BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Tentang UMKM 2.1.1 Definisi UMKM
Ada beberapa definisi yang terkait dengan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah. Berikut adalah definisi mengenai UMKM menurut
Undang-Undang No 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah:
“Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro. Usaha Kecil adalah usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha bukan merupakan anak cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau besar yang memenuhi kriteria usaha kecil. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha kecil dan Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan.”
Sedangkan definisi UMKM menurut Bank Indonesia adalah sebagai
berikut:
Menurut UU No. 20 tahun 2008 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) dikelompokan ke dalam tiga macam berdasarkan kriteria kekayaan
hasil penjualan tahunan yaitu sebagai berikut:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan atau badan
usaha perorangan dengan memiliki kriteria kekayaan bersih paling
banyak Rp 50 juta (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling
banyak Rp 300 juta (tiga ratus juta rupiah).
2. Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria kekayaan lebih dari Rp
50 juta (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500 juta
(lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan Rp 2.500 juta (dua milyar lima ratus juta rupiah).
3. Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria kekayaan
bersih lebih dari Rp 500 juta (lima ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp 10 juta.000 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha. Memiliki hasil penjualan lebih dari Rp
2.500 juta (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp 50 juta.000 (lima puluh milyar rupiah).
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dikatakan bahwa Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) adalah usaha ekonomi yang produktif
modal usaha yang terbatas dan pengembangan usahanya terbatas, serta
bukan anak perusahaan atau dikuasai oleh perusahaan atau koperasi.
2.1.2 Penggolongan dan Ciri-ciri UMKM
Undang-undang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah memberikan kriteria dan ciri-ciri tertentu sebagai dasar
penggolongan dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Hal
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Usaha Mikro
Memiliki jumlah tenaga kerja tidak lebih dari 4 orang. Ciri-ciri usaha
mikro diantaranya sebagai berikut: jenis barang/komoditi, usahanya tidak
selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti, tempat usahanya tidak selalu
menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat, belum melakukan
administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan
keuangan keluarga dengan keuangan usaha. Sumber daya manusianya
(pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai, tingkat
pendidikan rata-rata relatif sangat rendah, umumnya belum akses pada
perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga
keuangan nun bank. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan
legalitas lainnya termasuk NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).
2. Usaha Kecil
Memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang. Ciri-ciri Usaha Kecil
tetap tidak gampang berubah, lokasi/tempat usaha umumnya sudah
menetap tidak berpindah-pindah, pada umumnya sudah melakukan
administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan
sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat
neraca usaha, sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya
termasuk NPWP, sumber daya manusia (pengusahanya) memiliki
pengalaman berwirausaha, sebagian sudah mengakses ke perbankan
dalam hal keperluan modal.
3. Usaha Menengah
Memiliki jumlah tenaga kerja 20-99 orang. Ciri-ciri Usaha Menengah
adalah sebagai berikut: pada umumnya telah memiliki manajemen dan
organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan
pembagian tugas yang jelas antara lain: bagian keuangan, bagian
pemasaran, dan bagian produksi. Telah melakukan manajemen
keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi yang teratur, sehingga
memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk
oleh perbankan. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan
organisasi perburuhan, jamsostek, pemeliharaan kesehatan, dan
lain-lain. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin
tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan
dan lain-lain, dan sudah memiliki akses kepada sumber-sumber
2.1.3 Kendala-Kendala yang Dihadapi UMKM
UMKM seringkali menghadapi kendala-kendala tertentu dalam
menjalankan usahanya. Adapun kendala-kendala tersebut diantaranya sebagai
berikut:
1. Kurangnya Modal
Kurangnya modal, meskipun permintaan atas usaha mereka
meningkat, tapi karena terkendala dana maka sering kali tidak bisa untuk
memenuhi permintaan. Hal ini disebabkan karena kemampuan untuk
mendapatkan informasi tentang tata cara mendapatkan dana tidak banyak
tahu dan keterbasan kemampuan dalam membuat usulan untuk
mendapatkan dana.
2. Kemampuan Manajerial yang Rendah
Kebanyakan usaha skala kecil dalam menjalankan usaha tanpa ada
perencanaan, pengendalian maupun juga evaluasi kegiatan usaha.
