i
PELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN
NILAI CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS III SD KANISIUS
TOTOGAN TAHUN AJARAN 2013/2014
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
oleh :
AMBROCIUS GANDA ANGGA DANUARTA
101134231
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv Kupersembakan Karya Ini Untuk :
Allah, Bapa, Putra, dan Roh Kudus
“…Yang selama ini telah menuntun langkah hidupku hingga menjadi seperti ini…”
Dan
Untuk Kedua Orang Tuaku :
Patricius Sukardal dan Efrasia Sugiarti
v
MOTTO
“…jadilah pribadi yang dewasa dan selalu bermanfaat bagi nusa dan
bangsa…”
“…berhentilah
mencari yang baik, jadilah pribadi yang terbaik, dan
niscaya engkau akan mendapatkan yang terbaik…”
vi
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa sekripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 25 Agustus 2014
Penulis
vii
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Ambrocius Ganda Angga Danuarta
Nomor Mahasiswa : 101134231
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
PENERAPAN PEMBELAJARAN PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA PELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN
NILAI CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS III SD KANISIUS TOTOGAN TAHUN AJARAN 2013/2014
Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 25 Agustus 2014
Yang menyatakan,
viii
PENERAPAN PEMBELAJARAN PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA PELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN
NILAI CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS III SD KANISIUS TOTOGAN TAHUN AJARAN 2013/2014
Ambrocius Ganda Angga Danuarta
1011134231
Pembelajaran PKN di SD Kanisius Totogan kurang disertai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran sehingga peserta didik kurang memahami akan nilai-nilai yang terkandung dalam materi yang sedang di ajarkan oleh pendidik. Selain itu pendidik juga kurang bisa mengemas pembelajaran dengan menarik, model-model pembelajaran belum nampak diterapkan oleh pendidik di dalam kelas sehingga pembelajaran terlihat kurang menarik. Dari latar belakang tersebut penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran peserta didik akan nilai cinta tanah air dengan menggunakan model pembelajaran Pedagogi Reflektif.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SD Kanisius Totogan pada bulan April 2014 dengan subjek kelas III.Penelitian ini dilakukan dengan 2 siklus pembelajaran dengan setiap siklus satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 Jam Pelajaran.Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar skala sikap dengan jumlah 48 pernyataan yang sudah di validasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan jumlah peserta didik yang sadar akan nilai cinta tanah air dengan menggunakan penerapan Pembelajaran Pedagogi Reflektif bagi siswa kelas III SD Kanisius Totogan. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari kenaikan presentase skala sikap. Pada kondisi awal rata-rata persentase jumlah siswa yang sadar mencapai 47,62%, atau hanya 10 peserta didik yang menyadari akan nilai cinta tanah air, sedangkan 11 peserta didik kesadaran akan nilai cinta tanah airnya masih sangat kurang. Kemudian pada siklus 1 rata-rata persentase jumlah siswa yang sadar mencapai 76,19%. Pada siklus 2 jumlah peserta didik yang masuk kategori sadarakan nilai cinta tanah air ada 5 0rang sedangkan yang sangat sadar ada 16 orang. Melihat fakta siklus ke 2,bias dismipulkan bahwa kesadaraan siswa akan nilai cinta tanah air mencapai 100%.
ix
THE IMPLEMENTATION OF REFLECTIVE PEDAGOGY LEARNING IN
CIVICS TO IMPROVE STUDENTS’ AWARENESS TOWARDS
NATIONALISM AMONG GRADE III STUDENTS OF SD KANISIUS TOTOGAN IN THE ACADEMIC YEAR OF 2013/2014
Ambrocius Ganda Angga Danuarta 1011134231
Civics learning in SD Kanisius Totogan grade 3 was lack of nationalism values in teaching and learning process. The students did not understand about the materials given by the teacher. Besides, the teacher also did not use appropriate materials which contain interesting learning. The teaching methods were not implemented to the students in teaching and learning process yet. Therefore the teaching and learning process was lack of motivation. From the background of the
study, this study aims to improve the students’ awareness with nationalism value by
using reflective pedagogy learning.
This study belongs to an action research study. It was conducted in SD Kanisius Totogan on April2014 with the students of Grade 3 as the subject of the study. This study consisted of 2 cycles which contains 2 meetings in every cycle and 3 hours in every meeting. The data was collected by using character scale sheets that consist of 48 validated statements.
The results of the study showed that there was an improvement of the students’ awareness by using the implementation of Reflective Pedagogy Learning among the students grade 3 in SD Kanisius Totogan. Therefore, it can be shown from the improvement of the percentage of character scale. In pre-cycle, the percentage of students which belongs to category aware was 47,62 % or only 10 students who realize the importance of nationalism value, while the other 11 students are not aware of the importance of nationalism value. In Cycle 1, the mean of percentage of students who aware was 76,19 %. Then, in Cycle 2, 5 students are aware of the nationalism value and the other 16 students are very aware of the importance of the nationalism value. Considering this fact of the cycle 2, it can be concluded that the
students’ awareness of national value is 100%.
x
Puji Syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
kemurahan, berkat, dan penyertaan-Nya, sehingga ahkirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan sekripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendedidikan pada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan, doa, dan dukungan dari banyak
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Allah, Bapa, Putra, dan Roh Kudus atas semua hal yang dianugerahkan kepada
penulis.
2. Bapakku Patricius Sukardal dan Ibuku Efrasia Sugiarti yang senantiasa
mendoakan dan mendukung untuk keberhasilan dan kesuksesanku.
3. Rohandi, Ph. D. Selaku dekan FKIP yang memberikan ijin pelaksanaan penelitian
ini.
4. Rm Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Kaprodi PGSD.
5. Christiyanti Aprinastuti, S.Si, M.Pd, selaku Wakaprodi PGSD.
6. Bapak Drs. Paulus Wahana. M. Humdan Ibu Elisabeth Desiana Mayasari, S. Psi,
M. A. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing peneliti dengan penuh
kesabaran dan kebijaksanaan dari awal penulisan skripsi hingga selesai.
7. Ibu Tri Utami selaku kepala SD Kanisius Totogan yang telah memberikan ijin
untuk melakukan penelitian diSD Kanisius Totogan.
8. Ibu CH. Nurdayati selaku guru kelas IIISD Kanisius Totogan yang telah
xi
teman-teman kelompok bimbingan skripsi: Astri, Arif, Kismet, Ridlo, Femlia,
Vera, Indah, Henri, St.Patrcie, St.Alvonza, Windi, Nissa, Yuni, dan Winda
terimakasih atas keceriaan, inspirasi dan diskusi-diskusi kita yang panjang.
10.Teman-temanku “kost 96B”, dan “teman-teman OMK Paroki Wates” terimakasih
atas keceriaan, dukungan, suka duka, dan kasih sayang yang selama ini kalian
berikan kepada penulis. Keep our relationship and best friend forever.
11.Terima kasih untuk teman-temanku: saefan bayu samudra atas bantuannya
menyelesaikan abstract, Ridlo atas pinjaman printernya, dan Arif dan Kismet atas
diskusi, inspirasi serta masukan-masukannya.
12.Adek-adekku tercinta Francica Puspalinda dan Maria Ovie Hizkiyanti yang
senantiasa mendoakan untuk kesuksesan kakaknya.
13.Kresentia Nita Kurniadewi kekasihku yang menjadi motivasi penulis dan sangat
amat membantu penulis untuk menyelesaikan tugas skripsi ini, walau terkadang
menyebalkan.
