• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD BAB I PENDAHULUAN ETD UGM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD BAB I PENDAHULUAN ETD UGM"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan salah satu sumberdaya alam esensial yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Air yang ada di bumi ini meliputi air di dalam tanah, air permukaan, dan air meteorologis. Air hujan merupakan bagian dari air meteorologis yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan akan air terutama yang bersih dan sehat (Rohwijayanti, 2007).

Air yang berada di setiap tempat memiliki kuantitas dan kualitas yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut antara lain disebabkan oleh adanya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas air di daerah yang bersangkutan (Sudarmadji dan Sutanto, 1990 dalam Susmalinda, 2001). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas air tersebut antara lain adalah karena adanya proses pembersihan diri dan/atau sebaliknya justru beban pencemar pada lingkungan hidup tersebut.

Lingkungan hidup masa lampau dan masa kini yaitu abad 21 telah mengalami banyak perubahan, yang disebabkan oleh keadaan, air, pangan, energi, manusia, penyakit, bencana besar, dan polusi. Para ahli lingkungan memiliki berbagai pandangan terhadap lingkungan hidup pada abad 21 (Tabel 1.1).

(2)

Tabel 1.1. Pandangan Para Ahli Tentang Lingkungan Hidup Abad 21

No Aspek Pandangan

1 Keadaan Crozier mengibaratkan keadaan mendatang seperti pelaut yang pada saat yang sama mengantisipasi angin (Jouvenel, 2001).

2 Air Banyak spesialis percaya bahwa masalah sumberdaya air akan menjadi lebih serius pada abad 21 dibandingkan sumberdaya makanan dan energi (Shiklomanov 2001). Budaya baru tentang air akan berlangsung, yaitu kita harus menerima bahwa air merupakan sumberdaya yang bukan tidak terbatas dan bukan tidak rentan, kita tidak bisa meminta alam untuk menyediakan kita dengan air murni sekaligus menghilangkan dan menyerap limbah kita, air merupakan sejenis komoditi unik karena di satu sisi sebagai suatu warisan bersama dan di sisi lainnya biaya produksi dan nilai pemakaiannya sangat bervariasi (Margat 2001). 3 Pangan World food summit tahun 1996 menyatakan bahwa masih ada 800 juta

orang yang kekurangan makan (Collomb 2001).

4 Energi Paradigma energi yang baru mengemukakan bahwa energi tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang berakhir pada dirinya sendiri tetapi sebagai instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan sosial dan ekonomi (Dessus 2001).

5 Manusia Sekarang hanya ada satu Homo yaitu Homo sapiens sehingga semestinya tidak ada lagi rasialisme (Gould 2001).

6 Penyakit Abad 20 menambah penyebab-penyebab baru yang bertanggung jawab terhadap kemunculan dan kemunculan kembali penyakit (Montagnier 2001). Ada semacam hukum di mana hilangnya suatu penyakit diikuti oleh kemunculan penyakit lain (Heymann 2001).

7 Bencana besar

Huxley mengemukakan bahwa katastropi akan terjadi bila langkah-langkah tertentu tidak diambil (Bouguerra 2001).

8 Polusi Melalui kehidupan sehari-hari, kita semua terpapar bahan-bahan yang tidak terlihat yang bisa bertindak sebagai perusak endokrin yang menurunkan kesuburan pria (Skakkebaek 2001).

Sumber: Disarikan dari Keys to the 21st Century, J. Binde ed.

Akhir-akhir ini permasalahan pada sumberdaya air mulai banyak bermunculan sebagai akibat dari pencemaran lingkungan yang telah berlangsung bertahun-tahun sebelumnya. Permasalahan paling sering muncul biasanya dari segi kuantitas, tetapi kualitas pun akhir-akhir ini semakin banyak permasalahannya. Menurunnya kualitas air bisa dikarenakan adanya perkembangan di daerah tersebut seperti industri, transportasi dan lainnya terutama di daerah perkotaan.

(3)

banyaknya sumberdaya yang dibutuhkan. Pengelolaan sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan manusia akan pangan, papan dan sandang, serta kebutuhan lainnya pasti akan menggunakan berbagai teknologi. Teknologi di samping membawa kemakmuran dapat pula membawa pengaruh sampingan berupa limbah buangan atau bahan sisa tidak terpakai. Limbah yang dibuang ke alam bisa menyebabkan kerusakan alam baik air, tanah maupun udara.

