ANALISIS KERJA SAMA PENGOLAHAN LAHAN PERTANIAN DALAM
PERSPEKTIF ETIKA BISNIS ISLAM
(Studi Kasus di Dusun Pasar Sore Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran
Kabupaten Lamongan)
SKRIPSI
Oleh:
AHMAD UBAIDILLAH
NIM: C04212004
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Analisis Kerja sama Pengolahan Lahan Pertanian
Dalam Perspektif Etika Bisnis Islam (Studi Kasus di Dusun Pasar Sore Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk kerja sama pengolahan lahan pertanian yang dilaksanakan di Dusun Pasar Sore, Desa Kanugrahan, Kecamatan Maduran, Kabupaten Lamongan dalam perspektif etika bisnis Islam.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dan menggunakan pendekatan induktif yaitu suatu jenis pola berfikir yang bertolak dari fakta empiris yang didapat dari lapangan (berupa data penelitian) yang kemudian dianalisis, ditafsirkan, dan berakhir dengan penyimpulan terhadap permasalahan berdasarkan pada data lapangan tersebut. Hal yang pertama dilakukan adalah mengumpulkan data-data dari lapangan yang terkait dengan penelitian, kemudian peneliti mengklasifikasikan sesuai permasalahan yang dibahas, setelah itu data disusun
dan dianalisis dengan menggunakan pendekatan induktif.
Hasil penelitian ini merupakan praktik kerja sama akad pengolahan lahan pertanian yang dilaksanakan di Dusun Pasar Sore, Desa Kanugrahan, Kecamatan
maduran, Kabupaten Lamongan yang menggunakan akad mukha>barah. Akad
mukha>barah telah dilakukan oleh penduduk dusun tersebut secara turun temurun dan berlangsung sejak lama, sehingga kebiasaan tersebut telah mengakar. Praktik mukha>barahyang dilaksanakan tersebut sebenarnya juga telah sah secara syari’at. Namun, ada permasalahan dalam hal kontrak yang tidak diketahui batas waktunya, dan adat berlaku adalah jika pihak pemilik dan penggarap keduanya merasa cocok, maka kontrak kerja sama juga akan terus berlangsung. Mengenai
Pembagian hasil1 3(satu pertiga) untuk pemilik dan penggarap mendapat bagian
2
3 (dua pertiga) menurut peneliti merupakan sesuatu yang seimbang (adil).
Kerja sama pengolahan lahan pertanian tersebut jika dilihat dalam perspektif etika bisnis Islam sebenarnya ada relevansi yang cukup kuat. Etika dan sikap yang diterapkan oleh para pelaku kerja sama tersebut antara lain adalah; Tidak mengurangi timbangan (curang), saling ridha, tidak melakukan manipulasi (penipuan), jujur dan transparan, amanah, pantang menyerah, professional, serta
bertanggung jawab. Selain itu praktikmukha>barahtersebut selaras dengan prinsip
dasar etika bisnis Islam yakni; kesatuan (unity). keseimbangan (equilibrium),
kehendak bebas (free will), tanggungjawab (responsibility), dan kebenaran (truth).
Jadi praktik kerja sama pengolahan lahan pertanian yang dilakukan di Dusun
Pasar Sore tersebut telah sesuai dengan aturan syari’at Islam yang berupa etika
viii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR TRANSLITERASI ... xii
BAB I : PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 6
B.Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah……….. 7
C.Rumusan Masalah ... 7
D.Kajian Pustaka………. 10
E. Tujuan Penelitian ... 10
F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 11
G.Definisi Operasional ... 11
H.Metode Penelitian ... 16
ix BAB II : KAJIAN TEORI
A.Pengertian Etika Bisnis Islam ... 18
B.Prinsip-prinsip Etika Bisnis Islam ... 22
C.Urgensi Etika Bisnis Islam ... 26
D.Macam-maca Kerja sama Pengolahan Lahan Pertanian ... 27
BAB III : PRAKTIK KERJA SAMA PENGOLAHAN LAHAN PERTANIAN DI DUSUN PASAR SORE KECAMATAN MADURAN KABUPATEN LAMONGAN A. Profil Dusun Pasar Sore Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan………. 38
1. letak Daerah ... 38
2. Luas Wilayah ... 39
3. Keadaan Penduduk……….. . 39
3.1 jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin………. 39
3.2 jumlah pendududk berdasarkan mata pencaharian………… 39
3.3 jumlah pendududk berdasarkan pendidikan………. . 40
4. Kehidupan Masyarakat……… 40
4.1 Kondisi Ekonomi……….. . 41
4.2 kondisi Sosial……… . 41
x
B. Praktik Kerja sama Pengolahan Lahan Pertanian………... ... 42
C.Latar belakang praktik kerja sama pengolahan lahan……… 42
D.Sistem kontrak……….. 47
E. Mekanisme pembagian hasil………. 49
F. Akibat yang ditimbulkan dengan adanya kerja sama pengolahan pertanian……… 52
BAB IV : ANALISIS PRAKTIK KERJA SAMA PENGOLAHAN LAHAN PERTANIAN DALAM PERSPEKTIF ETIKA BISNIS ISLAM A.Analisis Praktik Kerja sama Pengolahan Lahan pertanaian ... 54
B. Analisis Kerja sama Pengolahan Lahan Pertanian Dalam Perspektif Etika Bisnis Islam………. 59
xi
DAFTAR TABEL
[image:9.612.117.509.219.619.2]Tabel 3.1 Daftar penggarap dalam kerja sama pengolahan lahan pertanian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam merupakan agama samawi yang paling hak di muka bumi ini,
hal itu sesuai penjelasan Allah Swt, bahwa sesungguhnya agama yang hak (benar) di
sisi Allah adalah Islam. Dalam Agama Islam, ada aturan-aturan (syariát) dari Allah
yang bertujuan untuk mengatur kehidupan manusia dalam menjalankan tugasnya
sebagai hamba dan khalifah di bumi.
Secara umum dalam perspektif Islam ada beberapa hubungan yang harus
senantiasa dijaga setiap saat, yakni hubungan dengan Allah (hablun min Allah),
hubungan dengan sesama manusia(hablun min an-nas), serta hubungan dengan alam
semesta (hablun min al álam). Umat manusia harus mampu menjadikan dirinya
sebagai individu yang baik dalam ketiga hubungan tersebut, agar memperoleh
kebahagiaan dan kemuliaan hidup.
Hubungan sesama manusia (hablun min an-nas) adalah salah satu bentuk
hubungan yang tidak mungkin dihindari oleh seseorang, karena pada hakikatnya
manusia adalah makhluk sosial yang sudah pasti akan menjalin hubungan atau
berinteraksi dengan sesama sekaligus saling membutuhkan satu sama lain dalam
rangka menjalankan proses kehidupan di muka bumi ini.
Islam telah mengatur agar dalam hubungan antara sesama manusia ada prinsip
saling memberi manfaat, tolong menolong, serta saling memperbaiki satu sama lain.
2
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. 1
Ayat tersebut mengajarkan kepada manusia untuk selalu berpegang teguh pada
prinsip tolong menolong (ta awun) dalam hal kebaikan serta memberikan pelajaran
kepada manusia agar tidak saling bekerja sama dalam hal keburukan dan kemunkaran.
Oleh karena itu, seyogyanya manusia mampu mengimplementasikan ajaran tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.
Tolong-menolong dan kerja sama tidak dapat dipisah dalam aktifitas roda
kehidupan sosial, karena keduanya merupakan ciri pokok yang harus melekat (ada)
dalam hubungan sesama manusia. Dalam hukum Islam, ada beberapa konsep kerja
sama dalam bidang pengolahan lahan pertanian diantaranya adalah mukhabarah dan
muzara ah. Pengertian dari mukhabarah yaitu bentuk kerja sama antara pemilik sawah
dan penggarap dengan perjanjian bahwa hasilnya akan dibagi menurut keputusan
bersama. Sedangkan, biaya dan dan benihnya dari penggarap.2Sedangkan muzara ah
adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik dan penggarap, di mana
pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan
dipelihara dengan imbalan bagian tertentu (persentase) dari hasil panen.3
Mukhabarah dan muzara ah merupakan contoh praktik bentuk kerja sama
antar individu untuk pengolahan lahan. Jika di tilik lebih lanjut, praktik kerja sama
1
Al-Qur an dan terjemahannya(Jakarta: Pustaka Al-Mubin, 2013), 106.
2
Abdul Rahman Ghazaly, dkk.Fiqh muamalat(Jakarta: Kencana, 2010), 117.
