nasional di Kab/Kota

Kementerian Agraria dan Tata Ruang (BPN)

APBNP Rp6,6 T

APBN Rp5,5 T

Perubahan disebabkan, a.l. :

• Tambahan belanja mendesak sebesar Rp 727,1 miliar untuk persiapan pilkada serentak 2018 dan Pemilu 2019 (a.l. verifikasi partai politik peserta Pemilu)

• Tambahan belanja yang bersumber dari Hibah Dalam Negeri untuk persiapan pelaksanaan Pilkada Serentak 2018 sebesar Rp 710,3 miliar

Pemanfaatan anggaran, antara lain:

• Pelaksanaan Pilkada serentak tahun 2018 • Peningkatan pelayanan dan kapasitas

penyelenggaraan Pemilihan Umum Komisi Pemilihan Umum

APBNP Rp3,3 T

APBN Rp1,8 T

Perubahan disebabkan, a.l. :

• Tambahan belanja prioritas sebesar Rp 362,3 miliar untuk pencegahan dan pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika

Pemanfaatan anggaran, antara lain:

• Pengungkapan kasus tindak pidana narkotika • Dukungan layanan pada lembaga rehabilitasi

instansi pemerintah

• Dukungan layanan pada lembaga rehabilitasi komponen masyarakat

Badan Narkotika Nasional

APBNP Rp1,9 T

APBN Rp1,3 T

Perubahan disebabkan, a.l. :

• Tambahan belanja Prioritas sebesar Rp 1,3 T pengawasan tahapan Pemilihan Presiden dan Legislatif

• Tambahan Hibah Dalam Negeri sebesar Rp 478,0 miliar untuk pengawasan pelaksanaan Pilkada serentak

Pemanfaatan anggaran, antara lain:

• Meningkatkan kinerja teknis pengawasan penyelenggaraan pemilu dalam pencegahan • Meningkatkan kualitas pelayanan

hukum,kehumasan dan pengwasan internal • Mewujudkan kemandirian, integritas, dan

kredibilitas penyelenggaraan pemilu Badan Pengawas Pemilu

APBNP Rp3,3 T

APBN Rp1,8 T

(26)

Anggaran

Kesehatan

Terdapat realokasi anggaran kesehatan melalui pembiayaan berupa PMN kepada BPJS Kesehatan ke dalam belanja dalam bentuk alokasi pengendalian defisit keuangan DJS-BPJS untuk program Dana Jaminan Sosial Kesehatan

50

0 100 triliun Rp

% terhadap Belanja Negara Anggaran Kesehatan

(APBNP)

2012 2013 2014 2015 2016 APBNP

2017 Sumber : Kementerian Keuangan

APBNP

Komponen Anggaran Kesehatan 2017

APBNP

Anggaran Pendidikan melalui pembiayaan mengalami peningkatan sebagai akibat dari adanya penambahan investasi Pemerintah dalam bentuk SWF bidang pendidikan

200 300 400

100 triliun Rp

2012 2013 2014 2015 2016 APBNP 2017

Anggaran

Pendidikan

% terhadap Belanja Negara Anggaran Pendidikan (APBNP)

20,1 20,0 20,0 20,6

Sumber : Kementerian Keuangan

APBNP

Komponen Anggaran Pendidikan 2017

APBNP

(27)

esa

NP NP

Anggaran Infrastruktur dalam APBNP 2017 meningkat 3,4% dari APBN 2017 sejalan dengan peningkatan alokasi untuk BLU LMAN serta tambahan hibah dalam rangka rehab rekon pasca bencana di NTB (Bima) serta rehab hutan dan lahan pasca banjir di Jabar dan NTB

200

2012 2013 2014 2015 2016 APBNP 2017

% terhadap Belanja Negara Anggaran Infrastruktur (APBNP)

Anggaran Kedaulatan Pangan dijaga agar tetap mencapai target yang telah ditetapkan.

