PEMBUATAN SUPERKONDUKTOR SUHU TINGGI Tl2-x
CrxBa2CaCu2O8-
δ(Tl-2212) DENGAN REAKSI STOIKIOMETRI
1
Syahrul Humaidi, 1Eddy Marlianto, 1Marhaposan S dan 2Roslan Abd-Shukor
1
Jalan Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155, Indonesia Departemen Fisika, FMIPA, Universitas Sumatera Utara
2
Email: humaidi2009@gmail.com
School of Applied Physics, FST, Universiti Kebangsaan Malaysia
ABSTRAK
Superkonduktor Tl2-xCrxBa2CaCu2O8-δ (Tl-2212) dengan x= 0.0, ..., 0.3 telah disediakan
melalui metode konvensional (reaksi stoikiometri) dengan bahan pelopor serbuk Barium Karbonat. Bahan pelopor disinter pada suhu 9000C selama 24 jam dengan 2 kali
penggerusan. Setelah Tl2O3 dan Cr2O3 ditambahkan, serbuk ditekan dengan penekan
hidrolik sebesar 7 ton selama 10 menit untuk menghasilkan pelet setebal 2 mm dan diameter 13 mm. Pelet selanjutnya disinter pada 900oC dalam tube kuarsa sambil dialiri gas oksigen selama 4-5 menit dan didinginkan sampai temperatur kamar. Hambatan sampel ditentukan dengan metode van der Pauw dengan cat perak sebagai kontaknya menggunakan pompa vakum model kompressor Edwards Cryogenics 8200 dan CTL-Cryogenics model 22 dalam batas temperatur 300K-30K. Keberadaan fasa Tl-2212 ditentukan dengan difraksi sinar-X metode serbuk dengan 2Θ= 0o-60o. Dari hasil kurva hambatan melawan temperatur, terlihat bahwa sample bersifat logam sebelum
menunjukkan gejala superkonduktivitas. Temperatur kritis berkisar dari 75K sampai 96 yang mengindikasikan sampel tergolong superkonduktor suhu tinggi. Temperatur kritis meningkat dari 93K menjadi 96K dengan penambahan 0.2 mole% Cr2O3, Analisa XRD
menunjukkan semua sampel yang disediakan berfasa mayor Tl-2212.
Kata kunci: superkonduktor suhu tinggi, temperatur kritis, Tl-2212 dan cryogenics
ABSTRACT
High Temperature Superconductor Tl2-xCrxBa2CaCu2O8-δ (Tl-2212) dengan x= 0.0, ..., 0.3
have been synthesized via the solid state reaction method (stoichiometric) with BaCO3
precursor. The powders were sintered at 900o
load of 7 metric tons using hydraulic press for 10 minutes with addition of Tl
C for 24 hours with twice grounding. The powders were then pressed into pellets of 13 mm diameter and 2 mm thickness under a
2O3 and
Cr2O3. The pellets were sintered at 900oC in a quarz tube in oxygen flow for 4-5 mins
followed by furnace cooling. The van der Pauw method with silver paste contact has been employed to study the resistance of materials. The resistance and temperatur
dependence were conducted in the range of 300K-30K using Edwards Cryogenics 8200 and CTL-Cryogenics model 22 compressor and X-ray powder diffraction has been
employed to identify the Tl-2212 phase occurence with 2Θ= 0o-60o. The resistance versus temperature dependance curve showed that all samples have a metal characteristic at normal state. The critical temperature in the range of 75K-96K have been achieved. These results indicated that all of our samples were high temperature superconductors. The critical temperature increased from 93K to 96K with addition of 0.2%mole Cr2O3.
XRD results showed that the Tl-2212 as a major phase.
1. Pendahuluan
Perkembangan superkonduktor, bahan tanpa hambatan listrik pada temperatur kritisnya
dimulai sejak fisikawan Belanda ( H. Kamerlingh-Onnes) menemukan fenomena
superkonduktivitas pada 1911.[1]
Seiring dengan perkembangan cryogenics, maka bahan superkonduktor dibagi atas 2
kelompok besar yaitu superkonduktor suhu rendah dan superkonduktor suhu tinggi. Sejak penemuan ini, perlombaan mencari bahan
superkonduktor dengan temperatur kritis yang lebih tinggi dilakukan para ahli di seluruh
dunia. Sampai pertengahan 1980-an, hanya aloi niobium-germanium yang mempunyai
suhu genting tertinggi sekitar 23 K. Kenyataan ini membuat komunitas ahli sains hampir
frustasi dan sampai pada kesimpulan superkonduktor telah mencapai klimaks, maka
harapan memperoleh superkonduktor suhu kamar hampir dilupakan.