(4)

Jerman Barat pernah mengalami peristiwa Waldsterben (pembinasaan hutan yang terutama diakibatkan oleh pencemaran udara) sekitar tahun 1986 (Glaeser, 1989). Kejadian ini dimulai dari berlubangnya daun-daun pohon. Daun merupakan tempat untuk memasak dan transpirasi tanaman. Tanpa ada daun dan cadangan energi yang memadai, pohon akan menjadi mati.

Peristiwa Waldsterben bukan dianggap kejadian biasa bagi Jerman Barat. Mereka mendapatkan pencerahan dan mengambilnya sebagai hikmah (lessons learned). Agar dapat ditangani secara terprogram, Jerman Barat kemudian membuat kebijakan bahwa isu lingkungan harus dialihkan menjadi isu politik.

Indonesia telah mengambil pelajaran dari adanya hujan asam di negara-negara lain. Salah satu kebijakan yang telah dilakukan adalah pemantauan hujan asam di beberapa daerah. Salah satu pemantauan berada di Kecamatan Setu di Kota Tangerang Selatan dengan hasil telah mengalami hujan asam (Farhani et al, 2010). Sejak tahun 2001 pH air hujan di Kecamatan Setu telah memiliki nilai di bawah 5,6. Meskipun demikian belum terlihat atau terasakan adanya kesadaran masal tentang bencana tersembunyi tersebut. Tidak ada slogan di jalan dan tempat-tempat strategis seperti puskesmas, sebagai contoh, yang mewanti-wanti (memperingatkan) mengenai hal itu. Bahkan dari penjajagan informal melalui percakapan sehari-hari, masih banyak anggota masyarakat di sekitar tempat pemantauan hujan asam tersebut yang belum mengetahui adanya hujan asam di daerah itu.

(5)

1.2. Rumusan Masalah

Tangerang Selatan sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Tangerang. Tahun 2008, Kota Tangerang Selatan baru terbentuk dikarenakan adanya pemekaran yang menimbulkan peningkatan di sektor industri dan transportasi. Pemekaran itu sendiri dipicu karena adanya faktor internal yang mendukung untuk berdiri sendiri sebagai suatu kota. Faktor internal itu antara lain pendapatan daerah yang cukup karena ditunjang beberapa industri dan perkantoran. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pemekaran tersebut terutama adalah otonomi daerah.

Seperti yang terdapat pada penjelasan sebelumnya bahwa di Kecamatan Setu telah ada penelitian berkaitan dengan air hujan. Hal ini menimbulkan keinginan lebih jauh melakukan penelitian di Kecamatan Setu. Sarpedal berada di Kecamatan Setu dan memiliki beberapa parameter kualitas air hujan sehingga dibuatlah penelitian di sekitar sarpedal. Pembuatan empat titik di sekitar penelitian yang dilakukan Sarpedal bertujuan agar diketahuinya distribusi dan kualitas air hujan di sekitarnya. Kualitas air hujan di dalam penelitian ini lebih ditekankan pada kadar sulfat, nitrat, dan pH air hujan. Penurunan kadar sulfat, nitrat, dan pH air hujan akan sangat berpengaruh di Kota Tangerang Selatan, khususnya Kecamatan Setu, karena di Kecamatan Setu masih banyak warga yang menggunakan air hujan sebagai sumber air untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Penurunan kadar pH air hujan khususnya akan berpengaruh pada kesehatan penduduk yang menggunakan air hujan sebagai sumber air untuk kebutuhan hidupnya.

Hasil penjelasan penurunan kualitas air hujan yang mencakup sulfat, nitrat, dan pH di atas memiliki dampak. Hal ini menimbulkan beberapa pertanyaan yang dimasukkan ke dalam rumusan masalah antara lain:

1) Bagaimana kadar sulfat, nitrat, dan pH air hujan serta distribusinya di lokasi penelitian?

2) Bagaimana perbandingan kadar sulfat, nitrat, dan pH air hujan di titik penelitian dan Sarpedal?

(6)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Mengetahui kadar sulfat, nitrat, dan pH air hujan serta distribusinya di lokasi penelitian.