14.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu oleh penulis, yang telah
membantu memberikan dukungan, semangat, dan inspirasi hingga terselesaikan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena
itu penulis mengaharapkan masukan, saran, dan kritik yang membangun demi
menyempurnakan penelitian ini. Penulis berharap, semoga hasil dari penelitian ini
dapat bermanfaat bagi se,ua pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, 25 Agustus 2014
xii
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Batasan Masalah ... 3
1.3 Rumusan Masalah ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
1.6 Definisi Operasional ... 5
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 6
2.1.1 Teori-teori yang mendukung ... 6
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 27
2.3 Kerangka Berpikir ... 31
xiii
3.1 Jenis Penelitian ... 34
3.2 Setting Penelitian ... 37
3.2.1 Tempat Penelitian ... 37
3.2.2 Subjek Penelitian ... 37
3.2.3 Objek Penelitian ... 37
3.2.4 Waktu Penelitian ... 37
3.3 Persiapan ... 37
3.4 Kegiatan Setiap Siklus ... 38
3.5 Jadwal Penelitian ... 42
3.6 Instrumen Penelitian ... 43
3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 48
3.8 Validitas dan Reabilitas ... 49
3.9 Teknik Analisa Data ... 54
3.10 Indikator Keberhasilan ... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 59
4.1.1 Kondisi Awal ... 59
4.1.2 Paparan Kegiatan Siklus 1 ... 62
4.1.3 Hasil Siklus 1 ... 68
4.1.4 Paparan Kegiatan Siklus 2 ... 69
4.1.5 Hasil Siklus 2 ... 73
4.2 Pembahasan ... 75
4.2.1 Peningkatan Kesadaran Peserta Didik ... 75
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 79
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 80
5.3 Saran ... 82
Daftar Pustaka ... 83
xiv
Tabel 1 Jadwal Penelitian ... 42
Tabel 2 Indikator Skala Sikap ... 43
Tabel 3 Kisi-kisi Pernyataan Skala Sikap ... 45
Tabel 4 Sebaran Item Uji Coba ... 48
Tabel 5 Uji Validitas Item Skala Sikap ... 54
Tabel 6 Acuan PAP Tipe 1 ... 55
Tabel 7 Perhitungan Batas nilai secara keseluruhan ... 56
Tabel 8 Indikator Keberhasilan ... 57
Tabel 9 Persentase Kriteria Keberhasilan ... 58
Tabel 10 Hasil Kondidi Awal ... 60
Tabel 11 Hasil Siklus 1 ... 67
Tabel 12 Hasil Siklus 2 ... 73
xv
Gambar 1 Peta Konsep Pelaksanaan PPR ... 23
Gambar 2Kontribusi Penelitian ... 30
Gambar 4 Kerangka Berpikir ... 32
Gambar 5 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 35
Gambar 6Kegiatan Awal Pembelajaran ... 155
Gambar 7 Kegiatan Menyimak Gambar ... 156
Gambar 8Kegiatan Diskusi Kelompok ... 156
Gambar 9 Kegiatan Presentasi Kelompok ... 157
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Pembelajaran ... 85
Lampiran 2 Instrumen Penelitian Sebelum Validasi... 104
Lampiran 3 Validasi Instrumen Penelitian... 108
Lampiran 4 Intrumen Penelitian Setelah Validasi ... 110
Lampiran 5 Contoh Hasil Skala Sikap Siswa Pada Kondisi Awal ... 113
Lampiran 6 Contoh Hasil Skala Sikap Pada Siklus 1 ... 120
Lampiran 7 Contoh Hasil Skala Sikap Pada Siklus 2 ... 127
Lampiran 8 Hasil Validasi Instrumen Pembelajaran Dari Dosen ... 134
Lampiran 9 Data Kondisi Awal, Sklus 1, dan Siklus 2 ... 139
Lampiran 10 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa ... 143
Lampiran 11 Refleksi Peserta Didik ... 148
Lampiran 12 Surat Ijin Penelitian ... 150
Lampiran 13 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 152
Lampiran 14 Proses Pembelajaran Di Kelas ... 154
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab I ini peneliti akan membahas mengenai latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya pendidikan merupakansalah satu kunci pokok dalam
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.Seorang pendidik adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU RI,
2005). Pendidikan di Indonesia diharapkan mengarah pada keutuhan pribadi
manusia, yaitu dengan penanaman nilai-nilai pengetahuan dan ketrampilan yang
termasuk didalamnya adalah nilai cinta tanah air.Hal ini bisa terwujud dengan
cara mendampingi peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga membantu
mengembangkan kesadaran nilai-nilai yang terkait dalam pembelajaran.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan termasuk salah satu mata
pelajaran yang penting, karena PKn diajarkan diseluruh tingkat pendidikan,
dimulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Hakikat atau intisari dari
PKn adalah pendidikan nilai dan moral. Djahiri (1991) mengatakan bahwa PKn
sebagai pendidikan nilai dan moral diharapkan mampu menampilkan perangkat
tatanan nilai, moral dan norma pancasila dan selalu menunjukkan keterkaitan isi
pesan sila-sila pancasila. Sebagai pendidikan nilai, PKn akan membantu peserta
2
termuat dalam hal yang menjadi objek pembahasannya, tujuanya untuk
membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang masyarakat, dan warga
negara yang baik (Wahab, 2011).
SD Kanisius Totogan saat ini masih mempertahankan kegiatan Upacara
Bendera setiap hari Senin sebagai cerminan rasa kebangsaan yang tinggimeskipun
di beberapa sekolah lain sudah meninggalkan tradisi tersebut. Pada saat observasi,
peneliti melihathal yang menarik dari berlangsungnya upacara tersebut adalah
perilaku beberapa peserta didik yang terkadang ramai dengan temannya, tidak
menunjukkan sikap siap, menghormat pada bendera Merah Putih dengan sikap
yang malas-malas, tidak mendengarkan pembina upacara yang sedang
menyampaikan amanat dan juga tidak berpartisipasi aktif. Bahkan peneliti sempat
mendengar peserta didik mengungkapkan ketidakpahaman akan makna dari
upacara. Peserta didik beranggapan bahwa upacara bendera adalah kegiatan yang
hanya membuat lelah dan tidak mempunyai makna.
Peneliti menemukan solusi yang sesuai untuk memberikan semangat dalam
proses belajar mengajar yaitu Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR).
Pembelajaran Pedagogi Reflektif adalah metode yang mengacu pada pola
pertumbuh kembangan pribadi peserta didik menjadi kemanusiaan atau lebih
mengenal dan mendalami nilai-nilai kemanusiaan. Menurut Subagya (2008)
menyebutkan tiga unsur utama dalam PPR adalah pengalaman, refleksi dan aksi.
Unsur yang belum disebutkan adalah konteks dan evaluasi. Serangkaian tersebut
tidak bisa dipisahkan, sehingga akan terjalin timbal balik yang baik dalam
3
adalah suatu pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran bidang studi
dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan. Pembelajaran bidang studi
disesuaikan dengan konteks peserta didik, sedangkan pengembangan nilai-nilai
kemanusiaan ditumbuhkembangkan melalui proses pengalaman, refleksi dan aksi.
Proses pembelajaran ini harus diakhiri dengan adanya evaluasi. Evaluasi
digunakan guru untuk mengetahui peningkatan prestasi peserta didik. Semua
langkah ini diharapkan akan membuat peserta didik menjadi seseorang yang
bertanggung jawab, berkembang menjadi pribadi yang kompeten, berhati nurani
yang peka dan berbela rasa pada sesama dan lingkungannya.
1.2 Batasan Masalah
Penelitian ini akan dibatasi pada masalah peningkatan kesadaran
pesertadidik akan nilai Cinta Tanah Airkelas 3 SD KanisiusTotogan dengan
Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) dalam mata pelajaran PKn.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas dapat dirumuskan
masalah-masalah yang akan diteliti adalah:
1. Bagaimana proses model pembelajaran pedagogi reflektif (PPR) pada
mata pelajaran PKn kelas 3 semester II SD Kanisius Totogan?
2. Apakah pelaksanaan model pembelajaran pedagogi reflektif (PPR)
dalam mata pelajaran PKn dapat meningkatkan kesadaran peserta didik
4
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan oleh peneliti
maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran pedagogi
reflektif (PPR) pada peserta didik kelas 3 semester II SD
Kanisius Totogan.
2. Meningkatkan kesadaran peserta didikdan mengetahui akan
nilai cinta tanah airpada mata pelajaran PKn kelas 3 semester
IISD Kanisius Totogan melalui PPR.
1.5 Manfaat Penelitian
Secara teoritis penelitian ini mempunyai manfaat, hasil penelitian
ini mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran pedagogi reflektif (PPR)
serta meningkatkan kesadaran peserta didik akan nilai cinta tanah air.