Anggaran

% terhadap Belanja Negara Anggaran

Kedaulatan Pangan (APBNP)

2012

2013

2014

2015

2016

APBNP

2017

Real APBN APBNP I. Kementerian Negara/Lembaga 31,2 40,8 41,5

(28)

Belanja Subsidi Energi dalam APBNP 2017 sebesar Rp89,9 T

Menggunakan Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) 2015 yang dikelola oleh TNP2K dan Kemensos

Subsidi BBM dan

LPG Tabung 3 Kg

dilakukan dengan pola distribusi tertutup/targeted (by name and by address)

dilakukan secara bertahap

Subsidi terbatas minyak solar Rp500/liter

diberikan kepada seluruh pelanggan dengan daya R-1/450 VA dan 6,5 juta dengan R-1/900 VA

50

0 200

150

100

triliun Rp Harga ICP

Subsidi BBM

Subsidi Listrik

2012

2013

2014

2015

2016

APBN

2017

112,7

106,0

96,5

49,2

40,0

45,0 48,0

Rp44,5 T

Subsidi

Energi

Subsidi Listrik

Rp45,4 T

01377

211,9 210,0 240,0

60,8

43,7

32,3

94,6 100,0 101,8

58,3 63,1

45,0

APBNP

2017

44,545,4

(29)

Subsidi

Non Energi

Perkembangan

Subsidi Non Energi,

2012-2017

(triliun Rupiah)

19,1 20,3 18,2

21,8

2012 2013 2014 2015 2016 APBNP

2017

Subsidi pangan diberikan kepada 14,3 juta RTS -> 15kg/bulan sebesar Rp19,8 triliun

Pengalihan Rastra menjadi Program Bantuan Pangan:

Konversi secara bertahap Subsidi Pangan (Rastra) menjadi Program Bantuan Pangan (non-tunai/voucher)

Ujicoba di 44 kota di Indonesia

Kebijakan subsidi pupuk diarahkan untuk mendukung

peningkatan produktivitas pertanian

Volume pupuk bersubsidi sebesar 9,55 juta ton ->Rp31,2 triliun

Kebijakan subsidi PSO diarahkan untuk perbaikan pelayanan umum bidang transportasi (angkutan Penumpang kereta api dan angkutan kapal laut kelas ekonomi) dan penyediaan informasi publik

PT Pelni

Kebijakan subsidi benih diarahkan untuk mendukung peningkatan produksi pertanian

Benih bersubsidi untuk padi & kedelai sebesar Rp1,3 trilun

Volume benih 116.500 ton

Diarahkan dalam rangka menunjang upaya peningkatan ketahanan pangan, mendukung diversifikasi energi, memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap akses air minum, pembiayaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, dan dukungan pembiayaan untuk sektor usaha produktif UMKM dan koperasi

Kebijakan subsidi pajak diarahkan untuk mendukung peningkatan daya saing industri tertentu di dalam negeri

Bunga imbal hasil atas penerbitan dan/atau pembelian kembali/penukaran SBN di pasar modal nasional

Fasiitas bea masuk

Subsidi Pangan

Subsidi Benih

Subsidi Bunga Kredit Program

Subsidi Pupuk

Subsidi PSO

Subsidi Pajak

Rp

Kredit Usaha

Rakyat (KUR)

Subsidi Bunga KUR mulai dialokasikan dalam tahun 2016 :

APBN 2016 sebesar Rp10.500,0 miliar APBNP 2017 sebesar Rp9.022,0 miliar

Rincian Subsidi Bunga KUR dalam APBN 2017 :

KUR Mikro (< Rp 25 juta) : Rp6.857,0 miliar KUR Ritel (Rp25 – Rp500 juta) : Rp1.908,0 miliar KUR Penempatan TKI (< Rp25 juta) : Rp257,0 miliar

Besaran subsidi bunga KUR 2017:

KUR Mikro = 10% KUR Ritel = 4,5% KUR Penempatan TKI = 12%

kredit/pembiayaan yang diberikan oleh perbankan kepada UMKM dan Koperasi yang feasible tapi belum bankable

Sektor usaha produktif yang dibiayai KUR

pertanian, perikanan, industri pengolahan, perdagangan, dan jasa-jasa

Pemerintah secara konsisten berpihak kepada pengembangan UMKM dan Koperasi, penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan melalui pemberian imbal jasa penjaminan dan subsidi bunga KUR

Coverage KUR 2017 :

Rp100 T

Bunga Kredit Program Benih

PSO

(30)

Transfer ke Daerah

dan Dana Desa

Dana

Transfer ke Daerah

APBNP

2017

766,3

Alokasi transfer ke daerah dan dana desa mengalami perubahan pada APBNP 2017 yang antara lain disebabkan oleh turunnya PDN neto yang menjadi dasar penghitungan DAU nasional dan tambahan anggaran kurang bayar DAK

penyaluran anggaran berdasarkan pada kinerja pelaksanaan untuk setiap tahapannya di daerah;

pagu dana alokasi umum (DAU) nasional tidak bersifat final atau dapat berubah sesuai perubahan penerimaan dalam negeri (PDN) neto;

pengalokasian dana alokasi khusus (DAK) fisik berdasarkan usulan daerah dan prioritas nasional dengan memberikan afirmasi kepada daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan dan transmigrasi;

Meningkatkan secara bertahap anggaran Dana Desa untuk memenuhi amanat UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Dana Desa, dengan tetap memerhatikan kemampuan keuangan negara.

