• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemilu 2014 dan Keadilan Sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemilu 2014 dan Keadilan Sosial"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PEMILU 2014 DAN KEADILAN

SOSIAL

1

Oleh

Fridiyanto

2

“Di dalam massa, dengan massa, untuk massa! Itulah harus menjadi semboyan kami dan semboyan tiap – tiap orang Indonesia yang mau

berjuang untuk keselamatan tanah air dan bangsa!”

Bung Karno

-Pendahuluan

Pemilu merupakan media peralihan kekuasaan yang dilakukan dengan regulasi, norma, dan etika sehingga pergantian kekuasaan dapat dilakukan secara damai. Pemilu diadakan sebagai proses sirkulasi elit penguasa secara kompetitif dan legal. Selain itu Pemilu dilakukan untuk pendidikan politik, dimana rakyat dapat menyampaikan aspirasi mereka secara langsung, bebas, dan massal. Melalui Pemilu inilah rakyat menentukan dan melegalkan program dan kebijakan wakil-wakil mereka di eksekutif maupun legislatif. Pemilu 2014 yang tinggal beberapa saat lagi (Pemilu legislatif 9 April dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 9 Juli) akan dirayakan seluruh rakyat Indonesia, seharusnya bukanlah merayakan oligarki politik, dan dominasi elit terhadap rakyat yang hanya berorientasi kepentingan kelompok. Prinsip Vox Populi Vox Dei bahwa Suara Rakyat Suara Tuhan harus benar-benar menjadi fatsoen berpolitik. Artinya, momen poltik empat tahunan ini harus mampu mencerap dan menjalankan aspirasi dan amanat rakyat, salah satunya adalah mewujudkan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Kutipan preambule UUD 1945 alinea 4 berikut, seharusnya mengembalikan kehidupan politik kita pada cita-cita konstitusi“...untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa...”

Makalah ini membahas Pemilu 2014 hubungannya dengan etika politik, serta mengulas momen pemilihan umum 2014 relasinya dengan keadilan sosial.

Politik Otentik

Mendiskusikan politik otentik di tengah-tengah kemarut politik di Indonesia saat ini, seperti sebuah hal yang absurd. Saat ini perpolitikan di Indonesia selalu identik dengan politik Machiavelis yang hanya berpikir merebut, memperluas, dan mempertahankan kekuasaan. Perilaku elit yang korup

1 Dipresentasikan pada Diskusi Kebangsaan PKC PMII Sumatera Utara di Hotel Madani tanggal 28 Februari 2014.

(2)

sudah menjadi tontonan sehari-hari publik. Sehingga apa pun terkesan halal untuk dilakukan oleh elit politik selama memang bisa sebagai jalan mewujudkan syahwat politik mereka. Politik tidak lagi menjadi ajang perjuangan kepentingan rakyat, tetapi sudah seperti menjadi alat memperjuangkan kepentingan individu dan kelompok. Muhammad Natsir sudah pernah menyampaikan praktik politik yang sedang terjadi saat ini “Akan tetapi riwayat cita-cita Parlemen Indonesia ini, mengajarkan kepada kita bahwa biasanya di dalam percaturan politik, tidak ada cara pilantropi semata, yang lebih lazim dan laku ialah cara tawar menawar. Bukan dengan semata-mata dengan omongan akan tetapi dengan sesuatu yang nyata bisa dihadirkan, bilamana dikehendaki oleh pihak yang dilawan bertawaran itu.” Perilaku politik sandera seperti menjadi hal biasa, dimana sesama elit politik berusaha melindungi kebobrokan dan kekoruppan mereka, namun ketika bermasalah dengan hukum dan telah diketahui publik, bargaining politic dan lobi-lobi dilakukan untuk saling melindungi. Tetapi ketika penawaran tidak cocok atau tidak bisa dilakukan, maka “kartu rahasia” untuk saling menjatuhkan pun dilemparkan kepada publik untuk dikonsumsi. Di Indonesialah kita melihat politik untuk politik, bukan politik sebagai alat untuk membangun kesejahteraan publik. Pertarungan wacana terus digulirkan, perdebatan-perdebatan terus dipertontonkan, sehingga politisi dan pemerintah lupa kerja mereka sebenarnya apa. Tetapi hanya asyik masyuk dalam pusaran politik Machiavelis.