2) Mengetahui dan membandingkan hasil pengukuran lapangan dengan data sekunder dari Sarpedal.

3) Mengetahui perbandingan kadar sulfat, nitrat, dan pH air hujan dengan baku mutu air bersih.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat khususnya bagi para pemangku kepentingan yang dalam hal ini dikelompokkan menjadi kaum akademis dan non akademis (praktisi) khususnya di daerah kajian. Secara lebih eksplisit kegunaan penelitian ini adalah:

1) Bagi akademisi terutama dosen, penelitian ini diharapkan dapat menambah kelengkapan penelitian yang dimiliki Universitas, khususnya yang terkait dengan kualitas air hujan di Tangerang Selatan; dan bagi mahasiswa, penelitian ini berfungsi sebagai ajang untuk melakukan penelitian dan meningkatkan kemampuan diri dalam memenuhi salah satu kriteria untuk lulus sarjana strata 1 di bidang Geografi Lingkungan.

(7)

1.5. Tinjauan Pustaka dan Penelitian Sebelumnya

1.5.1. Tinjauan Pustaka

Air yang jatuh dari langit sampai tanah disebut hujan, tetapi apabila jatuhnya tidak dapat mencapai tanah karena menguap lagi maka jatuhan tersebut disebut virga. Untuk dapat terjadinya hujan diperlukan titik-titik kondensasi, amoniak, debu, dan asam belerang. Titik-titik kondensasi ini mempunyai sifat dapat mengambil uap air dari udara. Satuan hujan selalu dinyatakan dalam satuan milimeter atau inchi namun untuk di Indonesia satuan yang umum digunakan adalah satuan milimeter (mm). Hujan adalah bagian dari presipitasi, tetapi di Indonesia sering kali disamakan dengan pengertian presipitasi karena hujan saljunya dapat diabaikan. Presipitasi merupakan air endapan atau jatuhan di permukaan bumi yang terjadi karena proses hujan yang menghasilkan curah hujan baik yang berukuran kurang dari 0,5 mm maupun lebih besar dari 0,5 mm, atau proses salju yang menghasilkan curah salju.

Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak meresap, tidak mengalir, dan menguap. Curah hujan 1mm artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi 1mm atau tertampung air sebanyak satu liter.

Hujan diukur dengan alat yang disebut penakar hujan. Ada dua macam penakar hujan, yaitu penakar hujan non rekam dan penakar hujan rekam. Penempatan penakar hujan tidak bisa di letakkan di sembarang tempat atau harus sesuai dengan yang telah dibakukan. Penempatan penakar hujan telah dibakukan, yaitu 120 cm dari permukaan tanah (Prawirowardoyo, 1996).

(8)

gunung berapi. Ringkasan reaksi yang terjadi tersebut, secara holistik telah dikemukakan Wijonarko (2011).

Soemarwoto (1992) lebih suka menggunakan istilah deposisi basah untuk menggantikan pengertian hujan asam. Hujan asam adalah segala macam hujan dengan pH dibawah 5,6 (BMKG, 2009). Hujan asam adalah turunnya asam dari atmosfer ke bumi (BPLHD Provinsi Jawa Barat, 2012).

Air hujan bagi masyarakat di daerah rawan air sering digunakan sebagai sumber air langsung bagi kehidupan masyarakat. Bila hujan tersebut merupakan hujan asam, maka penggunanya dapat memperoleh berbagai dampak khususnya yang terkait dengan kesehatan. Hujan asam ini telah menjadi salah satu masalah lingkungan utama yang dihadapi negara-negara industri (Oliver, 1987).

Tabel 1.2. Teori Tentang Asam

Penyusun Teori

Definisi Contoh

Arrhenius Asam adalah zat yang menghasilkan H+ dalam air dan basa merupakan zat

yang menghasilkan OH- dalam air.

Sebagai contoh, HCl asam dan NaOH basa. CA = asam pasangan (conjugate acid) CB = basa pasangan (conjugate base) Lewis Zat yang dapat menerima elektron dari

atom lain untuk membentuk sebuah

Sumber : Disarikan dari Thall 2004.