3
3
dalam bidang pertanian tersebut merupakan usaha untuk mengelola dan merawat alam
agar tetap terawat dan lestari demi menjaga keseimbangan hidup di bumi ini. Ayat
Al-Qur an juga telah memberikan motivasi untuk pekerjaan di bidang pertanian, seperti
yang tersebut dalam surat Ar-rahman ayat 10-13:
Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk(Nya). Di bumi itu ada buah-buahan
dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang. Dan biji-bijian yang berkulit dan
bunga-bunga yang harum baunya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang
kamu dustakan?.4
Pada ayat tersebut Allah menjelaskan proses-proses yang mendasari bidang
pertanian, bagaimana hujan diturunkan dan mengalir di seluruh permukaan bumi,
membuatnya subur dan dapat ditanami, dan bagaimana angin memainka peranan yang
penting dalam menyebarkan benih-benih serta bagaimana tanaman bertumbuh.5
Praktik kerja sama dalam pengolahan lahan pertanian banyak dijalankan oleh
umat Islam di Indonesia yang memang memiliki lahan pertanian sangat luas, salah
satu dari sekian banyak masyarakat yang melakukan praktik tersebut adalah penduduk
Dusun Pasar Sore Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan.
Praktik kerja sama tersebut sebenarnya sudah dijalankan sejak lama dan turun
temurun yang berasal dari nenek moyang sehingga sudah menguat dan mentradisi di
kalangan penduduk Dusun tersebut. Ada banyak faktor yang mendasari mengapa
4
Al-Qur an dan terjemahannya , 531.
5
4
praktik tersebut dijalankan, seperti karena keterbatasan waktu pemilik lahan sehingga
tidak mampu menggarap lahan miliknya. Faktor lain adalah karena pemilik lahan
lebih memilih pekerjaan lain seperti berdagang, berkantor, dan lain sebagainya
sehingga sawah dan lahan yang dimiliki tidak dapat di garap sebagaimana mestinya.
Awal mula munculnya fenomena tentang penerapan kerja sama dalam bidang
pertanian di Dusun Pasar Sore Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten
Lamongan adalah; masyarakat penduduk desa tersebut yang berprofesi sebagai buruh
tani banyak yang memanfaatkan pemilik lahan pertanian yang banyak dan luas, akan
tetapi pemilik lahan tidak mampu untuk menggarap lahan sawah miliknya. Bagi
masyarakat dusun tersebut, dengan menjalankan praktik kerja sama dalam bidang
pertanian akan sedikit mengangkat sekaligus membantu orang yang berpenghasilan
kecil karena akan mendapat tambahan penghasilan dari hasil panen yang akan
diperoleh.
Ada beberapa fakta menarik tentang proses kerja sama dalam bidang pertanian
di Dusun tersebut diantaranya; Pertama, proses penyerahan lahan penggarapan oleh
pemilik kepada penggarap akadnya secara lisan. Kedua, dalam hal kerugian, pihak
penggarap yang akan menanggung berapapun kerugian dalam proses penggarapan
lahan dan pihak pemilik lahan juga tidak ikut bertanggung jawab dalam hal kerugian
yang menimpa penggarap, sehingga pada waktu gagal panen penggarap akan lebih
merugi karena modal yang telah dipakai tidak dapat kembali dan mendapat
keuntungan (profit). Ketiga, pembagian hasil dari hasil panen adalah bagi pemilik
lahan mendapat1 3dan penggarap mendapat bagian2 3.
Dalam menjalankan praktik mu amalah salah satunya kerja sama dalam hal
pengolahan lahan pertanian juga tidak lepas dari prinsip etika bisnis Islam yang
5
adalah; kesatuan, keseimbangan, kehendak bebas, tanggung jawab, Kebenaran
(kebajikan dan kejujuran).6 Oleh karena itu, sudah seharusnya prinsip dasar etika
bisnis dalam Islam juga dilaksanakan dalam menjalankan roda ekonomi melalui
berbagai aktifitas muámalah berbasis ekonomi. Pengertian etika bisnis Islam sendiri
adalah merupakan suatu kebiasaan atau budaya moral (akhlak) yang berkaitan dengan
kegiatan bisnis suatu perusahaan.7
Etika bisnis dalam Islam memegang peranan yang urgen sehingga
menjadikannya sebagai dasar dan pondasi dalam praktik mu amalah. Hal itu tidak
lepas dari Agama Islam yang senantiasa mengajarkan dan memerintahkan umatnya
untuk mendasari segala perbuatannya dengan prinsip etika baik. Oleh karena itu para
pelaku bisnis (lebih luas lagi dalam segala bidang mu amalah) harus memperhatikan
dan menerapkan etika dalam menjalankan praktik bisnisnya, karena hal itu sesuai
dengan tujuan etika bisnis, yakni terciptanya suasana praktik perdagangan dan jasa
yang sesuai dengan moralitas sosial dan keagamaan yag telah dititahkan oleh Allah
SWT dan Rasul-Nya.
Uraian penjelasan tentang praktik kerja sama dalam pengolahan lahan
pertanian seperti di atas merupakah hal yang sudah mengakar dan mentradisi pada
masyarakat Dusun tersebut, sehingga diperlukan kajian mendalam tentang bagaimana
Agama Islam melihat dan menilai tentang proses mu amalah tersebut khususnya
dilihat dalam persepktif etika bisnis Islam. Oleh karena itu, dibutuhkan data-data
faktual mengenai praktik kerja sama pengolahan secara akurat dan detail, sehingga
akan diketahui praktik kerja sama dalam pengolahan lahan yang dijalankan tersebut
dapat dikatakan baik atau buruk sesuai dengan konsep etika bisnis dalam Islam.
6
Abdul Aziz,Etika Bisnis Perspektif Islam,(Bandung: Alfabeta, 2013), 45-46.
7
6
Jika praktik kerja sama dalam pengolahan lahan pertanian yang dilaksanakan
di Desa tersebut sesuai dengan prinsip dasar etika bisnis Islam dan disertai dengan
kesungguhan untuk bekerja sama satu sama lain dalam hal meningkatkan
pertumbuhan ekonomi masyarakat, maka hasil yang akan dicapai akan maksimal dan
bernilai positif bagi masyarakat luas. Oleh karena itu, masyarakat (utamanya pemilik
lahan dan penggarap) perlu mengetahui pelaksanaan kerja sama dalam hal pengolahan
yang sesuai dengan etika bisnis Islam.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian kerja sama pengolahan lahan tersebut guna mengetahui bagaimana
pelaksanaan kerja sama pengolahan lahan di masyarakat Dusun Pasar sore, serta
bagaimana pandangan dan penilaian etika bisnis Islam mengenai hal tersebut. Judul
dari penelitian ini adalah Analisis Kerja sama Pengolahan Lahan Pertanian Dalam
Prespektif Etika Bisnis Islam di Dusun Pasar sore Desa Kanugarahan Kecamatan
Maduran Kabupaten Lamongan .
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diketahui bahwa masalah yang
ingin di urai adalah praktik kerja sama pengolahan lahan pertanian. Dari uraian
tersebut penulis dapat mengidentifikasi permasalahan yang muncul pada praktik kerja
sama pengolahan lahan pertanian dalam prespektif etika bisnis Islam di Dusun Pasar
Sore Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan.
a. Sistem kontrak pengolahan lahan dalam Islam
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kerja sama pengolahan lahan
7
c. Sistem kerja sama pertanian dalam prespektif etika bisnis islam
d. Sistem bagi hasil dan kerugian
e. Sistem keadilan dalam etika bisnis islam
f. Hikmah dari adanya pelaksanaan kerja sama pengolahan lahan pertanian
2. Batasan masalah
Batasan masalah ini bertujuan memberikan batasan masalah yang paling
jelas dari permasalahan yang ada untuk memudahkan pembahasan. Berdasarkan
identifikasi masalah tersebut, maka penulis memberikan batasan hanya pada
1. Praktik kerja sama pengolahan lahan pertanian di Dusun Pasar Sore Desa Kanugrahan
Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan.
2. Analisis etika bisnis Islam terhadap kerja sama pengolahan lahan pertanian di Dusun
Pasar Sore Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal yang melatrabelakangi masalah diatas penulis
merumuskan dua rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana praktik kerja sama pengolahan lahan pertanian di Dusun Pasar Sore Desa
Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan?
2. Bagaimana analisis etika bisnis Islam terhadap kerja sama pengolahan lahan pertanian
di Dusun Pasar Sore Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan ?
3. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau peneliotian yang
8
kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan duplikasi dari kajian
atau penelitian yang telah ada.8
Dari hasil kajian pustaka yang peneliti lakukan, ditemukan penelitian yang
telah ada sebelumnya dan mempunyai relevansi dengan penelitian yang dilakukan ini.