(3)

bewust an pada pergerakan massa, memberi kesadaran, memberi keradikalan.” Bagi Bung Karno partai politik harus radikal dan revolusioner serta menjadi pelopor membela kepentingan rakyat. Partai harus mampu mendidik rakyat, dan mengolah tenaga rakyat untuk mencapai cita-cita berbangsa. Bukan hanya sibuk mengurusi dirinya sendiri.

Relasi politik “tuan-budak” yang berlangsung selama ini di Indonesia, menampakkan perjuangan untuk kepentingan bersama, yang diwujudkan melalui kebijakan-kebijakan mereka yang pro publik. Para penguasa yang telah duduk di kursi kekuasaan secara konstitusional melalui Pemilu bukanlah Tuan majikan, juga bukan Raja, dimana rakyat harus melayani dan menghamba pada mereka. Tetapi para politisi dan penguasa itu adalah pengejawantahan perjuangan rakyat yang melayani kehidupan rakyat.

Mewujudkan Keadilan Sosial

“Keadilan sebagai kejujuran” kata John Rawls seorang filsuf yang banyak melahirkan gagasan mengenai keadilan sosial. Menurut Rawls Keadilan sosial merupakan prinsip kesamaan terhadap kesempatan. Olehkarena itu perbedaan sosial bukanlah alasan untuk membedakan akses terhadap ekonomi, maka negara harus mengatur distribusi ekonomi dan peluang kesejahteraan bagi kelompok termarjinalkan, bahkan kelas inilah yang harus menjadi prioritas dan memperoleh perlindungan khusus. Setiap strata sosial harus diberikan hak hidup yang sama, dengan pengaturan kesenjangan ekonomi melalui keuntungan sosial ekonomi timbal balik yang bisa dilakukan pemerintah dan institusi politik.

Bung Karno dalam pidatonya tentang Pancasila, mengatakan “Keadilan sosial ialah suatu masyarakat atau sifat suatu masyarakat adil dan makmur, berbahagia buat semua orang, tidak ada penghinaan, tidak ada penindasan, tidak ada penghisapan. Tidak ada – sebagai yang saya katakan di dalam kuliah umum beberapa bulan yang lalu – exploitation de l’homme par l’homme.” Selanjutnya Bung Karno menegaskan kembali, bahwa Negara Indonesia didirikan untuk kesejahteraan umum, bukan hanya dikuasai elit dan oligarki partai-partai politik “Kita hendak mendirikan suatu negara “semua buat semua”. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya, - tetapi “semua buat semua.”

Dari perspektif ekonomi dan demokrasi, keadilan sosial menurut Bung Hatta, aktifitas politik harus lebih mengutamakan kepentingan masyarakat daripada kepentingan individu. Olehkarena itu lapangan kerja harus dibuka, adanya standar hidup layak bagi masyarakat, pemerataan kemakmuran dengan menghapuskan ketidakmerataan perekonomian. Sedangkan menurut Bung Syahrir bahwa cita-cita Negara Indonesia yang adil, makmur, tanpa eksploitasi manusia dan sumber daya alam akan dapat diwujudkan dalam jalan sosialisme. Agar tidak adanya praktik diktator dan otoritarian, maka demokrasi di segala bidang harus mendinamisir sosialisme. Bagi Syahrir demokrasi ekonomi dan keadilan sosial dapat diwujudkan dengan demokrasi politik.

(4)

“sila keadilan sosial mengandung prinsip bahwa setiap orang di Indonesia akan mendapat perlakuan adil dalam bidang hukum, politik, ekonomi dan kebudayaan.” Dengan Sila Keadilan Sosial, seharusnya setiap aktifitas kehidupan berbangsa, termasuk di dalamnya politik bahwa seluruh elemen bangsa, seluruh manusia Indonesia menyadari hak dan kewajibannya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia. Prinsip mewujudkan keadilan sosial harus mampu manjalankan pemerataan berbagai bidang pada momen-momen politik nasional; 1) Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat khususnya pangan, sandang, dan papan; 2) Pemerataan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan; 3) Pemerataan pembagian pendapatan; 4) Pemerataan kesempatan kerja; 5) Pemerataan kesempatan berusaha; 6) Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan perempuan; 7) Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air; 8) Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan. Delapan prinsip keadilan sosial tersebut harus menjadi platform visi, misi, dan program partai-partai politik yang bertarung di Pemilu 2014. Pemerintahan baru yang akan terbentuk nanti harus benar-benar mempunyai keinginan politik untuk memenuhi kebutuhan mendasar rakyat tersebut, tanpa adanya diskriminasi.