Dana Desa

Transfer ke Daerah

Kebijakan Transfer ke

Daerah dan Dana Desa

2012

2013 2014 2015 2016 APBNP

2017

Transfer ke Daerah Dana Desa

Pertumbuhan Transfer ke Daerah & Dana Desa (%)

Transfer ke Daerah

& Dana Desa, 2012-2017

(triliun rupiah)

(31)

Memperbaiki bobot Alokasi Dasar dan/atau bobot variabel kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal, untuk meningkatkan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah.

Memperhitungkan dampak pengalihan kewenangan pendidikan SMA/SMK dan urusan lainnya dari kabupaten/kota ke provinsi sesuai UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerataan Daerah dalam pengalokasian DAU kepada provinsi.

Memberikan afirmasi kepada daerah kepulauan dengan meningkatkan bobot luas wilayah laut dalam variabel luas wilayah.

Menerapkan kebijakan alokasi DAU kabupaten/kota tahun 2017 tidak mengalami penurunan dibandingkan tahun 2016.

Pagu DAU nasional dalam APBN berubah sesuai perubahan PDN Neto dengan memperhatikan daerah-daerah yang kapasitas & ruang fiskalnya sangat terbatas.

Dana

Alokasi Umum

2012

273,8

311,1

352,9

385,4

410,8

398,6

341,2

2013

2014

2015

2016

APBN

2017

APBNP

2017

Rp398,6 T

(triliun Rupiah) Anggaran DAU sebesar Rp398,6 triliun, terdiri dari DAU murni sebesar Rp375,3 triliun,

(32)

Dana

Alokasi Umum

Nanggroe Aceh Darussala

m

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timu

r

Anggaran D

A

U sebesar Rp398,6 T

, t

er

diri dari D

A

U mur

ni sebesar Rp375,3 T &

tamb

ahan D

A

U akib

at pengalihan k

ew

enangan sebesar Rp 18,5 T dan tamb

ahan D

A

U untuk Kab/K

ota sebesar Rp4,8 T

*RIncian D

A

U per pr

ovinsi hanya D

(33)

PBB

Penerimaan PBB bagian pusat sebesar 10% dibagi secara merata kepada kab/kota. Biaya Pemungutan PBB digunakan untuk mendanai kegiatan sesuai kebutuhan dan prioritas daerah.

Peng

gunaan Cukai Hasil

Tembakau

Paling sedikit 50% untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri,

pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai, dan/atau pemberantasan barang kena cukai ilegal; dan

Paling banyak 50% untuk mendanai kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah.

Penggunaan DBH Migas

DBH SDA Migas sebesar 0,5% dapat digunakan sesuai kebutuhan dan prioritas daerah (block grant), tidak lagi diwajibkan untuk tambahan anggaran pendidikan dasar.

Pengalihan Kewenangan

DBH Kehutanan khusus Dana Reboisasi yang sebelumnya disalurkan ke

kabupaten/kota penghasil, mulai tahun 2017 disalurkan ke provinsi penghasil untuk membiayai kegiatan reboisasi dan

rehabilitasi hutan.

Penggunaan DBH Dana Reboisasi

Perluasan penggunaan DBH SDA Kehutanan dari dana reboisasi untuk:

Pengelolaan taman hutan raya (tahura);

Pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan. Penataan batasan kawasan;

Pengawasan dan perlindungan;

Penanaman pohon daerah aliran sungai (DAS) kritis, penanaman bambu pada kanan kiri sungai, dan pengadaan bangunan konservasi tanah dan air; Pengembangan perbenihan; dan/atau

Penelitian dan pengembangan, antara lain pemanfaatan areal, penanaman pohon hutan unggulan lokal, dan penerapan sistem tebang pilih tanam jalur.