Hasil penelitian itu diantaranya:
1. Skripsi yang ditulis oleh Silvia Ratnani yang berjudul penggarapan sawah dengan
sistem setoran di Desa Lundo kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik dalam
perspektif urf. Hasil dari penelitian tersebut adalah penggarap harus
menyetorkan hasil panen yang pertama, dan untuk hasil panen yang kedua dan
ketiga adalah bagian untuk penggarap. Sedangkan modal pengolahan lahan murni
dari penggarap. Permasalahan tersebut terkadang masih menimbulkan kerugian
bagi penggarap dalam hal pembagian hasil panen. Namun, hal itu termasuk urf
yang telah berlaku dalam masyarakat tersebut sehingga antara pemilik lahan dan
penggarap saling merelakan (ridha) hal tersebut, dan praktik semacam itu juga
dapat digolongkan menjadi akad ijarah.9
2. Skripsi yang ditulis oleh siti machmudah yang berjudul analisis hukum islam
terhadap kerja sama pertanian dengan sistem bagi hasil disertai upah di desa
Pademonegoro Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo. Dari hasil penelitian
tersebut pemilik tanah menyerahkan tanahnya kepada si penggarap untuk dikelola
dan hasilnya dibagi sesuai dengan kesepakatan dan perjanjian awal, pengelola
selain mendapatkan bawon, ½ setengah hasil dari panen pengelola juga
mendapatkan upah yang berupa uang. Dalam pandangan hukum islam praktik
8
Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Smpel Surabaya,PetunjukTteknis Tenulisan Skripsi Edisi Revisi VI, (Surabaya: Fakultas Syariah dan ekonomiiislam UIN sunan ampel Surabaya, 2014),8.
9
Silvia Ratnani, Penggarapan sawah dengan sistem setoran di Desa Lundo kecamatan Benjeng Kabupaten
9
kerja sama pertanian tersebut tidak sah karena tidak sesuai dengan ketentuan
hukum islam yang berlaku.10
3. Skripsi yang ditulis oleh Erwin Erwanto yang berjudul studi tinjauan hukum
Islam terhadap perjanjian penggarapan sawah di Desa Lebak Kecamatan Bringin
Kabupaten Semarang. Kesimpulan skripsi tersebut menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan perjanjian penggarapan sawah adalah kesepakatan antara
pemilik lahan dan petani penggarap untuk memilih sumber benih yang akan
ditanam, apakah murni dari penggarap atau hanya dari pemilik sawah, serta bisa
juga bersumber dari keduanya (pemilik dengan penggarap). menurut tinjauan
hukum Islam, praktik mu amalah semacam itu dapat dibenarkan, karena antara
pemilik dengan penggarap keduanya saling ridha (rela). Selain itu, praktik
semacam itu dapat dikatakan sebagai tradisi ( urf) yang sudah berlangsung sejak
lama dan tidak bertentangan dengan syari at Islam sehingga hukumnya sah.11
Antara ketiga hasil penelitian tersebut dengan penelitian yang akan ditiliti
memiliki persamaan dan perbedaan. Kesamaannya adalah dalam hal kajian yang
meneliti tentang kerja sama dalam hal pertanian. Sedangkan perbedaannya adalah
penelitian sebelumnya mengkaji tentang setoran yang diberikan oleh penggarap
kepada pemilik lahan pada masa panen yang pertama, dan pada masa panen yang
kedua dan ketiga adalah bagian hasil untuk penggarap, hal tersebut dilakukan
karena mengikuti urf yang telah berlaku dalam masyakat pada bidang pertanian.
Selain itu, penelitian sebelumnya juga membahas tentang kerja sama dalam hal
10
Siti Machmudah,Analisis Hukum Islam Terhadap Kerja sama Pertanian dengan Sistem Bagi Hasil disertai
Upah di Desa Pademonegoro Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo, (Skripsi: Institut Agama Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya, 2013), 84.
11
Erwin Erwanto, Studi tinjauan hukum Islam terhadap perjanjian penggarapan sawah di Desa Lebak
kecamatan Bringin Kabupaten Semarang, (Skripsi: Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2008),
10
pertanian yang diserta upah bagi penggarap, dan hal itu merupakan praktik
mu amalah yang dilarang dalam Islam, karena tidak berdasarkan syari at Islam.
Penelitian ini sendiri akan fokus kepada uraian tentang pelaksanaan
pengolahan lahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, serta akan
mengurai pandangan etika bisnis Islam tentang pelaksanaan pengolahan lahan
pertanian antara pemilik lahan dan penggarap di Dusun Pasar sore Desa
Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan.
4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah rumusan tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti
melalui penelitian yang dilakukannya, maka tujuan adalah:
1. Menganalisis praktik kerja sama pengolahan lahan pertanian di Dusun Pasar sore
Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan.
2. Menganalisis praktik kerja sama pengolahan lahan pertanian dalam prerspektif etika
bisnis Islam di Dusun Pasar sore Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten
Lamongan.
5. Kegunaan Hasil Penelitian
1. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat menambah dan memperkaya khazanah
keilmuan khususnya tentang praktik kerja sama pengolahan lahan pertanian. Serta
hasil penelitian ini juga dapat dijadikan perbandingan dan pijakan dalam
penyusunan penelitian selanjutnya. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan
11
ekonomi syariah di UIN Sunan Ampel Surabaya khususnya fakultas ekonomi dan
bisnis Islam.
2. Secara praktis hasil studi ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dan
bahan penyuluhan secara komunikatif dan edukatif.
6. Definisi Operasional
Agar dapat dijadikan acuan dalam menelusuri, mengkaji atau mengukur
variabel, maka penulis sampaikan batasan dari beebagai pengertian yang berkaitan
dengan maksud penulisan skripsi yang berjudul Analisis kerja sama pengolahan
lahan pertanian dalam prespektif etika bisnis islam di Dusun Pasar Sore Desa
Kanugarahan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan , yaitu:
1. Kerja sama pengolahan Lahan: kerja sama antara pemilik lahan dengan penggarap
untuk mengelola tanahnya dan penggarap akan mendapatkan bagian sesuai
kesepakatan di awal dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
2. Etika bisnis Islam: aspek baik atau buruk, benar atau salah dalam dunia bisnis
(ekonomi) berdasarkan prinsip moralitas yang berdasarkan Agama Islam.12
7. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek alamiah dimana peneliti adalah instrument kunci.
Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran
penyajian laporan tersebut. Data dapat berasal dari naskah wawancara, catatan
12
12
lapangan, foto, memo, atau dukumen resmi lainnya.13Data yang diperlukan dalam
penelitian berupa sejara dusun pasar sore, kerja sama pengolahan lahan pertanian
dan system bagi hasil yang diterapkan di Dusun Pasar Sore Desa Kanugrahan
Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan.
Pola berfikir dalam penelitian ini menggunakan pendekatan induktif yaitu
suatu jenis pola berfikir yang bertolak dari fakta empiris yang didapat dari
lapangan (berupa data penelitian) yang kemudian dianalisis, ditafsirkan dan
berakhir dengan penyimpulan terhadap permasalahan bedasarkan pada data
lapangan tersebut. Dengan kata lain metode analisis yang menguraikan dan
menganalisis data yang diperoleh dari lapangan dan bukan dimulai dari deduksi
teori.14
2. Data yang dikumpulkan
Berdasarkan rumusan masalah penelitian tersebut diatas, data yang
dikumpulkan adalah:
a. Data tentang praktik kerja sama pengolahan lahan pertanian di Dusun Pasar
sore Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan.
b. Data mengenai analisis etika bisnis Islam terhadap praktik kerja sama
pengolahan lahan pertanian di Dusun Pasar Sore Desa Kanugrahan Kecamatan
Maduran Kabupaten Lamongan.
13
Lexy J Moleong,Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2009), 11.
14
13
3. Sumber Data
Sumber data yang diperlukan dalam penelitian lapangan ini adalah:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data dan informasi yang lansung berkaitan
dengan obyek riset, soal mendukung atau melemahkannya,15 yakni prilaku
warga masyarakat melalui penelitian. Dalam hal ini meliputi: pemilik sawah
dan pengelola atau penggarap yang melaksanakan kerja sama pengolahan
lahan pertanian.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber informasi yang diperoleh oleh
penulis yang tidak langsung atau dari dukumen dan bahan-bahan pustaka.16
Yang meliputi buku literatur yang berhubungan dengan riset, serta dokumen
yang mendukung dan ada relevansinya dengan penelitian ini.