Pemilu 2014 harus menjadi perayaan rakyat terhadap perjuangan mewujudkan keadilan sosial. Bilik-bilik suara yang akan dimasuki rakyat pada April 2014 nanti merupakan sebuah proses penentuan bahwa kehidupan rakyat harus berubah, ketidakadilan harus dilenyapkan, bukan untuk melanggengkan monopoli ekonomi, dan melegitimasi penguasaan elit terhadap kehidupan rakyat. Sehingga apa yang dikatakan oleh Hannah Arendt bahwa rakyat hanya memiliki kedaulatan beberapa menit saja dalam momen politik, selanjutnya kedaulatan telah beralih ke elit politik tidak akan terjadi.

Ditengah-tengah menurunnya kepercayaan publik terhadap partai politik dan elit politik, merupakan tantangan pada Pemilu 2014 khususnya bagi partai politik untuk membuktikan bahwa orientasi politik mereka bukan hanya politik kekuasaan, tetapi sebuah upaya mewujudkan keadilan sosial.

Pemilu 2014 yang merupakan peralihan kekuasaan secara konstitusional maka pemerintahan baru nanti harus mempunyai daya dan kepekaan terhadap ketidakadilan yang dialami rakyat. Wujud nyata perjuangan keadilan sosial tersebut, harus dapat dilihat dari kebijakan-kebijakan yang mengoreksi praktik ketidakadilan yang dialami rakyat.

(5)

BAHAN BACAAN

Agus Sudibyo. Politik Otentik (Manusia dan Kebebasan dalam Pemikiran Hannah Arendt). Jakarta: Marjin Kiri, 2012.

Gaus, F. Gerald., Kukathas, Chandran. Handbook Teori Politik. Jakarta: Nusamedia, 2012

Natsir, M. Capita Selecta. Bandung: Van Hoeve. 1954

Rawl, John. Theory of Justice. Original edition. London: Harvard University Press, 1971

Soekarno. Di bawah Bendera Revolusi. Jakarta: Di bawah Bendera Revolusi. 1964

________ Indonesia Menggugat: zonder perjuangan itu tidaklah ia akan menjadi realitet! Jakarta: Fraksi PDI P. 2010

http://kolomsejarah.wordpress.com/2008/06/09/perekonomian-indonesia-menurut-moh-hatta/

Referensi

Dokumen terkait

Sekolah sebagai tempat belajar, tidak saja perlu mendukung berlangsungnya proses belajar dan mengajar yang baik, namun juga perlu menciptakan lingkungan bersih dan

Computer Assisted Instruction (CAI) pada proses pembelajaran algoritma Affine Cipher dan Vigenere Cipher ini, dapat mempermudah mahasiswa dalam proses belajar

Komunikasi melalui internet dapat berupa melalui e-mail, yaitu surat elektronik yang dapat digunakan untuk menghubungi seseorang yang secara fisik berada ribu mil jauhnya,

Hak turun temurun atas tanah yang terkuat dan terpenuh sebagai yang dimaksud dalam pasal 20 UUPA, belum tentu hak milik itu tercatat dalam buku administrasi desa dan

Sementara itu kejahatan kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan

Kata uffin dalam bahsa Arab berati ar-rafdu (menolak). Jadi janganlah kita mengatakan kata-kata yang mengandung makna menolak , terkhusus dalam memenuhi kebutuhan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan akan dilakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik terhadap Kemampuan

Seluruh Dosen Jurusan Ekonomi Studi Pembangunan yang telah membimbing dan memberikan banyak masukan kepada penulis selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan