• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Semoga semua bantuan dan dukungan yang diberikan menjadi amal soleh dan mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Semoga semua bantuan dan dukungan yang diberikan menjadi amal soleh dan mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT."

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga Tim Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Buku Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 dengan baik. Selawat dan salam kita kirimkan kepada arwah Nabi Muhammad SAW.

Buku Profil Gender dan Anak ini disusun dalam rangka meningkatkan ketersediaan data dan informasi gender dan anak di Kabupaten Pasaman Barat dalam berbagai bidang pembangunan. Data gender dan anak merupakan elemen penting bagi terselenggaranya Pengarusutamaan Gender (PUG), Pemberdayaan Perempuan dan Pengarusutamaan Hak Anak (PUHA), yang dapat membantu para pengambil kebijakan untuk memberikan gambaran secara spesifik mengenai peran, situasi dan kondisi perempuan dan laki-laki di Kabupaten Pasaman Barat, sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam penyusunan program pembangunan yang responsif gender dan anak di Kabupaten Pasaman Barat.

Penulisan buku ini disusun oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana dan dibantu oleh instansi terkait lainnya. Oleh karena itu dengan segala hormat dan kerendahan hati disampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak/Ibu Kepala Organisasi Perangkat Daerah, instansi vertikal dan instansi terkait lainnya di lingkungan pemerintah Kabupaten Pasaman Barat yang telah memfasilitasi ketersediaan data dan informasi gender dan anak sesuai dengan tupoksi masing-masing.

2. Bapak/Ibu anggota Kelompok Kerja data terpilah gender dan anak se Kabupaten Pasaman Barat yan telah berpartisipasi aktif dalam memberikan informasi, sumbangan pemikiran, saran dan masukan yang diperlukan dalam penyusunan buku ini.

Semoga semua bantuan dan dukungan yang diberikan menjadi amal soleh dan mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Akhirnya tim penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna dan dengan segala keterbatasan yang ada, maka kerjasama yang baik dan berkesinambungan serta kritikan dan saran sangat diperlukan demi sempurnanya penyusunan buku ini. Semoga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Kabupaten Pasaman Barat.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Simpang Empat, 6 Desember 2017 KEPALA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK

DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN PASAMAN BARAT

Dra. TANTRI DESNIWARTI NIP. 196012021991032001

(2)

v

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... xv BAB I PENDAHULUAN ... 2 1.1 Latar Belakang ... 2 1.2 Tujuan ... 5 1.3 Sumber Data ... 5 BAB II KEPENDUDUKAN ... 8

2.1 Jumlah dan Persebaran Penduduk ... 9

2.2 Distribusi Penduduk ... 12

2.3 Angka Beban Ketergantungan ... 15

BAB III PENDIDIKAN ... 19

3.1 Angka Partisipasi Kasar ... 20

3.2 Angka Partisipasi Murni ... 22

3.3 Angka Partisipasi Sekolah ... 24

3.4 Angka Melek Huruf ... 26

(3)

vi

3.6 Pendidikan Tertinggi ... 31

3.7 Rata-rata Lama Sekolah ... 32

3.8 Sertifikasi Guru ... 33

BAB IV KESEHATAN DAN KB ... 36

4.1 Kematian Ibu Melahirkan ... 37

4.2 Penyebab Kematian Ibu Melahirkan ... 39

4.3 Penolong Persalinan ... 41

4.4 Kunjungan Ibu Hamil (K1/K4) ... 43

4.5 Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada Ibu Hamil ... 46

4.6 Pemberian Tablet Zat Besi (Fe) pada Ibu Hamil ... 48

4.7 Peserta/Akseptor Keluarga Berencana (KB) ... 50

BAB V EKONOMI DAN KETENAGAKERJAAN ... 54

5.1 Penduduk Usia Kerja ... 55

5.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ... 57

5.3 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) ... 58

5.4 Distribusi Sektoral Penyerapan Tenaga Kerja ... 59

5.5 Tenaga Kerja Migran Antar Kerja Antar Negara ... 61

5.6 Pekerja Formal dan Informal ... 62

BAB VI BIDANG POLITIK DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ... 66

6.1 Keterwakilan di Lembaga Legislatif ... 66

6.2 Peranan dan Komposisi di Lembaga Yudiatif ... 68

(4)

vii

BAB VII BIDANG HUKUM, SOSIAL-BUDAYA DAN LINGKUNGAN .. 90

7.1 Bidang Hukum dan Sosial Budaya ... 90

7.2 Bidang Sumber Daya Alam (SDA) dan Lingkungan ... 97

BAB VIII KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN ... 101

8.1 Kekerasan Terhadap Perempuan ... 101

8.2 Perlindungan Terhadap Anak ... 112

BAB IX KELEMBAGAAN ... 120

(5)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis

Kelamin Tahun 2017 ... 10 Tabel 2.2 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk per

Kecamatan Tahun 2017 ... 11 Tabel 2.3 Komposisi Penduduk Menurut Umur Produktif dan

Jenis Kelamin Tahun 2017 ... 16 Tabel 2.4 Rasio Ketergantungan Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2017 ... 17 Tabel 3.1 Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Jenjang

Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2016 ... 21 Tabel 3.2 Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Jenjang

Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2017 ... 23 Tabel 3.3 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Jenjang

Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2017 ... 25 Tabel 3.4 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut

Kemampuan Baca Tulis dan Jenis Kelamin Tahun 2017 .... 27 Tabel 3.5 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut

Kemampuan Baca Tulis, Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin Tahun 2017 ... 29 Tabel 3.6 Angka Putus Sekolah Menurut Kelompok Umur Sekolah

(6)

ix

Tabel 3.7 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan

dan Jenis Kelamin Tahun 2016 ... 31 Tabel 3.8 Rata-rata Lama Sekolah (tahun) Menurut Jenis

Kelamin Tahun 2017 ... 33 Tabel 3.9 Jumlah Guru Negeri yang telah Memperoleh

Sertifikasi Jenjang Pendidikan SD, SLTP, dan SLTA

Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun 2017 ... 34 Tabel 4.1 Jumlah Kematian Ibu Melahirkan di Kabupaten

Pasaman Barat Tahun 2015 – 2016 ... 38 Tabel 4.2 Penyebab Kematian Ibu Melahirkan di Kabupaten

Pasaman Barat Tahun 2015 ... 39 Tabel 4.3 Penyebab Kematian Ibu Melahirkan di Kabupaten

Pasaman Barat Tahun 2016 ... 40 Tabel 4.4 Jumlah Kelahiran Menurut Penolong Persalinan

dan Kecamatan Tahun 2015 – 2016... 42 Tabel 4.5 Kunjungan Ibu Hamil (K1/K4) ke Sarana Pelayanan

Kesehatan Tahun 2015 – 2016 ... 45 Tabel 4.6 Jumlah Imunisasi Tetanus Toxoid Pada Ibu Hamil

Kab.Pasaman Barat Tahun 2015 – 2016 ... 47 Tabel 4.7 Jumlah Ibu Hamil yang Mendapat Tablet Zat Besi (Fe)

Menurut Kecamatan Tahun 2015 – 2016 ... 49 Tabel 4.8 Jumlah Peserta/Akseptor Keluarga Berencana (KB)

(7)

x

Tabel 5.1 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin Tahun 2015 ... 56 Tabel 5.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Angka

Pengangguran di Kabupaten Pasaman Barat

Tahun 2015 ... 57 Tabel 5.3 Komposisi Penduduk Yang Bekerja Menurut Kelompok

Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin

Tahun 2015 ... 60 Tabel 5.4 Jumlah Tenaga Kerja Migran Antar Negara (AKAN)

Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016 ... 62 Tabel 5.5 Jumlah Pekerja di Sektor Formal Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2016 ... 64 Tabel 6.1 Anggota DPRD Kabupaten Pasaman Barat Menurut Partai

dan Jenis Kelamin Tahun 2009-2014 ... 67 Tabel 6.2 Jaksa Menurut Jenis Jabatan dan Jenis Kelamin

Kabupaten Pasaman Barat ... 69 Tabel 6.3 Hakim Menurut Jenis Jabatan dan Jenis Kelamin ... 70 Tabel 6.4 Jumlah Polisi Menurut Jenis Kepangkatan dan Jenis

Kelamin ... 72 Tabel 6.5 PNS Pusat Menurut Jenis Jabatan dan Jenis Kelamin... 74 Tabel 6.6 Jumlah PNS Pusat Menurut Golongan Ruang dan

Jenis Kelamin ... 76 Tabel 6.7 Jumlah PNS Daerah Menurut Jenis Jabatan dan Jenis

(8)

xi

Tabel 6.8 Jumlah PNS Daerah Berdasar Golongan Ruang dan Jenis Kelamin ... 79 Tabel 6.9 Jumlah Camat Menurut Jenis Kelamin di Kab. Pasaman

Barat Tahun 2016 ... 80 Tabel 6.10 Jumlah Wali Nagari Menurut Jenis Kelamin di Kab.