[2]
Dewasa ini modifikasi dilakukan untuk menghasilkan bahan baru yang memiliki
temperatur kritis yang lebih tinggi, sampai temperatur kamar tercapai. Diantara bahan
yang menarik perhatian para ahli sain adalah superkonduktor berdasarkan Thalium
Barium Tebaga Oksida (Tl-Ba-Ca-Cu-O atau TBCCO), yang memiliki beberapa sistem
yang masing-masing sistem memiliki berbagai phasa mensuperkonduksi.[2, 3] Walaupun
pembuatannya agak sulit,[4] namun kombinasi unsur Tl dengan tembaga oksida umumnya
memiliki temperatur kritis yang tinggi.[5] Setelah ditambah aditif unsur lain, temperatur
kritis diatas 100K dapat dicapai.[6] Umumnya bahan superkonduktor berdasarkan Talium
Barium Tebaga Oksida (Tl-Ba-Cu-O) ini disediakan dengan berbagai cara seperti :
metode konvensional (stoikiometri), screen-printing, ko-presipitasi dan tape. Disamping itu
dikenal pula sistem tertutup (closed system) dan sistem terbuka (open system) berkaitan
dengan sifat Talium.[1]Pada penelitian ini kami memilih metode konvensional
(stoikiometri)dengan sistem terbuka mengingat unsur Talium yang berbahaya. Pada
penelitian kami terdahulu [10], kami sudah mendapatkan temperatur sinter optimum untuk
penambahan Thalium pada 900oC dengan lama sintering (18 jam + 6 jam) dengan reaksi
stoikiometri. Selanjutnya kami akan mencoba untuk memberikan doping Cr2O3 untuk
melihat pengaruhnya terhadap temperatur kritis. M Fatmasari[6] telah menyelidi
penambahan Cr2O3 pada phasa Tl-1212. Mereka mendapatkan temperatur kritis diatas
100K dapat setelah penambahan doping. Usaha untuk menaikkan temperatur kritis bahan
superkonduktor ini adalah dengan membentuk phasa yang stabil. Penelitian yang
terdahulu[6,7] telah menyelidiki phasa Tl-1212 dan mendapatkan adanya komposisi
optimum untuk Tc onset sebesar 105K. Hal ini mendorong kami untuk mencari komposisi
pada struktur mikronya, diharapkan bahan yang akan dihasilkan mempunyai Tc onset
yang lebih tinggi dari 105K. Temperatur kritis bahan superkonduktor yang masih rendah
menyebabkan keterbatasan aplikasi praktisnya. Sampai sekarang, semua bahan
superkonduktor masih memerlukan proses pendinginan untuk beroperasi. Dengan
demikian masalah temperatur kritis yang masih rendah harus diatasi dengan inovasi baru
peningkatan temperatur kritis yang signifikan.
2.Bahan dan Metodologi
2.1. Metode pembuatan sampel
Dalam pembuatan sampel, maka metode reaksi zat padat (solid state reaction) dengan
reaksi stoikiometri. Reaksi dimulai dari pencampuran dengan perbandingan % mole
bahan dasar yakni: serbuk BaO (99,99%), serbuk BaCO3 (99.99%), serbuk CaO (99.95%)
dan serbuk CuO (4N). Selanjutnya bahan dasar ini di grain dalam suatu mortar porselen
selama 1 jam dan dibentuk menjadi pellet dengan tebal (2-3) mm dan diameter 13 mm.
Selanjutnya sampel disinter selam 18 jam pada suhu 900oC. Sampai tahap ini telah
diperoleh suatu bahan pelopor (precursor material). Setelah itu sampel digrain kembali
dan disinter selama 6 jam pada suhu sintering 900oC juga dengan menggunakan furnace
yang sama dan dibiarkan sampai mencapai suhu kamar.. Setelah itu dicampurkan
Thallium Oksida (99,99%) dan Cr2O3 (99.95%) dengan perbandingan mol sebelum
disinter kembali pada 900o
Secara teori, reaksi stoikiometri dapat digambarkan sebagai berikut [syahrul Humaidi,
2012b]:
C sambil dialirkan gas oksigen selama 4 menit.