4. Populasi dan Responden
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti yang
dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya,17dan keseluruhan subyek penelitian.18
Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh orang (pemilik sawah dan
penggarap) yang melaksanakan kerja sama dalam pengolahan lahan di Dusun
Pasar Sore. Sedangkan resonden adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
dan akan diwawancarai.19 Teknik pengambilan data yang akan digunakan oleh
penulis adalah dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu teknik yang
15
Taliziduhu Ndraha,research teori metodologi administrasi,(Jakarta: PT. Bina Aksara, 1985), 60.
16
Herman wasito,Pengantar metodologi penelitian, (Jakarta: PT. Gramedia pustaka utama, 1995), 69.
17
Mahi M. hikmat,Metode penelitian: dalam prespektif ilmu komunikasi dan sastra,(Yogyakarta: Graha ilmu, 2011), 60.
18
Taliziduhu Ndraha,Research teori metodologi…, 63.
19
14
berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah
diketahui sebelumnya, jadi ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dilihat dalam populasi
dijadikan kunci utama pengambilan responden. Peneliti menentukan 10 orang
responden yang akan dijadikan sumber dalam penelitian ini dari total jumlah 37
reponden baik dari pemilik lahan maupun penggarap.
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dari lapangan penelitian, penulis menggunakan
teknik.
a. Observasi
Adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena yang
diselidiki.20 Cara ini digunakan untuk gambaran obyek penelitian dan letak
geografis.
b. Wawancara(interview)
Adalah teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian untuk
mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan
berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si
peneliti.21 Penulis berkomunikasi langsung dengan responden tentang data
yang diperoleh dengan pihak-pihak terkait yang diperlukan dalam penelitian
khususnya pemilik sawah dan penggarap sebagai pelengkap.
c. Dokumentasi
Penelitian menggunakan metode ini sebagai pelengkap dari kedua
teknis di atas (observasi dan interview), yakni membaca dan mengkaji buku,
20
Ibid., 70.
21
15
karangan ilmiah, dan artikel dari internet yang dimaksud guna memperoleh
data-data yang berhubungan dengan etika bisnis Islam dan pengolahan lahan
yang digunakan penulis sebagai landasan teoritis.
6. Teknis Pengolahan Data
Setelah data terkumpul dari segi lapangan maupun hasil pustaka, maka dilakukan
analisis data dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Editing, adalah pemeriksaan kembali data-data yang diperoleh terutama dari
segi kelengkapan, kejelasan makna, keserasian dan keselaraan antara satu
dengan yang lainnya.22
b. Organizingadalah menyusun dan mensistemasikan data yang diperoleh dalam
rangka uraian yang telah dirumuskan untuk memperoleh bukti-bukti dan
gambaran-gambaran secara jelas tentang kerja sama pertanian dengan sistem
bagi hasil sesuai dengan masalah penelitian.
7. Teknis Analisis Data
Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis
dengan pola pikir induktif yakni menggambarkan kondisi, situasi atau fenomena
yang tertuang dalam data praktik pengolahan lahan antara pemilik dan penggarap
di Dusun Pasar Sore Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten
Lamongan. Pola pikir induktif artinya menganalisis data khusus praktik
pengolahan lahan pertanian antara pemilik dan penggarap yang kemudian di
analisis dari sudut pandang etika bisnis Islam untuk ditarik suatu kesimpulan.23
8. Sistematika Pembahasan
22
Nasution,Metode research,(Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 77.
23
16
Dalam rarangka mendapatkan gambaran menyeluruh tentang sistematika
pembahasan penelitian ini, berikut akan diuraikan urutan garis besarnya yaitu:
Bab pertama, bab ini menguraikan tentang pendahuluan yang mencakup
tentang latar belakang permasalahan, identifikasi masalah, batasan masalah,
perumusan masalah, kajian pustaka, tujuan dan kegunaan penelitian, definisi
operasional, metode penelitian serta sistematika pembahasan.
Bab kedua, memuat tentang konsep etika bisnis Islam, yang berisi tentang
pengertian etika bisnis Islam, prinsip etika bisnis Islam, dan ruang lingkup etika bisnis
Islam. Selain itu akan dibahas tentang macam-macam bentuk kerja sama dalam
pengolahan lahan pertanian.
Bab ketiga, berisi tentang praktik pelaksanaan pengolahan lahan pertanian
antara pemilik dengan penggarap di Dusun Pasar sore Desa Kanugrahan Kecamatan
Maduran Kabupaten Lamongan.
Bab keempat, menjelaskan analisis pelaksanaan pengolahan lahan pertanian
antara pemilik dengan penggarap. Serta menjelaskan analisis etika bisnis Islam
terhadap pengolahan lahan pertanian antara pemilik dengan penggarap di Dusun Pasar
sore Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan.
Bab kelima, berisi penyimpulan dari hasil penelitian dan saran. Kesimpulan
yang dimaksud adalah jawaban dari rumusan masalah dari hasil penelitian secara
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Etika Bisnis Islam
Etika berasal dari bahasa Yunani “ethichos” berarti adat kebiasaan, disebut juga
dengan moral, dari kata tunggalmos, dan bentuk jamaknyamoresyang berarti kebiasaan,
susila.1 Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia etika berarti “ilmu tentang apa yang baik
dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban (moral)”.2Dalam bahasa Arab etika
Islam sama artinya dengan A khla>k jamak dari Khuluqun yang berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian
dengan perkataan khalqun, yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan kha>liq
(Pencipta) danmakhlu>q(yang diciptakan). Perumusan pengertianA khla>k timbul sebagai
media yang memungkinkan adanya hubungan baik antarakha>liq dengan makhlu>q.3
Etika juga termasuk bidang ilmu yang bersifat normatif, karena berperan menentukan
apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh seorang individu.4 Dalam
perkembangan selanjutnya kata etika lebih banyak berkaitan dengan ilmu filsafat. Oleh
karena itu standar baik dan buruknya adalah akal manusia.5
Etika pada umumnya didefinisikan sebagai suatu usaha yang sistematis dengan
menggunakan rasio untuk menafsirkan pengalaman moral individual dan sosial sehingga,
✂
Zainudin Ali,Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 29.
✄
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet. 4, 383.
☎
HamzahYa’qub,Etika Islam, CV. Diponegoro,( Bandung, 1985), 11-12.
✆
Rafik Issa Beekum,Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004,) 3.
✝
✞8
dapat menetapkan aturan untuk mengendalikan perilaku manusia serta nilai-nilai yang
berbobot untuk dapat dijadikan sasaran dalam hidup.6Menurut Suparman Syukur dalam
bukunya yang berjudul Etika Religi menjelaskan bahwa istilah etika juga sering
digunakan dalam tiga perbedaan yang saling terkait, pertama merupakan pola umum
atau jalan hidup, kedua seperangkat aturan atau “kode moral”, dan ketiga penyelidikan
tentang jalan hidup dan aturan-aturan perilaku”.7
Menurut Franz Magnis Suseno etika merupakan ilmu atau refleksi
sistematik berkaitan dengan pendapat-pendapat, norma-norma, dan istilah- istilah
moral. Dalam arti yang lebih luas etika diartikan keseluruhan mengenai norma dan
penelitian yang dipergunakan oleh masyarakat untuk mengetahui bagaimana manusia
seharusnya menjalankan kehidupannya.8
Sonny Keraf memberikan penjelasan pengertian Etika sebagai filsafat moral
adalah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma yang menyangkut
bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia dan mengenai
masalah-masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada nilai dan norma-norma moral
yang umum diterima.9 Menurut Johar Arifin etika adalah seperangkat nilai tentang
baik, buruk, benar dan salah yang berdasarkan prinsip-prinsip moralitas, khususnya
dalam perilaku dan tindakan. Sehingga Etika adalah salah satu faktor penting bagi
terciptanya kondisi kehidupan manusia yang lebih baik.10 Sedangkan Menurut
Imam Ghozali dalam bukunyaIhya’ Ulumuddinmendefinisikan etika sebagai sifat yang
6
O.P. Simorangkir, Etika Bisnis, Jabatan dan Perbankan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003, 3. 7
Suparman Syukur,Etika Religius, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004), 1. 8
Franz Magnis Suseno,Etika Jawa(Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), 6. 9
Sonny Keraf,Etika Bisnis, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), 15. 10
19
tetap dalam jiwa, yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dan
tidak membutuhkan pikiran.11
Sokrates menyatakan bahwa etika (moral) berhubungan erat dengan pengetahuan
manusia. Apabila manusia memiliki pengetahuan yang baik maka ia akan memiliki sikap
hidup yang penuh rasa keagamaan yang nantinya membentuk moral yang baik atau
kebajikan (arete) sehingga akan mencapai kesempurnaan manusia sebagai manusia.
