Memudarnya Budaya Lokal ditengah Era Globalisasi
1Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran
pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya. Globalisasi yang medunia dapat menyebabkan westernisasi yang memudarkan nilai-nilai budaya lokal karena adaya pengaruh nilai-nilai-nilai-nilai budaya luar atau budaya barat. Sedangkan nilai budaya lokal itu sangat bermanfaat bagi pengembangan kepribadian masyarakat yang dijadikan standar bertingkah laku sehingga dapat hidup harmonis. Kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, seni, susila, hukum adat dan setiap kecakapan dan kebiasaan.
Karna kebudayaan lokal sangat penting untuk di lestarikan maka harus ada yang menjaganya yaitu masyarakat Indonesia itu sendiri. 2Penelitian ini menunjukan
bahwa peran keluarga suku sasak khususnya ayah dan ibu memiliki porsi yang seimbang dalam mendidik anak dalam menerapkan nilai-nilai kebudayaannya. Disini diambil penelitian di Desa Ende, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah pada 26 April 2017. Lokasi ini dipilih karena di Desa Ende memiliki keunikan dari peran keluarga suku sasak yang memiliki nilai-nilai budaya khususnya terkait menjalankan fungsi agama dan fungsi reproduksi yang diturunkan ke generasi selanjutnya.
Desa Ende hanya memiliki luas wilayah kira kira 1 hektar sehingga dapat berkeliling desa dengan berjalan kaki. Desa Ende memiliki 30 rumah adat yang desebut bale tani. Mereka tidak memiliki kamar mandi yang berada di dalam rumah, melainkan kamar mandi umum di berbagai titik sudut desa. Kemudian untuk urusan rumah tangga seperti memasak dilakukan di dalam rumah yang masih menggunakan kayu bakar. Ada fungsi yang sangat penting dalam suku sasak yaitu mendidik anak.
Dalam keluarga orang tua sangat berperan penting dalam mendidik anak-anaknya. Peran ibu dalam suku sasak sagat dominan dalam menerapkan nilai-nilai budaya pada anak-anaknya. Seorang ibu di suku saasak sudah sesuai dengan teori-teori keluarga yaitu seorang ibu menumbuhkan perasaan saying,cinta, melalui kasih
1 Wikipedia, “Globalisasi “,Pengertian Globalisasi diakses dari
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Globalisasi (kamis, 28 september 2017 08:15 PM)
2 Septi Mulyanti Siregar dan Nadiroh, Peran Keluarga Dalam Menerapkan Nilai Budaya Suku Sasak Dalam Memelihara Lingkungan, JGG-Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan P-ISSN: 2303-2332, Vol.5 N0.2, Desember 2016
saying dan kelembutan seorang ibu, menumbuhkan kemampuan berbahasa dengan baik kepada anak-anaknya.
Seorang ibu yang menerapkan nilai budaya pada anaknya bertujuan untuk membentuk tingkah lakunya di masyarakat hingga sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Pada suku sasak untuk anak perempuan memiliki kewajiban bisa menenun tenunnya benang yang berasal dari bahan-bahan yang alami. Karena syarat menikah bagi wanita dalam suku sasak harus bisa menenun untuk membantu perekonomian keluarganya kelak. Keterampilan ini diajarkan oleh sang ibu ketika anak perempuannya dianggap sudah mampu menenun. Kemampuan menenun ini dilakukan oleh masing-masing keluarga karena setiap keluarga wajib memiliki alat tenun. Kemudian memasak, anak perempuan di suku sasak sedari kecil sudah di ajarkan membantu ibunya memasak di dapur. Suku sasak sudah menjalankan fungsi ekonomi dan peran perempuan dalam mencari nafkah tambahan.
Selain ibu, seorang ayah juga berperan penting untuk menerapkan nilai budaya pada anaknya. Seorang ayah menumbuhkan rasa percaya diri, menumbuhkan agar anak mampu berprestasi dan bertanggung jawab. Seperti anak laki-laki suku sasak diajak ke ladang unuk membiasakan anak sedari kecil mengenal profesi ayahnya agar ketika besar menjadi petani dan membantu ayahnya. Namun suku saasak juga terbuka untuk teknologi dan informasi. Karna mereka tidak menginginkan nasib anaknya seperti mereka sehingga anak laki-laki diizinkan untuk bersekolah mengenyam pendidikan.
Ayah juga berperan aktif dalam bermasyarakat, karena suku sasak Desa Ende yang peduli akan wisatawan yang dating ke desa sehingga sukarela menjadi pemandu. Maka seorang ayah mengajarkan anak untuk berbahasa tata krama yang baik dan benar agar mencetak generasi yang baik dalam memandu pengunjung. Selain itu ayah juga mengajarkan tarian khas budaya lokal suku sasak. Sehingga kebudayaan tetap terjaga kelestariannya sampai generasi berikut-berikutnya.
Disini tidakhanya peran orangtua, keluarga juga berperan dalam mengembangkan nilai-nilai budaya pada anak-anakya.Meskipun di zaman era globalisasi ini banyak budaya-budaya yang masuk ke dalam negeri haruslah tetap disaring disleksi dahulu budaya-budayanya. Sehingga budaya lokal milik sendiri tetap terjaga tetap terjamin keasliannya dan tidak akan pernah pudar meskipun
gencarnya globalisasi mempengaruhi. Karna budaya merupakan warisan dari nenek moyang yang harus dijaga dan dilestarikan.
Telah kita ketahui bersama bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki banyak ragam budaya yang berbeda-beda. Perbedaan itu sendiri justru memberikan konstibusi yang cukup besar pada citra bangsa Indonesia. Identitas budaya nasional kita saat ini memang belum jelas selain hanya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan Pancasila sebagai filosifi atau pandangan hidup bangsa. Kehidupan di suku sasak telah melaksaakan tugasnya dalam memperthankan nilai-nilai budaya lokal yang sesuai dengan pancasila sila ketiga
Sumber : JGG-Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan P-ISSN: 2303-2332, Vol.5 N0.2, Desember 2016 yang berjudul Peran Keluarga Dalam
Menerapkan Nilai Budaya Suku Sasak Dalam Memelihara Lingkungan, di tulis oleh Septi Mulyanti Siregar dan Nadiroh.
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Globalisasi
Nim : 1402617063
Nama : Giti Irmayasari
Prodi : Pendidikan Geografi 2017