46 Buletin Teknik Pertanian Vol. 10. Nomor 2, 2005
L
ahan pasang surut sulfat masam dengan luaskan sekitar 6,7 juta ha mempunyai potensi cukup besar untuk dijadikan lahan pertanian (Partohardjono dan Syam 1992). Masalah utama dalam pemanfaatan lahan sulfat masam adalah kemasaman tanah sangat tinggi (Dent 1986; Konsten dan Sarwani 1990). Tanah dengan kemasaman yang sangat tinggi tidak dapat dimanfaatkan sebagai media tumbuh tanaman karena tidak tersedianya unsur hara tertentu dan melimpahnya kelarutan unsur-unsur yang beracun. Untuk meningkatkan ketersediaan unsur-unsur hara diperlukan penambahan Salvinia molesta sebagai pupuk.
Salvinia molesta merupakan tumbuhan setahun, ter-masuk tumbuhan air yang kecil, terapung bebas, dan ber-kembang biak dengan spora. Batang bercabang sedikit bahkan tidak bercabang. Daun bersatu menjadi karangan tiga yang rapat. Dua daun dari tiap karangan mengapung dengan tangkai pendek dan berambut, tidak berbagi dan tepi rata. Daun yang ketiga menggantung dalam air berbentuk serabut seperti akar dan juga berfungsi sebagai akar (tidak ada akar yang sesungguhnya). Bagian pangkal daun berlekuk ber-bentuk jantung. Pada waktu muda daun datar kemudian melipat seperti daun telinga. Daun yang mengapung men-datar rata di atas air, helaian lonjong memanjang dan ujung membulat, berjumlah 9-13 helai dengan ukuran 5-7 mm, warna hijau muda dari bawah berambut coklat agak rapat. Kedua sisi dari ibu tulang daun dengan tulang daun lateral sebanyak 15-20 buah (Van Steenis 15-2002). Percobaan ini bertujuan menge-tahui pengaruh penambahan beberapa dosis konsentrat S. molesta untuk meningkatkan pertumbuhan padi di tanah sulfat masam.
BAHAN DAN METODE
Percobaan dilaksanakan di rumah kaca Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Banjarbaru pada tahun 2001. Bahan yang digunakan adalah bibit padi varietas IR66, tanaman S.
molesta, urea, SP-36, KCl, dan akuades. Alat yang digunakan meliputi pisau, timbangan, beaker glass, oven, penggiling tanaman, dan baskom.
Proses pembuatan konsentrat S. molesta dengan konsentrasi 40%, 60% dan 80% adalah sebagai berikut:
•
S. molesta dikeringkan sampai kadar air 5,96%, digiling halus, ditimbang masing-masing 40 g, 60 g, dan 80 g lalu dimasukkan ke dalam baskom. Untuk konsentrasi 40% (40 g S. molesta) ditambahkan masing-masing 24 g urea, 23 g SP-36, dan 9 g KCl. Untuk tingkat konsentrasi 60% (60 g S. molesta) ditambahkan 16,5 g urea, 15,8 g SP-36, dan 6,7 g KCl, serta untuk konsentrasi 80% (80 g S. molesta) ditambahkan 6,6 g urea, 8,5 g SP-36, dan 3,0 g KCl. Campuran S. molesta dan pupuk diaduk hingga merata. Penambahan urea, SP-36 dan KCl yang berbeda dimak-sudkan untuk memenuhi takaran setara dengan 90 kg N, 60 kg P2O5 dan 45 kg K2O/ha.•
Campuran S. molesta dan pupuk kemudian dikeringkan dalam suhu kamar. Setelah kering konsentrat ditimbang sesuai dengan tingkat konsentrasi perlakuan.Percobaan menggunakan media tanah sulfat masam. Tanah diambil dari kebun percobaan Banjarbaru secara komposit pada kedalaman 0-20 cm. Contoh tanah dikering-anginkan lalu diayak dengan ayakan berukuran lubang 2 mm. Tanah lalu dimasukkan ke dalam ember plastik dengan diameter atas 26 cm, diameter bawah 19 cm, dan tinggi 24 cm. Masing-masing ember berisi 6 kg tanah kering udara.