2BaCO3 + CaO + 2CuO Ba2CaCu2O5 + 2CO
Dengan tahapan sintering sebagai berikut:
2
Gambar 1: Proses sintering bahan pelopor (precursor) Ba2CaCu2O5
T(
oC)
900-
25-
| | |
Selanjutnya setelah digerus selama 1 jam, serbuk disinter kembali selama 6 jam pada
900oC dan dibiarkan mendingin sampai suhu kamar dengan penambahan Tl2O3dan
Cr2O3 yang secara matematis dapat dilukiskan sebagai berikut:
Tl2O3 + Cr2O3 + Ba2CaCu2O5 Tl2-xCrxBa2CaCu2O8-δ
Produk reaksi stoikiometri ini diharapkan menghasilkan phasa Tl-2212 yang akan
dikonfirmasi dengan pengujian XRD.
2.2. Metode pengujian sampel
Sampel yang akan dihasilkan dalam bentuk pelet selanjutnya diukur hambatannya
dengan multimeter digital sebelum dikarakterisasi dengan Vacuum pump of
model Edwards Cryogenics 8200 Compressor dan CTL Cryogenesis Model 22
Refrigenator Controller model Lakeshore 325 autotuning temperature controller
pada range suhu kamar hingga 30K dengan pendingin Helium cair. Metode 4 titik
akan digunakan untuk mengukur hambatan sampel menit ke menit dengan
menggunakan silver paste. Sumber arus menggunakan 220 Programmable
Current Source dan Keithley 2000 Autoranging Microvolt DMM dengan arus 20
mA. Dari alat ini keluar grafik antara temperatur dan tegangan yang kemudian
dikonversi menjadi hambatan (resistance). Keberadaan phasa Tl-2212 dianalisa
dengan Difraksi Sinar-X (XRD) metode serbuk dengan
sudut 2Θ dari 5
osampai
60
odan pola yang terjadi direkodkan dengan menggunakan diffraktometer Bruker
model D8 dengan radiasi CuKα.3. Hasil dan Pembahasan
disediakan berada diatas 70K yang mengkonfirmasikan bahwa semua sampel
dapat digolongkan kepada superkonduktor suhu tinggi.
Gambar 2: Kurva hambatan terhadap waktu untuk Tl2Ba2CaCu2O8-δ
trendline masing-masing komposisi
. Inzet adalah kurva
Penambahan Cr
2O
3sebanyak 0.1% mol menaikkan temperatur kritis dari 93K
menjadi 94K, penambahan 0.2% mol menjadikan temperatur kritis menjadi 96K.
Sedangkan jika Cr
2O
3terus ditambah sampai 0.3% mol, menyebabkan
temperatur kritis turun menjadi 92K. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
untuk reaksi stoikiometri dengan Karbonat sebagai bahan dasar, penambahan
Cr
2O
3sebanyak 0.2% mol merupakan komposisi optimum untuk menaikkan
temperatur kritis. Hal ini disebabkan reaksi stoikiometri dapat berlangsung sempurna
pada komposisi ini. Pada penelitian terdahulu, M A Subramaniam et al.[8] melaporkantemperatur kritis maksimum yang teramati 110K. Sementara Faizah et al.[4]melaporkan
temperatur kritis sebesar 95K dengan phase dominan Tl-2212. Perbedaan ini disebabkan
oleh perbedaan metode pembuatan bahan pelopor. Namun demikian temperatur kritis
untuk komposisi ini sangat mungkin ditingkatkan lagi dengan menggunakan bahan baku
yang lebih tulen (high purity). Bagaimanapun, jika dibanding dengan sistem lain (Bi-2212)
sistem Tl-2212 ini telah memperbaiki temperatur kritis sebesar 13K. Hasil analisa XRD
seperti yang ditunjukkan pada gambar 3 dibawah ini.