Seseorang yang memiliki etika baik akan memiliki.12
Definisi lain menyatakan bahwa etika berasal dari bahasa yunani ethos. Secara
etimologis, etika bermakna watak, susila, adat. Sedangkan sscara terminologis, dapat
diartikan: (1) menjelaskan arti baik atau buruk, (2) menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan, (3) menunjukkan tujuan dan jalan yang harus dituju, (4) menunjukkan apa
yang harus dilakukan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa etika adalah
seperangkat nilai yang merupakan hasil gagasan manusia mengenai tata aturan yang
berkaitan dengan prilaku manusia dan menjadi layak, wajar, sehingga bias diterima suatu
komunitas pada ruang dan waktu tertentu.13
Ada beberapa persamaan antara akhlak, moral, dan etika adalah:Pertama, akhlak,
etika dan moral mengacu pada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku,
sifat, dan perangai yang baik. Kedua, akhlak, moral dan etika merupakan prinsip atau
aturan hidup manusia untuk mengukur martabat dan harkat kemanusiaannya. Ketiga,
akhlak, moral dan etika seseorang atau sekelompok orang tidak semata-mata merupakan
faktor keturunan yang bersifat tetap, statis, dan konstan, tetapi merupakan potensi positif
11
Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syari’ah Kaya di Dunia Terhormat di Akhirat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 171.
12
Asmoro Acmadi,Filsafat Umum, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997, 47.
13
20
yang dimiliki setiap orang. Perbedaan antara akhlak, moral dan etika adalah: akhlak tolak
ukurnya dengan menggunakan Al-Qur’an dan Sunnah. Etika tolak ukurnya adalah
dengan menggunakan pikiran atau akal. Sedangkan moral tolak ukurnya dengan
menggunakan norma hidup yang ada dalam masyarakat.14
Namun secara substantif sebenarnya apa yang disebut dengan etika, moral,
akhlak dan adab mempunyai arti dan makna yang sama, yaitu sebagai jiwa (ruh)
suatu tindakan, dengan tindakan itu perbuatan akan dinilai, karena setiap perbuatan
pasti dalam praktiknya akan diberi predikat- predikat sesuai dengan nilai yang
terkandung dalam perbuatan itu sendiri, baik predikat right (benar) dan predikat wrong
(salah). Adapun hal yang membedakan antara etika, moral, akhlak dan adab yaitu
terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik buruk. Jika dalam
etika penilaian baik buruk berdasarkan akal pikiran, moral berdasarkan kebiasaan umum
yang berlaku umum dimasyarakat, maka pada akhlak dan adab ukuran yang digunakan
untuk menentukan baik buruk adalah Al Qur’an dan Hadis.15
Kata Bisnis dalam bahasa indonesia diserap dari kata “business” dari bahasa
inggris yang berarti kesibukan. Kesibukan secara khusus berhubungan dengan orentasi
profit atau keuntungan.16
Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang
sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata bisnis sendiri dapat
14
Rosihon Anwar,Akhlak Tasawuf,(Bandung: Pustaka Setia, 2010), 19-20. 15
Abudin Nata,Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), 97. 16
21
merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang
bertujuan mencari laba atau keuntungan.17
Sedangkan mengenai istilah “bisnis” yang dimaksud adalah suatu urusan atau kegiatan dagang, industri atau keuangan yang dihubungkan dengan produksi atau
pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan uang dari para enterpreneur dalam
resiko tertentu dengan usaha tertentu dengan motif untuk mendapatkan keuntungan.
Bisnis adalah suatu kegiatan di antara manusia yang menyangkut produksi, menjual dan
membeli barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.18
Bisnis dalam arti luas adalah istilah umum yang menggambarkan semua aktivitas
dan institusi yang memproduksi barang dan jasa dalam kehidupan sehari hari. Bisnis
merupakan suatu organisasi yang menyediakan barang dan jasa yang bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan.19
Musselman dan Jackson mereka mengartikan bahwa bisnis adalah suatu aktivitas
yang memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat, perusahaan yang diorganisasikan
untuk terlibat dalam aktivitas tersebut.
Menurut Gloss, Steade dan Lowry seperti yang dikutip Abdul Aziz bahwa bisnis
adalah jumlah seluruh kegiatan yang diorganisir oleh orang-orang yang berkecimpung
dalam bidang perniagaan dan industri yang menyediakan barang dan jasa untuk
kebutuhan mempertahankan dan memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka.20
Etika bisnis dapat berarti pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam
ekonomi dan bisnis. Moralitas disini berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela,
17
Ibid., 28.
18
A. Sonny Keraf,Etika Bisnis…,50. 19
Abdul aziz,Etika Bisnis…,29.
20
22
benar atau salah dari prilaku manusia. Kemudian dalam kajian etika bisnis islam susunan
adjectivediatas ditambah dengan halal dan haram.
Jadi kesimpulan deskripsi mengenai etika bisnis Islam merupakan suatu proses
dan upaya untuk mengetahui hal-hal yang benar dan yang salah yang selanjutkan tentu
akan melakukan hal benar berkenaan dengan produk, pelayanan perusahaan dengan pihak
yang berkepentingan dengan tuntutan perusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa pengertian etika bisnis islami tersebut selanjutnya dijadikan sebagai kerangka
praktis yang secara fungsional akan membentuk suatu kesadaran beragama dalam
melakukan setiap kegiatan ekonomi.21
B. Prinsip-prinsip Etika Bisnis Islam
Inisiatif yang dilakukan oleh tiga agama samawi (Islam, Kristen, dan yahudi)
yang diprakarsai HRH. Princ Philip (the Duke of Edinburgh) dan Mahkota Hasan bin
Talal (Jordan) 1984 sepakat meletakkan prinsip-prinsip etika dalam bisnis. Ada tiga isu
etika dalam bisnis yang diklasifikasikan waktu itu, yaitu moralitas dalam kebijakan
organisasi yang terlibat dalam bisnis , serta moralitas prilaku individual para karyawan
saat bekerja.22 Sedangkan menurut Muhammad Prinsip-prinsip etika bisnis Islam yaitu
meliputi kesatuan dan integrasi, kesamaan, intelektualitas, kehendak bebas, tanggung
jawab dan akuntabilitas, penyerahan total, kejujuran, keadilan, keterbukaan, kebaikan
bagi orang lain, kebersamaan.23
21
Ibid., 35-36. 22
Faisal Badroen dkk.,Etika BIsnis dalam Islam, Cet. IV (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), 19-20.
23
23
Berbicara tentang bisnis, Kohlbeng mengatakan bahwa prinsip-prinsip etika di
dalam bisnis dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu sebagai berikut :24
(1) Prinsip manfaat.
(2) Prinsip hak asasi.
(3) Prinsip keadilan.
Secara umum, prinsip-prinsip yang berlaku dalam kegiatan bisnis yang baik
sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sebagai manusia. Prinsip-prinsip
etika bisnis yang berlaku di Indonesia akan sangat dipengaruhi oleh sistem nilai
masyarakat kita. secara umum dapat dikemukakan beberapa prinsip etika bisnis, yakni :
a. Prinsip otonomi, yaitu sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan
dan bertindak berdasarkan kesadarnnya sendiri tentang apa yang dianggapnya baik
untuk dilakukan.
b. Prinsip kejujuran, dalam hal ini kejujuran adalah kunci keberhasilan suatu bisnis,
kejujuran dalam pelaksanaan kontrol terhadap konsumen, dalam hubungan kerja, dan
sebagainya.
c. Prinsip keadilan, yaitu menuntut agar setiap orang diperlukan secara sama sesuai
dengan aturan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional objektif dan dapat
dipertanggungjawabkan.
d. Prinsip saling menguntungkan, yaitu menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa
sehingga menguntungkan semua pihak.
24
24
e. Prinsip integritas moral, yaitu prinsip yang menghayati tuntutan internal dalam
berprilaku bisnis atau perusahaan agar menjalankan bisnis dengan tetap menjaga
nama baik perusahaannya
Dari semua prinsip bisnis di atas, Adam Smith menganggap bahwa prinsip
keadilan sebagai prinsip yang paling pokok. .25
Demikian pula dalam islam, etika bisnis Islam harus berdasarkan pada
prinsip-prinsi dasar yang berlandaskan pada al-Qur’an dan al-Hadits, sehingga dapat diukur
dengan aspek dasarnya yang meliputi:26
1. Barometer ketakwaan seseorang.
2. Mendatangkan keberkahan.
3. Mendapatkan derajat seperti para Nabi, Shiddiqin dan Syuhada.
4. Berbisnis merupakan sarana beribadah kepada Allah Swt.
Ada enam langkah konkrit awal dalam memulai etika bisnis Islam, yaitu:27
1. Niat ikhlas mengharap ridho Allah
2. Professional
3. Jujur dan amanah
4. Mengedepankan etika sebagai seorang muslim
5. Tidak melanggar prinsip syriah
6. Ukhuwah islamiyah
25
Sonny Keraf,Etika Bisnis…,61. 26
Abdul Aziz,Etika Bisnis…, 37. 27
25
Ada beberapa hal yang dapat dikemukakan dari tujuan umum etika bisnis, sebagai
berikut:
1. Menanamkan kesadaran akan adanya dimensi etis dalam bisnis.
2. Mengenalkan argumentasi-argumentasi moral dibidang ekonomi dan bisnis serta cara
penyusunannya.
3. Membantu untuk menentukan sikap moral yang tepat dalam menjalankan profesi.28
Abdul Aziz mendeskripsikan prinsip-prinsip dasar etika bisnis Islam harus
mencakup di bawah ini:
1. Kesatuan (unity) adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep tauhid yang
memadukan keseluruhan apek-aspek kehidupan muslim baik dalam bidang ekonomi,
politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogeny, serta mementingkan konsep
konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh.
2. Keseimbangan (equilibrium) dalam beraktivitas di dunia kerja dan bisnis, islam
mengharuskan berbuat adil, tak terkecuali pada pihak yang tidak disukai. Allah swt
memerintahkan kepada seluruh hamba-Nya untuk berlaku adil dalam setiap perbuatan
seperti yang terdapat dalam surat al-Maidah ayat 8:
þ✟ û ✠ ü
-Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
28
26
3. Kehendak bebas (free will) kebebasan merupakan bagian penting dalam etika bisnis
Islam, tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif.
4. Tanggung jawab (responsibility) kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil
dilakukan oleh manusia karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan
akuntabilitas untuk memenuhi tuntunan keadialan dan kesatuan, manusia perlu
mempertanggungjawabkan tindakannya. Secara logis prinsip ini berhubungan erat
dengan kehendak bebas.
5. Kebenaran: kebajikan dan kejujuran. Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung
makna kebenaran lawan dari kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan
kejujuran.29Allah swt berfirman dalam surat At-Taubah ayat 119 mengenau berbuar jujur
sebagaimana berikut:
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.
C. Urgensi Etika Bisnis Islam
Menurut Muhammad tugas utama etika bisnis dipusatkan pada upaya mencari
cara untuk menyelaraskan kepentingan strategis suatu bisnis atau perusahaan dengan
tuntutan moralitas. Kedua, etika bisnis bertugas melakukan perubahan kesadaran
masyarakat tentang bisnis dengan memberikan suatu pemahaman atau cara pandang baru,
bahwa bisnis tidak terpisah dari etika.30
Muhammad Djakfar mendeskripsikan urgensi etika dalam aktivitas bisnis, dalam
hal ini dapat ditinjau dari berbagai aspek. Pertama, aspek teologis, bahwasannya etika
29
Abdul Aziz,Etika Bisnis…, 45-46.
30
27
dalam islam (akhlak) merupak ajaran tuhan yang diwahyukan kepada rosulullah Saw.
baik dalam bentuk al-Qur’an maupun Sunnah. Kedua,aspek watak manusia, (character)
yang cenderung mendahulukan keinginan (will) daripada kebutuhan (need). Bukankah
watak dasar manusia itu secara universal adala bersifat serakah (tamak) dan cenderung
mendahulukan keinginannya dan tidak terbatas dan tidak terukur daripada sekedar
memenuhi kebutuhan yang terbatas dan terukur. Dengan watak semacam ini tentu saja
manusia membutuhkan pencerahan agar mereka sadar bahwasannya dalam hidup ini yang
paling pokok adalah memenuhi kebutuhan yang mendasar. Ketiga, aspek sosiologis,
sudah layaknya perlu adanya ajaran etika dalam dunia bisnis agar para pelaku bisnis
memahami dan menyadari mana wilayah yang sah dilakukan, dan mana pula yang tidak
boleh dilanggar dalam melakukan usaha.Keempat,perkembanga tekhnologi(technology)
yang semakin pesat disatu sisi banyak mendatangkan nilai positif yang semakin
mempermudah dan mempercepat pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Namu, disisi
lain dampak negatifnya pasti akan terjadi. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi
terjadinya praktik penyimpangan etika tersebut di era kecanggihan teknologi kehadiran
etika bisnis sangatlah signifikan sekali. Kelima, aspek akademis (science academic)
perlunya kajian akdemik tentang etika dalam bisnis agar selalu dihasilkan teori-teori baru
yang dapat diaplikasikan dalam dunia bisnis yang aktual dan kontekstual.31
D. Macam-macam Kerja sama Pengolahan Lahan Pertanian
1. PengertianMuza>ra’ahdanmukha>barah
31
28
Secara etimologi Muza>ra’ah berasal dari wazn mufa>’alah dari akar kata zara’a
yang sinonimnyaanbatayang berarti menumbuhkan,
Seperti dalam kalimat:
َع َر َز
ُﷲ
َع ْر ﱠﺰ ﻟا
:
✡ُهﺎَﻤَﻧ َو
“Allah menumbuhkan tumbuh-tumbuhan artinya Allah menumbuhkannya
dan mengembangkannnya”.32
Muza>ra’ah disebut juga denganmukha>barah yang berasal dari kata,“al-khabar”,
yang artinya adalah tanah yang gembur.33 Sedangkan menurut istilah, ada perbedaan
pendapat antaraMuza>ra’ahdanmukha>barah. Secara terminologi,Muza>ra’ahadalah akad
pengolahan dan penanaman (lahan) dengan upah sebagian dari hasilnya.34
Ulama malaikiyah mendefinisikannya dengan kerja sama dalam mengolah dan
menanami lahan. Ulama hanabilah mendefinisikannya dengan penyerahan suatu lahan
kepada orang yang mengolah dan menanaminya, sedangkan hasil tanamannya dibagi
diantara pemilik lahan dan pengelola.35
Definisi mukha>barah menurut ulama syafi’iyah seperti dalam kitab Fathul Qarib
adalah:
َا
ْﻟ
ُﻤ
َﺨ
َﺑﺎ
َﺮ
ُة
َو
َﻲ
َﻋ
َﻤ
ُﻞ
ْﻟا
َﻌ
ِﻣﺎ
ِﻞ
ِﻓ
ﻰ
ِض
ْر َا
ﺎَﻤﻟْا
ِﻚ ِﻟ
ِﺾ
ْﻌَﺒِﺑ
ﺎَﻣ
ُر ْﺬَﺒﻟْاَو
َﻦ ِﻣ
ِﻞ ِﻣﺎَﻌْﻟا
36mukha>barah adalah pekerjaan yang dilakukan oleh penggarap (‘a>mil) di tanah
pemilik lahan (ma>lik) dengan upah sebagian dari hasil yang dikeluarkan dari lahan
tersebut. Sedangkan benihnya dari penggarap (‘a>mil).
32
Ahmad Wardi Muslich,Fikih Muamalah, (Jakarta: Amzah, 2013), 391.
33
Ibid., 563.
34
Wahbah Az-Zuhaili, Fikih Islam Wa Adilatuhu, Terj. Abdul Hayyie al-Kattanie, dkk, jilid 6, (Jakarta: Gema Insani, 2011), 562.
35
Ibid., 562.
36Syamsuddin Abi ‘Abdillah bin Qasim al
29
Begitu juga pendapat imam rafi’i dan imam nawawi yang mengatakan di dalam Muza>ra’ah, bibit tanaman ditanggung oleh pemilik lahan, sedangkan didalam
mukha>barah bibit tanaman ditanggung oleh pengelola.37 Dapat disimpulkan bahwa
mukha>barah bentuk kerja sama antara pemilik dan pengelola dengan perjanjian bahwa
hasilnya akan dibagi menurut kesepakatan bersama, sedangkan biaya dan benihnya dari
pengelola.38
2. Dasar hukumMuza>ra’ahdanmukha>barah
Hukum Muza>ra’ah dan mukha>barah juga diperselisihkan. Ada yang
membolehkan dan ada juga yang tidak membolehkan. Pihak yang membolehkan
beralasan bahwa Nabi Saw. menyuruh memberi upah, tidakMuza>ra’ah. Sedangkan pihak
yang membolehkan beralasan pada hadits Nabi Saw. memeberikan sebagian dari hasil
tanah khaibar kepada orang-orang yahudi khaibar dan dikuatkan dengan kenyataan
diberbaagai daerah orang-orang islam, dimana mereka menjalankan Muza>ra’ah tidak
menolaknya.