Pasaman Barat Tahun 2016 ... 82 Tabel 6.11 Pengurus Partai Politik Menurut Jenis Kelamin di

Pasaman Barat Tahun 2017 ... 84 Tabel 6.12 Pengurus Harian Parpol Menurut Jenis Kelamin

di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 ... 85 Tabel 6.13 Tim Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan

menurut jenis kelamin di Pasaman Barat Tahun 2016 ... 87 Tabel 7.1 Jumlah Penghuni Lapas Menurut Jenis Lapas dan Jenjang

Pendidikan, Tahun 2016 ... 92 Tabel 7.2 Jumlah Penghuni LAPAS Menurut Jenis Lapas dan

Kelompok Umur Tahun 2016 ... 93 Tabel 7.3 Jumlah Penghuni LAPAS Menurut Jenis lapas dan Jenis

Kasus Tahun 2016 ... 94 Tabel 7.4 Jumlah Jenis Lapas di Kabupaten Pasaman Barat

Tahun 2016 ... 95 Tabel 7.5 Jumlah Penda menurut Kecamatan dan pendidikan

yang ditamatkan dan jenis kelamin di Pasaman Barat Tahun 2016 ... 96 Tabel 7.6 Data Terpilah Bidang SDA Dan Lingkungan Tahun 2016 .. 98

(9)

xii

Tabel 8.1 Korban Kekerasan terhadap Perempuan menurut

Umur di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016 ... 103 Tabel 8.2 Korban Kekerasan terhadap Perempuan menurut umur

di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016 ... 105 Tabel 8.3 Pelaku kekerasan terhadap perempuan menurut tingkat

pendidikan per kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016 ... 107 Tabel 8.4 Korban kekerasan terhadap perempuan menurut jenis

kekerasan per kecamatan di Kabupaten Pasaman

Barat Tahun 2016 ... 109 Tabel 8.5 Korban Kekerasan terhadap Perempuan Menurut Status

Perkawinan di Indonesia Tahun 2016 ... 109 Tabel 8.6 Korban Kekerasan terhadap Perempuan Menurut Status

Pekerjaan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016 ... 111 Tabel 8.7 Pelaku Kekerasan terhadap Perempuan Menurut Status

Pekerjaan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016 ... 111 Tabel 8.8 Pelaku Kekerasan terhadap Perempuan Menurut

Hubungan dengan Korban di Kabupaten Pasaman

Barat tahun 2016 ... 112 Tabel 8.9 Jumlah Anak yang berumur dibawah 18 tahun dengan

Kepemilikan Akta Lahir Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2016 ... 114 Tabel 8.10 Jumlah Anak yang ditampung di Panti Asuhan dan Non

Panti Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin

(10)

xiii

Tabel 8.11 Jenis dan Jumlah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Menurut Kecamatan Tahun 2016 ... 117 Tabel 8.12 Jumlah Anak berhadapan dengan Hukum Menurut

Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2016 ... 118 Tabel 9.1 Jumlah Kecamatan Sayang Ibu (KSI), Rumah Sakit Sayang

Ibu dan Bayi (RSSI-B), Satgas GSI Kec, Satgas GSI Desa/Kel, Kelompok Suami Siap, Antar, Jaga

(Suami Siaga) Tahun 2016 ... 120 Tabel 9.2 Jumlah Pokja PUG, Forum Peningkatan Kualitas Hidup

Perempuan (PKHP), Forum Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan (PPEP), Forum Perlindungan

Perempuan, Focal Point Gender Tahun 2016 ... 121 Tabel 9.3 Daftar Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan

Perempuan dan Anak (P2TP2A) di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016 ... 121 Tabel 9.4 Jumlah dan jenis Kebijakan/Program/Kegiatan yang

responsif gender Tahun 2016 ... 122 Tabel 9.5 Jumlah dan jenis Peraturan Daerah tentang Perlindungan

Perempuan Tahun 2016 ... 122 Tabel 9.6 Daftar Kelembagaan Unit Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak di Daerah Tahun 2016 ... 123 Tabel 9.7 Jumlah dan jenis Peraturan Daerah yang peduli anak di

Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016 ... 123 Tabel 9.8 Jumlah Kelembagaan Tumbuh Kembang dan Kelangsungan

(11)

xiv

Tabel 9.9 Gugus tugas dan Kebijakan terkait Pemeberantasan

Perdagangan Orang Tahun 2016 ... 124 Tabel 9.10 Jumlah Lembaga Layanan Yang Menangani Anak Korban

Kekerasan Menurut Kecamatan Tahun 2016 ... 125 Tabel 9.11 Lembaga yang Menangani Anak Korban Kekerasan

menurut sifatnya diKabupaten Pasaman Barat

(12)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan Tahun 2016 ... 12 Gambar 2.2 Piramida Penduduk Pasaman Barat 2016 ... 13 Gambar 2.3 Komposisi Penduduk Laki-laki Menurut Kelompok Umur

Tahun 2016 ... 14 Gambar 2.4 Komposisi Penduduk Perempuan Menurut Kelompok

Umur Tahun 2016 ... 14 Gambar 8.1 Jumlah Kekerasan Terhadap Perempuan Menurut

Kelompok Umur di Kabupaten Pasaman Barat ... 102 Gambar 8.2 Persentase Kekerasan Terhadap Perempuan menurut

Tingkat Pendidikan di Kabupaten Pasaman Barat

Tahun 2016 ... 104 Gambar 8.3 Persentase Pelaku Kekerasan Terhadap Perempuan

menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016 ... 106 Gambar 8.4 Korban Kekerasan terhadap Perempuan Menurut Jenis

Kekerasan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016 ... 108 Gambar 8.5 Pelaku dan Korban Kekerasan terhadap Perempuan

berdasarkan Status Pekerjaan di Kabupaten Pasaman

Barat Tahun 2016 ... 110 Gambar 8.6 Kepemilikan Akta Kelahiran ... 114

(13)

Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 2 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pembangunan suatu daerah adalah sumber daya manusia yang berkualitas baik dalam hal kemampuan (skill) maupun produktivitasnya. Untuk meningkatkan

daya saing dan pembangunan suatu daerah perlu meningkatkan kesetaraan gender, yaitu meningkatkan hak, tanggung jawab, kapabilitas dan peluang yang sama bagi perempuan dan laki-laki. Dimana selama ini masih dikontaminasi oleh diskriminasi/kesenjangan gender yang sangat dirasakan oleh kaum perempuan.

Masih adanya isu gender disebabkan oleh adanya kesenjangan atau ketimpangan (diskriminasi) gender yang pada prakteknya sering menimbulkan ketidak adilan, terutama bagi kaum perempuan baik dilingkungan rumah tangga, pekerjaan, masyarakat, kultur, maupun negara. Oleh karena itu perlu upaya untuk menghilangkan kesenjangan tersebut di Indonesia maupun berbagai belahan dunia dengan mengevaluasi manfaat hasil pembangunan terhadap laki-laki dan perempuan itu sendiri.

Menurut PBB kesenjangan gender merupakan pandangan bahwa semua orang menerima perlakuan yang setara dan tidak diskriminasi berdasarkan jenis kelamin mereka. Pada September 2015 PBB meluncurkan program pembangunan berkelanjutan yang diberi nama “Sustainable Development Goals” (SDGs) untuk menggantikan

(14)

Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 3 program sebelumnya “Millennium Development Goals” (MDGs) yang telah berakhir 2015. SDGs memiliki17 program dan berlaku bagi semua negara, termasuk Indonesia. Isu gender masuk dalam agenda pembangunan Tujuan 5. Isi tujuan tersebut diantaranya mencapai kesetaraan gender, memberdayakan perempuan,dan mengakhiri segala bentuk diskriminasi dan kekerasan terhadapperempuan.

Di Indonesia, isu kesetaraan gender juga tertuang dalam visi pembangunan nasional, yaitu mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa adil berarti tidak ada pembatasan/diskriminasi dalam bentuk apapun, baik individu, wilayah, maupun jenis kelamin. Penghapusan diskriminasi gender di semua bidang kemudian menjadi isu yang terus menerus dibahas sebagaitarget pembangunan.

Data terpilah menurut jenis kelamin dapat membuka wawasan tentang adanya kesenjangan gender. Pemilahan menurut jenis kelamin di berbagai bidang dapat menunjukkan status, peran, kondisi dan kebutuhan masyarakat perempuan dan laki-laki dalam berbagai bidang pembangunan, serta permasalahan yang dihadapi dalam upaya mengurangi kesenjangan. Pemilahan data menurut jenis kelamin merupakan prasyarat utama dilakukannya analisis gender yang bermanfaat dalam penyusunan analisis kebijakan dan penyusunan anggaran yang responsif gender. Untuk mengevaluasi sejauh mana kesetaraan dan pemberdayaan genderyang sudah tercapai dapat dilihat dari berbagai ukuran. Indikator-indikator yang menunjukkan capaian-capaian pembangunan berbasis gender akan memberikan gambaran

(15)

Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 4 yang nyata tentang pengarusutamaan gender di Kabupaten Pasaman Barat.