Kegiatan usaha yang tanpa memikirkan rencana seperti apa yang penting
bisa jalan, tanpa mengantisipasi hambatan, ancaman yang akan terjadi
dalam kegiatan usahanya tersebut dan juga dalam penggunaan dana.
3. Peran Bank Dalam Mengupayakan Perkembangan UMKM
Lembaga perbankan berperan untuk memenuhi kebutuhan modal
atau dana untuk menunjang kegiatan usaha, juga mempunyai peranan
penting bagi perusahaan, khususnya bagi perusahaan kecil atau usaha
kecil. Usaha kecil mempunyai salah satu kelemahan kurang tertibnya
dapat membawa dampak terhadap penggunaan dana perusahaan tidak
terkendali. Untuk menghindari pemborosan penggunaan dapat
memanfaatkan untuk mengontrol penggunaan dana, yaitu dengan
menyimpan uang ke bank. Setiap mendapatkan uang segera dimasukkan
ke bank sebelum digunakan dengan demikian penggunaan uang dapat
sedikit terkontrol dalam penggunaanya. Bank juga bisa menjalin
kerjasama dengan intitusi lain, misalnya dengan lembaga pendidikan atau
lembaga masyarakat yang bergerak di bidang pendidikan dan pelatihan
terhadap UMKM.
2.2 Pengertian Informasi
Informasi pada dasarnya adalah suatu fakta, data, pengamatan, persepsi
atau sesuatu yang lain, yang menambah pengetahuan. Informasi pada
dasarnya adalah suatu fakta, data, pengamatan, persepsi atau sesuatu yang
lain, yang menambah pengetahuan. Informasi sangat diperlukan oleh
manusia untuk mengurangi ketiakpastian dalam pengambilan keputusan.
Dalam pengambilan keputusan selalu menyangkut masa yang akan datang,
yang mengandung ketidakpastian dan selalu menyangkut pemilihan suatu
alternatif yang tersedia. Oleh karena itu, pengambilan keputusan selalu
berusaha mengumpulkan informasi untuk mengurangi ketidakpastian yang
dihadapinya dalam memilih alternatif tindakan tersebut (Wulandari, 2014).
Baridwan, 2009 dalam Wulandari (2014) mengungkapkan bahwa
dalam suatu sistem perlu dibedakan antara definisi data dan informasi
a. Data merupakan fakta-fakta dan kumpulan karakteristik atau yang
jumlahnya merupakan masukan (input) dari sistem informasi. Biasanya
data belum dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan.
b. Informasi merupakan keluaran (output) dari suatu pengolahan data.
Output biasanya tersusun dengan baik dan memiliki arti bagi
penerimanya sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan oleh manajemen.
2.3 Pengertian Akuntansi
Akuntansi sebagai salah satu ilmu yang lama telah dipelajari dan
dilakukan, bahkan sudah menjadi suatu kebutuhan dalam dunia usaha,
khususnya bagi pelaku usaha yang terlibat dalam kegiatan sehari-hari
pengelolaan dalam suatu usaha. Menurut Khoririh (2005) dalam Wulandari,
(2014), terdapat berbagai macam pengertian akuntansi, yaitu sebagai berikut:
1. Akuntansi Sebagai Ideologi
Akuntansi dianggap tidak bebas nilai dan telah dijadikan sebagai
suatu alat untuk mendukung ideologi kapitalis materialis atau penguasa
organisasi. Manusia yang membentuk organisasi, misi dan tujuan
organisasi itu sesuai dengan sikap hidup dan filosofinya. Oleh karena itu,
ideologi seseorang berbeda dengan ideologi yang melahirkan akuntansi
konvensional, yaitu kapitalisme maka seharusnya konsep akuntansinya
2. Akuntansi Sebagai Bahasa
Akuntansi adalah bahasa perusahaan yang dapat berbicara tentang
suatu perusahaan atau organisasi yang dilaporkannya.
3. Akuntansi Sebagai Sistem Informasi
Akuntansi merupakan teknik menggambarkan proses yang
menghubungkan sumber data melalui channel komunikasi dengan
penerima akuntansi. Akuntansi memiliki siklus yang disebut accounting
cycle, yang memprediksi bukti transaksi menjadi bentuk-bentuk
informasi yang kita kenal dengan laporan keuangan yang dapat
digunakan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan.