Secara praktis penelitian ini mempunyai manfaat:
1. Bagi peneliti, merupakan sebuah pengalaman yang berharga dapat
menggunakan pendekatan pembelajaran pedagogi reflektif (PPR)
untuk meningkatkan kesadaran peserta didik akan nilai cinta tanah air
dalam mata pelajaran PKn. Sehingga dapat lebih memahami
pembelajaran pedagogi reflektif (PPR) dan kelak dapat menerapkan
pembelajaran tersebut terhadap mata pelajaran lainnya untuk
5
2. Bagi pendidik, memberikan wawasan mengenai model pembelajaran
pedagogi reflektif (PPR) dan dapat diterapkan pada mata pelajaran
lain.
3. Bagi peserta didik, mendapat pengalaman baru dalam belajar dengan
menggunakan pembelajaran pedagogi reflektif (PPR) untuk
meningkatkan kesadaran peserta didik akan nilai-nilai PKn.
1.6 Definisi Operasional
1. Kesadaran peserta didikakan nilai cintatanah air adalah kemampuan
memahami akan berbagai hal yang berkaitan dengan nilai, antara lain:
menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas, sarana, sikap, dan
tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang menjadi
tujuannya.
2. Pembelajaran pedagogi reflektif (PPR) adalah pembelajaran yang
mengintergrasikan pembelajaran bidang studi dengan pengembangan
nilai-nilai kemanusiaan.
3. PKn adalah sebagai wahana pendidikan nilai cinta tanah air yang
termuat pada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
6
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dibahas landasan teori yang digunakan dalam penelitian.
Pembahasan landasan teori terdiri dari lima bagian yaitu: kajian pustaka,
pembelajaran pedagogi reflektif,hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir,
dan hipotesis tindakan.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Teori-teori yang mendukung
Dalam teori-teori yang relevan ini dibahas teori nilai, teori kesadaran, teori
cinta tanah air, teori kesadaran akan nilai cinta tanah air, pembelajaran tematik,
model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif dengan teknik
mencari pasangan, dan mata pelajaran PKn. Seluruhnya dibahas secara runtut
sebagai berikut:
1. Kesadaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2011) kesadaran
mempunyai arti (1) keinsafan; keadaan mengerti akan harga dirinya timbul,
karena ia diperlakukan secara tidak adil; (2) hal yang dirasakan atau dialami
oleh seseorang. Sadar diartikan merasa, tahu, ingat kepada keadaan yang
sebenarnya, atau ingat (tahu) akan keadaan dirinya. Kesadaran diartikan
keadaan tahu, mengerti dan merasa.Widjaja (1984) mengatakan bahwa
kesadaran merupakan sikap/perilaku mengetahui atau mengerti taat dan patuh
7
sikap/perilaku mengetahui atau mengerti, taat dan patuh pada adat istiadat dan
kebiasaan yang hidup dalam masyarakat.
Semium, (2006) mengatakan bahwa kesadaran merupakan
satu-satunya tingkat kehidupan mental yang secara langsung tersedia bagi kita. Jadi
dapat disimpulkan bahwa kesadaran merupakan sikap sadar dan ingat pada
keadaan yang sebenarnya yang secara langsung tersedia bagi kita. Dari
pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kesadaran merupakan kondisi
dimana individu mengetahui dan ingat pada keadaan yang sebenarnya yang
secara langsung tersedia bagi kita.
2. Nilai
Nilai merupakan kualitas yang memiliki daya tarik serta dasar bagi
tindakan manusia serta untuk mendorong manusia untuk mewujudkannya,
karena nilai memiliki kesesuaian dengan kecenderungan kodrat manusia
(Wahana, 2004). Menurut Takdir (1966), teori nilai menyelidiki proses
dan isi penilaian, yaitu proses yang mendahului dan menentukan semua
kelakuan manusia. Karena itu teori nilai menghadapi manusia sebagai
makhluk yang berkelakuan sebagai objeknya. Dibandingkan dengan
kelakuan hewan yang menggunakan insting yang membuat hubungan
antara hewan dan sekitarnya saling melengkapi, kemampuan manusia
yang menggunakan akal budi berada dalam suasana kebebasan yang lebih
besar. Kehidupan hewan dengan instingnya lebih tetap terikat pada
pengaruh-8
mempengaruhi yang dinamik antara akal budinya dengan lingkungan
alamnya, lingkungan masyarakatnya dan lingkungan kebudayaannya.
Djahiri (1991) mendiskripsikan nilai sebagai sesuatu yang
berharga/tidak berharga, mengacu kepada peringkat kualifikasi indah,
baik, benar dan kebalikannya. Berbeda dengan Djahiri, Gazalba (dalam
Thoha, 1996) menjelaskan bahwa nilai adalah sesuatu yang bersifat
abstrak, bukan benda kongkrit, bukan fakta, bukan hanya persoalan benar
dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan soal
penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, disenangi dan tidak
disenangi.
Dari beberapa pengertian tentang nilai di atas dapat disimpulkan
bahwa nilai itu merupakan sesuatu yang bersifat abstrak yang menjadi
dasar atau landasan bagi perubahan, dan nilai difungsikan untuk
mengarahkan, mengendalikan, dan menentukan kelakuan seseorang. Nilai
juga ditanamkan pada seorang pribadi dalam proses sosialisasi, melalui
keluarga, lingkungan sosialnya yang terdekat/masyarakat,
lembaga-lembaga pendidikan, agama, dan tradisi-tradisi dalam suatu daerah
tertentu. Oleh karena itu, nilai tidak hanya dipahami saja, melainkan nilai
tersebut harus terwujud dalam kehidupan sehari-hari.
3. Peranan Nilai Dalam Kehidupan Manusia
Nilai memegang peranan penting dalam setiap kehidupan manusia,
9
tersebut menjadi prinsip yang berlaku di suatu masyarakat tentang apa yang
baik, benar dan berharga yang seharusnya dimiliki dan dicapai oleh
masyarakat. Seorang anak wajib menghargai dan menghormati orang
tuanya.Ketika berbicara dengan orang tuanya, anak harus menggunakan
bersikap yang sopan dan tutur kata yang santun.Orang tua juga wajib
melindungi dan menyayangi anak-anaknya. Pola interaksi orang tua dan anak
tersebut apabila dituntun dengan nilai maka akan menciptakan pola interaksi
yang baik dan harmonis di keluarga (Rostini, 2009).
Fungsi nilai sosial secara luas yaitu memberikan ketentraman kepada
seluruh anggota masyarakat agar dapat bertingkah laku sesuai dengan aturan
yang diyakini oleh masyarakat guna mencapai tujuan bersama di masyarakat.
Adapun fungsi nilai sosial secara keseluruhan adalah sebagai berikut:Nilai
sebagai pedoman berperilaku, nilai sebagai pedoman berfungsi memberikan
arahan kepada individu atau masyarakat untuk berperilaku sebagaimana yang
diinginkan. Nilai menjadi landasan dan motivasi dalam setiap langkah dan
perbuatan manusia. Nilai sebagai kontrol sosial, nilai sebagai alat kontrol
sosial yang berfungsi untuk memberikan batasan-batasan kepada manusia
untuk bertingkah laku. Perilaku manusia di luar nilai akan mengakibatkan
jatuhnya sanksi atau perasaan bersalah; Nilai sebagai pelindung sosial, nilai
sebagai alat pelindung sosial memberikan perlindungan dan memberikan rasa
aman kepada manusia, dengan berprilaku sesuai dengan nilai, manusia dapat
10
sehari-hari itu sangatlah penting untuk pembentukan diri manusia melalui
tindakan-tindakannya (Wahana, 2004).
Apabila nilai-nilai itu lenyap maka kehidupan masyarakat akan tidak
beraturan, masing-masing manusia akan bertingkah laku berdasarkan
kehendak sendiri. Kehilangan nilai sosial di masyarakat dapat mengakibatkan
masyarakat kehilangan identitas dan kehancuran bagi masyarakat itu sendiri.