Terkait dengan hal diatas, maka disusunlah buku yang berjudul “Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017” sebagai gambaran tentang keadaan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan di Kabupaten Pasaman Barat.

1.2Tujuan

Tujuan penyusunan Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 ini adalah untuk menyajikan data terpilah yang dapat menginformasikan lebih jelas kondisi perempuan dibanding laki-laki terkait dalam masalah kependudukan, karakteristik rumah tangga, pendidikan, kesehatan dan keluarga berencana, ketenagakerjaan, sektor publik, kekerasan terhadap perempuan, sosial ekonomi lainnya, dan kesulitan fungsional penyandang disabilitas, serta memberikan gambaran dan informasi tentang gambaran dan informasi tentang kondisi anak Kabupaten Pasaman Barat yang diamati dari aspek lingkungan keluarga, pendidikan, kesehatan dan perlindungan anak baik terhadap masalah sosial, hukum, kekerasan, anak bekerja dan anak cacat.

(16)

Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 5 Data-data yang disajikan dalam publikasi Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 Ini diperoleh dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pasaman Barat, Pengadilan Tinggi Kabupaten Pasaman Barat, Polres Kabupaten Pasaman Barat, Kejaksaan Tinggi Kabupaten Pasaman Barat, dan Organisasi Perangkat Daerah serta instansi yang berkaitan dengan pengarusutamaan gender Kabupaten Pasaman Barat.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika Penyajian Buku Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan 1.3 Sumber Data BAB II KEPENDUDUKAN

2.1 Jumlah dan Persebaran Penduduk 2.2 Distribusi Penduduk

2.3 Angka Beban Ketergantungan BAB III PENDIDIKAN

3.1 Angka Partisipasi Kasar 3.2 Angka Partisipasi Murni 3.3 Angka Partisipasi Sekolah 3.4 Angka Melek Huruf 3.5 Angka Putus Sekolah

(17)

Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 6 3.6 Pendidikan Tertinggi

3.7 Rata-rata Lama Sekolah 3.8 Sertifikasi Guru

BAB IV KESEHATAN DAN KB 4.1 Kematian Ibu Melahirkan

4.2 Penyebab Kematian Ibu Melahirkan 4.3 Penolong Persalinan

4.4 Kunjungan Ibu Hamil (K1/K4)

4.5 Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada Ibu Hamil 4.6 Pemberian Tablet Zat Besi (Fe) pada Ibu Hamil 4.7 Peserta/Akseptor Keluarga Berencana (KB) BAB V EKONOMI DAN KETENAGAKERJAAN 5.1 Penduduk Usia Kerja

5.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 5.3 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 5.4 Distribusi Sektoral Penyerapan Tenaga Kerja 5.5 Tenaga Kerja Migran Antar Kerja Antar Negara 5.6 Pekerja Formal dan Informal

BAB V BIDANG POLITIK DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN 6.1 Keterwakilan di Lembaga Legislatif

6.2 Peranan dan Komposisi di Lembaga Yudiatif 6.3 Peran dan Posisi di Lembaga Eksekutif

BAB VII BIDANG HUKUM, SOSIAL-BUDAYA DAN LINGKUNGAN 7.1 Bidang Hukum dan Sosial Budaya

7.2 Bidang Sumber Daya Alam (SDA) dan Lingkungan BAB VIII KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN 8.1 Kekerasan Terhadap Perempuan

(18)

Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 7 BAB IX KELEMBAGAAN

(19)

Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 8

BAB II

KEPENDUDUKAN

Penduduk atau masyarakat merupakan bagian penting atau titik sentral dalam pembangunan, karena peran penduduk sejatinya adalah sebagai subjek dan objek dari pembangunan itu sendiri. Jumlah penduduk bukan hanya merupakan modal, tetapi juga merupakan beban dalam pembangunan. Pertumbuhan penduduk yang meningkat berkaitan dengan kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat. Dengan jumlah penduduk yang sangat tinggi tersebut akan melahirkan beragam masalah dalam kehidupan. Masalah utama yang dihadapi di bidang kependudukan di Indonesia adalah masih tingginya pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk.

Untuk mensukseskan pembangunan di suatu daerah, diperlukan komponen penduduk yang berkualitas. Karena dari penduduk berkualitas itulah memungkinkan untuk bisa mengolah dan mengelola potensi sumber daya alam dengan baik, tepat, efisien, dan maksimal, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

Oleh sebab itu, dalam menunjang keberhasilan pembangunan, pemerintah tidak saja mengarahkan pada upaya pengendalian penduduk tetapi juga menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusianya itu sendiri. Oleh karena itu, informasi tentang komponen-komponen kependudukan seperti jumlah, komposisi, serta

(20)

Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 9

distribusi penduduk perjenis kelamin sangat diperlukan sebagai dasar dalam perencanaan pembangunan selanjutnya.

2.1 Jumlah dan Persebaran Penduduk

Berdasarkan hasil proyeksi penduduk tahun 2016 yang dilakukan oleh Kantor Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Kabupaten Pasaman Barat mencapai 418.785 jiwa (tabel 2.1) dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki sebanyak 211.582 jiwa (50,52%) dan penduduk perempuan sebanyak 207.203 jiwa (49,48%). Bila dibandingkan dengan data tahun sebelumnya (2015) terjadi kenaikan sebesar 2,11 % penduduk laki-laki dan 2,02 % penduduk perempuan, dan secara total terjadi pertumbuhan penduduk sebesar 2,07% selama kurun waktu 2015-2016. Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan penduduk yang hampir seimbang antara penduduk laki-laki dan perempuan.

Dari tabel 2.1 terlihat persebaran penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin, yang belum merata di setiap kecamatan. Kecamatan Pasaman sebagai ibu kota Kabupaten Pasaman Barat memiliki penduduk yang jauh lebih banyak dibanding kecamatan lainnya yaitu sebanyak 75.127 jiwa. Sedangkan kecamatan yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah Kecamatan Sasak Ranah Pasisie yang hanya 14.686 jiwa.

(21)

Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 10 Tabel 2.1

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2016

Sumber : Proyeksi Penduduk Tahun 2016

Kabupaten dengan luas wilayah 3.887,77 Km2 ini memiliki kepadatan penduduk 108 jiwa per Km2 dengan Kecamatan Luhak Nan Duo sebagai kecamatan terpadat 245 jiwa per Km2, dan Kecamatan Gunung Tuleh sebagai kecamatan terjarang dengan kepadatan penduduk 47 jiwa per Km2 (tabel 2.2). Semakin padat suatu wilayah tentunya menuntut perhatian yang lebih, sebab semakin tinggi kepadatan penduduk akan semakin sulit memenuhi kebutuhan pokok seluruh penduduk, terutama perumahan karena luas lahan menjadi terbatas. Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) Sungai Beremas 12 952 12 273 25 225 Ranah Batahan 13 321 13 117 26 438 Koto Balingka 14 984 14 894 29 878 Sungai Aur 18 520 18 019 36 539 Lembah Melintang 23 666 24 225 47 891 Gunung Tuleh 10 572 10 647 21 219 Talamau 13 563 13 359 26 922 Pasaman 38 117 37 010 75 127

Luhak Nan Duo 21 515 21 100 42 615

Sasak Ranah Pasisie 7 500 7 186 14 686

Kinali 36 872 35 373 72 245

Pasaman Barat 211 582 207 203 418 785

(22)

Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 11 Tabel 2.2

Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk per Kecamatan Tahun 2016

Sumber : Pasaman Barat Dalam Angka Tahun 2017

Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan disajikan melalui angka Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio). Bila dilihat dari perbandingan jumlah gender, sex ratio penduduk Pasaman Barat tahun 2016 adalah 102,11 (grafik 2.1). Artinya dari setiap 100 orang perempuan terdapat sekitar 102 orang laki-laki. Hal ini menggambarkan bahwa di Pasaman Barat jumlah penduduk laki-laki lebih banyak ketimbang penduduk perempuan. Angka sex ratio yang lebih kecil dari 100 menunjukkan jumlah penduduk perempuan lebih besar dari penduduk laki-laki.

(23)

Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 12

Bila dibandingkan antar kecamatan, sex ratio tertinggi berada pada Kecamatan Sungai Beremas sebesar 105,53, diikuti Kecamatan Sasak Ranah Pasisie dan Kinali sebesar 104. Sex ratio terendah berada pada Kecamatan Lembah Melintang yaitu tercatat hanya sebesar 97,69 dan diikuti oleh Kecamatan Talamau 99,30. Jadi dari sebelas kecamatan yang ada di Kabupaten Pasaman Barat hanya pada dua kecamatan (Talamau dan Lembah Melintang) jumlah penduduk perempuannya lebih besar dari laki-laki.