Percobaan untuk setiap perlakuan adalah kontrol (tanpa S. molesta) serta pemberian konsentrat S. molesta 40%, 60%, dan 80%. Tiap-tiap perlakuan diulang tiga kali. Takaran S. molesta tiap pot untuk masing-masing perlakuan adalah 3,08 g, 4,10 g, dan 7,36 g untuk mencapai takaran setara dengan 90 kg N, 60 kg P2O5, dan 45 kg K2O/ha. Pemberian S. molesta sesuai perlakuan dilakukan 7 hari sebelum tanam dengan cara dibenamkan di bawah permukaan tanah. Bibit padi varietas IR66 yang telah berumur 21 hari ditanam pada pot-pot percobaan yang sudah diisi tanah. Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman pada umur 4, 6, dan 8 minggu setelah tanam (MST), jumlah anakan pada umur 4, 6, dan 8 MST, dan komponen hasil yaitu jumlah malai, panjang malai, bobot gabah, dan jumlah gabah isi.
PENAMBAHAN KONSENTRAT
Salvinia molesta
UNTUK MENINGKATKAN
PERTUMBUHAN P ADI DI TANAH SULFAT MASAM
Husin Kaderi
11Teknisi Litkayasa Penyelia pada Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa,
Buletin Teknik Pertanian Vol. 10. Nomor 2, 2005 47 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Tanaman Padi
Pertumbuhan tanaman dalam arti sempit adalah pembelahan sel (peningkatan jumlah) dan pembesaran sel (peningkatan ukuran) serta merupakan proses yang tidak dapat berbalik (Gardner et al. 1991). Menurut Hakim et al. (1986), per-tumbuhan merupakan suatu perkembangan yang progresif dari suatu organisme, dan cara yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan adalah dengan menyatakannya dalam bobot kering, panjang, tinggi atau diameter.
Tinggi Tanaman
Data hasil pengamatan tinggi tanaman padi umur 4, 6, dan 8 MST disajikan pada Tabel 1. Penambahan konsentrat S. molesta pada pupuk dapat mempengaruhi tinggi tanaman padi. Tinggi tanaman paling tinggi (90,83 cm) diperoleh pada pemberian konsentrasi S. molesta 60%. Peningkatan konsentrat S. molesta dari 60% menjadi 80% tidak mampu lagi menambah tinggi tanaman. Ini menunjukkan bahwa konsen-trasi S. molesta 60% telah mampu menyuplai kebutuhan hara tanaman sehingga efektif meningkatkan pertumbuhan. Hasil percobaan juga menunjukkan bahwa selain unsur hara mikro yang terkandung di dalam pupuk, S. molesta juga mempunyai peranan dalam pertumbuhan tinggi tanaman padi.
Jumlah Anakan
Data pengamatan jumlah anakan tanaman padi umur 4, 6, dan 8 MST disajikan pada Tabel 2. Jumlah anakan pada umur 6 dan 8 MST dipengaruhi oleh penambahan konsentrat S. molesta. Jumlah anakan terbanyak dihasilkan pada umur 6 dan 8 MST dengan tingkat konsentrat S. molesta 60%, masing-masing 28,3 dan 32,7 batang tiap rumpun. Konsentrat S. molesta 60% mampu menyuplai kebutuhan hara tanaman sehingga efektif meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Pada umur 6 dan 8 MST, pemberian konsentrat S. molesta 60% dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman,
antara lain melalui pengaruhnya terhadap sifat kimia dan hayati (biologi) tanah. Di dalam tanah, S. molesta dapat mengkelat logam serta oksida dan hidroksida logam se-hingga dapat mengurangi keracunan, bertindak selaku penukar ion dan penyangga kimia, sebagai gudang hara N, P, dan S, berperan dalam pelarutan fosfat dengan jalan kompleksasi ion besi dan aluminium dalam tanah, dan sebagai sumber energi mikroorganisme (Notohadiprawiro 1998). Meningkatnya ketersediaan hara dalam tanah dan mem-baiknya sistem perakaran tanaman padi akan memperbesar jumlah hara yang diserap tanaman sehingga pertumbuhan tanaman lebih baik, yang ditandai dengan meningkatnya tinggi tanaman dan jumlah anakan.
Komponen Hasil
Hasil percobaan menunjukkan bahwa penambahan konsen-trat S. molesta mempengaruhi jumlah malai, panjang malai, bobot gabah tiap rumpun, dan jumlah gabah isi tiap malai (Tabel 3). Tanaman yang diberi konsentrat S. molesta 60% memikili jumlah malai terbanyak, yaitu 29,3 malai tiap rumpun, juga bobot gabah tiap rumpun yaitu 70,07 g tiap rumpun. Bobot gabah tiap rumpun pada perlakuan konsentrat S. molesta 40% dan 80% relatif sama.