Definisi akuntansi juga dilihat dari dua sudut pandang, yaitu
definisi dari sudut pemakai jasa akuntansi, dan dari sudut proses
kegiatannya (Yusup, 2000 dalam Wulandari, 2014). Keduanya dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Ditinjau dari sudut pemakainnya, akuntansi merupakan penyedia
informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara
efisien dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi.
b. Ditinjau dari proses kegiatannya, akuntansi merupakan proses
pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan
penganalisis-an data keupenganalisis-angpenganalisis-an suatu orgpenganalisis-anisasi. Definisi ini menunjukpenganalisis-an bahwa
kegiatan akuntansi merupakan tugas yang kompleks dan menyangkut
2.4 Pengertian Informasi Akuntansi
Salah satu informasi yang handal dan dapat dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan adalah informasi akuntansi. Informasi akuntansi
didefinisikan sebagai sistem informasi yang bisa diukur dan
mengkomunikasikan informasi keuangan tentang kegiatan ekonomi.
Informasi akuntansi yang dihasilkan berguna dalam laporan keuangan dalam
rangka menyusun berbagai proyeksi, misalnya proyeksi kebutuhan kas
(Widiastuti, 2012).
Informasi akuntansi sangat penting dalam menyelenggarakan kegiatan
perusahaan. Informasi ini digunakan dalam pengambilan keputusan intern
organisasi, yaitu manajemen dan juga untuk pengambilan keputusan oleh
pihak ekstern organisasi, yaitu investor dan kreditor. Informasi akuntansi
juga diperlukan untuk membuat perencanaan yang efektif, pengawasan dan
pengambilan keputusan oleh manajemen: bentuk pertanggungjawaban
organisasi kepada para investor, kreditur, badan pemerintah dan sebagainya
(Yusup, 2000, dalam Wulandari, 2014).
Agar data keuangan dapat dimanfaatkan oleh pihak internal dan
eksternal perusahaan, maka data tersebut harus disusun dengan baik.
Informasi akuntansi digolongkan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut
(Sitoresmi dan Fuad, 2013):
a. Informasi Akuntansi Operasional
Dalam informasi ini menyediakan data mentah bagi informasi akuntansi
perusahaan manufaktur adalah informasi yang pembelian dan pemakaian
bahan baku, informasi produksi, informasi penggajian, informasi
penjualan, dan lain-lain. Informasi operasi ini merupakan bahan baku
untuk mengelola tipe informasi akuntansi yang lain yaitu informasi
akuntansi keuangan dan informasi akuntansi manajemen.
b. Informasi Akuntansi Manajemen
Dalam informasi akuntansi manajemen ditunjukan kepada pihak internal
perusahaannya, dan merupakan informasi saat ini dan masa yang akan
datang yang tidak memiliki historikal. Informasi ini juga digunakan untuk
tiga fungsi manajemen yaitu: perencanaan, implementasi, dan
pengendalian.
c. Informasi Akuntansi Keuangan
Informasi akuntansi keuangan dapat digunakan oleh manajer maupun
pihak eksternal dari perusahaan, dengan tujuan untuk menyediakan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan perubahan keuangan satu
perusahaan yang bermanfaat bagi pemakai dalam pengambilan
keputusan. Wujud nyata dari informasi akuntansi adalah laporan
keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba/rugi, laporan perubahan
ekuitas laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Maka
informasi ini bersifat historikal dan harus disusun berdasarkan standar
2.5 Kebutuhan Informasi Akuntansi dalam Perkembangan Usaha
Informasi akuntansi bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menegah (UMKM)
sangat diperlukan sebab dengan adanya pelaporan keuangan pemilik/manajer
dapat mengetahui tingkat pendapatan, penjualan, pembelian, persediaan
barang dan hutang maupun piutang. Tujuan pokok dari akuntansi adalah
menyediakan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang berguna bagi
pimpinan perusahaan, serta pihak-pihak lain yang membutuhkan
informasi-informasi tersebut, baik dari dalam perusahaan (intern) maupun dari luar
perusahaan (extern).
Akuntansi juga menyediakan cara-cara untuk mengumpulkan dan
melaporkan data ekonomis kepada bermacam-macam pihak yang
membutuhkan. Pemilik dan calon pemilik dapat mengetahui bagaimana
posisi keuangan dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Pihak
bank atau pemberian kredit dapat menilai kemampuan perusahaan dalam
beroperasi yang pada gilirannya mempertimbangkan resiko yang mungkin
terjadi sebelum dalam kaitannya dengan peraturan pemerintah, misalnya
perpajakan (Masnila, 2008, dalam Auliyah, 2012).