Gambar 2.1 Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan Tahun 2016

2.2 Distribusi Penduduk

Distribusi penduduk menurut kelompok umur jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Piramida

(24)

Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 13

penduduk menggambarkan perkembangan penduduk pada setiap kelompok umur yang berbeda. Perubahan pada bentuk piramida penduduk akan dipengaruhi oleh kelahiran, tingkat kelangsungan hidup setiap kelompok umur serta proses perpindahan penduduk

Gambar 2.2 menunjukkan bahwa struktur umur penduduk Kabupaten Pasaman Barat didominasi oleh penduduk kelompok umur muda yang ditandai dengan alas piramida yang lebih lebar yakni pada kelompok umur 0-4 tahun dan 5-9 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk Pasaman Barat memiliki karakteristik expansive seperti yang digambarkan oleh piramida penduduk yang berbentuk limas dengan

(25)

Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 14

dasar yang melebar dan slope yang tidak terlalu curam. Bentuk piramida seperti ini umumnya dijumpai di negara-negara berkembang, disebabkan oleh tingkat kelahiran yang tinggi.

Gambar 2.3

Komposisi Penduduk Laki-laki Menurut Kelompok Umur Tahun 2016

Gambar 2.4 Komposisi Penduduk Perempuan Menurut Kelompok Umur Tahun 2016

(26)

Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 15

Gambar 2.3 dan 2.4 menunjukkan komposisi penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur. Persentase tertinggi berada pada umur 0-4 tahun baik pada penduduk laki-laki, maupun perempuan. Persentase terendah berada pada kelompok umur 70-74 tahun. Hal ini menggambarkan komposisi penduduk menurut kelompok umur seimbang antara laki-laki dan perempuan.

2.3 Angka Beban Ketergantungan

Komposisi penduduk menurut kelompok umur produktif digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu : belum produktif (umur 0-14 tahun), produktif (umur 15-64 tahun), tidak produktif lagi (65+ tahun). Dari Tabel

Dari tabel 2.3 menunjukkan bahwa persentase umur belum produktif (0-14 tahun) laki-laki lebih besar dari perempuan yaitu 34,27 persen laki-laki dan 33,80 persen perempuan. Pada kelompok umur produktif (15-64 tahun) persentase laki-laki juga lebih besar dari perempuan yaitu 62,46 persen laki-laki dan 62,02 persen perempuan. Sedangkan kelompok tidak produktif (65+) persentase penduduk perempuan lebih besar dari laki-laki yaitu 4,18 persen perempuan dan 3,27 persen laki-laki. Hal ini menggambarkan pada usia senja penduduk perempuan lebih tinggi harapan hidupnya dari penduduk laki-laki.

(27)

Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 16 Tabel 2.3

Komposisi Penduduk Menurut Umur Produktif dan Jenis Kelamin Tahun 2016

Sumber : Proyeksi Penduduk Tahun 2016

Angka Beban Ketergantungan atau Dependency Ratio (DR) merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Angka Beban Ketergantungan atau Dependency Ratio (DR) adalah angka ketergantungan atau beban yang harus ditanggung penduduk usia produktif terhadap penduduk usia non produktif. Semakin tinggi angka

Dependency Ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung oleh penduduk produktif.

Jadi semakin sedikit jumlah usia non produktif (0-14 tahun dan 65 tahun ke atas) akan mengurangi angka beban tanggungan, yang mengindikasikan bahwa akan semakin banyak kesempatan penduduk usia produktif untuk meningkatkan kualitas diri.

(28)

Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 17 Tabel 2.4

Rasio Ketergantungan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016

Sumber : Proyeksi Penduduk Tahun 2016

Rasio ketergantungan penduduk Pasaman Barat tahun 2016 adalah 60,66 (Tabel 2.4). Angka ini berarti bahwa setiap 100 (seratus) penduduk usia produktif di Pasaman Barat mampu menanggung penduduk usia tidak produktif (anak dan lansia) sekitar 60-61 orang. Sedangkan bila dirinci menurut jenis kelamin, rasio ketergantungan antara penduduk laki-laki dan perempuan tidak berbeda terlalu jauh. Rasio ketergantungan pada penduduk laki-laki tercatat sebesar 60,10 dan penduduk perempuan sebesar 61,24.

Secara umum, yang menjadi beban tanggungan penduduk usia non produktif di Pasaman Barat adalah penduduk usia muda (0-14 tahun). Pada kelompok ini angka Young Dependent Ratio (YDR) atau rasio ketergantungan muda mencapai 54,68. Sedangkan angka beban tanggungan penduduk usia tua (65+ tahun), yang dilihat dari Old Dependent Ratio (ODR) hanya sekitar 5,98 (Tabel 2.4). Hal ini mengisyaratkan bahwa setiap 100 penduduk usia produktif mampu menanggung sekitar 54-55 orang usia muda dan 5-6 orang lansia.

Laki-laki Perempuan

(1) (2) (3) (4)

Rasio Ketergantungan 60.10 61.24 60.66

Rasio Ketergantungan Muda 54.86 54.50 54.68

Rasio Ketergantungan Tua 5.24 6.74 5.98

Rasio

(29)

Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 19

BAB III

PENDIDIKAN

Keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai pelaksana pembangunan tersebut. Pembangunan akan berhasil jika kualitas sumber daya manusianya handal. Salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas SDM adalah dengan pendidikan, karena dengan pendidikan kecerdasan dan keterampilan manusia dapat diasah dan ditingkatkan.

Indikator pendidikan seperti Angka Melek Huruf (AMH), status pendidikan, rata-rata lama sekolah dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan merupakan indikator yang dapat menunjukkan tingkat kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya bagi perempuan dan anak. Semakin tinggi pendidikan dan rata-rata lama sekolah bagi perempuan akan berdampak kepada pola fikir dan tingkat kesejahteraanya. Perempuan yang berkualitas diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam mensukseskan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga dan bangsa.

Begitu pentingnya pendidikan dalam kehidupan, sehingga pemerintah menjadikan pendidikan sebagai hak dasar setiap manusia Indonesia yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945. Kesempatan memperoleh pendidikan diberikan kepada seluruh masyarakat tanpa membedakan antara laki-laki dan perempuan. Tetapi bagi sebagian masyarakat masih ada yang berpandangan bahwa pendidikan lebih diutamakan untuk kaum laki-laki dibanding perempuan, karena ada

(30)

Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 20 norma dimasyarakat yang menganggap bahwa perempuan dibutuhkan untuk membantu mengurus rumah tangga, sedangkan laki-laki berkewajiban dalam mencari nafkah dan membantu menambah penghasilan rumah tangga sehingga menyebabkan pendidikan kaum perempuan masih tertinggal dibanding kaum laki-laki.

3.1 Angka Partisipasi Kasar

Angka Partispasi Kasar (APK) menunjukkan partisipasi penduduk yang sedang mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. APK merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan terhadap jumlah penduduk usia sekolah yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Angka Partisipasi Kasar digunakan untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan di suatu jenjang pendidikan tertentu tanpa melihat berapa usianya. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan yang dibagi dalam tiga kelompok jenjang pendidikan yaitu SD (penduduk usia 7-12 tahun), SMP (penduduk usia 13-15 tahun), dan SMA (penduduk usia 16-18 tahun). Semakin tinggi nilai APK berarti semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah pada jenjang pendidikan tertentu. Nilai APK bisa lebih dari 100, karena ada anak yang

(31)

Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 21 berada diluar usia resmi sekolah sedang bersekolah pada jenjang pendidikan tertentu.

Tabel 3.1

Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2016

Sumber : SUSENAS diolah, 2016

Tabel 3.1 menunjukkan pada jenjang pendidikan sekolah dasar (SD) nilai APK berada diatas 100 persen yaitu 108,32 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat murid sekolah dasar yang berusia di luar batas usia resmi jenjang pendidikan sekolah dasar (7-12 tahun).. Adanya siswa dengan usia yang lebih tua dibanding usia standar di jenjang pendidikan tertentu menunjukkan terjadinya kasus tinggal kelas atau terlambat masuk sekolah. Sebaliknya siswa yang lebih muda dibanding usia standar di jenjang pendidikan tertentu menggambarkan siswa tersebut masuk sekolah pada usia yang lebih muda. Jika dilihat menurut gender, APK laki-laki lebih besar dari perempuan yaitu 109,25 persen laki-laki dan 107,45 persen perempuan.