Hasil percobaan juga memperlihatkan bahwa pemberian konsentrat S. molesta 60% menghasilkan panjang malai dan jumlah gabah isi tiap malai tertinggi, masing-masing 23,7 cm dan 129,7 butir. Pada tingkat konsentrat S. molesta 80%,
Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman padi yang diberi perlakuan konsen-trat Salvinia molesta, rumah kaca Balittra Banjarbaru, 2001
Tinggi tanaman (cm)
Tingkat konsentrat pada umur (MST)
S. molesta (%)
Tabel 2. Rata-rata jumlah anakan tanaman padi yang diberi perlakuan konsentrat Salvinia molesta, rumah kaca Balittra Banjarbaru, 2001
Tingkat konsentrat Jumlah anakan (batang/rumpun)
S. molesta (%) pada umur (MST)
Tabel 3. Komponen hasil padi pada berbagai tingkat penambahan konsentrat Salvinia molesta, rumah kaca Balittra Banjarbaru, 2001
T i n g k a t Jumlah malai Panjang Jumlah Bobot
48 Buletin Teknik Pertanian Vol. 10. Nomor 2, 2005 jumlah malai, panjang malai, jumlah gabah isi, dan bobot
gabah tiap rumpun menurun. Hal ini disebabkan dekomposisi bahan organik S. molesta akan menghasilkan ion H+ dan asam-asam organik yang dapat memenuhi kompleksi serapan tanah. Pada tingkat kelarutan ion H+ yang melimpah, besi, aluminium dan kemungkinan unsur lainnya juga larut dalam konsentrasi yang meracuni tanaman. Melimpahnya kelarutan ion H+, besi dan aluminium menyebabkan pertumbuhan dan serapan tanaman terhambat sehingga hasil gabah menurun (Aribawa 2002).
Perlakuan tanpa S. molesta (kontrol) menghasilkan jumlah malai, panjang malai, jumlah gabah isi, dan bobot gabah tiap malai paling rendah. Oleh karena itu diperlukan penambahan S. molesta untuk meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah melalui proses mineralisasi. Unsur hara ini diperlukan oleh tanaman padi terutama pada fase generatif untuk memacu pembentukan malai dan gabah (Badan Pengendali Bimas 1977).
KESIMPULAN DAN SARAN
Pemberian konsentrat S. molesta 60% efektif meningkatkan tinggi tanaman padi, jumlah anakan, jumlah malai tiap rumpun, panjang malai, bobot gabah tiap rumpun, dan jumlah gabah isi. Bobot gabah tertinggi dicapai pada konsentrat S. molesta 60% yaitu 70,07 g tiap rumpun. Peningkatan konsentrat lebih dari 60% tidak meningkatkan bobot gabah tiap rumpun. Perlu ada percobaan lebih lanjut mengenai jenis bahan organik lainnya yang memiliki potensi kandungan hara lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Aribawa, I.B. 2002. Pengaruh kapur dan bokashi purun tikus terhadap tampilan tanaman padi dan perubahan beberapa sifat kimia tanah sulfat masam. Tesis, Fakultas Pascasarjana, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. 154 hlm.
Badan Pengendali Bimas. 1977. Padi, Palawija dan Sayur-sayuran. Badan Pengendali Bimas, Jakarta. hlm. 48-49.
Dent, D. 1986. Acid Sulphate Soils: A base line for research and development. Publication No. 39 ILRI, Wageningen, The Netherlands. 268 pp.
Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan H. Susilo dan Subiyanto. Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta. 428 hlm.
Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.K. Saul. M.A. Diha, G.B. Hong, dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Bandar Lampung. 488 hlm.
Konsten, C.J.M. and M. Sarwani. 1990. Actual and potential acidity and related chemical characteristics of acid sulphate soil in Pulau Petak. p. 51-69. Workshop on Acid Sulphate Soils in the Humid Tropics, Central Research Institute for Food Crops, Bogor, 20-22 November 1990.
Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. 237 hlm.
Partohardjono, S. dan M. Syam. 1992. Pengembangan terpadu pertanian lahan rawa pasang surut dan lebak. hlm. 19-38. Risalah Pertemuan Nasional Pengembangan Pertanian Lahan Pasang Surut dan Lebak. Cisarua, 3-4 Maret 1992. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.