Dalam sikap pergaulan kecil antar individu, kehilangan nilai sosial dalam
interaksi antar individu dapat menimbulkan konflik antar individu, yang kuat
akan menindas yang lemah, yang besar akan memperkosa yang kecil(Rostini,
2009).
Hancurnya nilai sosial juga akan mengakibatkan hancurnya sistem
sosial di masyarakat. Akibat terjadi penyimpangan-penyimpangan sosial dan
masalah-masalah sosial. Contohnya, proses adaptasi nilai budaya barat yang
tidak sesuai dengan nilai yang sebelumnya dianut oleh masyarakat Indonesia
seperti pergaulan bebas yang banyak menimbulkan perilaku-perilaku yang
tidak sesuai dengan nilai sosial masyarakat Indonesia.
4. Tanggapan Manusia Terhadap Nilai
Tanggapan manusia terhadap nilai antara lain:
a. Cara manusia memahami nilai
Dalam perwujudannya, nilai tidak berada pada dirinya sendiri,
melainkan selalu tampak pada kita sebagai yang ada pada pembawa nilai, atau
objek bernilai. Untuk menemukan dan memahami nilai, peserta didik dapat
11
yang termuat di dalamnya, dan mempertanyakan apakah keduanya dapat
diketahui dengan cara yang sama, misalnya secara rasional indrawi. Misalnya,
jika peserta didik melihat dua buah apel, kita melihat masing-masing buah
tersebut dengan mata, tetapi kesamaan antara kedua buah apel tersebut dapat
diketahui hanya dengan mata, melainkan perlu juga dengan pikiran.
b. Sarana manusia memahami nilai
Hati manusia merupakan suatu kesejajaran yang tepat antara
keteraturan hati yang bersifat apriori dengan susunan nilai yang bersifat
hierarkis objektif. Hati memiliki dalam dirinya sendiri suatu analog yang tepat
dengan pikiran, meskipun tidak dipinjam dari logika pikiran. Terdapat hukum
yang ditulis dalam hati yang berhubungan dengan rencana yang sesuai dengan
dunia yang dibangun, yaitu dunia nilai.
c. Sikap manusia terhadap nilai
Nilai harus dicintai dan diwujudkan dalam hidup manusia sesuai
dengan tingkatan tinggi rendahnya; tingkatan yang lebih tinggi harus
didahulukan daripada yang lebih rendah.
5. Peranan Nilai bagi Manusia
Dalam bukunya (Wahana,2004) nilai memiliki peranan pendorong dan
pengaruh bagi pembentukan diri manusia melalui tindakan-tindakannya,
antara lain:
a. Peranan nilai bagi tindakan manusia
Nilai merupakan objek sejati bagi tindakan merasakan yang
12
merasakan nilai tersebut, dan mendorong bertindak untuk mewujudkannya
dalam realitas, sedangkan terwujudnya nilai negatif mendorong orang
yang merasakannya untuk bertindak menghapuskannya dari realitas
kehidupan.
b. Peranan nilai bagi pembentukan diri manusia
Segala tindakan manusia terarah untuk merespon nilai yang
ditemukan dan dirasakannya, yang mengandung suatu keharusan untuk
mewujudkannya (terhadap nilai positif) serta untuk menghilangkannya
atau menghapuskannya (terhadap nilai negatif).Ini berarti bahwa nilai-nilai
memeiliki peran mengarahkan dan memberi daya tarik pada manusia
dalam membentuk dirinya melalui tindakan-tindakannya.
c. Tipe-tipe person bernilai sebagai model pembentukan manusia.
Ada 5 nilai tipe person, yaitu (1) nilai kesenangan artis, (2) nilai
kegunaan pemimpin, (3) nilai kehidupan pahlawan, (4) nilai kehidupan
pahlawan, (5) nilai spiritual jenius, dan (6) nilai kekudusan santo.
Nilai mempunyai peranan pendorong dan pengaruh bagi pembentukan
diri manusia. Tersedianya nilai positif memungkinkan orang menangkap dan
merasakan nilai tersebut, dan mendorong bertindak untuk mewujudkannya
dalam realitas. Segala tindakan manusia terarah untuk merespon nilai yang
ditemukan dan dirasakan, yang mengandung suatu keharusan untuk
mewujudkannya. Ini berarti bahwa nilai-nilai memeiliki peran mengarahkan
dan memberi daya tarik pada manusia dalam membentuk diri melalui
13
6. Pendidikan Nilai
Menurut Sastrapratedja (dalam Kaswardi, 1993) yang dimaksud
pendidikan nilai ialah penanaman dan pengembangan nilai-nilai dalam diri
seseorang. Dalam pengertian yang hampir sama, Mardiatmadja (dalam
Mulyana, 2004) mendefinisikan pendidikan nilai sebagai bantuan terhadap
peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai serta menempatkannya
secara integral dalam keseluruhan hidupnya. Jadi pada kesimpulannya,
pendidikan nilai adalah pendidikan yang mensosialisasikan nilai-nilai kepada
peserta didik.Pendidikan nilai sangatlah penting untuk diajarkan di seluruh
program pendidikan, agar peserta didik tidak hanya mendapatkan ilmu,
keterampilan dan teknologi saja, melainkan dapat mengembangkan aspek
kepribadian, moral dan etik.
Adapun tugas dari pendidikan nilai menurut Benoit (dalam Kaswardi,
1993) yaitu membuat orang sadar, bahwa nilai sebagai pedoman bertindak
bersifat mendua, ada nilai positif dan nilai negatif.Oleh karena itu sebagai
pendidik, harus berusaha sebaik mungkin mengarahkan, dan menjelaskan
nilai-nilai positif kepada peserta didik. Benoit juga mengatakan bahwa
pendidikan nilai tampil dalam cara yang berbeda-beda, tergantung dari apakah
diberikan dalam keluarga, media massa, dalam gerakan remaja di sekolah, dan
lain-lain.
Dalam pelajaran PKn, nilai difungsikan untuk mengarahkan,
14
standar perilaku.Demikian juga yang dikatakan Djahiri (1991) bahwa PKn
hendaknya tidak sekedar disampaikan arti, rumusan, percontohannya semata.
Jadi pada kesimpulannya, pendidikan nilai adalah pendidikan yang
mensosialisasikan nilai-nilai kepada peserta didik. Pendidikan nilai sangatlah
penting untuk diajarkan di seluruh program pendidikan, agar peserta didik
tidak hanya mendapatkan ilmu, keterampilan dan teknologi saja, melainkan
dapat mengembangkan aspek kepribadian, moral dan etik. Oleh karena itu
sebagai pendidik, harus berusaha sebaik mungkin mengarahkan, dan
menjelaskan nilai-nilai positif kepada peserta didik.
7. Cinta Tanah Air
Pengertian bangsa menurut Ernest Renan adalah kesatuan dari
orang-orang yang mempunyai persamaan latar belakang sejarah, pengalaman, serta
perjuangan yang sama dalam mencapai hasrat untuk bersatu. Winataputra,
(2008) mengatakan bahwa sekalipun bangsa Indonesia beraneka ragam,
namun karena diikat oleh adanya kesamaan latar belakang sejarah,
pengalaman, perjuangan dalam mencapai kemerdekaan, keturunan, adat
istiadat, dan bahasa.Pada abad ke-18 muncul dengan paham
nasionalisme.Paham Nasionalisme adalah suatu paham yang menganggap
bahwa kesetiaan tertinggi atas setiap pribadi harus diserahkan kepada negara
kebangsaan (Djahiri, 1991).Sama halnya dengan Slamet Muljana (1968), cinta
tanah air atau nasionalisme adalah manifesti kesadaran bernegara atau
15
Prinsip-prinsip yang termuat dalam nasionalisme menurut Sartono
(1993) diantaranya:(1) Kesatuan (unity),(2) Kebebasan (liberty),(3) Kesamaan
(equality), (4) Kepribadian (individuality), dan (5) Prestasi (performance).