Angka Partisipasi Kasar (APK) cenderung menurun pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Bahkan APK laki-laki relatif lebih rendah

Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4)

SD 109.25 107.45 108.32

SMP 90.2 90.56 90.36

(32)

Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 22 dibandingkan APK perempuan pada jenjang pendidikan SMP (Sekolah Menengah Pertama) maupun SMA (Sekolah Menengah Atas). APK yang terendah pada jenjang pendidikan SMA yakni 89,43 persen, artinya dari 100 orang yang berusia sekolah pada jenjang pendidikan SMA (16-18 tahun) hanya 89 persen yang sedang bersekolah di jenjang pendidikan SMA.

3.2 Angka Partisipasi Murni

Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan perbandingan antara banyaknya murid pada masing-masing jenjang pendidikan dengan jumlah penduduk kelompok umur untuk jenjang pendidikan yang bersangkutan. APM ini digunakan untuk mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu, yang dibagi dalam tiga kelompok jenjang pendidikan yaitu SD (penduduk usia 7-12 tahun), SMP (penduduk usia 13-15 tahun), dan SMA (penduduk usia 16-18 tahun).

Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat waktu, maka APM akan mencapai nilai 100. Secara umum, nilai APM akan selalu lebih rendah dari APK karena nilai APK mencakup anak diluar usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Selisih antara APK dan APM menunjukkan proporsi siswa yang terlambat atau terlalu cepat bersekolah. Keterbatasan APM adalah kemungkinan adanya under estimate karena adanya siswa diluar kelompok usia yang standar di tingkat pendidikan tertentu.

(33)

Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 23 Dari tabel 3.2 terlihat APM menurut jenis kelamin dan menurut jenjang pendidikan di Pasaman Barat Tahun 2016. Bila dilihat berdasarkan jenjang pendidikan, APM terTtinggi adalah APM SD dengan nilai mencapai 99,77 persen artinya dari 100 anak yang berusia 7-12 tahun sebanyak 99-100 orang sedang bersekolah si SD. Bila dilihat menurut gender APM perempuan mencapai 100 persen, hal ini menunjukkan bahwa anak usia seolah pada jenjang pendidikan SD yang perempuan seluruhnya bersekolah tepat waktu.

Tabel 3.2

Angka Partisipasi Murni Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2016

Sumber : SUSENAS diolah, 2016

Hampir sama dengan APK, Angka Partisipasi Murni (APM) cenderung menurun pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Begitu juga dengan APM laki-laki relatif lebih rendah dari APM perempuan pada jenjang pendidikan SMP dan SMA. Relatif rendahnya APM pada jenjang pendidikan SMP disebabkan karena banyak anak usia 13-15 tahun yang justru masih bersekolah di jenjang pendidikan SD. Begitu juga dengan APM jenjang pendidikan SMA, anak-anak pada jenjang umur

Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4)

SD 99.52 100.00 99.77

SMP 83.56 86.57 84.92

(34)

Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 24 16-18 tahun justru masih banyak yang bersekolah di jenjang SMP. Kemungkinan besar mereka ini adalah anak-anak yang tidak naik kelas ataupun anak yang dulunya ‘terlambat’ masuk sekolah.

3.3 Angka Partisipasi Sekolah

Angka Partisipasi Sekolah menggambarkan secara umum tentang banyaknya anak kelompok umur tertentu yang sedang bersekolah tanpa memperhatikan jenjang pendidikan yang sedang diikuti. APS merupakan indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses penduduk pada fasilitas pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Semakin tinggi Angka Partisipasi Sekolah semakin besar jumlah penduduk yang berkesempatan mengenyam pendidikan. Namun demikian meningkatnya APS tidak selalu dapat diartikan sebagai meningkatnya pemerataan kesempatan masyarakat untuk mengenyam pendidikan.

Indikator ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang telah bersekolah di semua jenjang pendidikan. Makin tinggi APS berarti makin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah. Nilai ideal APS = 100 persen dan tidak akan lebih besar dari 100 %, karena murid usia sekolah dihitung dari murid yang ada di semua jenjang pendidikan pada suatu daerah.

(35)

Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 25 Tabel 3.3

Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kelompok Umur Sekolah dan Jenis Kelamin 2016

Sumber : SUSENAS diolah, 2016

APS kelompok umur 7-12 tahun menggambarkan persentase penduduk berumur 7-12 tahun yang masih bersekolah, baik di SD maupun SMP. Tabel 3.3 menunjukkan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kabupaten Pasaman Barat pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar yaitu 100 persen laki-laki dan 100 persen perempuan. Tingginya capaian APS ini menggambarkan bahwa anak usia 7-12 tahun di Pasaman Barat semuanya sedang bersekolah (baik di tingkat SD maupun SMP).

APS penduduk semakin kecil sejalan dengan pertambahan usia. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya ; keikutsertaan anak-anak sekolah yang memasuki usia produktif dalam aktifitas ekonomi, mahalnya biaya pendidikan, dll. APS kelompok umur 13-15 tahun tercatat sebesar 95.62 persen, dan APS kelompok umur 16-18 tahun cenderung lebih rendah yaitu tercatat sebesar 75.27 persen. Hal ini dimaklumi mengingat tidak semua anak bisa dan mampu melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan SMA.

Kelompok Umur

(Tahun) Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4)

7-12 100.00 100.00 100.00

13-15 96.14 94.99 95.62

(36)

Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 26 Jika dilihat menurut gender, APS laki-laki pada kelompok umur 13-15 tahun lebih tinggi dari perempuan yaitu 96,14 persen laki-laki dan 94,99 persen perempuan. Sedangkan APS pada kelompok umur 16-18 tahun perempuan lebih tinggi dari laki-laki yaitu 77.32 persen perempuan dan 73.55 persen laki-laki. Perbedaan yang tidak terlalu signifikan antara APS laki dan perempuan menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan relatif memiliki kesempatan yang sama dalam hal pendidikan di Kabupaten Pasaman Barat. APS kelompok umur 16-18 tahun berbeda jauh dari kelompok umur sebelumnya, salah satunya dikarenakan pada usia ini sudah masuk dalam usia kerja sehingga ada anak yang memilih untuk bekerja dibandingkan dengan sekolah dan hanya menikmati masa pendidikan dasar 9 tahun.

3.4 Angka Melek Huruf

Kemampuan membaca dan menulis dicerminkan oleh indikator tingkat melek huruf. Angka Melek Huruf (AMH) merupakan persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

Angka ini digunakan untuk mengukur keberhasilan program pemberantasan buta huruf dimana masih tinggi jumlah penduduk yang tidak pernah bersekolah atau tidak tamat SD. Selain itu juga digunakan untuk menunjukkan kemampuan penduduk dalam menyerap informasi serta menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis.

(37)

Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 27 Angka Buta Huruf (ABH) adalah proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang tidak mempunyai kemampuan membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya, terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas. Tingkat buta huruf yang rendah menunjukkan adanya sebuah sistem pendidikan dasar yang efektif dan/atau program keaksaraan yang memungkinkan sebagian besar penduduk untuk memperoleh kemampuan menggunakan kata-kata tertulis dalam kehidupan sehari-hari dan melanjutkan pembelajarannya. Di bawah ini adalah tabel angka melek huruf dan buta huruf menurut jenis kelamin di Pasaman Barat Tahun 2016.

Tabel 3.4

Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Kemampuan Baca Tulis dan Jenis Kelamin Tahun 2016

Sumber : SUSENAS diolah, 2016

Dari tabel 3.4 terlihat pencapaian angka melek huruf (AMH) di Kabupaten Pasaman Barat pada tahun 2016 adalah sebesar 98,95 persen yang artinya hampir 99 persen penduduk Pasaman Barat telah mampu membaca dan menulis baik tulisan latin, arab, maupun huruf lainnya. Sedangkan Angka Buta Huruf (ABH) atau orang yang tidak bisa

(1) (2) (3)

Laki-laki 99.09 0.91

Perempuan 98.81 1.19

Pasaman Barat 98.95 1.05

ABH (%) Jenis Kelamin AMH (%)

(38)

Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 28 membaca dan menulis huruf latin, arab, dan huruf lainnya hanya 1.05 persen.

Jika dilihat menurut gender pada Tabel 3.4 bahwa angka melek huruf penduduk laki-laki ternyata lebih tinggi dari penduduk perempuan yaitu sebesar 99.09 persen laki-laki dan 98.81 persen perempuan. Sehingga angka buta huruf laki-laki menjadi lebih kecil daripada angka buta huruf perempuan, yaitu 0.91 persen laki-laki dan 1.19 persen perempuan. Masih adanya sebagian kecil penduduk yang buta huruf kemungkinan disebabkan oleh kondisi pendidikan pada masa lalu, dimana waktu itu partisipasi sekolah penduduk masih rendah akibatnya banyak penduduk yang tidak bisa membaca dan menulis.