(9)

hidroklorat. Umumnya, ion sulfat menonjol dengan perbandingan jumlah yang lebih sedikit dari ion nitrat dan hampir sama rendah jumlahnya dengan ion klorida. Penambahan keasaman air hujan sangat dipengaruhi oleh nilai pH air hujan. pH adalah tingkat keasaman suatu zat. Pengertian asam dapat dilihat di Tabel 1.2.

Nitrat (NO3-)merupakan salah satu unsur kimia hujan terbanyak selain sulfat (SO4-). Jumlah nitrat yang besar dapat menyebabkan gangguan gastro-intestinal, diare campur darah, disusul oleh konvulsi, koma, dan bila tidak tertolong akan meninggal (Said, 2002). Sufat (SO4-) merupakan salah satu unsur kimia hujan asam. Sulfat bersifat iritan bagi saluran gastrointestinal atau saluran pencernaan bila dicampur dengan magnesium atau natrium (Said, 2002).

Curah hujan berpengaruh terhadap unsur-unsur hujan sekurang-kurangnya melalui dua proses. Proses pertama adalah proses terhujankan (rain out), sedangkan proses kedua adalah proses tercucikan (wash out). Proses terhujankan terjadi pada saat ada komponen hujan asam yang masuk ke awan hujan. Proses tercucikan berlangsung pada saat unsur hujan ikut turun melalui hujan.

Proses terhujankan berlangsung melalui tiga cara. Pertama, uap-uap air atau awan mengenai udara yang mengandung unsur-unsur hujan dan kemudian bersatu. Kedua, unsur-unsur hujan berterbangan di udara dan kemudian mengenai awan hujan sehingga bergabung bersama. Ketiga, awan hujan dan unsur-unsur hujan saling mendekatkan diri dan kemudian bersatu untuk menjadi hujan.

Proses tercucikan terjadi pada saat hujan turun melalui lapisan udara antara awan tersebut dengan permukaan bumi. Pada saat itu, kolom udara yang dilalui hujan terdapat unsur-unsur hujan. Dengan demikian unsur tersebut akan ikut jatuh ke permukaan bumi.

(10)

tinggi curah air hujannya, maka nilai pH air hujan akan meningkat atau keasaman air hujannya menurun.

Hujan terjadi melalui proses kondensasi. Uap air yang ada di udara akan melambung ke angkasa karena berat jenisnya relatif ringan. Semakin ke atas suhu udara di lapisan atmosfer bagian bawah akan menurun. Oleh karena itu suhu uap air atau awan tersebut semakin turun sehingga akan mendekati suhu untuk menjadi es. Pada saat berubah menjadi es maka berat es menjadi cukup besar untuk terbebas dari gaya gravitasi sehingga kemudian jatuh ke permukaan bumi.

Uap air yang melambung ke angkasa biasanya telah mengenai berbagai macam partikel di udara. Akibatnya akan memicu terjadinya nuclei sebagai bahan baku terjadinya butir-butir hujan. Dalam peristiwa ini awan tersebut tidak sempat menjadi es tetapi masih dalam bentuk butiran-butiran air. Butiran-butiran air ini makin lama makin besar sehingga tertarik oleh gaya gravitasi, sehingga jatuh ke permukaan bumi dalam bentuk curah hujan.

Bentukan salju maupun air hujan utamanya di tentukan oleh suhu udara. Bila suhu udaranya di bawah -2 0C, maka yang dominan adalah salju. Jika suhu di atas 4 0C, maka curah hujan menjadi lebih dominan. Jika suhu diantara -2 0C sampai 4 0C, maka bisa terjadi presipitasi dalam bentuk salju dan atau hujan.

Uraian yang telah dikemukakan tersebut menunjukkan bahwa hujan terbentuk terutama karena uap air terus bergerak terutama ke arah vertikal, ada proses penurunan suhu udara, dan adanya partikel-partikel udara yang memicu terjadinya butir-butir hujan. Dengan demikian bilamana ada partikel-partikel udara yang lebih banyak maka akan memperbesar kemungkinan terjadinya peningkatan curah hujan. Pemahaman seperti ini digunakan untuk pembuatan hujan buatan. Hujan buatan pada dasarnya dilakukan dengan cara menebarkan butir-butir garam atau urea ke awan.