Akuntansi juga menyediakan cara-cara untuk mengumpulkan dan
melaporkan data ekonomis kepada bermacam-macam pihak yang
membutuhkan. Pemilik dan calon pemilik dapat mengetahui bagaimana
posisi keuangan dan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Pihak
Bank atau pemberi kredit dapat menilai kemampuan perusahaan dalam
terjadi sebelum memberi pinjaman. Badan pemerintah berkepentingan
terhadap kegiatan perusahaan dalam kaitannya dengan penyusunan
peraturan pemerintah, misalnya peraturan perpajakan. Bahkan karyawan
berkepentingan terhadap jalannya operasi perusahaan untuk
mempertimbang-kan stabilitas usaha perusahaan dan keuntungan yang mungkin dapat
dinikmati oleh karyawan tersebut (Masnila, 2008, dalam Auliyah, 2012).
Kebutuhan informasi akuntansi bagian yang terpenting sebab dengan
adanya sistem informasi akuntansi pelaku usaha dapat mengetahui seberapa
pesatnya perkembangan usaha yang dijalaninya misalnya melalui penerapan
akuntansi agar mengetahui berapa keuntungan yang diperoleh dari periode
tertentu, berapa kerugian yang dialami selama menjalankan usaha serta
melihat struktur modal usaha yang akan terus berkembang seiring waktu
dalam proses usaha. Dengan adanya catatan-catatan akuntansi diharapkan
bagi para pelaku usaha dapat membandingkan pendapatan usaha dari periode
tertentu dengan periode sekarang maupun akan datang. Tujuan laporan
keuangan adalah menyediakan informasi akuntansi posisi keuangan kinerja
keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang
tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi
kebutuhan informasi akuntansi (Auliyah, 2012).
Dilihat dari segi kebutuhan informasi dan perkembangan usaha sangat
berkaitan sekali sebab dengan adanya sistem informasi akuntansi pengusaha
Adanya penerapan sistem dalam sebuah usaha diharapkan dapat membantu
dalam menjalankan usahanya sesuai dengan bidang dan tugas
masing-masing. Segala usaha yang dipimpin oleh pemilik/manajer dengan cara
sistematis akan mudah memecahkan suatu masalah yang terjadi dalam usaha
tersebut. Pemerintah mempunyai program dalam pengembangan industri
rumah tangga, industri kecil dan menengah diarahkan pelaksanaannya untuk
menumbuh kembangkan kegiatan usaha ekonomi skala kecil yang produktif,
serta untuk mendukung perluasan kesempatan kerja dan pengentasan
masyarakat dari kemiskinan. Pertumbuhan UKM di Indonesia membawa
dampak bagi perkembangan ekonomi. Satu hal yang patut menjadi perhatian
adalah rasio kredit bermasalah, dikarenakan dalam mengakses permodalan
saat ini instansi perbankan atau non perbankan menuntut pada para pelaku
UMKM agar bisa menyajikan laporan keuangan dan pertumbuhan usaha dari
tahun sebelumnya ke tahun yang mendatang. Selain itu, UKM juga mampu
meningkatkan pendapatan negara. Selain bermanfaat bagi pertumbuhan
perekonomian Indonesia UKM juga mampu menyerap jumlah tenaga kerja
yang dapat mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan di masyarakat.
2.6 Perkembangan Usaha
Perkembangan usaha merupakan suatu bentuk usaha kepada usaha itu
sendiri agar dapat berkembang menjadi lebih baik lagi dan agar mencapai
pada satu titik menuju kesuksesan. Perkembangan usaha dilakukan oleh
usaha yang sudah mulai terproses dan terlihat ada kemungkinan untuk lebih
Perkembangan usaha pada dasarnya merupakan hasil dari berbagai
upaya yang dilakukan dalam rangka pengembangan usaha. Menurut Afuah
(2004, dalam Putri, 2014), pengembangan usaha merupakan sekumpulan
aktifitas yang dilakukan untuk menciptakan sesuatu dengan cara
mengembangkan dan mentransformasi berbagai sumber daya menjadi
barang/jasa yang diinginkan konsumen. Pengembangan merupakan proses
persiapan analitis tentang peluang pertumbuhan potensial dengan
memanfaatkan keahlian, teknologi, kekayaan intelektual dan arahan pihak
luar untuk meningkatkan kualitas sebagai upaya yang bertujuan memperluas
usaha.