Apabila dilihat menurut kelompok umur pada kelompok umur 20-24 tahun dan 40-44 tahun angka melek huruf laki-laki lebih rendah dari perempuan, sedangkan pada kelompok umur 60+ tahun angka melek huruf laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Angka Buta Huruf baik laki-laki maupun perempuan tertinggi berada pada umur 60+ tahun tercatat 6,10 persen penduduk laki-laki yang buta huruf dan 11,39 persen penduduk perempuan yang buta huruf.

(39)

Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 29 Tabel 3.5

Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Kemampuan Baca Tulis, Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Tahun 2016

Sumber : SUSENAS diolah, 2016 3.5 Angka Putus Sekolah

Angka Putus Sekolah (DO) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah murid putus sekolah pada jenjang pendidikan tertentu (SD, SMP, SMA dan sebagainya) dengan jumlah murid pada jenjang pendidikan tertentu dan dinyatakan dalam persentase. Hasil perhitungan Angka Putus Sekolah ini digunakan untuk mengetahui banyaknya siswa putus sekolah disuatu jenjang pendidikan tertentu pada wilayah tertentu. Semakin tinggi Angka Putus Sekolah berarti semakin banyak siswa yang putus sekolah disuatu jenjang pendidikan pada suatu wilayah.

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

(1) (2) (3) (4) (5) 15-19 100.00 100.00 0.00 0.00 20-24 99.18 100.00 0.81 0.00 25-29 100.00 100.00 0.00 0.00 30-34 100.00 100.00 0.00 0.00 35-39 100.00 100.00 0.00 0.00 40-44 97.20 100.00 2.80 0.00 45-49 100.00 100.00 0.00 0.00 50-54 100.00 100.00 0.00 0.00 55-59 100.00 100.00 0.00 0.00 60+ 93.90 88.61 6.10 11.39 Pasaman Barat 99.09 98.81 0.91 1.19

(40)

Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 30 Angka Putus Sekolah dapat mengindikasikan tingkat keberhasilan atau kegagalan sistem pendidikan menurut jenjangnya ataupun menggambarkan kemampuan penduduk menyelesaikan pendidikan pada jenjang-jenjang tertentu. Tentunya indikator ini tidak dapat mengetahui faktor penyebab putus sekolah tersebut. Angka putus sekolah dapat mengindikasikan tingkat keberhasilan/kegagalan sistem pendidikan menurut jenjangnya maupun menggambarkan kemampuan penduduk menyelesaikan pendidikan tertentu.

Tabel 3.6

Angka Putus Sekolah Menurut Kelompok Umur Sekolah dan Jenis Kelamin Tahun 2016

Sumber : SUSENAS diolah, 2016

Dari Tabel 3.6 tampak bahwa angka putus sekolah dari jenjang SD, SMP hingga SMA menunjukkan kenaikan angka. Angka putus sekolah laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan hampir di semua jenjang pendidikan baik SD, SMP, maupun SMA. Hal ini mengindikasikan bahwa pelajar laki-laki relative lebih rentan terhadap putus sekolah dibandingkan dengan pelajar perempuan.

(1) (2) (3) (4)

Laki-laki 1,68 11,83 11,19

Perempuan 0,00 6,63 17,61

Pasaman Barat 0,90 9,05 14,12

(41)

Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 31 3.6 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Kualitas sumber daya manusia secara spesifik dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk. Komposisi penduduk menurut pendidikan yang ditamatkan memberikan gambaran tentang kualitas sumber daya manusia. Semakin banyak penduduk yang berpendidikan tinggi, maka kualitas SDM di wilayah tersebut juga semakin bagus. SDM yang berkualitas ini akan mudah terserap dalam dunia kerja, dan pada akhirnya akan menaikkan tingkat pendapatan. Dengan demikian, secara tidak langsung tingkat pendidikan yang baik juga akan mengurangi tingkat kemiskinan.

Tabel 3.7

Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin Tahun 2016

Sumber : SUSENAS diolah, 2016

Dari tabel 3.7 terlihat persentase penduduk Pasaman Barat umur 10 tahun ke atas yang tidak tamat SD/ tidak punya ijazah masih

Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4) Tidak tamat SD 23,60 27,45 25,50 SD / Paket A 33,63 27,81 30,75 SMP / Paket B 14,30 16,69 15,48 SMA / Paket C 24,41 22,41 23,43 DI / DII 0,32 0,57 0,44

DIII / Sarjana Muda 0,77 1,06 0,91

(42)

Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 32 relatif besar yaitu 25,50 persen, dengan persentase perempuan lebih besar daripada laki-laki. Persentase tertinggi terlihat pada tamatan SD sebesar 30,75 persen, dengan persentase laki-laki lebih besar daripada perempuan.. Persentase ini bahkan semakin menurun untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Pada jenjang pendidikan sarjana (S2 & S3) persentase perempuan lebih tinggi daripada laki-laki yaitu 4,01 persen perempuan dan 2,98 persen laki-laki. Ketertinggalan laki-laki dan perempuan bervariasi antar jenjang pendidikan, adakalanya perempuan yang tertinggal ada juga kalanya laki-laki yang tertinggal. Gejala ini menunjukkan bahwa peluang yang terbuka baik bagi laki-laki maupun perempuan dalam pendidikan yang sama, tetapi akses masing-masing yang berbeda.

3.7 Rata-rata Lama Sekolah

Secara umum, tingkat pendidikan penduduk dapat dilihat dari rata-rata lama bersekolah. Indikator ini dapat menunjukkan sampai pada jenjang pendidikan apa penduduk di suatu wilayah dapat menikmati pendidikan. Semakin tinggi rata-rata lama sekolah berarti semakin tinggi jenjang pendidikan yang dijalani.

(43)

Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 33 Tabel 3.8

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016

Sumber : SUSENAS diolah, 2016

Rata-rata lama sekolah penduduk di Pasaman Barat tahun 2016 adalah sekitar 7,77 tahun. Ini menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pendidikan penduduk baru dapat menjalani pendidikannya sampai kelas I SMP atau putus sekolah di kelas I SMP. Jika dilihat menurut jenis kelamin, MYS laki-laki hampir seimbang dengan perempuan yaitu 7,99 tahun untuk laki-laki dan 7,55 tahun untuk perempuan. Angka ini masih rendah bila dibandingkan dengan program pendidikan wajib belajar (wajar) 9 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah.

3.8 Sertifikasi Guru

Program sertifikasi guru merupakan program dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dilatarbelakangi oleh kualitas pendidikan. Mutu masih menjadi paradigma dalam dunia pendidikan. Banyak faktor mengapa kualitas pendidikan masih perlu pembenahan lebih lanjut.

(1) (2) (3) (4)

MYS 7,99 7,55 7,77

(44)

Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 34 Salah satu faktor penting dalam meningkatkan kualitas di dunia pendidikan adalah guru. Guru merupakan ujung tombak dalam peningkatan kualitas pendidikan. Masalah pendidikan yang sering muncul adalah berkaitan dengan profesionalisme dan kesejahteraan. Untuk menjawab itu pemerintah telah mengeluarkan program sertifikasi guru melalui Undang-undang Nomor 14 Tahun 2015.

Tabel 3.9

Jumlah Guru Negeri yang telah Memperoleh Sertifikasi Jenjang Pendidikan SD, SLTP, dan SLTA Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan

Tahun 2016

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Pasaman Barat

Dari tabel 3.9 pada semua jenjang pendidikan terlihat bahwa guru yang perempuan lebih banyak memperoleh sertifikasi dibandingkan guru laki-laki baik pada jenjang pendidikan SD, SLTP dan SLTA.

L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1 Sungai Beremas 5 44 49 8 14 22 3 10 13 2 Ranah Batahan 32 73 105 7 14 21 5 9 14 3 Koto Balingka 24 43 67 17 9 26 10 11 21 4 Sungai Aur 29 76 105 9 17 26 5 9 14 5 Lembah Melintang 38 150 188 26 41 67 30 32 62 6 Gunung Tuleh 36 69 105 9 28 37 10 11 21 7 Talamau 16 71 87 9 30 39 11 24 35 8 Pasaman 41 178 219 23 91 114 17 44 61

9 Luhak Nan Duo 22 76 98 15 47 62 11 16 27

10 Sasak Ranah Pasisie 5 17 22 9 11 20 4 4 8

11 Kinali 38 101 139 19 45 64 15 22 37

286 898 1.184 151 347 498 121 192 313

No. Kecamatan SD SLTP SLTA

(45)
(46)

Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat 2017 36

BAB IV

KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA

Tingkat kualitas kesehatan merupakan indikator penting untuk menggambarkan mutu pembangunan manusia suatu wilayah. Semakin sehat kondisi suatu masyarakat, maka akan semakin mendukung proses dan dinamika pembangunan ekonomi suatu daerah yang berdampak pada peningkatan produktivitas penduduk. Oleh karena itu, investasi sumber daya manusia bidang kesehatan perlu terus mendapat perhatian besar baik dari pemerintah dan masyarakat, dan usaha yang dilakukan harus berkesimabungan.