Anggaran DBH sebesar Rp95,4 triliun, terdiri dari DBH Pajak dan SDA sebesar Rp81,5 triliun & Kurang Bayar DBH Pajak dan SDA sebesar Rp13,9 triliun

Dana

Bagi Hasil

Rp95,4 T

DBH Pajak

DBH SDA

Pajak

Dana Bagi Hasil

(34)

Dana Transfer Khusus dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kegiatan tertentu yang menjadi urusan daerah, baik kegiatan yang bersifat fisik maupun nonfisik. Penggunaannya diarahkan untuk mendukung

pencapaian prioritas dan sasaran nasional, yang meliputi dimensi pembangunan manusia, dimensi pembangunan sektor unggulan, serta dimensi pemerataan dan kewilayahan.

Pendidikan Rp6,1 T Kesehatan Rp10,0 T

Perumahan dan Permukiman Rp0,7 T Pertanian Rp1,7 T

Pendidikan SMK Rp2,0 T

Kesehatan RS Rujukan/Pratama Rp4,8 T Air Minum Rp1,2 T

Sanitasi Rp1,3 T

Perumahan dan Permukiman Rp0,4 T Transportasi Rp0,8 T

Kesehatan Rp2,3 T

Dana

Transfer Khusus

Rp184,6 T

DAK Reguler Rp20,4 T

DAK Penugasan Rp34,5 T

DAK FISIK

Rp69,5 T

DAK NONFISIK

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Rp45,1 T

Bantuan Operasional Penyelenggaraan PAUD (BOP) Rp3,6 T

Tunjangan Profesi Guru PNSD Rp55,6 T

Tunjangan Khusus Guru PNSD di Daerah Khusus Rp1,7 T

Tambahan Penghasilan Guru PNSD Rp1,4 T

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan

Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB) Rp6,9 T

Dana Peningkatan Kapasitas Koperasi, dan UKM Rp0,1 T

Dana Pelayanan Administrasi Kependudukan Rp0,8 T

Rp115,1 T

DAK Afirmasi Rp3,5 T

Tambahan DAK Fisik Rp11,2 T untuk penyelesaian kewajiban Pemda kepada pihak ketiga atas pelaksanaan kegiatan DAK Fisik 2016 yang outputnya telah selesai 100%

INFORMASI APBN 2017

Jalan Rp19,7 Pasar Rp1,0 T Irigasi Rp4,0 T

Energi Skala Kecil Rp0,5 T Kelautan dan Perikanan Rp0,9 T Industri Kecil dan Menengah Rp0,5 T Pariwisata Rp0,5 T

(35)

Dana Otonomi Khusus

Rp19,4 T

Dana Otsus Provinsi Papua&Papua Baratterutama ditujukan untuk pembiayaan Pendidikan dan Kesehatan.

Dana Otsus Provinsi Acehterutama ditujukan untuk pembiayaan pembangunan dan pemeliharaan

infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pendanaan pendidikan, sosial, dan kesehatan. SelanjutnyaDana Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua & Papua Baratditujukan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur, seperti jalan, jembatan, dermaga, sarana transportasi darat, sungai maupun laut dalam rangka mengatasi keterisolasian dan kesenjangan penyediaan infrastruktur antara Papua dan Papua Barat dengan daerah lainnya

Alokasi Otsus Provinsi Aceh

Alokasi Otsus Provinsi Papua Barat

Alokasi Otsus Provinsi Papua

Alokasi Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua Alokasi Tambahan

Infrastruktur Provinsi Papua Barat

Rp8,0 T

Rp2,4 T

Rp0,9 T

Rp5,6 T

Rp2,6 T

Dana Insentif Daerah

317

Rp7,5 T

Bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada daerah yang berkinerja baik dalam pengelolaan

keuangan dan fiskal daerah, pelayanan dasar, serta peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Daerah Penerima DID:

Dialokasikan untuk mendanai urusan Keistimewaan DIY, meliputi: a) tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur; b) kelembagaan Pemerintah Daerah DIY; c) kebudayaan; d) pertanahan; dan e) tata ruang

Kebijakan Dana Desa 2017:

Meningkatkan anggaran Dana Desa, dengan tetap memperhatikan kondisi keuangan negara. Mengalokasikan Dana Desa dengan memperhatikan aspek pemerataan dan keadilan. Meningkatkan kualitas pengelolaan Dana Desa dengan antara lain:

Memperbaiki pelaksanaan penyaluran;

Memberikan diskresi kepada Desa untuk menentukan penggunaan dana, dengan prioritas pada pembangunan dan pemberdayaan masyarakat;

Memperkuat sistem pengendalian, monitoring dan evaluasi Dana Desa.