Gambar 3: Hasil XRD untuk masing-masing komposisi, tanda (#) menunjukkan phase dengan indeks ganda
Pola difraksi XRD menunjukkan tiga puncak difraksi (105, 107 dan 110) berada pada
range 25o-35o yang merupakan ciri phasa Tl-2212. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa bahan pelopor Karbonat dengan sistem terbuka reaksi stoikiometri ini dapat
membentuk phasa 2212 Dari pola difraksi diatas terlihat kehadiran phasa minor
Tl-1212 untuk sampel tanpa doping ( a=b=3,8543 Ao dan c= 29,2940 Ao). Penambahan
0.1% Cr2O3 mengurangi phasa minor dan merubah nilai c menjadi 29,2596 Ao , nilai c
bertambah menjadi 29,388 Ao pada penambahan 0,2%. Sedangkan jika kadar Cr2O3
dinaikkan menjadi 0,3% akan menurunkan nilai c menjadi 29,21 Ao. Hasil-hasil ini
menunjukkan bahwa penggantian atom Tl oleh atom Cr efektif pada penembahan 0,2%
mol saja. Dapat disimpulkan bahwa komposisi ini selain akan membuat phasa Tl-2212
lebih stabil juga dapat memanjangkan sumbu-c sekaligus menghasilkan penambahan
volume kekisi maksimum. Dengan demikian komposisi ini dapat dikembangkan untuk
4. Kesimpulan dan Prospek
Bahan superkonduktor suhu tinggi Tl
2-xCr
xBa
2CaCu
2O
8-δKeberadaan phasa minor dapat dikurangi dengan penambahan Cr
telah dibuat melalui
metode solid state (reaksi stoikiometri) dengan temperatur kritis antara 93K-96K.
2
O
3. Didapati
bahwa kenaikan temperatur kritis dan kestabilan phasa Tl-2212 optimum dicapai
dengan penambahan Cr
2O
3sebesar 0,2% mol. Komposisi ini mempunyai prospek
untuk dikembangkan dalam upaya meningkatkan temperatur kritis yang lebih
tinggi lagi.
5. Ucapan Terima Kasih
Kami mengucapkan terima kasih kepada DIKTI RI atas bantuan dana melalui
Hibah Penelitian Disertasi Doktor dengan no kontrak: 1086/UN.5.1R/KEU/2014
tanggal 17 Februari 2014.
6. Daftar Pustaka
[1] Syahrul Humaidi, Achiruddin dan Tua Raja Simbolon, 2012, Perkembangan
Temperatur Kritis (Tc) Bahan Superkonduktor, REINTEK, vol.7 No.1 (28-32) ISSN
1907-5030
[2] Roslan Abd-Shukor, 2004, Introduction to Superconductivity, Penerbit Universiti
Pendidikan Sultan Idris, Tanjong Malim.
[3] D. Thopart , J. Hejtmanek , D. Pelloquin , C. Martin , A. Maignan, 2000, New
Tl/Hg-2212 and -2223 superconducting crystals: growth, structures and
superconductivity, Physica C 336 _2000. 143–150
[4] Faizah M Salleh, A K Yahya, I Hamadneh and R Abd-Shukor,2002, “ Effects of
Ag Addition and Propertiesof Tl-2212 Superconductors“,Solid State Science and
[5] Efil Yusrianto · R. Abd-Shukor, 2012, Effect of Te Substitution on
Tl0.5Pb0.5)Sr2(Ca1−xTex)Cu2O7 (x = 0.0 to 0.5) Superconductor, J Supercond
Nov Magn, DOI 10.1007/s10948-012-1616-z .
[6] M. Fatmasari · R. Abd-Shukor, 2012, Formation of Tl-1212 Phase in Bi- and
Cr-Substituted (Tl0.5Pb0.5−xMx)Sr2CaCu2O7 Superconductor, J Supercond Nov
Magn DOI 10.1007/s10948-011-1335-x.
[7] R Abd-Shukor, Baharuddin Yatim & Lau R S L, 1997, Formation of Tl-1212 phase
in (Tl0.8M0.2)Sr2(Ca,Cr)Cu2O7
[8] M A Subramaniam, J C Calabrese, C C Torardi, J Gopalakrishnan, T R Askew, R
B Flippen, K J Morrisey, U Chowdhry & A W Sleight, 1988, Crystal structure of the
high-temperature superconductor Tl
(M: Cd and Sc) High-Tc Superconductor, Journal of
Materials Science Letters16: 818-820]
2Ba2CaCu2O8
[9] Nasri A-Hamid dan R Abd-Shukor, 1999, Fabrication and Characterization of
Ag-Sheatled Bi
, Nature vol. 332 420-422
2Sr2CaCu2O8
[10] Syahrul Humaidi, Awan Maghfirah dan Tua Raja Simbolon, 2012, Pembuatan
Bahan Baku Superkonduktor Thallium Kuprum Oksida (Tl
, Solid State Science and Technology, vol. 7, No. I ,
113-119
2Ba2CaCu2O8-δ),
Laporan Penelitian Dana PNBP FMIPA USU 2012, SK No. 45/ UN5.2.3.1/