Selama pergerakan nasional kelima prinsip itu menjadi tujuan
perjuangan.Mengingat keadaan di Indonesia dengan pluralismenya maka
untuk mewujudkan prinsip pertama diperlukan dukungan ideologi Pancasila
yang mempunyai potensi mentransedensi pluralitas etnisitas, religiositas,
linguistik dan lain sebagainya (Sartono, 1993).Pancasila merupakan dasar
negara bangsa Indonesia yang menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia.
Winataputra (2008) mengatakan dengan pandangan hidup inilah suatu bangsa
akan memandang persoalan yang dihadapinya dan menentukan arah serta
memecahkannya secara tepat. Jadi, tanpa memiliki pandangan hidup, suatu
bangsa akan merasa terombang-ambing dalam menghadapi masalah yang
besar. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa warga
negara yang baik adalah warga negara yang cinta akan tanah airnya sendiri.
Dengan adanya keberagaman dalam suatu bangsa, dasar negara dapat
dijadikan alat pemersatu bangsa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa warga
negara yang baik adalah warga negara yang cinta akan tanah airnya sendiri.
Dengan adanya keberagaman dalam suatu bangsa, dasar negara dapat
16
8. Kesadaran akan Nilai
Kesadaran akan nilai berarti kesadaran akan berbagai hal yang
berkaitan dengan nilai, antara lain: (1) menyadari akan adanya nilai sebagai
kualitas yang perlu diusahakan, (2) menyadari akan peranan nilai yang
menjadi daya tarik bagi kualitas untuk mewujudkannya, (3) menyadari akan
sarana-sarana serta cara-cara yang perlu diusahakan demi terwujudnya nilai
yang dituju, (4) menyadari sikap yang diperlukan demi terwujudnya nilai yang
diharapkan, dan (5) menyadari tindakan yang perlu silakukan demi
terwujudnya nilai yang menjadi tujuannya (Wahana: 2013).
Sartono (1993) kesadaran nasional yaitu kesadaran yang menempatkan
pengalaman, perilaku, serta tindakan individu dalam kerangka nasional.Sikap
sadar tidak ada dalam diri seseorang, jika tanpa adanya rasa bangga terhadap
bangsa Indonesia.Seperti halnya diungkapkan oleh Winataputra (2008) bahwa
mencermati kondisi dan letak geografis wilayah Indonesia, sudah
sewajarnyalah warga negara Indonesia mempunyai kebanggaan
tersendiri.Karena Indonesia mempunyai begitu banyak keberagaman.
Bangga menurut Winataputra (2008) adalah merasa berbesar hati atau
merasa gagah karena mempunyai berbagai kelebihan atau keunggulan.Jadi,
yang dimaksud dengan bangga sebagai bangsa Indonesia adalah merasa besar
hati atau merasa berbesar jiwa menjadi bangsa Indonesia. Oleh karena itu,
konsekuensi kalau kita merasa bangga sebagai bangsa Indonesia harus
menjunjung tinggi nama baik bangsa dan negara dimanapun berada. Namun,
17
oleh Amin (2011) bahwa salah satu pengaruh arus globalisasi disemua
sendi-sendi kehidupan yaitu lunturnya nilai-nilai nasionalisme dan solidaritas yang
sedang diderita anak negeri ini.Lunturnya nilai-nilai nasionalisme tersebut
dikarenakan kurang adanya penanaman nilai nasionalisme dalam pendidikan.
Upaya untuk menggalakkan kembali semangat nasionalisme melalui
jalur pendidikan dapat ditempuh dengan melaksanakan pengintegrasian
nilai-nilai nasionalisme dalam kegiatan pembiasaan pada satuan pendidikan sekolah
dasar.Sartono (1993) mengatakan bahwa fungsi pendidikan kewarganegaraan
sangatlah fundamental dalam rangka nation building.Hal tersebut merupakan
proses sosialisasi yang membudayakan nilai-nilai nasionalisme beserta
kebudayaan dan identitas nasionalnya, sehingga melembagalah etos bangsa
dalam kepribadian individual serta kehidupan kolektif para warga negara. Hal
tersebut juga dikatakan oleh Winataputra (2008), tugas dan peran PKn adalah
menggariskan komitmen untuk melakukan proses pembangunan karakter
bangsa.
9. Mata Pelajaran PKn
a. Pengertian PKn sebagai pendidikan nilai
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008), pendidikan
kewarganegaraan adalah program pendidikan yang membina para pelajar
agar menjadi warga negara yang baik sebagai anggota keluarga,
masyarakat, maupun sebagai warga negara.Pendidikan kewarganegaraan
meliputi hubungan antara warganegara dan negara, serta pendidikan
18
serta dasar filosofi bangsa (Kaelan, 2007). Adapun objek material dalam
PKn adalah segala hal yang berkaitan dengan warganegara baik empirik
maupun yang non empirik, yaitu meliputi wawasan, sikap dan perilaku
warga negara Indonesia dalam kesatuan bangsa dan negara.Selain itu PKn
mengarah pada warga negara Indonesia dalam hubungannya dengan
negara Indonesia pada upaya pembelaan negara Indonesia (Kaelan, 2007).
PKn itu sendiri merupakan program pendidikan yang berlandaskan
nilai Pancasila, dan merupakan wahana untuk mengembangkan dan
melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya Bangsa
Indonesia yang diharapkan dapat menjadi jati diri yang diwujudkan dalam
bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari para peserta didik, baik
sebagai individu, sebagai anggota masyarakat, dan sebagai umat manusia
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
b. Tujuan Pembelajaran PKn
Mata pelajaran PKn di SD diharapkan dapat meletakkan
dasar-dasar kepribadian Indonesia yang didasar-dasari oleh nilai moral Pancasila dan
secara khusus: 1) mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai luhur
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, 2) mengembangkan dan membina
peserta didik yang sadar akan hak dan kewajibannya, taat pada peraturan
yang berlaku, serta berbudi pekerti luhur, 3) membina peserta didik agar
memahami dan menyadari hubungan antar sesama anggota keluarga,
19
(Wahab, 1997). Tujuan PKn berdasarkan DIRJEN DIKTI No. 43/DIKTI
/kep-/2006 yang termuat dalam Kaelan (2007) dijabarkan sebagai berikut:
1) Visi
PKn merupakan sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan
penyelenggaraan program studi, guna memantapkan kepribadian
ebagai manusia seutuhnya.
2) Misi
Membantu memantapkan kepribadiannya, agar secara konsisten
mampu mewujudkan nilai-nilai dasar pancasila, rasa kebangsaan
dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan
rasa tanggung jawab dan bermoral.
10.Materi Ajar Kelas 3
Materi ajar kelas 3 yang diteliti yaitu pada Standar Kompetensi 4.
“memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia”. Kompetensi Dasar yang
diteliti adalah 4.1 Mengenal kekhasan bangsa Indonesia, seperti
kebhinekaan, kekayaan alam, keramahtamahan dan 4.2 “menampilkan rasa
bangga sebagai anak Indonesia” (Depdikbud, 2007).
Berikut ini akan di uraikan materi pelajaran kelas 3 Sekolah Dasar
tersebut tentang cinta tanah air. Dalam (Purwanto, 2008) mengatakan
bahwa bangsa Indonesia memiliki tiga ciri khas. Ciri khas bangsa
Indonesia yang pertama adalah memiliki keanekaragaman suku, budaya,
20
daerah, dan makanan tradisional. Ciri khas kedua yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia adalah kekayaan alam yang melimpah, yang harus
dilestarikan serta dapat diolah untuk dimanfaatkan hasilnya. Ciri khas
ketiga yaitu sikap keramahtamahan dan kegotongroyongan warga bangsa
Indonesia. Dengan berbagai ciri khas yang dimiliki oleh bangsa Indonesia,
kita sebagai anak Indonesia harus bangga terhadap bangsa kita sendiri.
Kebanggaan terhadap bangsa Indonesia dapat kita lakukan dengan
menggunakan produk buatan dalam negeri dan mewujudkan usaha-usaha
dalam membangun bangsa Indonesia.