Meningkatkan kapasitas perangkat desa melalui pelatihan dan pendampingan desa guna meningkatkan efektifitas pengelolaan dan penggunaan Dana Desa

Jumlah desa penerima Dana Desa sebanyak 74.910 desa. Rata-rata alokasi dana desa per desa sebesar

Rp800,9 juta

Dana Keistimewaan DIY

Rp0,8 T

Dana Desa

Rp60,0 T

Daerah Provinsi

21

64

APBN 2017

Kota

232

(36)

DEFISIT

ANGGARAN

Pelebaran defisit anggaran dari 2,41 persen terhadap PDB dalam APBN tahun 2017 menjadi 2,92 persen

triliun rupiah

175,2

237,4 248,9

323,1 334,5 330,2

397,2

(153,3)

(211,7) (226,7)

(298,5) (308,3 (330,2)

(397,2)

2012 2013 2014 2015 2016

APBN 2017

APBNP 2017

Defisit terhadap

PDB Beberapa

Negara

Defisit Indonesia masih relatif lebih

rendah dibandingkan dengan beberapa negara lain

Pembiayaan Anggaran

Defisit Anggaran Defisit thd PDB

(%)

INFORMASI

APBNP 2017

(37)

Pembiayaan anggaran mengalami kenaikan karena beberapa faktor antara lain pelebaran defisit dan pembiayaan anggaran pada investasi Pemerintah

(triliun Rupiah)

PEMBIAYAAN

ANGGARAN

2012

175,2

237,4 248,9

2013

2014

2015

2016

APBN

2017

APBNP

2017

Kebijakan

Pembiayaan Anggaran

Mengendalikan rasio utang terhadap PDB dalam batas yang terkendali (manageable) Memanfaatkan utang untuk kegiatan produktif dan menjaga keseimbangan ekonomi makro Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan pembiayaan dan melakukan pendalaman pasar obligasi domestik

Memanfaatkan pinjaman luar negeri secara selektif, terutama untuk bidang infrastruktur dan energi Meningkatkan pemanfaatan fasilitas pinjaman tunai sebagai alternatif instrumen

pembiayaan

Melakukan pengelolaan utang secara aktif dalam kerangka manajemen aset dan kewajiban/asset liabilities

management (ALM)

Pembiayaan Lainnya 57,3 31,4 0,5 0,3 19,6 0,3 0,3 Kewajiban Penjaminan - (0,7) (1,0) - (0,7) 0,9 (1,0) Pemberian Pinjaman 2,8 0,3 2,5 1,5 1,7 (6,4) (3,7) Pembiayaan Investasi (25,7) (16,9) (8,9) (59,7) (89,1) (47,5) (59,7) Pembiayaan Utang 140,8 223,2 255,7 380,9 403,0 384,7 461,3

323,1

334,5

330,2

(38)

Pembiayaan Utang diperoleh dari penerbitan SBN, Pinjaman Luar Negeri, dan Pinjaman Dalam Negeri

Pembiayaan

Utang

Utang

Baru

Outstanding

Utang Pemerintah

Pembayaran

Bunga Utang

Rp461,3 T

Rp3.974,3 T

Rp219,2 T

Memenuhi kewajiban Pemerintah untuk menjaga akuntabilitas Pengelolaan Utang Pemerintah

Mengefisienkan dan menjaga risiko beban pembayaran bunga utang, melalui pemilihan komposisi instrumen utang yang tepat dan

melaksanakan transaksi lindung nilai

Kepemilikan Utang

Pemerintah Pusat

Pinjaman Luar Negeri

3.825,8 T**

19,1%

SBN Valas*

22,0%

SBN Rupiah

58,7%

Pinjaman Dalam Negeri

0,1%

1. Multilateral 2. Bilateral 2. Bilateral 9,5%

3. Bank Komersial 4. Suppliers

Non-Tradable

Surat Utang kepada BI, SDHI, SBR,

Private Placement

Tradable

1. Bank

2. Bank Indonesia 3. Non-Bank

a.l: Nonresiden, asuransi, Reksadana, Dana Pensiun, Individu dan lainnya

Termasuk SUN Valas Domestik Posisi utang per akhir Agustus 2017 *

**

1. Bank BUMN 2. Bank BUMD

(39)

Rasio Utang cenderung turun, namun sedikit meningkat 5 tahun terakhir untuk membiayai infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan

Profil Utang

Pemerintah

Rasio Utang Indonesia terhadap PDB

2005-2017

Rasio Utang

Beberapa Negara

Berkembang

39,0

46,5

27,7 31,7 51,6

27,7

39,2 43,6 40,2 56,6

65,8

78,3

Indonesia

2006 2016

persen (%)

persen (%)

Turki Filipina Thailand Malaysia Brazil

47,3

39,0 35,1

33,0 28,3

24,5

23,1 23,0 24,9 24,7

27,4 28,3 29,2

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017*

* perkiraan

(40)

Pembiayaan

Investasi

Investasi Kepada

BUMN

Rp6,4 T

59,7 T

PMN kepada PT PII Rp1,0 T

PMN kepada PT SMF Rp1,0 T

PMN kepada PT SMI Rp2,0 T

PMN kepada PT KAI Rp2,0 T

PMN kepada PT Djakarta Lloyd Rp0,4 T

Investasi Kepada

Lembaga/Badan Lainnya

Rp3,2 T

PMN kepada LPEI Rp3,2 T

Investasi Kepada

BLU

Rp48,2 T

Investasi Organisasi/Lembaga

Keuangan Internasional

Rp2,0 T

Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) Rp1,8 T

Islamic Development Bank (IDB) Rp76,5 M

The Islamic Coorporation for The Development of Private Sector (ICD) Rp41,3 M

International Fund for Agricultural Development (IFAD) Rp40,2 M

International Development Association (IDA) Rp44,6 M

Pembiayaan investasi mengalami peningkatan sebesar Rp 12,4 T yang disebabkan oleh adanya kenaikan investasi kepada BUMN, investasi kepada BLU, dan investasi kepada organisasi/lembaga keuangan internasional (LKI)/badan usaha internasional

Dana Bergulir Rp5,6 T

- BLU PPDPP Rp3,1 T - BLU PIP Rp1,5 T

- BLU LPDB KUMKM Rp0,5 T - BLU LPMUKP Rp0,5 T

DPPN Rp10,5 T

BLU LMAN Rp32,1 T

(41)

PMN kepada PT PII

untuk Penjaminan Proyek Infrastruktur

untuk Infrastruktur

PMN

Rp 1,0 T

Dana Bergulir

Pembiayaan Investasi proyek pembangunan

PLTU proyek air

umum

proyek Jalan Tol

Untuk pembiayaan perumahan (KPR) bagi MBR.

Untuk pendanaan pengadaan lahan bagi pembangunan infrastruktur proyek strategis nasional

Sasaranoutput tahun 2017: pemenuhan kebutuhan lahan untuk beberapa proyek meliputi proyek ruas tol, rel kereta api, pembangunan pelabuhan laut, dan bendungan, sejumlah 50 proyek

PMN kepada PT. SMI

untuk Pembiayaan proyek infrastruktur strategis nasional, proyek prioritas, dan KPBU

PMN kepada PT. SMF

untuk Program satu juta rumah

proyek Palapa Ring Paket Tengah dan Timur

proyek jalan tol Trans Sumatera ruas

Bakauheni-Terbanggi Besar

meningkatkan kapasitas dalam mendukung program satu juta rumah melalui fungsi pembiayaan sekunder perumahan

menyediakan likuiditas bagi penyalur KPR yang menjalankan program Pemerintah

menurunkan porsi/beban Pemerintah dalam pelaksanaan KPR program FLPP dan Subsidi Selisih Bunga

FLPP

LMAN

(Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan)

(Lembaga Manajemen Aset Negara)

Kewajiban

Penugasan percepatan pembangunan infrastruktur nasional, terutama untuk percepatan pembangunan pembangkit listrik, percepatan penyediaan air minum, kerjasama Pemerintah dengan badan usaha melalui BUPI, direct lending, dan percepatan pembangunan tol trans Sumatera.