2.7 Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha 1. Pendidikan Pemilik/Manajer
Peran pemilik atau manajer perrusahaan sangatlah dominan dalam
menjalankan usaha. Pemilik usaha yang pernah mengenyam pendidikan
formal dengan jenjang yang lebih tinggi (perguruan tinggi) akan memiliki
pemahaman, keahlian, dan keterampilan yang berbeda dalam mengelola
usaha, dibandingkan dengan pemilik yang mengenyam pendidikan
dengan jenjang yang lebih rendah (dari pendidikan SD sampai SMA).
Pemilik atau manajer perusahaan yang memiliki tingkat pendidikan
formal yang tinggi akan lebih mampu dalam mempersiapkan dan
menggunakan informasi akuntansi dibandingkan dengan yang memiliki
2. Pelatihan
Pelatihan manajemen usaha akan memberikan tambahan wawasan
dan pengetahuan serta ketrampilan kepada pelaku UMKM, sehingga
diharapkan usaha yang dijalankan dapat semakin berkembang. Menurut
Bernardin & Russell (dalam Gomes, 2000: 197), pelatihan adalah setiap
usaha untuk memperbaiki performan pekerja pada pekerjaan tertentu yang
sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada
kaitannya dengan pekerjaannya. Pelatihan lebih berkaitan dengan
peningkatan keterampilan karyawan yang sudah menduduki suatu
pekerjaan atau tugas tertentu sehingga lebih menekankan pada
keterampilan (skill). Pelatihan merupakan cara terpadu yang diorientasikan
pada tuntutan kerja aktual, dengan penekanan pada pengembangan skill,
knowledge, dan ability.
3. Umur Usaha
Penyediaan informasi akuntansi dipengaruhi oleh usia usaha
(lamanya usaha sejak berdiri mulai dari awal beroperasi hingga saat ini).
Biasanya usaha yang lebih lama berdiri cenderung lebih berkembang
karena sudah memiliki banyak pengalaman dalam menjalankan usahanya.
Menurut Munizu (2010) pengalaman/lama berusaha pada bidang usaha
sejenis merupakan kekuatan utama bagi pengusaha. Sejalan dengan itu,
hasil penelitian Mogollón and Vaquero (2004) dan Marques dan Ferreira
(2009) menemukan pengaruh umur dan pengalaman manajer-pemilik
usaha sebagai variabel determinan terhadap perilaku inovasi perusahaan
4. Skala Usaha
Skala usaha merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola
usahanya dengan melihat berapa jumlah tenaga kerja dan berapa besar
pendapatan yang diperoleh dalam satu periode akuntansi (Kristian, 2010
dalam Handayani, 2011). Jumlah karyawan dapat menunjukan seberapa
kapasitas perusahaan dalam mengoperasionalkan usahanya. Semakin
bertambahnya jumlah tenaga kerja menjadi cermin dari semakin
berkembangnya usaha.
5. Modal Usaha
Modal usaha merupakan modal saat suatu usaha tersebut
dijalankan. Perusahaan yang masih terus berkembang akan cenderung
membutuhkan modal usaha, sehingga perusahaan akan berusaha
mengakses sumber-sumber modal.
Modal merupakan aspek yang sangat penting dalam aktivitas
usaha. Riyanto (2001, dalam Putri, dkk, 2014), menyatakan bahwa faktor
usaha yang harus tersedia sebelum melakukan kegiatan bisnis adalah
modal. Besar kecilnya modal akan berpengaruh terhadap perkembangan
usaha dalam pencapaian. Beberapa modal yang dibutuhkan dalam
menjalankan bisnis, antara lain tekad, pengalaman, keberanian,
pengetahuan, networking, serta modal berupa uang, namun kebanyakan
orang terhambat memulai usaha karena mereka sulit untuk mendapatkan
2.8 Kerangka Pemikiran
Perkembangan ekonomi baik secara rasional maupun regional tidak
dapat terlepas dari peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Di
Indonesia sendiri UMKM merupakan salah satu penggerak perekonomian
rakyat yang tangguh. Munizu (2010) menyatakan bahwa pengembangan
Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Indonesia merupakan salah satu prioritas
dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini selain karena usaha tersebut
merupakan tulang punggung system ekonomi kerakyatan yang tidak hanya
ditujukan untuk mengurangi masalah kesenjangan antargolongan pendapatan
dan antar pelaku usaha, ataupun pengentasan kemiskinan dan penyerapan
tenaga kerja. Lebih dari itu, pengembangannya mampu memperluas basis
ekonomi dan dapat memberikan konstribusi yang signifikan dalam
mempercepat perubahan struktural, yaitu meningkatnya perekonomian
daerah dan ketahanan ekonomi nasional.