(11)

Semakin banyak unsur-unsur yang ada di dalam air hujan akan mempengaruhi kualitas air hujan yang turun ke permukaan bumi. Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain di dalam air (Effendi, 2003). Kualitas air yang buruk akan sangat mempengaruhi makhluk hidup karena seluruh makhluk hidup membutuhkan air terutama air yang bersih dan sehat. Kualitas air di tiap tempat dan daerah tidak akan sama karena adanya faktor-faktor pembeda antar tempat. Faktor yang berpengaruh terhadap kualitas air adalah adanya zat pencemar yang membuat air menurun kualitasnya sehingga air tersebut tidak berfungsi lagi sesuai peruntukannya.

Kualitas air dikatakan baik apabila faktor-faktor pencemar yang ada masih dibawah batas pencemar yang diperbolehkan. Batas atau kadar faktor-faktor tersebut seperti zat, energi, makhluk hidup atau komponen lain yang masih diperbolehkan atau masih membuat air sesuai peruntukannya terdapat pada baku mutu air. Baku mutu air adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang dapat ditenggang dalam sumber air tertentu, sesuai dengan peruntukannya.

1.5.2. Penelitian Sebelumnya

(12)

cukup baik dan masih lebih rendah dari kadar maksimum yang dianjurkan. Hasil lainnya konsentrasi unsur-unsur kimia pencemaran air hujan di perkotaan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan di pinggiran kota, tebal hujan dan lama tenggang waktu dengan hujan sebelumnya kurang nyata pengaruhnya terhadap kualitas air hujan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah adanya persamaan beberapa unsur air hujan yang diteliti. Perbedaan penelitian Pravita dengan penulis adalah unsur yang digunakan untuk kualitas air hujan Pravita lebih banyak, penelitian Pravita membandingkan pusat kota dengan pinggiran sedangkan penulis membandingkan data instansi dengan pengukuran lapangan.

Barakalla (2007) melakukan penelitian kualitas air hujan di kawasan industri pulogadung. Dengan tujuan mengetahui kualitas air hujan di kawasan industri Pulogadung dan daerah sekitarnya, mengetahui hubungan antara konsentrasi unsur-unsur dalam air hujan dengan tebal hujan sesaat dan dengan jarak dari pusat industri, dan mengetahui distribusi kualitas air hujan pada kawasan industri Pulogadung. Penelitian ini menggunakan 4 metode analisis yaitu analisis laboratorium, analisis grafis, analisis keruangan dan analisis statistik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh industri dan angin terhadap kualitas air hujan. Hasil lainnya adanya hubungan negatif antara konsentrasi unsur – unsur dalam air hujan dengan tebal hujan pada satu kejadian hujan dan dengan jarak dari pusat industri. Persamaan penelitian terdapat pada adanya pengukuran kadar sulfat, nitrat, dan pH air hujan. Perbedaan penelitian terdapat pada lokasi penelitiannya yang berbeda dan peneliti tidak meneliti pengaruh industri terhadap air hujan.

(13)

nitrit dan timbal dalam air hujan. Jumlah kendaraan tidak berpengaruh terhadap konsentrasi unsur sulfat, pH, dan kekeruhan dalam air hujan. Kualitas air hujan secara umum masih baik di Kota Yogyakarta. Persamaan penelitian ini dengan penulis adalah kajian kualitas air hujan, walaupun hanya beberapa unsur air hujan yang sama. Perbedaan penelitian ini dengan penulis adalah penulis tidak mengkaji tentang emisi gas kendaraan bermotor dan tidak samanya tempat penelitian.

(14)

Tabel 1.3. Penelitian Sebelumnya

- Mengetahui kualitas air hujan secara umum di dalam Kota Yogyakarta dan sekitarnya.

- Mengetahui hubungan antara tebal hujan dengan kualitas air hujan. - Mengetahui hubungan antara lama

tenggang waktu dengan hujan sebelumnya dengan kualitas air hujan.

- Membandingkan kualitas air hujan yang jatuh di dalam Kota Yogyakarta dengan di daerah pinggiran Kota Yogyakarta.

Hasil penelitian ini menunjukkan kualitas air hujan di Kota Yogyakarta dan sekitarnya masih cukup baik dalam arti masih lebih rendah dari kadar maksimum yang dianjurkan.