Penugasan kepada BUMN dalam rangka penyediaan pembiayaan infrastruktur daerah terutama untuk penjaminan Pemerintah atas pemberian pinjaman kepada Pemda

Penjaminan

Sasaranoutput tahun 2017: pembiayaan 120.000 unit perumahan

Rp 2,0 T

Rp 1,0 T

Rp 9,7 T

Rp 32,0 T

(42)

Pemberian

Pinjaman

Kewajiban

Penjaminan

Pemberian pinjaman bruto Rp(7.716,1) miliar

PT. PLN (Persero) Rp(4.652,5) miliar

untuk pembangunan infrastruktur listrik melalui pembangunan/restrukturisasi pembangkit listrik

PT. Pertamina (Persero) Rp(1.025,1) miliar

untuk pembangunan geothermal sebagai sumber energi listrik yang ramah lingkungan

Pemprov DKI Jakarta Rp(2.025,8) miliar

untuk mendukung penyelesaian proyek MRT Jakarta sebagai proyek infrastruktur strategis nasional untuk mengatasi kemacetan akut di Jakarta

PT. PII (Persero) Rp(12,7) miliar

untuk memberikan fasilitas penjaminan proyek

infrastruktur dalam rangka mendorong dan mempercepat pembangunan proyek-proyek infrastruktur

Penerimaan Cicilan Pengembalian pinjaman kepada BUMN/Pemda Rp4.047,4, miliar

Penugasan Percepatan Pembangunan Infrastruktur Nasional Rp(802,4) miliar

Penugasan penyediaan pembiayaan infrastruktur daerah kepada BUMN Rp(203,0) miliar

Percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan batubara

Percepatan penyediaan air minum

Penjaminan infrastruktur dalam proyek kerja sama Pemerintah dengan badan usaha yang dilakukan melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur

Pembiayaan infrastruktur melalui pinjaman langsung dari lembaga keuangan internasional kepada BUMN

Percepatan pembangunan jalan tol di Sumatera

Rp(427,9) miliar

Rp(1,2) miliar

Rp(296,0) miliar;

Rp(35,3) miliar. Rp(41,9) miliar;

Kewajiban yang secara potensial menjadi beban Pemerintah akibat pemberian jaminan kepada K/L, Pemda, BUMN, dan BUMD dalam hal K/L, Pemda, BUMN, dan BUMD dimaksud tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada kreditur dan/atau badan usaha sesuai perjanjian pinjaman atau perjanjian kerjasama.

Rp1.005,4 miliar

Alokasi dlm APBNP 2017

Rp(3.668,7) miliar

Alokasi dlm APBNP 2017

INFORMASI

APBNP 2017

(43)

negara. Keseimbangan primer merupakan total pendapatan negara dikurangi belanja negara di luar pembayaran bunga utang. Apabila nilai keseimbangan primer negatif, maka Pemerintah harus menerbitkan utang baru untuk membayar pokok dan bunga utang. Sebaliknya apabila nilai keseimbangan primer positif, maka Pemerintah bisa menggunakan sumber pendapatan negara untuk membayar sebagian atau seluruh pokok dan bunga utang.

Pajak

Terdiri atas penerimaan PPh Migas, PPh Nonmigas, PPN, PBB, dan pajak lainnya.

Kepabeanan dan Cukai

Terdiri atas penerimaan cukai (hasil tembakau, etil alkohol, dan minuman mengandung etil alkohol), bea masuk, dan bea keluar.

PNBP

Terdiri atas penerimaan SDA Migas, SDA Nonmigas (pertambangan mineral dan batubara, kehutanan, perikanan, dan panas bumi), bagian laba BUMN, PNBP lainnya (PNBP yang dipungut oleh K/L), serta Pendapatan BLU.

Penerimaan Hibah

Terdiri atas penerimaan hibah yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri.

Tax ratio

pertambangan minerba dengan PDB nominal. Sedangkan tax ratio

penerimaan perpajakan (pajak pusat) dengan PDB nominal.

Pembayaran Bunga Utang

Belanja Pemerintah Pusat atas penggunaan utang dalam dan luar negeri. Dihitung dari utang yang sudah ada dan perkiraan utang baru, termasuk biaya yang timbul terkait pengelolaan utang.

Transfer ke Daerah

Dialokasikan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan antara pusat dan daerah, mengurangi kesenjangan pendanaan urusan pemerintahan antar daerah, mengurangi kesenjangan layanan publik antardaerah, mendanai pelaksanaan otonomi khusus dan keistimewaan daerah.

Belanja Kementerian Negara/Lembaga

Anggaran belanja yang dialokasikan melalui Kementerian Negara/ Lembaga untuk membiayai urusan tertentu dalam pemerintahan.

Belanja Non-K/L (BA BUN)

Dana Desa

Dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/ kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Subsidi

Pemberian dukungan dalam bentuk alokasi anggaran kepada perusahaan negara, lembaga pemerintah, atau pihak ketiga berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menyediakan barang atau jasa yang bersifat strategis atau menguasai hajat hidup orang banyak sesuai kemampuan keuangan negara.