11.Pembelajaran pedagogi reflektif
Pengertian Pembelajaran pedagogi reflektif (PPR) merupakan pendekatan
pembelajaran yang dilandaskan pada nilai- nilai kristiani. Subagya (2010)
menyatakan bahwa proses pembelajaran dengan pendekatan PPR membawa
peserta didik untuk menyelesaikan satu siklus yang berkesinambungan, yaitu
konteks pengalaman, refleksi, aksi, evaluasi. Setiap aspek selalu berkaitan dan
tidak boleh dipisah-pisahkan. Proses pembelajaran menggunakan PPR
bertujuan untuk membentuk pribadi peserta didik yang utuh, yang berprestasi
dalam nilai kognitif (competence), mempunyai hati nurani yang tajam
(conscience), dan mempunyai jiwa sosial yang tinggi (compassion). Menurut
tim redaksi Kanisius (2008) pembelajaran pedagogi reflektif merupakan suatu
model pendidikan yang menyediakan solusi dalam pelayanan untuk
21
Kristiani, yakni persaudaraan, solidaritas, saling menghargai, dan mengasihi
tanpa mengubah kebijakan yang telah ada.
Pembelajaran pedagogi reflektif merupakan pendekatan pembelajaran
yang dilandaskan pada nilai-nilai kristiani. Dengan pendekatan PPR
membawa peserta didik untuk menyelesaikan satu siklus yang
berkesinambungan, yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi.
Ciriciri esensialPembelajaran pedagogi reflektif (PPR) adalah sebagai berikut
(Subagya, 2010):
a) Pembelajaran pedagogi reflektif dapat diterapkan dalam semua kurikulum.
b) Pembelajaran pedagogi reflektif fundamental untuk proses belajar
mengajar.
c) Pembelajaran pedagogi reflektif menjamin para pengajar menjadi pengajar
yang lebih baik.
d) Pembelajaran pedagogi reflektif mempribadikan proses belajar dan
mendorong pelajar merefleksikan makna dan arti yang dipelajari.
Jadi dengan ciri-ciri yang disebutkan di atas, Pembelajaran
pedagogi reflektif dapat memudahkan pendidik dalam proses yang
mengajar dengan baik dan mendorong peserta didik untuk merefleksikan
makna dan arti yang telah dipelajari. Sedangkan tujuan pembelajaran
pedagogi reflektif menurut Tim Ignatian pembelajaran pedagogi reflektif
22
a) Tujuan PPR bagi pendidik antara lain:
1. Semakin memahami peserta didik.
2. Semakin bersedia mendampingi perkembangannya.
3. Semakin lebih baik dalam menyajikan materi ajarnya.
4. Memperhatikan kaitan perkembangan intelektual dan moral.
5. Mengadaptasi materi dan metode ajar demi tujuan pendidikan.
6. Mengembangkan daya reflektif dengan pengalaman sebagai
pendidik, pengajar, dan pendamping.
b) Tujuan PPR bagi peserta didik antara lain:
1. Manusia bagi sesama
2. Manusia utuh
3. Manusia yang secara intelektual berkompeten, terbuka untuk
perkembangan religius.
4. Manusia yang sanggup mencintai dan dicintai.
5. Manusia yang berkomitmen untuk menegakkan keadilan dalam
pelayanannya pada orang lain (umat Allah).
6. Manusia yang berkompeten dan hati nurani.
Pola Pembelajaran pedagogi reflektifmenurut Subagya (2008)
meliputi konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Menurut
Subagya (2008) pola PPR menggambarkan pelaksanaan PPR yang dapat
23
Konteks
Gambar 1. Peta Konsep Pelaksanaan PPR (Subagya, 2008)
Beradasarkan kerangka di atas maka dijelaskan sebagai berikut, (Subagya,
2008):
a. Konteks
Konteks lebih ditekankan pada objek pembelajaran dimana materi dari
pembelajaran yang disampaikan oleh pendidik dapat memberikan nilai-nilai
kemanusiaan pada peserta didik yang berguna dalam kehidupan mereka.
Banyak konteks yang dipelajari peserta didik dalam pembelajaran untuk
menumbuhkembangkan pendidikan, yaitu wacana tentang nilai-nilai yang
ingin dikembangkan, penghayatan mengenai nilai-nilai yang diperjuangkan
dan yang terakhir hubungan antar peserta didik dengan pendidik.
24
Selama proses pembelajaran berlangsung, hendaknya pendidik menjadi
fasilitator guna menyemangati peserta didik agar memiliki nilai-nilai yang
hendak tercapai, misalnya nilai solidaritas, tanggung jawab, penghargaan
terhadap sesama dan masih banyak lagi. Sebagai pendidik yang ditiru oleh
peserta didik, sebaiknya pendidik memberikan contoh penghayatan mengenai
nilai-nilai yang diperjuangkan. Melalui itu, peserta didik bisa melihat,
bersikap dan akhirnya berperilaku sesuai dengan nilai yang diharapkan.
Hubungan baik antar peserta didik dan pendidik akan membantu peserta didik
untuk mempelajari dan kemudian mengaplikasikan nilai-nilai yang hendak
dicapai.
b. Pengalaman
Pembelajaran yang baik merupakan pembelajaran dimana peserta didik
dapat merasakan langsung atau diberi pengalaman terhadap apa yang sedang
mereka pelajari. Melalui pengalaman yang diberikan oleh pendidik diharapkan
peserta didik dapat menumbuhkan persaudaraan, solidaritas dan saling memuji
melalui kelompok kecil yang direkayasa oleh pendidik. Seringkali dalam
kegiatan pembelajaran ada beberapa Kompetensi Dasar (KD) yang sangat sulit
bagi pendidik untuk memberikan pengalaman langsung bagi peserta didik.
Apabila ini terjadi, pendidik bisa mensiasati dengan memberikan pengalaman
tidak langsung. Pengalaman tidak langsung ini bisa dilakukan dengan cara
25
c. Refleksi
Refleksi dilakukan setelah peserta didik mendapatkan pengalaman belajar.
Pendidik membantu peserta didik dalam melakukan refleksi dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membantu peserta didik memahami,
mendalami dan meyakini temuannya. Melalui kegiatan refleksi ini diharapkan
peserta didik mampu meyakini makna nilai yang terkandung didalam
pengalamannya dan peserta didik dapat membentuk pribadi mereka sesuai
dengan nilai yang terkandung dalam pengalamannya itu.
d. Aksi
Kegiatan aksi dilakukan oleh peserta didik dengan bantuan pendidik yang
memfasilitasi peserta didik melalui pertanyaan aksi agar peserta didik terbantu
untuk membangun niat dan bertindak sesuai dengan hasil refleksinya. Peserta
didik membangun niat yang sesuai dengan kemauannya membentuk pribadi
peserta didik agar nantinya (lama-kelamaan) menjadi pejuang bagi nilai-nilai
yang direfleksikannya.
e. Evaluasi
Keharusan seorang pendidik setelah pemberian materi pembelajaran yaitu
melakukan evaluasi atas pencapaian kompetensi peserta didik dari sisi
akademik. Tujuan dilakukan evaluasi ini dilakukan untuk melihat apakah ada
perkembangan dalam diri peserta didik dari sisi akademik. Selain itu,
pemberian evaluasi juga diberikan untuk melihat apakah peserta didik sudah
26
Karakter peserta didik yang diharapkan dalam pembelajaran menggunakan
Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) ini yaitu karkter yang bercirikan
competence, consience dan compassion. Tidak hanya salah satu karakter yang
diharapkan dimiliki peserta didik, tetapi ketiga karakter tersebut sebagai
identitas yang melekat dalam diri peserta didik. Ketiga ciri karakter tersebut
harus dipertimbangkan oleh pendidik dalam memberikan evaluasi
pembelajaran. Pendidik perlu mengidentifikasi indikator-indikator yang dapat
diukur sebagai penanda ketercapaiannya.