Salah satu upaya pemerintah dalam memperhatikan

kesejahteraan perempuan salah satunya adalah program Keluarga Berencana (KB). Kesehatan perempuan dapat diukur berdasarkan kualitas fisik perempuan melalui indikator kematian ibu melahirkan, penolong persalinan, Kunjungan ibu hamil (K1/K4) ke sarana pelayanan kesehatan, Imunisasi TT pada ibu hamil, Ibu hamil yang mendapat tablet Zat Besi (Fe).

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya

pemerintah dalam mendukung kesejahteraan perempuan dan menekan laju pertumbuhan penduduk. Indikator yang digunakan meliputi status pemakaian alat/cara KB, jenis-jenis alat KB yang digunakan dan anak lahir hidup.

(47)

Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat 2017 37

4.1 Kematian Ibu Melahirkan

Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas. Oleh karena itu, upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak mendapat perhatian khusus. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu

merupakan salah satu indikator yang bisa menggambarkan

kesejahteraan masyarakat disuatu daerah.

Menurut WHO, Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya perempuan yang meninggal dari suatu sebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau insidensif) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan). Tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. AKI diperhitungkan pula dalam jangka waktu 6 minggu sehingga setahun setelah melahirkan. Indikator ini secara langsung digunakan untuk memonitor kematian terkait dengan kehamilan. AKI dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan.

Pemerintah bersama masyarakat bertanggung jawab dalam upaya percepatan penurunan angka kematian ibu melahirkan dengan menjamin bahwa setiap ibu memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, mulai dari saat hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, dan perawatan pasca

(48)

Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat 2017 38

persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, serta akses terhadap keluarga berencana.

Tabel 4.1

Jumlah Kematian Ibu Melahirkan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2015 – 2016

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat tercatat selama dua tahun terakhir 2015 dan 2016 terjadi penurunan jumlah kematian ibu melahirkan dari 17 orang pada tahun 2015 menjadi 16 orang pada tahun 2016. Jika dilihat perkecamatan jumlah kematian ibu melahirkan yang paling banyak selama 2015-2016 adalah di Kecamatan Lembah Melintang, tercatat 4 orang kematian ibu selama tahun 2015-2016. 2015 2016 1 Sungai Beremas 1 1 2 Ranah Batahan 2 1 3 Koto Balingka 4 4 4 Sungai A ur 1 1 5 Lembah Melintang 1 3 6 Gunung Tuleh 1 1 7 Talamau 2 2 8 Pasaman 1 2

9 Luhak Nan Duo 0 0

1 0 Sasak Ranah Pasisie 1 0

1 1 Kinali 3 1

Pasam an Barat 17 16

(49)

Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat 2017 39

4.2 Pengebab Kematian Ibu Melahirkan

Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor penentu angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani masalah ini. Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul, yakni pendarahan, keracunan kehamilan yang disertai kejang-kejang, aborsi dan infeksi. Namun ternyata masih ada faktor lain yang cukup penting.

Tabel 4.2

Penyebab Kematian Ibu Melahirkan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2015 Eklams ia Shock post partum

Abortus Jantung Hiperte nsi A sma Bronkial Retensio Plasenta Malaria Pendarah an (1 ) (2 ) (3 ) (4 ) (5 ) (6 ) (7 ) (8 ) (9 ) (1 0 ) (1 1 ) 1 Sungai Beremas 1 2 Ranah Batahan 1 1 3 Koto Balingka 1 3 4 Sungai Aur 1 5 Lembah Melintang 1 6 Gunung Tuleh 1 7 Talamau 1 1 1 8 Pasaman 9 Luhak Nan Duo 1 0 Sasak Ranah Pasisie 1

1 1 Kinali 2 1

3 1 1 1 1 2 2 1 5

Pasaman Barat Kecamatan No.

Peny ebab Kematian Ibu Karena Hamil, Melahirkan dan Nifas di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 201 5

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat

Penyebab kematian ibu melahirkan pada tahun 2015 bisa dilihat pada tabel 4.2. Kematian ibu melahirkan paling banyak disebabkan oleh pendarahan sebanyak 5 (lima) kasus di Kecamatan Ranah Batahan 1 kasus, Kecamatan Koto Balingka 3 kasus dan 1 kasus di

(50)

Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat 2017 40

Kecamatan Gunung Tuleh. Selain itu penyebab kematian ibu melahirkan disebabkan oleh eklamsia (3 kasus), shock post partum (I kasus), abortus (1 kasus), jantung (1 kasus), hipertensi (1 kasus), asma bronkial (2 kasus), retensio plasenta (2 kasus) dan malaria (1 kasus).

Tabel 4.3

Penyebab Kematian Ibu Melahirkan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat

Penyebab kematian ibu melahirkan pada tahun 2016 bisa dilihat pada tabel 4.3. Kematian ibu melahirkan paling banyak disebabkan oleh eklamsia sebanyak 4 (empat) kasus masing-masing 1 kasus di Kec. Sungai Beremas, Kec. Ranah Batahan, Kec. Gunung Tuleh dan Kec. Kinali. Kematian ibu melahirkan yang disebabkan oleh asma nifas sebanyak 3 kasus, masing-masing 1 kasus di Kec. Koto Balingka, Sungai Aur dan Pasaman. Selain itu juga disebabkan oleh suspec hemofili, gagal ginjal, demam tipoid, pre eklamsi, inversio uteri, palsenta previa, pre eklamsi dan pendarahan masing-masingnya 1 kasus.

Eklams ia Suspec Hemofili Gagal Ginjal Demam Tipoid Asma Nifas Pre Eklamsi Inversio Uteri Infeksi Nifas Plasenta Prev ia Pre Eklamsi Penda rahan (1 ) (2 ) (3 ) (4 ) (5 ) (6 ) (7 ) (8) (9 ) (1 0) (1 1 ) (1 2 ) (1 3 ) 1 Sungai Beremas 1 2 Ranah Batahan 1 3 Koto Balingka 1 1 1 4 Sungai Aur 1 1 5 Lembah Melintang 1 1 1 6 Gunung Tuleh 1 7 Talamau 1 1 8 Pasaman 1 1

9 Luhak Nan Duo 10 Sasak Ranah Pasisie 11 Kinali 1

4 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1

Pasaman Barat No. Kecamatan

(51)

Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat 2017 41

4.3 Penolong Persalinan

Salah satu cara untuk menurunkan jumlah kematian ibu melahirkan adalah dengan meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga medis dan meningkatkan pelayanan neonatal. Proses persalinan ini diyakini akan berpengaruh terhadap pengurangan kematian bayi dan

kematian ibu yang sedang melahirkan, dimana pemerintah

mengupayakan agar para ibu hamil dapat melahirkan dengan selamat, demikian pula bayi yang dilahirkan dapat terlahir dengan sehat. Untuk itu pemerintah terus berupaya agar tenaga kesehatan tersebar sampai ke seluruh pelosok daerah.

Program pemerintah mengarahkan lebih ditingkatkannya pertolongan persalinan akan ideal bila dilakukan oleh kesehatan yang profesional yaitu dokter, bidan, atau tenaga medis lain. Proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dapat dipakai sebagai salah satu indikator keberhasilan program pemerintah tersebut.

Tabel 4.4 menyajikan data jumlah kelahiran menurut penolong persalinan yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat. Selama dua tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah kelahiran bayi yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan, karena hal tersebut terkait erat dengan kelangsungan hidup ibu dan bayi yang dilahirkan.

Tenaga medis yang paling banyak membantu proses persalinan adalah bidan, karena bidan mudah dijangkau sejak adanya

(52)

Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat 2017 42

program bidan desa, disetiap puskesmas tersedia tenaga bidan. Tercatat Jumlah kelahiran bayi dengan penolong persalinan bidan tahun 2015 sebanyak 7.681 dan meningkat menjadi 8.487 kelahiran pada tahun 2016. Hal ini menunjukkan telah meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan dan keselamatan bayi dan ibu melahirkan serta kelangsungan hidup ibu dan bayi dengan melakukan persalingan oleh tenaga kesehatan yang profesional, terdidik dan terlatih.