Hasil lainnya konsentrasi unsur-unsur kimia pencemaran air hujan di perkotaan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan di pinggiran kota, tebal hujan dan lama tenggang waktu dengan hujan sebelumnya kurang nyata pengaruhnya terhadap kualitas air hujan.

2 Barakalla (2007)

Kawasan industri Pulogadung

- Mengetahui kualitas air hujan di kawasan industri Pulogadung dan daerah sekitarnya

- Mengetahui hubungan antara konsentrasi unsur-unsur dalam air hujan dengan tebal hujan sesaat dan dengan jarak dari pusat industri. - Mengetahui distribusi kualitas air

hujan pada kawasan industri

Daerah industri memberi pengaruh terhadap kualitas air hujan.

(15)

No. Nama Peneliti Lokasi Tujuan Metode Hasil

- Mengetahui penyebaran kualitas air hujan menurut ruang di Kota Yogyakarta.

- Mengetahui dan mengevaluasi pengaruh kepadatan kendaraan bermotor terhadap kualitas air hujan.

-Analisis grafis -Analisis statistik -Analisis

keruangan

Hasil penelitian ini adalah jumlah kendaraan

berpangaruh terhadap konsentrasi unsur nitrit dan timbal dalam air hujan.

Hasil lainnya jumlah kendaraan tidak berpengaruh terhadap konsentrasi unsur sulfat, pH, dan kekeruhan dalam air hujan.

Kualitas air hujan secara umum masih baik di Kota Yogyakarta.

Patengan, khususnya pH, uji korelasi anion dan kation terhadap pH.

- Analisis statistik - Analisis

laboratorium

Adanya fluktuasi pH di perairan Patengan yang disebabkan deposisi asam, arah angin, curah hujan, kelarutan batuan, kualitas air dari run off, emisi zat pencemar, dan sebagainya.

Hasil lainnya menunjukkan bahwa deposisi asam belum begitu nyata karena perubahan pH masih di atas 5,6 5 Elka

Mengetahui kadar sulfat, nitrat, dan

pH air hujan serta distribusinya di

lokasi penelitian.

Mengetahui dan membandingkan

hasil pengukuran lapangan dengan

data sekunder dari Sarpedal.

Mengetahui perbandingan kadar

sulfat, nitrat, dan pH air hujan dengan

baku mutu air bersih.

Distribusi kualitas air hujan masih merata di lokasi penelitian.

Perbedaan kurang terlihat antara pengukuran lapangan dan data sekunder.

Kualitas air hujan unsur nitrat dan sulfat masih di bawah baku mutu air tetapi pH air hujan jauh di bawah baku mutu air hujan.

Lanjutan Tabel 1.3.

(16)

1.5.3. Kerangka Pemikiran

Daerah perkotaan merupakan daerah yang sangat cepat pertumbuhan penduduknya. Seperti diketahui dengan banyaknya pertumbuhan penduduk berarti aktivitas dan kebutuhan penduduk akan meningkat pula (Gambar 1.1). Aktivitas manusia ada bermacam-macam mulai dari yang tidak berdampak pada lingkungan hingga hal yang memiliki dampak pada lingkungan. Aktivitas yang memiliki dampak pada lingkungan bisa berakibat baik maupun buruk. Dampak buruk bisa berpengaruh pada air, tanah, maupun udara bahkan makhluk hidup yang ada di daerah tersebut. Peningkatan aktivitas manusia seperti asap kendaraan bermotor, asap pabrik, dan asap pembakaran sampah akan memiliki dampak buruk pada udara. Aktivitas ini akan berpengaruh pada peningkatan NOx dan SOx di udara. Pencemaran udara akan berdampak pada kualitas udara di suatu daerah. Kualitas udara yang buruk akan berdampak pada air hujan yang turun melewati udara.

Tanaman dan tubuh air (danau dan sungai) merupakan bagian daur hidrologi yang menghasilkan transpirasi dan evaporasi yang sangat mempengaruhi terjadinya hujan. Transpirasi dan evaporasi akan mengalami penguapan ke udara dan mengakibatkan terjadinya kondensasi. Kondensasi di udara menyebabkan terjadinya hujan.