Dalil yang dijadikan landasan oleh imam abu hanifah, zufar, dan imam asy-syafi’i
yang tidak membolehkanMuza>ra’ahadalah :
ا
ﱠن
َل ْﻮ ُﺳ َر
ِﷲ
ﻰ ﻠﺻ
ﷲ
ﻢﻠﺳ و
ِﻦ َﻋ
ِﺔ َﻋ َر اَﺰ ُﻤ ْﻟا
,
َﺮ َﻣَاَو
ِة َﺮ َﺟ اَﺆ ُﻤ ْﻟاﺎِﺑ
َل ﺎَﻗ َو
:
َ
ﻻ
َس ْءﺎَﺑ
39 37Wahbah Az-Zuhaili,Fikih Islam…, 562.
38
Imam Taqiyuddin Abu Bakar al-Husaini,Kifayatul Akhyar Fii Alli Ghayatil Ikhtishar, Terj. Ahmad Zaidun dan
A. Ma’ruf Asrori, Jilid ll, (Surabaya: PT . Bina Ilmu, 2011), 199. 39
30
“Rasulullah melarang praktik Muza>ra’ah (mengolah tanah orang lain dengan
imbalan dari sebagian hasilnya), tetapi beliau memerintahkan untuk melakukan
mu’a>jarah.Oleh karena itu Rasulullah pernah bersabda,mu’a>jarahtidak dilarang.”
Mereka tidak membolehkan Muza>ra’ah karena upah pihak pengelola diambilkan
dari hasil lahan. Adakalanya statusnya adalah ma’du>m (tidak ada), karena pada saat
dilakukannya akad hal seperti itu tidak ada. Atau adakalanya majhu>l (tidak diketahui
pasti), karena tidak diketahui secara pasti kadar yang akan dihasilkan oleh lahan yang
dikelola tersebut, bahkan mungkin akhinya tidak akan menghasilkan apa-apa (gagal
panen).40
Sedangkan dalil yang digunakan oleh kedua rekan Imam Abu Hanifah
(Muhammad Abu Yusuf), Imam Malik, Imam Ahmad, Dawud Azh-Zhahiri dan pendapat
jumhur fuquha yang membolehkanMuza>ra’ahadalah:
41
“Nabi SAW memperkerjakan tanah khaibar denagn separoh apa yang keluar dari
padanya (hasilnya) baik buah-buahan atau tanaman”.
Hukum mukha>barah yaitu boleh (mubah). Landasan hukum mukha>barah adalah
sabda Nabi Saw. :
ْﻦ َﻋ
َس ْو ُﻮ َط
َن ﺎَﻛ
:
َل ﺎَﻗ
ْو ُﺮ ْﻤ َﻋ
:
ُﺖ ْﻠُﻘَﻓ
:
ﺎَﺑَا
ِﺪْﺒَﻋ
ِﻦ َﻤ ْﺣ ﱠﺮ ﻟا
ْﻮَﻟ
َﺮ َﺗ
َﺖ ْﻛ
َة َﺮ َﺑﺎَﺨ ُﻤ ْﻟا
ﱠن َا
ﱠﻲ ِﺒﱠﻨﻟا
ﱠﻞ َﺻ
ُﷲ
َﻢﱠﻠَﺳ َو
ِﻦ َﻋ
ﺎَﺨ ُﻤ ْﻟا
ِة َﺮ َﺑ
.
َل ﺎَﻘَﻓ
:
ْي َا
40Wahbah Az-Zuhaili,Fikih Islam…,564. 41
31
ْو ُﺮ ْﻤ َﻋ
:
ﻲ ِﻧ َﺮ َﺒ ْﺧ َا
☛َﻚ ِﻟاَﺬِﺑ
َﻦ ْﺑا
ٍس ﱠﺎﺒَﻋ
َﻲ ِﺿ َر
َﷲ
ﱠن َا
ﱠﻲ ِﺒﱠﻨﻟا
ﱠﻞ َﺻ
ُﷲ
َﻢﱠﻠَﺳ َو
ْﻢَﻟ
,
ﺎَﻤﱠﻧِا
َل ﺎَﻗ
ُﺪ َﺣ َا
ْﻢُﻛ
ُهﺎَﺧ َا
ْنَا
َﻠَﻋ
ﺎًﺟ ْﺮ َﺧ
ﺎًﻣ ْﻮُﻠْﻌ َﻣ
42Diriwayatkan dari thawus bahwa ia pernah menyuruh orang lain untuk mengelola
ladangnya dengan sistem mukha>barah. Kata Amru: saya katakan kepada Thawus,”Hai
ayah Abdurrahman! Sebaiknya kou hindari sistem mukhabara ini! Karena orang-orang
mengatakan bahwa Nabi Saw. melarang mukha>barah”. Kata Thawus, ”Hai Amru saya
telah diberitahu oleh orang yang lebih tahu tentang itu (yakni Ibnu Abbas r.a.) bahwa
nabi saw. tidak melarang mukha>barah. Beliau hanya bersabda, “Seseorang
mempersilahkan saudara muslimnya untuk mengelola tanahnya, tanpa sewa adalah lebih
baik daripada dia memungut sewa tertentu”.
Pendapat Imam Ibnu Qayyim bahwa kisah khaibar merupakan dalil kebolehan
muza>ra’ah, dengan membagi hasil yang diperoleh antara pemilik dan pekerjaannya, baik
berupa buah-buahan maupun tanaman lainnya. Rosulullah sendiri bekerja sama dengan
orang-orang khaibar dan harus berlangsung hingga menjelang beliau wafat, serta tidak
adanasakh(penghapusan hukum dengan hukum yang baru) sama sekali.43
Selain hadits Nabi di atas, menurut ijma’ dari Bukhari mengatakan bahwa telah
berkata abu ja’far, “tidak ada satu rumah pun di madinah kecuali penghuninya mengelola
tanah secaraMuza>ra’ah dengan pembagian hasil 1/3 dan 1/4. Hal ini telah dilakukan oleh
Sayyidina Ali, Sa’ad bin Abi Waqash, Ibnu Mas’ud, Umar bin Abdul Aziz, Qosim,
Urwah, keluarga Abu Bakar, dan keluarga Ali.44
42
Ibid., 78-79.
43
Saleh bin Fauzan,Fikih sehari-hari,(Jakarta : Gema Insani, 2005), 476-477.
44Muhammad Syafi’i Antoni,
32
Dari dalil di atas mereka yakin bahwa Muza>ra’ah diperbolehkan karena akadnya
cukup jelas yaitu adanya kerja sama antara pemilik lahan dan pengelola dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan, sebab terkadang orang yang memiliki lahan tidak memiliki
keahlian dibidang pertanian, sedangkan dipihak lain orang yang tidak memiliki lahan,
namun memiliki keahlian dibidang pertanian. Sehingga jika kedua orang tersebut bekerja
sama, maka hal itu bisa memberikan manfaat antara keduanya.
Sebenarnya akadMuza>ra’ah ini didasarkan dan bertujuan saling tolong menolong
(ta’awun) serta saling menguntungkan antara kedua belah pihak seperti yang ditegaskan dalam firman Allah Surat Al-Maidah ayat 2 :
اَو ْﺪُﻌ ْﻟاَو ِﻢْﺛِﻹ ا ﻰ َﻠَﻋ ْاﻮ ُﻧ َوﺎَﻌَﺗ َﻻ َو ى َﻮ ْﻘﱠﺘﻟاَو ﱢﺮ ﺒْﻟا ﻰ َﻠَﻋ ْاﻮ ُﻧ َوﺎَﻌَﺗ َو
ن
Artinya : “Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebijakan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”.45
Muza>ra’ah termasuk jenis pekerjaan yang telah dilakukan orang-orang sejak
dahulu kala, karena kebutuhan mereka kepada keduanya, jadi Muza>ra’ah dibolehkan
demi kedua belah pihak. Demikianlah semua kerja sama yang diperbolehkan syara’
berlangsung berdasarkan keadilan dan dalam rangka mewujudkan kebaikan serta
menghilangkan kerugian.
3. Rukun dan syaratMuza>ra’ahdanmukha>barah
a. RukunMuza>ra’ahdanmukha>barah
Menurut Hanafiah, rukun Muza>ra’ah dan mukha>barah ialah ijab dan qabul
antara pemilk lahan dengan pengelola. Sedangkan menurut Hanabilah, bahwa,
45
33
Muza>ra’ah dan mukha>barah tidak memerlukan qabul secara lafaz, tetapi cukup
dengan mengerjakan tanah. Hal itu sudah dianggap qabu.46
Ijab danqabu>l dinyatakan syah dengan apa saja yang dapat menunjukkan hal
itu, baik berupa ucapan, tulisan maupun bahasa isyarat, selama itu keluar dari orang
yang berhak bertindak.47
Sedangkan menurut jumhur ulama, rukun Muza>ra’ah dan mukha>barah ada
empat yaitu:48
1) Pemilik lahan.