(44)

GLOSSARY

Belanja Menurut Fungsi, terdiri dari:

Fungsi Pelayanan Umum a.l. terdiri atas Pembinaan, Pengembangan Pembiayaan dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (Anggaran PBI Jamkes), Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya, Pengelolaan dan Konservasi Waduk, Embung, Situ serta Bangunan Penampung Air Lainnya, Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku dan seluruh Belanja Non K/L (Subsidi, Pembayaran Bunga Utang, Belanja Lain-lain);

Fungsi Pertahanan a.l. terdiri atas Pengadaan Barang dan Jasa Militer, Produksi Alutsista Industri dalam Negeri dan Pengembangan Pinak Industri Pertahanan, Penyelenggaraan Perawatan Personel Matra Darat, Laut dan Udara;

Fungsi Ketertiban dan Keamanan a.l. terdiri atas Penyelenggaraan Pemasyarakatan di Wilayah, Pengembangan Peralatan Polri, Peningkatan Pelayanan Keamanan dan Keselamatan Masyarakat di Bidang Lantas;

Fungsi Ekonomi a.l. terdiri atas Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Pertanian, Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara, Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana dan Fasilitas Pendukung Kereta Api, Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana dan Fasilitas Lalu Lintas Angkutan Jalan, Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional;

Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum a.l. terdiri atas Fasilitasi Pemberdayaan Adat dan Sosial Budaya Masyarakat, Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;

Fungsi Kesehatan a.l. terdiri atas Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan, Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan;

Fungsi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif a.l. terdiri atas Pemberdayaan Masyarakat di Destinasi Pariwisata, Peningkatan Promosi Pariwisata Luar Negeri;

Fungsi Agama a.l. terdiri atas Pengelolaan Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Pengelolaan dan Pembinaan Urusan Agama Kristen, Katolik, Hindu, Budha;

Fungsi Pendidikan a.l. terdiri atas Penjaminan Kepastian Layanan Pendidikan SD, SMP, dan Peningkatan Penjaminan Mutu Pendidikan;

Fungsi Perlindungan Sosial a.l. terdiri atas Jaminan Kesejahteraan Sosial (Bantuan Tunai Bersyarat/Program Keluarga Harapan).

Subsidi Energi

Alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang menyediakan dan mendistribusikan BBM, LPG tabung 3 kg, dan tenaga listrik sehingga harga jualnya terjangkau oleh masyarakat.

Subsidi Nonenergi

Alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang memproduksi dan/atau menjual barang dan/ atau jasa tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah selain produk energi.

Dana Perimbangan

merupakan dana yang bersumber dari pendapatan dalam APBN yang dialokasikan untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Dana Otonomi Khusus

diberikan kepada daerah-daerah yang menjalankan otonomi khusus, yaitu Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, dan Provinsi Aceh

Dana Transfer Lainnya

merupakan dana yang dialokasikan kepada daerah untuk melaksanakan kebijakan tertentu berdasarkan undang-undang.

Fungsi Lingkungan Hidup a.l. terdiri atas Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan, dan Pengelolaan Pertanahan Provinsi;

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB. Sebagai tindak lanjut dari keputusan

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh PT CDM Indonesia Jaya 6) dinyatakan bahwa pembangunan proyek PLTMH ini tidak layak secara ekonomis dengan alasan keuntungan dari

Sudoyo, dkk ( 2007), koma adalah keadaan penurunan kesadaran dan respons dalam bentuk yang berat, kondisinya seperti tidur yang dalam di manapasien tidak dapat

c) Ahli-ahli yang bersetuju menyertai aktiviti yang memerlukan perbelanjaan besar boleh dikenakan derma khas bagi membiayai aktiviti tersebut... d) Semua

Dengan demikian, beliau bisa disebut di antara sedikit kiai yang mengajarkan dua kitab hadits karya ulama Uzbekistan, yaitu Shahih Bukhari dan Sunan At-Tirmidzi..

Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah dengan judul Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Pasca Operasi Ruptur Anterior Cruciate Ligamen, Lateral

Hal yang hampir serupa dikemukakan oleh Indarjati (2001) yang menyebutkan adanya tiga macam kondisi kepuasan yang bisa dirasakan oleh konsumen berkaitan

Populasi ini dipilih dan digunakan dalam penelitian ini karena perusahaan LQ 45 merupakan perusahaan yang memiliki kinerja baik, kondisi keuangan, prospek pertumbuhan dan