UMKM dapat berkembang apabila kondisi internal dan eksternalnya
bersifat mendukung atau kondusif. Studi yang dilakukan oleh Maupa (2004,
dalam Munizu, 2010) menunjukkan: (1) Karakteristik individu manajer/
pemilik, karakteristik perusahaan, lingkungan eksternal bisnis, dan dampak
kebijakan ekonomi dan sosial mempunyai pengaruh langsung, positif, dan
signifikan terhadap strategi bisnis dan pertumbuhan usaha. Pendapat senada
diungkapkan oleh Crijns dan Ooghi (2000, dalam Munizu, 2010)
hasil dari dua lingkungan dimana perusahaan melakukan bisnisnya, yakni
lingkungan internal dan eksternal. Demikian pula Putri, dkk (2014) yang
mengutip jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM No. 1 tahun 2006,
menyebutkan bahwa untuk mencapai suatu keberhasilan usaha diperlukan
adanya upaya pengembangan oleh pelaku usaha itu sendiri baik dari dalam
maupun dari luar. Jadi jelas bahwa perkembangan usaha pada UMKM
membutuhkan dukungan dari berbagai macam faktor, termasuk faktor yang
berasal dari diri pelaku UMKM itu sendiri berupa kondisi atau karakteristik
yang dimiliki.
Karakteristik pemilik atau manajer UMKM dapat dilihat dari
beberapa aspek, seperti tingkat pendidikan, pelatihan yang diikuti, dan umur
usaha. Aspek-aspek tersebut dapat memberikan kontribusi dalam mendukung
perkembangan usaha. Terkait dengan pendidikan, hasil penelitian
McCommick et.al (1997, dalam Munizu, 2010) menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan berhubungan dengan pertumbuhan perusahaan. Sementara
menyangkut pelatihan, hasil penelitian Marques dan Ferreira (2009, dalam
Kurniati, 2014) menemukan bahwa umur perusahaan dan level pelatihan
berpengaruh terhadap kapasitas inovasi perusahaan. Hasil yang sama juga
dibuktikan dari hasil penelitian Alhempi dan Harianto (2013) bahwa
pelatihan dan pembinaan secara serentak atau simultan maupun secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan usaha kecil pada
usaha kecil mitra binaan Community Development Centre (CDC) PT Telkom
Perkembangan usaha pada UMKM dapat didukung oleh informasi
akuntansi, antara lain berupa modal dan skala usaha. Hal ini telah dibuktikan
melalui beberapa hasil penelitian terdahulu. Hasil penelitian Purwanti (2012)
menunjukan bahwa modal usaha berpengaruh signifikan terhadap
perkembangan usaha. Demikian pula dengan hasil penelitian Putri, dkk
(2014) bahwa ada pengaruh modal usaha terhadap pengembangan usaha,
artinya semakin baik pengusaha mengelola modal usaha yang dimiliki, maka
semakin baik pula pengembangan usaha yang dilakukan. Modal usaha
mempengaruhi pengembangan usaha sebesar 45,7%. Sementara peranan
skala usaha dalam mendukung perkembangan usaha dbuktikan melalui
penelitian Marques dan Ferreira (2009, dalam Kurniati, 2014) skala usaha
berpengaruh terhadap kapasitas inovasi perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat digambarkan kerangka penelitian ini
Pelatihan Manajemen
Perkembangan Usaha Umur
Usaha
Skala Usaha
Modal Usaha
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Tingkat
Pendidikan
UMKM sebagai penggerak perekonomian rakyat
Dukungan Berbagai Faktor terhadap Perkembangan UMKM