2) Petani penggarap.
3) ObyekMuza>ra’ah yaitu antara manfaat lahan dan hasil kerja pengelola.
4) Ijab dan qabul.
b. Syarat-syaratMuza>ra’ahdanmukha>barah
Syarat-syaratMuza>ra’ahdanmukha>barahyaitu:
1) Syarat yang bertalian‘aqidain, yaitu harus berakal.
2) Syarat yang berkaitan denagn tanaman, yaitu disyaratkan adanya penentuan
macamnya saja yang akan ditanam.
3) Hal yang berkaitan denagan perolehan hasil pertanian, yaitu:
a) Bagian masing-masing harus disebutkan jumlahnya (persentasenya ketika
akad).
b) Hasil adalah milik pertama.
46
Rachmat Syafe’i,Fikih Muamalah, (Bandung : Pustaka Setia, 2006), 207.
47
Sayyid Sabiq,Terj Fikih Sunnah 13, (Bandung: PT. Alma’arif, 1987), 185.
48
34
c) Bagian masing-masing adalah satu jenis barang yang sama.
d) Bagian kedua belah pihak sudah diketahui.
e) Tidak disyaratkan salah satunya penambahan yang ma’lum. 4) Hal yang berhubungan dengan tanah yang akan ditanami, yaitu:
a) Tanah tersebut dapat ditanami.
b) Tanah tersebut dapat diketahui batas-batasannya.
5) Hal yang berkaitan dengan waktu, yaitu:
a) Waktu yang telah ditentukan.
b) Waktu itu memungkinkan untuk menanam tanaman yang dimaksud.
c) Waktu memungkinkan kedua pihak hidup menurut kebiasaan.
6) Hal yang berkaitan dengan alat Muza>ra’ah danmukha>barah, yaituijabdan qabu>l
boleh dilakukan dengan lafaz apa saja yang menunjukkan adanya ijab danqabu>l,
bahkanMuza>ra’ahdanmukha>barahsah dilafazkan dengan lafazija>rah.
4. Bentuk-bentukMuza>ra’ahdanmukha>barah
Menurut abu yusuf ada empat bentukMuza>ra’ah, tiga diantaranya sah sedangkan
yang satu tidak sah yaitu:49
a. Apabila lahan dan bibit dari pemilik lahan, sedangkan kerja dan alat dari penggarap
maka hukumnya sah. Statusnya adalah pemilik lahan memperkerjakan pihak
pengelola, sedangkan alat yang digunakan untuk membajak memang sudah menjadi
tanggungan pihak pengelola sebagai konsekuensi dirinya diperkerjakan untuk
menggarap lahan.
49
35
b. Apabila lahan dari pemilik lahan, sedangkan bibit, alat dan kerja dari petani maka
hukumnya sah. Statusnya adalah pihak penggarap menyewa lahan dengan biaya sewa
sebagian dari hasil panen yang digarap.
c. Apabila lahan, alat dan bibit dari pemilik lahan dan kerja dari petani maka hukunya
sah. Statusnya adalah pemilik lahan memperkerjakan pengelola dengan upah sebagian
dari hasil panen lahan yang digarap.
d. Apabila lahan dan alat dari pemilik lahan sedangkan bibit dan kerja dari petani maka
hukumnya tidak sah, karena jika diasumsikan bahwa akad tersebut penyewaan lahan
maka tidak mungkin alat mengikuti lahan dan tidak mungkin menjadikan alat sebagai
konsekuensi didalam menyewakan lahan karena fungsi dan kegunaan lahan untuk
menumbuhkan, sedangkan alat untuk membajak lahan. Disamping itu jika
diasumsikan akad tersebut adalah memperkejakan pihak penggarap, maka tidak
mungkin penyediaan bibit dari pihak pengelola sebagai konsekuensi dirinya
diperkerjakan.
Berdasarkan hal tersebut maka akad Muza>ra’ah tidak sah jika fasilitas peralatan
atau pekerjaan menjadi tanggungan pemilik lahan. Begitu juga tidak sah jika hasil
panennya hanya untuk salah satu pihak saja, atau jika merawat dan menjaga hasil panen
hanya menjadi tanggungjawab pihak pengelola, karena semua itu tidak termasuk hal yang
dibutuhkan dalam pengolaha penggarapan lahan.
Disamping itu bentuk Muza>ra’ah yang dilarang yaitu bila bentuk kesepakatannya
36
bahwa dia berhak atas tanaman yang tumbuh di area 400 m tertentu. Sedangkan tenaga
buruh tani berhak atas hasi yang akan didapat pada 600 m tertentu.50
Cara tersebut dilarang karena jika lahan yang di area 400 m gagal panen, maka
pemilik lahan akan mengalami kerugian dan sebaliknya jika lahan yang di area 600 m
gagal panen maka pihak pengelola yang mengalami kerugian. Maka yang benar adalah
hasil panen disatukan terlebih dahulu baru dibagi sesuai dengan perjanjian prosentase di
awal.
Oleh karena itu seharusnya masing-masing pihak mengambil bagiannya dari hasil
tanah dengan suatu perbandingan yang disetujui bersama. Jika hasilnya banyak atau
sedikit, maka kedua belah pihak akan merasakannya. Dan kalau sama sekali tidak
menghasilkan apa-apa maka kedua-duanya akan menderita kerugian.
5. PerbedaanMuza>ra’ahdanmukha>barah
Dari beberapa penjelasan sebelumnya, dapat diketahui bahwa ada persamaan dan
perbedaan antara Muza>ra’ah dan mukha>barah. Persamaannya adalah Muza>ra’ah dan
mukhabarah terjadi pada peristiwa yang sama yaitu pemilik lahan menyerahkan tanahnya
kepada orang lain untuk dikelola. Sedangkan perbedaannya ialah pada modal, bila modal
dari pengelola maka dinamakan mukha>barah, dan bila modal dikeluarkan dari pemilik
lahan maka dinamakanMuza>ra’ah.51
Di samping itu adapun perbedaan dari segi bagi hasil, jika Muza>ra’ah maka
statusnya pemilik lahan mempekerjakan penggarap sehingga upah dari penggarap akan
50
Ahmad Sarwat,Fiqih Muamalat,(t.t), 120.
51Sohari Sahrani dan Ru’fah Abdullah,
37
didapatkan setelah hasil panen. Sedangkan jika mukha>barah maka statusnya pemilik
lahan menyewakan lahannya dan penggarap akan membayar biaya sewa setelah panen.
6. Berakhirnya akadMuza>ra’ahdanmukha>barah
Suatu akadMuza>ra’ahdanmukha>barahberakhir apabila :52
a. Jangka waktu yang disepakati berakhir. Namun apabila jangka waktu habis
sedangkan belum tiba panen maka ditunggu sampai panen.
b. Menurut mazhab hanafi dan hambali, apabila salah satu pihak meninggal dunia maka
akad Muza>ra’ah berakhir pula, tetapi ulama mazhab maliki dan syafi’i berpendapat
bahwa akad tidak berakhir dan dapat diteruskan oleh ahli warisnya.
c. Ada salah satu uzur yang menyebabkan mereka tidak dapat melanjutkan akad tersebut
seperti pemilik lahan terlibat hutang sehingga lahannya harus dijual atau petani uzur
karena sakit.
52
BAB III
PRAKTIK KERJA SAMA PENGOLAHAN LAHAN PERTANIAN DI
DUSUN PASAR SORE KECAMATAN MADURAN KABUPATEN
LAMONGAN
A. Profil Dusun Pasar Sore Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten
Lamongan
1. Letak Daerah
Dusun pasar sore merupakan salah satu dusun dari wilayah Desa
Kanugrahan. Desa Kanugrahan sendiri mempunyai wilayah pemerintahan
yang diantaranya adalah Desa Kanugrahan, Dusun Pagendingan dan
Dusun Pasar Sore. Desa Kanugrahan dan termasuk di dalamnya Dusun
Pasar sore berada di kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan. Jarak
dusun ini dengan kecamatan adalah sekitar 5 KM arah ke timur.1 Bapak
Sumarto selaku kepala dusun menjelaskan bahwa batas-batas Dusun pasar
Sore Desa Kanugrahan adalah sebagai berikut:
a. Sebelah utara : Desa Pangkat rejo
b. Sebelah barat : Desa Parengan dan Jangkungsumo
c. Sebelah timur : De