Tabel 4.4

Jumlah Kelahiran Menurut Penolong Persalinan dan Kecamatan Tahun 2015 – 2016

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat

Disisi lain, masih ditemukan proses persalinan yang di tolong oleh dukun dan lainnya tercatat sebanyak 74 kelahiran tahun 2015 di tolong oleh dukun terlatih, meningkat menjadi 99 kelahiran pada tahun

Bidan Dukun Lainny a Bidan Dukun Lainny a

(1 ) (2 ) (4 ) (5 ) (6 ) (8 ) (9 ) (1 0 ) 1 Sungai Beremas 51 8 1 2 0 530 10 0 2 Ranah Batahan 507 7 4 505 4 6 3 Koto Balingka 624 3 2 61 9 4 6 4 Sungai Aur 800 2 0 7 7 5 0 0 5 Lembah Melintang 593 1 0 864 33 0 6 Gunung Tuleh 480 0 0 51 7 0 0 7 Talamau 51 6 8 8 57 0 7 1 2 8 Pasaman 1 483 7 0 1534 1 0

9 Luhak Nan Duo 81 8 5 1 802 8 0

1 0 Sasak Ranah Pasisie 27 5 8 0 27 2 2 0

1 1 Kinali 1 067 21 1 5 1499 30 1 6 7 681 7 4 30 8487 99 40 No. Kecamatan Pasaman Barat 201 5 201 6 Penolong Persalinan

(53)

Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat 2017 43

2016. Begitu juga dengan penolong persalinan lainnya (gabungan tenaga kesehatan/mitra nakes dengan dukun terlatih), tercatat tahun 2015 sebanyak 30 kelahiran di tolong oleh lainnya dan meningkat menjadi 40 kelahiran pada tahun 2016. Jika dilihat perkecamatan, pada tahun 2015 proses persalinan yang paling banyak mengandalkan dukun bersalin adalah di Kecamatan Kinali sebanyak 21 kelahiran dan Kecamatan Sungai Beremas sebanyak 12 kelahiran. Sedangkan pada tahun 2016 sebanyak 33 kelahiran di Kec.Lembah Melintang dan Kinali 30 kelahiran. Dengan kondisi persebaran tenaga kesehatan yang belum terlalu merata, keberadaan dukun tradisional justru memiliki peran untuk membantu masyarakat yang memerlukan bantuan medis namun belum dapat menjangkau sarana dan prasarana kesehatan yang memadai. Tenaga lainnya menjadi pilihan lain, terutama yang tinggal jauh dari jangkauan puskesmas. Dengan demikian eksistensi dukun bayi tetap strategis. Selain itu tingkat kepercayaan terhadap dukun bersalin juga sangat kental pada masyarakat di daerah pedesaan. Diharapkan program pemerintah tidak hanya menambah tenaga medis tetapi juga tetap diperlukan peningkatan keterampilan dan pengetahuan kesehatan bagi dukun bayi mengingat eksistensi mereka tadi.

4.4 Kunjungan Ibu Hamil (K1/K4)

K1 adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada

(54)

Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat 2017 44

kurun waktu tertentu. Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.

K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak pertama ini harus dilakukan sedini mungkin pada trisemester pertama sebaiknya minggu ke 8 dan pada saat kunjungan ini ibu juga diberikan buku KIA sebagai pedoman para ibu dimulai dari kehamilan sampai setelah melahirkan.

K4 adalah kontak ibu hamil sebanyak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak empat kali ini dilakukan dengan rincian satu kali pada trisemester I (kehamilan hingga 12 minggu) dan trisemester kedua (>12 – 24 minggu), kemudian minimal 2 kali kontak pada trisemester ketiga dilakukan setelah minggu ke 24 sampai umur 36. Kunjungan antenatal ini bisa lebih dari 4 kali sesuai dengan kebutuhan dan jika ada keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan.

Data dari Dinas Kesehatan Kab. Pasaman Barat, jumlah kunjungan ibu hamil yang pertama dengan tenaga kesehatan (K1) meningkat dari tahun 2015 ke 2016 yaitu dari 8.743 menjadi 9.941 orang ibu hamil. Begitu juga dengan jumlah kunjungan ibu hamil sebanyak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan (K4) jumlahnya mengalami peningkatan yang cukup besar dari 2015 yaitu 7.444 orang

(55)

Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat 2017 45

ibu hamil menjadi 8.398 ibu hamil. Jumlah yang semakin meningkat ini menggambarkan ibu hamil semakin peduli dengan keselamatan dan kesehatan ibu selama kehamilan dan janin yang ada dalam rahimnya.

Tabel 4.5

Kunjungan Ibu Hamil (K1/K4) ke Sarana Pelayanan Kesehatan Tahun 2015 – 2016 K1 K4 K1 K4 (1 ) (2 ) (3 ) (4 ) (5 ) (6 ) 1 Sungai Beremas 61 2 540 636 532 2 Ranah Batahan 57 2 491 622 549 3 Koto Balingka 7 02 631 649 61 0 4 Sungai Aur 863 67 0 848 7 06 5 Lembah Melintang 7 21 599 1 .01 7 908 6 Gunung Tuleh 467 427 590 461 7 Talamau 648 502 7 07 556 8 Pasaman 1 .663 1 .460 1 .7 7 4 1 .524

9 Luhak Nan Duo 882 7 20 894 7 38

1 0 Sasak Ranah Pasisie 335 268 299 27 5

1 1 Kinali 1 .27 8 1 .1 36 1 .905 1 .539

8.7 43 7 .444 9.941 8.398

Pasaman Barat

2015 2016

Jum lah Kunjungan Kecam atan

No.

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat

Selama dua tahun terakhir terjadi penurunan jumlah kunjungan K4 bila dibandingkan dengan K1, pada tahun 2015 terjadi penurunan sebesar 14,85 persen, dan 2016 penurunan sebesar 15,52 persen. Jika dilihat perkecamatan pada tahun 2015 jumlah K1 dan K4 paling banyak sama-sama di Kec.Pasaman, sedangkan pada tahun 2016

(56)

Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat 2017 46

K1 dan K4 tertinggi di Kec. Kinali. Dengan sering memeriksakan diri ke sarana pelayanan kesehatan selama kehamilan, dapat mendeteksi secara cepat jika ada permasalahan , ataupun gangguan dengan kehamilan sehingga kesehatan ibu dan calon bayi tetap terjaga.

4.5 Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada Ibu Hamil

Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) penting diberikan pada ibu hamil. Manfaatnya adalah untuk mencegah tetanus bagi ibu dan bayinya. Tetanus adalah penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh toksin dari bakteri yang disebut Clostridium Tetani. Bakteri ini masuk kedalam tubuh melalui luka terbuka. Bisa berupa luka akibat tusukan kecil atau goresan pada kulit.

Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil memiliki tujuan mencegah tetanus pada proses persalinan, dimana terdapat luka baik pada rahim maupun pada tali pusat bayi. Hal ini terutama mencegah tetanus pada persalinan beresiko tinggi yaitu apabila persalinan dilakukan dengan alat-alat yang tidak steril. Antibodi akan terbentuk dalam tubuh setelah vaksinasi atau imunisasi TT diberikan, antibodi ini akan diteruskan kepada bayi dan melindunginya selama beberapa bulan setelah lahir. Sebelum adanya imunisasi TT banyak ditemui kasus tetanus neonatorum yaitu tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir sebelum berusia 1 bulan.

Gambar

Gambar 2.1 Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan Tahun 2016
Gambar  2.2  menunjukkan  bahwa  struktur  umur  penduduk  Kabupaten  Pasaman  Barat  didominasi  oleh  penduduk  kelompok  umur  muda  yang  ditandai  dengan  alas  piramida  yang  lebih  lebar  yakni  pada  kelompok  umur  0-4  tahun  dan  5-9  tahun
Gambar 2.4 Komposisi Penduduk Perempuan Menurut Kelompok  Umur Tahun 2016
Tabel 6.12  Pengurus Harian Parpol
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penguatan ini meliputi beberapa hal, seperti:.. - Penguatan berupa gerakan mimik dan badan, misalnya: acungan jempol, senyuman, kerut kening, wajah cerah. - Penguatan

PDRB per kapita dapat dijadikan ukuran kemakmuran suatu daerah, namun data tersebut tidak dapat digunakan untuk mengukur tingkat pemerataan pendapatan, karena pada

Hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan umbi bibit G4 dengan mulsa mampu memberikan pertumbuhan yang lebih baik daripada penggunaan umbi lokal, kecuali umbi lokal

Di Pulau Jawa, para ulama penyebar Islam tergabung da- lam Wali Songo (Sembilan Wali), yang terdiri atas Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik), Raden Rahmat (Sunan

Kegiatan praktik mengajar dilaksanakan mulai dari tanggal 19 Agustus 2015. Praktik mengajar dilaksanakan sesuai jadwal yang ditentukan mahasiswa dan pihak sekolah

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi dengan analisis data yang bersifat deskriptif (descriptive analisys). Hasil penelitian ini menunjukan: 1)

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karuniaNya, Pemerintah, dalam hal ini, Kementerian Pendidikan Nasional, sejak tahun 2007, telah membeli hak cipta

KEGIATAN TULISAN SUCI Mintalah siswa mencari ajaran sesat dari para musuh Kristus dalam 2 Nefi 28:4–9 (daftar ini dapat mencakup yang berikut: “Tidak ada Allah sekarang