Air hujan di udara saat titik jenuh akan turun sebagai hujan dengan melewati perantara udara. Air hujan yang turun di daerah yang udaranya tercemar bisa bercampur dengan zat-zat yang terdapat pada udara tersebut. Baik udara memiliki kandungan berbahaya maupun tidak. Udara dengan kandungan berbahaya biasanya berada di daerah perkotaan dikarenakan lebih banyaknya aktivitas di daerah perkotaan baik di bidang transportasi, industri, maupun skala rumah tangga dibanding di daerah.

(17)

tanah. Air hujan yang telah tercemar adalah air hujan yang tidak lagi berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Gambar 1.1. Diagram Kerangka Pemikiran Daerah perkotaan

Peningkatan jumlah penduduk

Tanaman Tubuh air (sungai dan danau)

Transpirasi Evaporasi

Kondensasi

Hujan Peningkatan jumlah penduduk

mendorong peningkatan aktivitas dan kebutuhan manusia

Terjadinya pencemaran air hujan Aktivitas tersebut memiliki

dampak terhadap lingkungan, seperti asap kendaraan, limbah

asap dari pabrik, dan pembakaran sampah

Peningkatan pencemaran seperti NOx dan

SOx di udara

(18)

1.5.4. Batasan Operasional

1) Air (water): zat yang unsur utamanya tersusun oleh molekul H2O (Soemarwoto, 1992).

2) Baku mutu air: batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang dapat ditenggang dalam sumber air tertentu, sesuai dengan peruntukannya (Effendi, 2003). 3) Curah hujan: banyaknya curah hujan yang mencapai tanah atau permukaan

bumi selama waktu tertentu dinyatakan dalam ketebalan atau ketinggian air hujan dan tidak ada yang hilang karena penguapan, limpasan, dan infiltrasi (Prawirowardoyo, 1996).

4) Hujan: Curahan yang terdiri dari tetes air yang diameternya lebih besar dari 0,5 mm (Prawirowardoyo, 1996).

5) Hujan asam: proses pengendapan zat yang mempunyai pH yang lebih kecil dari 5,6 di udara yang kemudian terhujankan ke permukaan bumi (Soemarwoto, 1992).

6) Kualitas air: sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain di dalam air (Effendi, 2003).

7) Kualitas air hujan: sifat air dan kandungan kimia air hujan berupa pH, sulfat, dan nitrat di dalam air hujan pada penelitian ini (Mychelisda, 2013).

8) Lingkungan hidup: kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain (UU no 32, 2009).

9) Pencemaran air: masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan tidak laggi berfungsi sesuai dengan peruntukannya (Effendi, 2003).

(19)

11) Rain out: asam di udara yang terlarutkan di dalam butir-butir air di awan dan jika awan itu menurunkan hujan (Soemarwoto, 1992).

12) Unsur-unsur hujan: unsur kimia yang diukur dalam tiap pengambilan sampel air, dimana unsur-unsur tersebut adalah pH, Sulfat (SO42-), dan Nitrat (NO3-) (Mychelisda, 2013).

Gambar

Tabel 1.2. Teori Tentang Asam
Tabel 1.3. Penelitian Sebelumnya
Gambar 1.1. Diagram Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Gambar senyawa golongan flavonoid yang berhasil diisolasi dari daun genus Calophyllum yang berasal dari Malaysia, Sri Lanka dan Papua New Guinea ditunjukkan pada

Puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan antara Tingkat Kehadiran Ibu di Kelas Ibu Hamil dengan

Tabel 1 karakteristik kondisi udara di tempat kerja menggambarkan beda tekanan yang terjadi saat proses peleburan yang terjadi di tempat kerja perajin, beda tekanan ini

37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia adalah sebagai lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik, ia bersifat mandiri

Dari hasil percobaan yang diperoleh, metode BayesShrink dinilai cukup baik dalam menghilangkan noise, serta diperoleh kesimpulan mengenai proses denoising yang lebih baik

Seperti yang sudah diuraikan pada keterangan sebelumnya bahwa mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan sub mata pelajaran pendidikan agama islam yang tujuannya untuk

Tema besar yang menjadi landasan perencanaan dan perancangan Stasiun Kereta Api dan Hotel transit adalah Arsitektur Regionalisme yang merupakan salah satu

Dana Pelayanan Administrasi Kependudukan yang selanjutnya disingkat Dana Pelayanan Adminduk adalah dana yang digunakan untuk men3amm keberlanjutan dan keamanan