Kelebihan PPR menurut Subagya (2008) PPR mempunyai
kelebihan-kelebihan diantarany:
a. Murah meriah
Dalam pembelajaran tidak memerlukan sarana atau prasarana khusus,
kecuali yang dibutuhkan oleh bidang studi yang bersangkutan. Misalnya
untuk menumbuhkan persaudaraan, solidaritas, saling menghargai, yang
diperlukan adalah pengalaman yang dapat tercapai melalui belajar dengan
kerja sama kelompok yang kemudian direfleksikan dan ditindaklanjuti
dengan aksi, evaluasi dalam belajar dengan kerja sama kelompok.
b. Segala kurikulum
PPR dapat diterapkan pada semua kurikulum. Pembelajaran pedagogi
reflektif ini tidak menuntut tambahan bidang studi baru, jam pelajaran
tambahan, maupun peralatan khusus. Hal pokok yang dibutuhkan hanyalah
pendekatan baru pada cara pendidik dalam mengajarkan mata pelajaran
27
c. Cepat kelihatan hasilnya
Kenyataan denga menggunakan PPR dapat diamati di sekolah-sekolah
yang telah menerapkannya. Peserta didik akan terlihat akrab satu sama
lain, mau solider dan saling menbantu dalam belajar, mau saling
menghargai satu sama lain. Pengelolaan kelas menjadi mudah, kenakanlan
berkurang. Secara garis besar dapat disimpulkan yaitu:
1. Dari segi integrasi
a. Pembelajaran berpola PPR murah
b. Tidak terhambat adanya kurikulum baru
c. mengajarkan dan melatih nilai-nilai kristiani
2. Dari segi pengalaman
a. Tidak memerlukan banyak aturan
b. Pendidikan yang otentik
3. Dari segi pendidikan kemanusiaan:
a. Ciri khas sekolah dapat diwujudkan
b. Menjadikan keunggulan sekolah yang tidak dapat diungguli
sekolah lain
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Nicodemus (2012) meneliti peningkatan sikap, minat dan prestasi
belajar peserta didik dengan menggunakan pendekatan Pedagogi Reflektif
pada mata pelajaran IPS bagi peserta didik kelas 5 SD Kanisius Gayam
Yogyakarta tahun pelajaran 2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan
28
siklus II mengalami peningkatan secara signifikan, demikian juga pada
nilai rata-rata minat belajar peserta didik dan pada nilai rata-rata prestasi
belajar peserta didik. Indikator nilai rata-rata sikap belajar = 61,38 : 68,33
: 80,93, nilai rata-rata prestasi belajar = 67,50 : 69,31 : 78,75 dan rata-rata
minat belajar peserta didik = 58,25 : 71,25 : 81,47.
Agustina (2011) meneliti peningkatan competence, conscience dan
compassion (3C) dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran
Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik bagi peserta didik
kelas 3A SD Kanisius Demangan Baru I tahun ajaran 2010/2011. Jenis
penelitian yang dilakukan merupakan jenis Penelitian Tindakat Kelas
(PTK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 3 peserta didik kelas 3A
mengalami peningkatan. Nilai competencepeserta didik yaitu 78,97 : 79,35
: 90,9, untuk Conscience yaitu 78,7 menjadi 90. Sedangkan untuk
compassion 75,7 menjadi 90.
Theresia (2011) meneliti penerapan Pembelajaran Pedagogi
Reflektif dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan competence,
conscience dan compassion kelas 3C SD Kanisius Demangan Baru I.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dengan subyek penelitian peserta didik kelas 3C. Mata pelajaran
tematik yang terkait dalam penelitian ini yaitu IPA dan Bahasa Indonesia.
Untuk mata pelajaran IPA, peningkatan competence yaitu 69,45 : 73,66 :
29
untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia peningkatan untuk competence
yaitu 68,91 : 72,83 : 77.
Nila (2013) meneliti Pembelajaran PKn Dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Kesadaran Akan Nilai
Cinta Tanah Air Kelas 3 SDN Adisucipto 1. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan
kesadaran akan nilai cinta tanah air menggunakan model pembelajaran
kooperatif teknik mencari pasangan pada peserta didik kelas 3 SDN
Adisucipto 1 Tahun Ajaran 2012/2013. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa model pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan
berpengaruh secara signifikan terhadap kesadaran peserta didik akan nilai
cinta tanah air. Hal ini ditunjukkan dengan harga sig (2 tailed) > 0,05 yaitu
0,440 untuk kelompok kontrol dan harga sig (2-tailed) < 0,005 yaitu 0,000
untuk kelompok eksperimen. Sehingga H0 ditolak dan H1 diterima dengan
kata lain model kooperatif berpengaruh secara signifikan terhadap
30
Kontribusi penelitian:
Penelitian Apa yang diteliti
Gambar 2. Kontribusi penelitian
Meneliti peningkatan competence, conscience dan compassion (3C) dengan enggunakan pendekatan Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik.
Agustina (2011) meneliti peningkatan competence, conscience dan compassion (3C) dengan enggunakan pendekatan Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik bagi peserta didik kelas IIIA SD Kanisius Demangan Baru I tahun ajaran 2010/2011.
Meneliti penerapan Pembelajaran Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan competence, conscience dan compassion.
Theresia (2011) meneliti penerapan Pembelajaran Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan competence, conscience dan compassion.
Minat dan prestasi belajar peserta didik menggunakan Pendekatan Pedagogi Reflektif.
Nicodemus (2012) meneliti peningkatan sikap, minat dan prestasi belajar peserta didik dengan menggunakan pendekatan Pedagogi Reflektif pada mata pelajaran IPS bagi peserta didik kelas V SD Kanisius Gayam Yogyakarta tahun pelajaran
Nila (2013) meneliti Pembelajaran PKn Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Kesadaran Akan Nilai Cinta Tanah Air.
Meneliti Pembelajaran PKn Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Kesadaran Akan Nilai Cinta Tanah Air.
31
Dari keempat penelitian di atas menyebutkan bahwa hasil dari penerapan
metode PPR dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Agustin (2011)
meneliti peningkatan competence, conscience dan compassion (3C) dengan
enggunakan pendekatan Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) dalam
pembelajaran tematik.Theresia (2011) meneliti penerapan Pembelajaran Pedagogi
Reflektif dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan competence,
conscience dan compassion.Nicodemus (2012) minat dan prestasi belajar peserta
didik menggunakan Pendekatan Pedagogi Reflektif.Nila (2013) meneliti
Pembelajaran PKn Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan
Kesadaran Akan Nilai Cinta Tanah Air. Dengan demikian peneliti akan meneliti
Penerapan Pedagogi Reflektif untuk meningkatkan kesadaran peserta didik akan
nilai cinta tanah air.
2.3 Kerangka Berpikir
Pembelajaran dengan menggunakan model PPR akan
meningkatkan kesadaran peserta didik akan nilai. Pembelajaran PKn
sebagai pendidikan nilai diharapkan meningkatkan kesadaran peserta didik
akan nilai cinta tanah air di lingkungannya. Maka PPR merupakan model
yang cocok untuk meningkatkan kesadaran peserta didik akan nilai cinta
anah air. Sehingga melalui PPR akan lebih membantu peserta didik untuk
meningkatkan sikap dalam cinta tanah air di lingkungan. Hal ini sesuai
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dipilih oleh
peneliti yaitu dengan Standar Kompetensi: 4. Memiliki kebanggan sebagai
32
sebagai anak Indonesia. Jika metode PPR diterapkan pada pembelajaran
PKn kelas 3 SD Kanisius Totogan, maka akan berpengaruh terhadap nilai
cinta tanah air berupa sikap menghargai, menjaga, melestarikan, dan
bangga akan bangsa Indonesia.
Kesadaran peserta didik akan nilai yang terkandung dalam
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diharapkan dapat meningkat setelah
pendidikmenyampaikan pembelajaran dengan menggunakan Pembelajaran
Pedagogi Reflektif (PPR). Kesadaran akan nilai bagi peserta didik sangat
penting diberikan sedini mungkin. PPR membantu peserta didik dalam
menyadari akan nilai yang ingin diajarkan melalui pengalaman yang
dilanjutkan lewat refleksi dan kemudian diaplikasikan melalui aksi.
33
2.4 Hipotesis Tindakan
1.4.1 Hipotesis 1
Proses pembelajaran di SD Kanisius Totogan menggunakan
Pembelajaran Pedagogi Reflektif meliputi Konteks, Pengalaman,
Reflektif, Aksi, dan Evaluasi. Konteks lebih ditekankan pada objek
pembelajaran yang disampaikan guru dapat memberikan nilai
kemanusiaan yang berguna bagi kehidupan mereka.Pengalaman yaitu
pembelajaran dimana peserta didik dapat merasakan langsung.Refleksi
dilakukan setelah peserta didik melakukan pembelajaran.Aksi dilakukan
peserta didik dengan bantuan fasilitator.Evaluasi yaitu melihat apakah ada
perkembangan dalam diri peserta didik setelah melakukan pembelajaran.
1.4.2 Hipotesis 2
Penerapan Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) dalam mata
pelajaran PKN materi cinta tanah air dapat meningkatkan kesadaran
peserta didik akan nilai cinta tanah air kelas 3 semester genap SD Kanisius
34
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab III ini akan dibahas jenis penelitian, setting penelitian, persiapan,
rencana setiap siklus, jadwal penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan
data, dan teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian
Tindakan Kelas merupakan penelitian praktis yang dimaksud untuk memperbaiki
atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas dan upaya penelitian ini dilakukan
dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang
terjadi. Permasalahan diangkat dari kegiatan tugas sehari-hari yang dilakukan
dikelas. Susilo (2007) mendiskripsikan penelitian tindakan kelas dilakukan
melalui empat langkah utama yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi. Empat langkah utama yang saling berhubungan dalam pelaksanaan
penelitian tindakan kelas sering disebut dengan istilah siklus. Pelaksanaan
penelitian tindakan kelas dilakukan minimal satu siklus. Oleh karena itu apabila
pada siklus pertama belum menampakkan peningkatan hasil yang ingin dicapai
maka dapat dilakukan dengan siklus kedua.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
35
Siklus 1 Siklus 2
Gambar 4. Siklus Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmisdan
McTaggart(Wiraatmadja :2005)
Tahapan-tahapan Penelitian Tindakan Kelas dalamsetiap siklusnya adalah
sebagai berikut:
1. Perencanaan
Penentuan perencanaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum
dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek
yang terkait PTK antara lain identifikasi masalah, analisis penyebab
adanya masalah, dan bentuk tindakan yang akan dilakukan. Sedangkan,
perencanaan khusus dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari siklus
36
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan dalam penelitian tindakan kelas dilakukan mengacu pada
perencanaan yang telah dibuat. Pelaksanaan tindakan dilakukan untuk
memecahkan masalah yang terjadi. Setelah ditetapkan bentuk pelaksanaan
tindakan yang akan dilakukan, maka langkah berikutnya adalah
menerapkan tindakan tersebut dalam proses pembelajaran yang sesuai
dengan rencana pembelajaran yang sudah dibuat.
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran
lengkap tentang proses pembelajaran mengenai cinta tanah air.
Pengamatan atau monitoring dapat dilakukan sendiri. Pada saat monitoring
pengamat haruslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di
dalam kelas penelitian yaitu kelas 3 Semester IISDKanisius Totogan”.
4. Refleksi
Refleksi dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk
memikirkan dan merenungkan tentang proses pembelajaran yang
dilakukan sebagai evaluasi pendidik serta tim pengamat yang dilakukan
dalam penelitian tindakan kelas. Refleksi ini dilakukan dengan cara
mendiskusikan berbagai masalah yang timbul di dalam kelas dan untuk
mengukur apakah tindakan dalam siklus pertama sudah mencapai tujuan
yang diinginkan. Dengan refleksi ini, peneliti dapat menentukan apakah
tetap melanjutkan ke siklus berikutnya atau berhenti karena masalah sudah
37
3.2 Setting Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di SD Kanisius Totogan, Madurejo,
Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta
3.2.2 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik SD Kanisius Totogan
tahun pelajaran 2012/2013 kelas 3yang berjumlah 21peserta didik.
3.2.3 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pada mata pelajaran PKn tentang rasa cinta
tanah air kelas 3 SD Kanisius Totogan.
3.2.4 Waktu Penelitian
Penelitian pada bulan Januari – Juli 2014
3.3 Persiapan
a. Permintaan ijin kepada Kepala SD Kanisius Totogan
Permintaan ijin dilakukan sebagai langkah awal dalam penelitian di
SD, agar kegiatan penelitian dapat berjalan dengan lancar oleh
persetujuan dari pihak sekolah dan mendapatkan data yang sesuai.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mencari informasi tentang kondisi awal
kesadaran peserta didik akan nilai cinta tanah air, serta model
pembelajaran yang digunakan pendidik dalam menyampaikan materi
belajar. Informasi-informasi diperoleh dari hasil wawancara dengan
38
c. Identifikasi masalah
Setelah memperoleh data dan hasil wawancara, peneliti dapat
mengidentifikasi masalah yang terjadi dan menentukan
tindakanselanjutnya.
d. Mengkaji kompetensi dasar dan materi pokoknya
Hal ini dilakukan dengan merumuskan isi dan materi KD yang
bermasalah sehingga diperoleh indikator yang bermasalah.
3.4 Kegiatan Setiap Siklus
Penelitian Tindakan kelas ini akan dilakukan dalam 2 siklus dengan
penjabaran dari masing-masing siklus adalah:
1. Siklus 1
Siklus pertama dilakukan dalam satu kali pertemuan dengan 3JP.
Pelaksanaan pembelajaran dalam tiap tahapan pada siklus 1 adalah:
a) Perencanaan
Peneliti mendalami silabus, menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, bahan ajar dan mempersiapkan metode-metode yang akan
digunakan dalam pembagian kelompok.
b) Pelaksanaan Tindakan
1. Pendidik bersama peserta didik menyanyikan lagu “Dari Sabang
Sampai Merauke”
2. Pendidik memberikan apersepsi tentang kebudayaan
3. Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
39
5. Pendidik memberikan gambaran tentang kebudayaan di Indonesia
6. Peserta didik mengamati gambar-gambar keanekaragaman budaya
Indonesia
7. Peserta didik menyebutkan salah satu kebudayaan Indonesia yang
diketahui
8. Peserta didik dibagi dalam 5 kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 4 dan 5 anak
9. Masing-masing kelompok mengerjakan tugas yang diberikan oleh
pendidik dengan berkerjasama dan berdiskusi
10.Pendidik dan peserta didik melakukan Tanya jawab
11.Pendidik bersama peserta didik membuat rangkuman bersama atas
pembelajaran yang telah dilalui
12.Peserta didik mengerjakan tes atau evaluasi
13.Pendidik bersama peserta didik melakukan refleksi bersama atas
pembelajaran yang telah dilalui
c) Pengamatan
Pada siklus pertama ini peneliti bertindak sebagai pengamat.Peneliti
mencatat segala hal yang terjadi mulai dari kegiatan awal hingga kegiatan
akhir pembelajaran. Peneliti menuangkan hasil pengamatan yang didapat
pada lembar observasi, Selain mengamati proses pembelajaran peneliti
juga mengamati ke aktif-an peserta didik dalam mengikuti proses
40
d) Refleksi
Pada tahapan refleksi peneliti mengolah hasil dari pemaparan pengamatan
yang diperoleh.Peneliti mengidentifikasi kesulitan dan hambatan yang ada
pada pembelajaran siklus pertama.
2. Siklus 2
a) Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama peneliti memperbaiki
tindakan pada siklus kedua.Peneliti dapat memperbaiki pada RPP ataupun
memberikan masukan kepada pendidik atas pelaksanaan pembelajaran
ataupun pengelolaan kelas.
b) Tindakan
1. Pendidik bersama peserta didik menyanyikan lagu “Dari Sabang
Sampai Merauke”
2. Pendidik memberikan apersepsi tentang kebudayaan
3. Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
4. Pemberian motivasi dan acuan dalam pembelajaran oleh pendidik
5. Pendidik memberikan gambaran tentang kebudayaan di Indonesia
6. Peserta didik mengamati gambar-gambar aktivitas masyarakat pada saat
melakukan gotong royong
7. Peserta didik menyebutkan salah satu kebudayaan Indonesia yang
diketahui
8. Peserta didik dibagi dalam 5 kelompok, masing-masing kelompok